4.2 Hubungan antara Jenis Kelamin Responden dengan Migrain
Tabel 4.3 Hubungan antara jenis kelamin dengan migrain Jenis Kelamin
Migrain Ya n
Tidak n P RP 95 CI
Laki-laki 10 6,25
48 30 0,038 0,436
0,196-0,967 Perempuan
33 20,625 69 43,125
Total 43 26,875
117 73,125 Keterangan : Chi-Square , bermakna bila p 0,05
Dari penelitian diketahui hubungan antara jenis kelamin dengan migrain. Jenis kelamin diduga dapat mempengaruhi kejadian migrain. Hasil penelitian menunjukan bahwa proporsi
responden yang mengalami migrain pada perempuan sebanyak 33 orang 20,625 dari 102 orang. Sedangkan pada laki-laki sebanyak 10 orang 6,25 dari 58 orang yang mengalami
migrain. Berdasarkan kemaknaannya didapatkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara
jenis kelamin dengan kejadian migrain. Analisis keeratan hubungan dua variabel didapatkan RP = 0,436 95 CI; 0,196-0,967 artinya responden yang berjenis kelamin perempuan memiliki
peluang 0,4 kali untuk mengalami migraine dibandingkan dengan laki-laki. Dari penelitian ini diketahui bahwa jumlah wanita yang mengalami migrain lebih banyak dibandingkan laki-laki
disebabkan ketika seorang wanita mengalami menstruasi maka hormon estrogen akan rendah dan peningkatan kadar prostaglandin F2 dan E2 yang menginhibisi transmisi adrenergik, merangsang
reseptor nyeri, menyebabkan inflamasi neurogenik dan memodulasi sistem kontrol nyeri noradrenergik desending, sehingga menimbulkan nyeri
Hasil ini sesuai dengan penelitian Ong BK-C dkk tentang prevalensi migrain di Singapura menunjukan bahwa prevalensi yang mengalami migrain didominasi oleh perempuan
dibanding laki-laki dengan perbandingan 3:1.
4.3 Hubungan antara Kurang Tidur dengan Migrain
Tabel 4.4 Hubungan antara Kurang tidur dengan migrain Durasi Tidur Migrain
Ya n Tidak n P RP 95 CI
6 jam 5 3,125 34 21,25 0.023 0,646 0,280-1,491
6 jam 38 23,75 83 51,875 Total 43 26,875 117 73,125
Keterangan : Chi-Square , bermakna bila p 0,05 Tabel diatas untuk hubungan antara kurang tidur dengan migrain. diketahui bahwa
proporsi responden yang mengalami Migrain dengan durasi tidur 6 jam sebanyak 5 orang 3,125, dan 38 orang 23,75 dengan durasi tidur 6 jam. Sedangkan yang tidak
mengalami migrain dengan durasi tidur 6 jam sebanyak 34 orang 21,25 dan 83 orang 51,875 dengan durasi tidur 6 jam .
Berdasarkan kemaknaannya didapatkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara kurang tidur dengan kejadian migrain. Analisis keeratan hubungan dua variabel didapatkan RP
= 0,646; 95 CI; 0,280-1,491 artinya responden yang durasi tidur 6 jam memiliki peluang 0,6 kali untuk mengalami migrain dibandingkan dengan durasi tidur 6 jam.
Kurang tidur sangat berperan dalam meningkatkan resiko migrain. Durasi tidur yang berkurang dapat menyebabkan terjadinya migrain yang dipicu oleh perubahan neurotransmitter
serotonin, dimana serotonin bekerja mengatur tidur REM. Selama serangan migrain terjadi pemecahan produk serotonin, 5-hydroxyindoleacetic acid 5-HIAA.
4.4 Hubungan antara Depresi dengan Migrain