Pengaruh Konsentasi Natrium Bikarbonat Dan Konsentrasi Manitol Terhadap Mutu Tablet Effervescent Rosela

(1)

PENGARUH KONSENTRASI NATRIUM BIKARBONAT

DAN KONSENTRASI MANITOL TERHADAP

MUTU TABLET EFFERVESCENT ROSELA

RAHMAT DANI PANJAITAN 070305013

DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2011


(2)

PENGARUH KONSENTRASI NATRIUM BIKARBONAT

DAN KONSENTRASI MANITOL TERHADAP

MUTU TABLET EFFERVESCENT ROSELA

SKRIPSI

Oleh:

RAHMAT DANI PANJAITAN 070305013

DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2011


(3)

PENGARUH KONSENTRASI NATRIUM BIKARBONAT

DAN KONSENTRASI MANITOL TERHADAP

MUTU TABLET EFFERVESCENT ROSELA

SKRIPSI

Oleh:

RAHMAT DANI PANJAITAN

070305013/TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2011


(4)

Judul Skripsi : Pengaruh Konsentrasi Natirum Bikarbonat dan Konsentrasi Manitol Terhadap Mutu Tablet Effervescent Rosela

Nama : Rahmat Dani Panjaitan

NIM : 070305013

Departemen : Teknologi Pertanian Program Studi : Teknologi Hasil Pertanian

Disetujui Oleh, Komisi Pembimbing

Ir. Sentosa Ginting, M.P Linda Masniary Lubis, STP, M.Si

Ketua Anggota

Mengetahui:

Dr. Ir. Herla Rusmarilin, MS Ketua Program Studi


(5)

ABSTRAK

RAHMAT DANI PANJAITAN: Pengaruh Konsentrasi Natrium Bikarbonat dan Konsentrasi Manitol Terhadap Mutu Tablet Effervescent Rosela, dibimbing oleh SENTOSA GINTING dan LINDA MASNIARY LUBIS.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui adanya pengaruh konsentrasi natrium bikarbonat dan konsentrasi manitol terhadap mutu tablet effervescent rosela. Penelitian ini dilakukan pada Juni-Juli 2011 di Laboratorium Teknologi Pangan, Fakultas Pertanian USU, Medan, menggunakan rancangan acak lengkap faktorial 2 faktor yaitu konsentrasi natrium bikarbonat (A) : (35, 40, 45 dan 50%) dan konsentrasi manitol (M) : (5,10, 15, dan 20%). Parameter yang dianalisa adalah kadar air, kadar vitamin C, total asam, daya larut, pH, dan uji organoleptik warna, aroma dan rasa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi natrium bikarbonat memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap kadar air, kadar vitamin C, total asam, daya larut, pH, dan uji organoleptik warna, aroma dan rasa. Konsentrasi manitol memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap kadar air, daya larut, dan uji organoleptik aroma dan rasa, tetapi berbeda tidak nyata terhadap kadar vitamin C, total asam, pH, dan uji organoleptik warna. Interaksi kedua faktor memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap daya larut, dan uji organoleptik aroma dan rasa tetapi berbeda tidak nyata terhadap kadar air, kadar vitamin C, total asam, pH, dan uji organoleptik warna. Konsentrasi natirum bikarbonat 50% dan konsentrasi manitol 20% menghasilkan tablet effervescent rosela yang terbaik dan lebih diterima.

Kata Kunci : Tablet Effervescent Rosela, Natrium Bikarbonat, Manitol

ABSTRACT

RAHMAT DANI PANJAITAN: Effect of Sodium Bicarbonate Concentration and Mannitol Concentration on Quality of Rosella Effervescent Tablet, supervised by SENTOSA GINTING and LINDA MASNIARY LUBIS.

The aim of this research was to find the effect of the sodium bicarbonate concentration and mannitol concentration on the quality of rosella effervescent tablet. This research was conducted in June-July 2011 at the Laboratory of Food Technology, Faculty of Agriculture, North Sumatera University, Medan, using completely randomized design with two factors, i.e. : sodium bicarbonate concentration (A) : (35, 40, 45 and 50%) and mannitol concentration (M) : (5, 10, 15 and 20%). Parameters analyzed were moisture content, vitamin C content, total acid, pH, solubility, and organoleptic values of colour, flavour, and taste.

The results showed that sodium bicarbonate concentration had highly significant effect on moisture content, vitamin C content, total acid, solubility, pH, and organoleptic values of colour, flavour, and taste. The mannitol concentration had highly significant effect on moisture content, solubility, organolepticvalues of flavour and taste but had no significant effect on vitamin C content, total acid, pH and organoleptic value of colour. Interactions of the two factors had highly significant effect on solubility and organolpetic values of flavour and taste but had no significant effect on moisture content, vitamin C content, total acid, pH and organoleptic value of colour. Sodium bikarbonat concentration of 50% and 20% mannitol produced the best quality of rosella effervescent tablet.

Keywords: Rosella Effervescent tablet, Sodium Bicarbonate, Mannitol


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

RAHMAT DANI PANJAITAN dilahirkan di Tanjungbalai pada tanggal 18 April 1989 dari ayah Effendi Panjaitan dan Ibu Hikmah. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara.

Pada Tahun 2007 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Tanjungbalai dan pada tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur ujian tertulis Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru. Penulis memilih program studi Teknologi Hasil Pertanian, Departemen Teknologi Pertanian.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Ikatan Mahasiswa Teknologi Hasil Pertanian dan Himpunan Mahasiswa Islam komisariat Fakultas Pertanian.

Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di PTPN IV Bah Butong dari 1 Juli sampai 30 Juli 2010.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Konsentasi Natrium Bikarbonat Dan Konsentrasi Manitol Terhadap Mutu Tablet Effervescent Rosela".

Pada kesempatan ini penulis menghaturkan pernyataan terima kasih sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis yang telah membesarkan, memelihara dan mendidik penulis selama ini. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ir. Sentosa Ginting, M.P selaku ketua komisi pembimbing dan Linda Masniary Lubis STP, MSi selaku anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan memberikan berbagai masukan berharga kepada penulis dari mulai menetapkan judul, melakukan penelitian, sampai pada ujian akhir.

Di samping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada staf pengajar dan pegawai di Program Studi Teknologi Hasil Pertanian Departemen Teknologi Pertanian, serta semua rekan mahasiswa yang tidak dapat disebutkan satu per satu di sini yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat.


(8)

DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

PENDAHULUAN Latar Belakang... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Kegunaan Penelitian ... 3

Hipotesis Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Tablet Effervescent ... 4

Manfaat Effervescent ... 6

Asam Sitrat ... 7

Natrium Bikarbonat ... 8

Manitol ... 9

Sekilas Tentang Rosela ... 10

Komposisi Kimia Rosela ... 12

Bahan-bahan Tambahan ... 13

Gula Sukrosa... 14

Dekstrin ... 14

Proses Pembuatan Tablet Effervescent Rosela ... 15

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian... 19

Bahan Penelitian ... 19

Reagensia... 19

Alat Penelitian ... 19

Metode Penelitian ... 19

Model Rancangan ... 21

Pelaksanaan Penelitian ... 21

Pengamatan dan Pengukuran Data ... 22

Penentuan Kadar Air ... 23

Penentuan Kadar Vitamin C ... 23

Penentuan Total Asam ... 23

Penentuan Daya Larut ... 24

Penentuan pH ... 25

Penentuan Uji Organoleptik Warna... 25


(9)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Konsentrasi Natrium Bikarbonat terhadap

parameter yang Diamati ... 28 Pengaruh Konsentrasi Manitol terhadap Parameter yang Diamati ... 29 Kadar Air

Pengaruh konsentrasi natrium bikarbonat terhadap kadar air (%) 30 Pengaruh konsentrasi manitol terhadap kadar air (%) ... 32 Pengaruh interaksi antara konsentrasi natrium bikarbonat dan

konsentras manitol terhadap kadar air (%) ... 33 Kadar Vitamin C (mg/100 g bahan)

Pengaruh konsentrasi natrium bikarbonat terhadap kadar

vitamin C (mg/100 g bahan) ... 33 Pengaruh konsentrasi manitol terhadap kadar vitamin C

(mg/100 g bahan) ... 35 Pengaruh interaksi antara konsentrasi natrium bikarbonat dan

konsentrasi manitol terhadap kadar vitamin C

(mg/100 g bahan) ... 35 Total Asam (%)

Pengaruh konsentrasi natrium bikarbonat terhadap total

asam (%) ... 35 Pengaruh konsentrasi manitol terhadap total asam (%) ... 37 Pengaruh interaksi antara konsentrasi natrium bikarbonat dan

konsentrasi mantol terhadap total asam (%)... 37 Daya Larut (%)

Pengaruh konsentrasi natrium bikarbonat terhadap daya

larut (%)... 37 Pengaruh konsentrasi manitol terhadap daya larut (%) ... 39 Pengaruh interaksi antara konsentrasi natrium bikabonat dan

konsentrasi manitol terhadap daya larut (%) ... 40 pH

Pengaruh konsentrasi natrium bikarbonat terhadap pH ... 42 Pengaruh konsentrasi manitol terhadap pH ... 43 Pengaruh interaksi antara konsentrasi natrium bikabonat dan

konsentrasi manitol terhadap pH ... 43 Uji Organoleptik Warna (Numerik)

Pengaruh konsentrasi natrium bikarbonat terhadap

uji organoleptik warna (numerik) ... 44 Pengaruh konsentrasi manitol terhadap uji organoleptik warna

(numerik) ... 45 Pengaruh interaksi antara konsentrasi natrium bikarbonat dan

konsentrasi manitol terhadap uji organoleptik warna (numerik).. 46 Uji Organoleptik Aroma dan Rasa (Numerik)

Pengaruh konsentrasi natrium bikarbonat terhadap

uji organoleptik aroma dan rasa (numerik) ... 46 Pengaruh konsentrasi manitol terhadap uji organoleptik aroma

dan rasa (numerik) ... 48 Pengaruh interaksi antara konsentrasi natrium bikarbonat dan

konsentrasi manitol terhadap uji organoleptik aroma dan


(10)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ... 52

Saran ... 53

DAFTAR PUSTAKA ... 54

LAMPIRAN ... 57


(11)

DAFTAR TABEL

No. Hal 1. Komposisi kimia rosela kelopak rosela segar per 100 g bahan ... 13 2. Skala uji hedonik terhadap warna ... 25 3. Skala uji hedonik terhadap aroma dan rasa ... 25 4. Pengaruh konsentrasi natrium bikarbonat terhadap parameter

yang diamati ... 21 5. Pengaruh konsentrasi manitol terhadap parameter yang diamati ... 22 6. Uji LSR efek utama pengaruh konsentrasi natrium bikarbonat

terhadap kadar air (%) ... 23 7. Uji LSR efek utama pengaruh konsentrasi manitol terhadap kadar

air (%) ... 25 8. Uji LSR efek utama pengaruh konsentrasi natrium bikarbonat terhadap

kadar vitamin C (mg/100 g bahan) ... 27 9. Uji LSR efek pengaruh konsentrasi natrium bikarbonat terhadap

total asam (%) ... 29 10. Uji LSR efek utama pengaruh konsentras natrium bikarbonat terhadap daya larut (%) ... 30 11. Uji LSR efek utama pengaruh konsentrasi manitol terhadap daya larut

(%) ... 32 12. Uji LSR efek utama pengaruh interaksi antara konsentrasi natrium

bikarbonat dan konsentrasi manitol terhadap daya larut (%) ... 34 13. Uji LSR efek utama pengaruh konsentrasi natrium bikarbonat terhadap

pH... 35 14. Uji LSR efek utama pengaruh konsentrasi natrium bikarbonat terhadap

uji organoleptik warna (numerik) ... 37 15. Uji LSR efek utama pengaruh konsentrasi natrium bikarbonat terhadap


(12)

16. Uji LSR efek utama pengaruh konsentrasi manitol terhadap uji

organoleptik aroma dan rasa (numerik) ... 40 17. Uji LSR efek utama pengaruh interaksi antara konsentrasi natrium

bikarbonat dan konsentrasi manitol terhadap uji organoleptik aroma


(13)

DAFTAR GAMBAR

No. Hal

1. Skema pembuatan sari kelopak rosela ... 26

2. Skema pembuatan tablet effervescent rosela ... 27

3. Hubungan konsentrasi natrium bikarbonat terhadap kadar air (%) ... 31

4. Hubungan konsentrasi manitol terhadap kadar air (%)... 32

5. Hubungan konsentrasi natrium bikarbonat dengan kadar vitamin C (mg/100 g bahan) ... 34

6. Hubungan konsentrasi natrium bikarbonat terhadap total asam (%) ... 36

7. Hubungan konsentrasi natrium bikarbonat terhadap daya larut (%) ... 38

8. Hubungan konsentrasi manitol terhadap daya larut (%)... 39

9. Hubungan interaksi antara konsentrasi natrium bikarbonat dan konsentrasi manitol terhadap daya larut (%) ... 41

10.Hubungan konsentrasi natrium bikarbonat terhadap pH ... 43

11.Hubungan konsentrasi natrium bikarbonat terhadap uji orgaoleptik warna (numerik)... 45

12.Hubungan konsentrasi natrium bikarbonat terhadap uji organoleptik aroma dan rasa (numerik)... 47

13.Hubungan konsentrasi manitol terhadap uji organoleptik aroma dan rasa (numerik)... 49

14.Hubungan interaksi antara konsentrasi natrium bikarbonat dan konsentrasi manitol terhadap uji organoleptik aroma dan rasa (numerik)... 51


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal

1. Data pengamatan kadar air (%) ... 57

2. Data pengamatan kadar vitamin C (mg/100 g bahan) ... 58

3. Data pengamatan total asam (%) ... 59

4. Data pengamatan daya larut (%) ... 60

5. Data pengamatan pH ... 61

6. Data pengamatan uji organoleptik warna (numerik) ... 62

7. Data pengamatan uji organoleptik aroma dan rasa (numerik) ... 63


(15)

ABSTRAK

RAHMAT DANI PANJAITAN: Pengaruh Konsentrasi Natrium Bikarbonat dan Konsentrasi Manitol Terhadap Mutu Tablet Effervescent Rosela, dibimbing oleh SENTOSA GINTING dan LINDA MASNIARY LUBIS.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui adanya pengaruh konsentrasi natrium bikarbonat dan konsentrasi manitol terhadap mutu tablet effervescent rosela. Penelitian ini dilakukan pada Juni-Juli 2011 di Laboratorium Teknologi Pangan, Fakultas Pertanian USU, Medan, menggunakan rancangan acak lengkap faktorial 2 faktor yaitu konsentrasi natrium bikarbonat (A) : (35, 40, 45 dan 50%) dan konsentrasi manitol (M) : (5,10, 15, dan 20%). Parameter yang dianalisa adalah kadar air, kadar vitamin C, total asam, daya larut, pH, dan uji organoleptik warna, aroma dan rasa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi natrium bikarbonat memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap kadar air, kadar vitamin C, total asam, daya larut, pH, dan uji organoleptik warna, aroma dan rasa. Konsentrasi manitol memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap kadar air, daya larut, dan uji organoleptik aroma dan rasa, tetapi berbeda tidak nyata terhadap kadar vitamin C, total asam, pH, dan uji organoleptik warna. Interaksi kedua faktor memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap daya larut, dan uji organoleptik aroma dan rasa tetapi berbeda tidak nyata terhadap kadar air, kadar vitamin C, total asam, pH, dan uji organoleptik warna. Konsentrasi natirum bikarbonat 50% dan konsentrasi manitol 20% menghasilkan tablet effervescent rosela yang terbaik dan lebih diterima.

Kata Kunci : Tablet Effervescent Rosela, Natrium Bikarbonat, Manitol

ABSTRACT

RAHMAT DANI PANJAITAN: Effect of Sodium Bicarbonate Concentration and Mannitol Concentration on Quality of Rosella Effervescent Tablet, supervised by SENTOSA GINTING and LINDA MASNIARY LUBIS.

The aim of this research was to find the effect of the sodium bicarbonate concentration and mannitol concentration on the quality of rosella effervescent tablet. This research was conducted in June-July 2011 at the Laboratory of Food Technology, Faculty of Agriculture, North Sumatera University, Medan, using completely randomized design with two factors, i.e. : sodium bicarbonate concentration (A) : (35, 40, 45 and 50%) and mannitol concentration (M) : (5, 10, 15 and 20%). Parameters analyzed were moisture content, vitamin C content, total acid, pH, solubility, and organoleptic values of colour, flavour, and taste.

The results showed that sodium bicarbonate concentration had highly significant effect on moisture content, vitamin C content, total acid, solubility, pH, and organoleptic values of colour, flavour, and taste. The mannitol concentration had highly significant effect on moisture content, solubility, organolepticvalues of flavour and taste but had no significant effect on vitamin C content, total acid, pH and organoleptic value of colour. Interactions of the two factors had highly significant effect on solubility and organolpetic values of flavour and taste but had no significant effect on moisture content, vitamin C content, total acid, pH and organoleptic value of colour. Sodium bikarbonat concentration of 50% and 20% mannitol produced the best quality of rosella effervescent tablet.

Keywords: Rosella Effervescent tablet, Sodium Bicarbonate, Mannitol


(16)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Menurut DEP.KES.RI.No.SPP.1065/35.15/05, setiap 100 g rosela mengandung 260-280 mg vitamin C, vitamin D, B1 dan B2. Kandungan lainnya adalah kalsium 486 mg, omega 3, magnesium, betakaroten serta asam amino esensial seperti lisin dan arginin. Bunga rosela juga kaya akan serat yang bagus untuk kesehatan saluran pencernaan. Tanaman yang berkembangbiak dengan biji ini bermanfaat baik untuk kesehatan. Vitamin C rosela juga dipercaya mampu menangkal radikal bebas penyebab kanker. Kalsium yang tinggi dapat mencegah keropos tulang. Sedangkan zat-zat tertentu di dalam rosela mampu meremajakan sel tubuh serta melindungi tubuh dari infeksi kuman dan virus (Maria dan Sulastri, 2008)

Rosela dengan nama ilmiah Hibiscus sabdariffa Linn merupakan tanaman yang mempunyai habitat beriklim tropis dan subtropis yang tersebar di seluruh dunia. Tanaman rosela berupa semak berdiri tegak dengan tinggi 3-5 m. Ketika masih muda, batangnya berbentuk silindris dan banyak bercabang dan daunnya berwarna hijau. Ketika beranjak dewasa dan masih berbunga, batangnya akan berwarna cokelat kemerahan. Rosela dapat tumbuh di segala macam tanah tapi lebih mudah tumbuh di lahan pasir tanpa harus disiram atau diberi pupuk secara intensif. Tanaman ini hanya mengalami satu kali masa produktif sehingga untuk mengoptimalkan hasil panen disarankan rosela di tanam secara khusus tanpa diselingi tanaman lain.

Selama ini rosela dikonsumsi lokal yang disajikan dalam bentuk rosela kering kemasan, air rosela dalam kemasan dan rosela instan sebagai bentuk minuman herbal. Tablet Effervescent rosela merupakan pengembangan produk


(17)

2

baru yang mampu memenuhi keinginan konsumen untuk menyajikan rosela secara praktis, mudah, dan cepat karena untuk menyajikannya cukup melarutkan dalam air baik dingin maupun panas tanpa harus mengaduknya, tidak perlu ditambah gula dan tidak menghasilkan limbah.

Effervescent artinya berhubungan dengan gas atau gelembung-gelembung. Jadi, suatu tablet disebut tablet effervescent jika tablet itu menghasilkan gelembung-gelembung gas ketika dicelupkan dalam air. Gas yang keluar adalah gas karbondioksida (CO2), sama dengan gas yang ada dalam minuman cola.

Tablet effervescent mengandung campuran asam (seperti asam sitrat, tartarat, malat dan fumarat) dan karbonat (seperti natrium, kalium bikarbonat) yang melepaskan karbondioksida ketika dilarutkan dalam air (Avani, dkk., 2008). Asam karbonat inilah yang memberikan rasa “menggigit” pada minuman bersoda atau pada larutan effervescent tablet.

Keberadaan air di dalam tablet effervescent dapat berperan sebagai pemicu terjadinya reaksi effervescing sebelum pelarutan, sehingga ketika dilarutkan, reaksi antara komponen asam dan basa berjalan lambat dan reaksinya hampir jenuh. Hal ini ditunjukkan dengan lamanya waktu yang diperlukan oleh tablet untuk larut secara sempurna dan menjadi bagian yang tersuspensi, sehingga tidak tampak adanya partikel di dalam larutan (Ansar, dkk., 2006). Oleh karena itu dalam proses pencampuran kedua bahan ini dilakukan dengan berbagai perbandingan antara komponen asam dan basa yang tepat.

Manitol merupakan poliol (gula alkohol) yang telah lama digunakan sebagai bahan pengisi dalam makanan seperti dalam permen karet atau permen mint dan produk obat-obatan pada tablet karena sifatnya nonhigroskopis sehingga tidak akan mengambil air dari udara. Manisnya manitol 0,5-0,7 dari manisnya gula dengan rasa dingin di mulut. Ketika manitol ini dilarutkan dalam air akan


(18)

3 menginduksi efek pendingin yang kuat. Rasa yang menyenangkan dan mouthfeel inilah yang membuat manitol ini populer pada tablet. Oleh karena itu, dalam penelitian ini dibuat formulasi tablet effervescent rosela dengan manitol sebagai bahan pengisi tambahan yang aman dikonsumsi manusia.

Pada kesempatan ini, penulis mencoba untuk mengkombinasikan kelebihan-kelebihan yang terdapat pada rosela dengan tablet effervescent, dengan memperhatikan konsentrasi natrium bikarbonat dan konsentrasi manitol pada rosela. Hal inilah yang mendasari penulis untuk melakukan penelitian tentang “Pengaruh Konsentrasi Natrium Bikarbonat dan Konsentrasi Manitol Terhadap Mutu Tablet Effervescent Rosela”

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh konsentrasi natrium bikarbonat dan konsentrasi manitol terhadap mutu tablet effervescent rosela.

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini berguna untuk mendapatkan data penyusunan skripsi sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Semoga penelitian ini juga dapat berguna untuk pihak-pihak yang berkepentingan dalam industri tablet effervescent.

Hipotesis Penelitian

Ada pengaruh konsentrasi natrium bikarbonat, konsentrasi manitol dan interaksi antara pengaruh konsentrasi natrium bikarbonat dan konsentrasi manitol terhadap mutu tablet effervescent rosela.


(19)

TINJAUAN PUSTAKA

Tablet Effervescent

Effervescent didefenisikan sebagai timbulnya gelembung gas dari cairan sebagai hasil dari reaksi kimia. Campuran effervescent telah diketahui dan digunakan sebagai obat sejak 100 tahun yang lalu. Tablet effervescent merupakan metode yang nyaman untuk pemberian sejumlah zat aktif atau bahan kimia yang telah diukur sebelumnya dengan disolusi. Larutan effervescent berkilau, lezat, dan menyediakan zat aktif dalam bentuk larutan dengan ketersediaan hayati yang terjamin bagi orang yang sulit menelan tablet atau kapsul biasa (Siregar dan Wikarsa, 2010).

Effervescent didefenisikan sebagai bentuk sediaan yang menghasilkan gelembung gas sebagai hasil reaksi kimia larutan. Gas yang dihasilkan saat pelarutan effervescent adalah karbon dioksida sehingga dapat memberikan efek

sparkling (rasa seperti air soda) (Lieberman, dkk., 1992).

Tablet effervescent merupakan salah satu bentuk sediaan tablet dengan cara pengempaan bahan-bahan aktif campuran asam-asam organik, seperti asam sitrat atau asam tartarat dan natrium bikarbonat. Bila tablet ini dimasukkan ke dalam air, mulailah terjadi reaksi kimia antara asam dan natrium bikarbonat sehingga terbentuk garam natrium dari asam dan menghasilkan gas karbondioksida serta air. Reaksinya cukup cepat dan biasanya berlangsung dalam waktu satu menit atau kurang. Di samping menghasilkan larutan yang jernih, tablet juga menghasilkan rasa yang enak karena adanya karbonat yang dapat membantu memperbaiki rasa obat-obat tertentu (Banker dan Anderson, 1986).


(20)

Reaksinya adalah sebagai berikut :

C6H8O7 + 3 NaHCO3 Na3C6H5O7 + 4 H2O + 3 CO2

Asam sitrat Na-Bikarbonat Na-Sitrat Air Karbondioksida Reaksi di atas tidak dikehendaki terjadi sebelum effervescent dilarutkan, oleh karena itu kadar air bahan baku dan kelembaban lingkungan perlu dikendalikan tetap rendah untuk mencegah ketidakstabilan produk. Pengendalian akan berlangsung terus secara cepat karena hasil reaksi adalah air. Kelarutan dari bahan baku merupakan salah satu hal yang penting dalam pembuatan tablet

effervescent. Jika kelarutannya kurang baik maka reaksi tidak akan terjadi dan tablet tidak larut dengan cepat (Lieberman, dkk., 1992).

Garam effervescent yang baik mengandung asam sitrat dan asam tartarat (1:2) agar didapatkan granul yang rapuh. Reaksinya sebagai berikut:

a. Asam sitrat

C6H8O7 .H2O + 3NaHCO3 Na3C6H5O7 + 4H2O + 3CO2

210 3x84

1 gram asam sitrat (BM = 210) bereaksi dengan 1,2 g natrium bikarbonat (BM = 84) berdasarkan perhitungan berikut :

x = 1,2 g Na bikarbonat b. Asam Tartarat

C4H6O6+ 2NaHCO3 Na2C4H4O6 + 2H2O + 2CO2

150 2x84

2 gram asam tartarat (BM=150) bereaksi dengan 2,24 g natrium bikarbonat berdasarkan perhitungan berikut :


(21)

Sehingga total natrium bikarbonat yang dibutuhkan untuk mereaksikan asam sitrat dan asam tartarat adalah 1,2 g + 2,24 g = 3,44 g atau 3,4 g. Dari perhitungan tersebut didapatkan perbandingan asam sitrat : asam tartarat : natrium bikarbonat adalah 1 : 2 : 3,4 (Ansel, dkk., 1995).

Manfaat Effervescent

Keuntungan tablet effervescent adalah bentuk sediaan tablet dengan penyiapan bahan-bahan dalam waktu seketika jika mengandung dosis yang tepat. Sedangkan kerugian tablet effervescent adalah kesukaran untuk menghasilkan produk yang stabil secara kimia. Bahkan kelembaban udara selama pembuatan produk mungkin sudah cukup untuk memulai reaktivitas effervescent. Selama reaksi berlangsung, air yang dibebaskan dari bikarbonat menyebabkan autokatalisis dari reaksi. Kelembaban udara di sekitar tablet setelah wadahnya di buka juga dapat menyebabkan penurunan kualitas yang cepat dari produk, setelah sampai di tangan konsumen. Karena itu tablet effervescent dikemas secara khusus dalam kantong lembaran alumunium kedap udara atau kemasan padat dalam tabung silindris dengan ruang udara yang minimum. Alasan lain untuk kemasan adalah kenyataan bahwa tablet biasanya telah dikempa sehingga cukup mudah untuk menghasilkan reaksi effervescent dalam waktu yang cepat (Banker dan Anderson, 1994).

Ada berbagai keuntungan sediaan tablet effervescent seperti di bawah ini : 1. Memberi cita rasa menyenangkan karena membantu menutup rasa zat aktif

yang tidak menyenangkan.

2. Tablet mudah digunakan setelah dilarutkan, nyaman dan merupakan bentuk sediaan yang mengandung zat aktif.

6


(22)

3. Dapat dikemas secara individual untuk mencegah masuknya kelembaban sehingga menghindari masalah ketidakstabilan kandungan selama penyimpanan.

4. Dapat diberikan kepada pasien yang sulit menelan tablet atau kapsul (setelah dilarutkan terlebih dulu dalam air minum).

5. Zat aktif yang tidak stabil apabila disimpan dalam larutan bercair akan lebih stabil dalam tablet effervescent.

(Siregar dan Wikarsa, 2010)

Asam Sitrat

Asam sitrat merupakan asam yang umum digunakan sebagai asam makanan dan harganya relatif murah. Asam ini memiliki kelarutan yang tinggi, mempunyai kekuatan asam yang tinggi dan tersedia dalam bentuk granular, anhidrat dan bentuk monohidrat. Selain itu, tersedia juga dalam bentuk serbuk. Asam ini sangat higroskopis, oleh karena itu penanganan dan penyimpanannya memerlukan perhatian khusus (Lieberman, dkk., 1992).

Sumber asam yang paling umum digunakan dalam pembuatan tablet

effervescent adalah asam sitrat dan asam tartarat. Asam sitrat terdapat dalam bentuk serbuk hablur, anhidrat, dan bentuk monohidrat. Asam sitrat bersifat higroskopis sehingga harus dijaga dari masuknya udara terutama bila disimpan dalam ruang dengan kelembaban udara yang tinggi (Wilisa, 2009).

Asam sitrat adalah asam makanan yang paling umum digunakan. Asam sitrat mudah di dapat, melimpah, relatif tidak mahal, sangat mudah larut, memiliki kekuatan asam yang tinggi, tersedia sebagai granula halus, mengalir bebas, tersedia dalam bentuk anhidrat dan bentuk monohidrat berkualitas


(23)

makanan. Bahan ini sangat higroskopis sehingga harus disimpan dengan hati-hati untuk mencegah pemaparan pada daerah dengan kelembaban yang tinggi jika bahan ini di keluarkan dari wadah aslinya dan di kemas kembali dengan tidak sesuai. Asam sitrat mudah larut dalam etanol. Pada kelembaban relatif yang lebih rendah dari 65% asam sitrat mengembang pada suhu 25oC (Siregar dan Wikarsa, 2010).

Natrium Bikarbonat

Natrium bikarbonat merupakan serbuk kristal berwarna putih yang memiliki rasa asin, mudah larut air, dan tidak higroskopis. Natrium bikarbonat pada RH di atas 85% akan cepat menyerap air di lingkungannya dan akan menyebabkan dekomposisi dan hilangnya karbondioksida sehingga sebagai bahan

effervescent diperlukan penyimpanan yang rapat. Natrium bikarbonat selain dapat dipakai sebagai salah satu bahan gas forming yang menghasilkan karbondioksida, senyawa ini juga dapat dipakai sebagai pengisi tablet effervescent (Juita, 2008)

Natrium bikarbonat merupakan sumber utama karbondioksida dalam sistem effervescent. Senyawa ini larut sempurna dalam air, tidak higroskopis, tidak mahal, banyak tersedia di pasaran dalam lima tingkat ukuran partikel (mulai dari serbuk halus sampai granula seragam yang mengalir bebas), dapat dimakan dan digunakan secara luas dalam produk makanan sebagai soda kue. Natrium bikarbonat merupakan alkali natrium yang paling lemah, mempunyai pH 8,3 dalam larutan air dalam konsentrasi 0,85%. Zat ini menghasilkan kira-kira 52% karbondioksida (Siregar dan Wikarsa, 2010).

Sumber karbonat, digunakan sebagai bahan penghancur dan sumber timbulnya gas yang berupa CO2 pada tablet effervescent. Sumber karbonat yang

biasa digunakan dalam pembuatan tablet effervescent adalah natrium karbonat dan 8


(24)

natrium bikarbonat. Keduanya adalah yang paling reaktif. Dalam tablet

effervescent, sodium bikarbonat merupakan sumber karbon yang paling utama yang dapat larut sempurna, nonhigroskopik, murah, banyak, dan tersedia secara komersial mulai dari bentuk bubuk sampai bentuk granul. Sehingga natrium bikarbonat lebih banyak dipakai dalam pembuatan tablet effervescent

(Mohrle, 1989).

Manitol

Manitol dengan rumus kimia C6H14O6 atau D-mannitol; 1,2,3,4,5,6-hexane

hexol merupakan monosakarida poliol dengan nama kimia manitol berbentuk kristal berwarna putih, tidak berbau, larut dalam air, sangat sukar larut dalam alkohol dan tidak larut hampir dalam semua pelarut organik. Manitol berasa manis dengan tingkat kemanisan relatif sebesar 0,5 kali sampai 0,7 kali tingkat kemanisan sukrosa. Nilai kalori manitol sebesar 1,6 kkal/g atau 6,69 kJ/g, termasuk golongan GRAS (Generally Recognized As Safe), sehingga aman dikonsumsi manusia, tidak menyebabkan karies gigi, dan tidak menyebabkan peningkatan kadar glukosa dan insulin dalam darah bagi penderita diabetes. Konsumsi manitol sebayak 20 g/hari akan mengakibatkan efek laksatif (Cahyadi, 2009).

Manitol tidak menyebabkan peningkatan glukosa darah, dan karena itu digunakan sebagai memiliki renda rendah. Meskipun manitol memiliki gula alkohol yang relatif rendah yang mempunyai efek pendingin yang biasanya ditemukan dalam permen mint. Namun, ketika manitol benar-benar di larutkan dalam produk menginduksi efek pendinginan yang kuat. Selain itu mempunyai sifat


(25)

rendah yang tidak akan mengambil air dari udara sampai tingkat kelembaban 98%. Rasa yang menyenangkan dan mouthfeel dari manitol juga membuatnya menjadi populer untuk tablet kunyah (Wikipedia, 2011).

Sekilas Tentang Rosela

Nama latin rosela adalah Hibiscus sabdariffa L. Hibiscus termasuk tanaman tropis yang tumbuh tahunan. Rosela mempunyai kemiripan dengan kembang sepatu karena memang tanaman ini masih satu famili, yaitu malvaceace. Berbagai jenis varietas dari hibiscus tersebar di seluruh dunia termasuk India, Afrika, Sudan, Jamaika, Cina, Filipina, dan Amerika. Koleksi terbesar plasma nutfah dari hibiscus disimpan di Maryland (Amerika Serikat) dan Australia (Mardiah, dkk., 2009)

Dalam taksonomi tumbuhan, rosela diklasifikasikan sebagai berikut.

Divisio : Spermatophyta

Subdivisio : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Malvaceales

Famili : Malvaceae

Genus : Hibiscus

Spesies : Hibiscus sabdariffa L. (Mardiah, dkk., 2009).

Rosela mempunyai nama ilmiah Hibiscus sadbariffa L merupakan anggota family Malvaceae. Rosela dapat tumbuh baik di daerah beriklim tropis dan subtropis. Tanaman ini mempunyai habitat asli di daerah yang terbentang dari

India hingga Malaysia. Namun, sekarang tanaman ini telah tersebar luas di daerah tropis dan subtropis di seluruh dunia. Karena itu, tak heran jika


(26)

tanaman ini mempunyai nama umum yang berbeda-beda di berbagai negara (Maryani dan Kristiana, 2005).

Tanaman rosela berupa semak berdiri tegak dengan tinggi 3-5 m. Ketika masih muda, batang dan daunnya berwarna hijau. Ketika beranjak dewasa dan masih berbunga, batangnya berwarna coklat kemerahan. Batang berbentuk silindris dan berkayu, serta memiliki banyak percabangan. Pada batang melekat daun-daun yang tersusun berseling, berwarna hijau, berbentuk bulat telur dengan pertulangan menjari dan tepi bergerigi. Ujung daun ada yang runcing atau bercabang. Tulang daunnya berwarna merah. Panjang daun dapat mencapai 6-15 cm dan lebar 5-8 cm. Akar yang menopang batangnya berupa akar tunggang (Widyanto dan Nelistya, 2008).

Pada prinsipnya rosela dapat hidup di kondisi lahan, cuaca, serta suhu yang bagaimanapun, akan tetapi di setiap daerah yang berbeda akan menghasilkan warna yang berbeda pula. Batang rosela akan tumbuh dari satu titik tumbuh. Rosela yang ditanam di lereng pegunungan memiliki warna kelopak yang merah agak kehitam-hitaman sedangkan yang ditanam di tanah pekarangan memiliki warna yang merah kurang cerah dan yang ditanam di sawah dan dataran rendah memiliki warna merah cerah dan dapat dijadikan standart ekspor. Batangnya tumbuh sangat tinggi. Satu pohon bisa keluar kelopak bunga sebanyak 10 kg (Warientek, 2008).

Komposisi Kimia Rosela

Beberapa penelitian yang telah dilakukan ternyata rosela terutama pada bagian kelopaknya mengandung zat-zat yang berguna bagi tubuh. Kelopak bunga 12


(27)

tanaman ini berwarna merah tua, tebal, dan berair serta banyak mengandung vitamin A, vitamin C dan asam amino. Selain itu kelopak bunga rosela juga mengandung asam organik, polisakarida, dan flavonoid (Daryanto, 2008).

Kelopak bunga rosela mempunyai kandungan vitamin C yang sangat tinggi sehingga mampu meningkatkan daya tahan tubuh terhadap serangan berbagai penyakit dengan menghambat terakumulasinya radikal bebas penyebab penyakit kronis dan dapat mencegah penuaan dini. Dalam hal ini yang berperan adalah antosianin. Selain kandungan vitamin C yang sangat tinggi, rosela juga kaya akan mineral, seperti kalsium, fosfor, potasium, dan zat besi yang sangat penting untuk tubuh. Selain vitamin C, rosela juga mengandung vitamin B1, vitamin B2, niasin dan vitamin D. Tubuh manusia membutuhkan 22 asam amino. Dari 22 ini, 18 di antaranya terpenuhi dari bunga rosela. Dua diantaranya (arginin dan lisin) bila bersinergi dengan asam glutamat dapat merangsang otak untuk menggerakkan hormon tubuh manusia (Mangkurat, 2008).

Dari semua jenis vitamin yang ada, vitamin C merupakan vitamin yang paling mudah rusak. Di samping sangat larut dalam air, vitamin C mudah rusak teroksidasi dan proses tersebut dipercepat oleh panas, sinar, alkali, enzim, oksidator, serta oleh katalis tembaga dan besi. Oksidasi akan terhambat bila

vitamin C dibiarkan dalam keadaan asam, atau pada suhu rendah (Winarno, 1995).

Adapun komposisi kimia kelopak bunga rosela dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 1. Komposisi kimia kelopak rosela segar per 100 g bahan

Komposisi Kimia Jumlah

Kalori (kal) 49


(28)

Air (%) 84,5

Protein (g) 1,145

Lemak (g) 2,61

Karbohidrat (%) 12,3

Serat (g) 12

Abu (g) 6,9

Kalsium (mg) 1,263

Fosfor (mg) 273,2

Besi (mg) 8,98

Betakaroten (mg) 0,029

Vitamin C (mg) 6,7

Tiamin (mg) 0,117

Riboflavin (mg) 0,277

Niasin (mg) 0,765

Sumber : (Mardiah, dkk., 2009).

Kelopak rosela mengandung antioksidan yang dapat menghambat terakumulasinya radikal bebas yang dapat menyebabkan penyakit kronis, seperti kerusakan ginjal, diabetes, jantung koroner, kanker (darah) dan dapat mencegah penuaan dini. Dalam hal ini, antosianin merupakan pigmen tumbuhan yang memberikan warna merah pada bunga rosela dan berperan mencegah kerusakan sel akibat paparan sinar ultra violet berlebih (Widyanto dan Nelistya, 2009).

Banyaknya kandungan antosianin menentukan tingkat kepekatan warna merah pada bunga rosela. Semakin banyak kandungan antosianin maka semakin pekat warna merahnya dan semakin banyak kandungan antioksidannya. Kadar antosianin juga mempengaruhi rasa seduhan. Warna yang pekat menandakan rasanya sangat asam oleh karena kandungan asam malat, asam sitrat dan asam askorbat (Widyanto dan Nelistya, 2009).

Bahan-Bahan Tambahan Gula Sukrosa

Sukrosa adalah disakarida yang mempunyai peran penting dalam pengolahan makanan dan banyak terdapat pada tebu, bit, siwalan dan kelapa


(29)

kopyor. Sukrosa merupakan gula yang murah dan diproduksi dalam jumlah besar. Secara komersial gula pasir dibuat melalui proses penyulingan dan kristalisasi (Almatsier, 2001).

Sukrosa mempunyai sifat yang mudah larut dalam air, berbentuk kristal dan mempunyai rasa manis sehingga sukrosa yang ditambahkan sebagai pemanis terutama untuk meningkatkan cita rasa. Di samping itu juga digunakan sebagai pengawet karena tekanan osmosisnya yang tinggi sehingga menyebabkan terjadinya plasmolisis yang mengakibatkan kematian bagi mikroba (Buckle, dkk., 1987).

Komponen bahan pangan yang terutama berperan membentuk kristal adalah air (es), gula, gula alkohol, lemak dan pati. Komponen lain yang juga dapat membentuk kristal dalam bahan pangan antara lain pengemulsi, garam, asam organik, dan protein. Elemen pembentuk struktur dalam produk pangan seperti sel, udara, kristal dan globula lemak berperan penting dalam menentukan umur simpan produk pangan. Adanya kristal ini mempengaruhi mutu, tekstur dan daya simpan produk pangan (Estiasih dan Ahmadi, 2009).

Dekstrin

Dekstrin adalah golongan karbohidrat dengan berat molekul tinggi yang merupakan modifikasi pati dengan asam. Dekstrin mudah larut dalam air, lebih cepat terdispersi, tidak kental serta lebih stabil daripada pati. Fungsi dekstrin yaitu sebagai pembawa bahan pangan yang aktif seperti bahan flavor dan pewarna yang mempunyai sifat mudah larut air dan bahan pengisi (filler) karena dapat meningkatkan berat produk dalam bentuk bubuk (Ribut dan Kumalaningsih, 2004).

Penambahan dekstrin ke dalam produk dapat mengurangi kerusakan vitamin C. Fennema (1985) mengemukakan bahwa dekstrin tersusun atas 15


(30)

unit glukosa yang dapat mengikat air, sehingga oksigen yang larut dapat dikurangi, akibatnya proses oksidasi dapat dicegah. Dekstrin memiliki sifat yang dapat larut dalam air, lebih stabil terhadap suhu panas sehingga dapat melindungi senyawa volatil dan senyawa yang peka terhadap panas atau oksidasi.

Proses Pembuatan Tablet Effervescent Rosella

a. Sortasi

Kelopak bunga yang telah di panen dipisahkan berdasarkan tingkat serangan hama dan penyakit, tingkat kematangan, dan ukuran. Kelopak yang terserang kutu daun, akan diselimuti oleh bahan lekat berwarna putih, sehingga perlu dipisahkan dan dibersihkan terlebih dahulu (Mardiah, dkk.2009).

b. Pencucian

Pencucian bertujuan untuk menghilangkan kotoran (tanah) yang menempel, residu fungisida atau insektisida dan memperoleh penampakan yang baik. Pencucian dapat dilakukan dengan menggunakan air atau dengan sikat (Baliwati, dkk., 2004).

c. Blansing

Blansing merupakan perlakuan pendahuluan untuk beberapa jenis sayuran dan buah-buahan dengan tujuan mendapatkan mutu produk yang dikeringkan, dikalengkan, dan dibekukan dengan kualitas baik. Proses blansing termasuk ke dalam proses termal dan umumnya membutuhkan suhu berkisar 75-95oC selama 1-10 menit (Estiasih dan Ahmadi, 2009).

Pada dasarnya proses blansing bertujuan untuk menginaktifkan enzim-enzim yang menyebabkan perubahan kualitas bahan pangan. Proses ini diterapkan terutama pada bahan pangan segar yang mudah mengalami kerusakan akibat


(31)

aktivitas enzim yang tinggi. Contoh bahan pangan tersebut adalah sayuran dan buah-buahan (Estiasih dan Ahmadi, 2009).

d. Penghancuran

Setelah diblanshing masukkan kelopak bunga ke dalam blender dan ditambahkan air. Kumalaningsih dan Suprayogi (2006) mengatakan penambahan air ini ditujukan agar memudahkan proses penghancuran. Proses penghancuran ini dilakukan sampai halus untuk mengurangi endapan pada sari buah yang dihasilkan.

e. Penyaringan

Setelah dilakukan penghancuran, maka langkah selanjutnya adalah proses penyaringan dengan kain saring atau saringan yang halus. Tujuan dari penyaringan ini adalah untuk mengurangi biji atau daging buah yang tidak hancur sempurna sehingga nanti akan mempengaruhi penampilan dari produk yang dihasilkan (Kumalaningsih dan Suprayogi, 2006).

f. Pengeringan

Pengeringan merupakan suatu metoda untuk mengeluarkan atau

menghilangkan sebagian air dari suatu bahan dengan cara menguapkan air tersebut dengan menggunakan energi panas. Biasanya kandungan air bahan tersebut dikurangi sampai satu batas agar mikroba tidak dapat tumbuh lagi didalamnya (Winarno, dkk., 1980).

Selain bertujuan untuk mengawetkan, pengeringan juga bertujuan untuk mengurangi volume dan berat produk. Implikasi pengurangan volume dan berat produk terhadap biaya produksi, distribusi, dan penyimpanan dapat mereduksi biaya operasional. Tujuan lain dari pengeringan adalah untuk diversifikasi produk


(32)

seperti inovasi pada produk sereal instan (instant cereal) dan minuman instan (instant beverages) (Estiasih dan Ahmadi, 2009).

g. Pencampuran

Proses pencampuran merupakan proses yang sangat penting sebelum dilakukan pencetakan tablet. Pencampuran bertujuan untuk memperolah campuran homogen antar partikel-partikel penyusunnya, pencampuran yang kurang baik atau tidak homogen akan menyebabkan kadar zat aktif dalam tablet kurang seragam (Siregar dan Wikarsa, 2010).

h. Pengayakan

Pengayakan dimaksudkan untuk menghasilkan campuran butir dengan ukuran tertentu agar dapat diolah lebih lanjut sehingga diperoleh penampilan atau bentuk komersial yang diinginkan (Bernasconi, dkk., 2005).

Ayakan biasanya berupa anyaman dengan mata jala yang berbentuk bujur sangkar atau empat persegi panjang, berupa plat yang berlubang-lubang bulat atau bulat panjang. Selama proses pengayakan ukuran lubang ayakan harus tetap konstan. Yang menjadi ciri ayakan antara lain adalah:

1. Ukuran dalam mata jala

2. Jumlah mata jala (mesh) per satuan panjang, misalnya per cm atau per inch 3. Jumlah mata jala (mesh) per satuan luas, misalnya per cm2 atau per inchi2 (Bernasconi, dkk., 1995).

i. Pencetakan

Sebagian besar tablet dibuat dengan cara pengempaan dan merupakan bentuk sediaan yang paling banyak digunakan. Tablet kempa dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul menggunakan cetakan baja.


(33)

Tablet dapat dibuat dalam berbagai ukuran, bentuk, dan penandaaan permukaan tergantung pada desain cetakan (Ditjen POM, 1995).

Tablet cetakan dibuat dengan cara menekan masa serbuk lembab dengan tekanan rendah ke dalam lubang cetakan. Kepadatan tablet tergantung pada ikatan kristal yang terbentuk selama proses pengeringan selanjutnya dan tidak tergantung pada kekuatan tekanan yang diberikan (Ditjen POM, 1995).

j. Pengemasan

Setelah pencampuran dan tabletasi selesai, produk tablet effervescent

segera dikemas dengan kemasan primer yang hermetis (kedap uap air dan kedap gas), misalnya dengan aluminium foil berlapis polietilen supaya dapat dikelim (sealing). Setelah dikemas dengan kemasan primer, penyimpanan produk

effervescent dapat dilakukan pada ruangan bersuhu dan ber-RH normal (Liberman, dkk., 1992)

Bahan-bahan yang dapat digunakan untuk pengemasan produk antara lain kotak

cardboard dengan atau tanpa jendela selofan transparan, plastik polietilen atau propilen, dan satu lapis kantong plastik (polietilen atau polipropilen) (Mardiah, dkk., 2009).


(34)

BAHAN DAN METODA

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni – Juli 2011 di Laboratorium Teknologi Pangan, Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bunga rosela yang diperoleh dari Pasar Sore Padangbulan, Medan, asam sitrat, natrium bikarbonat, manitol, dekstrin, dan tepung gula.

Reagensia

Reagensia yang digunakan dalam penelitian ini adalah Iodin 0,01N, larutan NaOH 0,1N, pati 1%, phenoptalein 1%, dan akuadest.

Alat Penelitian

Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan, erlenmeyer, blender, cawan aluminium, oven blower, pipet tetes, pH-meter, cawan petri, tabung reaksi dan beaker glass.


(35)

Metode Penelitian (Bangun, 1991)

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL), yang terdiri dari dua faktor, yaitu:

faktor I : Konsentrasi Natrium Bikarbonat (A) yang terdiri dari 4 taraf, yaitu: A1 = 35%

A2 = 40%

A3 = 45%

A4 = 50%

faktor II : Konsentrasi Manitol (M) yang terdiri dari 4 taraf, yaitu : M1 = 5 %

M2 = 10 %

M3 = 15 %

M4 = 20 %

Banyaknya kombinasi perlakuan atau Treatment Combination (Tc) adalah 4 x 4 = 16, maka jumlah ulangan (n) minimum adalah sebagai berikut:

Tc (n-1) ≥ 15 16 (n-1) ≥ 15 16 n ≥ 31

n ≥ 1,93...dibulatkan menjadi 2

Jadi, untuk ketelitian dalam penelitian ini dilakukan ulangan sebanyak 2 kali. 20


(36)

Model Rancangan (Bangun, 1991)

Penelitian ini dilakukan dengan model rancangan acak lengkap (RAL) dua faktorial dengan model sebagai berikut:

Ŷijk =

µ

+

α

i + βj + (

αβ

)ij +

ε

ijk

dimana:

Ŷijk : Hasil pengamatan dari faktor A pada taraf ke-i dan faktor M pada taraf ke-j dalam ulangan ke-k

µ

: Efek nilai tengah

α

i : Efek faktor Apada taraf ke-i

βj : Efek faktor M pada taraf ke-j

(

α

β)ij : Efek interaksi faktor A pada taraf ke-i dan faktor M pada taraf ke-j

ε

ijk : Efek galat dari faktor A pada taraf ke-i dan faktor M pada taraf ke-j dalam ulangan ke-k

Apabila diperoleh hasil yang berbeda nyata dan sangat nyata maka uji dilanjutkan dengan uji beda rataan, menggunakan uji Least Significant Range (LSR).

Pelaksanaan Penelitian

Dipilih kelopak bunga rosela yang segar yang sudah matang atau tua dan berwarna merah. Kelopak bunga rosela yang telah dicuci diblansing pada suhu sekitar 75-95oC selama 5 menit. Kemudian kelopak bunga rosela dihancurkan dengan menggunakan blender dengan penambahan air masak dengan perbandingan 1 : 2, dan kemudian disaring untuk mendapatkan sari dari kelopak rosela. Selanjutnya sari kelopak rosela dipanaskan sampai suhu 40oC dan ditambahkan tepung gula 5% dan dekstrin 10% dari berat sari kelopak rosela,


(37)

diaduk hingga tercampur rata, setelah itu dikeringkan dalam oven blower dengan suhu 60oC selama 5 hari. Tepung yang terbentuk, dihaluskan dengan blender. Untuk menyeragamkan ukuran kehalusannya, tepung tersebut diayak dengan menggunakan ayakan 30 mesh.

Ditimbang tepung hasil ayakan masing-masing sebanyak 10 g untuk setiap perlakuan, kemudian ditambahkan dengan konsentrasi natrium bikarbonat yaitu A1 (35%), A2 (40% ), A3 (45%), dan A4 (50%) dari 10 g tepung sari kelopak

rosela, kemudian ditambahkan setiap perlakuan konsentrasi manitol sebesar M1 (5%), M2 (10%), M3 (15%) dan M4 (20%) dari 10 g tepung sari kelopak rosela,

kemudian ditambahkan asam sitrat 40 % dan 250% tepung gula dari 10 g tepung sari kelopak rosela, setelah itu dihomogenkan lalu diambil 4,5 g dari setiap perlakuan untuk dicetak pertablet. Tablet effervescent yang dihasilkan dikemas dengan menggunakan plastik dan ditutup dengan rapat dengan menggunakan

plastic clip sehingga udara tidak dapat masuk.

Pengamatan dan Pengukuran Data

Pengamatan dan pengukuran data dilakukan dengan cara analisis terhadap parameter sebagai berikut:

1. Kadar air (%)

2. Kadar vitamin C (mg/100 g bahan) 3. Total asam (%)

4. Daya larut (%) 5. pH

6. Uji organoleptik warna (numerik)

7. Uji organoleptik aroma dan rasa (numerik)


(38)

1. Penentuan Kadar Air (%) (Dengan Metode Oven) (AOAC, 1984)

Satu tablet effervescent rosela (4,5 g) dimasukkan ke dalam aluminium foil

yang telah diketahui berat kosongnya. Kemudian bahan tersebut dikeringkan dalam oven dengan suhu sekitar 105 oC – 110 oC selama 3 jam, selanjutnya didinginkan di dalam desikator selama 15 menit lalu ditimbang kembali. Setelah itu, bahan dipanaskan kembali di dalam oven selama 30 menit, kemudian didinginkan kembali dengan desikator selama 15 menit lalu ditimbang. Perlakuan ini diulangi sampai diperoleh berat yang konstan.

Kadar air = x100%

awal berat akhir berat awal berat

2. Penentuan Kadar Vitamin C (mg /100 gr bahan) (Ranganna, 1977)

Satu tablet effevescent rosela (4,5 g) dimasukkan ke dalam beaker glass

dan ditambahkan akuades sampai volume 45 ml. Diaduk hingga rata dan disaring dengan kertas saring. Diambil filtrat sebanyak 10 ml dan dimasukkan ke dalam

erlenmeyer lalu ditambahkan 2-3 tetes larutan pati 1% dan dititrasi dengan Iodium 0,01N. Titrasi dianggap selesai bila telah terbentuk warna biru stabil.

Vitamin C = 100%

contoh berat fp x 0,88 x 0,01N I ml 2 x

Fp = faktor pengencer (10) 1 ml I2 0,01N = 0,88 mg vitamin C

3. Penentuan Total Asam (%) (Ranganna, 1977)

Satu tablet effevescent rosela (4,5 g) dimasukkan ke dalam beaker glass

dan ditambahkan akuades sampai volume 45 ml. Diaduk hingga merata dan disaring dengan kertas saring dan diambil filtratnya sebanyak 10 ml dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan ditambahkan phenolptalein 1% 2-3 tetes.


(39)

Kemudian dititrasi dengan menggunakan larutan NaOH 0,1N. Titrasi dihentikan setelah timbul warna merah jambu yang stabil.

Total asam = 100%

asam x valensi 1000 x (g) contoh berat fp dominan x asam BM x NaOH N x NaOH ml x

fp = faktor pengencer (10)

asam dominan = asam sitrat (C6H8O7), BM = 192, valensi = 3

4. Penentuan Daya Larut (%) (SNI, 1989)

Satu tablet effevescent rosela (4,5 g) lalu dimasukkan ke dalam gelas ukur yang berisi air masak 200 ml sampai tablet tersebut hancur. Setelah itu disaring dengan menggunakan kertas saring, kemudian diambil 10 ml dan dituang ke dalam cawan porselin yang sudah ditimbang beratnya. Kemudian dimasukkan ke dalam oven dengan suhu pertama 80oC untuk 1 jam pertama, lalu langsung dinaikkan suhunya menjadi 90oC untuk 1 jam kedua dan dinaikkan lagi menjadi 100oC untuk 1 jam ketiga, kemudian dikeluarkan dari oven dan ditimbang. Sampel tersebut dimasukkan lagi ke dalam oven selama 30 menit, lalu diangkat dan ditimbang. Perlakuan ini diulangi sampai diperoleh berat yang konstan.

Daya larut = 100%

C B) -(A 10 x Keterangan :

A = Berat akhir

B = Berat cawan porselin C = Berat sampel


(40)

5. Penentuan pH (Leonard, W.A., 1987)

Satu tablet effevescent rosela (4,5 g) lalu dimasukkan ke dalam gelas ukur yang berisi akuades 200 ml sampai tablet hancur dan larut semua. Elektroda dari pH meter dicelupkan ke dalam larutan buffer (penyangga) terlebih dahulu untuk kalibrasi alat. Kemudian dicelupkan ke dalam larutan sampel yang akan dianalisis keasamannya (pH). Nilai pH-nya akan tertera langsung pada layar digital pH meter tersebut.

6. Uji Organoleptik Warna (Numerik) (Soekarto,1985)

Satu tablet effevescent rosela (4,5 g) dimasukkan ke dalam gelas yang berisi air masak 200 ml sampai tablet hancur dan larut semua. Penentuan nilai organoleptik dilakukan oleh panelis sebanyak 10 orang terhadap warna dengan uji kesukaan secara hedonik, dengan ketentuan sebagai berikut:

Tabel 2. Skala uji hedonik terhadap warna

Skala Hedonik Skala Numerik

Merah Agak Merah

Merah Kecoklatan Coklat

4 3 2 1

6. Uji Organoleptik Aroma dan Rasa (Numerik) (Soekarto,1985)

Satu tablet effevescent rosela (4,5 gram) dimasukkan ke dalam gelas yang berisi air masak 200 ml sampai tablet hancur dan larut semua. Penentuan nilai organoleptik dilakukan oleh panelis sebanyak 10 orang terhadap aroma dan rasa dengan uji kesukaan secara hedonik, dengan ketentuan sebagai berikut:

Proposi uji organoleptik terhadap aroma = 50% dan rasa = 50% Tabel 3. Skala uji hedonik terhadap aroma dan rasa

Skala Hedonik Skala Numerik

Sangat suka Suka Agak suka Tidak suka

4 3 2 1


(41)

Gambar 1. Skema pembuatan sari kelopak rosela Sortasi

Dicuci

Pengambilan Sari Buah (Buah : air masak = 1:2) dengan Blender

Penyaringan

Sari Kelopak Rosela Kelopak Bunga Rosela

Diblansing pada suhu berkisar 75-95oC selama 5 menit


(42)

Gambar 2 : Skema pembuatan tablet effervescent rosela Dipanaskan sampai suhu 40oC dan

ditambahkan tepung gula 5% dan dekstrin 10% hingga tercampur rata

Konsentrasi Natrium Bikarbonat (A) A1 = 35%

A2 = 40%

A3 = 45%

A4 = 50%

Penambahan Konsentrasi Manitol (M)

M1 = 5 %

M2 = 10 %

M3 = 15 %

M4 = 20 %

Tablet Effervescent Rosela Pengeringan dengan oven blower

600C selama 5 hari

Pengayakan 30 mesh

Homogenisasi Sari Kelopak Rosela

Pencetakan tablet dalam 4,5 g

Analisa Penentuan Kadar Air

Penentuan Kadar Vitamin C Penentuan Total Asam Penentuan Daya Larut Penentuan pH

Uji Organoleptik warna, aroma dan rasa (numerik)

10 g tepung sari kelopak rosela

Penambahan asam sitrat 40% dan

tepung gula 250% Dihaluskan dengan blender


(43)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Konsentrasi Natrium Bikarbonat terhadap Parameter yang Diamati.

Secara umum hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa konsentrasi natrium bikarbonat memberikan pengaruh terhadap kadar air, kadar vitamin C, total asam, daya larut, pH dan uji organoleptik (warna, aroma dan rasa). Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Pengaruh konsentrasi natrium bikarbonat terhadap parameter yang diamati. Uji organoleptik Konsentrasi natrium bikarbonat Kadar air (%) Kadar vitamin C (mg/100 g bahan) Total asam (%) Daya larut (%) pH Warna Aroma dan Rasa

A1 = 35% 7,01 145,09 1,59 81,31 4,67 2,26 2,59

A2 = 40% 6,10 139,56 1,56 82,83 4,94 2,18 2,76

A3 = 45% 5,99 135,26 1,54 83,64 5,44 1,68 2,78

A4 = 50% 5,24 132,45 1,50 84,02 5,53 1,49 3,07

Tabel 4 memperlihatkan bahwa konsentrasi natrium bikarbonat memberikan pengaruh terhadap parameter yang diuji. Kadar air yang tertinggi terdapat pada perlakuan A1 (konsentrasi natrium bikarbonat 35%) yaitu sebesar

7,01% dan terendah terdapat pada A4 (konsentrasi natrium bikarbonat 50%) yaitu

sebesar 5,24%. Kadar vitamin C tertinggi terdapat pada perlakuan A1 yaitu

sebesar 145,09 mg/100 g bahan dan terendah terdapat pada A4 yaitu sebesar

132,45 mg/100 g bahan. Total asam tertinggi terdapat pada perlakuan A1 yaitu

sebesar 1,59% dan terendah terdapat pada A4 yaitu sebesar 1,50%. Daya larut

tertinggi terdapat pada perlakuan A4 yaitu sebesar 84,02% dan terendah terdapat

pada A1 yaitu sebesar 81,31%. pH tertinggi terdapat pada perlakuan A4 yaitu


(44)

organoleptik warna tertinggi terdapat pada perlakuan A1 yaitu sebesar 2,26 (merah

kecoklatan) dan terendah terdapat pada A4 yaitu sebesar 1,49 (coklat). Nilai uji

organoleptik aroma dan rasa tertinggi terdapat pada perlakuan A4 yaitu sebesar

3,07 (suka) dan terendah terdapat pada A1 yaitu sebesar 2,59 (agak suka).

Pengaruh Konsentrasi Manitol terhadap Parameter yang Diamati

Secara umum hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa konsentrasi manitol memberikan pengaruh terhadap kadar air, kadar vitamin C, total asam, daya larut, pH dan uji organoleptik (warna, aroma dan rasa). Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Pengaruh konsentrasi manitol terhadap parameter yang diamati.

Uji organoleptik Konsentrasi manitol Kadar air (%) Kadar vitamin C (mg/100 g bahan) Total asam (%) Daya larut (%) pH Warna Aroma dan Rasa

M1 = 5% 6,32 139,16 1,56 82,52 5,07 1,98 2,57

M2 = 10% 6,21 138,48 1,55 82,65 5,13 1,91 2,72

M3 = 15% 6,05 137,69 1,55 83,24 5,18 1,86 2,89

M4 = 20% 5,91 136,94 1,54 83,40 5,20 1,84 3,02

Tabel 5 memperlihatkan bahwa perbandingan konsentrasi manitol memberikan pengaruh terhadap parameter yang diuji. Kadar air yang tertinggi terdapat pada perlakuan M1 (konsentrasi manitol 5%) yaitu sebesar 6,32% dan

terendah terdapat pada M4 (konsentrasi manitol 20%) yaitu sebesar 5,91%. Kadar

vitamin C tertinggi terdapat pada perlakuan M1 yaitu sebesar 139,16 mg/100 g

bahan dan terendah terdapat pada M4 yaitu sebesar 136,94 mg/100 g bahan. Total

asam tertinggi terdapat pada perlakuan M1 yaitu sebesar 1,56% dan terendah

terdapat pada M4 yaitu sebesar 1,54%. Daya larut tertinggi terdapat pada

perlakuan M4 yaitu sebesar 83,40% dan terendah terdapat pada M1 yaitu sebesar

82,52%. pH tertinggi terdapat pada perlakuan M4 yaitu sebesar 5,20 dan terendah


(45)

terdapat pada M1 yaitu sebesar 5,07. Nilai uji organoleptik warna tertinggi

terdapat pada perlakuan M1 yaitu sebesar 1,98 (merah kecoklatan) dan terendah

terdapat pada M4 yaitu sebesar 1,84 (merah kecoklatan). Nilai uji organoleptik

aroma dan rasa tertinggi terdapat pada perlakuan M4 yaitu sebesar 3,02 (suka) dan

terendah terdapat pada M1 yaitu sebesar 2,57 (suka).

Kadar Air (%)

Pengaruh konsentrasi natrium bikarbonat terhadap kadar air (%)

Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 1) dapat dilihat bahwa konsentrasi natrium bikarbonat memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar air tablet effervescent rosela yang dihasilkan. Hasil uji LSR pengaruh konsentrasi natrium bikarbonat terhadap kadar air tablet

effervescent rosela dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Uji LSR efek utama pengaruh konsentrasi natrium bikarbonat terhadap kadar air (%)

LSR Notasi Jarak

0,05 0,01

Konsentrasi

natrium bikarbonat Rataan 0,05 0,01

- - - A1 = 35% 7,01 a A

2 0,28 0,38 A2 = 40% 6,26 b B

3 0,29 0,40 A3 = 45% 5,97 c C

4 0,30 0,41 A4 = 50% 5,24 d D

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar).

Dari tabel 6 dapat diketahui bahwa perlakuan A1 berbeda sangat nyata

dengan A2, A3 dan A4. Perlakuan A2 berbeda sangat nyata dengan A3 dan A4.

Perlakuan A3 berbeda sangat nyata dengan A4. Kadar air tertinggi diperoleh pada

perlakuan A1 yaitu sebesar 7,01% dan terendah terdapat pada A4 yaitu sebesar

5,24%.


(46)

Hubungan konsentrasi natrium bikarbonat terhadap kadar air pada tablet

effervescent rosela dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Hubungan konsentrasi natrium bikarbonat terhadap kadar air (%)

Gambar 3 menunjukkan hubungan konsentrasi natrium bikarbonat terhadap kadar air mengikuti persamaan garis linear. Bahwa semakin tinggi konsentrasi natrium bikarbonat maka kadar air akan semakin rendah dikarenakan semakin tingginya jumlah CO2 yang dihasilkan dari natrium bikarbonat yang dapat

menguapkan air dari bahan. Natrium bikarbonat akan bereaksi dengan asam dan air dari bahan yang akan mengeluarkan air terikat menjadi air bebas yang akan mudah menguap sehingga mengurangi kadar air dari bahan. Menurut Winarno (1995) yang menyatakan bahwa air bebas yang terikat secara fisik akan terikat dalam bahan seperti membran, kapiler, serta serat dan lainnya. Air ini mudah diuapkan dan media bagi reaksi-reaksi kimiawi. Apabila air ini diuapkan secara keseluruhan maka kandungan air bahan berkisar antara 12-25% dengan aktivitas air kira-kira 0,8 tergantung dari jenis bahan dan suhu.


(47)

Pengaruh konsentrasi manitol terhadap kadar air (%)

Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 1) dapat dilihat bahwa konsentrasi manitol memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar air tablet effervescent rosela yang dihasilkan. Hasil uji LSR pengaruh konsentrasi manitol terhadap kadar air tablet effervescent rosela dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Uji LSR efek utama pengaruh konsentrasi manitol terhadap kadar air (%)

LSR Konsentrasi Notasi

Jarak

0,05 0,01 manitol Rataan 0,05 0,01

- - - M1= 5% 6,37 a A

2 0,28 0,38 M2= 10% 6,24 ab AB

3 0,29 0,40 M3= 15% 6,04 bc AB

4 0,30 0,41 M4= 20% 5,84 c B

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar).

Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa perlakuan M1 berbeda tidak nyata dengan

M2, dan berbeda nyata dengan M3 dan berbeda sangat nyata dengan M4. Perlakuan

M2 berbeda tidak nyata dengan M3 dan berbeda nyata dengan M4. Perlakuan M3

berbeda tidak nyata dengan M4. Kadar air tertinggi terdapat perlakuan M1 yaitu

sebesar 6,37% dan terendah terdapat pada M4 yaitu sebesar 5,84%.

Hubungan antara konsentrasi manitol terhadap kadar air pada tablet

effervescent rosela dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Hubungan konsentrasi manitol terhadap kadar air (%)


(48)

Gambar 4 menunjukkan hubungan konsentrasi manitol dengan kadar air mengikuti persamaan garis linear. Semakin tinggi konsentrasi manitol yang ditambahkan maka kadar air semakin rendah karena manitol mempunyai sifat tingkat kelembaban 98%(Wikipedia, 2011).

Pengaruh interaksi antara konsentrasi natrium bikarbonat dan konsentrasi manitol terhadap kadar air (%)

Dari hasil analisis sidik ragam (Lampiran 1) dapat dilihat bahwa konsentrasi natrium bikarbonat dan konsentrasi manitol memberikan pengaruh berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap kadar air tablet effervescent rosela yang dihasilkan, sehingga uji LSR tidak dilanjutkan.

Kadar Vitamin C (mg/100 g bahan)

Pengaruh konsentrasi natrium bikarbonat terhadap kadar vitamin C (mg/100 g bahan)

Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 2) dapat dilihat bahwa pengaruh konsentrasi natrium bikarbonat memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar vitamin C tablet effervescent rosela yang dihasilkan. Hasil uji LSR pengaruh konsentrasi natrium bikarbonat terhadap kadar vitamin C tablet effervescent rosela dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Uji LSR efek utama pengaruh konsentrasi natrium bikarbonat terhadap kadar vitamin C (mg/ 100 g bahan)

LSR Notasi Jarak

0,05 0,01

Konsentrasi

natrium bikarbonat Rataan 0,05 0,01

- - - A1 = 35% 145,09 a A

2 3,00 4,13 A2 = 40% 139,56 b B

3 3,15 4,34 A3 = 45% 135,25 c C

4 3,23 4,45 A4 = 50% 132,45 d D

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar).


(49)

Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa perlakuan A1 berbeda sangat nyata

dengan A2, A3 dan A4. Perlakuan A2 berbeda sangat nyata dengan A3 dan A4.

Perlakuan A3 berbeda nyata dengan A4. Kadar vitamin C tertinggi terdapat pada

perlakuan A1 yaitu sebesar 145,09 mg/100 g bahan dan terendah terdapat pada A4

yaitu sebesar 132,45 mg/ 100 g bahan.

Hubungan konsentrasi natrium bikarbonat terhadap kadar vitamin C dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Hubungan konsentrasi natrium bikarbonat terhadap kadar vitamin C (mg/100 g bahan)

Gambar 5 menunjukkan hubungan konsentrasi natrium bikarbonat terhadap kadar vitamin C mengikuti persamaan garis linear. Bahwa semakin tinggi konsentrasi natrium bikarbonat yang ditambahkan maka kadar vitamin C semakin menurun. Hal ini disebabkan karena karena natrium bikarbonat bersifat alkali atau basa yang dapat menyebabkan vitamin C menjadi labil. Dimana menurut Winarno (1997) vitamin C akan mudah teroksidasi oleh panas, alkali, enzim oksidator, serta katalis tembaga dan besi. Oksidasi akan terhambat bila vitamin C dibiarkan dalam keadaan asam atau pada suhu rendah.


(50)

Pengaruh konsentrasi manitol terhadap kadar vitamin C (mg/100 g bahan)

Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 2) dapat dilihat bahwa konsentrasi manitol memberikan pengaruh yang berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap kadar vitamin C tablet effervescent rosela yang dihasilkan, sehingga uji LSR tidak dilanjutkan.

Pengaruh interakasi antara konsentrasi natrium bikarbonat dan konsentrasi manitol terhadap kadar vitamin C (mg/100 g bahan)

Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 2) dapat dilihat bahwa interaksi antara konsentrasi natrium bikarbonat dan konsentrasi manitol memberikan pengaruh yang berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap kadar vitamin C tablet

effervescent rosela yang dihasilkan, sehingga uji LSR tidak dilanjutkan.

Total Asam (%)

Pengaruh konsentrasi natrium bikarbonat terhadap total asam (%)

Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 3) dapat dilihat bahwa konsentrasi natrium bikarbonat memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap total asam tablet effervescent rosela yang dihasilkan. Hasil uji LSR pengaruh konsentrasi natrium bikarbonat terhadap total asam tablet

effervescent rosela dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Uji LSR efek utama pengaruh konsentrasi natrium bikarbonat terhadap total asam(%)

LSR Notasi Jarak

0,05 0,01

Konsentrasi

natrium bikarbonat Rataan 0,05 0,01

- - - A1 = 35% 1,59 a A

2 0,0116 0,0159 A2 = 40% 1,56 b B

3 0,0121 0,0167 A3 = 45% 1,54 c C

4 0,0124 0,0171 A4 = 50% 1,50 d D

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar).

Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa perlakuan A1 berbeda sangat nyata

dengan A2, A3 dan A4. Perlakuan A2 berbeda sangat nyata dengan A3 dan A4.


(51)

Perlakuan A3 berbeda sangat nyata dengan A4. Total asam tertinggi terdapat pada

perlakuan A1 yaitu sebesar 1,59% dan terendah terdapat pada A4 yaitu sebesar

1,50%.

Hubungan konsentrasi natrium bikarbonat terhadap total asam pada tablet

effervescent rosela dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Hubungan konsentrasi natrium bikarbonat terhadap total asam (%) Gambar 6 menunjukkan hubungan konsentrasi natrium bikarbonat terhadap total asam mengikuti persamaan garis linear. Bahwa semakin tinggi konsentrasi natrium bikarbonat maka total asam pada tablet effervescent rosela akan semakin rendah. Hal ini disebabkan karena semakin banyak jumlah natrium bikarbonat yang ditambahkan sehingga suasana menjadi basa dan total asam semakin berkurang. Penurunan total asam juga disebabkan karena natrium bikarbonat bersifat basa dan memliki kemampuan untuk merusak dan mengoksidasi asam dalam bahan pangan karena natrium bikarbonat merupakan alkali natrium yang paling lemah, mempunyai pH 8,3 dalam larutan air dalam konsentrasi 0,85%. Zat ini menghasilkan kira-kira 52% karbondioksida (Siregar dan Wikarsa, 2010).


(52)

Pengaruh konsentrasi manitol terhadap total asam (%)

Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 3) dapat dilihat bahwa konsentrasi manitol memberikan pengaruh yang berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap total asam tablet effervescent rosela yang dihasilkan, sehingga uji LSR tidak dilanjutkan.

Pengaruh interakasi antara konsentrasi natrium bikarbonat dan konsentrasi manitol terhadap total asam (%)

Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 3) dapat dilihat bahwa interaksi konsentrasi natrium bikarbonat dan konsentrasi manitol memberikan pengaruh yang berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap total asam tablet effervescent rosela yang dihasilkan, sehingga uji LSR tidak dilanjutkan

Daya Larut (%)

Pengaruh konsentrasi natrium bikarbonat terhadap daya larut (%)

Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 4) dapat dilihat bahwa konsentrasi natrium bikarbonat memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap daya larut tablet effervescent rosela. Hasil uji LSR pengaruh konsentrasi natrium bikarbonat terhadap daya larut tablet effervescent rosela dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Uji LSR efek utama pengaruh konsentrasi natrium bikarbonat terhadap daya larut (%)

LSR Notasi Jarak

0,05 0,01

Konsentrasi

natrium bikarbonat Rataan 0,05 0,01

- - - A1 = 35% 81,31 d D

2 0,066 0,091 A2 = 40% 82,83 c C

3 0,069 0,096 A3 = 45% 83,64 b B

4 0,071 0,098 A4 = 50% 84,02 a A

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar).


(53)

Dari Tabel 10 dapat dilihat bahwa perlakuan A1 berbeda sangat nyata

dengan A2, A3 dan A4. Perlakuan A2 berbeda sangat nyata dengan A3 dan A4.

Perlakuan A3 berbeda sangat nyata dengan A4. Daya larut tertinggi terdapat pada

perlakuan A4 yaitu sebesar 84,02% dan terendah terdapat pada A1 yaitu sebesar

81,31%.

Hubungan konsentrasi natrium bikarbonat terhadap daya larut pada tablet

effervescent rosela dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Hubungan konsentrasi natrium bikarbonat terhadap daya larut (%) Gambar 7 menunjukkan hubungan konsentrasi natrium bikarbonat terhadap daya larut mengikuti persamaan garis linear. Bahwa semakin tinggi konsentrasi natrium bikarbonat maka daya larut pada tablet effervescent rosela akan semakin tinggi. Menurut Banker dan Anderson (1986), apabila antara asam dan natrium bikarbonat dimasukkan dalam air maka akan menimbulkan reaksi kimia sehingga terbentuk garam natrium dari asam dan menghasilkan gas karbondioksida serta air. Konsentrasi natrium bikarbonat dengan konsentrasi asam harus sesuai dan tepat untuk memperoleh mutu tablet effervescent yang baik dan kelarutan yang baik dalam air.


(54)

Pengaruh konsentrasi manitol terhadap daya larut (%)

Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 4) dapat dilihat bahwa konsentrasi manitol memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap daya larut tablet effervescent rosela. Hasil uji LSR pengaruh konsentrasi manitol terhadap daya larut effervescent rosela dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Uji LSR efek utama pengaruh konsentrasi manitol terhadap daya larut (%)

LSR Notasi Jarak

0,05 0,01

Konsentrasi

Manitol Rataan 0,05 0,01

- - - M1 = 5% 82,52 d D

2 0,066 0,091 M2 = 10% 82,65 c C

3 0,069 0,096 M3 = 15% 83,24 b B

4 0,071 0,098 M4 = 20% 83,40 a A

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar).

Dari Tabel 11 dapat dilihat bahwa perlakuan M1 yang berbeda sangat

nyata dengan M2, M3 dan M4. Perlakuan M2 berbeda sangat nyata dengan M3 dan

M4. Perlakuan M3 berbeda sangat nyata dengan M4. Daya larut tertinggi terdapat

pada perlakuan M4 yaitu sebesar 83,40% dan terendah terdapat pada M1 yaitu

sebesar 82,52%.

Hubungan konsentrasi manitol terhadap daya larut pada tablet effervescent

rosela dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Hubungan perbandingan konsentrasi manitol terhadap daya larut (%) 39


(1)

Lampiran 3

Data Pengamatan Total Asam (%)

Ulangan

Perlakuan

I

II

Total

Rataan

A1M1

1,59

1,60

3,19 1,60

A1M2

1,58

1,59

3,17 1,59

A

1

M

3

1,58

1,59

3,17 1,59

A1M4

1,57

1,58

3,15 1,58

A2M1

1,56

1,57

3,13 1,57

A2M2

1,56

1,56

3,12 1,56

A2M3

1,55

1,56

3,11 1,56

A

2

M

4

1,54

1,56

3,10 1,55

A

3

M

1

1,54

1,55

3,09 1,55

A3M2

1,56

1,54

3,10 1,55

A

3

M

3

1,55

1,53

3,08 1,54

A3M4

1,54

1,52

3,06 1,53

A4M1

1,50

1,51

3,01 1,51

A4M2

1,50

1,51

3,01 1,51

A

4

M

3

1,48

1,51

2,99 1,50

A4M4

1,48

1,50

2,98 1,49

Total

49,46

Rataan

1,55

Daftar Analisis Sidik Ragam Total Asam (%)

SK db JK KT F hit. F.05 F.01

Perlakuan 15 0,032688 0,002179 18,351 ** 2,35 3,41

A 3 0,031262 0,010421 87,754 ** 3,63 5,29

A Lin 1 0,030250 0,030250 254,737 ** 4,49 8,53

A Kuad 1 0,000450 0,000450 3,789 tn 4,49 8,53

A Kub 1 0,000562 0,000562 4,737 * 4,49 8,53

M 3 0,001262 0,000421 3,544 tn 3,63 5,29

M Lin 1 0,001210 0,001210 10,189 ** 4,49 8,53

M Kuad 1 0,000050 0,000050 0,421 tn 4,49 8,53

M Kub 1 0,000002 0,000002 0,021 tn 4,49 8,53

AxM 9 0,000163 0,000018 0,152 tn 2,54 3,78

Galat 16 0,001900 0,000119

Total 31 0,034588

Keterangan: FK = 76,45 KK = 0,705%

** = sangat nyata * = nyata tn = tidak nyata


(2)

Lampiran 4

Data Pengamatan Daya Larut (%)

Ulangan Perlakuan

I II Total Rataan

A

1

M

1 80,30 80,25 160,55 80,28

A1M2

80,31 80,27 160,58 80,29

A

1

M

3 82,32 82,33 164,65 82,33

A1M4

82,34 82,36 164,70 82,35

A2M1

82,40 82,40 164,80 82,40

A

2

M

2 82,60 82,80 165,40 82,70

A2M3

82,80 82,85 165,65 82,83

A

2

M

4 83,30 83,50 166,80 83,40

A

3

M

1 83,60 83,55 167,15 83,58

A3M2

83,64 83,57 167,21 83,61

A

3

M

3 83,68 83,65 167,33 83,67

A3M4

83,69 83,70 167,39 83,70

A4M1

83,90 83,73 167,63 83,82

A4M2

84,00 84,00 168,00 84,00

A

4

M

3 84,13 84,13 168,26 84,13

A4M4

84,13 84,14 168,27 84,14

Total 2654,37

Rataan 82,95

Daftar Analisis Sidik Ragam Daya Larut (%)

SK db JK KT F hit. F.05 F.01

Perlakuan 15 44,185 2,946 756,961 ** 2,35 3,41

A 3 34,532 11,511 2.957,960 ** 3,63 5,29

A Lin 1 31,911 31,911 8.200,469 ** 4,49 8,53

A Kuad 1 2,585 2,585 664,276 ** 4,49 8,53

A Kub 1 0,036 0,036 9,136 ** 4,49 8,53

M 3 4,468 1,489 382,719 ** 3,63 5,29

M Lin 1 4,155 4,155 1.067,844 ** 4,49 8,53

M Kuad 1 0,001 0,001 0,371 tn 4,49 8,53

M Kub 1 0,311 0,311 79,941 ** 4,49 8,53

AxM 9 5,185 0,576 148,042 ** 2,54 3,78

Galat 16 0,062 0,004

Total 31 44,247

Keterangan:

FK = 220.176,67 KK = 0,075%

** = sangat nyata tn = tidak nyata


(3)

Lampiran 5

Data Pengamatan pH

Ulangan Perlakuan

I II Total Rataan

A

1

M

1 4,60 4,60 9,20 4,60

A1M2

4,65 4,66 9,31 4,66

A1M3

4,70 4,69 9,39 4,70

A

1

M

4 4,70 4,70 9,40 4,70

A2M1

4,80 4,72 9,52 4,76

A2M2

5,10 4,74 9,84 4,92

A

2

M

3 5,10 4,90 10,00 5,00

A2M4

5,17 4,94 10,11 5,06

A

3

M

1 5,40 5,39 10,79 5,40

A3M2

5,43 5,39 10,82 5,41

A3M3

5,45 5,47 10,92 5,46

A

3

M

4 5,46 5,49 10,95 5,48

A4M1

5,50 5,51 11,01 5,51

A4M2

5,54 5,52 11,06 5,53

A

4

M

3 5,54 5,54 11,08 5,54

A4M4

5,54 5,54 11,08 5,54

Total 164,48

Rataan 5,14

Daftar Analisis Sidik Ragam pH

SK db JK KT F hit. F.05 F.01

Perlakuan 15 4,19190 0,27946 38,447 ** 2,35 3,41

A 3 4,06957 1,35652 186,624 ** 3,63 5,29

A Lin 1 3,84400 3,84400 528,839 ** 4,49 8,53

A Kuad 1 0,06301 0,06301 8,669 ** 4,49 8,53

A Kub 1 0,16256 0,16256 22,365 ** 4,49 8,53

M 3 0,07717 0,02572 3,539 tn 3,63 5,29

M Lin 1 0,07310 0,07310 10,057 ** 4,49 8,53

M Kuad 1 0,00405 0,00405 0,557 tn 4,49 8,53

M Kub 1 0,00002 0,00002 0,003 tn 4,49 8,53

AxM 9 0,04515 0,00502 0,690 tn 2,54 3,78

Galat 16 0,11630 0,00727

Total 31 4,30820

Keterangan: FK = 845,43 KK = 1,659%

** = sangat nyata tn = tidak nyata


(4)

Lampiran 6

Data Pengamatan Uji Organoleptik Warna (Numerik)

Ulangan

Perlakuan

I

II

Total

Rataan

A1M1

2,40 2,30 4,70

2,35

A1M2

2,30 2,20 4,50

2,25

A1M3

2,30 2,20 4,50

2,25

A1M4

2,20 2,20 4,40

2,20

A2M1

2,20 2,20 4,40

2,20

A2M2

2,20 2,20 4,40

2,20

A

2

M

3

2,20 2,10 4,30

2,15

A

2

M

4

2,10 2,20 4,30

2,15

A

3

M

1

1,60 1,90 3,50

1,75

A

3

M

2

1,60 1,80 3,40

1,70

A

3

M

3

1,70 1,60 3,30

1,65

A

3

M

4

1,55 1,70 3,25

1,63

A4M1

1,70 1,50 3,20

1,60

A

4

M

2

1,50 1,60 3,10

1,55

A

4

M

3

1,40 1,40 2,80

1,40

A4M4

1,40 1,40 2,80

1,40

Total

60,85

Rataan

1,90

Daftar Analisis Sidik Ragam Organoleptik Warna (Numerik)

SK

db

JK

KT

F hit.

F.05

F.01

Perlakuan

15 3,511

0,234

28,535

**

2,35

3,41

A

3 3,400

1,133

138,168

**

3,63

5,29

A Lin

1 3,178

3,178

387,430

**

4,49

8,53

A Kuad

1 0,023

0,023

2,752 tn 4,49 8,53

A Kub

1 0,200

0,200

24,322

**

4,49

8,53

M

3 0,086

0,029

3,514 tn 3,63 5,29

M Lin

1 0,083

0,083

10,150

**

4,49

8,53

M Kuad

1 0,002

0,002

0,238 tn 4,49 8,53

M Kub

1 0,001

0,001

0,154 tn 4,49 8,53

AxM

9 0,024

0,003

0,331 tn 2,54 3,78

Galat

16

0,131

0,008

Total

31

3,642

Keterangan:

FK =

115,71

KK =

4,763%

** =

sangat nyata

tn =

tidak nyata


(5)

Lampiran 7

Data Pengamatan Uji Oranoleptik Aroma dan Rasa (Numerik)

Ulangan

Perlakuan

I

II

Total

Rataan

A

1

M

1

2,15 2,23

4,38

2,19

A

1

M

2

2,45 2,70

5,15

2,58

A1M3

2,60 2,80

5,40

2,70

A1M4

2,90 2,86

5,76

2,88

A2M1

2,45 2,50

4,95

2,48

A

2

M

2

2,60 2,63

5,23

2,62

A2M3

2,86 2,90

5,76

2,88

A

2

M

4

3,10 2,99

6,09

3,05

A

3

M

1

2,60 2,50

5,10

2,55

A3M2

2,65 2,60

5,25

2,63

A3M3

2,90 2,90

5,80

2,90

A

3

M

4

3,10 2,99

6,09

3,05

A4M1

3,00 3,10

6,10

3,05

A4M2

3,05 3,06

6,11

3,06

A

4

M

3

2,90 3,25

6,15

3,08

A4M4

3,08 3,10

6,18

3,09

Total

89,50

Rataan

2,80

Daftar Analisis Sidik Ragam Organoleptik Aroma dan Rasa (Numerik)

SK

db

JK

KT

F hit.

F.05

F.01

Perlakuan

15 2,191

0,146

16,391

**

2,35

3,41

A

3 0,958

0,319

35,828

**

3,63

5,29

A Lin

1 0,864

0,864

96,983

**

4,49

8,53

A Kuad

1 0,029

0,029

3,231 tn 4,49 8,53

A Kub

1 0,065

0,065

7,271

*

4,49

8,53

M

3 0,924

0,308

34,561

**

3,63

5,29

M Lin

1 0,921

0,921

103,352

**

4,49

8,53

M Kuad

1 0,001

0,001

0,140 tn 4,49 8,53

M Kub

1 0,002

0,002

0,190 tn 4,49 8,53

AxM

9 0,309

0,034

3,856

**

2,54

3,78

Galat

16

0,143

0,008

Total

31

2,334

Keterangan:

FK =

250,32

KK =

3,375%

** =

sangat nyata


(6)

* = nyata