123
Selain implikasi-implikasi yang telah disebutkan di atas, tentu banyak lagi implikasi lainnya yang tidak disebutkan di sini. Hal ini memerlukan kajian khusus
untuk melihat implikasi qanun Aceh terhadap penyelenggaraan Pemerintahan Aceh secara khususnya, baik dalam pelaksanaan otonomi khusus maupun otonomi
daerah, dan terhadap masyarakat Aceh secara umumnya.
5.1.3 Ketepatan Waktu
Mengukur kinerja juga menggunakan dimensi ketepatan waktu. Ketepatan waktu ini terkait dengan perencanaan jadwal kegiatan seseorang atau sekelompok
orang dalam organisasi. Hal ini berarti menyangkut dengan apakah suatu kegiatan yang menjadi tugas dan tanggungjawab seseorang atau sekelompok orang dalam
organisasi telah dilaksanakan sesuai dengan yang telah direncanakan sebelumnya. Mengukur kinerja DPRA dalam membentuk qanun Aceh menggunakan
dimensi ketepatan waktu dapat digunakan tolak ukur yang telah di tetapkan dalam peraturan perundang-undangan dan penjadwalan atau rencana kegiatan tahunan
yang berlaku di lingkungan DPRA seperti prolega prioritas dan Rencana Kerja Tahunan RKT DPRA. Oleh karena itu, dengan menggunakan instrumen tersebut
kita akan dapat mengukur kinerja DPRA dilihat dari segi ketepatan waktu DPRA membentuk qanun Aceh setiap tahunnya.
5.1.3.1 Ketepatan Waktu Penetapan Prolega Prioritas
Mengukur kinerja ketepatan waktu DPRA dalam menetapkan program legislasi Aceh setiap tahunnya prolega prioritas dapat menggunakan tolak ukur
yang telah ditentukan dalam peraturan perundang-undangan. Dalam UU No. 122011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan pasal 34
124
disebutkan bahwa penyusunan dan penetapan prolegda provinsi dilakukan setiap tahun sebelum penetapan rancangan perda provinsi tentang APBD Provinsi.
Dengan demikian, ketepatan waktu DPRA dalam menetapkan prolega prioritas dapat dijelaskan dengan tabel di bawah ini:
Tabel 5.17 Ketepatan Waktu Penetapan Prolega Prioritas Tahun
Waktu Penetapan Prolega Prioritas
Waktu Penetapan APBA
Keterangan 2007
05 Februari 2007 20 Juni 2007
Tepat Waktu
2008 18 Februari 2008
24 Juni 2008 Tepat Waktu
2009 16 Juni 2009
27 Februari 2009 Tidak Tepat Waktu
2010 03 Mei 2010
12 April 2010 Tidak Tepat Waktu
2011 14 Februari 2011
26 April 2011 Tepat Waktu
2012 13 Februari 2012
07 Februari 2012 Tidak Tepat Waktu
2013 14 Maret 2013
04 Februari 2012 Tidak Tepat Waktu
2014 17 Januari 2014
31 Desember 2013 Tidak Tepat Waktu
2015 05 Mei 2016
27 Februari 2016 Tidak Tepat Waktu
2016 19 Februari 2016
22 Februari 2016 Tepat Waktu
Sumber: Diolah, 2016
Dengan menggunakan pengukuran yang telah diuraikan dalam tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa selama ini DPRA sering tidak tepat waktu dalam
menetapkan prolega prioritas. Dari sepuluh tahun kinerja ketepatan waktu yang diukur, DPRA hanya tepat waktu menetapkan prolega prioritas selama 4 tahun.
Tetapi jika kita kaji lebih mendalam sebagaimana dijelaskan dalam UU No. 232014 tentang Pemerintahan Daerah pasal 312 disebutkan bahwa kepala
daerah dan DPRD wajib menyetujui bersama rancangan perda tentang APBD paling lambat satu bulan sebelum dimulainya tahun anggaran setiap tahun. Jadi,
jika aturan dari UU No. 122011 dikomparasikan dengan ketentuan ini, maka waktu penetapan prolega prioritas dan waktu penetapan APBA dalam tabel di atas
125
menjadi sama sekali tidak tepat waktu karena ditetapkan melebihi satu bulan sebelum tahun berjalan.
5.1.3.2 Ketepatan Waktu Pembahasan Qanun Aceh
Mengukur kinerja ketepatan waktu DPRA dalam membentuk qanun Aceh juga dapat digunakan tolak ukur yang telah di tetapkan dalam penjadwalan atau
rencana kegiatan tahunan yang berlaku di lingkungan DPRA seperti prolega prioritas dan Rencana Kerja Tahunan RKT DPRA. Oleh karena itu, dengan
menggunakan instrumen tersebut kita akan dapat mengukur kinerja DPRA yang dilihat dari segi ketepatan waktu DPRA dalam membahas qanun Aceh setiap
tahunnya. Gambar di bawah ini akan menampilkan perbandingan antara jumlah prolega prioritas dan jumlah rancangan qanun Aceh yang dibahas tepat waktu dari
tahun 2007-2016:
Gambar 5.5 Ketepatan Waktu Pembahasan Rancangan Qanun Aceh Tahun 2007-2016
Sumber: Diolah, 2016
2007 2008
2009 2010
2011 2012
2013 2014
2015 2016
9 10
8 5
14 22
20 6
10 14
17 28
12 21
31 23
21 12
13 15
Tepat Waktu Prolega Prioritas
53 36
67 24
45 96
95 50
77 93
126
Gambar di atas menunjukkan bahwa setiap tahunnya DPRA tidak pernah seratus persen tepat waktu membahas rancangan qanun Aceh sesuai dengan yang
telah ditentukan dalam prolega prioritas. Akibatnya adalah judul-judul rancangan qanun yang tidak sempat dibahas tersebut dimasukkan lagi kedalam prolega
prioritas ditahun depannya. Hal inilah yang membuat beban DPRA dalam pembahasan qanun Aceh terus bertambah. Kejadian ini berulang setiap tahunnya,
yang mengakibatkan target legislasi DPRA yang ada dalam prolega prioritas tidak pernah tercapai dan selalu tertunda-tunda.
5.1.3.3 Ketepatan Waktu Pengesahan Qanun Aceh
Kinerja DPRA yang diukur dengan dimensi ketepatan waktu terlihat semakin parah apabila ditinjau dari segi waktu pengesahan qanun Aceh. Qanun
Aceh yang akan disahkan tentunya harus melalui proses pembahasan dahulu, tetapi jika proses pembahasannya saja yang terus-menerus tidak tepat waktu
apalagi dari segi pengesahannya tentunya sangat memprihatinkan. Gambar dibawah ini membuktikan parahnya manajemen waktu anggota DPRA dalam
proses mengesahkan qanun Aceh:
127
Gambar 5.6 Persentase Ketepatan Waktu Mengesahkan Rancangan Qanun Aceh Tahun 2007-2016
Sampai dengan bulan Agustus 2016
Sumber: Diolah Dari gambar di atas, dapat diperhatikan bahwa persentase capaian DPRA
dalam segi ketepatan waktu mengesahkan rancangan qanun Aceh sangat memprihatinkan. Selain pada tahun 2013 dan 2014, persentase capaian ketepatan
waktu pengesahan qanun Aceh berada dibawah 50 persen. Capaian tertinggi DPRA adalah dapat mengesahkan 62 persen raqan Aceh tepat pada waktunya
pada tahun 2013. Sebaliknya, capaian terendah DPRA adalah pada tahun 2010 dengan capaian hanya 10 persen.
Ketidaktepatan waktu DPRA menyelesaikan pembahasan dan pengesahan qanun Aceh disebabkan oleh banyak alasan. Molornya penetapan prolega
20 40
60 80
100 2016
2015 2014
2013 2012
2011 2010
2009 2008
2007
27 46
50 62
39 16
10 42
21 47
73 54
50 38
61 84
90 58
79 53
Tepat Waktu Tidak Tepat Waktu
128
merupakan salah satu alasan yang disampaikan oleh ketua Baleg periode 2014- 2019, pada tanggal 19 Agustus 2016, yaitu sebagai berikut:
“Tidak selesainya pembahasan qanun Aceh disebabkan berbagai faktor seperti waktu penetapan prolega yang waktunya molor. seperti yang
terjadi pada tahun lalu, waktu pertama pelantikan anggota DPRA pada september, sehingga pembahasan penetapan itu sudah melewati bulan
oktober dan november, makanya tidak terkejar dengan untuk tahun 2014
dan 2015”. Dari hasil wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa molornya waktu
pembahasan raqan merupakan alasan utama mengapa DPRA selalu tidak tepat waktu saat membahas dan mengesahkan rancangan qanun Aceh. Padahal DPRA
mempunyai susunan jadwal kerja yang rinci dan sistematis dalam bentuk Rencana Kerja Tahunan RKT. RKT ini disusun oleh sekretariat DPRA setiap tahun yang
berpedoman pada peraturan perundang-undangan dan peraturan tata tertib DPRA. RKT juga telah memperoleh persetujuan anggota DPRA dengan ditetapkan dalam
keputusan pimpinan DPRA. Tetapi semua penjadwalan ini menjadi tidak berguna karena tidak disiplinnya anggota DPRA dalam masalah waktu. Seperti yang
disampaikan oleh kepala bagian persidangan dan risalah DPRA, pada tanggal 22 agustus 2016, yaitu sebagai berikut:
“Sekretariat DPRA adalah eksekutif yang diperbantukan untuk mengurus administrasi pelaksanaan fungsi DPRA. Di kita, sudah ada
mekanisme kapan dimulai dan kapan selesai, semua jadwal aktifitas DPRA sudah diatur dengan teratur, baik itu sebagaimana diatur
peraturan perundangan oleh pusat atau yang diatur sendiri oleh anggota DPRA, tetapi biasanya dari mereka anggota DPRA membuat
perlawanan-perlawanan dan tidak mematuhi jadwal yang sudah ada itu sehingga sering terjadi molor
”. Dengan demikian, diperlukan kemauan politik dari DPRA untuk
memanajemen waktu dan anggota mereka dengan baik. Anggota-anggota DPRA
129
sudah seharusnya berkomitmen dengan peraturan perundang-undangan dan keputusan yang telah mereka sepakati sendiri. Anggota DPRA diharapkan dapat
mengenyampingkan urusan-urusan pribadi mereka. Apalagi jika itu kontra produktif dengan kepentingan rakyat Aceh secara keseluruhan.
5.1.4 Cycle Time