Analisis wacana kolom obrolan a-politis rubrik mandat rakyat 2009 pada kompas oleh efek rumah kaca (Bnad)

ANALISIS WACANA KOLOM OBROLAN A-POLITIS
RUBRIK MANDAT RAKYAT 2009 PADA KOMPAS OLEH
EFEK RUMAH KACA (BAND)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I.)

Oleh

BAGUS SANTOSA
NIM: 106051101918

KONSENTRASI JURNALISTIK
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H./2010 M.

ANALISIS WACANA KOLOM OBROLAN A-POLITIS
RUBRIK MANDAT RAKYAT 2009 PADA KOMPAS OLEH

EFEK RUMAH KACA (BAND)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I.)

Oleh

Bagus Santosa
NIM: 106051101918

KONSENTRASI JURNALISTIK
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H./2010 M

LEMBAR PERNYATAAN

Bismillahirrahmaanirrahiim


Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 10 Agustus 2010

Bagus Santosa

ANALISIS WACANA KOLOM OBROLAN A-POLITIS
RUBRIK MANDAT RAKYAT 2009 PADA KOMPAS OLEH
EFEK RUMAH KACA (BAND)
Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh
Bagus Santosa
NIM: 106051101918

Di bawah bimbingan

Drs. Study Rizal L.K, MA
NIP 19640428 199303 1 002

KONSENTRASI JURNALISTIK
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H./2010 M

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul ANALISIS WACANA KOLOM OBROLAN APOLITIS RUBRIK MANDAT RAKYAT 2009 PADA KOMPAS OLEH
EFEK RUMAH KACA (BAND) telah diujikan dalam sidang munaqasyah
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
pada 26 Agustus 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) pada Jurusan Komunikasi
Penyiaran Islam Konsentrasi Jurnalistik.
Jakarta, 26 Agustus 2010

Sidang Munaqasyah

Ketua merangkap anggota,

Sekretaris merangkap anggota,

Dr. H. Arief Subhan, MA
19660110 199303 1 004

Rully Nasrullah, M.Si
19750318 200801 1 008


Anggota,

Penguji 1

Penguji 2

Rully Nasrullah, M.Si
19750318 200801 1 008

Lili Bariadi, MM, M.Si
19740519 199803 1 004

Pembimbing

Drs. Study Rizal LK, MA
19640428 199303 1 002

ABSTRAK
Bagus Santosa
Analisis Wacana Kolom Obrolan A-Politis Rubrik Mandat Rakyat 2009 pada

Kompas oleh Efek Rumah Kaca (Band)
Sebelum Pemilu Legislatif 2009 yang lalu, Harian Umum Kompas
membuat rubrik khusus untuk menyorotinya. Rubrik ini adalah "Mandat Rakyat
2009" Dalam rubrik tersebut Kompas membuat sebuah kolom dengan nama
"Obrolan A-Politis" untuk kebebasan beberapa tokoh (non politis dan wartawan)
untuk beropini tentang apapun yang berhubungan dengan Pemilu 2009, salah
satunya adalah Efek Rumah Kaca atau yang lebih sering dikenal dengan ERK.
Adapun alasan Kompas memilih ERK adalah karena ERK merupakan
sebuah band dari kalangan sipil. Empat tema awal tulisan ERK di kolom “Obrolan
A-Politis” merupakan hasil dari diskusi manajer ERK dan pihak Kompas. Para
personel ERK yang notabenenya adalah para penulisnya tidak ikut mendiskusikan
temanya, dan pada tulisan berikutnya-lah personel ERK dibebaskan memilih
temanya sendiri. Lalu, adapun alasan memilih analisis wacana model Teun van A
Dijk karena model ini lebih mudah dan terasa tepat untuk mengoprek tulisan dari
ERK tersebut. Oleh karena itu penulis ingin mengetahui, bagaimana maksud dari
teks pada kolom "Obrolan A-Politis" rubrik “Mandat Rakyat 2009” pada Kompas
oleh Efek Rumah Kaca (Band)? Bagaimana dimensi kognisi sosial pada kolom
"Obrolan A-Politis" rubrik "Mandat Rakyat 2009" pada Kompas oleh Efek Rumah
Kaca (Band)? Bagaimana dimensi konteks pada kolom "Obrolan A-Politis" rubrik
"Mandat Rakyat 2009" pada Kompas oleh Efek Rumah Kaca (Band)?

Penelitan ini adalah penelitian kualitatif yang hasilnya berdasarkan
pemikiran yang sistematis dengan menggunakan analisis wacana milik Teun A.
van Dijk yang dijabarkan secara deskriptif. Bahasan penelitiannya meliputi teks,
kognisi sosial serta konteks sosial dari tulisan Efek Rumah Kaca pada kolom
"Obrolan A-Politis" rubrik "Mandat Rakyat" Kompas Januari 2009.
Kemudian hasil penelitiannya penulis simpulkan kedalam beberapa
dimensi, yaitu teks, 1) bercerita mengenai kegiatan kisaran pra Pemilu dan lebih
ke persiapan kampanye, 2) Iklan politik, 3) masalah DPR yang dikaitkan
relevansinya dengan lagu dari Iwan Fals yang berjudul Surat buat Wakil Rakyat;
dan 4) masalah korupsi. Kemudian kognisi sosial, awalnya personil ERK
diberikan tema oleh Kompas dari hasil diskusi, namun setelah empat tema tersebut
berhasil dilaksanakan dengan baik oleh ERK, selanjutnya ERK diberikan
kewenangan sendiri untuk memilih tema. Prosedural penulisannya adalah setiap
personel ERK menulis, kemudian dipilih satu tulisan yang layak cetak,
selanjutnya diedit oleh Harlan, manajer ERK, kemudian dikirim ke Kompas.
Pihak kompas hanya mengedit kisaran kaidah penulisan jurnalistik dan space
yang diberikan. Lalu konteks,1) pembaca digiring agar siap menyongsong Pemilu
2009, 2) iklan politik yang ada malah mirip politik citra 3) relevansi DPR dengan
lagu Iwan Fals ternyata makin ke arah konotasi negatif; dan 4) Korupsi yang
sudah mengakar ternyata berdampak pada korupsi bahasa


i

KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirrabbil ‘alamiin segala puji hanya pantas disanjungkan
untuk-Nya karena atas daya, upaya serta izin-Nya penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Besar
Muhammad S.A.W karena beliaulah dunia yang dahulunya penuh dengan
kegelapan menjadi terang benderang dengan cahaya Al-Quran serta berbagai
perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Penulis hanyalah manusia biasa, banyak kekurangan dan sangat
membutuhkan bantuan orang sekitar untuk mencapai suatu tujuan, terlebih lagi
dalam penyelesaian skripsi ini. Oleh karenanya, dalam kata pengantar ini penulis
akan mengucapkan rasa terima kasih kepada beberapa pihak yang secara langsung
maupun tidak langsung membantu penulis dalam merampungkan skripsi ini. Rasa
terima kasih yang tak terhingga ini diberikan kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Bapak DR. H. Arief
Subhan, M.A beserta para pembantu dekan yang tidak dapat penulis urai
satu persatu.
2. Ketua Konsentrasi Jurnalistik, Ibu Dra. Rubiyanah, M.A dan Sekretaris

Konsentrasi Jurnalistik, Rulli Nasrullah, M.si. yang sudah melayani
mahasiswa/inya dengan baik dan penuh kesabaran.
3. Bapak Drs. Study Rizal LK. M.A sebagai pembimbing yang telah tabah
dan sabar membimbing penulis sehingga skripsi ini dapat selesai.
4. Pihak Kompas, khusus kepada Ibu Kunti (Sekretaris Redaksi) yang
melancarkan birokrasi dalam melakukan wawancara dengan pihak
Kompas. Serta Ibu Ratna Myrna M (Mantan Editor ”Mandat Rakyat

ii

2009”, kini Editor Kompas Minggu) yang sudah mau memberikan
waktunya untuk penulis wawancara.
5. Pihak Efek Rumah Kaca, khususnya Yuri (Road Manajer Efek Rumah
Kaca) yang melancarkan pertemuan penulis dengan Cholil Mahmud
(vokalis Efek Rumah Kaca, sekaligus penulis kolom ”Obrolan A-Politis”).
Harlan Boer Bin (Manajer Efek Rumah Kaca) yang membantu penulis
dalam penulisan karya ilmiah ini. Serta Cholil Mahmud yang memberikan
sedikit waktunya untuk diwawancarai oleh penulis.
6. Bapak Gun Gun Heryanto, M.si., sebagai penasehat akademik. Serta
dosen-dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, yang telah

memberikan curahan ilmu dan motivasi dalam proses pembuatan skripsi
ini.
7. Dan seluruh orang-orang yang sangat membantu penulis dalam
penyelesaian penulisan karya ilmiah ini yang tidak bisa disebutkan satu
persatu..
Akhir kata, mungkin masih banyak terdapat kekurangan pada karya ilmiah
ini. Kritik yang membangun sangat penulis nanti demi perbaikan skripsi ini dan
skripsi selanjutnya di masa mendatang.
Ciputat, Agustus 2010

Bagus Santosa

iii

DAFTAR ISI

ABSTRAK

i


KATA PENGANTAR

ii

DAFTAR ISI

iii

DAFTAR TABEL

vii

DAFTAR GAMBAR

vii

BAB I

BABII

BAB III

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

3

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

5

D. Metodologi Penelitian

6

E. Sistematika Penulisan

7

KAJIAN TEORITIS
A. Rubrik

9

B. Kolom

10

C. Wacana

11

1. Pengertian Wacana

11

2. Wacana Teun A. van Dijk

14

a. Analisis Wacana

14

b. Analisis Teks

16

c. Analisis Kognisi Sosial

17

d. Analisis Konteks Sosial

20

GAMBARAN UMUM
A. Harian Umum Kompas

21

1. Sejarah Berdiri dan Perkembangannya

21

2. Visi dan Misi Harian Umum Kompas

27

a. Visi Harian Umum Kompas

28

b. Misi Harian Umum Kompas

29

c. Nilai-nilai Dasar Harian Umum Kompas

30

3. Keorganisasian Harian Umum Kompas
a. Bidang Redaksi

iv

31
31

b. Direktorat SDM Umum

32

c. Bidang Penelitian dan Pengembangan

32

d. Bidang Teknologi Informasi

34

e. Bidang Bisnis

34

B. Efek Rumah Kaca

BAB IV

35

1. Profil Efek Rumah Kaca

35

2. Diskografi Efek Rumah Kaca

36

TEMUAN DATA DAN ANALISIS
A. Temuan data dan analisis teks kolom "Obrolan A-Politis"
rubrik "Mandat Rakyat 2009" pada Kompas oleh Efek Rumah
Kaca (Band)

38

1. Analisis teks kolom “Obrolan A-Politis” (edisi Sabtu
10 Januari 2009)

38

a. Struktur Makro

42

b. Struktur Mikro

42

2. Analisis teks kolom “Obrolan A-Politis” (edisi Sabtu
17 Januari 2009)

43

a. Struktur makro

46

b. Struktur mikro

46

3. Analisis teks kolom “Obrolan A-Politis” (edisi Sabtu
24 Januari 2009)

47

a. Struktur makro

52

b. Struktur mikro

52

4. Analisis teks kolom “Obrolan A-Politis” (edisi Sabtu
31 Januari 2009)

53

a. Struktur makro

60

b. Sturktur mikro

60

B. Temuan data dan analisis kognisi sosial kolom "Obrolan
A-Politis" rubrik "Mandat Rakyat 2009" pada Kompas
oleh Efek Rumah Kaca (Band)

v

60

C. Temuan data dan analisis konteks sosial kolom "Obrolan
A-Politis" rubrik "Mandat Rakyat 2009" pada Kompas
oleh Efek Rumah Kaca (Band)
BAB V

62

PENUTUP
A. Kesimpulan

64

B. Saran

66

DAFTAR PUSTAKA

67

LAMPIRAN I (Transkip Wawancara dengan Myra Ratna M)

69

LAMPIRAN II (Transkip Wawancara dengan Cholil Mahmud)

74

LAMPIRAN III (Salinan kolom “Obrolan A-Politis”)

74

LAMPIRAN IV (Salinan kolom “Obrolan A-Politis”)

75

LAMPIRAN V (Surat Keterangan wawancara Kompas)

76

vi

DAFTAR TABEL
Tabel 1.2 Skema Penelitian dan Metode van Dijk

16

Tabel 2.2 Elemen Wacana Teun A van Dijk

17

Tabel 3.2 Skema/Model Kognisi Sosial

18

Tabel 1.4 Analisis teks kolom “Obrolan A-Politis” Sabtu 10 Januari 2009
Judul: Mari Menyongsong

38

Tabel 2.4 Analisis teks kolom “Obrolan A-Politis” Sabtu, 17 Januari 2009
Judul: Selera Rakyat Indonesia

43

Tabel 3.4 Analisis teks kolom “Obrolan A-Politis” Sabtu 24 Januari 2009
Judul: Yang Agung dari Leuwinanggung

47

Tabel 4.4 Analisis teks kolom “Obrolan A-Politis” Sabtu, 31 Januari 2009
Judul: Bahasa Korupsi Bahasa

54

Tabel 1.4 Skema Kognisi Sosial kolom “Obrolan A-Politis” rubrik “Mandat
Rakya 2009” pada Kompas oleh Efek Rumah Kaca

60

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.2 Diagram Model Analisis Van Dijk

vii

15

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sebelum Pemilu (Pemilihan Umum) Legislatif 2009 yang lalu, Harian
Umum Kompas—salah satu harian terbesar di Indonesia—membuat rubrik khusus
untuk menyorotinya. Rubrik ini adalah “Mandat Rakyat 2009” yang berlangsung
selama tiga bulan terhitung dari Januari sampai Maret. Dalam rubrik ini Kompas
menyediakan tiga halaman yang memuat berita pra-Pemilu 2009 dan opini
masyarakat tentang Pemilu 2009. Harian Umum Kompas memang biasa
menyediakan rubrik khusus untuk tiap kali Pemilunya, hanya saja nama dari
setiap rubrik Pemilu itu berbeda. 1
Dalam rubrik “Mandat Rakyat 2009”, Kompas membuat sebuah kolom
dengan nama “Obrolan A-Politis” untuk kebebasan beberapa tokoh (non politisi
atau wartawan) untuk beropini tentang apapun yang berhubungan dengan Pemilu
2009. Khusus Januari, Kompas memberikan mandat kepada Acil Bimbo (setiap
hari Selasa), Nia Dinata (setiap hari Kamis) dan Efek Rumah Kaca (setiap hari
Sabtu sampai dengan 4 April 2009). Adapun tulisan Acil Bimbo per Januari
adalah “Jahat Koruptor atau Israel?” (20 Januari 2009) dan “Pesona Aa Babam”
(27 Januari 2009). Lalu tulisan Nia Dinata per Januari adalah “Demokrasi tanpa
Pesta” (15 Januari 2009), “Obama, Banjir Kampanye” (22 Januari 2009) dan
“Pemihakkan bagi Perempuan” (29 Januari 2009)
Alasan Kompas memilih mereka adalah sebagai jembatan bagi para
pembaca agar sadar bahwa sebentar lagi akan diadakan pesta demokrasi di

1

Wawancara dengan Myrna Ratna M, Editor Kompas Minggu tanggal 25 Mei 2010

1

2

Indonesia. Acil Bimbo dipilih sebagai jembatan untuk para kaum lawas, Nia
Dinata mewakili kaum perempuan dan Efek Rumah Kaca sebagai jembatan buat
para anak muda yang juga baru mendapatkan penghargaan MTV Music Award
2009. 2
Kompas memberikan kepercayaan kepada Efek Rumah Kaca atau yang
lebih sering dikenal dengan ERK untuk mengisi kolom “Obrolan A-Politis” pada
rubrik “Mandat Rakyat 2009” khusus edisi Pemilu 2009. Kompas pernah
mengatakan bahwa ERK bukanlah band yang murahan. Kompas menyebut
“musik mereka (baca:ERK) bukan musik kacang goreng” dalam artikelnya yang
berjudul “ERK: lima ribu copy saja”. 3
Kompas memang sedari awal sudah melirik ERK, terbukti dari salah satu
kolom “Obrolan Kita”, Kompas menceritakan tentang ERK pada September 2008:
Melalui lagu, Efek Rumah Kaca atau ERK memotret peristiwa di dunia
nyata. Inilah grup band Indonesia masa kini yang memiliki pernyataan politik.
Ketika kontroversi pornografi dan pornoaksi mencuat, ERK menulis lagu
”Jalang”. Lagu tersebut mengkritik pasal-pasal karet RUU Pornografi dan
Pornoaksi. … Ketika kasus Munir mencuat, band asal Jakarta ini meluncurkan
lagu “Di Udara”. Lagu tersebut menegaskan, teror dan ancaman pembunuhan
tidak akan menciutkan nyali pejuang HAM seperti Munir. … Lirik ERK tidak
hanya bicara soal politik. Mereka juga bicara soal penyakit diabetes … dan
nafsu belanja … Bahkan, mereka menyoroti musisi Indonesia yang atas nama
selera pasar berbondong-bondong menulis lagu-lagu cinta. …Lirik-lirik kritis
itu selanjutnya diramu ERK dengan musik pop yang ringan dan enak
didengar. Itulah kekuatan lagu-lagu ERK…. 4
Walaupun ERK yang masih dengan label indie 5 , mereka tetap produktif
menciptakan lagu-lagu yang cemerlang. Terbukti telah dua album yang mereka

2

Wawancara dengan Myrna Ratna M, Editor Kompas Minggu tanggal 25 Mei 2010
Kompas, Senin, 16 November 2008
4
Kompas, Minggu, 7 September 2008
5
Indie berasal dari kata Independent. Label indie adalah istilah untuk membedakan antara
musik yang dimainkan oleh musisi profesional dengan musisi amatir. Tapi yang pasti indie adalah
gerakan bermusik yang berbasis dari apa yang kita punya, do it yourself, etika yang kita punya
mulai dari merekam, mendistribusikan dan promosi dengan uang sendiri.
3

3

keluarkan, Efek Rumah Kaca (2007/Pavilliun) dan Kamar Gelap (2008/Aksara).
Dan kini mereka mampu membuat label sendiri dengan nama Jangan Marah
Record yang diluncurkan pada bulan April 2010 serta mendapatkan banyak
penghargaan dari berbagai media. 6
Melihat pemberian kepercayaan Kompas kepada ERK untuk menulis di
kolomnya maka timbul ketertarikan untuk meneliti lebih jauh. Oleh karena itu,
penelitian ini diberi judul “ANALISIS WACANA KOLOM OBROLAN APOLITIS RUBRIK MANDAT RAKYAT 2009 PADA KOMPAS OLEH EFEK
RUMAH KACA (BAND)”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Pada penelitian ini, pembatasan masalahnya adalah pada tulisan Efek
Rumah Kaca pada kolom “Obrolan A-Politis” rubrik “Mandat Rakyat 2009”
Kompas Edisi Januari 2009. Pada Pemilu 2009 kemarin, Kompas membuat rubrik
khusus untuk menyoroti Pemilu 2009 dengan nama “Mandat Rakyat 2009”. Di
dalam rubrik tersebut terdapat sebuah kolom dengan nama “Obroloan A-Politis”
yang berisikan opini beberapa tokoh dan ERK menjadi penulis pada kolom
tersebut setiap hari Sabtu selama tiga bulan terhitung dari 10 Januari sampai 4

Bicara indie tidak terlepas dari mainstream dan umumnya yang dimaksud dengan
mainstream adalah arus utama, tempat di mana band-band yang bernaung di bawah label besar,
sebuah industri yang mapan. Band-band tersebut dipasarkan secara meluas yang coverage
promosinya juga secara luas, nasional maupun internasional, dan mereka mendominasi promosi di
seluruh media massa, mulai dari media cetak, media elektronik hingga multimedia dan mereka
terekspos dengan baik.
Jadi jika kita berbicara kriteria indie dibandingkan dengan mainstream itu lebih kepada
industrinya, perbedaannya lebih kepada nilai investasi yang dikeluarkan oleh perusahaan rekaman.
Untuk masalah talent atau talenta, tidak ada yang memungkiri kalau band-band indie terkadang
lebih bagus daripada band-band mainstream. Jadi di sini hanya masalah uang, karena industri
musik berbasis kepada profit, jadi label menanamkan modal yang besar untuk mencari keuntungan
yang lebih besar, itu tadi pada nilai investasinya. (Wendy Purwanto a.k.a Wendz Rawk, editor
Rolling stone Magazine)
6
Ditulis oleh Harlan, Manajer ERK pada halaman profil ERK di
http://www.myspace.com/efekrumahkaca diakses 7 maret 2010 jam 21.00

4

April 2009. Dan pada peneltian kali ini dibatasi hanya pada edisi Januari 2009,
yang berjudul “Mari Menyongsong!” (10 Januari 2009), “Selera Rakyat
Indonesia!” (17 Januari 2009), “Yang Agung dari Leuwinanggung” (24 Januari
2009), dan “Bahasa Korupsi Bahasa” (31 Januari 2009).
Kemudian dalam penelitian ini menggunakan analisis wacana Teun A. van
Dijk, yang meneliti tiga dimensi, yaitu teks yang terbagi menjadi struktur makro,
superstruktur dan struktur mikro, struktur makro menunjuk pada makna
keseluruhan (global meaning) yang dapat dicermati dari tema atau topik yang
diangkat oleh suatu wacana; kognisi sosial; serta konteks sosial. 7
Adapun alasan memilih tulisan-tulisan tersebut karena tulisan itu
merupakan tema yang didiskusikan manajer ERK dan pihak Kompas. Empat tema
awal tulisan ERK di kolom “Obrolan A-Politis” merupakan hasil dari diskusi
manajer ERK dan pihak Kompas dan pada tulisan berikutnya-lah personel ERK
dibebaskan memilih temanya sendiri. Lalu adapun alasan memilih analisis wacana
model Teun van A Dijk karena model ini lebih mudah dan terasa tepat untuk
mengoprek tulisan dari ERK tersebut.
Berdasarkan pemaparan latar belakang dan pembatasan masalah
sebelumnya, maka ada beberapa pertanyaan untuk merumuskan masalah
penelitian ini yaitu:
1.

Bagaimana maksud dari teks pada kolom “Obrolan A-Politis” rubrik
“Mandat Rakyat 2009” pada Kompas oleh Efek Rumah Kaca (Band)?

7

Teun A. van Dijk, Ideology and discourse: A Multidisciplinary Introduction. Internet
Course for the Oberta de Catalunya (UOC.)

5

2.

Bagaimana dimensi kognisi sosial pada kolom “Obrolan A-Politis”
rubrik “Mandat Rakyat 2009” pada Kompas oleh Efek Rumah Kaca
(Band)?

3.

Bagaimana dimensi konteks pada kolom “Obrolan A-Politis” rubrik
“Mandat Rakyat 2009” pada Kompas oleh Efek Rumah Kaca (Band)?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan sebagai berikut:
a. Menjabarkan dimensi teks sosial pada kolom “Obrolan A-Politis”
rubrik “Mandat Rakyat 2009” pada Kompas oleh Efek Rumah
Kaca (Band).
b. Menjelaskan dimensi kognisi sosial pada kolom “Obrolan APolitis” rubrik “Mandat Rakyat 2009” pada Kompas oleh Efek
Rumah Kaca (Band).
c. Mendeskripsikan dimensi konteks pada kolom “Obrolan A-Politis”
rubrik “Mandat Rakyat 2009” pada Kompas oleh Efek Rumah
Kaca (Band).
2. Manfaat Penelitian
Hasil peneltian ini diharapkan bisa memberikan kontribusi sebagai berikut:
a. Manfaat Akademis:
1) Memberikan sumbangsih bagi ilmu komunikasi khususnya
penelitian dengan menggunakan metode analisis wacana model
Teun A. van Dijk.

6

2) Memberikan tambahan wawasan tentang analisis wacana Teun
A. van. Dijk.
3) Memperkaya khazanah kajian ilmu komunikasi khususnya
tentang analisis wacana Teun A van Dijk.
b. Manfaat Praktis:
1) Memberikan semangat agar band-band lain bisa menjadi
penulis di media khususnya cetak.
2) Motivasi bagi orang lain untuk menjadi penulis di kolom pada
sebuah surat kabar.
3) Menjadi inspirasi dan pacuan untuk penelitian di masa
mendatang.

D. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Penelitan ini adalah penelitian kualitatif yang hasilnya berdasarkan
pemikiran yang sistematis dengan menggunakan analisis wacana milik Teun A.
van Dijk yang dijabarkan secara deskriptif. Bahasan penelitiannya meliputi teks,
kognisi sosial serta konteks sosial dari tulisan Efek Rumah Kaca pada kolom
“Obrolan A-Politis” rubrik “Mandat Rakyat” Kompas Januari 2009.
2. Teknik Pengumpulan Data
a. Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan dengan pengumpulan artikel kolom “Obrolan APolitis” (khusus Efek Rumah Kaca) Kompas Edisi 10, 17, 24 dan 31 Januari 2009.
Dan untuk gambaran umum mengenai Kompas diambil dari makalah yang
diberikan pusat database Kompas yang tidak diterbitkan.

7

b. Wawancara
Wawancara dilakukan kepada personil Efek Rumah Kaca, khususnya
Cholil Mahmud selaku penulis pada kolom “Obrolan A-Politis” untuk
kelengkapan temuan data dan analisis. Dan Myrna Ratna M, mantan editor rubrik
“Mandat Rakyat 2009” yang kini duduk sebagai editor rubrik “Kompas Minggu”
untuk mengetahui profil Kompas dan kelengkapan temuan data dan analisis.
Wawancara ini menggunakan alat berupa catatan dan rekaman baik berupa suara
ataupun gambar.
3. Teknik Pengolahan Data
Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis wacana milik Teun A. van
Dijk yang membagi wacana ke dalam tiga bagian, yaitu:
a. Teks, yang terbagi atas: Struktur makro (tematik), superstruktur
(skematik) serta Struktur mikro (semantik, sintaksis, stilistik dan
retoris) 8
b. Kognisi sosial,
c. Konteks sosial,
dengan menggunakan tabel non statistik. Di mana temuan data dan analisis
digabungkan menjadi satu yang kemudian dideskripsikan oleh peneliti.
4. Penyimpulan Hasil Penelitian
Penyimpulan penelitian ini berdasarkan semua data yang didapat baik
secara primer maupun sekunder yang diolah menggunakan tabel non statistik,
yang disusun secara sistematis dari pemikiran peneliti secara subjektif.

8

Teun A. van Dijk, Ideology and discourse: A Multidisciplinary Introduction. Internet
Course for the Oberta de Catalunya (UOC.), 2003.

8

E. Sistematika Penulisan
Untuk membantu penyusunan dan pembahasan penelitian ini, maka
disistematiskan ke dalam lima (V) bab, dengan mengacu pada Pedoman Penulisan
Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Desertasi) yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang disusun oleh Hamid Nasuhi dkk, dan diterbitkan oleh
CeQDA (Center for Quality Development and Assurance) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2007. Adapun sistematika penulisan dari penelitian
ini sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan, bab ini berisikan latar belakang masalah, pembatasan dan
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian
serta sistematika penulisan.
Bab II Kajian Teoritis, bab ini mengkaji lebih dalam mengenai rubrik, kolom dan
wacana.
Bab II Profil Kompas Dan Efek Rumah Kaca, bab ini berisikan profil Kompas,
dan Efek Rumah Kaca.
Bab IV Temuan Data dan Analisis, bab ini menguraikan tentang analisa penelitian
mengenai analisis wacana kolom “Obrolan A-Politis” rubrik “Mandat
Rakyat 2009” pada Kompas oleh Efek Rumah Kaca (Band).
Bab V Penutup, bab ini merupakan kesimpulan dan saran yang didapati dalam
penelitian ini.

BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Rubrik
Rubrik dalam pers menurut Harimurti Kridalaksana adalah “kelompok
karangan, tulisan atau berita yang digolongkan atas dasar aspek atau tema
tertentu” 1 . Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, rubrik adalah “kepala
karangan (ruang tetap) dalam surat kabar, majalah dan lain sebagainya” 2 . Senada
dengan hal tersebut, menurut Effendy, “rubrik berasal dari istilah Belanda yang
berarti ruangan pada surat kabar, majalah atau media cetak lainnya mengenai
suatu aspek kegiatan dalam kehidupan masyarakat seperti rubrik wanita, olahraga,
politik dan lain sebagainya” 3 . Sedangkan menurut Masri dalam bukunya Media
Cetak Bagaimana Merancang dan Memproduksi,
Asal muasal istilah rubrikasi dimulai tidak lama setelah Guttenberg
menemukan mesin cetak ketika banyak buku yang diproduksi secara masal.
Pada cetakan awal, buku tersebut rata-rata tebal dan untuk menandainya (Book
mark sekarang) antara buku satu dengan yang lainnya diberi sekat dengan pita
berwarna merah. Di dalam bahasa Latin dikenal dengan istilah rubber. Dan
karena itu, hingga kini untuk menandai ruang antara buku satu dengan yang
lain disebut rubrikasi.
Rubrik dalam media cetak sama dengan menu. Menu adalah sajian tertentu
yang khas dimana masing-masing rubrik tersebut mempunyai cita rasa dan
warna yang berbeda. Seorang pembaca yang menyukai menu A belum tentu
menyukai menu B, begitu sebaliknya. Tidak setiap menu disantap. Demikian
pula pembaca, mereka sering membaca rubrik yang mereka suka. 4

1

Harimurti Kridalaksana, Leksian Komunikasi, (Jakarta:Pradnya Paramita, 1984), hlm.

89
2

Onong Uchjana Effendy, Kamus Komunikasi Mandar Maju, (Bandung:Remaja
Rosdakarya, 1989) , hlm. 316
3
Anton, Meolino (et, al), Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:Balai Pustaka, 1998),
hlm. 756
4
R. Masri Sareb Putra, Media Cetak Bagaimana Merancang dan Memproduksi,
(Yogyakarta:Graha Ilmu,2007) hlm. 88

9

10

Dari definisi di atas, maka bisa disimpulkan bahwa rubrik adalah kepala
karangan yang bersifat tetap dalam sebuah media cetak yang berguna sebagai
ruangan mengenai suatu aspek kehidupan.
B. Kolom
Kolom menurut Slamet Soeseno dalam buku Asep Syamsul M. Romli
Jurnalistik Praktik untuk Pemula, adalah "tulisan yang memuat pendapat
berdasarkan penalaran, pemikiran kritis, menurut pandangan subjektif penulis”. 5
Sedangkan kolom menurut A.S Haris Sumadiria adalah “opini singkat
seseorang yang lebih banyak menekankan aspek pengamatan dan pemaknaan
terhadap suatu persoalan/keadaan yang terdapat dalam masyarakat. Opini yang
dimaksud adalah views yang bersifat subjektif semau penulisnya, bukan news
(berita) yang bersifat objektif berdasarkan fakta”. 6
Lebih lanjut Haris mengatakan bahwa, opini digunakan media sebagai:
“pendamping, penganalisis, penafsir berita; wahana diskusi – karena opini
merupakan tulisan seorang kolumnis dan ini bebas untuk didiskusikan, baik
mengiyakan atau menidakkan; sarana memberikan solusi terhadap suatu masalah;
serta sarana proses aktualisasi; sarana eksistensi diri”. 7
Masih menurut Haris, “seorang kolumnis – sebutan untuk penulis kolom –
membahas topik apa saja sesuai dengan tema yang tersaji dalam cerita singkat

5

Asep Syamsul M. Romli, S.IP, Jurnalistik Praktik untuk Pemula, (Bandung:Remaja
Rosdakarya, 2006), cet 7, hlm. 90
6
Drs. A.S. Haris Sumadiria, M.Si, Menulis Artikel dan Tajuk Rencana: Panduan Praktis
Wartawan dan Jurnalis Profesional, (Bandung:Simbiosa Rekatama Media, 2005), cet. 2 hlm. 9
7
Drs. A.S. Haris Sumadiria, M.Si, Menulis Artikel dan Tajuk Rencana: Panduan Praktis
Wartawan dan Jurnalis Profesional,, hlm. 11-13

11

yang memikat, logis, rasional, enak dibaca, menggairahkan dan menyegarkan
yang membaca opini kolumnis”. 8
Sementara itu Aceng Abdullah dalam bukunya Press Relations:Kiat
Hubungan dengan Media Massa, berpendapat bahwa ada beberapa pertimbangan
yang dijadikan media untuk memilih seorang kolomnis, yaitu, “memiliki
kredibilitas, tajam dan analitis, kaya dengan data dan informasi, berani, berpikir
runtut, berwawasan luas, bukan jago kandang (maksudnya, bukan hanya terampil
dalam kelompoknya tapi juga mampu tampil di masyarakat), konsisten dan paham
dunia jurnalistik”. 9
Jadi bisa disimpulkan bahwa kolom adalah sebuah opini singkat yang
bersifat subjektif dari seorang penulis kolom atau biasa disebut kolomnis. Kolom
sendiri bisa digunakan untuk pendamping, penganalisis, penafsir berita.
C. Wacana
1. Pengertian Wacana
Untuk pengertian wacana berdasarkan etimologis, Alex Sobur dalam
bukunya Analisis Teks Media, Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana
mengatakan bahwa “wacana atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan kata
discourse ternyata merupakan serapan dari bahasa Latin, discursus, kata dis,
berarti ‘dari, dalam arah yang berbeda’, dan currere, berarti ‘berlari’. Jadi
discursus berarti lari kian kemari”. 10

8

Drs. A.S. Haris Sumadiria, M.Si, Menulis Artikel dan Tajuk Rencana: Panduan Praktis
Wartawan dan Jurnalis Profesional,, hlm. 15
9
Aceng Abdullah, Press Relations:Kiat Hubungan dengan Media Massa,
(Bandung:Remaja Rosda Karya, 2000), hlm. 68-79
10
Alex Sobur, Analisis Teks Media, Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik dan Analisis Framing, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006) cet. 6 hlm. 9

12

Sementara itu dalam Kajian Wacana: Teori, Metode, Aplikasi dan Prinsip
Analisis Wacana karya Deddy Mulyana, “wacana dalam bahasa Indonesia
diambil dari bahasa Sansekerta, wac/wak/uak yang berarti berkata, dan akhiran
(sufiks) ana bermakna membendakan”. 11
Sedangkan menurut Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, ada tiga
makna

dari

tutur/cakapan

kata
yang

wacana.

yaitu,

merupakan

“perkataan/ucapan/tuturan;
satu

kesatuan;

serta

keseluruhan

satuan

bahasa

terbesar/terlengkap yang realisasinya pada bentuk karangan utuh, seperti novel,
buku dan artikel”. 12
Selanjutnya pengertian wacana berdasarkan terminologis menurut Alex
sendiri adalah “rangkaian ujar atau rangkaian tindak tutur yang mengungkapkan
suatu hal (subjek yang disajikan secara teratur, sistematis dalam satu kesatuan
yang koheren, dibentuk oleh unsure segmental maupun nonsegmental bahasa” 13
Lalu Henry Guntur Tarigan memandang “wacana tidak hanya mencakup
percakapan atau obrolan tetapi juga pembicaraan di muka umum, tulisan serta
upaya-upaya formal seperti laporan ilmiah dan sandiwara dalam lakon”. 14
Sejalan dengan Tarigan, Ismail Marahimin mendefinisikan wacana sebagai
“kemampuan untuk maju (dalam pembahasan) menurut urut-urutan yang teratur
yang menurut urutan yang semestinya dan komunikasi buah pikiran baik lisan
maupun tulisan yang resmi dan teratur”. 15 Ia menyimpulkan bahwa semua
komunikasi tulisan dan lisan yang teratur dan logis bisa dikategorikan sebagai
11

Dedy Mulyana, Kajian Wacana: Teori, Metode, Aplikasi dan Prinsip Analisis Wacana,
(Yogyakarta:Tiara Wacana, 2005) hlm. 3
12
Peter Salim dan Yenny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta:Modern
English Press, 2002) cet. 3 hlm. 1709
13
Alex Sobur, Analisis Teks Media, Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik dan Analisis Framing, hlm. 11
14
Tarigan dan Henry Guntur, Pengajaran Wacana, (Bandung:Angkasa, 1993), hlm. 23
15
Ismail Marahimin, Menulis Secara Poluler, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1994), hlm. 26

13

wacana. Wacana dikatakan harus memiliki dua komponen penting, yaitu kesatuan
dan koherensi (coherence).
Selanjutnya wacana menurut Samsuri dalam Analisis Teks Media, Suatu
Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framing, karya
Alex Sobur ialah “rekaman kebahasaan yang utuh tentang peristiwa komunikasi,
biasanya terdiri dari seperangkat kalimat yang memiliki hubungan pengertian satu
sama lain.” 16
Kemudian menurut Kartomiharjo ketika bicara wacana dalam Analisis
Wacana Kritis, karya Yoce Aliah Darma, “wacana menurutnya dipandang sebagai
cabang ilmu bahasa yang lebih besar daripada kalimat. Analisis wacana lazim
digunakan untuk menemukan makna wacana yang digunakan dalam sebuah
teks.” 17
Selanjutnya Michel Foucult dalam Eriyanto, Analisis Wacacna: Pengantar
Analisis Teks Media, menganggap bahwa wacana sebagai sesuatu yang
memproduksi yang lain (sebuah gagasan, konsep atau efek). Wacana dapat
dideteksi karena secara otomatis ide, opini, konsep dan pandangan hidup dibentuk
dalam konteks tertentu sehingga mempengaruhi cara berpikir dan bertindak
tertentu. 18 .
Jadi wacana sendiri bisa diartikan sebagai tuturan yang dibendakan, baik
lewat tulisan, rekaman suara ataupun gambar yang kemudian menjadi bahan
diskusi publik, oleh sebab itu wacana berkembang dan memproduksi yang lain

16

Alex Sobur, Analisis Teks Media, Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik dan Analisis Framing, hlm. 10
17
Prof. Dr. Hj Yoce Aliah Darma, M.Pd, Analisis Wacana Kritis, (Bandung:Yrama
Widya, 2009) hlm. 15
18
Eriyanto, Analisis Wacana:Pengantar Ananlisis Teks Media, (Jakarta:LKiS, 2001),
hlm. 65

14

(ide, gagasan, konsep dan efek) serta dapat mempengaruhi cara berpikir dan cara
bertindak orang lain.
2. Wacana Teun A. van Dijk
a. Analisis Wacana
Critical Discourse Analysis (CDA) [atau analisis wacana] has become the
general label for a study of text and talk, emerging from critical linguistics,
critical semiotics and in general from socio-politically conscious and
oppositional way of investigating language, discourse and communication. As
is the case many fields, approaches, and subdisciplines in language and
discourse studies, however, it is not easy precisely delimit the special
principles, practices, aims, theories or methods of CDA. 19
Wacana umumnya adalah berupa tulisan dan ucapan yang bermula akibat
linguistik kritis, semiotika kritis dan kesadaran sosio-politik dan bahasa, wacana
dan komunikasi.
Van Djik juga memfokuskan kajiannya pada peranan strategis wacana
dalam proses distribusi dan reproduksi pengaruh hegemoni atau kekuasaan
tertentu. Salah satu elemen penting dalam proses analisa terhadap relasi kekuasaan
(hegemoni) dengan wacana adalah pola-pola akses terhadap wacana publik yang
tertuju pada kelompok-kelompok masyarakat. Secara teoritis bisa dikatakan,
supaya relasi antara suatu hegemoni dengan wacana bisa terlihat dengan jelas,
maka kita membutuhkan hubungan kognitif dari bentuk-bentuk masyarakat, ilmu
pengetahuan, ideologi dan beragam representasi sosial lain yang terkait dengan
pola pikir sosial, hal ini juga mengaitkan individu dengan masyarakat, serta
struktur sosial mikro dengan makro. 20

19

Teun van Dijk, Aims of Critical Discourse Analysis, (Japan Discourse, 1995) Vol. 1,

hal. 17
20

Teun van Djik,. Discourse And Society: Vol 4 (2). (London:Newbury Park and New
Delhi: Sage, 1993), hal. 249

15

Berdasarkan kalimat diatas, van Djik menjelaskan bahwa teori analisa
wacana memiliki aspek pembahasan yang sangat luas, seperti model-model
masyarakat dan pola pikirnya, ideologi masyarakat, nilai-nilai sosial dan lainnya.
Model Teun A. van Dijk adalah model analisis wacana yang paling sering
digunakan dan model analisis wacana van Dijk sering disebut “kognisi sosial”. 21
Wacana digambarkan mempunyai tiga dimensi : teks, kognisi sosial dan konteks
sosial. Inti analisis van Dijk adalah menggabungkan ketiga dimensi tersebut
dalam satu kesatuan analisis. Dalam dimensi teks yang diteliti adalah bagaimana
struktur teks dan strategi wacana yang dipakai untuk menegaskan suatu tema
tertentu. Pada level kognisi sosial dipelajari proses produksi teks berita yang
melibatkan kognisi individu penulis. Sementara itu aspek konteks sosial
mempelajari bangunan wacana yang berkembang dalam masyarakat mengenai
suatu masalah. 22
Model analisis van Dijk dapat digambarkan sebagai berikut 23 :
Gambar 1.2
Diagram Model Analisis van Dijk
Konteks Sosial
Kognisi Sosial
Teks

Skema penelitian dan metode yang biasa dilakukan dalam kerangka van
Dijk adalah sebagai berikut 24 :

21

Eriyanto, Analisis Wacana:Pengantar Ananlisis Teks Media, hlm. 221
Eriyanto, Analisis Wacana:Pengantar Ananlisis Teks Media, hlm. 224
23
Prof. Dr. Hj. Yoce Aliah Darma, M.Pd. Analisis Wacana Kritis, (Bandung: CV. Yrama
Widya, 2009), hlm. 88
24
Eriyanto, Analisis Wacana:Pengantar Ananlisis Teks Media, hlm. 275
22

16

Tabel 1.2
Skema Penelitian dan Metode van Dijk
STRUKTUR
METODE
Teks
Menganalisis
bagaimana
strategi wacana yang digunakan untuk
menggambarkan
seseorang
atau
peristiwa tertentu. Bagaimana strategi
tekstual
yang
dipakai
untuk
memarjinalkan
suatu
kelompok,
gagasan atau peristiwa tertentu.

Critical linguistic

Kognisi Sosial
Menganalisis
bagaimana
kognisi penulis dalam memahami
seseorang atau peristiwa tertentu yang
akan ditulis
Analisis Sosial

Wawancara mendalam

Menganalisis
bagaimana
Studi pustaka,
wacana yang berkembang dalam sejarah, wawancara
masyarakat, proses produksi dan
reproduksi seseorang atau peristiwa
digambarkan.

penelusuran

b. Analisis Teks
van Dijk melihat teks terdiri dari berbagai struktur/tingkatan yaitu:
1) Struktur makro, merupakan makna global/umum dari suatu teks
yang dapat dipahami dengan melihat topik dari suatu teks.
Tema wacana ini bukan hanya isi, tapi juga sisi tertentu dari
suatu peristiwa.
2) Superstruktur, adalah kerangka suatu teks: bagaimana struktur
dan elemen wacana itu disusun dalam teks secara utuh.

17

3) Struktur mikro, adalah makna wacana yang dapat diamati
dengan menganalisis kata, kalimat, proposisi, anak kalimat,
paraphrase yang digunakan dan sebagainya. 25
Elemen wacana van Dijk lebih lengkapnya dapat digambarkan sebagai
berikut 26 :

Struktur
Wacana
Struktur Makro
Superstruktur

Struktur Mikro

Struktur Mikro
Struktur Mikro
Struktur Mikro

Tabel 2.2
Elemen Wacana Teun A van Dijk
Hal yang diamati
Tematik
(Apa yang dikatakan?)
Skematik
(Bagaimana pendapat disusun dan
dirangkai?)
Semantik
(Makna yang ingin ditekankan dalam
teks berita)
Sintaksis
(Bagaimana pendapat disampaikan?)
Stilistik
(Pilihan kata apa yang dipakai?)
Retoris
(Bagaimana dan dengan cara apa
penekanan dilakukan?)

Elemen
Topik
Skema

Latar, detail, maksud,
praanggapan,
nominalisasi
Bentuk kalimat,
koherensi, kata ganti
Leksikon
Grafis, Metafora,
Ekspresi

c. Analisis Kognisi Sosial
Dalam kerangka analisis wacana van Dijk perlu meneliti kognisi sosial,
yakni kesadaran mental penulis yang membentuk teks tersebut. Pendekatan ini
didasarkan pada asumsi bahwa teks tidak mempunyai makna, makna diberikan
oleh pengguna bahasa (dalam kasus ini adalah penulis). Oleh karena itu

25

Alex Sobur, Analisis Teks Media, Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik dan Analisis Framing, hlm. 73-74
26
Alex Sobur, Analisis Teks Media, Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik dan Analisis Framing, hlm. 74

18

dibutuhkan penelitian mengenai representasi kognisi dan strategi penulis dalam
memproduksi berita. 27
Peristiwa

dipahami

berdasarkan

skema

atau

model.

Skema

dikonseptualisasikan sebagai struktur mental di mana tercakup cara pandang
terhadap manusia, peranan sosial dan peristiwa. Skema menunjukkan bagaimana
kita menggunakan struktur mental untuk menyeleksi dan memproses informasi
yang datang dari lingkungan. Skema sangat ditentukan oleh pengalaman dan
sosialisasi. 28
Ada beberapa skema/model yang dapat digunakan dalam analisis kognisi
sosial penulis, digambarkan sebagai berikut 29 :
Tabel 3.2
Skema/Model Kognisi Sosial
Skema person (person schemas)
Skema ini menggambarkan bagaimana
seseorang
menggambarkan
dan
memandang orang lain
Skema diri (self schemas)
Skema ini berhubungan dengan
bagaimana diri sendiri dipandang,
dipahami dan digambarkan seseorang
Skema peran (role schemas)
Skema ini berhubungan dengan
bagaimana seseorang memandang dan
menggambarkan peranan dan posisi
yang ditempati seseorang dalam
masyarakat. Pandangan ini akan
mempengaruhi
pemberitaansuatu
peristiwa
Skema peristiwa (event schemas)
Skema ini barangkali yang paling
banyak digunakan penulis dan setiap
peristiwa selalu ditafsirkan dan
dimaknai dalam skema tertentu
Model ini berkaitan dengan representasi sosoial, uaitu bagaimana
pandangan, kepercayaan dan prasangka yang berkembang dalam masyarakat. Dan
salah satu yang terpenting dalam proses kognisi sosial ini adalah memori. Memori
27

Eriyanto, Analisis Wacana:Pengantar Analisis Teks Media, hlm. 259-260
Eriyanto, Analisis Wacana:Pengantar Analisis Teks Media, hlm. 261
29
Eriyanto, Analisis Wacana:Pengantar Analisis Teks Media, hlm. 262
28

19

itu sendiri ada dua, yaitu memori jangka pendek (short-term memory) dan memori
jangka panjang (long-term memory). Memori jangka pendek meliputi memori
peristiwa, kejadian hal yang mengacu pada kejadian beberapa waktu lalau (durasi
pendek). sedang memori jangka panjang adalah memori yang mengacu pada
peristiwa, objek yang terjadi dalam kurun waktu yang lama. Dalam Long-term
memory terdapat dua macam, yaitu memori episodik (episodic memory) yaitu
memori yang berhubungan dengan diri sendiri seperti otobiografi, sedang yang
lainnya adalah memori semantik (semantic memory) yaitu pengetahuan tentang
realitas/dunia. 30
Selanjutnya Van Dijk menjelaskan empat strategi besar yang dilakukan
dalam analisis kognisi sosial, yaitu:
1) Seleksi, yaitu strategi yang menunjukkan bagaimana sumber,
peristiwa dan/atau informasi diseleksi
2) Reproduksi, berhubungan dengan apakah informasi dikopi atau
tidak dipakai
3) Penyimpulan, berhubungan dengan bagaimana realitas yang
kompleks dipahami dan ditampilkan secara ringkas. Oleh
karena itu dalam penyimpulan ini paling tidak ada tiga hal
terkait. Pertama, adalah penghilangan dengan merangkum
informasi dan menghilangkan informasi yang tidak relevan.
Kedua, generalisasi di mana informasi yang agak mirip
dijadikan sumber informasi yang berlaku umum. Ketiga, adalah
konstruksi yang berhubungan dengan kombinasi beberapa fakta

30

Eriyanto, Analisis Wacana:Pengantar Analisis Teks Media, hlm. 264-265

20

atau

informasi

sehingga

membentuk

pengertian

secara

keseluruhan.
4) Transformasi lokal, berhubungan bagaimana peristiwa itu akan
ditampilkan 31
d. Analisis Konteks Sosial
Masih menurut van Dijk wacana adalah bagian dari wacana yang
berkembang dalam masyarakat sehingga untuk meneliti teks perlu dilakukan
analisis intertekstual dengan meneliti bagaimana wacana tentang suatu hal
diproduksi dan direkonstruksi oleh masyarakat. Menurut van Dijk dalam analisis
sosial ini ada dua hal penting yang perlu diperhatikan yaitu kekuasaan (power)
dan akses (access). 32
Van Dijk mendefinisikan kekuasaan sebagai kepemilikan yang dimiliki
oleh suatu kelompok (atau anggotanya) untuk mengontrol kelompok (atau
anggota) dari kelompok lain. Kekuasaan ini didasarkan pada kepemilikan atas
sumber-sumber yang bernilai. Selain kontrol yang bersifat langsung dan fisik
kekuasaan juga berbentuk persuasif. 33
Berkaitan dengan akses, van Dijk berpendapat bahwa akses ini didominasi
oleh kelompok-kelompok elit. Kelompok elit mempunyai akses yang lebih besar
dibandingkan dengan kelompok yang tidak berkuasa, mereka lebih besar
mempunyai kesempatan menggunakan akses pada media dan kesempatan lebih
besar untuk mempengaruhi khalayak. 34

31

Eriyanto, Analisis Wacana:Pengantar Analisis Teks Media, hlm. 269-270
Eriyanto, Analisis Wacana:Pengantar Analisis Teks Media, hlm. 271
33
Eriyanto, Analisis Wacana:Pengantar Analisis Teks Media, hlm. 272
34
Eriyanto, Analisis Wacana:Pengantar Analisis Teks Media, hlm. 272
32

BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Harian Umum Kompas
1. Sejarah Berdiri dan Perkembangannya
Sejarah Harian Umum Kompas rupanya cukup erat dengan sejarah
Indonesia, yaitu ketika suhu perpolitikan di Indonesia memanas menjelang tahun
1965, ketika itu Partai Komununis Indonesia (PKI) melakukan kegiatan sepihak,
bahkan menyuarakan pembentukan angkatan kelima untuk menghadapi alat-alat
keamanan Negara yang sah, ABRI. Dengan dalih landreform 1 PKI melakukan
penyerobotoan tanah milik Negara. Aksi serupa dilukiskan oleh ‘Harian Rakyat’
sebagai adil dan patriotik. Suatu hari di awal 1965, Letjen Ahmad Yani (19221965) selaku menteri/panglima TNI-AD menelpon rekannya sekabinet, Drs Frans
Seda. Ahmad Yani melemparkan ide untuk menerbitkan harian melawan pers
komunis. Frans Seda menanggapi ide itu, lalu kemudian membicarakannya
dengan Ignatus Josef Kasimo (1900-1986) sesama rekan dari partai katolik dan
dengan rekannya yang memimpin majalah Intisari, Petrus Kanisius Ojong (19201980) dan Jacob Oetama.
PK Ojong dan Jakob Oetama kemudian menggarap ide tersebut dan
mempersiapkan penerbitan harian. Pada awalnya nama yang dipilih adalah
“Bentara Rakyat”, pemakaian nama itu dumaksudkan untuk menunjukan kepada
masyarakat bahwa pembela rakyat yang sebenarnya bukanlah PKI. Dalam
keperluan dinas Frans Seda sebagai Menteri Perkebunan (1964-1966) menghadap
1

Landreform atau reformasi tanah adalah redistribusi tanah yang dikuasai langsung oleh
negara sebagai objek pengaturan penguasaan tanah kepada petani penggarap.
.

21

22

kepada Presiden Soekarno di Istana Merdeka, setelah Presiden Soekarno
mendengar bahwa Frans Seda akan menerbitkan sebuah Harian lalu Soekarno
menyarankan sebuah nama yaitu “Kompas”. Pemberi arah dan jalan dalam
mengarungi lautan atau hutan rimba, maka jadilah nama Harian Umum Kompas
hingga sekarang, sementara nama Yayasan Bentera Rakyat sebagai penerbit
Harian Umum Kompas. Para pendiri Yayasan Bentera Rakyat adalah para
pemimpin organisasi katolik seperti: partai katolik, wanita katolik, PMKRI, dan
PK Ojong. Pengurus Yayasan terdiri dari ketua : I.J. Kasimo, wakil ketua: Drs
Frans Seda, Penulis I : F.C. Palaunsuka, penulis II : Jacob Oetama, Bendahara :
PK. Ojong.
Walaupun mendapat bantuan dari Mgr. Soegijapranoto dan bantuan dari
pimpinan Angkatan Darat, proses izin terbit mengalami kesulitan karena PKI dan
antek-anteknya “menguasai” aparatur negara, khususnya Departemen Penerangan
Pusat dan daerah. PKI tidak mentolerir sebuah harian yang menjadi saingan berat.
Tahap demi tahap rintangan dapat teratasi, pusat memberi izin prinsip namun
harus di konfirmasikan ke Daerah Militer V Jaya. Lalu persyaratan terakhir untuk
terbit adalah harus ada bukti 3.000 orang pelanggan lengkap dengan alamat dan
tanda tangannya. Frans Seda akhirnya punya inisiatif untuk mengumpulkan tanda
tangan anggota partai, guru sekolah, anggota-anggota Koperasi Kopra Primerdi
Kabupaten Ende Lio, Kabupaten Sikka, dan Kabupaten Flores Timur. Dan dalam
waktu singkat, daftar 3.000 pelanggan lengkap dengan alamat dan tanda tangan
terkumpul. Bagian perizinan Puskodam V Jaya akhirnya menyerah dan
mengeluarkan izin terbit. Pers PKI yang melihat kehadiran Harian Umum Kompas
bereaksi keras, bahkan mulai menghasut masyarakat dengan mengartikan “Harian

23

Umum Kompas” sebagai “Komando Pastor”. Harian Umum Kompas lahir pada
tanggal 28 Juni 1965 dengan motto “Amanat Hati Nurani Rakyat”, pada keesokan
harinya Harian Umum Kompas mulai dipasarkan. Harian Umum Kompas pertama
kali terbit sebanyak empat halaman.
Kemudian setelah Orde Lama tumbang dan digantikan Orde Baru yang
ditandainya peristiwa G30S/PKI, maka terbentuklah peta ideologi pers di
Indonesia. Agassi dalam buku Akhmad Zaini Akbar berjudul 1966-1974 Kisah
Pers Indonesia memetakan ideologi pers pada periode awal kebangkitan orde baru
(Orba), yaitu:
a. “Pers Militer”, yaitu Harian Angkatan Bersenjata, Berita Yudha,
Ampera, Api Pancasila, Pelopor Baru dan Warta Harian. Empat
harian yang terakhir adalah harian yang punya hubungan khusus
dengan militer, namun satu sama lain tidak selalu satu pendapat
tentang hal-hal tertentu dan bahkan tak jarang saling berentangan.
Hal ini merupakan refleksi dari masih belum integratifnya
pandangan dan sikap militer dalam menghadapi beberapa politik
tertentu
b. “Pers Nasionalis” (Pers PNI), yaitu Suluh Marhaen dan El-Bahar.
Harian terakhir bukan pers PNI, tapi punya hubungan baik dengan
kelompok kiri partai itu dan lebih kiri daripada pers PNI, serta
selalu mendukung dan mengekspresikan pandangan-pandangan
Soekarno, walaupun terbit di zaman Orba
c. “Pers Kelompok Intelektual”, yaitu Harian Kami, Nusantara,
Indonesia dan Pedoman

24

d. “Pers Kelompok Muslim”, yaitu Duta Masyarakat, Angkatan Baru,
Suara Islam dan Mercu Suar
e. “Pers Kelompok Kristen”, yaitu Harian Umum Kompas (Katolik)
dan Sinar Harapan (Prostetan)
f. “Pers Kelompok Independem”, yaitu Harian Merdeka, Jakarta
Times serta Revolusioner. 2
Peta ini dibuat Agassi ini didasarkan atas ekspresi cultural (nilai-nilai,
aliran atau ideologi) yang ditampilkan pers dalam politik redaksional
(pemberitaan dan editorialnya). Misalnya, “Pers Militer” adalah pers yang
mengekspresikan pandangan ideologis militer, walaupun tidak selalu uniform,
namun untuk sejumlah persoalan politik krusial selalu terdapat kesamaan
pandangan, seperti dalam soal stabilitas, ketertiban politik nasional, ideologi
Negara, kepentingan nasional, persatuan dan kesatuan nasional serta lainnya.
Sedang “Pers Nasionalis” adalah pers yang mengekspresikan pandangan
ideologis kaum nasionalis radikal dan Soekarnois. “Pers kelompok
Intelektual” bisa dihubungkan dengan ekspresi ideologis kaum intelektual di
dalam maupun di luar kampus yang menginginkan perubahan atau
pembaharuan politik nasional. Kelompok ini sering dihubungkan dengan
tokoh-tokoh PSI (Partai Serikat Islam) atau kelompok Sosialis. Selanjutnya,
“Pers Muslim” adalah pers yang mengekspresikan pandangan ideologis kaum
muslimin pada umumnya, namun perlu dicatat pula bahwa kelompok ini pun
tidak selalu punya pandangan bahkan dalam banyak hal bertentangan secara
diametral. Lalu “Pers kelompok Kristen”, adalah pers yang mengekspresikan
pandangan idelologis umat Kristen, baik Katolik maupun Protestan.
Sedangkan “pers kelompok independen” adalah pers yang yang tidak
mengekspresikan pandangan ideologis kelompok mana pun dalam
masyarakat. Tapi, karena tidak punya pandangan ideologis ekslusif, maka di
dalam prakteknya pers kelompok ini kadang-kadang terjebak dalam
pandangan-pandangan ideologis dari kelompok pers lainnya, sehingga sering
dikatakan “Pers plin-plan” 3
Awalnya Kompas mempercayakan percetakan di Eka Grafika, namun
sete