1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Matematika merupakan bidang pelajaran yang ditemui diberbagai jenjang pendidikan, mulai dari pendidikan dasar
sampai perguruan tinggi. Matematika mengajarkan kita untuk berpikir secara logis, hierarkis, sistematis, kritis dan kreatif
untukmenyelesaikan berbagai masalah dalam kehidupan sesuai dengan tantangan jaman. Perkembangan teknologi yang semakin
pesat dan modern menuntut matematika menjadi bidang yang perlu dikembangkan terus-menerus sejak sekolah dasar hingga
perguruan tinggi karena matematika merupakan dasar dari semua disiplin ilmu.
Sejak dini siswa sudah dilatih untuk senang mempelajari matematika. Oleh karena itu, sangat diperlukan kemudian adanya
model atau strategi pembelajaran bervariasi yang dapat mengasah kemampuan siswa. Hal ini sejalan dengan apa yang
dikemukakan oleh Rustaman 2005 bahwa suatu strategi belajar mengajar diperlukan agar proses pembelajaran dapat berjalan
secara optimal guna mencapai hasil belajar yang diinginkan, sehingga proses belajar mengajar akan berjalan baik apabila
strategi yang digunakan betul-betul tepat. Hariwijaya 2009, berpendapat bahwa pembelajaran matematika lebih mengenai
dengan penekanan pada ketertarikan antara konsep-konsep matematika dengan pengalaman sehari-hari.
Model pembelajaran yang memberi ruang untuk melatih kemampuan
matematis siswa
adalah melalui
model pembelajaran kooperatif Learning Cycle dipadukan dengan Mind
Mapping, karena pada penerapannya peserta didik akan benar benar memahami maksud dari model pembelajaran tersebut serta
menggunakan matematika dalam kehidupan nyata sehingga peserta didik akan lebih mengingat secara konsep matematika
yang diajarkan. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan di SMP
Negeri 3 Batu pada tanggal 18 Maret 2015. Pada pembelajaran di SMP Negeri 3 Batu guru menggunakan model pembelajaran
ceramah yang menjadi pilihan utama dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran matematika di dalam kelas. Guru
menyampaikan materi sampai jam pembelajaran selesai, tetapi tidak jarang juga guru menerapkan model pembelajaran yang
bervariasi pada pembelajaran matematika. Contohnya model
pembelajaran kooperatif tipe Jig Saw dan TSTS Two Stay Two Stray dan model pembelajaran diskusi lainnya. Pada saat
dilakukan pembelajaran dengan menggunakan berbagai macam metode yang bervariasi, murid lebih banyak aktif dalam
pembelajaran. Sehingga dari segi keaktifan siswa sangat mengalami kenaikan.
Secara umum pembelajaran kooperatif pada proses belajar matematika yang terdapat di SMP Negeri 3 Batu masih
didominasi oleh kelompok siswa dengan kemampuan kognitif tinggi. Siswa yang pasif dalam proses pembelajaran lebih
memilih mendikte teman untuk mengungkapkan idenya dari pada menulis sendiri, sehingga pada siswa yang pasif masih
cenderung malu-malu untuk mengungkapkan idenya padahal banyak sekali siswa yang mempunyai bermacam ide kreatif
namun mereka malu untuk mengungkapkannya. Pada saat guru menyuruh siswa untuk presentasi, siswa masih malu untuk
berbicara dikelas, sehingga guru menuntun siswa untuk bisa berani berbicara di depan kelas.
Berdasarkan pada permasalahan tersebut, peneliti tertarik untuk menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
Learning Cycle dan Mind Mapping, karena di SMPN 3 Batu belum pernah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan
model Learning Cycle dan Mind Mapping. Selain itu dalam metode ini sudah mencakup aspek siswa untuk berbicara dan
aspek siswa untuk berfikir kreatif. Pemilihan pengalaman belajar bagi siswa merupakan salah satu tugas guru sebagai fasilitator
agar siswa dapat mengikuti pembelajaran secara maksimal dan tujuan pembelajaran dapat tercapai. Agar pembelajaran
maksimal dan tujuan pembelajaran tercapai maka diperlukan aktivitas belajar siswa. Aktivitas belajar akan menyebabkan
interaksi antara siswa dengan guru, antar siswa itu sendiri, serta antara siswa dengan materi yang dipelajari. Hamalik 2001
menyatakan bahwa pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan
aktivitas sendiri. Salah satu cara pembelajaran yang melibatkan siswasecara aktif adalah dengan menerapkan model Learning
Cycle atau siklus belajar. Model Learning Cycle terbagi dalam beberapa macam, diantaranya adalah Learning Cycle 5E.
Menurut Johnson dalam Iskandar, 2004: 12, fase pembelajaran pada Learning Cycle 5E antara lain engagement, exploration,
explanation, elaboration serta evaluation. Model pembelajaran Learning Cycle merupakan model
pembelajaran yang berbasis konstruktivistik dan berpusat pada siswa. Learning Cycle berkembang dari 3 fase menjadi 5 fase.
Menurut Johnson dalam Iskandar 2004, fase-fase dalam Learning Cycle 5E yaitu fase engagement, fase exploration, fase
explanation, fase elaboration, dan fase evaluation. Fase engagement, guru mengidentifikasi pengetahuan awal siswa
dengan menarik perhatian siswa dan memotivasi untuk berpikir sehingga timbul rasa ingin tahu tentang topik yang akan
dipelajari. Hal ini dilakukan dengan memberikan pertanyaan kepada siswa yang ada kaitannya dengan materi yang akan
dipelajari. Siswa diberi kebebasan dalam mengemukakan gagasannya. Fase exploration, siswa diberi kesempatan untuk
melakukan percobaan, mengumpulkan data, dan membuat kesimpulan berdasarkan percobaan yang telah dilakukan. Fase
explanation, siswa berkesempatan untuk menjelaskan hasil eksplorasinya. Fase elaboration, siswa menerapkan konsep yang
sudah dimiliki ke dalam situasi baru. Fase evaluation, guru melakukan evaluasi untuk mengetahui tingkat pemahaman
siswa. Pada saat melakukan siklus belajar, pada tahap eksplorasi
exploration pengalaman yang diberikan dapat digunakan untuk mengenalkan konsep, proses atau keterampilan. Disini guru
menerapkan model Mind Mapping pada saat tahap eksplorasi, agar siswa terpacu untuk menggunakan kemampuan berfikir
kreatif mereka. Seperti halnya dari definisi Mind mapping sendiri adalah merupakan salah satu metode pembelajaran yang dapat
digunakan dalam pembelajaran aktif. Mind mapping atau pemetaan pikiran adalah cara kreatif bagi peserta didik secara
individual untuk menghasilkan ide-ide, mencatat pelajaran, atau merencanakan penelitian baru. Peserta didik dibimbing untuk
membuat peta pikiran, mereka akan menemukan kemudahan untuk mengidentifikasi secara jelas dan kreatif apa yang telah
mereka pelajari dan apa yang sedang mereka rencanakan. Mengoptimalkan potensi otak dalam menghasilkan suatu
yang kreatif, Mind mapping memberikan latihan untuk itu. Mind mapping melibatkan kedua sisi otak, karena Mind mapping
menggunakan gambar, warna, dan imajinasi wilayah otak kanan bersamaan dengan kata, angka, dan logika wilayah otak
kiri, serta mendorong pemikiran sinergis Buzan , 2008. Dengan menggunakan metode Mind Mapping siswa yang
aktif akan bisa mengeluarkan kemampuan berfikir kreatifnya dengan maksimal. Kreatifitas merupakan kemampuan yang
sangat diperlukan oleh seseorang. Kemampuan berpikir kreatif melibatkan kemampuan siswa untuk mengkombinasikan
pengalamanpengalaman masa lampau dengan pengalaman baru untuk memikirkan dan menemukan cara pemahaman konsep
yang tepat yang tercermin dari kelancaran, keluwesan, orisinalitas, dan elaborasi dalam berpikir. Kreatifitas dapat
diperoleh dalam proses pembelajaran memlaui berbagai interaksi dan pengalaman belajar. Berpikir kreatif menggunakan dasar
proses berpikir untuk mengembangkan dan menemukan ide atau hasil yang orisinil, estetis, konstruktif, yang berhubungan dengan
pandangan, konsep, dan menekankan pada aspek berpikir intuitif dan rasional untuk menjelaskan masalah.
Untuk mewujudkan kemampuan berpikir siswa, guru perlu menerapkan berbagai pembelajaran model inovatif.
Penerapan Mind mapping bertujuan agar proses pembelajaran akan semakin menarik siswa, meningkatkan daya pikir siswa dan
dapat meningkatkan kreatifan siswa dalam pembelajaran matematika.
Pembelajaran juga
diharapkan dapat
mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki siswa tidak pasif dan mudah menangkap materi pembelajaran matematika secra
optimal serta memberikan variasi baru dalam metode pembelajaran.
Selanjutnya, peneliti memilih materi Peluang karena berdasarkan observasi, materi Peluang ini dirasa dapat memacu
siswa untuk membangun kemampuan berfikir kreatif dalam proses pembelajaran. Pada materi ini siswa dapat menuangkan
berbagai macam ide kreatifnya. Peneliti juga memilih di SMP Negeri 3 Batu dikarenakan kemampuan berfikir siswa yang
bervariasi sangat mendukung untuk dilakukannya penelitian. Dari penuturan di atas, maka peneliti bermaksud
melakukan penelitian tentang “Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle 5E Dengan Mind Mapping Untuk Membangun
Kemampuan Berfikir Kreatif Pada Materi Peluang Siswa Kelas VIII-A
SMP Negeri 3 Batu ”. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi solusi terhadap permasalahan pembelajaran matematika
dan meningkatkan kualitas pembelajaran matematika khususnya di SMP Negeri 3 Batu.
1.2 Rumusan Masalah