Pengembangan Sektor Unggulan Sebagai StrategiPembangunan Daerah

xxix 2. komoditas unggulan mempunya keterkaitan ke depan fordward linkage dan keterkaitan ke belakang backward linkage yang kuat, baik sesama komoditas maupun komoditas lainnya. 3. Komoditas unggulan mampu bersaing dengan produk sejenis dari wilayah lain di pasar nasional dan pasar internasional, baik dalam harga produk, biaya produksi, kualitas pelayanan, maupun aspekaspek lainnya. 4. Komoditas unggulan daerahmemilikiketerkaitan dengan daerah lain, baik dalam hal pasar konsumen maupun pemasok bahan bakujika bahanbakudi daerah sendiritidak mencukupi atau tidak tersedia sama sekali. 5. Komoditas unggulan tidak rentan terhadap gejolak eksternal dan internal. 6. Pengembangan komoditas unggulan berorientasi pada kelestarian sumber daya dan lingkungan. 7. Komoditas unggulan tidak rentan terhadap gejolak eksternal dan internal. 8. Pengembangan komoditas unggulan harus mendapatkan berbagai bentuk dukungan, misalkan dukungan keamanan, sosial, budaya, informasi dan peluang pasar, kelembagaan, fasilitas insentifdisintensif, dan lain-lain. 9. Komoditas unggulan bisa bertahan dalam jangka waktu tertentu, mulai dari fase kelahiran, pertumbuhan, puncak hingga penurunan. Begitu komoditas unggulan yang satu memasuki tahap penurunan, maka komoditas unggulan lainnya harus memapu menggantikannya. 10. Pengembangan komoditas unggulan berorientasi pada kelestarian sumber daya dan lingkungan.

2.1.7 Pengembangan Sektor Unggulan Sebagai StrategiPembangunan Daerah

xxx Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional dilaksanakan berdasarkan prinsip otonomi daerah dan pengaturan sumber daya nasional yang memberikan kesempatan bagi peningkatan kinerja daerah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat menuju masyarakat madani. Penyelenggaraan pemerintah sebagai subsistem pemerintah daerah sebagai subsitem pemerintah negara dimaksudkan untuk meningkatakan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintah dan pelayanan masyarakat. Sebagai daerah otonom, daerah mempunyai kewenangan dan tanggung jawab menyelenggarakan kepentingan mayarakat berdasarkan prinsip-prinsip keterbukaan, partisipasi masyrakat, dan pertanggung jawababn kepada masyarakat. Permasalahan pokok dalam pembengunan daerah adalah terletak padapenekanan kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan pada kekhasandaerah yang bersangkutan endogenous development dengan menggunakanpotensi sumber daya manusia. Orientasi ini mengarahkan pada pengambilaninisiatif-inisiatif yang berasal dari daerah tersebut dalam proses pembangunanuntuk menciptakan kesempatan kerja baru dan merangsang peningkatan ekonomi.Sebelum diberlakukannya otonomi daerah, ketimpangan ekonomi regionaldi Indonesia disebabkan karena pemerintah pusat menguasai dan mengendalikanhampir sebagian besar pendapatan daerah yang ditetapkan sebagai penerimaannegara, termasuk pendapatan dari hasil sumber daya alam dari sektorpertambangan, perkebunan, kehutanan dan perikanan kelautan. xxxi Akibatnyadaerah-daerah yang kaya sumber daya alam tidak dapat menikmati hasilnya secaralayak.

2.2 Penelitian terdahulu

Menurut Fauzi Hidayat 2012 yang berjudul “Analisis pengaruh investasi dan tenaga kerja terhadap pertumbuhan sub sektor industri pengolahan di kabupaten Bekasi” Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa dari hasil regresi secara simultan investasi PMA dan PMDN, serta tenaga kerja berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan PDRB sub sektor industri pengolahan di kabupaten bekasi dengan nilai probabilitas F-statistik adalah 0,000000. Sedangkan pengujian secara parsial dari hasil regresi pada taraf nyata α = 5 persen investasi PMA berpengaruh signifikan dengan koefisien 0,396108 dan prob. t-statistik 0,0000, PMDN berpengaruh signifikan dengan koefisien 0,198398 dan prob. t- statistik 0,0151. Sedangkan tenaga kerja tidak berpengaruh signifikan dengan nilai Prob.t-statistik 0,3298. Penyebab tidak berpengaruhnya faktor tenaga kerja antara lain: 1. Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat modal 2. Produktivitas tenaga kerja yang lebih rendah dibandingkan penggunaan teknologi mesin 3. Laju pertumbuhan penduduk yang tinggi sementara penyerapan tenaga kerja sektor industri sangat terbatas. Kata Kunci : Investasi, Tenaga Kerja, PDRB Industri. Tan Serlinda Deltania Alatan dan Sautma Ronni Basana 2015 yang berjudul “ Pengaruh Pemberian Kredit terhadap Ekonomi Regional Jawa Timur” hasil dari penelitian ini adalah pengaruh dari kredit perbankan yang dibagi menjadi 9 sektor ekonomi dengan variabel kontrol BI Rateterhadap pertumbuhan