Biografi Al-Ghazali HASIL DAN PEMBAHASAN
variatif di dapatkannya dari Abu al- Ma‟li Dhiauddin al-Juwayni w. 1085 M1478
H. Ilmu yang dipelajarinya diantanranya adalah ilmu kalam dan ilmu ushul Iqbal, 2015: 88 setelah itu, ia menuju Baghdad dan menjadi guru besar di
Universitas yang didirikan oleh Nizam al-Mulk, seorang perdana menteri Bani Saljuk Syar‟I, 2005: 98.
Ketika itu kehidupannya goncang Karena keraguan yang meliputi dirinya, “apakah jalan yang ditempuhnya sudah benar atau tidak?” perasaan syak ini
timbul dalam dirinya setelah mempelajari ilmu kalam teologi yang diperolehnya dari Juwaini. Teologi membahas berbagai aliran yang antara satu sama lain
terdapat kontradiksi. Al-Ghazali ragu, mana diantara aliran-aliran itu yang betul- betul benar. Bukunya yang berjudul al-
munqiżnmin a - alāl menjelaskan tentang keadaan ini. Dalam bukunya itu tergambar keinginannya untuk mencari
kebenaran yang sebenarnya. Al-Ghazali mulai tidak percaya kepada pengetahuannya yang diperolehnya melalui panca indera sebab pancaindera
sering kali salah dan berdusta. Ia kemudian meletakan kepercayaan kepada pengetahuan akal, tetapi ternyata tidak memuaskan juga. Tasyawuflah yang
kemudian menghilangkan rasa syak dalam dirinya. Pengetahua tasyawuf yang diperolehnya melalu kalbu membuat al-Ghazali merasa yakin mendapatkan
pengetahuan yang benar Tim Redaksi Ensiklopedi Islam, 2002: 26. Setelah mengabdikan diri untuk ilmu pengetahuan selama berpuluh tahun
dan setelah memperoleh kebenaran yang hakiki pada Akhir 505 H19 Desember 1111 M, di hadapan adiknya, Abu Ahmadi Mujidduddin. Al-Ghazali
meninggalkan 3 orang anak perempuan sedang anak laki-lakinya yang bernama Hamid telah meninggal dunia semenjak kecil sebelum wafatnya al-Ghazali,
karena anak inilah, ia digelarkan “Abu Hamid” bapak si Hamid.