PELAKSANAAN FUNGSI LEGISLASI DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN MALANG PADA TAHUN 2015

(1)

i PELAKSANAAN FUNGSI LEGISLASI DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN MALANG PADA TAHUN 2015

SKRIPSI

Disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan Strata Satu (S1) Ilmu Pemerintahan

Oleh:

LUTFI PUTRI NURMALA SARI 201210050311121

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


(2)

(3)

(4)

iv SURAT PERNYATAAN

Nama : Lutfi Putri Nurmala Sari Tempat, Tanggal

Lahir

: Banyuwangi, 12 November 1994

NIM : 201210050311121

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan : Ilmu Pemerintahan

Menyatakan bahwa Karya Ilmiah/ Skripsi saya yang berjudul:

Pelaksanaan Fungsi Legislasi DewanPerwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Malang Pada Tahun 2015

Adalah bukan karya tulis orang lain, baik sebagian maupun keseluruhan, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah saya sebutkan sumbernya.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapatkan sanksi akademik sebagaimana berlaku.

Malang, Yang Menyatakan,


(5)

(6)

vi KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT serta Nabi Muhammad SAW Yang dengan rahmat dan hidayahnya, sehingga penulis menyelesaikan penelitian dan menyusun hasil penelitian yang berupa skripsi dengan judul

“Konflik Pemilihan Umum Kepala Daerah di Kabupaten Mojokerto Tahun 2010”

Penyusun skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar S-1 Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang.

Penulis sadar dalam penulisan ini masih terdapat banyak kesalahan yang dikarenakan atas keterbatasan pengetahuan dan referensi ilmu yang dimiliki penulis, sebagaimana penulis merupakan makhluk biasa yang syarat akan keterbatasan. bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, sulit untuk dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik, makan pada kesempatan ini diijinkan penulis untuk menyampaikan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada : 1. Drs. Fauzan, M.Pd selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Malang serta

seluruh jajaran Pembantu Rektor dan staf Rektor UMM.

2. Dr. Asep Nurjaman, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang, beserta Dekan I, II, dan III.

3. Hevi Kurnia Hardini, S.IP, MA. Gov selaku Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang. 4. Drs. Khrisno Hadi, M.A selaku dosen pembimbing I yang telah bijaksana

memberikan bimbingan, nasehat serta meluangkan waktu dan tenaganya untuk mengarahkan penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini.


(7)

vii 5. Dr. Asep Nurjaman, M.Si selaku dosen pembimbing II yang juga tidak

henti-hentinya terus membimbing dan meluangkan waktu serta tenaganya agar penulis dapat menyelesaikan Skripsi.

6. Ucapan terima kasih juga tidak lupa penulis sampaikan kepada Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang yang telah membagi ilmu yang sangat bermanfaat dan memberikan sumbangan berupa saran serta materi selama perkuliahan kepada penulis.

7. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ketua Badan Legislasi DPRD Kabupaten Malang, Staff Bagian Perundang-undangan, dan seluruh Sekretariat DPRD Kabupaten Malang, terima kasih atas bantuannya kepada penulis selama proses penelitian dilapangan.

8. Teman – teman angkatan 2012 jurusan Ilmu Pemerintahan, serta semuanya yang tidak dapat penulis tulis satu persatu, yang telah banyak membantu dan memberikan motivasi.


(8)

viii LEMBAR PERSEMBAHAN

1. Kupersembahkan sebuah karya kecil ini untuk Ayahanda Kamari dan Ibundaku Umaiyah tercinta, yang tiada pernah hentinya selama ini memberiku semangat, doa, dorongan, nasehat dan kasih sayang serta pengorbanan yang tak tergantikan hingga aku selalu kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. Ayah, Ibu terimalah bukti kecil ini sebagai kado keseriusanku untuk membalas semua pengorbananmu. Dalam hidupmu demi hidupku kalian ikhlas mengorbankan segala perasaan tanpa kenal lelah, dalam lapar berjuang separuh nyawa hingga segalanya. Maafkan anakmu Ayah, Ibu masih saja ananda menyusahkanmu.

2. Untuk Om Subandi dan Tante Sundari terima kasih untuk supportnya selama aku kecil hingga saat ini keponakanmu ini bisa mendapat gelar Sarjana. Om dan Tante selalu menasehatiku saat aku lalai akan kewajibanku. Kalian adalah panutan terbaik dalam hidupku dan diriku merasa sangat nyaman saat berada diantara Om dan Tante. Untuk tante Sundari, terima kasih kesabaranmu untuk selalu membimbingku bagaimana menjadi wanita sholehah yang seutuhnya. Kalian is the best.. 3. Teruntuk saudara-saudara kakak dan adik (sepupu dan keponakan) yang

tidak bisa aku sebutkan satu persatu, tiada yang paling mengahrukan saat kumpul bersama kalian, walaupun sering bertengkar akan tetapi hal tersebut menjadi pemanis dan warna yang indah yang tidak pernah tergantikan. Terima kasih dukungannya saat aku dilanda rasa malas. Kalian yang selalu memberi semangat-semangat kecil yang sangat berharga buatku.

4. Untuk yang akan menjadi calon imamku (Amiin) Hidayah Ramadlana, terima kasih atas kasih sayang, perhatian, dan kesabaranmu yang telah memberikanku semangat dan inspirasi dalam menyelesaikan tugas akhirku ini. Semoga engkau adalah pilihan yang terbaik untukku dan masa depanku Amiin Ya Rabb..


(9)

ix 5. Giliran sahabat nih.. Teruntuk Oliv (Bank Pinjeman), Pipit (Si Sabar Kaltim) , Ami (Si manis Ambon), Ratry (Si Cantik Ngalam) terima kasih untuk susah senangnya 4 Tahun ini ya. Aku bukan apa-apa tanpa kalian semua rek, makasi sudah selalu saling mengingatkan saat masing-masing kita salah dan saling menguatkan. Senengnya kita sudah wisuda dan sudah sarjana, sedihnya kita bakal jarang ketemu, LDRan deh (kayak pacaran aja ya wkwk). Semoga persahabatan kita tetep kokoh mengakar tidak akan goyah diterpa angin dan badai yaaa...Amiin Ya Rabb.. untuk Ayu si kecil mungil Sahabatku dari SMA yang sudah aku anggap saudaraku sendiri terima kasih ya dirimu ada untuk memberi suppot yang sangat luar biasa. Cepet nyusul wisuda Tahun Depan ya Si Kecil..

6. Teruntuk Dosen Pembimbing Skripsi Drs. Khrisno Hadi, MA dan Dr. Asep Nurjaman, M.Si terima kasih pak sudah dibantu, di nasehati, di ajari dan kesabarannya selama ini.

7. Para Fans di Kelas IP B (Hafid, Bayu, Willy, Hap-Hap, dkk) suwun rek candaanmu selama kita kuliah 4 tahun ini. Bakalan rindu gelak tawa dan candaan kalian rek, tetaplah menjadi dirimu sendiri rek yang apa adanya. Cepet nyusul Wisuda periode selanjutnya ya rek.. Semangato Rek...

8. Untuk Patner Part Timeku di Lab Tiko, Mas Sardi, Mas Huri makasi banyak untuk semangatnya ya rek. Tiko dan Mas Huri cepet nyusul wisuda juga ya periode ke 4 Amiin.. untuk Pak Khrisno Hadi selaku Kepala Lab, Dosen Favorit yang sederhana dan sangat humble banget, matur nuwun nggeh pak untuk kesabaran dan bantuannya selama ini. Tetaplah menjadi dosen kebanggaan yang selalu dihormati dan disegani semua orang.

Manisnya keberhasilan akan menghapus pahitnya kesabaran. Nikmatnya memperoleh kemenangan akan menghilangkan letihnya perjungan menuntaskan pekerjaan. Hidup adalah perjuangan yang harus dimenangkan.


(10)

x keduanya bersama-sama akan menempah kita untuk terus berkembang dan

akhirnya menggapai kesuksesan.

Allah selalu memberikan apa yang kita butuhkan, bukan apa yang kita inginkan, karena apa yang terbaik bagi kita belum tentu baik bagi Allah SWT,

namun apa yang baik bagi Allah SWT itulah yang terbaik buat kita. tetapi sering kali kita tidak bisa melihat apa yang kita butuhkan, melainkan selalu

melihat apa yang kita inginkan.


(11)

xi ABSTRAK

LUTFI PUTRI NURMALA SARI, 2016, 201210050311121, Universitas Muhammadiyah Malang, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jurusan Ilmu Pemerintahan, Pelaksanaan Fungsi Legislasi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Pada Tahun 2015, Pembimbing I: Drs. Khrisno Hadi, MA; Pembimbing II: Dr. Asep Nurjaman, M.Si

Berdasarkan Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah dapat diambil suatu makna Pemisahan Pemerintah Daerah (Eksekutif) dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Legislatif) untuk memberdayakan DPRD dan meningkatkan pertanggungjawaban Pemerintah kepada rakyat. Sebagai lembaga Legislatif, DPRD mempunyai fungsi yakni: Fungsi Legislasi, Pengawasan dan Anggaran. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagai unsur penyelenggaraan pemerintahan di daerah. DPRD dibentuk untuk melaksanakan fungsi pokok yaitu, fungsi pembentukan perda, anggaran dan pengawasan. Untuk terlaksananya Fungsi Legislasi DPRD, maka DPRD di dukung oleh suatu Badan Legislasi yang merupakan alat kelengkapan DPRD.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Penelitian akan menggambarkan bagaimana Pelaksanaan Fungsi Legislasi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Pada Tahun 2015, Mulai dari penyusunan Prolegda sampai pengesahan dan penyebarluasan perda. Sumber data berupa data primer dan data sekunder dengan tehnik pengumpulan data melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Subjek penelitian adalah Ketua Badan Legislasi Daerah DPRD Kabupaten Malang, Anggota Pansus. Lokasi penelitian bertempat Kantor DPRD Kabupaten Malang yang berada di JL. Panji, No. 119, Kepanjen, JawaTimur. Teknik analisis data menggunakan model interaktif Miles dan Huberman mulai dari pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

Berdasarkan hasil penelitian penulis, dapat diketahui bahwa Pelaksanaan Fungsi Legislasi DPRD Kabupaten Malang dalam penyusunan perda belum berjalan maksimal. Hal tersebut terlihat pada saat uji publik raperda dimana waktu pembahasan dengan proses pengundangan stakeholder sangat singkat, sehingga para stakeholder belum sepenuhnya memahami subtansi raperda yang akan di uji publik. Faktor yang mempengaruhi pelasaksanaan fungsi legislasi adalah waktu pembahasan dan anggaran yang kurang memadai. Badan Legislasi terhambat oleh masalah waktu pembentukan Rancangan peraturan daerah yang akan di bentuk dan di susun, terhitung mulai masuknya Isu ke dalam agenda politik, untuk kemudian di bahas kedalam Badan Legislasi terhitung singkat. Kompleksnya tugas dimiliki oleh Badan Legislasi dan jumlah Rancangan yang harus dibahas dengan jangka waktu yang terhitung singkat menjadikan anggota Badan Legislasi kewalahan. Menyelesaikan tugas yang utama dengan kondisi multi jabatan memungkinkan terjadinya terbengkalainya beberapa tugas yang harus di


(12)

xii selesaikan. Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah yang dibahas untuk satu buah Rancangan terkadang berbenturan dengan tugas lain dalam kepanitiaan, sehingga waktu pembahasan menemui kendala, yang akhinya waktu yang ditetapkan menjadi mundur atau tidak tepat waktu menyebabkan target yang dicapai juga tidak maksimal.

Untuk analisis Fungsi legislasi DPRD Kabupaten Malang, bahwa bila meninjau pada teori legislasi, telah sesuai dengan urutannya yaitu mulai dari perencanaan, pembahasan, pengesahan, dan penyebarluasan. Dalam politik hukum, wewenang yang diberikan kepada para elit politik untuk membentuk suatu peraturan seringkali dijadikan alat untuk mencapai kepentingan politik mereka. Aspirasi rakyat sering terlupakan akibat terlalu sibuknya para elit politik dalam mengurusi partai politiknya. Kedepan diharapkan anggota DPRD dalam melaksanakan fungsi legislasi agar lebih berpihak kepada masyarakat, sesuai dengan keberadaan mereka sebagai wakil rakyat.

Kata Kunci : Fungsi Legislasi, Peraturan Daerah

Malang, 27 Juli 2016 Penulis

Lutfi Putri Nurmala Sari

Menyetujui

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Drs. Khrisno Hadi, MA


(13)

xiii ABSTRACT

LUTFI PUTRI NURMALA SARI, 2016, 201210050311121, Muhammadiyah University Malang, Faculty of Social and Political Science, Department of Government, The Implementation of Legislative Function of Regional Representative Council in 2015, Counselor I: Drs. Khrisno Hadi, MA; Counselor II: Dr. Asep Nurjaman, M.Si

Based on Act No. 23, 2014 on Regional Government, a meaning can be taken on the separation of Regional Government (Executive) and Regional Representative Council (Legislative) to empower DPRD and improve the responsibility of government toward the people. As legislative institution, DPRD has the following functions: Legislation, Supervision and Budgeting. Regional Representative Council acts as the element of regional governance. DPRD is formed to conduct the main function of the establishment of local regulations, budgeting and supervision. For the implementation of Legislative Function, DPRD is supported by a legislation board, which is the supplement tool of DPRD. In this research, researcher uses qualitative research with descriptive research type. The research will describe on how the implementation of legislative function of the Regional Representative Council in 2015 started from the formulation of Prolegda (Regional Legislation Program) to the approval and distribution of a regional regulation (Perda). Data sources are primary and secondary data with data collection technique is conducted through interview, observation and documentation. Research subject is the Head of Regional Regulation Agency of DPRD Malang Regency and Member of Special Committee. Research location is the office of DPRD of Malang Regency located at Jl. Panji No. 119 Kepanjen, East Java. Data analysis technique used is interactive model of Miles and Huberman started from data collection, data reduction, data presentation and conclusion.

Based on research result, it is found that the implementation of legislative function of DPRD of Malang Regency in the formulation of regional regulation has not yet maximum. It can be seen during public test of Regional Regulation Draft (Raperda) where the discussion with the promulgation of stakeholder is in a very short time; thus, the stakeholders have less understanding on the substance of the raperda that will be in the public test. Factors influencing the implementation of legislative function are time of discussion and inadequate budget. Legislation Board was hampered by the time needed for formulation. The draft of regional regulation to be formed and formulated started from the entry of issue in political agenda until being discussed by Legislation Agency has a very short time. The complexity of task of Legislation Board and the number of drafts to be discussed along with the short time available has made the board overwhelmed. Completing the main task with multi-position condition will likely to make some tasks will be neglected. The discussion of one regional regulation draft sometimes collide with other tasks in the committee; thus, the time for discussion will be an obstacle that results in a delay and the target to be achieved is not optimal.

Regarding the analysis on legislative function of DPRD of Malang Regency, when referring to legislation theory, the order is appropriate, which is planning,


(14)

xiv discussion, approval and distribution. In political law, authority given to the political elites to formulate a regulation is often used as a tool to achieve their own political interest. People aspiration is often abandoned since the elites are busy with their own political party. In the future, it is expected that members of DPRD be more pro-public in implementing their legislative function according to

their existence as people’s representatives.

Keyword: Legislative Function, Regional Regulation

Malang, July 27, 2016 Author

Lutfi Putri Nurmala Sari

Approval

Counselor I Counselor II


(15)

xv DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

LEMBAR PERNYATAAN ... iv

BERITA ACARA BIMBINGAN ...v

KATA PENGANTAR ... vi

LEMBAR PERSEMBAHAN ... vii

ABSTRAK ... xi

ABSTRCT ... xiii

DAFTAR ISI ... xv

DAFTAR TABEL ... xviii

DAFTAR GAMBAR ... xx

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 9

E. Definisi Konseptual ... 9

F. Definisi Operasional... 12

G. Kerangka Berfikir... 13


(16)

xvi BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Legislasi ... 18

B. Fungsi Legislasi Dalam Pembentukan Produk Hukum ... 29

C. Kinerja Legsilasi DPRD ... 33

BAB III DESKRIPSI WILAYAH A. Gambaran Umum Kabupaten Malang ... 35

B. Profil DPRD Kabupaten Malang ... 40

C. Peta Politik Kabupaten Malang ... 56

D. Program Legislasi Daerah Tahun 2015 ... 57

E. Daftar Infentaris Masalah Tahun 2015 ... 59

BAB IV PEMBAHASAN A. Program Legislasi Daerah ... 62

a. Legislatif ... 63

b. Eksekutif ... 67

c. Pengesahan Badan Legislasi Daerah ... 68

B. Penyusunan Raperda ... 69

1. Raperda Usul dari Eksekutif ... 73

1.1Penyampaian Rpaerda ... 76

1.2Pembahasan Raperda ... 80

1.3Pengesahan Raperda... 82

2. Raperda Usul dari DPRD (Inisiatif) ... 82

2.1Pembentukan Raperda ... 83

2.2Penyusunan Naskah Raperda ... 84

2.3Pembahasan Raperda ... 85

2.4Uji Publik Raperda ... 91

2.5Pengesahan Raperda... 93

C. Kendala Pelaksanaan Fungsi Legislasi DPRD Kabupaten Malang Tahun 2015 1. Waktu Pembahasan Raperda ... 96


(17)

xvii BAB V PENUTUP

A. KESIMPULAN ... 99 B. SARAN ... 101 DAFTAR PUSTAKA ... 103 LAMPIRAN


(18)

xviii DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 : Perbandingan Capaian Legislasi

di Kabupaten Malang Tahun 2011-2014... 6

Tabel 3.1 : Presentase Luas Daerah dan Jumlah Penduduk per Kecamatan Tahun 2014 ... 37

Tabel 3.2 : Banyaknya Kelurahan/Desa, RW dan RT per Kecamatan Tahun 2014 ... 39

Tabel 3.3 : Hasil Perolehan Pemilu Legislatif Kabupaten Malang Tahun 2014 ... 42

Tabel 3.4 : Daftar Partai Politik yang Menduduki Kursi DPRD Kabupaten Malang Tahun 2014 ... 44

Tabel 3.5 : Daftar Fraksi di DPRD Kabupaten Malang ... 44

Tabel 3.6 : Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah 2014-2019 ... 46

Tabel 3.7 : Daftar Anggota DPRD Berdasarkan Pendidikan ... 48

Tabel 3.8 : Daftar Pimpinan DPRD Kabupaten Malang 2014-2019 ... 48

Tabel 3.9 : Anggota Badan Musyawarah ... 49

Tabel 3.10 : Komposisi Keanggotaan Komisi DPRD Kabupaten Malang ... 51

Tabel 3.11 : Anggota Badan Pembentukan Peraturan Daerah ... 53

Tabel 3.12 : Anggota Badan Anggaran ... 54

Tabel 3.13 : Anggota Badan Kehormatan ... 55 Tabel 3.14 : Komposisi Perolehan Kursi Partai Politik di Kabupaten Malang


(19)

xix Pada Pemilu Legislatif 2009 dan pemilu 2014 ... 56 Tabel 3.15 : Prolegda Kabupaten Malang Tahun 2015 ... 58 Tabel 3.16 : Daftar Infentaris Masalah Tahun 2015 ... 60


(20)

xx DAFTAR GAMBAR


(21)

xxi DAFTAR LAMPIRAN

Risalah Persidangan Perubahan Prolegda 2015 Risalah Persidangan Raperda APBD TA 2016


(22)

xxii DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Aubert, V.DalamSulistyowatiIriantodkk. –Ed.1. –Denpasar: PustakaLarasan; Jakarta: Universitas Indonesia, Universitas Leiden, Universitas Groningen, 2012

BagirManan, DPR, DPD dan MPR dalam UUD 1945 Baru, cet 2, (Yogyakarta: FH UII Press, 2004)

Budiarjo Miriam, 1993, Fungsi Legislatif dalam sistem politik Indonesia, Jakarta: Rajawali Pers

DhalanThaib, MenujuParlemenBikameral (StudiKonstitusionalperubahanketiga UUD 1945, dalam Abdul GhoforAnshoridanSobirin Malian, MembangunHukum Indonesia (PidatoPengukuhan Guru BesarIlmuHukum), Yogyakarta: Kreasi Total Media

Fatmawati, 2010, Struktur dan Fungsi Legislasi Parlemen dengan Sistem Multikameral (Studi Perbandingan antara Indonesia dan Berbagai Negara), Jakarta, UI Press

Indriati, Maria farida. 2007. IlmuPerundang undangan (jenis, fungsidanmaterimuatan).Yogyakarta: Kanisius

Jimly Assidqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara Jilid 1. Cet. 1. Jakarta: Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi, 2006

John Locke, 1960. Two Treaties of Civil Government, J.M Dent and Sons Ltd, London


(23)

xxiii Lijphart, Arended. Parliamentary versus Presidensial Government. Reprinted.

New York: Oxford University Press, 2004

Mahfud MD, 1989, PolitikHukum Di Indonesia, CetakanPertama, Pustaka LP3ES Kerjasama UII Pres, Yogyakarta

Marbun, B.N, 1983, DPR Daerah. Jakarta: Ghalia Indonesia

Mardiasmo, Pengawasan, PengendaliandanPemeriksaanKinerjaPemerintah Daerah dalamPelaksanaanOtonomi Daerah, (Yogyakarta: PenerbitAndi, 2001)

S.A Walkland Dalam Saldi Isra 2010. Pergeseran Fungsi Legislasi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Cetakan Pertama

Strong, C.F, 1975, Modern Political Constitution: An Introduction To The Comparative Study Of History And Exising From, Sidwick And Jackson. London

Sugiyono (2009), MetodePenelitianKuantitatif, Kualitatifdan R&D, PenerbitAlfabeta, Bandung

Syamsudin, Azis., 2011, PraktekdanTeknikPenyusunanUndang-Undang,SinarGrafika, Jakarta

Wasistiono, S. danWiyoso, Y. (2009).MeningkatkanKinerjaDewanPerwakilan Rakyat Daerah.Bandung : PT Fokusmedia

PeraturanPerundangan :

Undang-undangNomor 23 Tahun 2014 tentangPemerintah Daerah

Undang-undangNomor 12 tahun 2011tentang PembentukanPeraturanPerundang-undangan


(24)

xxiv Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah tentang Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 16 Tahun 2006 Tentang Jenis dan Bentuk Produk Hukum Daerah

Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Malang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Tata Tertib DPRD Kabupaten Malang

Sumber Lain Jurnal

Prianto, Agung, DPRD DI ERA OTONOMI DAERAH (Studi Kasus Terhadap Pelaksanaan Fungsi Legislasi DPRD Kabupaten Malang Periode 2009 - 2014 Dalam Penyusunan Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Pelayanan Publik) (jurnal, kota tidak dicantumkan, tahun tidak dicantumkan).

Prima, Rizky, Peranan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Padang Dalam Pelaksanaan Fungsi Legislasi Periode 2009 – 2010 (jurnal, kota tidak dicantumkan, tahun tidak dicantumkan).

Evan, Stevanus, Fungsi Legislasi Dpd Dalam Sistem Ketatanegaran Indonesia, Jurnal Hukum (kota tidak dicantumkan, tahun tidak dicantumkan).

Syamsu Kamar dan M.Y. Tiyas Tinov, Hubungan Pemerintah Daerah dan DPRD Dalam Pembahasan Ranperda, Jurnal FISIP Universitas Riau, Kampus Bina Widya Km. 12,5 Simpang Baru Panam, Pekanbaru 28293

Internet:


(25)

xxv Wawancara:

Achmad Andi, Ketua Badan Pembentukan Peraturan Daerah DPRD Kabupaten Malang, wawancara, Gedung DPRD Kabupaten Malang

Wintoyo, Staff Bagian Perundang-undangan DPRD Kabupaten Malang

Willy Deni Permana, SH Kasubbag Peraturan Perundang-undangan Biro Hukum Pemerintah Kabupaten Malang


(26)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Menurut Undang-undang 1945 kekuasaan Negara dapat dibagi ke dalam beberapa cabang kekuasaan yang dikaitkan dengan lembaga-lembaga Negara yaitu kekuasaan legislatif (membuat UU), kekuasaan eksekutif (melaksanakan UU) dan kekuasaan yudikatif (menyelenggarakan keadilan guna menegakkan hukum dan keadilan). Kekuasaan legislatif merupakan lembaga yang dipilih dan disetujui warga (choosen and appointed), berwenang membuat UU dan merupakan lembaga tertinggi dalam sebuah Negara.

Melalui kebijakan otonomi daerah yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015, daerah diberi kewenangan dan tanggung jawab untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Melalui kewenangan yang dimilikinya untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat, Pemerintah Daerah akan berupaya untuk meningkatkan perekonomian sesuai dengan kondisi, kebutuhan dan kemampuan serta potensi yang dimiliki, sehingga memberikan peluang dan kesempatan bagi daerah untuk berupaya semaksimal mungkin dalam rangka mencapai tujuan untuk peningkatan kesejahteraan rakyat di daerah. Dengan adanya otonomi daerah tersebut berarti Pemerintah Daerah harus berusaha dan mampu mengembangkan


(27)

2 diri, menggali potensi untuk kesejahteraan warganya dan sekaligus mempertanggungjawabkan atas pelaksanaan otonomi di daerah.

Dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014, tentang Pemerintah Daerah disebutkan Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah. Yang dimaksud dengan pemerintah daerah adalah Gubernur, Bupati, Walikota yang dilengkapi dengan perangkat daerah, yaitu Organisasi Pemerintah Daerah terdiri atas Sekretatis Daerah, Dinas, Badan dan Lembaga Teknis Daerah yang bertanggung jawab kepada kepala daerah. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagai unsur penyelenggaraan pemerintahan di daerah. DPRD dibentuk untuk melaksanakan fungsi pokok yaitu, fungsi pembentukan perda, anggaran dan pengawasan. Ketiga fungsi tersebut dilaksanakan dalam kerangka representasi atau perwakilan. Salah satu fungsi DPRD yang sangat penting dalam rangka mendukung pelaksanaan otonomi luas di daerah adalah fungsi legislasi.

Wakil rakyat tidak dapat lepas dalam peran representasi, artikulasi dan agregasi kepentingan rakyat, maka diperlukan kemampuan personal dan kelompok dalam membawa kepentingan masyarakat banyak yang lebih luas di berbagai kesempatan, karena harus melewati proses politik dengan lembaga lain seperti pemerintah Daerah (eksekutif), ormas dan pelaku bisnis. Sebab dalam pelaksanaan fungsi legislasi ini merupakan suatu proses untuk mengakomodasi berbagai kepentingan para pihak (stakeholders), untuk menetapkan bagaimana pembangunan di daerah akan dilaksanakan. Fungsi legislasi berkenaan dengan kewenangan untuk menentukan peraturan yang mengikat warga negara dengan norma-norma hukum yang mengikat dan membatasi.


(28)

3 Mekanisme penyusunan, perancangan, pembahasan, pengundangan, dan penyebarluasan Peraturan Daerah lebih lanjut diatur dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Dalam proses fungsi legislasi terdapat proses penyusunan Raperda yang sebelumnya ada 2 tahapan yaitu penyusunan Program Pembentuk Peraturan Daerah (Properda) dan Penyusunan Naskah Akademik. Properda (Program Pembentuk Peraturan Daerah) adalah instrument perencanaan Properda Provinsi atau Peraturan Daerah Kabupaten/Kota yang disusun secara terencana, terpadu, dan sistematis.1 Sedangkan naskah akademik adalah naskah hasil penelitian atau pengkajian hukum dan hasil penelitian lainnya terhadap suatu masalah tertentu yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah mengenai pengaturan masalah tersebut dalam suatu Rancangan Undang-undang, Rancangan Peraturan Daerah Provinsi, atau Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota sebagai solusi terhadap permasaahan dan kebutuhan hukum masyarakat.2

Eksekutif membuat Prolegda sebagai konsekuensi penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) yang diterjemahkan dalam bentuk Perda, sedangkan DPRD membuat Prolegda karena selain sebagai lembaga legislatif yang berwenang membuat Perda, juga karena DPRD melalui Perda menentukan arah pembangunan dan pemerintahan di daerah, sebagai dasar perumusan kebijakan publik di daerah, serta sebagai pendukung pembentukan perangkat daerah dan susunan organisasi perangkat daerah. Menurut Undang-Undang

1

Ketentuan Pasal 1 angka 10 Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan

2

Ketentuan Pasal 1 angka 18 Peraturan Daerah Kabupaten Malang No. 11 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Daerah


(29)

4 Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan materi muatan Peraturan Daerah adalah dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan serta menampung kondisi khusus daerah dan/atau penjabaran lebih lanjut Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi

Dengan adanya Undang-undang No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, maka diharapkan pelaksanaan fungsi legislasi DPRD dapat sesuai dengan dasar hukum tersebut. Dalam perkembangannya fungsi legislasi DPRD belum dapat berjalan maksimal, faktanya dalam pembentukan Peraturan Daerah baik secara nasional masih banyak menyisakan masalah3, diantaranya: Pertama, Aspek Teknik Penyusunan. Dari segi teknik penyusunan peraturan perundang-undangan, diperoleh data bahwa sebagian besar Peraturan Daerah dalam penyusunannya belum mengikuti teknik penyusunan Peraturan Perundang undangan sebagaimana diatur dalam Lampiran Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Ketentuan teknik penyusunan Peraturan Perundang-undangan pada umumnya tidak dipedomani secara taat asas dalam Pembentukan Peraturan Daerah; Kedua, Aspek Substansi terdiri dari isi dari Peraturan Daerah tersebut masih kurang memberikan ruang bagi masyarakat untuk mengembangkan dirinya, dan seringkali juga bertentangan dengan peraturan perundangan-undangan yang lebih tinggi, seperti misalnya: menghambat/mempengaruhi investasi, belum menyatakan secara nyata kebijakan pelestarian daya dukung lingkungan hidup, belum berorientasi kepada pelayanan publik, serta belum diserapnya nilai HAM;

3

Kajian oleh Direktorat Fasilitasi Perancangan Peraturan Daerah DIRJEN Peraturan Perundang-undangan DEPHUMKAM dalam PetaPermasalahan Dalam Pembentukan Peraturan Daerah dan Upaya Fasilitasi Percanangan Peraturan Daerah oleh Dr. Wahiduddin Adams, SH, MA


(30)

5 2.50%

97.50%

Sumber Legislasi Daerah Secara Nasional Inisiatif DPRD (2,5%)

Usulan Eksekutif (97,5%)

Ketiga, dalam pembentukan peraturan daerah masih ditemukan adanya pasal-pasal yang hilang, maksudnya adalah seringkali ditemukan adanya ketentuan norma dalam Raperda yang tidak diikuti oleh peraturan pelaksanaan lebih lanjut. Sehingga keberadaan pasal-pasal tersebut menjadi tidak atau kurang bermakna.

Untuk terlaksananya Fungsi Legislasi DPRD, maka DPRD di dukung oleh suatu Badan Legislasi yang merupakan alat kelengkapan DPRD kemudian pasca berlakunya Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, Badan Legislasi berubah nomenklatur menjadi Badan Pembentuk Peraturan Daerah (Bapemperda). Badan Pembentuk Peraturan Daerah adalah alat kelengkapan DPRD yang menentukan skala prioritas bersifat tetap secara kelembagaan dan dibentuk pada saat rapat penyusunan tata tertib (tatib) tentang pembentukan alat kelengkapan DPRD yang berperan sebagai pemrakarsa pembuatan dan pembahasan Raperda. Fenomena kinerja legislasi DPRD secara umum jika dilihat dengan cermat, belum memenuhi harapan seperti yang digambarkan oleh IGI.4 Pada tahun 2012-2014 pernah mencatat bahwa saat ini DPRD Kabupaten/Kota sangat tergantung pada input Raperda yang disampaikan oleh pemerintah daerah (eksekutif).

Diagram 1.1. Kinerja legislasi Nasional (DPRD) menurut IGI

Sumber: www.kemitraan.or.id/igi/

4

Indonesia Governance Index (IGI) adalah sebagai salah satu organisasi kemitraan yang melakukan pemeringkatan terhadap kinerja legislasi DPRD di Indonensia.


(31)

6 Diagram di atas merupakan hasil studi di 10 kabupaten/kota pada lima provinsi yang menunjukan bahwa sumber Perda dari inisiatif DPRD sangat rendah atau hanya berkisar 2,5% sedangkan usulan eksekutif mendominasi hingga 97,5%. Artinya, penelitian tersebut produk legislasi daerah di 34 provinsi (yang terdiri dari Kabupaten/Kota) se-Indonesia masih cukup rendah, termasuk di Kabupaten Malang.

Tabel 1

Perbandingan Capaian Legislasi di Kabupaten Malang Tahun 2011-2104

No Tahun

Jumlah Raperda Capaian

Jumlah Capaian % Inisiatif

DPRD Eksekutif

Inisiatif

DPRD Eksekutif

1 2011 9 12 4 6 10 47

2 2012 7 12 4 9 13 68

3 2013 6 14 3 10 13 65

4 2014 7 16 3 9 12 52

Sumber: Sekretariat DPRD Kabupaten Malang, diolah

Pada tahun 2015 DPRD Kabupaten Malang memiliki 22 Program Pembentukan Peraturan Daerah. Terdiri dari 13 Raperda berasal dari eksekutif dan 9 Raperda berasal dari inisiatif DPRD.5 Dari 13 Raperda dari eksekutif, 3 Raperda diantaranya menjadi agenda rutin yang harus ada setiap tahun yaitu Raperda tentang pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja daerah, perubahan anggaran pendapatan dan belanja daerah serta rancangan anggaran pendapatan dan belanja daerah. Khusus untuk 3 Raperda tersebut dibahas oleh Badan Anggaran dan Tim Anggaran yang merupakan alat kelengkapan DPRD. Sedangkan untuk 19 Raperda yang ada, akan dibahas oleh Panitia Khusus yang anggotanya diambil dari tiap-tiap komisi dan Tim Raperda

5


(32)

7 yang anggotanya dari SKPD yang berbeda terkait dengan bahasan tiap-tiap Raperda.

Kelemahan pelaksanaan fungsi pembentukan peraturan daerah DPRD Kabupaten Malang terlihat dari minimnya inovasi Perda yang dihasilkan, baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif. Secara kuantitatif, rata-rata Perda yang dihasilkan DPRD Kabupaten Malang setiap tahun hanya sekitar 9 sampai 20 Perda. Jumlah tersebut sangat sedikit jika dibandingkan dengan rata-rata Prolegda di daerah se-Indonesia yang mencapai 30 sampai 50 Raperda untuk disahkan menjadi Perda setiap tahunnya.

Secara kualitatif, beberapa Perda Kabupaten Malang telah dibatalkan oleh Mendagri, salah satunya Perda Pengelolaan Air Tanah yang sudah berlaku pada tahun 2009 akan tetapi pada tahun 2012 pihak Kemendagri meminta untuk merevisi karena dinilai Perda tersebut bertentangan dengan undang-undang diatasnya.6

Selain permasalahan minimnya inovasi perda, terdapat permasalahan yang peneliti temui dilapangan yang harus mendapat evaluasi dari pihak DPRD yaitu saat uji publik/sosialisasi raperda. Permasalahannya adalah dari prosedur saat mengundang konstituen yang rentang waktunya sangat singkat yaitu hanya 2-3 hari sebelum acara uji publik dilaksanakan. Sedangkan sebanyak 22 Raperda belum disebarluaskan/dipublikasikan yang disiapkan maupun yang tengah dibahas kepada konstituen/masyarakat, sehingga berpengaruh pada subtansi dari tiap-tiap raperda yang nantinya berpengaruhnya pada kurangnya kualitas perda.

6

Wawancara dengan staf bidang perundang-undangan DPRD Kabupaten Malang pada tanggal 15 Desember 2015


(33)

8 Untuk dapat mengetahui fenomena kelemahan pelaksanaan fungsi pembentukan peraturan daerah DPRD Kabupaten Malang seperti yang telah digambarkan sebelumnya, terkait secara logis dengan faktor-faktor yang mempengaruhi, diperlukan suatu studi analisis yang komprehensif terhadap lembaga legislatif (DPRD) dalam melaksanakan fungsi pembentukan peraturan daerah, dan yang dapat mengungkapkan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja tersebut guna memberikan rekomendasi pemecahan permasalahan.

B.Rumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan hal penting dalam suatu penelitian, karena dengan perumusan masalah seorang peneliti telah mengidentifikasi persoalan yang diteliti sehingga sasaran yang hendak diteliti dan dibahas dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana Pelaksanaan Fungsi Pembentukan Peraturan Daerah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Malang pada tahun 2015 ?

2. Apa kendala dan solusi yang dilakukan DPRD Kabupaten Malang dalam melaksanakan Fungsi Pembentukan Peraturan Daerah pada tahun 2015 ? C.Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pelaksanaan fungsi pembentukan peraturan daerah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Malang pada tahun 2015. 2. Untuk mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi oleh Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Malang dalam pelaksanaan fungsi pembentukan peraturan daerah pada tahun 2015.


(34)

9 D.Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada akademisi, mahasiswa, praktisi atau pemerhati masalah fungsi legislasi. Sehingga bermanfaat dalam pengembangan dan pengayaan ilmu sosial, terutama yang berkaitan dengan pelaksanaan fungsi pembentukan peraturan daerah DPRD Kabupaten Malang.

b. Manfaat Praktis

Penelitian ini dipakai sebagai masukan kepada Kantor DPRD Kabupaten Malang khususnya Badan Pembentuk Peraturan Daerah untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan fungsi pembentukan peraturan daerah dalam proses pembentukan Raperda Tahun 2015. Adapun bagi masyarakat dengan adanya penelitian ini diharapkan masyarakat dapat memiliki pemahaman mengenai pelaksanaan fungsi legislasi dan dapat berperan mengontrol jalannya fungsi pembentukan peraturan daerah DPRD Kabupaten Malang.

E.Definisi Konsep

Definisi konsep adalah berisi gambaran umum mengenai konsep serta istilah-istilah yang memiliki kaitan dengan penelitian. Definisi konsep juga dimaksudkan memberi penegasan tentang makna arti dari kalimat yang ada di dalam permasalahan, sehingga mempermudah dalam memahami maksud dari


(35)

10 kalimat yang ada di dalam penelitian. Untuk itu ada beberapa definisi konseptual yang akan di jelaskan dengan rincian sebagai berikut:

1. Fungsi Legislasi

Fungsi Legislasi adalah suatu proses untuk mengakomodasi berbagai kepentingan para pihak pemangku kepentingan (stakeholders), untuk menetapkan bagaimana pembangunan di daerah akan dilaksanakan. Oleh karena itu fungsi ini dapat mempengaruhi karakter dan profil daerah melalui peraturan daerah sebagai produknya. Disamping itu sebagai produk hukum daerah, maka peraturan daerah merupakan komitmen bersama para pihak pemangku kepentingan daerah yang mempunyai kekuasaan paksa (coercive). Dengan demikian fungsi pembentukan peraturan daerah mempunyai arti yang sangat penting untuk menciptakan keadaan masyarakat yang diinginkan (sebagai social engineering) maupun sebagai pencipta keadilan sosial bagi masyarakat.7

Ketentuan yang mengatur mengenai penguatan fungsi pembentukan peraturan daerah DPRD sudah secara tegas diatur, baik dalam UUD 1945, dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD.

Menurut Jimly Asshiddiqie, pelaksanaan fungsi legislasi dalam pembentukan UU, menyangkut 4 (empat) bentuk kegiatan, yaitu:

1. Prakarsa pembuatan undang-undang (legislative initiation);

7


(36)

11 2. Pembahasan rancangan undang-undang (law making process);

3. Persetujuan atas pengesahan rancangan undang-undang (law enactment approval);

4. Pemberian persetujuan pengikatan atau ratifikasi atas perjanjian atau persetujuan internasional dan dokumen-dokumen hukum yang mengikat lainnya (Binding decision making on international agreement and treaties or other legal binding document).8

2. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah lembaga perwakilan daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah, DPRD adalah lembaga perwakilan rakyat di daerah yang merupakan wahana untuk melaksanakan demokrasi di daerah berdasarkan Pancasila. DPRD sebagai badan legislatif daerah dan merupakan unsur penyelenggara pemerintahan daerah.9

Fungsi Dewan10:

1. Membentuk Undang-undang yang di bahas oleh DPR bersama Presiden untuk mendapatkan persetujuan bersama dan mengajukan usul Rancangan Peraturan Daerah.

2. Fungsi Anggaran, Menetapkan anggaran pendapatan dan belanja negara bersama-sama presiden.

3. Fungsi Pengawasan, Pengawasan atas pelaksanaan undang-undang, pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja negara, dan atas kebijakan pemerintah.

8

Jimly Assidqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara Jilid 1. Cet. 1. Jakarta: Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi, 2006. Hal 44

9Ibid., hal.57 10

Peraturan DPRD Kabupaten Malang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Tatib DPRD Kabupaten Malang


(37)

12 F. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti, atau menspesifikasikan kegiatan, ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur konstrak atau variabel tersebut.

1. Pelaksanaan fungsi legislasi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Malang Tahun 2015

a. Proses penyusunan Program Legislasi Daerah (Perencanaan Pembentukan Perda);

b. Penyusunan Raperda

1. Raperda Yang Berasal Dari Eksekutif 2. Raperda Yang Berasal Dari Inisiatif DPRD 2. Kendala yang dihadapi DPRD Kabupaten Malang

a. Waktu Pembahasan Raperda b. Ketersediaan Anggaran


(38)

13 G.Kerangka Berpikir Pelaksanaan Fungsi Pembentukan Peraturan Daerah

Peraturan Perundang-undangan Aspirasi Masyarakat PROPEMPER DA (Badan Pembentukan Peraturan Daerah Pembentukan Perda (DPRD) Naskah Akademik + Draft Kajian Raperda Uji Publik (Raperda Eksekutif) / Sosialisasi (Raperda DPRD) Pengesahan Rapat Paripurna Pembahasan Tingkat II Pembahasan Tingkat I


(39)

14 H.Metode Penelitian

Metode penelitian adalah suatu prosedur ilmiah yang sistematis yang dilakukan untuk mendapatkan data dengan tujuan untuk menjawab permasalahan yang diajukan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah suatu metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive, teknik pengumpulan dengan triangulasi, analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.11

Adapun langkah-langkah metode yang digunakan dalam mendukung penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, dimana pengertian penelitian deskriptif menurut Sugiyono adalah sebagai berikut: “Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variable mandiri, baik satu variable atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan dengan variabel yang lain.12

2. Sumber Data a. Data Primer

11

Sugiyono (2009), Metoda Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Penerbit Alfabeta, Bandung. Hal 15

12Ibid., Hal 5


(40)

15 Data primer merupakan sumber data yang didapat langsung oleh peneliti dari obyek yang sedang diteliti. Data-data yang diperoleh secara langsung antara lain hasil observasi, wawancara serta dokumentasi di Kantor DPRD Kabupaten Malang selaku lembaga yang berwenang melaksanakan fungsi legislasi. Selain itu juga dari subyek lain yaitu dinas atau badan yang memiliki kaitan koordinasi guna mewujudkan pelaksanaan fungsi legislasi di Kabupaten Malang.

b. Data Sekunder

Definisi data sekunder menurut Jonathan Sarwono adalah data yang sudah tersedia sehingga kita tinggal mencari dan mengumpulkan data yang diambil dari suatu instansi yaitu DPRD Kabupaten Malang dengan permasalahan dilapangan yang terdapat pada lokasi penelitian berupa bahan bacaan, bahan pustaka, dan laporan-laporan penelitian. Selain itu data sekunder lainnya dengan melakukan kajian pustaka, yang bersumber dari buku-buku, karya ilmiah, jurnal, Koran, internet dan lain-lain yang berhubungan dengan penelitian ini.

3. Teknik Pengumpulan Data a. Observasi

Definisi Observasi lapangan atau pengamatan lapangan (field observation) adalah kegiatan yang setiap saat dilakukan, dengan kelengkapan panca indra yang dimiliki. Selain dengan membaca koran, mendengarkan radio, menonton televise atau berbicara dengan orang lain, kegiatan obsevasi merupakan salah satu kegiatan untuk memahami lingkungan.

b. Dokumentasi

Dokumentasi dalam pengumpulan data dimaksudkan sebagai cara mengumpulkan data dengan mempelajari dan mencatat bagian-bagian yang


(41)

16 dianggap penting yang terdapat di lokasi penelitian yaitu di DPRD Kabupaten Malang.

c. Wawancara

Definisi dari wawancara menurut ahli adalah tehnik mengumpulkan data atau informasi dengan cara bertatap muka langsung dengan informan agar mendapatkan data lengkap dan mendalam. Wawancara ini dilakukan dengan frekuensi tinggi (berulang-ulang) secara intensif.

d. Subyek Penelitian

1. Ketua Badan Pembentuk Peraturan Daerah (Bapemperda) DPRD Kabupaten Malang

2. 1 – 2 Anggota Pansus

3. 1 - 2 Staff Bidang Perundang-undangan

4. 1 – 2 Staff Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Malang e. Lokasi Penelitian

Kantor DPRD Kabupaten Malang JL. Panji, No. 119, Kepanjen, JawaTimur 65163, Telepon (0341) 398400

4. Analisis Data

Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam pola, kategori, dan satuan dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Analisis data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif. Analisis data kualitatif terdiri dari empat komponen antara lain adalah :


(42)

17 a. Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan bagian integral dari kegiatan analisis data. Kegiatan pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan menggunakan wawancara dan studi dokumentasi.

b. Reduksi Data

Reduksi data, diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi dilakukan sejak pengumpulan data dimulai dengan membuat ringkasan, mengkode, menelusur tema, membuat gugus-gugus, menulis memo dan sebagainya dengan maksud menyisihkan data/informasi yang tidak relevan.

c. Display Data

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaikan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan dengan teks yang bersifat naratif. Dengan mendisplaikan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi dan merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.

d. Pengambilan Kesimpulan

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang diharapakan adalah temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada atau berupa gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi


(43)

18 jelas. Kesimpulan ini masih sebagai hipotesis, dan dapat menjadi teori jika didukung oleh data-data yang lain.


(1)

13

G.Kerangka Berpikir Pelaksanaan Fungsi Pembentukan Peraturan Daerah

Peraturan Perundang-undangan Aspirasi Masyarakat PROPEMPER DA (Badan Pembentukan Peraturan Daerah Pembentukan Perda (DPRD) Naskah Akademik + Draft Kajian Raperda Uji Publik (Raperda Eksekutif) / Sosialisasi (Raperda DPRD) Pengesahan Rapat Paripurna Pembahasan Tingkat II Pembahasan Tingkat I


(2)

14

H.Metode Penelitian

Metode penelitian adalah suatu prosedur ilmiah yang sistematis yang dilakukan untuk mendapatkan data dengan tujuan untuk menjawab permasalahan yang diajukan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah suatu metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive, teknik pengumpulan dengan triangulasi, analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.11

Adapun langkah-langkah metode yang digunakan dalam mendukung penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, dimana pengertian penelitian deskriptif menurut Sugiyono adalah sebagai berikut: “Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variable mandiri, baik satu variable atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan dengan variabel yang lain.12

2. Sumber Data a. Data Primer

11

Sugiyono (2009), Metoda Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Penerbit Alfabeta, Bandung. Hal 15

12Ibid.,


(3)

15 Data primer merupakan sumber data yang didapat langsung oleh peneliti dari obyek yang sedang diteliti. Data-data yang diperoleh secara langsung antara lain hasil observasi, wawancara serta dokumentasi di Kantor DPRD Kabupaten Malang selaku lembaga yang berwenang melaksanakan fungsi legislasi. Selain itu juga dari subyek lain yaitu dinas atau badan yang memiliki kaitan koordinasi guna mewujudkan pelaksanaan fungsi legislasi di Kabupaten Malang.

b. Data Sekunder

Definisi data sekunder menurut Jonathan Sarwono adalah data yang sudah tersedia sehingga kita tinggal mencari dan mengumpulkan data yang diambil dari suatu instansi yaitu DPRD Kabupaten Malang dengan permasalahan dilapangan yang terdapat pada lokasi penelitian berupa bahan bacaan, bahan pustaka, dan laporan-laporan penelitian. Selain itu data sekunder lainnya dengan melakukan kajian pustaka, yang bersumber dari buku-buku, karya ilmiah, jurnal, Koran, internet dan lain-lain yang berhubungan dengan penelitian ini.

3. Teknik Pengumpulan Data a. Observasi

Definisi Observasi lapangan atau pengamatan lapangan (field observation) adalah kegiatan yang setiap saat dilakukan, dengan kelengkapan panca indra yang dimiliki. Selain dengan membaca koran, mendengarkan radio, menonton televise atau berbicara dengan orang lain, kegiatan obsevasi merupakan salah satu kegiatan untuk memahami lingkungan.

b. Dokumentasi

Dokumentasi dalam pengumpulan data dimaksudkan sebagai cara mengumpulkan data dengan mempelajari dan mencatat bagian-bagian yang


(4)

16 dianggap penting yang terdapat di lokasi penelitian yaitu di DPRD Kabupaten Malang.

c. Wawancara

Definisi dari wawancara menurut ahli adalah tehnik mengumpulkan data atau informasi dengan cara bertatap muka langsung dengan informan agar mendapatkan data lengkap dan mendalam. Wawancara ini dilakukan dengan frekuensi tinggi (berulang-ulang) secara intensif.

d. Subyek Penelitian

1. Ketua Badan Pembentuk Peraturan Daerah (Bapemperda) DPRD Kabupaten Malang

2. 1 – 2 Anggota Pansus

3. 1 - 2 Staff Bidang Perundang-undangan

4. 1 – 2 Staff Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Malang e. Lokasi Penelitian

Kantor DPRD Kabupaten Malang JL. Panji, No. 119, Kepanjen, JawaTimur 65163, Telepon (0341) 398400

4. Analisis Data

Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam pola, kategori, dan satuan dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Analisis data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif. Analisis data kualitatif terdiri dari empat komponen antara lain adalah :


(5)

17 a. Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan bagian integral dari kegiatan analisis data. Kegiatan pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan menggunakan wawancara dan studi dokumentasi.

b. Reduksi Data

Reduksi data, diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi dilakukan sejak pengumpulan data dimulai dengan membuat ringkasan, mengkode, menelusur tema, membuat gugus-gugus, menulis memo dan sebagainya dengan maksud menyisihkan data/informasi yang tidak relevan.

c. Display Data

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaikan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan dengan teks yang bersifat naratif. Dengan mendisplaikan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi dan merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.

d. Pengambilan Kesimpulan

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang diharapakan adalah temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada atau berupa gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi


(6)

18 jelas. Kesimpulan ini masih sebagai hipotesis, dan dapat menjadi teori jika didukung oleh data-data yang lain.