Prevalensi insomnia pada mahasiswa FKIK UIN angkatan 2011 pada tahun 2012

(1)

UIN ANGKATAN 2011 PADA TAHUN 2012

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN

OLEH :

Mohamad ibnu imadudin

NIM: 109103000018

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

ii Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 24 September 2012

Mohamad ibnu imadudin Materai


(3)

(4)

(5)

v

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobil’alamin berkat taufiq dan hidayahnya penelitian ini dapat terselesaikan denga judul “Prevalensi Insomnia Pada Mahasiswa FKIK UIN Angkatan 2011 Pada Tahun 2012”.

Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,sulit bagi saya untuk menyelesaikan penelitian ini.Oleh karena itu,dalam kesempatan kali ini saya ingin menyampaikan rasa terimakasih yang tak terhingga kepada :

1.Prof. DR. (HC). Dr. M.K. Tadjudin. Sp.And, dan dr. Djauhari Widjajakusuma selau Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2.dr. H. Syarief Hasan Lutfie, Sp.KFR selaku ketua Program Studi Pendidikan Dokter.

3.dr. Hendro Birowo,Sp.S , dan dr. Poppy Chandra Dewy, M.Sc,Sp.S selaku dosen pembimbing yang telah banyak menyediakan waktu,tenaga,dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan penelitian ini.

4. Ayahanda Dr. H. Ajak Muslim M.Pd, serta ibunda Dra. Hj. Enong Rostiawati M.Pd, dan keluarga besar saya serta sahabat saya PSPD 2009 yang telah memberi kasih sayang, dan dorongan baik moril maupun materil yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

5.drg. Laifa Annisa Hendarmin,PhD selaku penanggung jawab Riset angkatan 2009 yang telah memberikan motivasi agar penelitian ini selesai tepat waktu. 6.Mahasiswa FKIK angkatan 2011 yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

7.Semua pihak yang telah memberikan bantuanya sehingga penelitian dapat terselesaikan.


(6)

vi

Mohamad ibnu imadudin. Program Studi Pendidikan Dokter. Prevalensi insomnia pada mahasiswa FKIK UIN angkatan 2011 pada tahun 2012

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi insomnia pada mahasiswa FKIK UIN angkatan 2011 pada tahun 2012.Penelitian ini menggunakan kuesioner wawancara terstruktur mengenai prevalensi insomnia dikalangan mahasiswa atau mahasiswi.Alat ukur yang digunakan adalah Insomnia Severity Index (ISI).Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif dan desain penelitian cross sectional serta teknik pengambilan sampel yakni sistem pencuplikan konsekutif.Responden berjumlah 160 orang 57 orang laki-laki dan 103 orang perempuan.Kesimpulanya adalah prevalensi insomnia pada mahasiswa FKIK UIN angkatan 2011 pada tahun 2012 adalah 49,4%

Kata Kunci: Prevalensi Insomnia

ABSTRACT

Mohamad ibnu imadudin. Doctor of Education Studies Program. Prevalence of insomnia inUIN FKIK student class of 2011 in 2012

This study aimed to determine the prevalence of insomnia in college students t in FKIK UIN 2012 .This research using a structured interview questionnaires on the prevalence of insomnia among students or student. Measuring tool used is the Insomnia Severity Index (ISI). Study used a descriptive study ,cross-sectional research design and sampling techniques the consecutive sampling system .. Respondents totaled 160 people 57 men and 103 woman. The conculsion is the prevalence of insomnia in FKIK UIN 2011 in 2012 is 49,4%


(7)

vii

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... V ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah... 2

1.3 Tujuan Penelitian... 2

1.4 Manfaat Penelitian... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 2.1 Tidur.... 3

2.1.1 Fisiologi Tidur... 3

2.1.2 Pola Tidur Berdasarkan Usia... 6

2.1.3 Faktor Yang Mempengruhi Tidur... 6

2.2 Definisi Insomnia... 7

2.3 Epidemiologi... 7

2.4 Klasifikasi Insomnia... 7

2.4 1Insomnia Akut dan Kronik... 7

2.4 2Salah Peresepsi Keadaan Tidur... 7

2.4 3Insomnia Idiopatis... 2.4.4Insomnia Psiko Fisiologis……….…. 2.4.5Insomnia Berasosiasi Dengan Penyakit Medis………. 2.5 Kerangka Teori………... 2.6 Kerangka Konsep………... 2.7 Definisi Operasional………... 8 8 9 9 10 11 BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 3.1 Jenis dan Desain Penelitian... 11

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 11

3.3 Populasi dan SampelPenelitian ... 11

3.4 Kriteria Penelitian... 12

3.5 Identifikasi Variabel... 12

3.6 Instrumen Penelitan... 13

3.7 Alur Penelitian……….... 13

3.8 Metode Pengolahan Data... 14

3.9 Analisis Data... 14

3.10 Etik Penelitian ... 14


(8)

viii

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...

4.1 Distribusi Reponden Berdasarkan Usia... 15

4.2 Prevalensi Insomnia Pada FKIK Angkatan 2011………... 16

4.8.Keterbatasan Penelitian……….. 16

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 5.1 Simpulan ... 17

5.2 Saran ... 17

DAFTAR PUSTAKA ... 18

LAMPIRAN ... 19

DAFTAR TABEL Tabel 4.1 Distribusi responden berdasarkan usia dan jenis kelamin pada mahasiswa FKIK angkatan 2011………..…… 15 Tabel 4.2 Prevalensi Insomnia Pada FKIK Angkatan 2011…………..….. 16

DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Pola tidur berdasarkan usia... 7

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Formulir Persetujuan (Informed Consent)... 19

Lampiran 2 Kuesioner... 20

Lampiran 3 Data Hasil Uji Statistik... 22


(9)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Tidur merupakan suatu fenomena umum dimana terjadi keadaan kehilangan kesadaran yang bersifat sementara dan merupakan suatu keadaan fisiologik aktif yang ditandai dengan adanya fluktuasi yang dinamik pada parameter susunan saraf pusat, hemodinamik, ventilasi dan metabolik. Kegunaan tidur belum sepenuhnya diketahui, tetapi tidur merupakan proses penting dalam konsolidasi ingatan serta proses penyembuhan. Hampir 25% remaja mengalami gangguan tidur yang bervariasi mulai dari kesulitan untuk tidur, terbangun tengah malam sampai dengan gangguan tidur primer yang serius seperti obstructive sleep apnea syndrome.Gangguan tidur menyebabkan morbiditas yang berarti serta mengganggu akademik, sistim kardiovaskular dan endokrin serta memperberat persepsi nyeri.3

Gangguan tidur yang sering terjadi adalah insomnia.Insomnia adalah kesukaran dalam memulai atau mempertahankan tidur yang bisa bersifat sementara atau persisten. Insomnia mempunyai dampak merugikan bagi penderitanya, antara lain insomnia menurunkan kualitas hidup, sebagai pencetus penyakit gangguan jiwa, menurunkan stamina dan menurunkan produktivitas. Dampak insomnia tidak dapat dianggap remeh, karena bisa menimbulkan kondisi yang lebih serius dan membahayakan kesehatan dan keselamatan.3

Prevalensi insomnia meningkat sesuai usia. Pada beberapa penelitian mengenai insomnia pada populasi umum yang dilakukan oleh Li et al., (2002) di Hongkong didapatkan prevalensi insomnia pada pria (12.9%), wanita (17.5%) dengan kisaran usia 15-45 tahun. Pada penelitian yang dilakukan oleh Asplund(1998) pada wanita yang dilakukan di Swedia didapatkan angka prevalensi insomnia 18.1% pada usia 18-45 tahun. Ganguli et al. (1996) di Hawai meneliti insomnia berdasarkan usia dan jenis kelamin dimana prevalensi tertinggi pada usia 20-35 tahun dengan persentase 26.7% (pria) dan 44.1% (wanita), McKinlay et al., (2002) di Swedia dimana prevalensi insomnia pada pria (25.4%), wanita (36%) dengan kisaran usia 20-45 tahun. Ohayon (2002) di Jerman mendapatkan prevalensi insomnia sebesar 6% pada usia 18 tahun.

Penelitian mengenai perbedaan gender untuk kejadian insomnia pada sebuah studi yang di lakukan di Hongkong dimana wanita mempunyai faktor risiko 1.6 kali terjadinya insomnia


(10)

dibanding pria. Pada analisis multivariat di dapatkan signifikan pada kelompok yang tidak bekerja.Sejauh ini, status pendidikan rendah, dan pensiunan merupakan faktor risiko terjadinya insomnia pada pria sedangkan status perkawinan merupakan faktor risiko terjadinya insomnia pada wanita (Li et al., 2002).Penelitian mengenai insomnia pada populasi umum didapatkan hubungan kejadian insomnia dengan rendahnya status pendidikan baik pada pria dan wanita (Rocha, 2002).Dari semua faktor risiko tersebut, adanya gangguan psikiatris berupa depresi merupakan faktor risiko yang paling sering mengakibatkan terjadinya insomnia pada pria serta wanita (Li et al., 2002).Simptom depresi sering diiringi dengan insomnia.Gangguan depresi selalu mengakibatkan insomnia.Insomnia selalu mengakibatkan gejala depresi dan meningkatkan risiko depresi akut.Studi prospektif dan retrospektif sampel besar berbasis populasi mendukung kesimpulan diatas.Munculnya insomnia memprediksi terjadinya depresi. (Ford et al., 1989; Breslau et al., 1996; Chang et al., 1997)

Perkuliahan pada masa kini semakin kompleks, banyak aktivitas yang terlibat dalam kegiatan kuliah akan sangat berdampak bagi mahasiswa. Usia mahasiswa yang pada tahap remaja sampai dewasa muda masih labil dalam menghadapi masalah dan cenderung terlihat kurang berpengalaman. Masalah-masalah yang dihadapi oleh mahasiswa akan menimbulkan distress yang mengancam, karena ketika ada stressor yang datang, maka tubuh akan meresponnya. Menurut data www.cureresearch.com, prevalensi insomnia di Indonesia sekitar 10 persen. Artinya, kurang lebih 28 juta dari total 238 juta penduduk Indonesia menderita insomnia.

Berdasarkan latar belakang di atas, saya tertarik untuk melakukan penelitian mengenai prevalensi insomnia dan faktor yang mempengaruhinya pada mahasiswa FKIK.


(11)

I.2 Perumusan Masalah

Dari uraian diatas dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut : 1. Berapa prevalensi insomnia pada mahasiswa FKIK UIN ?

2. Faktor-faktor risiko apa sajakah yang melatar belakangi munculnya insomnia di kalangan mahasiswa FKIK UIN ?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian bertujuan untuk :

1. Mengetahui prevalensi insomnia di FKIK UIN Jakarta

2. Mengetahui faktor-faktor apa sajakah yang melatarbelakangi terjadinya insomnia

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian adalah :

1. Sebagai bahan masukan bagi masyarakat mengenai prevalensi insomnia di kalangan mahasiswa kedokteran.

2. Sebagai bahan masukan bagi tenaga kesehatan agar memiliki pemahaman mengenai penyakit insomnia di kalangan mahasiswa kedokteran,sehingga dapat memberikan edukasi yang baik.

3. Untuk melengkapi sumber data bagi institusi perguruan tinggi yang merupakan lembaga yang menyelenggarakan pendidikan penelitian dan pengabdian masyarakat.


(12)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tidur

2.1.1 Fisiologi Tidur

Tidur merupakan fenomena fisiologis yang penting dalam menjaga keseimbangan tubuh.2 Kira-kira sepertiga kehidupan manusia dijalankan dengan tidur.1,2 Tidur adalah suatu fenomena kehidupan yang berlangsung dalam suatu siklus tidur-bangun berupa siklus sirkadian yang secara langsung diatur oleh pusat sirkadian di nukleus suprakiasma hipotalamus regio anteroventral hipotalamus.2,3

Fisiologi tidur merupakan proses yang kompleks dan hasil interaksi antara ARAS (Ascending Reticular Activating System), nukleus di batang otak, dan neurotransmiter.3 Fisiologi tidur dapat diterangkan melalui gambaran aktifitas sel-sel otak selama tidur. Aktivitas tersebut dapat direkam melalui gelombang otak pada elektroensefalogram (EEG), gerakan mata pada elektrookulogram (EOG) dan tonus otot pada elektromiogram (EMG).1,2,4Pencatatan variabel tersebut dikenal sebagai polisomnografi. Setiap malam, seseorang mengalami dua tipe tidur yang saling bergantian, tidur dengan pergerakan mata tidak cepat (Non- Rapid Eye Movement, NREM) dan tidur dengan pergerakan mata yang cepat (Rapid Eye Movement, REM).1,2,3-5 Tidur NREM disebut tidur ortodoks karena terjadi penurunan aktivitas sel-sel otak pada gambaran EEG, sedangakan tidur REM disebut tidur disebut juga tidur paradoks karena gambaran EEG pada stadium ini sama dengan keadaan jaga. Tidur REM juga diidentikan dengan mimpi.3 Tidur NREM dan REM terjadi menurut siklus dengan selang waktu 90 menit. Dalam semalam terjadi 4 hingga 6 siklus tidur.5

Tidur NREM yang meliputi 75% dari keseluruhan waktu tidur, dibagi dalam empat stadium, antara lain:

1. Stadium 1, berlangsung selama 5% dari keseluruhan waktu tidur. Stadium ini dianggap stadium tidur paling ringan.EEG menggambarkan gambaran kumparan tidur yang khas,bervoltase rendah dengan frekuensi 3 sampai 7 siklus perdetik, yang disebut gelombang teta.


(13)

(14)

timbulnya keadaan tidur.Keadaan tidak bisa tidur atau berkurangnya waktu tidur terjadi jika

nucleus raphe rusak.Locus coeruleus(LC) menghasilkan norepinefrin yang akan menurunkan tidur REM dan meningkatkan keadaan terjaga.1,2,3

Asetilkolin yang dikenal sebagai neurotransmiter eksitatorik ternyata juga terlibat dalam tidur terutama dalam menghasilkan tidur REM. Penyuntikan agonis kolinergik-muskarinik ke dalam nucleus reticularis pontine (NRP) menyebabkan pergeseran dari terjaga penuh ke tidur REM pada binatang.1 Sedangkan dopamin yang dihasilkan oleh substansia nigra memiliki efek membangunkan.1,3

Histamin yang dihasilkan Tuberomammilary Nucleus (TM) juga berperan penting dalam menjaga kesadaran. Oleh karena itu, obat yang mengandung antihistamin menyebabkan kantuk dan menurunkan aktivitas korteks.3

Tidur NREM dimulai oleh sinyal yang berasal dari Ventro Lateral Preoptic Area (VLPO). Sel-sel pada daerah ini memproduksi gaba yang akan menginhibisi nucleus penghasil serotogenik, noradrenergik, dan kolinergik di formatsio reticularis batang otak serta nucleus

penghasil histamin di hipotalamus posterior. Aktivitas neuron di VLPO menginhibisi aktivitas sel neuron di aras. Inhibisi pada aras yang berfungsi menjaga kesadaran tentunya akan menyebabkan penurunan kesadaran dan menyebabkan tidur.3

Neuron kolinergik di lateral dorsal tegmental (LTD) dan peduculopontine tegmental (PPT) berperan dalam menghasilkan tidur REM dengan cara memproyeksikan sinyal ke talamus dan korteks. Neuron kolinergik dihambat oleh sel-sel pada locus coereleus (LC) dan nucleus raphe

(NR) selama bangun dan tidur REM. Sel di LTD dan PPT ini disebut REM-on cell, sedangkan sel di lc dan (NR) disebut REM-off cell. Transisi antara tidur NREM dan REM terjadi karena proses inhibisi gaba-ergik pada LC dan NR. 3 Sistem limbik sebagai pusat emosi juga berhubungan dengan keadaan terjaga dan bangun, mungkin berhubungan dengan ansietas dan depresi yang dapat mengganggu tidur.2


(15)

2.1.2 Pola Tidur Berdasarkan Umur

2.1.3 Faktor Yang Mempengaruhi Tidur

Kebutuhan tidur menurun seiring bertambahnya usia.1,2,6 gangguan tidur dapat disebabkan oleh oleh kondisi medik umum seperti gangguan gastrointestinal, asma, bronkitis, nyeri kepala, nyeri karena artritis, neoplasma, infeksi, kelainan degeneratif, kelainan endokrin (diabetes melitus, hipertiroid), kelainan jantung (gagal jantung), arteriosklerosis dan kelainan neurologis.1,2,7Tidur dipengaruhi oleh keadaan psikologis dan kelainan psikiatrik. Keadaan- keadaan seperti gangguan kecemasan, depresi, mania, dan psikosis akut dapat menyebabkan insomnia.1,2,7

Hormon yang mempengaruhi tidur antara lain hormon melatonin, hormon pertumbuhan, prolaktin, tiroid dan kortison. Kekurangan homon-hormon tersebut juga dapat menyebabkan gangguan tidur. Keadaan ini sering terjadi pada lanjut usia.2

Tidur juga dipengaruhi oleh siklus sikardian.1,2 Gangguan siklus sikardian memperlihatkan fase tidur yang melambat, waktu tidur-bangun lebih lambat, kesulitan tertidur pada waktu yang diinginkan, sedangkan total jumlah waktu tidur normal.2

Zat dan obat-obatan yang dapat menimbulkan gangguan tidur antara lain cafein, nikotin (rokok), alkohol, amfetamin, tranquilizer seperti benzodiazepine, dan phenothiazine, obat-obat trisiclic anti depressant. Gangguan dapat muncul pada pemakaian awal maupun karena


(16)

pemakain kronis (efek toleransi dan putus obat).1

2.2 Definisi Insomnia

Insomnia adalah kesukaran dalam memulai atau mempertahankan tidur yang bisa bersifats ementara atau persisten.1,2

2.3 Epidemiologi

Insomnia ditandai dengan kesulitan memulai (falling asleep) dan mempertahankan tidur. Survai populasi menunjukkan bahwa angka prevalensi insomnia, dalam satu tahun, berkisar antara 35%-45% (2). Sebuah penelitian melaporkan bahwa insomnia merupakan masalah kesehatan masyarakat yang bermakna. Ia mengganggu sebanyak 16%-40% populasi umum. Sebanyak 9%-25% menunjukkan insomnia kronik 15. Sebuah survai yang dilakukan di Hawaii dan California melaporkan pula bahwa total prevalensi insomnia adalah 69%, dan 19% menyatakan bahwa mereka mengalami insomnia kronik 16 Sebuah penelitian lainnya yang menggunakan kriteria insomnia yang cukup ketat ( terjadi hampir setiap malam, perlu waktu paling sedikit dua jam sebelum jatuh tertidur, terbangun dua jam lebih awal, terbangun paling sedikit satu jam sepanjang malam) menemukan bahwa prevalensi insomnia, di pusat pelayanan primer adalah 10%.8

2.4 Klasifikasi Insomnia

2.4.1 Insomnia Akut Dan Kronik

Ada pakar yang membagi insomnia jangka pendek (akut) dan jangka panjang (kronis) dengan batas 3 minggu. Insomnia jangka pendek sering dijumpai dan sebagian besar individu pernah mengalaminya dan umumnya meminta bantuan kepada dokter, keadaan ini bisa dijumpai dalam keadaan stres, seperti : sakit berat, kehilangan anggota keluarga, gagal ujian. Insomnianya dianggap normal dan disebut sebagai insomnia sepintas “transcient insomnia”.Insomnia jangka pendek umumnya tidak disertai komplikasi.Lain halnya dengan insomnia jangka panjang (kronis), yang dapat mengganggu kualitas hidup, gangguan mental dan fisik.Penderita insomnia kronis rawan terhadap jejas yang berkaitan dengan lelah, dan kecelakaan mengendara.8

2.4.2 Salah Persepsi Keadaan Tidur (Misperception Sleep State)

Cenderung mengeluhkan stamina yang buruk untuk menyelesaikan tugas rutin dan sulit berkonsentrasi. Penderitanya mudah tersinggung, irritable dan nervous, mudah sedih dan


(17)

depresi sebagai akibat dari perubahan fisik dan mental. Prestasi penderita insomnia ini menurun hingga cenderung dipecat dari pekerjaannya.8

Banyak pasien dengan insomnia kronis mempunyai persepsi yang buruk terhadap lamanya ia tidur. Mereka mungkin mengemukakan hanya tidur 3-4 jam 1 malam, padahal bila diukur lama sebenarnya ialah 6-7 jam.9

2.4.3 Insomnia Idiopatis

Insomnia yang tidak disebabkan oleh gangguan seperti ansietas, depresi, nyeri, alergi.Pada insomnia ini “berdiri sendiri” digunakan kata primary insomnia oleh DSM IV.10 Ini bukan berarti pasien tersebut tanpa kelainan medik atau psikiatrik. Ini hanya berarti penyebab lain mungkin tidak ikut terlibat dalam menyebabkan insomnia.8

2.4.4 Insomnia Psiko-Fisiologis

Insomnia yang berbarengan atau tidak jarang berasosiasi dengan gangguan psikiatrik. DSM IV memasukan kesulitan tidur sebagai gejala dan kriteria diagnostik bagi penderita gangguan psikiatrik, misalnya depresi mayor, ansietas, stress paska trauma. Pada penelitian yang dilakukan secara acak terhadap pasien psikiatrik, didapatkan tiga kali lipat lebih banyak penderita insomnia pada penderita psikiatrik dibanding kontrol. Beratnya insomnia berkorelasi dengan intensitas gejala psikiatrik.8

Ansietas sering dijumpai pada pasien dengan insomnia dibanding populasi umum. Bergantung pada cara penelitiannya didapatkan kira-kira 25-40% penderita insomnia menderita ansietas yang signifikan.8Penyalahgunaan zat dan alkohol meningkat pada insomnia ketimbang mereka yang tidur baik.Pasien depresi sering bangun lebih pagi.Pasien mania sering tidurnya sedikit, namun mereka tidak mengeluhkan hal ini. Salah satu gejala stress pasca trauma adalah insomnia atau gangguan tidur.8

Insomnia psikofisiologis merpakan salah satu penyebab insomnia kronis yang sering ,misalnya mula-mula pasien mengalami stres akut yang mengakibatkan insomnia yang cenderung bersifat sementara pada kebanyakan orang. Namun pada individu yang predisposisi, insomnia akut mengakibatkan ansietas dan stress atas gangguan tidurnya (insomnia). Keadaan ini dapat membentuk lingkaran setan, tidur yang buruk mengakibatkan kecemasan mengenai insomnia yang kemudian menyebabkan lagi insomnia.8


(18)

2.4.5 Insomnia Berasosiasi Dengan Penyakit Medis

Keluhan gangguan tidur atau sulit tidur sangat umum dijumpai pada penderita kelainan medik. Sulit tidur dapat berkaitan dengan rasa nyeri, nafas pendek, efek samping obat . Pasien dengan nyeri kronis dapat mengalami sulit jatuh tidur dan kesulitan mempertahankan tidur.8

Penderita kanker tidak jarang mengalami insomnia. Kesulitan ini dapat diakibatkan oleh berbagai faktor, diantaranya gangguan pada mekanisme tidur, imunitas, akibat dari nyeri kronis, mual, muntah, gangguan mental seperti ansietas atau depresi atau efek samping pengobatan (penyinaran, kemoterapi, steroid).pendek nafas atau sesak nafas di malam hari sering mengganggu tidur. Serangan asma dimalam hari harus dicegah dan diobati dengan baik.8

2.5 Faktor Risiko Insomnia 2.5.1 Jenis kelamin

Kadar serotonin pada wanita lebih rendah dari pada pria dimana pada wanita kecepatan biosintesis serotonin rendah dibanding pria sehingga biasanya wanita lebih mudah mengalami depresi dibanding pria (Keshavan et al, 2008).Penelitian kualitas tidur subyektif pada pasien depresi dimana mayoritas pasien depresi mengeluh adanya insomnia (Nofzinger, 1999).

Penyebab lain yang diperkirakan berhubungan dengan insomnia pada perempuan adalah menopause. Penelitian di Perancis yang melibatkan 1000 perempuan setengah baya menunjukkan adanya hubungan antara menopause dengan gangguan tidur. Hal ini diperkirakan sebagai efek dari perubahan endokrin. Pada perempuan yang mendapat terapi estrogen dilaporkan mengalami perbaikan dalam tidurnya (Anonim, 2007; Amir, 2007).

2.5.2 Merokok dan alkoholisme

Banyak ditemukan dibelahan dunia yaitu perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan bagi masyarakat di banyak negara.Merokok menyebabkan masalah tidur, salah satunya karena nikotin dalam rokok yang merupakan stimulan otak (Widya, 2010). Di samping itu, otak yang sudah ketagihan dengan efek nikotin akan menyebabkan gangguan tidur pada malam hari saat mau tidur. Pada penelitian kepada 82 perokok aktif di Universitas Islam Sultan Agung diketahui bahwa rokok dapat menimbulkan gangguan sulit tidur yang bermakna .

Secara teori nikotin akan hilang dari otak dalam waktu 30 menit. Tetapi reseptor di otak seorang pecandu seakan menginginkan nikotin lagi, sehingga mengganggu proses tidur. Nikotin digolongkan dalam bentuk zat stimulan yang dapat menstimulus otak, karena stimulan merupakan zat yang memberi efek menyegarkan, sehingga perokok dapat merasa tenang dan


(19)

santai saat menghirup asap rokok tersebut. Rokok meningkatkan tekanan darah, mempercepat denyut jantung dan meningkatkan aktifitas otak.Pada pecandu akut yang baru mulai kecanduan rokok, selain lebih sulit tidur, seseorang juga dapat terbangun oleh keinginan kuat untuk merokok setelah tidur kira-kira dua jam. Setelah merokok, seseorang akan sulit untuk tidur kembali karena efek stimulan dari nikotin.

Alkohol terutama dalam bentuk etanol telah mengambil tempat penting dalam sejarah umat manusia paling sedikit selama 8000 tahun.Saat ini, alkohol dikonsumsi secara luas.Sama seperti obat-obat sedatif-hipnotik lainnya, alkohol dalam jumlah rendah sampai sedang bisa menghilangkan kecemasan dan membantu menimbulkan rasa tenang atau bahkan euphoria. Akan tetapi, alkohol juga dikenal sebagai obat yang paling banyak disalahgunakan di dunia, suatu alasan yang tepat atas kerugian besar yang mesti ditanggung masyarakat dan dunia medis (Masters, 2002). Kandungan alkohol minuman berkisar dari 4- 6 % (volume/volume) untuk bir, 10-15% untuk anggur, dan 40% dan lebih tinggi untuk spirit hasil distilasi.Proof(kekuatan alkohol) minuman mengandung alkohol dua kali persen alkoholnya (sebagai contoh, alkohol 40 % adalah 80 proof) (Fleming et al. 2007).

Alkoholisme sulit untuk menentukan jumlah alkohol yang dikonsumsi tetapi dapat diketahui jika kebiasaan tersebut dalam beberapa cara memengaruhi kehidupan seseorang secara bertolak belakang.Alkoholisme menyebabkan gangguan fungsi sosial dan pekerjaan, meningkatkan toleransi terhadap efek alkohol, dan ketergantungan fisiologik (Chandrasoma dan Taylor, 2005).Alkohol dapat meningkatkan depresi terhadap sistem saraf pusat,alkohol diserap oleh tubuh melalui berbagai cara, termasuk juga melalui pernapasan. Penyerapan terjadi setelah alkohol masuk ke dalam usus halus,alkohol didistribusikan ke jaringan tubuh dan dimetabolisasi menjadi asetaldehida, asam asetat, dan akhirnya karbon dioksida. Metabolisme tersebut terjadi di hati, ginjal, paru-paru dan otot.Metabolisme tersebut kira-kira 8 gram tiap jam.Alkohol yang tidak dimetabolisasi diekskresi melalui urin dan paru-paru.13

Dengan efek depresi terhadap system saraf pusat juga mempengaruhi kerja neurotransmitter-neurotransmiter yang bekerja di otak sehingga menyebabkan keadaan insomnia

2.5.3 Depresi dan ansietas

Menurut Kaplan, depresi merupakan salah satu gangguan mood yang ditandai oleh hilangnya perasaan kendali dan pengalaman subjektif adanya penderitaan berat. Mood adalah keadaan


(20)

emosional internal yang meresap dari seseorang, dan bukan afek, yaitu ekspresi dari isi emosional saat itu Menurut Kaplan, depresi merupakan salah satu gangguan mood yang ditandai oleh hilangnya perasaan kendali dan pengalaman subjektif adanya penderitaan berat. Mood adalah keadaan emosional internal yang meresap dari seseorang, dan bukan afek, yaitu ekspresi dari isi emosional saat itu 1

Neurotransmiter yang terkait dengan patologi depresi adalah serotonin dan epineprin. Penurunan serotonin dapat mencetuskan depresi, dan pada pasien bunuh diri, beberapa pasien memiliki serotonin yang rendah.Pada terapi despiran mendukung teori bahwa norepineprin berperan dalam patofisiologi depresi.Selain itu aktivitas dopamin pada depresi adalah menurun. Hal tersebut tampak pada pengobatan yang menurunkan konsentrasi dopamin seperti Respirin, dan penyakit dimana konsentrasi dopamin menurun seperti parkinson, adalah disertai gejala depresi. Obat yang meningkatkan konsentrasi dopamin, seperti tyrosin, amphetamine, dan bupropion, menurunkan gejala depresi 1

Sejumlah neuron penyekresi nrepinefrin terletak di batang otak,terutama pada lokus sereolus. Neuron-neuron ini mengirimkan serabut-serabutnya menuju ke atas menuju sebagian besar system limbik otak,thalamus,dan korteks serebri.selain itu,neuron penghasil serotonin yang terletak di pertengahan nukleus raphe pada bagian bawah pons dan medulla ,mengirimkan serabut-serabut ke sejumlah besar area system limbik dan beberapa area lain di otak.4

Serotonin merupakan hasil metabolisme asam amino triptopan.Dengan bertambahnya jumlah triptopan, maka jumlah serotonin yang terbentuk juga meningkat sehingga timbulnya keadaan mengantuk. Apabila terjadi penghambatan pembentukan serotonin maka terjadi keadaan tidak bisa tidur. Neuron-neuron yang terbanyak mengandung norepinefrin terletak di badan nukleus cereleus di batang otak. Kerusakan sel neuron pada lokus cereleus sangat mempengaruhi penurunan atau hilangnya tidur REM. Obat-obatan yang mempengaruhi peningkatan aktifitas neuron adrenergic akan menyebabkan penurunan yang jelas pada tidur REM dan peningkatan keadaan siaga.4

2.5.4 Konsumsi kopi

Kafein adalah senyawa alkaloida turunan xantine (basa purin) yang berwujud kristal berwarna putih. Kafein bersifat psikoaktif, digunakan sebagai stimulan sistem saraf pusat dan mempercepat metabolisme (diuretik). Konsumsi kafein berguna untuk meningkatkan


(21)

kewaspadaan, menghilangkan kantuk dan menaikkan mood. Overdosis kafein akut, biasanya lebih dari 300 mg per hari, dapat menyebabkan sistem saraf pusat terstimulasi secara berlebihan. Kondisi ini disebut keracunan kafein, gejalanya antara lain gelisah, gugup, insomnia, emosional, urinasi berlebihan, gangguan pencernaan, otot berkedut, denyut jantung yang cepat dan tidak teratur. Gejala yang lebih parah adalah munculnya depresi, disorientasi, halusinasi dan dampak fisik seperti kerusakan jaringan otot rangka. 5

Efek fisiologis kafein yang beraneka ragam mungkin disebabkan oleh tiga mekanisme kerjanya, (1) mobilisasi kalsium intrasellular, (2) peningkatan akumulasi nukleotida siklik karena hambatan phosphodiesterase., dan (3) antagonisme reseptor adenosine (Nehlig, 1999). Mobilisasi kalsium intrasellular dan inhibisi phosphodiesterase khusus hanya berlaku pada konsentrasi kafein yang sangat tinggi dan tidak fisiologis.Oleh sebab itu, mekanisme kerja yang paling relevan adalah antagonisme reseptor adenosine. Adenosine berfungsi untuk mengurangkan kadar ledakan neuron selain menghambat transimisi sinaptik dan pelepasan meurotransmitter.12,13

Adenosin merupakan neurotransmitter yang efeknya mengurangkan aktivitas sel terutama sel saraf.Oleh sebab itu, apabila reseptor adenosine berikatan dengan kafein, efek yang berlawanan dihasilkan, lantas menjelaskan efek stimulans kafein (Allsbrook, 2008). Walaupun mekanisme utama kafein adalah antagonisme reseptor adenosine, hal ini akan menjurus ke efek sekunder dari berbagai jenis neurotransmitter seperti norepinefrin, dopamine, asetilkolin, glutamate dan GABA sehingga akan mempengaruhi fungsi fisiologis tubuh yang berbeda.13


(22)

2.6 Kerangka Teori

Gambar 2 : Kerangka Teori Sintesis serotonin

Adenosin

Roko dan alkohol Dpresi dan ansietas

Insomnia

Wanita

Efek stimulant nikotin dan efek depresi ssp Jenis kelamin

serotonin Konsumsi kopi


(23)

2.7 Kerangka Konsep

Gambar 3: Kerangka Konsep Faktor risiko

Usia Jenis kelamin depresi ansietas Konsumsi

kopi alkoholisme

merokok


(24)

2.8DEFINISI OPERASIONAL

1 Jenis

Kelamin

Petanda gender responden

Peneliti Kuesioner Kuesioner Nominal 1. Laki-laki

2. Wanita

2 Merokok Responden yang

merokok atau tidak merokok

Peneliti Kuesioner Kuesioner Nominal 1. Merokok

2. Tidak

merokok

3 alkoholisme Responden uang

mengkonsumsi alcohol atau tidak

Peneliti Kuesioner Kuesioner Nominal 1. Konsumsi

alcohol

2. Tidak

konsumsi alkohol 4 Kopi Responden yang

mengkonsumsi kopi atau tidak

Peneliti Kuesioner Kuesioner Nominal 1 Konsumsi kopi

2 Tidak

konsumsi kopi 5 Depresi Responden yang

mengalami depresi atau tidak

Peneliti Kuesioner Kuesioner Nominal 1. >15 :

depresi 2. <15 :

tidak depresi 6 Ansietas Responden yang

mengalami ansietas atau tidak

Peneliti Kuesioner Kuesioner Nominal 1 >14 : ansietas 2 <14 :

tidak ansietas


(25)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian yang dipergunakan adalah penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan secara cross sectional untuk mengetahui prevalensi insomnia pada mahasiswa FKIK UIN angkatan 2011 ,serta penelitian case control untuk mengetahui faktor-faktor risiko yang mempengaruhinya pada tahun 2012

3.2Tempat dan waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta selama 8 bulan dimulai dari Januari sampai Agustus 2012.

3.3Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi target penelitian ini adalah mahasiswa atau mahasiwi FKIK UIN. Populasi terjangkau adalah bagian dari populasi target yang dapat dijangkau oleh peneliti, dibatasi oleh waktu dan tempat. Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah mahasiswa atau mahasiswa FKIK UIN Syarif Hidayatullah angkatan 2011 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.Pemilihan sampel pada penelitian ini menggunakan system pencuplikan konsekutif dimana setiap mahasiwa atau mahasiswi yang memenuhi kriteria penelitian dimasukan dalam penelitian,sehingga jumlah sampel yang dipelukan terpenuhi.Perhitungan besar sampel untuk melihat prevalensi insomnia di kalangan dikalangan mahasiswa atau mahasiwi, menggunakan rumus besar sampel sebagai berikut :

Sampel : n= (Zα2 d2 n : Jumlah sampel

Zα : Di tentukan oleh kepercayaan terhadap alfa = 0,05; Z α = 1,96 P : Proporsi outcome of interest = 10% = 0,1 q : 1 – p = 1 – 0,1 = 0,9


(26)

n = (1, 96)2.0, 1 . 0, 9 = 138 (0, 05)2

Berdasarkan rumus besar sampel di atas, maka jumlah sampel minimum yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah 138 + 10% = 160 responden.

Rumus besar sampel untuk faktor risiko menggunakan rumus di bawah ini : 2

N1=N2=

Ket:

N : Besar Sample Zα : Deviat Baku Alfa Zβ : Deviat baku Beta

P2 : Proporsi insomnia berdasarkan kepustakaan. Q2 : 1-P2

P1 : Proporsi pada kelompok yang nilainya merupakan judgement peneliti Q1 : 1-P1

P : Proporsi total Q : 1-P

Kesalahan tipe 1 ditetapkan sebesar 5%, sehingga Zα = 1,64 Kesalahan tipe 2 ditetapkan sebesar 20%, sehingga Zβ = 0.84 P2 = 0.1 (berdasarkan kepustakaan)

Q2 = 1 – 0.1 = 0.9

P1-P2 =Selisih minimal proposi depresi yang dianggap bermakna, ditetapkan sebesar 0.2 P1 = 0.1 + 0.2 = 0.3

Q1 = 1- 0.3 = 0.7 P = (0.3+0.1)/2 = 0.2 Q = 1- 0.2 = 0.8

2 N1=N2=

= 48

1.64 � � + 0.84 � + � 0.2

Zα + Zβ +


(27)

Dengan demikian jumlah sampel mahasiswa FKIK yang diambil adalah 48orang, sampel yang menderita insomnia diambil sebanyak 48 orang dan sampel yang tidak mengalami insomnia diambil 48 orang

Pada penelitian ini, pengambilan sampel secara acak sederhana (stratified random sampling)17

3.4 Kriteria Penelitian 3.3.1 Kriteria Inklusi :

kriteria inklusi adalah individu mahasiswa atau mahasiswi FKIK angkatan 2011 yang masih aktif, dan bersedia untukikut dalam penelitian yang sebelumnya telah menandatangani

informed concent.

3.4.2 Kriteria Ekslusi :

Kriteria ekslusi adalah mahasiswa FKIK UIN angkatan 2011 yang sedang dalam masa cuti dan tidak bersedia ikut serta dalam penelitian ini.

3.5Identifikasi variabel

1. Variabel bebas : Insomnia

2. Variabel Terikat :Jenis kelamin, Merokok, Konsumsi alkohol, Konsumsi kopi,Depresi, Ansietas.

3.

3.6 Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan formulir pernyataan kejadian menjadi responden (informed concent) dan kuesioner wawancara terstruktur mengenai prevalensi insomnia dikalangan mahasiswa atau mahasiswi beserta factor risiko yang melatarelakangi terjadinya insomnia. Alat ukur yang digunakan adalah Insomnia Severity Index (ISI), The Centre for Epidemiologic Studies Depression Scale (CES-D), Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRSA)


(28)

3.7ALUR PENELITIAN

3.8Metode Pengolahan Data

Setelah pengumpulan data segera diperiksa hasil data yang terkumpul untuk melihat kelengkapan isian kuesioner. Apabila data yang kurang lengkap segera dilengkapi, kemudian diolah dengan tahapan sebagai berikut yaitu :

a. Pengkodean (Coding)

Mengklasifikasikan jawaban responden dan melakukan pengkodean dan dipindah kelembar koding. Pengkodean untuk setiap variabel

b. Edit (Editing)

-Mahasiwa/I FKIK UIN 2011

Sampel penelitian Kriteria inklusi

dan eksklusi

Insomnia severity index

(skrining insomnia)

Insomnia Tidak

insomnia


(29)

Meneliti setiap kuosioner tentang kelengkapan, kejelasan, dan kesesuaian antara satu dengan yang lain.

c. Tabulasi (Tabulating)

Mengelompokkan data sesuai tujuan kemudian memasukkan kedalam tabel yang telah disiapkan.

3.9Analisis Data

Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan bantuan komputer dengan menggunakan program SPSS for windows versi 20.0.Analisis data dilakukan hanya dalam satu tahapan yaitu tahapan statistic deskriptif untuk melihat persentase mahasiswa yang mengalami insomnia berdasarkan kategori imur,jenis kelamin,status merokok,alkoholisme, dan mengalami depresi atau ansietas

3.10 Etik Penelitian

Sebelum dilakukan penelitian akan dimintakan terlebih dahulu rekomendasi dari Program Strudi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, informed concent akan diberikan pada peserta penelitian untuk ditandatangani disertai pemberian penjelasan. Kerahasiaan informasi repondendijamin oleh peneliti dan hanya kelompok data tertentusaja yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitianApabila responden bersedia maka responden diminta untuk menandatangani surat perjanjian yang telah dibaca dan dipahami. Jika responden menolak untuk berpartisipasi dalam penelitian ini maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak-haknya. Kerahasiaan informasi resoonden dijamin oleh peneliti, dan hanya kelompok data tertentu saja yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.


(30)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari–Agustus 2012. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan wawancara terstruktur melalui kuesioner Insomnia Severity Index (ISI), The Centre for Epidemiologic Studies Depression Scale (CES-D), Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRSA)

Data yang diperoleh antara lain jenis kelamin, usia,riwayat merokok,riwayat konsumsi kopi,riwayat konsumsi alkohol indeks severitas insomnia, skala depresi,dan skala kecemasan responden ,yang selanjutnya diolah dan disajikan sebagai berikut :

4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Usia

Tabel 4.1 Distribusi responden berdasarkan usia

Jumlah Persentase (%)

Usia

17 1 0,6

18 21 13,3

19 77 48,1

20 50 31,3

21 11 6,9

Jenis kelamin

Laki-laki 57 35,6

Perempuan 103 64,4

Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa jumlah responden sebagian besar berusia 19 tahun yaitu sebanyak 77 orang (48,1%), sedangkan pada usia 17 tahun, 18 tahun, 20 tahun, 21 tahun didapatkan hasil masing-masing 1 orang (0,6%), 21 orang (13,1%), 50 orang (31,3%), 11 orang (6,9%)

Dari hasil yang tercantum pada tabel 4.2 didapatkan bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan sejumlah 103 orang (64,4), sedangkan pada laki-laki 57 orang (35,6%).


(31)

4..2. Hubungan antara Jenis Kelamin Responden dengan Insomnia

Distribusi responden menurut jenis kelamin dengan insomnia dapat dilihat pada tabel 4.3 Tabel 4.3 Hubungan antara jenis kelamin dengan insomnia

Jenis Kelamin Insomia

Tidak Insomnia N (%)

Insomnia N (%)

p

Odd Ratio

Laki-laki 8 (8,3) 17 (17,7) 0,036* 0,365

0,139-0,955 Perempuan 40 (41,7) 31 (32,3)

Ket: * Analisis Chi Square

Jenis kelamin diduga dapat mempengaruhi kejadian insomnia.Hasil penelitian menunjukan bahwa proporsi responden yang mengalami insomnia pada laki-laki sebanyak 17 orang (17,7%). Sedangkan pada perempuan diketahui terdapat 31 orang (32,3%) yang mengalami insomnia.dengan nilai p = 0,036 maka terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan insomnia. Pada penelitian didapatkan bahwa jenis kelamin memiliki risiko 0,365 kali lipat mengalami insomnia (OR = 0,365% CI =0,139-.0,955)

Penelitian mengenai perbedaan gender untuk kejadian insomnia pada sebuah studi yang di lakukan di Hongkong dimana wanita mempunyai faktor risiko 1.6 kali terjadinya insomnia dibanding pria.Kadar serotonin pada wanita lebih rendah dari pada pria dimana pada wanita kecepatan biosintesis serotonin rendah dibanding pria sehingga biasanya wanita lebih mudah mengalami depresi dibanding pria (Keshavan et al, 2008). Penelitian kualitas tidur subyektif pada pasien depresi dimana mayoritas pasien depresi mengeluh adanya insomnia (Nofzinger, 1999).

Berdasarkan penelitian sebelumnya keadaan insomnia pada wanita dipengaruhi oleh rendahnya kadar serotonin yang meningkatkan risiko untuk terjadinya depresi serta meningkatkan risiko kejadian insomnia.


(32)

4..3. Hubungan antara Merokok dengan Insomnia

Distribusi responden menurut riwayat merokok dengan insomnia dapat dilihat pada tabel 4.4 Tabel 4.4 Hubungan antara riwayat merokok dengan insomnia

Merokok Insomia Tidak Insomnia N (%) Insomnia N (%) P

Ya 2 (2,1) 4 (4,2) 0,339

Tidak 46 (47,9) 44 (45,8)

Ket: * Analisis Fisher

Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa terdapat 2 orang merokok (2,1%) yang tidak mengalami insomnia, dan 4 orang merokok ( 4,2%) yang mengalami insomnia. Sedangkan diketahui 46 orang tidak merokok (47,9%) yang tidak mengalami insomnia,dan 44 orang tidak merokok (45,8%) yang mengalami insomnia.

Pada penelitian kali ini p>0,05 sehingga bisa disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara merokok dengan insomnia.berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh punjabi dan kawan-kawan di tahun 2006 (dalam Sanchi, 2009) yang meneliti efek nikotin pada pola tidur seseorang. Perokok ternyata membutuhkan waktu lebih lama untuk tertidur dibanding orang yang tidak merokok. Secara teoritis, nikotin akan hilang dari otak dalam waktu 30 menit. Tetapi reseptor di otak seorang pecandu seolah menagih nikotin lagi, sehingga mengganggu proses tidur. Pada pecandu akut yang baru mulai kecanduan rokok, selain lebih sulit tidur, mereka juga dapat terbangun oleh keinginan kuat untuk merokok setelah tidur kira-kira 2 jam.12

4.4 Hubungan antara konsumsi alkohol dengan Insomnia

Distribusi responden menurut riwayat konsumsi alcohol dengan insomnia dapat dilihat pada tabel 4.5

Tabel 4.5 Hubungan antara konsumsi alcohol dengan insomnia Konsumsi alcohol Insomia Tidak Insomnia N (%) Insomnia N (%) P

Ya 0 (0,00) 3 (3,1) 0,121*

Tidak 48 (50) 45 (46,9)

Ket: * Analisis Fisher

Berdasarkan tabel 4.5 diketahui bahwa terdapat 3 responden yang mengkonsumsi alkohol (3,1%) mengalami insomnia, dan 0 orang mengkonsumsi alkohol ( 0%) yang tidak mengalami


(33)

insomnia. Sedangkan diketahui 48 orang tidak mengkonsumsi alkohol (50%) yang tidak mengalami insomnia, dan 45 orang tidak mengkonsumsi alkohol (46,9%) yang mengalami insomnia. Karena nilai p>0,05, maka dapat diambil kesimpulan bahwa tidak terdapat hubungan antara minum alkohol dengan kejadian insomnia.

Alkohol dapat meningkatkan depresi terhadap sistem saraf pusat. Alkohol diserap oleh tubuh melalui berbagai cara, termasuk juga melalui pernapasan. Penyerapan terjadi setelah alkohol masuk ke dalam usus halus.Alkohol didistribusikan ke jaringan tubuh dan dimetabolisasi menjadi asetaldehida, asam asetat, dan akhirnya karbon dioksida. Metabolisme tersebut terjadi di hati, ginjal, paru-paru dan otot. Metabolisme tersebut kira-kira 8 gram tiap jam. Alkohol yangtidak dimetabolisasi diekskresi melalui urin dan paru-paru. Dengan efek depresi terhadap system saraf pusat juga mempengaruhi kerja neurotransmitter-neurotransmiter yang bekerja di otak sehingga menyebabkan keadaan insomnia13

4.5 Hubungan antara Konsumsi Kopi dengan Insomnia

Distribusi responden menurutriwayat konsumsi kopi dengan insomnia dapat dilihat pada tabel 4.6

Tabel 4.6 Hubungan antara konsumsi kopi dengan insomnia Konsumsi kopi Insomia Tidak Insomnia N (%) Insomnia N (%) p

Ya 37 (38,5) 29 (30,2) 0,078

Tidak 11 (11,5) 19 (19,8)

Ket: * Analisis Chi Square

Berdasarkan tabel 4.6 diketahui bahwa 37 orang mengkonsumsi kopi (38,5%) yang tidak mengalami insomnia, dan 29 orang mengkonsumsi kopi ( 30,2%) yang mengalami insomnia. Sedangkan diketahui 11 orang tidak mengkonsumsi kopi (11,5%) yang tidak mengalami insomnia, dan 19 orang tidak mengkonsumsi kopi (19,8%) yang mengalami insomnia. karena nilai p >0,05, maka dapat diambil kesimpulan bahwa tidak terdapat hubungan antara konsumsi kopi dengan insomnia.)

Pada literatur disebutkan bahwa efek overdosis dari kafein mulai terjadi jika dikonsumsi lebih dari 300 mg yang salah satu efeknya adalah insomnia5..Pada penelitian kali ini peneliti


(34)

hanya menanyakan riwayat konsumsi kopi responden,sehingga peneliti tidak mendapatkan data spesifik riwayat konsumsi kopi respoden.5

4.6 Hubungan antara Depresi dengan Insomnia

Distribusi responden menurut riwayat depresi dengan insomnia dapat dilihat pada tabel 4.7 Tabel 4.7 Hubungan antara riwayat depresi dengan insomnia

Depresi Insomia Tidak Insomnia N (%) Insomnia N (%) p Odd Ratio

Ya 16 (16,7) 6 (6,3) 0,015* 3,5

1,231-9,951

Tidak 32 (33,3) 42 (43,8)

Ket: * Analisis Chi Square

Berdasarkan tabel 4.7 diketahui bahwa 16 orang yang mengalami depresi (16,7%) tidak mengalami insomnia, dan 6 orang mengalami depresi ( 6,3%) yang mengalami insomnia. Sedangkan diketahui 32 orang tidak mengalami depresi (33,3%) yang tidak mengalami insomnia, dan 42 orang tidak mengalami depresi (43,8%) yang mengalami insomnia. karena nilai p < 0,05, maka dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat hubungan antara depresi dengan insomnia. Pada penelitian didapatkan bahwa depresi memiliki risiko 3,5 kali lipat mengalami insomnia (OR = 3,5% CI 1,231-.9,951)

Neurotransmiter yang terkait dengan patologi depresi adalah serotonin dan epineprin. Penurunan serotonin dapat mencetuskan depresi. Sejumlah neuron penyekresi nrepinefrin terletak di batang otak,terutama pada lokus sereolus. Neuron-neuron ini mengirimkan serabut-serabutnya menuju ke atas menuju sebagian besar sistem limbik otak,thalamus,dan korteks serebri.selain itu,neuron penghasil serotonin yang terletak di pertengahan nukleus raph pada bagian bawah pons dan medula ,mengirimkan serabut-serabut ke sejumlah besar area sistem limbik dan beberapa area lain di otak.4

Serotonin merupakan hasil metabolisme asam amino triptopan.Dengan bertambahnya jumlah triptofan, maka jumlah serotonin yang terbentuk juga meningkat sehingga timbulnya keadaan mengantuk. Apabila terjadi penghambatan pembentukan serotonin maka terjadi keadaan tidak bisa tidur yang terjadi pada depresi.4

penelitian yang dilakukan oleh peneliti dari North Carolina, Eric Johnson, yang melakukan penelitiannya pada Research Triangle Institute International pada tahun 2006, Ia menemukan dalam penelitiannya bahwa setengah dari remaja yang pernah mengalami gangguan


(35)

Insomnia didapati mengembangkan gangguan psikiatris. Diantara itu semua, mereka yang mengalami Insomnia dan depresi, ditemukan bahwa 69% dari kasus depresi diawali dengan insomnia7

4.7 Hubungan antara Ansietas dengan Insomnia

Distribusi responden menurut riwayat ansietas dengan insomnia dapat dilihat pada tabel 4.8 Tabel 4.8 Hubungan antara ansietas dengan insomnia

Ansietas Insomia Tidak Insomnia N (%) Insomnia N (%) P Odd Ratio

Ya 28 (29,2) 6 (6,3) 0,000* 9,8

3,499-27,451

Tidak 20 (20,8) 42

(43,8) Ket: * Analisis Chi Square

Berdasarkan tabel 4.8 diketahui bahwa 28 orang yang mengalami ansietas (29,2%) tidak mengalami insomnia, dan 6 orang yang mengalami ansietas ( 6,3%) mengalami insomnia. Sedangkan diketahui 20 orang yang tidak mengalami ansietas (20,8%) yang tidak mengalami insomnia, dan 42 orang tidak mengalami ansietas (43,8,%) mengalami insomnia. Pada penelitian didapatkan bahwa ansietas memiliki risiko 9,8 kali lipat mengalami insomnia (OR = 9,8% CI =3,499-.27,451)

karena nilai p < 0,05, maka dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat hubungan antara ansietas dengan insomnia. Ansietas dan depresi merupakan gangguan psikiatrik yang sering berkomorbiditas dengan insomnia. Sepertiga pasien yang mengeluh insomnia kronik juga di diagnosis dengan gangguan psikiatrik primer, misalnya gangguan ansietas dan depresi. Sebuah penelitian melaporkan bahwa sekitar 17% subjek dewasa menyatakan bahwa mereka mengalami gangguan masuk atau mempertahankan tidur dalam satu tahun sebelumnya. Sekitar 47% pasien yang mengalami gangguan tidur tersebut menderita gangguan depresi dan ansietas. Sebaliknya, hanya 11% subjek yang tidak mengalami keluhan tidur yang mengalami gejala-gejala psikiatrik. 14


(36)

4.8 Keterbatasan penelitian

1. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional, hanya menggambarkan suatu keadaan pada saat tertentu dan dapat berubah pada saat yang akan datang. Sehingga hasil penelitian ini tidak dapat di generalisasikan pada waktu dan tempat yang berbeda.

2. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional atau desain potong lintang yang hanya menggambarkan variabel yang diteliti, baik independen maupun dependen pada waktu yang sama sehingga tidak bisa melihat adanya hubungan sebab akibat.

3. kerangka konsep yang digunakan dalam penelitian ini hanya menghubungkan variabel yang diduga berpengaruh dengan variabel dependen, sehingga masih ada variabel-variabel lain yang ada di dalam kerangka teori yang belum masuk dalam kerangka konsep yang diduga berpengaruh dengan variabel depende


(37)

BAB V .

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

 Prevalensi Insomnia pada mahasiswa FKIK UIN angkatan 2011 pada tahun 2012 adalah 49,4%

 Faktor risiko yang mempengaruhi kejadian insomnia adalah jenis kelamin,konsumsi kopi,depresi,dan ansietas

 Faktor risiko yang tidak mempengaruhi kejadian insomnia adalah merokok,dan konsumsi alkohol

5.2 Saran

1. Perlunya penyuluhan yang intensif tentang insomnia kepada mahasiswa FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terutama tentang faktor resiko yang menyebabkan terjadinya insomnia. 2.Untuk peneliti berikutnya diharpakan sampai analisis multivariat untuk mengetahui factor risiko yang paling berpengaruh terhadap kejadian insomnia


(38)

DAFTAR PUSTAKA

1. Sadock Bj, Sadock Va. Kaplan And Sadock’s Synopsis Of Psychiatry. 10th Ed. Philadelphia: Wolter Kluwer, 2007:749-59,1014-17.

2. Marcel Ar, Gaharu M, Lumempouw Sf. Gangguan Tidur Pada Usia Lanjut. Didapat Dari URL: Http://Www.Perdossi.Or.Id/Show_File.Html?Id=146. Diakses Tanggal 29 Januari 2012.

3. Sleep. Didapat Dari URLHttp://Www.Neuroanatomy.Wisc.Edu/Coursebook/Neuro10(2).Pdf. Diakses Tanggal 16 Februari 2012.

4. Guyton Ac, Hall Je. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Edisi 9. Terjemahan Oleh Setiawan I. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran Ecg, 1997: 711-20, 931-3, 945-50.

5. Trevor Aj, Way Wl. Obat Sedatif-Hipnotik. Dalam: Katzung Bg. Farmakologi Dasar Dan Klinik. Edisi 8. Jakarta: Salemba Medika, 2002:21-53.

6. Sleep Requirement, Needs, Cycles, Stages. Didapat Dari URL: Http://Www.Helpguide.Org/Life/Sleeping.Htm. Diakses Tanggal 15 Februari 2012.

7. American Family Physician. Chronic Insomnia: A Practical View. Didapat Dari URL: Http://Www.Aafp.Org/Afp/991001ap/1431.Html. Diakses Tanggal 15 Februari 2012.

8. Lumbantobing,S. M. Gangguan Tidur . Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2008.

9. Chesson A Jr, Hartse, K, Anderson Wm Et Al. Practice Parameters For The Evaluation Of Chronic Insomnia. An American Academy Of Sleep Medicine (AASM) Report. Standards Of Practice Committee Of The AASM. Sleep. 2000. 23:237-41

10. Hauri Pj. Primary Insomnia. In Kryger Mh, Roth T, Dement Wc. Eds. Sleep Medicine. Wb Saunders Coy Philadelphia. 3rd Ed. 2000, Pg 633-39.

11. Haponik EF. Disorder Sleep in the Elderly dalam Principles of Geriatric Medicine and Gerontology.Mc Graw-Hill Inc. 1990. p. 1109-22.


(39)

12.Kafein Farmakologi, available at http://www.newsmedical.net/health/Caffeine- Pharmacology-(Indonesian).aspx, last update at: 24 December 2010.

13. Adenosin Efek Farmakologi, available at: http://www.newsmedical.net/health/Adenosine- Pharmacological-Effects-(Indonesian).aspx, last update at: 24 December 2010.

14. Mellinger GD, Balter MB, Uhlenhuth EH. Insomnia and its treatment: prevalence and correlates. Arch Gen Psychiatry 1985; 42: 225-232

15 Hohagen F, Rink K, Kappler C. Prevalence and treatment of insomnia in general practice. Eur Arch Psychiatry Clin Neursci 1993; 242: 329-336.

16 Shochat T, Umphress J, Israel AG. Insomnia in primary care patients. Sleep 1999; 22 (suppl 2): 359-365


(40)

Lampiran 1 Lembar persetujuan mengikuti penelitian

Yang bertanda tangan dibawah ini: Nama :

NIM :

Umur :

Alamat : Menyatakan bahwa:

1. Saya telah mendapat penjelasan segala sesuatu mengenai penelitian: PREVALENSI INSOMNIA PADA MAHASISWA FKIK UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA ANGKATAN 2011 SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA PADA TAHUN 2012.

2. Setelah saya memahami penjelasan tersebut, dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan dari siapapun bersedia ikut serta dalam penelitian dengan kondisi :

a). Data yang diperoleh dari penelitian ini akan dijaga kerahasiaannya dan hanya dipergunakan untuk kepentingan ilmiah

b). Apabila saya inginkan, saya boleh memutuskan untuk keluar/tidak berpartisipasi lagi dalam penelitian ini tanpa harus menyampaikan alasan apapun

Jakarta,

Saksi Yang membuat pernyataan


(41)

INDEKS SEVERITAS INSOMNIA Lampiran 2

Berilah jawaban pada setiap pertanyaan ini dengan melingkari angka yang paling menggambarkan pola tidur anda pada minggu terakhir. Jawablah semua pertanyaan.

Tidak ada 0 Ringan 1 Sedang 2 Berat 3 Sangat berat 4 1 . Silahkan menilai tingkat keparahan insomnia anda yang terjadi pada minggu terakhir :  Kesulitan memulai tidur  Kesulitan mempertahan kan tidur  Terbangun lebih awal Sangat puas 0 Puas 1 Netral 2 Tidak puas 3 Sangat tidak puas 4 2. Seberapa puas / tidak

puaskah anda terhadap pola tidur akhir-akhir ini ?

Tidak mengganggu sama sekali 0 Sedikit mengganggu 1 Agak mengganggu 2 Mengganggu 3 Sangat mengganggu 4


(42)

3. Sejauh mana gangguan tidur tersebut mengganggu aktivitas anda sehari-hari (seperti merasa lelah pada siang hari, menurunnya kinerja sehari-hari) ? Tidak berpengaruh sama sekali 0 Sedikit berpengaruh 1 Agak berpengaruh 2 Berpengaruh 3 Sangat berpengaruh 4 4. Menurut orang lain,

seberapa jelas / nyatakah gangguan tidur ini

mempengaruhi kualitas hidup anda ?

Tidak cemas sama sekali 0 Sedikit berpengaruh 1 Agak berpengaruh 2 Berpengaruh 3 Sangat berpengaruh 4 5. Seberapa cemas /

tertekankah anda terhadap gangguan tidur yang sedang anda alami ?

Total :_____________

Skor total :


(43)

 8 – 14 (Insomnia ringan)  15 – 21 (Insomnia sedang)  22 – 28 (Insomnia berat)


(44)

Lampiran 2

KALA DEPRESI-20 (CES-D SCALE)

No Selama seminggu yang lalu A B C D

1. Saya merasa terganggu dengan masalah-masalah yang biasanya tidak mengganggu saya

0 1 2 3

2. Saya tidak suka makan, nafsu makan saya menurun 0 1 2 3 3. Saya merasa tidak dapat melepascan diri dari perasaan sedih

sekalipun dengan bantuan famili atau teman-teman

0 1 2 3

4. Saya merasa baik-baik saja seperti orang lain 0 1 2 3 5. Saya mempunyai kesulitan untuk berkonsentrasi dengan apa

yang sedang saya kerjakan

0 1 2 3

6. Saya merasa tertekan dan kehilangan semangat 0 1 2 3 7. Saya merasa semua yang saya kerjakan terasa berat 0 1 2 3

8. Saya merasa optimis dengan masa depan 0 1 2 3

9. Saya mengira hidup saya telah gagal 0 1 2 3

10. Saya merasa sangat ketakutan/ seperti orang penakut 0 1 2 3

11. Tidur saya tidak nyenyak 0 1 2 3

12. Saya merasa bahagia 0 1 2 3

13. Saya berbicara sedikit daripada biasanya 0 1 2 3

14. Saya merasa kesepian 0 1 2 3

15. Saya merasa orang-orang lain kurang ramah/ tidak ramah 0 1 2 3

16. Saya menikmati kehidupan 0 1 2 3

17. Saya merasa ingin menangis 0 1 2 3

18. Saya merasa sedih 0 1 2 3

19. Saya merasa orang-orang lain tidak menyukai saya 0 1 2 3

20. Saya merasa tidak bergairah 0 1 2 3

Jumlah

Skala Depresi :

A : Jarang atau tidak pernah (kurang dari 1 hari)


(45)

C : Cukup atau lebih sering (3-4 hari)


(46)

Lampiran 2 Skala Ansietas Hamilton (Hamilton Rating Scale for Anxiety)

No Pertanyaan Tidak

ada gejala (1) Ringan (2) Sedang (3) Berat (4)

1 Perasaan cemas:  Cemas  Firasat buruk

 Takut akan pikiran sendiri  Mudah tersinggung 2 Ketegangan

 Merasa tegang  Lesu

 Mudah terkejut  Mudah menangis  Mudah gemetar  Gelisah

 Tak bisa istirahat dengan tenang 3 Ketakutan

 Pada gelap  Orang asing  Ditinggal sendiri

 Pada kerumunan orang banyak 4 Gangguan tidur

 Sukar masuk tidur

 Terbangun pada malam hari  Tidak pulas

 Bangun dengan lesu  Mimpi-mimpi


(47)

 Mimpi buruk

 Mimpi yang menakutkan 5 Kecerdasan

 Sulit berkonsentrasi  Daya ingat yang buruk 6 Perasaan sedih

 Hilangnya minat

 Berkurangnya kesenangan pada hobi

 Sedih

 Bangun dini hari

 Perasaan berubah-ubah sepanjang hari

7 Gejala somatic (otot)  Kaku

 Kedutan otot  Gigi gemeretak  Suara tidak stabil

 Tegangan otot meningkat 8 Gejala somatic (sensorik)

 Telinga berdengung  Penglihatan kabur

 Muka merah pada keadaan panas dan dingin

 Merasa lemas


(48)

9 Gejala kardiovaskuler  Takikardia  Berdebar-debar  Nyeri dada

 Denyut nadi mengeras, rasa lesu, lemas seperti mau pingsan 10 Gejala pernapasan

 Rasa tertekan atau sempit di dada  Perasaan tercekik

 Sering menarik napas  Napas pendek

11 Gejala pencernaan  Sulit menelan  Perut melilit / sakit  Perasaan terbakar  Perut penuh  Mual  Muntah  Kembung

 Buang air besar lembek  Kehilangan berat badan  sembelit

12 Gejala urogenital  Sering kencing

 Tidak dapat menahan kencing  Amenorrhoe

 Menorrhagia  Menjadi frigid  Ejakulasi prekok


(49)

 Napsu sex menghilang  Impotensi

13 Gejala otonom  Mulut kering  Muka merah  Mudah berkeringat  Pusing

 Sakit kepala  Bulu-bulu berdiri 14 Tingkah laku pada wawancara

 Gelisah  Tak tenang  Jari tremor  Muka merah  Menelan ludah

Skor total : --- Hasil :> 14 = ansietas <14 = bukan ansietas


(50)

Lampiran 3 Data Hasil Uji Statistik


(51)

(52)

(53)

(54)

(55)

(56)

Riwayat Penulis

Identitas :

Nama : Mohamad ibnu imadudin

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat, Tanggal Lahir : Pandeglang,24 Desemer 1990

Agama : Islam

Alamat : Jl.Denpasar 2 blok d2 no 23 kintamani baliview cireundeu.

E-mail : homeostasiskeeper@yahoo.com

Riwayat Pendidikan :

 1997 – 2003 : Sekolah Dasar Negeri Pancasila Lembang

 2003 – 2006 : Sekolah Menengah Pertama Daar El Qolam Tangerang  2006 – 2009 : Sekolah Menengah Daar El Qolam Tangerang

 2009– Sekarang : Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Riwayat Penulis Identitas :

Nama : Mohamad ibnu imadudin

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat, Tanggal Lahir : Pandeglang,24 Desemer 1990

Agama : Islam

Alamat : Jl.Denpasar 2 blok d2 no 23 kintamani baliview cireundeu.

E-mail : homeostasiskeeper@yahoo.com

Riwayat Pendidikan :

 1997 – 2003 : Sekolah Dasar Negeri Pancasila Lembang

 2003 – 2006 : Sekolah Menengah Pertama Daar El Qolam Tangerang

 2006 – 2009 : Sekolah Menengah Daar El Qolam Tangerang

 2009– Sekarang : Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Dan Ilmu