Prevalensi Miopia Dan Faktor – Faktor Yang Mempengaruhinya Pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2011

(1)

PREVALENSI MIOPIA DAN FAKTOR

FAKTOR

YANG MEMPENGARUHINYA PADA MAHASISWA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER UIN

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

TAHUN 2011

Laporan Penelitian Ini Ditulis Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar SARJANA KEDOKTERAN

OLEH :

Aemsina Hayatillah

108103000002

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H / 2011 M


(2)

ii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk

memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 19 September 2011


(3)

iii

PREVALENSI MIOPIA DAN FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

TAHUN 2011

Laporan Penelitian

Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Kedokteran (S.Ked)

Oleh

Aemsina Hayatillah NIM: 108103000002

Pembimbing I Pembimbing II

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1432 H/ 2011 M


(4)

iv

Laporan penelitian berjudul Prevalensi Miopia Dan Faktor – Faktor Yang Mempengaruhinya Pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2011 yang diajukan oleh Aemsina Hayatillah (NIM: 108103000002), telah diujikan dalam sidang di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan pada 19 September 2011. Laporan penelitian ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked) pada Program Studi Pendidikan Dokter.

Jakarta, 19 September 2011

DEWAN PENGUJI

Ketua Sidang

Penguji I Penguji II

PIMPINAN FAKULTAS


(5)

v

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh…

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan kesehatan serta kekuatan pada penulis sehingga dapat menyelesaikan

penelitian yang berhudul “Prevalensi Miopia Dan Faktor – Faktor Yang Mempengaruhinya Pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta Tahun 2011“.

Dalam pelaksanaan laporan penelitian ini penulis banyak menerima bantuan dan dorongan baik secara moril maupun materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. DR. (hc). dr. M.K. Tadjudin, SpAnd selaku Dekan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. DR. dr. Syarief Hasan Lutfie, SpKFR selaku Kaprodi PSPD.

3. dr. Erfira Hermawan, Sp.M selaku dosen pembimbing I dan dr. Fikri Mirza Putranto, Sp.THT selaku dosen pembimbing II yang telah banyak meluangkan dan membagi waktu, tenaga, pikiran untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan dan kesempurnaan laporan penelitian ini.

4. Silvia Fitrina Nasution M.Biomed, dr. Francisca A. Tjakradidjaja, MS, Sp.GK, drg. Laifa Annisa Hendarmin, Ph.D selaku penanggung jawab riset PSPD.

5. dr. Zulhafdy Muchni, Sp.M, dr. Ibnu Harris, Sp.THT dan Silvia Fitrina Nasution, M.Biomed selaku tim penguji atas saran - saran yang diberikan untuk menyempurnakan penelitian ini.

6. Staf Pegawai PSPD FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang senantiasa membantu kelancaran pengambilan data.

7. Kedua orang tua tercinta yang senantiasa mendoakan kelancaran dan kesuksesan pendidikan serta memberikan motivasinya setiap saat kepada penulis. Cinta kasih kalian sepanjang masa, hormat adinda.


(6)

vi

8. Seluruh sejawat dan sahabat di PSPD khususnya Leliana Saleh, Rahmanandhika Swadari, Novianti Supriatna, Sahara Effendy, Fuad Nasrulhaq Mulyana, Raden Muhammad Ihsan Sasraningrat, Abdul Majid Halim W, Bil Awal Ramadhan dan sahabat tercinta Endah Purnamasari, Devy Hilpiani, Asnawi Romadhona yang senantiasa mengingatkan, menemani dan memberikan bantuannya sehingga laporan penelitian ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Penulis 2011


(7)

vii ABSTRAK

Aemsina Hayatillah. Program Studi Pendidikan Dokter. Prevalensi Miopia Dan Faktor – Faktor Yang Mempengaruhinya Pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2011 Pendahuluan: Miopia merupakan salah satu gangguan penglihatan yang prevalensinya tinggi di dunia dan kelainan refraksi cukup serius di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi miopia dan faktor – faktor yang mempengaruhinya pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2011. Metode: Pendekatan studi deskriptif dengan rancangan penelitian cross-sectional kemudian dilakukan analisis univariat, dilakukan pada 96 mahasiswa Pendidikan Dokter preklinik (tahun angkatan 2008-2010). Hasil: Prevalensi miopia sebesar 62,50% (60 orang). Gambaran distribusi berdasarkan usia diperoleh sebesar 50,00% (30 orang)

berusia ≥ 20 tahun, 61,66% (37 orang) memiliki riwayat keluarga miopia, 90,00% (54 orang) dengan orang tua berpendidikan tinggi, 55,00% (33 orang) dengan orang tua berpenghasilan > Rp 5.000.000, 56,67% (34 orang) melakukan aktivitas melihat dekat lebih dari 5 jam/hari. Kesimpulan: Prevalensi miopia pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tinggi.

Kata kunci:

Miopia, Faktor Yang Mempengaruhi

ABSTRACT

Aemsina Hayatillah. Medical Programme Study. Prevalence of Myopia And Factors - Factors Affecting the Educational Studies Program Student Doctor Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta Year 2011

Introduction: Myopia is one of visual impairment that high prevalence in the world and seriously refraction abnormalities in Indonesian.This study aims to determine the prevalence of myopia and factors - factors that influence the students of Education Studies Doctor Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta in 2011. Methode: a descriptive study with cross-sectional study design then performed univariate analysis, conducted on 96 students Preclinical Medical Education (in force 2008-2010). Results: the prevalence of myopia 62.50% (60 people). Description of the distribution by the age 50.00% (30 men) aged ≥ 20 years, 61.66% (37 people) had a family history of myopia, 90.00% (54 people) with highly educated parents, 55.00% (33 people) with highly income parents > Rp. 5,000,000, 56.67% (34 people) saw activity near the more than 5 hours / day.

Conclussions: The Prevalence of myopia in Education Studies Doctor Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta is high.

Key words:


(8)

viii

Halaman

LEMBAR PERNYATAAN... ii

LEMBAR PERSETUJUAN... iii

LEMBAR PENGESAHAN... iv

KATA PENGANTAR... v

ABSTRAK/ABSTRACT... vii

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR... DAFTAR BAGAN... xi xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii

BAB I. PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Rumusan Masalah... 2

1.3. Tujuan Penelitian... 1.3.1. Tujuan Umum... 1.3.2. Tujuan Khusus... 3 3 3 1.4. Manfaat Penelitian... 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA... 4

2.1.Landasan Teori... 2.1.1. Struktur Bola Mata... 2.1.2. Proses Melihat... 2.1.3. Kelainan Refraksi... 2.1.4. Miopia... 2.1.4.1. Definisi... 2.1.4.2. Etiologi... 2.1.4.3. Klasifikasi... 2.1.4.4. Manifestasi Klinis... 2.1.4.5. Penatalaksanaan... 2.1.5. Tajam Penglihatan (Visus)... 2.2. Kerangka Konsep... 2.3. Definisi Operasional... 4 4 6 7 8 8 8 9 10 10 11 12 13 BAB III. METODE PENELITIAN ... 15

3.1. Desain Penelitian... 15

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian... 15

3.3. Populasi dan Sampel... 3.3.1. Populasi Terjangkau... 3.3.2. Populasi Target... 3.3.3. Besar Sampel...……... 3.3.4. Teknik Pengambilan Sampel... 15 15 15 15 16 3.3.5. Kriteria Sampel... 3.3.5.1. Kriteria Inklusi... 3.3.5.2. Kriteria Ekslusi... 16 16 16 3.4. Cara Kerja Penelitian... 17


(9)

ix

3.4.1. Alur Penelitian... 3.4.2. Alat dan Bahan... 3.4.3. Cara Kerja... 3.5. Managemen Data... 3.5.1. Pengumpulan Data... 3.5.2. Pengolahan Data... 3.5.3. Penyajian Data... 3.5.4. Analisis Data...

17 17 18 19 19 19 19 19 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...

4.1.Karakteristik Data Responden... 4.1.1.Distribusi Karakteristik Usia Responden... 4.1.2.Distribusi Karakteristik Riwayat Miopia Keluarga Pada

Responden... 4.1.3.Distribusi Karakteristik Pendidikan Orang Tua Responden... 4.1.4.Distribusi Karakteristik Penghasilan Orang Tua Responden.. 4.1.5.Distribusi Karakteristik Aktivitas Melihat Dekat Responden. 4.2.Analisis Univariat... 4.2.1.Prevalensi Miopia Pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2011 dan Derajat Keparahan / Koreksi Miopia... 4.2.2.Gambaran Distribusi Usia Responden Miopia Pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2011... 4.2.3.Gambaran Distribusi Riwayat Keluarga Responden Miopia Pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2011... 4.2.4.Gambaran Distribusi Pendidikan Orang Tua Responden

Miopia Pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2011... 4.2.5.Gambaran Distribusi Penghasilan Orang Tua Responden

Miopia Pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2011... 4.2.6.Gambaran Distribusi Aktivitas Melihat Dekat Responden

Miopia Pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2011... 4.3.Keterbatasan Penelitian... 4.3.1. Variabel Penelitian... 4.3.2. Sampel Penelitian...

20 20 20 21 21 22 22 23 23 25 26 27 27 28 29 29 30

BAB V. PENUTUP…... 31

5.1. Simpulan ... 31

5.2. Saran ... 31

DAFTAR PUSTAKA ... 33


(10)

x

Halaman Tabel 2.1. Definisi Operasional……….……….…… 13 Tabel 4.1. Distribusi Karakteristik Usia Responden………. 20 Tabel 4.2. Distribusi Karakteristik Riwayat Miopia Keluarga

Responden………. 21

Tabel 4.3. Distribusi Karakteristik Pendidikan Orang Tua

Responden………. 22

Tabel 4.4. Distribusi Karakteristik Penghasilan Orang Tua

Responden………. 22

Tabel 4.5. Distribusi Karakteristik Aktivitas Melihat Dekat

Responden……….…… 23

Tabel 4.6. Distribusi Prevalensi Miopia Responden……….. 24 Tabel 4.7. Distribusi Keparahan/Koreksi ODS Responden Miopia.. 24 Tabel 4.8. Gambaran Distribusi Usia Responden Miopia…….……. 25 Tabel 4.9. Gambaran Distribusi Riwayat Keluarga Responden

Miopia……… 26

Tabel 4.10. Gambaran Distribusi Pendidikan Orang Tua Responden

Miopia……… 27

Tabel 4.11. Gambaran Distribusi Penghasilan Orang Tua Responden

Miopia………. 28


(11)

xi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Pandangan Anterior Tulang – Tulang Orbita Kiri……… 4

Gambar 2.2. Penampang Bola Mata……….. 5

Gambar 2.3. Proses Melihat………... 6

Gambar 2.4. Kelainan Sumbu Aksial Bola Mata Pada Miopia……... 8


(12)

xii

Halaman Bagan 2.1. Bagan Skema Kerangka Konsep Penelitian... 12 Bagan 3.1. Bagan Skema Alur Penelitian... 17


(13)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Hasil Uji Statistik... 35

Lampiran 2 Informed Consent... 42

Lampiran 3 Kuesioner... 43

Lampiran 4 Tabel Aktivitas 24 Jam... 45


(14)

1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kelainan refraksi merupakan salah satu penyebab kebutaan dan hambatan penglihatan saat beraktivitas1. Miopia merupakan salah satu ganguan penglihatan yang memiliki prevalensi tinggi di dunia2. Prevalensi miopia telah dilaporkan setinggi 70-90% di beberapa negara Asia, 30-40% di Eropa dan Amerika Serikat serta 10-20% di Afrika3. Dari seluruh kelompok umur (berdasarkan sensus penduduk tahun 1990) kelainan refraksi (12,9%) merupakan penyebab low vision / penglihatan terbatas terbanyak kedua setelah katarak (61,3%) di Indonesia2. Survei Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) tahun 1993-1996 mendapatkan kelainan refraksi di Indonesia sebesar 24,72% menempati urutan pertama dalam 10 penyakit mata terbanyak, dan merupakan penyebab kebutaan urutan ketiga (0,14%) setelah katarak (0,78%) dan glaukoma (0,20%) serta menjadi masalah yang cukup serius4.

Penyebab miopia sampai saat ini belum diketahui pasti, diperkirakan bersifat multifaktorial dan berhubungan dengan faktor genetik (internal) serta lingkungan (eksternal)5. Faktor internal meliputi genetik, riwayat keluarga, panjang bola mata, usia, jenis kelamin dan etnik. Faktor eksternal meliputi pencahayaan saat tidur, membaca, pendidikan dan penghasilan orang tua serta aktivitas melihat dekat. Pengaruh kedua faktor tersebut masing-masing masih sulit dibuktikan dan sangat mungkin interakasi keduanya mengakibatkan peningkatan miopia2. Banyak kasus kelainan refraksi yang memperlihatkan adanya keterkaitan faktor genetik. Anak dengan orang tua miopia cenderung mengalami miopia (dose-dependent pattern)3. Selain faktor internal, prevalensi miopia cenderung meningkat dengan meningkatnya usia, namun mekanisme dari hal ini belum diketahui6. Berbagai penelitian mendapatkan prevalensi miopia meningkat dengan meningkatnya penghasilan keluarga dan tingkat pendidikan1. Mahasiswa Kedokteran cenderung mengalami miopia dua kali lebih besar dibandingkan kebanyakan orang pada umumnya.7 Penelitian pada mahasiswa kedokteran di


(15)

2

Singapura memperlihatkan hasil sebesar 82% mahasiswa mengalami miopia8. Selain kebiasaan melakukan aktivitas jarak dekat, jumlah waktu yang dihabiskan untuk membaca dan aktivitas melihat dekat dapat merupakan faktor risiko terjadinya miopia.9 Penelitian di Singapura menyatakan bahwa anak yang menghabiskan waktunya dengan aktivitas melihat dekat (membaca, menonton TV, bermain video game dan menggunakan komputer) lebih banyak yang mengalami miopia dengan prevalensi sebesar 64,8%.10

Mahasiswa kedokteran cenderung dinilai orang memiliki orang tua dokter atau pendidikan tinggi lain dengan penghasilan diatas rata – rata orang pada umumnya sehingga hal ini menjadi faktor resiko terjadinya miopia pada anak selain karena aktivitas melihat dekat dan usia yang semakin bertambah serta keterkaitan riwayat keluarga miopia. Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta baru berdiri selama 6 tahun dengan karakteristik mahasiswa yang berbeda – beda baik secara latar belakang pendidikan maupun status sosial ekonomi dan aktivitas kesehariannya sehingga memungkinkan adanya variasi miopia dan faktor yang mempengaruhinya pada mahasiswa.

Oleh karena itu, maka kami bermaksud untuk melakukan penelitian mengenai prevalensi miopia dan faktor yang mempengaruhinya pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan populasi target mahasiswa preklinik sehingga dengan melakukan penelitian tersebut dapat diperoleh prevalensi miopia dan faktor yang mempengaruhinya serta sebagai sarana informasi pada mahasiswa terkait miopia.

1.2. Rumusan Masalah

Dengan memperhatikan latar belakang masalah diatas, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : Bagaimana prevalensi miopia dan faktor – faktor yang mempengaruhinya pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2011?


(16)

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui prevalensi miopia dan faktor – faktor yang mempengaruhinya pada mahasiswa Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2011. 1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui gambaran faktor usia, riwayat keluarga, pendidikan orang tua, penghasilan orang tua dan aktivitas melihat dekat pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2011 yang mengalami miopia.

2. Mengetahui derajat keparahan / koreksi miopia pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2011.

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Bagi peneliti

1. Untuk meningkatkan keilmuan peneliti mengenai miopia dan faktor yang mempengaruhinya.

2. Untuk meningkatkan pengalaman dan keterampilan peneliti. 3. Untuk menjadi dasar bagi peneliti-peneliti selanjutnya. 1.4.2. Bagi kalangan medis

2. Sebagai landasan untuk memberikan informasi bahwa miopia merupakan kelainan refraksi yang cukup serius apabila progresivitasnya tidak dicegah. 3. Sebagai landasan untuk melakukan penelitian-penelitian selanjutnya. 1.4.3. Bagi mahasiswa dan masyarakat

2 Meningkatkan pengetahuan mahasiswa dan masyarakat mengenai miopia dan faktor yang mempengaruhinya.

3 Sebagai informasi dan sarana edukasi kesehatan kepada mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sehingga diharapkan mahasiswa senantiasa meningkatkan kepeduliannya terhadap kesehatan mata.


(17)

4 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori 2.1.1. Struktur Bola Mata

Orbita secara skematis digambarkan sebagai piramida berdinding empat yang berkonvergensi ke arah belakang. Dinding medial orbita kanan dan kiri terletak pararel dan dipisahkan oleh hidung. Volume orbita dewasa kira – kira 30 cc dan bola mata hanya menempati sekitar seperlima bagian ruangannya. Lemak dan otot menempati bagian terbesarnya. Atap orbita terutama terdiri atas facies orbitalis ossis frontalis. Dinding lateral dipisahkan dari bagian atap oleh fissura orbitalis superior. Bagian anterior dinding lateral dibentuk oleh facies orbitalis ossis zygomaticus. Dasar orbita dipisahkan dari dinding lateral oleh fissura orbitalis inferior. Tepian inferior orbita terdiri dari pars frontalis ossis maksilaris di medial dan os zygomaticus di lateral11 .

Gambar 2.1. Pandangan Anterior Tulang – Tulang Orbita Kiri Sumber : T.Schlote, 2006

Bola mata orang dewasa normal hampir mendekati bulat11, dengan diameter anteroposterior berkisar kurang dari 25mm, terbagi kedalam dua segmen yang berbeda, yaitu segmen anterior yang memiliki bagian transparan dan segmen posterior yang memiliki diameter lebih luas. Nervus optikus memasuki mata


(18)

melalui diskus optikus yang berjarak 3mm kebagian nasal (medial) dari kutub posterior12 .

Gambar 2.2. Penampang Bola Mata Sumber : T.Schlote, 2006

Bola mata terdiri dari :

a. Konjungtiva merupakan membran mukosa transparan dan tipis yang membungkus permukaan posterior kelopak mata dan permukaan anterior sklera11, terjadinya proses fagositosis dan pengenalan antigen13.

b. Sklera merupakan pembungkus fibrosa pelindung mata dibagian luar, jaringan padat dan berwarna putih serta bersambungan dengan kornea di sebelah anterior dan dura mater nervus optikus di sebelah posterior11. c. Kornea merupakan jaringan transparan, disisipkan ke sklera dilimbus,

kornea dewasa rata – rata memiliki tebal 0,54mm di tengah, sekitar 0,65mm di tepi, dan diameternya sekitar 11,5mm11, berperan dalam kemampuan refraktif mata14.

d. Uvea merupakan lapisan vaskular tengah mata dan dilindungi oleh kornea dan sklera11. Iris berfungsi mengubah-ubah ukuran pupil dengan berkontraksi, menentukan warna mata; korpus siliaris membentuk aqueous humor dan mengandung otot siliaris; khoroid berfungsi untuk mencegah berhamburannya berkas cahaya di mata14.

e. Lensa merupakan suatu struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna dan hampir transparan, tebalnya sekitar 4mm dan diameternya 9mm, dibelakang iris lensa digantung oleh zonula zinii yang menghubungkannya


(19)

6

dengan korpus siliaris11, berfungsi dalam menghasilkan kemampuan refraktif yang bervariasi selama akomodasi14.

f. Retina merupakan jaringan saraf yang semitransparan dan multilapis yang melapisi bagian dalam dua per tiga posterior dinding bola mata, membentang ke depan dan berakhir di tepi ora serrata, mengandung fotoreseptor11.

g. Korpus Vitreus merupakan badan gelatin yang jernih dan avaskular yang membentuk dua per tiga dari volume dan berat mata, berisi air 99%, sisanya 1% meliputi kolagen dan asam hialuronat sehingga mirip gel yang membantu mempertahankan bentuk mata11,14.

2.1.2. Proses Melihat

Berkas cahaya akan berbelok / berbias ( mengalami refraksi ) apabila berjalan dari satu medium ke medium lain dengan kepadatan yang berbeda kecuali apabila berkas cahaya tersebut jatuh tegak lurus permukaan14,15. Cahaya bergerak lebih cepat melalui udara daripada melalui melalui media transparan lain misalnya air dan kaca. Ketika suatu berkas cahaya masuk ke medium yang densitas yang lebih tinggi, cahaya tersebut melambat (sebaliknya juga berlaku)14.

Gambar 2.3. Proses Melihat Sumber: www.google.com

Dengan masuknya sinar kedalam mata, terjadilah proses penglihatan yang terdiri dari empat tahap, yaitu tahap pembiasan, tahap sintesa fotokimia, tahap pengiriman sinyal sensoris dan tahap persepsi di pusat penglihatan. Tahap


(20)

pembiasan terjadi di kornea, lensa, badan kaca, dimana titik hasil pembiasan tergantung pada panjang sumbu bola mata. Sedangkan proses fotokimia terjadi pada fovea di makula. Proses kimia yang terjadi akan merangsang dan menimbulkan impuls listrik potensial. Selanjutnya impuls listrik ini akan diantar oleh serabut saraf ke pusat penglihatan di otak untuk diproses sehingga terjadi persepsi penglihatan9.

Cahaya yang melewati kornea akan diteruskan melalui pupil, kemudian difokuskan oleh lensa ke bagian belakang mata, yaitu retina. Fotoreseptor pada retina mengumpulkan informasi yang ditangkap mata, kemudian mengirimkan sinyal informasi tersebut ke otak melalui saraf optik. Semua bagian tersebut harus bekerja simultan untuk dapat melihat suatu objek11,16.

Pada mata normal, otot siliaris melemas dan lensa mendatar untuk penglihatan jauh, tetapi otot siliaris akan berkontraksi untuk memungkinkan lensa menjadi cembung dan lebih kuat untuk penglihatan dekat14.

2.1.3. Kelainan Refraksi

Mata normal memiliki susunan pembiasan oleh media refraksi dengan panjang bola mata yang seimbang. Hal ini memungkinkan bayangan benda setelah melalui media tersebut tepat dibiaskan di retina pada mata yang tidak mengalami akomodasi atau istirahat untuk melihat jauh, sehingga memiliki tajam penglihatan 6/6.1

Semakin bertambah usia maka status refraksi berangsur-angsur menjadi emetropia. Emetropisasi (penyesuaian komponen bola mata dan kekuatan sistem optik yang mengakibatkan benda dari jarak jauh akan difokuskan secara tepat di retina tanpa akomodasi) sifatnya bervariasi pada setiap individu, sehingga pada sekelompok individu dapat menimbulkan ametropia. Kelainan refraksi merupakan istilah yang dipakai untuk keadaan ametropia akibat dari satu atau lebih komponen optik bola mata memperlihatkan variasi yang signifikan dari nilai variasi biologis normal, bukan merupakan penyakit atau kelainan bola mata kongenital, yaitu berupa miopia, hipermetropia, astigmatisma.17


(21)

8

2.1.4. Miopia 2.1.4.1.Definisi

Miopia atau nearsightedness atau rabun jauh adalah suatu bentuk kelainan refraksi dimana sinar-sinar sejajar dari objek pada jarak tak terhingga akan berkonvergensi dan berfokus (dibiaskan pada suatu titik) di depan retina pada mata tanpa akomodasi sehingga menghasilkan bayangan yang tidak fokus. Akomodasi adalah kemampuan mata untuk mengubah daya bias lensa dengan kontraksi otot siliar yang menyebabkan penambahan tebal dan kecembungan lensa sehingga bayangan pada jarak yang berbeda-beda akan terfokus di retina.11,16

2.1.4.2.Etiologi

Etiologi dan patogenesis miopia belum diketahui, diduga dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan faktor genetika.3,17,18 Dari beberapa studi penelitian genetik di Eropa didapatkan bahwa faktor genetik mempengaruhi 80% untuk terjadinya kelainan refraksi. Faktor lingkungan yang mempengaruhi miopia seperti aktivitas melihat dekat, tingkat pendidikan orang tua, status sosial ikut menyebabkan prevalensi miopia yang meningkat.17

Pada miopia panjang bola mata anteroposterior dapat terlalu besar atau kekuatan pembiasan media refraksi terlalu kuat.16

Gambar 2.4. Kelainan Sumbu Aksial Bola Mata Pada Miopia Sumber: Harold Ellis, 2006


(22)

Dikenal bentuk miopia16:

1. miopia refraktif merupakan bertambahnya indeks bias media penglihatan dimana lensa menjadi lebih cembung sehingga pembiasan lebih kuat. Miopia jenis ini dekenal dengan miopia bias atau miopia indeks, miopia yang terjadi akibat pembiasan media penglihatan (kornea dan lensa) yang terlalu kuat.

2. miopia aksial merupakan miopia akibat panjangnya sumbu bola mata, dengan kelengkungan kornea dan lensa yang normal.

2.1.4.3. Klasifikasi

Miopia dapat diklasifikasikan berdasarkan pertumbuhan bola mata, etiologi, onset terjadinya dan derajat beratnya miopia. Berdasarkan pertumbuhan bola mata, miopia dikelompokkan menjadi miopia fisiologis yang terjadi akibat peningkatan diameter aksial yang dihasilkan oleh pertumbuhan normal sedangkan miopia patologis merupakan pemanjangan abnormal bola mata yang sering dihubungkan dengan penispisan sklera. Sedangkan klasifikasi berdasarkan onset terjadinya terbagi menjadi miopia kongenital yang terjadi pada saat lahir, miopia juvenil atau miopia usia sekolah yang ditemukan pada usia sebelum 20tahun dan miopia dewasa yang ditemukan pada usia 20tahun atau lebih. Berdasarkan etiologinya, miopia terbagi atas aksial akibat perubahan panjang bola mata melebihi 24 mm dan refraktif akibat kelainan kondisi elemen bola mata18. Sedangkan berdasarkan derajat beratnya miopia terbagi kedalam13,16 :

1. Miopia ringan adalah miopia antara 0-3 D 2. Miopia ringan adalah miopia antara 3-6 D 3. Miopia ringan adalah miopia di atas 6 D Menurut perjalanan miopia dikenal bentuk16 :

1. miopia stasioner adalah miopia yang menetap setelah dewasa

2. miopia progresif adalah miopia yang bertambah terus pada usia dewasa akibat bertambah panjangnya bola mata

3. miopia maligna adalah miopia yang berjalan progresif yang dapat mengakibatkan ablsio retina dan kebutaan atau sama dengan miopia pernisiosa atau miopia maligna atau miopia degenertif


(23)

10

2.1.4.4.Manifestasi Klinis

Pada penderita miopia, keluhan utamanya adalah penglihatan yang kabur saat melihat jauh, tetapi jelas untuk melihat dekat. Selain itu pasien akan memberikan keluhan sakit kepala atau mata terasa lelah, sering disertai dengan juling dan celah kelopak mata sempit. Seseorang miopia mempunyai kebiasaan mengernyitkan matanya untuk mencegah aberasi sferis atau untuk mendapatkan efek pinhole13,16. Pasien miopia mempunyai pungtum remotum yang dekat sehingga mata selalu dalam konvergensi yanga kan menimbulkan astenopia konvergensi dan bila menetap akan terlihat juling kedalam atau esotropia. Apabila terdapat miopia pada satu mata jauh lebih tinggi dari mata yang lain, dapat terjadi ambliopia pada mata yang miopianya lebih tinggi dan menyebabkan eksotropia11,16.

2.1.4.5.Penatalaksanaan

Terapi yang dapat diberikan adalah koreksi kacamata dengan menggunakan lensa sferis konkaf ( negatif ) terkecil yang memberikan ketajaman penglihatan maksimal16. Lensa sferis negatif ini dapat mengoreksi bayangan pada miopia dengan cara memindahkan bayangan mundur tepat ke retina11,16, sehingga penderita dapat melihat dengan baik tanpa akomodasi13.

Gambar 2.5. Koreksi Lensa Negatif Pada Miopia Sumber: T.Schlote, 2006

Selain dikoreksidengan lensa kacamata, koreksi miopia dapat menggunakan lensa kontak atau bedah keratorefraktif16 . Lensa kontak adalah lensa yang


(24)

diletakkan diatas kornea dan memiliki daya kohesi sehingga tetap menempel pada kornea, tujuannya adalah untuk memperbesar bayangan yang jatuh di retina13. Terdapat keuntungan memakai lensa kontak, diantaranya13 :

1. Praktis dalam penggunaanya (sama dengan seperti penglihatan mata normal, sedangkan kaca mata penglihatan akan menjadi lebih besar/kecil) 2. Luas lapang pandang tidak berubah (penggunaan kaca mata lapang

pandang menjadi menciut) 3. Tujuan kosmetik

Sedangkan kerugian dari pemakaian lensa kontak adalah13 :

1. Lebih mudah terkena infeksi, apabila pemakainnya kurang memperhatikan kebersihan / lingkungan sekitar kurang bersih

2. Lebih mudah terjadi erosi kornea, terutama apabila dipakai terlalu lama/dipakai tidak teratur

2.1.5. Tajam Penglihatan (Visus)

Pemeriksaan tajam penglihatan merupakan pemeriksaan fungsi mata. Untuk mengetahui tajam penglihatan seseorang, dapat digunakan kartu snellen dan bila penglihatan mata kurang maka tajam penglihatan diukur dengan menentukan kemampuan melihat jumlah jari ataupun proyeksi sinar16.

Pemeriksaan tajam penglihatan dilakukan pada mata dengan atau tanpa kacamata. Setiap mata diperiksa terpisah. Untuk mengetahui sama atau tidaknya ketajaman penglihatan kedua mata dapat dilakukan dengan menutup salah satu mata16.

Pemeriksaan tajam penglihatan sebaiknya dilakukan pada jarak 6 meter atau 20 kaki, karena pada jarak ini mata akan melihat benda dalam keadaan beristirahat atau tanpa akomodasi16. Bila dapat melihat dengna baik huruf-huruf dengan ukuran yang memang seharusnya dapat dilihat pada jarak 20 kaki, orang tersebut dikatakan memiliki penglihatan 20/20 (penglihatan mata normal). Bila hanya dapat melihat huruf – huruf yang seharusnya mampu dilihat pada jarak 200 kaki, dikatakan orang itu memiliki penglihatan sebesar 20/20015.

Bila seseorang diragukan apakah penglihatannya berkurang akibat kelainan refraksi, maka dilakukan uji pinhole. Bila penglihatan berkurang dengan


(25)

12

diletakkannya pinhole di depan mata berarti ada kelainan organik atau kekeruhan media penglihatan yang mengakibatkan penglihatan menurun16.

2.2. Kerangka Konsep

Bagan 2.1. Skema Kerangka Konsep Penelitian

Keterangan :

Variabel yang diteliti Pengaruh yang diteliti

Variabel yang tidak diteliti Pengaruh yang tidak diteliti

FAKTOR INTERNAL :

Genetik

Panjang Bola Mata Jenis Kelamin Suku

FAKTOR INTERNAL :

Usia

Riwayat Keluarga

FAKTOR EKSTERNAL :

Pendidikan orang tua Penghasilan orang tua Aktivitas melihat dekat Prevalensi

Miopia

FAKTOR EKSTERNAL :

Pencahayaan saat tidur Pencahayaan saat membaca


(26)

2.3. Definisi Operasional Tabel 2.1. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Skala Hasil Ukur 1. Miopia Kelainan

refraksi yang memerlukan koreksi lensa sferis negatif

Visus Snellen chart

Ordinal 1. 6/6 2. < 6/6

2. Usia Lama hidup

responden (pembulatan) mulai dari lahir hingga penelitian dilakukan

Wawancara Kuesioner Interval 1. ≤ 18 thn 2. 19thn

3. ≥ 20 thn

3. Riwayat Keluarga Keluarga inti yang diketahui memakai kacamata untuk melihat jauh

Wawancara Kuesioner Nominal 1. Ayah dan Ibu 2. Ayah/Ibu 3. Saudara

kandung 4. Tidak ada

riwayat

4. Pendidikan orang tua

Jenis Pendidikan terakhir yang di peroleh

Wawancara Kuesioner Ordinal 1. SD-SMP 2. SMA- Strata

5. Penghasilan orang tua Penghasilan rata-rata yang diperoleh dalam satu bulan

Wawancara Kuesioner Interval 1. < Rp.1.250.000 2. Rp.1.250.000 – Rp. 5.000.000 3. >Rp. 5.000.000


(27)

14

6. Aktivitas melihat dekat

Lamanya waktu (jam) per hari yang dibutuhkan untuk menonton televisi, membaca, kebiasaan mengguna-kan

komputer/ laptop, bermain video game

Wawancara Kuesioner Interval 1. < 5 jam 2. 5-10 jam 3. > 10 jam

7. Derajat Keparahan/ Koreksi Miopia

Ukuran lensa negatif yang digunakan untuk mencapai visus 6/6

Visus Lensa

Trial

Interval 1. 0-3 D 2. 3-6 D 3. > 6 D


(28)

15

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Penelitian ini dilakukan secara deskriptif dengan metode pengumpulan data secara cross sectional menggunakan kuesioner dan pemeriksaan visus.

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kampus Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan waktu penelitian dari bulan juli sampai bulan agustus 2011.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi Terjangkau

Populasi terjangkau penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3.3.2. Populasi Target

Populasi target penelitian ini adalah mahasiswa preklinik (tahun angkatan 2008-2010) Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3.3.3. Besar Sampel

Besar sampel (n) dapat ditentukan dengan menggunakan rumus deskriptif kategorik. Alasan penggunaan rumus ini adalah penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif dan semua variabel dalam penelitian ini dikategorikan.

Sampel minimal yang dibutuhkan19 : n = (Zα)2 .p .q

(d)2

n = (1,96)2 . 0,60 . 0,40 (0,1)2

n = 92,19

Ket :

n : Jumlah Sampel

Zα : Ditentukan oleh tingkat kepercayaan pada α=0,05; Zα bernilai 1,96 p : proporsi outcome of interest


(29)

16

q : 1-p d : 0,1

Jumlah sampel yang dibutuhkan pada penelitian ini adalah sebanyak 92,19 orang. Untuk menjaga kemungkinan adanya responden yang tidak berhasil ditemui maka jumlah responden ditambah sebanyak 10%. jadi jumlah sampel adalah 92,19 + 9,21 = 101,40 dibulatkan menjadi 102 orang.

3.3.4. Teknik Pengambilan Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah semua mahasiswa preklinik (tahun angkatan 2008-2010) Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang secara random terpilih sesuai dengan besar penghitungan sampel. Pengambilan sampel menggunakan teknik random dengan cara Simple Random Sampling19, yaitu dengan merandom nama dari daftar keseluruhan nama mahasiswa preklinik yang diperoleh dari pengurutan data populasi target.

3.3.5. Kriteria Sampel 3.3.5.1. Kriteria Inklusi :

 Mahasiswa Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang menjalani pendidikan preklinik di kampus FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3.3.5.2. Kriteria Eksklusi :

 Saat pengisian peserta subjek penelitian tidak hadir.  Tidak mendapat persetujuan dari peserta subjek penelitian.  Pengisian kuesioner tidak lengkap.


(30)

3.4. Cara Kerja Penelitian 3.4.1. Alur Penelitian

Bagan 3.1. Skema Alur Penelitian

3.4.2. Alat dan Bahan 1. Snellen chart 2. Lensa uji coba 3. Bingkai uji coba 4. Meteran

Nama mahasiswa preklinik Program Studi Pend.Dokter UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

Simple random sampling Nama mahasiswa yang

terpilih namanya

informed consent

Prevalensi Miopia dan Faktor – faktor yang yang mempengaruhinya

Pengumpulan dan pengolahan data dengan SPSS 16.0 Wawancara dengan

menggunakan kuesioner dan pemeriksaan visus


(31)

18

3.4.3. Cara Kerja

Sampel penelitian diperoleh dari hasil random yang dilakukan pada keseluruhan nama mahasiswa preklinik Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan teknik simple random sampling. Setelah diperoleh nama sampel, maka responden dikumpulkan dalam satu ruangan dan diberikan informed consent, jika menyetujui lalu dilanjutkan dengan pengisian kuesioner dan pemeriksaan visus.

a. Wawancara Menggunakan Kuesioner

Responden yang sudah terpilih namanya secara random dikumpulkan dalam satu ruangan kemudian dilakukan wawancara dimana pertanyaan diajukan satu persatu sesuai dengan kuesioner. Wawancara dilakukan dalam tiga hari, masing-masing untuk angkatan 2008, 2009, 2010 yang kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan visus.

b. Pemeriksaan Visus

Pemeriksaan visus dilakukan untuk mengetahui apakah responden mengalami miopia atau tidak. Hal ini dilakukan untuk menunjang pertanyaan no 1 pada kuesioner yaitu berupa “apakah anda penderita miopia?” Responden dinyatakan miopia, jika : hasil pemeriksaan visus <6/6 dan jawaban responden ya, tidak atau tidak tahu. Responden tidak dinyatakan miopia, jika hasil pemeriksaan visus 6/6 dan jawaban responden ya, tidak atau tidak tahu.

1. Syarat Ruangan Pemeriksaan

Ruang pemeriksaan dengan penerangan cukup, dapat menempelkan snellen chart di dinding pada jarak 6 meter, bersih, aman dan tidak ada sesuatu apapun yang mengganggu selama pemeriksaan berlangsung. 2. Prosedur Pemeriksaan

 Setelah diwawancarai, responden duduk menghadap snellen chart yang diletakkan 6 meter dari tempat responden berada, penglihatan responden harus terbebas dari penggunaan kaca mata atau lensa kontak.

 Pastikan responden tidak buta huruf, secara bergantian mata kanan dan kiri diperiksa dengan cara menutup salah satu mata yang lain


(32)

ketika mata yang satu diperiksa. Responden menyebutkan satu persatu huruf yang terdapat pada snellen chart.

 Apabila penyebutan huruf oleh responden tidak sampai visus 6/6 maka mata yang sedang diperiksa dibantu oleh pinhole sampai diperoleh visus 6/6. Apabila dengan bantuan pinhole visus tidak berubah maka pemeriksaan dilanjutkan menggunakan lensa uji hingga koreksi sesuai.

 Apabila responden tidak bisa menyebutkan huruf pertama pada snellen chart dan penggunaan pinhole tidak membantu meningkatkan tajam penglihatan maka pemeriksaan dilanjutkan dengan hitungan jari, visus menjadi ../60. Apabila hitungan jari tidak bisa, dilanjutkan dengan pemeriksaan gerakan tangan, visus menjadi ../300. Apabila gerakan tangan masih tidak bisa, pemeriksaan menggunakan pencahayaan, dinilai apakah responden dapat membedakan terang atau gelap dari cahaya tersebut, visus menjadi ../∞.

3.5. Managemen Data 3.5.1. Pengumpulan Data

Data dikumpulkan dengan melakukan wawancara menggunakan kuesioner dan pemeriksaan visus kepada sampel penelitian secara bersamaan saat penelitian berlangsung.

3.5.2. Pengolahan Data

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kategorik. Semua perhitungan statistik dilakukan menggunakan software SPSS 16.0.

3.5.3. Penyajian Data

Penyajian data dilakukan dalam bentuk tekstular dan tubular. 3.5.4. Analisis Data

Data yang telah diperoleh dan diolah secara statistik lalu dilanjutkan dengan analisis univariat.


(33)

20 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi uraian dan analisa data mengenai penelitian tentang prevalensi miopia dan faktor – faktor yang mempengaruhinya pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2011.

Penelitian ini dilakukan di kampus Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan waktu penelitian dari bulan juli sampai bulan agustus 2011, sampel merupakan mahasiswa preklinik Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang terpilih secara simple random sampling, dengan jumlah sampel adalah 102 orang, namun yang termasuk ke dalam kriteria inklusi dan eksklusi penelitian sebanyak 96 orang.

Adapun penelitian yang dilakukan adalah untuk mengetahui prevalensi miopia disertai dengan derajat keparahan / koreksi miopia dan faktor yang mempengaruhinya pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2011 yaitu berupa distribusi usia, riwayat keluarga, pendidikan orang tua, penghasilan orang tua dan aktivitas melihat dekat.

4.1. Karakteristik Data Responden

4.1.1. Distribusi Karakteristik Usia Responden

Usia merupakan lama hidup responden yaitu pembulatan mulai dari lahir hingga penelitian dilakukan, dikategorikan berdasarkan usia ≤18 tahun, 19 tahun dan ≥ 20 tahun.

Tabel 4.1. Distribusi Karakteristik Usia Responden

No Usia Frekuensi Persentase

1 ≤18 tahun 20 20,83

2 19 tahun 30 31,25

3 ≥ 20 tahun 46 47,92


(34)

Berdasarkan tabel di atas dari 96 orang responden terlihat bahwa hampir dari seluruh responden yaitu sebanyak 46 orang (47,92%) memiliki usia ≥ 20 tahun. Hal ini dapat disimpulkan bahwa responden dengan usia ≥ 20 tahun lebih banyak dibandingkan dengan responden dengan usia 19 atau 18 tahun dikarenakan penelitian dilakukan pada 3 angkatan yang jaraknya berurutan dan tahun lahir dari responden lebih banyak di tahun 1990-1991 sehingga diperoleh data yang kurang bervariasi berdasarkan usia.

4.1.2. Distribusi Karakteristik Riwayat Miopia Keluarga Pada Responden Riwayat keluarga dilihat berdasarkan dari ada tidaknya keluarga inti responden yang diketahui memakai kacamata untuk melihat jauh, dikategorikan menjadi ada riwayat miopia keluarga (ayah dan ibu, ayah / ibu, saudara kandung) dan tidak ada riwayat miopia keluarga.

Tabel 4.2. Distribusi Karakteristik Riwayat Miopia Keluarga Responden

No Riwayat Keluarga Frekuensi Persentase

1 Tidak Ada 37 38.54

2 Saudara Kandung 14 14.58

3 Ayah/Ibu 26 27.08

4 Ayah dan Ibu 19 19.79

Total 96 100.00

Berdasarkan tabel di atas dari 96 orang responden terlihat lebih dari sebagian responden yaitu sebanyak 59 orang (61.45%) memiliki riwayat miopia keluarga. Hal ini berarti bahwa hampir seluruh responden memiliki keterkaitan miopia dalam keluarganya.

4.1.3. Distribusi Karakteristik Pendidikan Orang Tua Responden

Pendidikan orang tua responden dilihat berdasarkan jenis pendidikan terakhir yang di peroleh hingga saat penelitian dilakukan, dikategorikan menjadi pendidikan rendah (SD-SMP) dan pendidikan tinggi (SMA-Strata)


(35)

22

Tabel 4.3. Distribusi Karakteristik Pendidikan Orang Tua Responden

No Pendidikan Frekuensi Persentase

1 SD-SMP 12 12.50

2 SMA-Strata 84 87.50

Total 96 100.00

Berdasarkan tabel di atas dari 96 orang responden terlihat bahwa hampir seluruh responden yaitu sebanyak 84 orang (87,50%) orang tuanya memiliki pendidikan tinggi yaitu pendidikan SMA-Strata.

4.1.4. Distribusi Karakteristik Penghasilan Orang Tua Responden

Penghasilan orang tua responden dilihat berdasarkan penghasilan rata-rata yang diperoleh dalam satu bulan, dikategorikan menjadi penghasilan rendah (< Rp.1.250.000), sedang (Rp. 1.250.000 – Rp. 5.000.000) dan Tinggi (>Rp. 5.000.000)

Tabel 4.4. Distribusi Karakteristik Penghasilan Orang Tua Responden

No Penghasilan Frekuensi Persentase

1 < Rp 1.2500.000,00 5 5.21

2 Rp 1.250.000,00 - Rp 5.000.000,00 40 41.67

3 > Rp 5.000.000,00 51 53.13

Total 96 100.00

Berdasarkan tabel di atas dari 96 orang responden terlihat bahwa sebagian dari seluruh responden yaitu sebanyak 51 orang (53,13%) memiliki penghasilan tinggi yaitu lebih dari Rp 5.000.000 setiap bulannya.

4.1.5. Distribusi Karakteristik Aktivitas Melihat Dekat Responden

Aktivitas melihat dekat dilihat berdasarkan lamanya waktu (jam) per hari yang dibutuhkan untuk menonton televisi, membaca, kebiasaan menggunakan


(36)

komputer / laptop, bermain video game. Dikategorikan menjadi < 5 jam, 5-10 jam, > 10 jam

Tabel 4.5. Distribusi Karakteristik Aktivitas Melihat Dekat Responden

No Aktivitas Melihat

Dekat Frekuensi Persentase

1 < 5 jam 46 47,92

2 5 - 10 jam 36 37,50

3 > 10 jam 14 14,58

Total 96 100,00

Berdasarkan tabel di atas dari 96 orang responden terlihat bahwa sebagian dari seluruh responden yaitu sebanyak 46 orang (47,92%) melakukan aktivitas dekat kurang dari 5 jam, 36 orang (37,50%).

4.2. Analisis Univariat

Pada analisis univariat ini ditampilkan distribusi frekuensi dari masing-masing variabel yang diteliti, baik variabel dependen maupun independen kemudian dilakukan perincian dari setiap variabel yang berkaitan dengan prevalensi miopia.

4.2.1. Prevalensi Miopia Pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2011 dan Derajat Keparahan / Koreksi Miopia

Distribusi prevalensi miopia pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2011 dapat dilihat pada tabel berikut :


(37)

24

Tabel 4.6. Distribusi Prevalensi Miopia Responden

No Miopia Frekuensi Persentase

1 Ya 60 62.50

2 Tidak 36 37.50

Total 96 100.00

Berdasarkan tabel di atas dari 96 orang responden terlihat bahwa sebagian besar dari seluruh responden yaitu sebanyak 60 orang (62,50%) menderita miopia, Hal ini dapat disimpulkan bahwa prevalensi miopia pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta cukup tinggi.

Distribusi derajat keparahan/koreksi miopia dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.7. Distribusi Keparahan / Koreksi ODS Responden Miopia

No Koreksi Miopia ODS Frekuensi Persentase

1 0-3 46 76.67

2 3-6 14 23.33

3 >6 0 0.00

Total 60 100.00

Berdasarkan tabel di atas dari 60 orang responden miopia terlihat bahwa hampir dari seluruh responden yaitu sebanyak 46 orang (76,67%) memiliki koreksi miopia ODS 0-3 sehingga dapat disimpulkan bahwa derajat miopia yang terjadi pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2011 merupakan miopia ringan.

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2009 didapatkan prevalensi miopia sebesar 60% dengan jumlah sampel 90 orang. Jika mengacu kepada data tersebut, terjadi peningkatan prevalensi miopia sebesar 2,50% pada


(38)

mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2011.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hartanto dan Inakawati (2002-2003)20 di RSUP Dr. Kariadi Semarang, didapatkan bahwa kelainan refraksi tak terkoreksi penuh yang paling banyak yaitu berupa miopia sebesar 58,15%.

Dalam penelitian yang sama, derajat keparahan / koreksi miopia lebih banyak pada derajat ringan yaitu sebanyak 30 orang dengan usia 11-20 tahun dan 25 orang dengan usia 20-30 tahun20.

4.2.2. Gambaran Distribusi Usia Responden Miopia Pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2011

Distribusi usia responden miopia dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.8. Gambaran Distribusi Usia Responden Miopia

No Usia Miopi Tidak Miopi Total Persentase

f % f %

1 ≤18 tahun 14 23,33 6 16,67 20 20,83

2 19 tahun 16 26,67 14 38,89 30 31,25

3 ≥20 tahun 30 50,00 16 44,44 46 47,92

Total 60 100,00 36 100,00 96 100,00

Berdasarkan tabel di atas dari 60 orang responden penderita miopia terlihat bahwa sebagian dari seluruh responden yaitu sebanyak 30 orang (50,00%) berusia

≥ 20 tahun, ini berarti bahwa usia ≥ 20 tahun memiliki kecenderungan mengalami miopia lebih besar.

Prevalensi miopia cenderung meningkat dengan meningkatnya usia, namun mekanisme dari hal ini belum diketahui. Suatu teori menjelaskan bahwa prevalensi miopia pada orang dewasa disebabkan oleh perubahan indeks refraksi lensa, yaitu indeks refraksi lensa meningkat dengan meningkatnya kekeruhan inti lensa sejalan dengan meningkatnya usia6.

Penelitian lain menunjukkan bahwa miopia dapat menjadi progresif dengan bertambahnya usia, hal ini dikarenakan bola mata masih mengalami


(39)

26

pertumbuhan atau pemanjangan serta perubahan komponen bola mata yang pada akhirnya akan mengakibatkan perubahan status refraksi menjadi lebih miopia21.

4.2.3. Gambaran Distribusi Riwayat Keluarga Responden Miopia Pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2011

Distribusi riwayat keluarga pada responden miopia dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.9. Gambaran Distribusi Riwayat Keluarga Responden Miopia

No Riwayat Keluarga

Miopia Tidak Miopia

Total Persentase

F % F %

1 Tidak Ada 23 38,33 14 38,89 37 38,54

2 Saudara Kandung 11 18,33 3 8,33 14 14,58

3 Ayah/Ibu 14 23,33 12 33,33 26 27,08

4 Ayah dan Ibu 12 20,00 7 19,44 19 19,79

Total 60 100,00 36 100,00 96 100,00

Berdasarkan tabel di atas dari 60 orang responden penderita miopia terlihat bahwa sebagian dari seluruh responden yaitu sebanyak 37 orang (61,66%) memiliki riwayat miopia keluarga, hal ini dapat disimpulkan bahwa keterkaitan riwayat miopia keluarga cenderung mempengaruhi miopia pada responden.

Lam dkk22, dalam penelitiannya mengemukakan bahwa riwayat miopia pada orang tua mempengaruhi pertumbuhan bola mata anak. Pertumbuhan bola mata dan pergeseran refraksi ke arah miopia terjadi lebih cepat pada anak dengan riwayat miopia. Seseorang dengan predisposisi keluarga dan terpapar oleh faktor miopigenik maka emetropisasi akan berjalan tak terkendali yang mengakibatkan pemanjangan aksial bola mata dan terjadi miopia sedang pada usia dewasa23.

Anak dengan riwayat ayah dan ibu miopia cenderung melakukan aktivitas melihat lebih dekat dibandingkan anak tanpa orang tua miopia24.


(40)

4.2.4. Gambaran Distribusi Pendidikan Orang Tua Responden Miopia Pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2011

Distribusi pendidikan orang tua responden miopia dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.10. Gambaran Distribusi Pendidikan Orang Tua Responden Miopia

No Pendidikan Miopia Tidak Miopia Total Persentase

f % F %

1 SD-SMP 6 10,00 6 16,67 12 12,50

2 SMA-Strata 54 90,00 30 83,33 84 87,50

Total 60 100,00 36 100,00 96 100,00

Berdasarkan tabel di atas dari 60 orang responden penderita miopia terlihat bahwa hampir seluruh responden yaitu sebanyak 54 orang (90,00%) orang tuanya berpendidikan SMA-Strata, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa responden yang mengalami miopia memiliki orang tua dengan pendidikan tinggi.

Tingkat pendidikan seseorang sering digunakan untuk menghubungkan lamanya waktu bekerja dalam jarak dekat dengan miopia pada orang – orang yang berpendidikan tinggi. Hasilnya adalah orang yang berpendidikan tinggi lebih banyak yang mengalami miopia25.

Banyaknya buku yang dibaca per minggu merupakan salah satu petanda aktivitas melihat dekat yang secara independen berhubungan dengan tingkat pendidikan dan perilaku orang tua serta status ekonomi keluarga. Keluarga dengan tingkat penddidikan tinggi dan perilaku suka membaca akan mendorong anaknya untuk membaca atau melakukan aktivitas melihat dekat yang lebih banyak26.

4.2.5. Gambaran Distribusi Penghasilan Orang Tua Responden Miopia Pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2011

Distribusi penghasilan orang tua responden miopia dapat dilihat pada tabel berikut:


(41)

28

Tabel 4.11. Gambaran Distribusi Penghasilan Orang Tua Responden Miopia

No Penghasilan Miopia Tidak Miopia Total Persentase

f % f %

1 <Rp 1.2500.000,00 3 5,00 2 5,56 5 5,21

2 Rp 1.250.000,00 - Rp

5.000.000,00 24 40,00 16 44,44 40 41,67

3 > Rp 5.000.000,00 33 55,00 18 50,00 51 53,13

Total 60 100,00 36 100,00 96 100,00

Berdasarkan tabel di atas dari 60 orang responden penderita miopia terlihat bahwa sebagian dari seluruh responden yaitu sebanyak 33 orang (55,00%) orang tuanya memiliki penghasilan lebih dari Rp 5.000.000, ini dapat disimpulkan bahwa responden miopia cenderung memiliki orang tua dengan penghasilan tinggi.

Berbagai penelitian mendapatkan prevalensi miopia meningkat dengan meningkatnya penghasilan keluarga dan tingkat pendidikan1.

Keluarga dengan status ekonomi yang lebih tinggi mempunyai kemampuan lebih baik untuk membeli buku dan fasilitas untuk pergi ke perpustakaan atau toko buku serta membeli fasilitas lainnya26.

4.2.6. Gambaran Distribusi Aktivitas Melihat Dekat Responden Miopia Pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2011

Distribusi aktivitas melihat dekat responden miopia dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.12. Gambaran Distribusi Aktivitas Melihat Dekat Responden Miopia

No Aktivitas Melihat Dekat

Miopia Tidak Miopia Total Persentase

f % f %

1 < 5 jam 26 43,33 20 55,56 46 47,92 2 5 - 10 jam 24 40,00 12 33,33 36 37,50 3 > 10 jam 10 16,67 4 11,11 14 14,58 Total 60 100,00 36 100,00 96 100,00


(42)

Berdasarkan tabel di atas dari 60 orang responden terlihat bahwa sebagian dari seluruh responden yaitu sebanyak 34 orang (56,67%) melakukan aktivitas melihat dekat lebih dari 5 jam sedangkan sebanyak 20 orang (55,56%) responden tidak miopia melakukan aktivitas melihat dekat kurang dari 5 jam . Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa responden miopia melakukan aktivitas dekat lebih lama dibandingkan dengan responden tidak miopia.

Aktivitas melihat dekat dari beberapa penelitian diketahui dapat meningkatkan terjadinya miopia26. Aktivitas melihat dekat menyebabkan akomodasi terus menerus, sehingga menyebabkan meningkatnya suhu pada bilik mata depan yang selanjutnya akan meningkatkan produksi cairan intraokular. Peningkatan tersebut akan meningkatkan tekanan bola mata yang berhubungan dengan miopia27.

Aktivitas melihat dekat menyebabkan stress induces distant accomodation yang terus menerus dan mengakibatkan perubahan biokimia dari sklerayaitu fibroblas sklera yang merupakan suatu mekanisme kimia untuk peregangan, terjadi setelah 30 menit saat berakomodasi. Akumulasi akomodasi yang terus menerus menyebabkan memanjangnya waktu mekanisme peregangan yang berdampak pada meregangnya sklera, sehingga bayangan objek pada aktivitas melihat dekat jatuh di depan retina18.

Bukti lain ditemukan pada anak muda China di Hongkong yang miopia menunjukkan adanya kecenderungan tingginya blur driven nearwork-induced transient myopia yang terus menerus setelah aktivitas melihat dekat. Hal ini diperkirakan dapat mengeksaserbasi predisposisi genetik mata miop yang selanjutnya dapat mengalami progresivitas24.

Miopia lebih banyak terdapat pada orang-orang yang pekerjaannya memerlukan fokus mata jarak dekat dalam kurun waktu yang lama, seperti pekerjaan yang berhubungan dengan komputer/laptop20.

4.3. Keterbatasan Penelitian 4.3.1. Variabel Penelitian

Faktor yang mempengaruhi miopia bersifat multifaktorial, namun peneliti hanya meneliti beberapa faktor dari faktor- faktor yang mempengaruhi prevalensi


(43)

30

miopia dan hanya dilakukan analisis univariat sehingga hubungan dari masing – masing variabel terhadap prevalensi miopia belum dapat dibuktikan.

Penelitian dilakukan pada saat bulan Ramadhan dan aktivitas perkuliahan di Program Studi Pendidikan Dokter dari ketiga angkatan tidak terlalu aktif seperti perkuliahan semestinya (hanya ujian dan perbaikan nilai / KKD saja) dimana aktivitas untuk melihat dekat diharapkan akan jauh lebih banyak dilakukan dibandingkan dengan aktivitas yang sedikit luang seperti yang didapatkan oleh peneliti kemarin saat pengambilan data, sehingga dari hasil penelitian tidak didapatkan perbedaan yang signifikan antara aktivitas yang dilakukan kurang dari 5 jam/hari dengan aktivitas yang dilakukan 5-10 jam/hari, sedangkan peneliti mengharapkan aktivitas untuk melihat dekat cenderung banyak dilakukan selama 5-10 jam/hari untuk mendukung teori, walaupun secara keseluruhan responden miopia lebih banyak yang melakukan aktivitas melihat dekat lebih dari 5 jam/ hari.

4.3.2. Sampel Penelitian

Meskipun jumlah sampel memenuhi sampel minimum, namun alangkah baiknya jika sampel mencapai sama banyak sesuai dengan penghitungan besar sampel, hal ini memungkinkan hasil lebih varitif dan lebih mendukung teori.

Usia dari sampel penelitian sebagian besar berusia 19-21 tahun, hal ini kurang memberikan informasi peningkatan prevalensi miopia berdasarkan usia.


(44)

31 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

1. Prevalensi Miopia pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2011 cukup tinggi yaitu sebesar 62,50%.

2. Gambaran distribusi miopia berdasarkan usia diperoleh sebesar 50,00% (30 orang) berusia ≥ 20 tahun, 61,66% (37 orang) memiliki riwayat keluarga miopia, 90,00% (54 orang) dengan orang tua berpendidikan tinggi, 55,00% (33 orang) berpenghasilan > Rp 5.000.000, 56,67% (34 orang) melakukan aktivitas melihat dekat lebih dari 5 jam/hari.

3. Derajat keparahan / koreksi miopia pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2011 sebesar 76,67% (46 orang) memiliki koreksi ringan, yaitu 0–3 D.

5.2. Saran

1. Prevalensi miopia pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter cukup tinggi, maka diperlukan penelitian lanjutan yang lebih spesifik untuk membuktikan hubungan masing – masing faktor terhadap prevalensi miopia, karena miopia merupakan kelainan refraksi yang dipengaruhi oleh banyak faktor baik internal maupun eksternal, atau dilakukan penelitian dengan desain kohort selama 2 tahun untuk mengetahui progresivitas miopia dan faktor yang berperan dalam progresivitasnya sehingga diharapkan dapat menurunkan angka prevalensi miopia tersebut.

2. Dilakukan penelitian yang berkaitan dengan lama dan jarak responden dalam melakukan aktivitas dekat, banyaknya buku yang dibaca dan pengaruh pencahayaan saat aktivitas dekat tersebut dilakukan selama 1 hari atau 1 minggu untuk mengetahui seberapa besar pengaruh tersendiri dari aktivitas melihat dekat.


(45)

32

3. Derajat miopia terbanyak pada responden miopia ringan yaitu kisaran koreksi 0-3 D, hal ini bisa dicegah dengan pemeriksaan mata lebih dini, rutin dan melakukan aktivitas luar rumah sebanyak 2-3 jam per harinya diluar kesibukan responden sebagai mahasiswa kedokteran yang aktivitas melihat dekatnya lebih banyak. Dengan demikian, akomodasi yang terlalu berlebihan dapat dikurangi dan secara tidak langsung dapat mengurangi insidensi miopia dini.

4. Penyediaan sarana pemeriksaan mata rutin dan konsultasi dokter spesialis mata untuk mahasiswa di kampus FKIK dengan tujuan mempermudah pengontrolan terhadap progresivitas miopia mahasiswa.


(46)

33

DAFTAR PUSTAKA

1. Dandona R, Dandona L, Naduvilath TJ, Srinivas M, McCarty CA, Rao GN. Refractive errors in an urban population in Southern India: The Andra Pradesh Aye Disease Study. Invest Ophtalmol Vis Sci. 1999;40:2810-2818.

2. Saw SM, Husain R, Gazzard GM. Causes of low vision and blindness in rural Indonesia British Journal of Ophtalmology. 2003;87(9):1075-1078.

3. Mutti DO, Mitchell GL, Moeschberger ML, Jones LA, Zadnik K. Parental myopia, nearwork, school achievement and children’s refractive error. Investigative Ophtalmology and Visual Science. 2002;43(12):3633-3640.

4. Depkes RI. Hasil survey kesehatan indera penglihatan dan pendengaran 1996. Jakarta. 1997.

5. Saw SM, Nieto FJ, Katz J, Schein OD, Levy B, Chew SJ. Factors related to the progression of myopia in Singapore Children. Optom Vis Sci. 2000;77:549-54.

6. McBrien NA, Adam DW. A longitudinal investigation of adult-onset and adult-progression of myopia in an occupational group: refractive and biometric findings. Invest Ophtalmol Vis Sci. 1997;38:321-33.

7. Midelfart A, Hjertnes S. Myopia Among Medical Students in Norway Invest Ophtalmol Vis Sci. 2005;46:562.

8. Mehdizadeh M, Jalaeian H, Kashef MA. Effects of Various Risk Factors on Myopia Progression. Iran J Med Sci. 2006;31(4):204-207.

9. Spraul CW, Lang GK. Optics and refractive errors. In: Lang GK, ed. Opthalmology : A short textbook. New York: Thieme; 2000:p.423-36

10.Guggenheim JA. Correlatiom in refractive errors between siblings in the Singapore cohort study of risk factor of myopia. British Journal of Opthalmology. 2007;91(6):781-784.

11.Vaughan DG, Asbury T, Riordan-Eva P. Oftalmologi Umum ed.14. Jakarta: Widya Medika; 2000:1

12.Ellis,Harold. Clinical Anatomy. New York: Blackwell Publishing; 2008.

13.Perdami. Ilmu Penyakit Mata untuk dokter umum dan mahasiswa kedokteran ed.II. Jakarta: Sagung Seto; 2010:46-56.


(47)

34

14.Sherwood, L. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem ed.II. Jakarta: EGC; 2001:160-7.

15.Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran ed.XI. Jakarta: EGC; 2008:644-50.

16.Sidarta, Ilyas. Ilmu Penyakit Mata ed. III. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2010:1

17.Taylor D, Hyot CS. Pediatric Ophtalmology and Strabismus theory and practice. 3 ed. Philadelphia: Elsevier Saunders; 2005.

18.Gilmartin B. Myopia: precedents for research in the twenty-first century. Clinical and Experimental Ophtalmology. 2004;32:305-24.

19.Dahlan S. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam Penelitian Kedokteran dan Kesehatan ed.2. Jakarta: Salemba Medika; 2009:1

20.Hartanto Willy, Inakawati Sri. Kelainan Refraksi Tak Terkoreksi Penuh Di RSUP Dr. Kariadi Semarang Periode 1 Januari 2002 - Desember 2003. Media Medika Muda. 2010;4:25-30.

21.Hyman L, Gwiazda J, Hussein M, Norton TT, Wang Y, Marsh-Tootle W, et al. Relationship of age, sex, and ethnicity with myopia progression and axial elongation in the correction of myopia evaluation trial. Arch Ophtalmol. 2005;123:977-87.

22.Lam DS, Fan DS, Lam RF, Rao SK, Chong K, Lau JT. The effecct of parental history of myopia on children eye size and growth: result of a longitudinal study. Invest Ophtalmol Vis Sci. 2008;49(3):873-6.

23.Fredrick DR. Clinical review, myopia. Br Med J. 2002;324:1195-9.

24.Wolffsohn JS, Gilmartin B, Li RW-H, Edwards MH, Chat SW-S, Lew JK-F, et al. Nearwork-induced trancient myopia in preadolescent Hong Kong Chinese. Invest Ophtalmol Vis Sci. 2003;44:2284-9.

25.Konstantopoulos A, Yadegar G, Elgohary M. Nearwork, education, family history and myopia in Greek conscript. Eye. 2008;22:542-546.

26.Saw SM, Zahang MZ, Hong RZ, Fu ZF, Pang MH, Tan T. Nearwork activity, night lights, and myopia in the Singapore-China study. Arch Ophtalmol. 2002;120:620-7.

27.Gwiazda JE, Hyman, Norton TT, Hussein M,Marsh-Toole W, Manny R. Accommodation and related risk factors associated with myopia progression and their interaction with treatment in COMET children. Invest Ophtalmol Vis Sci. 2004;45:2143-51.


(48)

35

Lampiran 1 Hasil Uji Statistik

Frequency Table

lama hidup responden

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid >= 18 tahun 20 20.8 20.8 20.8

19 tahun 30 31.3 31.3 52.1

>= 20 tahun 46 47.9 47.9 100.0

Total 96 100.0 100.0

riwayat penggunaan kacamata minus di keluarga

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 37 38.5 38.5 38.5

saudara

kandung 14 14.6 14.6 53.1

ayah/ibu 26 27.1 27.1 80.2

Ayahdanibu 19 19.8 19.8 100.0

Total 96 100.0 100.0

pendidikan org tua responden

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid SD-SMP 12 12.5 12.5 12.5

SMA-Strata 84 87.5 87.5 100.0

Total 96 100.0 100.0

penghasilan perbulan orgtua responden

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid <1.250.000 5 5.2 5.2 5.2

1.250.000-5.000.000 40 41.7 41.7 46.9

>5.000.000 51 53.1 53.1 100.0


(49)

36

lamanya aktivitas melihat dekat

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid < 5 jam 46 47.9 47.9 47.9

5 - 10 jam 36 37.5 37.5 85.4

> 10 jam 14 14.6 14.6 100.0

Total 96 100.0 100.0

prevalensi miopia

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent Valid tidak

miopi 36 37.5 37.5 37.5

miopi 60 62.5 62.5 100.0

Total 96 100.0 100.0

koreksi miopia ods

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0-3 46 76.7 76.7 76.7

3-6 14 23.3 23.3 100.0

Total 60 100.0 100.0

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

lama hidup responden * prevalensi miopia


(50)

37

lama hidup responden * prevalensi miopia Crosstabulation

prevalensi miopia Total

tidak

miopia Miopia lama

hidup respon den

>= 18 tahun

Count

6 14 20

% within prevalensi

miopia 16.7% 23.3% 20.8%

19 tahun Count 14 16 30

% within prevalensi

miopia 38.9% 26.7% 31.3%

>= 20 tahun

Count

16 30 46

% within prevalensi

miopia 44.4% 50.0% 47.9%

Total Count 36 60 96

% within prevalensi

miopia 100.0% 100.0% 100.0%

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

riwayat penggunaan kacamata minus d keluarga *

prevalensi miopia


(51)

38

riwayat penggunaan kacamata minus d keluarga * prevalensi miopia Crosstabulation

prevalensi miopia Total

tidak

miopia Miopia riwayat

penggunaan kacamata minus di keluarga

Tidak Count

14 23 37

% within prevalensi

miopia 38.9% 38.3% 38.5%

saudara

kandung

Count

3 11 14

% within prevalensi

miopia 8.3% 18.3% 14.6%

ayah/ibu Count 12 14 26

% within prevalensi

miopia 33.3% 23.3% 27.1%

Ayah dan

ibu

Count

7 12 19

% within prevalensi

miopia 19.4% 20.0% 19.8%

Total Count 36 60 96

% within prevalensi

miopia 100.0% 100.0% 100.0%

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

pendidikan org tua responden * prevalensi miopia


(52)

39

pendidikan org tua responden * prevalensi miopia Crosstabulation

prevalensi miopia Total

tidak

miopia miopia pendidikan

org tua responden

SD-SMP Count

6 6 12

% within

prevalensi miopia

16.7% 10.0% 12.5%

SMA-Strata Count 30 54 84

% within

prevalensi miopia

83.3% 90.0% 87.5%

Total Count 36 60 96

% within

prevalensi miopia

100.0% 100.0% 100.0%

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

penghasilan perbulan orgtua responden * prevalensi miopia


(53)

40

penghasilan perbulan orgtua responden * prevalensi miopia Crosstabulation

prevalensi miopia Total

tidak

miopia Miopia penghasilan

perbulan orgtua responden

<1.250.000 Count

2 3 5

% within

prevalensi miopia

5.6% 5.0% 5.2%

1.250.000-5.000.000

Count

16 24 40

% within

prevalensi miopia

44.4% 40.0% 41.7%

>5.000.000 Count 18 33 51

% within

prevalensi miopia

50.0% 55.0% 53.1%

Total Count 36 60 96

% within

prevalensi miopia

100.0% 100.0% 100.0%

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

lamanya aktivitas melihat dekat * prevalensi miopia


(54)

41

lamanya aktivitas melihat dekat * prevalensi miopia Crosstabulation

prevalensi miopia Total

tidak

miopia miopia lamanya

aktivitas melihat dekat

< 5 jam Count

20 26 46

% within

prevalensi miopia

55.6% 43.3% 47.9%

5 - 10

jam

Count

12 24 36

% within

prevalensi miopia

33.3% 40.0% 37.5%

> 10 jam Count 4 10 14

% within

prevalensi miopia

11.1% 16.7% 14.6%

Total Count 36 60 96

% within

prevalensi miopia


(55)

42

Lampiran 2

FORMULIR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT)

Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Dalam rangka memenuhi tugas akhir untuk memperoleh gelar Sajana Kedokteran, saya Aemsina Hayatillah mahasiswi Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta akan melakukan penelitian yang berjudul “Prevalensi Miopia Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Pada Mahasiswa PSPD UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2011”.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui besar prevalensi miopia dan faktor – faktor yang mempengaruhinya pada mahasiswa PSPD dimana berdasarkan penelitian sebelumnya diperoleh sebesar 60% mahasiswa mengalami miopia. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai sumber informasi dan sarana edukasi kesehatan mata kepada mahasiswa.

SURAT PERSETUJUAN

Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : ………

NIM : ... Umur : ……… tahun

Setelah mendapatkan keterangan secukupnya serta menyadari manfaat dari penelitian tersebut di bawah ini yang berjudul :

PREVALENSI MIOPIA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA PADA MAHASISWA PSPD UIN SYARIF

HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN 2011

dengan sukarela menyetujui diikutsertakan dalam penelitian di atas dengan catatan bila suatu waktu merasa dirugikan dalam bentuk apapun, berhak membatalkan persetujuan ini serta berhak untuk mengundurkan diri.

Jakarta, 2011 Peneliti Yang menyetujui

Peserta


(56)

43

Lampiran 3 KUESIONER PREVALENSI MIOPIA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHINYA PADA MAHASISWA PSPD UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN 2011

No. Kuesioner : Identitas responden

Nama :

Tanggal lahir :

Jenis kelamin :

Alamat :

Pendidikan saat ini (semester):

Suku :

No telp :

Identitas keluarga (meliputi orang tua, saudara kandung, responden)

Nama

Kedudukan dalam keluarga

Usia (tahun)

Pendidikan

Terakhir Penghasilan /bulan

Pengguna kacamata negatif

(Y/T)

1. Apakah anda penderita miopia? a. Ya

b. Tidak c. Tidak tahu


(57)

44 2. Sejak kapan anda mengalami miopia?

a. < Setahun yang lalu b. 1 tahun yang lalu c. 2 tahun yang lalu d. 3 tahun yang lalu e. > 3 tahun yang lalu

3. Setelah tahu anda miopia, apakah anda menggunakan kacamata (negatif) ? a. Ya

b. Tidak

4. Apakah ukuran kacamata anda masih mengalami peningkatan sampai saat terakhir diperiksa?

a. Ya b. Tidak

5. Apakah anda melakukan pemeriksaan mata rutin? a. Ya

b. Tidak

6. Kapan pemeriksaan mata terakhir anda lakukan? a. < Setahun yang lalu

b. 1-5 tahun yang lalu c. > 5 tahun yang lalu

*DI ISI OLEH PENELITI

HASIL PEMERIKSAAN VISUS

OD

VISUS


(58)

45

Lampiran 4

TABEL AKTIVITAS 24 JAM

A. Membaca B. Menonton TV

C. Menggunakan Laptop D. Main Video Game


(59)

46

Lampiran 5

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Aemsina Hayatillah

Tempat Tanggal Lahir : Subang, 17 April 1990

Alamat : Jalan Rancasari No. 12 Rt 08 / Rw 03, Pamanukan 41254, Subang, Jawa Barat

Email : aemsina.hayatillah@yahoo.com

No.Telpon : 08569-417-1990; 0856-7128-111

Riwayat Pendidikan :  RA Miftahul Huda (1995-1996)  SDN 3 Pamanukan (1996-2002)  SMPN 1 Pamanukan (2003-2005)  SMA Pasundan 2 Bandung (2005-2008)

 FKIK Prodi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2008-Sekarang)


(1)

lamanya aktivitas melihat dekat * prevalensi miopia Crosstabulation

prevalensi miopia Total

tidak

miopia miopia lamanya

aktivitas melihat dekat

< 5 jam Count

20 26 46

% within

prevalensi miopia

55.6% 43.3% 47.9%

5 - 10

jam

Count

12 24 36

% within

prevalensi miopia

33.3% 40.0% 37.5%

> 10 jam Count 4 10 14

% within

prevalensi miopia

11.1% 16.7% 14.6%

Total Count 36 60 96

% within

prevalensi miopia


(2)

FORMULIR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT)

Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Dalam rangka memenuhi tugas akhir untuk memperoleh gelar Sajana Kedokteran, saya Aemsina Hayatillah mahasiswi Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta akan melakukan penelitian yang berjudul “Prevalensi Miopia Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Pada Mahasiswa PSPD UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2011”.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui besar prevalensi miopia dan faktor – faktor yang mempengaruhinya pada mahasiswa PSPD dimana berdasarkan penelitian sebelumnya diperoleh sebesar 60% mahasiswa mengalami miopia. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai sumber informasi dan sarana edukasi kesehatan mata kepada mahasiswa.

SURAT PERSETUJUAN

Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : ………

NIM : ... Umur : ……… tahun

Setelah mendapatkan keterangan secukupnya serta menyadari manfaat dari penelitian tersebut di bawah ini yang berjudul :

PREVALENSI MIOPIA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA PADA MAHASISWA PSPD UIN SYARIF

HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN 2011

dengan sukarela menyetujui diikutsertakan dalam penelitian di atas dengan catatan bila suatu waktu merasa dirugikan dalam bentuk apapun, berhak membatalkan persetujuan ini serta berhak untuk mengundurkan diri.

Jakarta, 2011 Peneliti Yang menyetujui

Peserta


(3)

Lampiran 3 KUESIONER PREVALENSI MIOPIA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHINYA PADA MAHASISWA PSPD UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN 2011

No. Kuesioner : Identitas responden

Nama :

Tanggal lahir : Jenis kelamin :

Alamat :

Pendidikan saat ini (semester):

Suku :

No telp :

Identitas keluarga (meliputi orang tua, saudara kandung, responden)

Nama

Kedudukan dalam keluarga

Usia (tahun)

Pendidikan

Terakhir Penghasilan /bulan

Pengguna kacamata negatif

(Y/T)

1. Apakah anda penderita miopia? a. Ya

b. Tidak c. Tidak tahu


(4)

a. < Setahun yang lalu b. 1 tahun yang lalu c. 2 tahun yang lalu d. 3 tahun yang lalu e. > 3 tahun yang lalu

3. Setelah tahu anda miopia, apakah anda menggunakan kacamata (negatif) ? a. Ya

b. Tidak

4. Apakah ukuran kacamata anda masih mengalami peningkatan sampai saat terakhir diperiksa?

a. Ya b. Tidak

5. Apakah anda melakukan pemeriksaan mata rutin? a. Ya

b. Tidak

6. Kapan pemeriksaan mata terakhir anda lakukan? a. < Setahun yang lalu

b. 1-5 tahun yang lalu c. > 5 tahun yang lalu

*DI ISI OLEH PENELITI

HASIL PEMERIKSAAN VISUS

OD

VISUS


(5)

Lampiran 4

TABEL AKTIVITAS 24 JAM

A. Membaca B. Menonton TV

C. Menggunakan Laptop D. Main Video Game


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Aemsina Hayatillah Tempat Tanggal Lahir : Subang, 17 April 1990

Alamat : Jalan Rancasari No. 12 Rt 08 / Rw 03, Pamanukan 41254, Subang, Jawa Barat

Email : aemsina.hayatillah@yahoo.com No.Telpon : 08569-417-1990; 0856-7128-111

Riwayat Pendidikan :  RA Miftahul Huda (1995-1996)  SDN 3 Pamanukan (1996-2002)  SMPN 1 Pamanukan (2003-2005)  SMA Pasundan 2 Bandung (2005-2008)

 FKIK Prodi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2008-Sekarang)