Alat Pengumpul Data Analisis Data

Adapun data sekunder dalam penelitian ini terdiri dari: a. Bahan Hukum Primer, yaitu sebagai landasan utama yang dipakai dalam rangka penelitian ini di antaranya adalah: 1 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata; 2 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia; 3 Undang-Undang RI Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris; 4 Peraturan Pemerintah Nomor 86 Tahun 2000 tentang Tata Cara Pendaftaran Jaminan Fidusia. b. Bahan Hukum Sekunder, yaitu bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, antara lain: 1 Perjanjian yang dibuat antara lembaga pembiayaan dengan nasabahnya debitur, akta jaminan fidusia, sertipikat jaminan fidusia. 2 Buku-buku, hasil-hasil penelitian, hasil karya ilmiah dari kalangan hukum, serta penelitian lainnya yang berhubungan dengan tulisan ini. c. Bahan Hukum Tersier, meliputi: kamus hukum, kamus bahasa Inggris, dan kamus bahasa Indonesia, ensiklopedia, majalah, surat kabar, dan jurnal-jurnal hukum serta laporan ilmiah.

5. Alat Pengumpul Data

Alat yang dipakai dalam pengumpulan data dalam penelitian ini adalah: a. Studi dokumen, dilakukan dengan menelaah semua literatur yang berhubungan dengan topik penelitian yang dilakukan. Martinus Tjipto : Perlindungan Hukum Terhadap Kreditur Dalam Perjanjian Fidusia Secara Di Bawah Tangan Penelitian Pada PT. Olympindo Multi Finance Cabang Medan Dan PT. Orix Indonesia Finance Cabang Medan, 2009 USU Repository © 2008 b. Studi lapangan, dilakukan wawancara dengan menggunakan pedoman wawancara interview guide kepada para responden, yaitu: 1 Kepala Bagian PT. Olympindo Multi Finance Cabang Medan, 2 Pimpinan PT. Orix Indonesia Finance Cabang Medan. 3 Notaris di Kota Medan sebanyak 2 dua orang, yaitu: Notaris John H.M. Situmorang, S.H., dan Notaris Hotdin Simbolon, S.H., M.Kn. 4 PengacaraAdvocaat A. Madjid Hutagaol, S.H. 5 Nasabahdebitur PT. Olympindo Multi Finance Cabang Medan sebanyak 2 dua orang, yaitu: Nixon Simamora dan Veralina.

6. Analisis Data

Analisis data terhadap data primer dan data sekunder mengenai pelaksanaan perjanjian jaminan fidusia yang dibuat di bawah tangan dan bagaimana perlindungan hukumnya bagi lembaga pembiayaan sebagai kreditur jika terjadi wanprestasi, yang dilakukan setelah diadakan terlebih dahulu pemeriksaaan, pengelompokan, pengolahan dan kemudian dievaluasi sehingga diketahui validitasnya, lalu dianalisis dengan menggunakan metode analisis kualitatif. Kemudian ditarik kesimpulan dengan menggunakan metode deduksi, yaitu berpikir dari hal yang umum menuju hal yang lebih khusus, dengan menggunakan perangkat normatif, yakni interpretasi dan konstruksi hukum, sehingga analisis data diharapkan dapat menghasilkan kesimpulan yang sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian. Martinus Tjipto : Perlindungan Hukum Terhadap Kreditur Dalam Perjanjian Fidusia Secara Di Bawah Tangan Penelitian Pada PT. Olympindo Multi Finance Cabang Medan Dan PT. Orix Indonesia Finance Cabang Medan, 2009 USU Repository © 2008

BAB II FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB LEMBAGA PEMBIAYAAN

MELAKUKAN PERJANJIAN FIDUSIA YANG DIBUAT DI BAWAH TANGAN

A. Pengertian Jaminan Fidusia

Menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia yang dimaksud dengan pengertian Fidusia adalah pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak kepemilikannya dialihkan tersebut tetap dalam penguasaan pemilik benda. Beberapa ciri yang tampak dalam perumusan tersebut sebagaimana dikemukakan J. Satrio, antara lain: 54 a. Pengalihan hak kepemilikan suatu benda; b. Atas dasar kepercayaan; c. Benda itu tetap dalam penguasaan pemilik benda. Pengalihan hak milik adalah hak milik atas benda yang diberikan sebagai jaminan, dialihkan oleh pemiliknya kepada kreditur penerima jaminan, sehingga selanjutnya hak milik atas benda jaminan ada pada kreditur penerima jaminan. Pengertian atas dasar kepercayaan, tidak ada penjelasan resmi dalam Undang- Undang Fidusia. Kata “kepercayaan” mempunyai arti bahwa pemberi jaminan percaya, bahwa penyerahan ”hak miliknya” tidak dimaksudkan untuk benar-benar menjadikan kreditur pemilik atas benda yang diserahkan kepadanya dan bahwa 54 J. Satrio, Hukum Jaminan Hak Jaminan Kebendaan Fidusia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2002, hal. 159. Martinus Tjipto : Perlindungan Hukum Terhadap Kreditur Dalam Perjanjian Fidusia Secara Di Bawah Tangan Penelitian Pada PT. Olympindo Multi Finance Cabang Medan Dan PT. Orix Indonesia Finance Cabang Medan, 2009 USU Repository © 2008 nantinya kalau kewajiban perikatan pokok, untuk mana diberikan jaminan fidusia dilunasi, maka benda jaminan akan kembali menjadi milik pemberi jaminan. Benda tetap dalam penguasaan pemilik benda, maksudnya adalah bahwa penyerahan itu dilaksanakan secara contitutum possesorium, yang artinya penyerahan “hak milik” dilakukan dengan janji, bahwa bendanya sendiri secara physic tetap dikuasai oleh pemberi jaminan. Jadi kata-kata “dalam penguasaan” diartikan tetap dipegang oleh pemberi jaminan. 55 Menurut V. Oven sebagaimana dikutip J. Satrio, yang diserahkan adalah hak yuridisnya atas benda tersebut. Dengan demikian hak pemanfaatan hak untuk memanfaatkan benda jaminan tetap ada pada pemberi jaminan. Dalam hal demikian maka hak milik yuridisnya ada pada kreditur penerima fidusia, sedang hak sosial ekonominya ada pada pemberi fidusia. 56 Menurut Gunawan Widjaja Ahmad Yani, dalam jaminan Fidusia pengalihan hak kepemilikan dimaksudkan semata-mata sebagai jaminan bagi pelunasan hutang, bukan untuk seterusnya dimiliki oleh penerima fidusia. Hal ini dikuatkan lagi dengan Pasal 33 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia UUJF yang menyatakan bahwa setiap janji yang memberikan kewenangan kepada Penerima Fidusia untuk memiliki benda yang menjadi objek jaminan fidusia apabila debitur cidera janji akan batal demi hukum. Dalam Pasal 1 UUJF dinyatakan, bahwa: Jamian Fidusia adalah hak jaminan atas benda bergerak baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud dan benda tidak bergerak khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan sebagaimana dimaksud dalam 55 Ibid., hal. 160. 56 Ibid. Martinus Tjipto : Perlindungan Hukum Terhadap Kreditur Dalam Perjanjian Fidusia Secara Di Bawah Tangan Penelitian Pada PT. Olympindo Multi Finance Cabang Medan Dan PT. Orix Indonesia Finance Cabang Medan, 2009 USU Repository © 2008 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan yang tetap berada dalam penguasaan Pemberi Fidusia, sebagai agunan bagi pelunasan hutang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada Penerima Fidusia terhadap kreditur lainnya. Objek Jaminan Fidusia benda telah diatur dalam Pasal 1 ayat 4, Pasal 9, Pasal 10 dan Pasal 20 UUJF, benda-benda yang menjadi objek jaminan fidusia tersebut adalah sebagai berikut: 57 1. benda tersebut harus dapat dimiliki dan dialihkan secara hukum; 2. dapat atas benda berwujud; 3. dapat juga atas benda tidak berwujud termasuk piutang; 4. benda bergerak; 5. benda tidak bergerak yang tidak dapat dengan hak tanggungan; 6. benda tidak bergerak yang tidak dapat diikat dengan hipotik; 7. baik atas benda yang sudah ada maupun terhadap benda yang akan diperoleh kemudian. Dalam hal benda yang akan diperoleh kemudian, tidak diperlukan suatu akta pembebanan fidusia tersendiri; 8. dapat atas satu satuan atau jenis benda; 9. dapat juga atas lebih dari satu jenis atau satuan benda; 10. termasuk hasil dari benda yang telah menjadi objek fidusia; 11. termasuk juga hasil klaim asuransi dari benda yang menjadi objek jaminan fidusia; 12. benda persediaan inventory, stock perdagangan dapat juga menjadi objek jaminan fidusia;

B. Pembebanan dan Pendaftaran Jaminan Fidusia

Dalam Pasal 4 UUJF dinyatakan bahwa jaminan fidusia merupakan perjanjian ikutan dari suatu perjanjian pokok yang menimbulkan kewajiban bagi para pihak untuk memenuhi suatu prestasi. Yang dimaksud prestasi di sini adalah memberikan sesuatu, berbuat sesuatu, atau tidak berbuat sesuatu, yang dapat dinilai dengan uang. 57 Munir Fuady, Jaminan Fidusia, PT. Aditya Baktii, Bandung, 2003, hal. 22-23. Martinus Tjipto : Perlindungan Hukum Terhadap Kreditur Dalam Perjanjian Fidusia Secara Di Bawah Tangan Penelitian Pada PT. Olympindo Multi Finance Cabang Medan Dan PT. Orix Indonesia Finance Cabang Medan, 2009 USU Repository © 2008 Pembebanan benda dengan Jaminan Fidusia diatur pada Pasal 5 yang berbunyi: 58 1 Pembebanan benda dengan jaminan fidusia dibuat dengan akta notaris dalam bahasa Indonesia dan merupakan akta Jaminan Fidusia; 2 Terhadap pembuatan Akta jaminan fidusia sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dikenakan biaya yang besarnya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. Akta Jaminan Fidusia haruslah memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: 59 1 haruslah berupa akta notaris; 2 haruslah dibuat dalam bahasa Indonesia; 3 harus berisikan sekurang-kurangnya hal-hal sebagai berikut: a. Identitas pihak pemberi fidusia: Nama lengkap, agama, tempat tinggaltempat kedudukan, tempat lahir tanggal lahir, jenis kelamin, status perkawinan, pekerjaan; b. Identitas pihak penerima fidusia, yakni tentang dana seperti tersebut di atas; c. Haruslah dicantumkan hari, tanggal, dan jam pembuatan akta fidusia; d. Data perjanjian pokok yang dijamin dengan fidusia; e. Uraian mengenai benda yang menjadi objek jaminan fidusia, yakni tentang identifikasi benda tersebut, dan surat bukti kepemilikan. Jika benda selalu berubah-ubah seperti benda dalam persediaan inventory haruslah disebutkan tentang jenis, merek, dan kualitas dari benda tersebut; f. Berapa nilai penjaminannya; g. Berapa nilai benda yang menjadi objek jaminan fidusia. Mengacu Pasal 1870 KUH Perdata, bahwa Akta Notaris merupakan akta otentik yang memiliki kekuatan pembuktian yang sempurna tentang apa yang dimuat di dalamnya di antara para pihak beserta ahli warisnya atau para pengganti haknya. Jadi, bentuk akta otentik dapat dianggap paling dapat menjamin kepastian hukum berkenaan dengan objek jaminan fidusia. 58 Ibid., hal. 20. 59 Ibid., hal. 21. Martinus Tjipto : Perlindungan Hukum Terhadap Kreditur Dalam Perjanjian Fidusia Secara Di Bawah Tangan Penelitian Pada PT. Olympindo Multi Finance Cabang Medan Dan PT. Orix Indonesia Finance Cabang Medan, 2009 USU Repository © 2008 Menurut Munir Fuady, jika ada alat bukti Sertipikat Jaminan Fidusia dan sertipikat tersebut adalah sah, maka alat bukti lain dalam bentuk apapun harus ditolak. Para pihak tidak cukup misalnya hanya membuktikan adanya fidusia dengan hanya menunjukkan Akta Jaminan yang dibuat Notaris. Sebab menurut Pasal 14 ayat 3 UU Fidusia No. 42 Tahun 1999, maka dengan akta jaminan fidusia, lembaga fidusia dianggap belum lahir. Lahirnya fidusia tersebut adalah pada saat didaftarkan di kantor Pendaftaran Fidusia. 60 Pendaftaran jaminan fidusia diatur dalam Pasal 11 UUJF sebagai berikut: 1 Benda yang dibebani dengan jaminan fidusia wajib didaftarkan; 2 Dalam hal benda yang dibebani dengan jaminan fidusia berada di luar wilayah Negara Republik Indonesia, kewajiban sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 tetap berlaku. Pendaftaran jaminan fidusia itu, berdasarkan Pasal 12 dan 13 UUJF adalah kepada Kantor Pendaftaran Fidusia. Jika kantor fidusia di tingkat II kabupatenkota belum ada maka didaftarkan Kantor Pendaftaran Fidusia di Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia di tingkat Propinsi. Pihak yang berhak mengajukan permohonan pendaftaran jaminan fidusia adalah penerima fidusia, kuasa ataupun wakilnya, dengan melampirkan pernyataan pendaftaran jaminan fidusia, yang memuat: a. Identitas pihak Pemberi Fidusia dan Penerima Fidusia; b. Tanggal nomor Akta Jaminan Fidusia, nama dan tempat kedudukan Notaris yang membuat Akta Jaminan Fidusia; c. Data perjanjian pokok yang dijamin Fidusia; d. Uraian mengenai benda yang menjadi objek jaminan Fidusia; e. Nilai penjaminan; dan f. Nilai benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia. 60 Ibid., hal. 34. Martinus Tjipto : Perlindungan Hukum Terhadap Kreditur Dalam Perjanjian Fidusia Secara Di Bawah Tangan Penelitian Pada PT. Olympindo Multi Finance Cabang Medan Dan PT. Orix Indonesia Finance Cabang Medan, 2009 USU Repository © 2008 Kantor Pendaftaran Fidusia mencatat Jaminan Fidusia dalam Buku Daftar Fidusia pada tanggal yang sama dengan tanggal penerimaan permohonan pendaftaran. Tanggal pencatatan Jaminan Fidusia pada Buku daftar Fidusia adalah dianggap sebagai tanggal lahirnya jaminan Fidusia. Pada hari itu juga Kantor Pendaftaran Fidusia di Kanwil Kehakiman di Tingkat Provinsi jika Kantor Fidusia di tingkat kabupatenkota belum ada mengeluarkanmenyerahkan Sertipikat Jaminan Fidusia kepada pemohon atau Penerima Fidusia. 61 Dalam sertipikat Jaminan Fidusia dicantumkan kata-kata “DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA”. Sertipikat tersebut mempunyai eksekutorial yang dipersamakan dengan putusan Pengadilan yang memperoleh kekuatan hukum tetap. Artinya adalah sertipikat Jaminan Fidusia ini dapat langsung dieksekusi tanpa melalui proses persidangan dan pemeriksaan melalui Pengadilan dan bersifat final serta mengikat para pihak untuk melaksanakan putusan tersebut. 62 Dalam hal terdapat kekeliruan penulisan dalam sertipikat Jaminan Fidusia yang telah diterima oleh pemohon, maka dalam jangka waktu paling lambat 60 enam puluh hari setelah diterimanya sertipikat tersebut, pemohon wajib memberitahukan kepada kantor untuk diterbitkan sertipikat perbaikan. Penerbitan sertipikat perbaikan tersebut tidak dikenakan biaya. 63 61 Lihat, Pasal 4 PP Nomor 86 Tahun 2000 tentang Tata Cara Pendaftaran Jaminan Fidusia dan Biaya Pembuatan Akta Jaminan Fidusia. 62 Gunawan Widjaja Ahmad Yani, op. cit., hal. 142. 63 Pasal 5 PP Nomor 86 Tahun 2000 tentang Tata Cara Pendaftaran Jaminan Fidusia dan Biaya Pembuatan Akta Jaminan Fidusia. Martinus Tjipto : Perlindungan Hukum Terhadap Kreditur Dalam Perjanjian Fidusia Secara Di Bawah Tangan Penelitian Pada PT. Olympindo Multi Finance Cabang Medan Dan PT. Orix Indonesia Finance Cabang Medan, 2009 USU Repository © 2008 Pendaftaran jaminan fidusia ini sesuai dengan UUJF dan Surat Keputusan Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor M.03- PR.07.10 Tahun 2001 tentang Pembukaan Kantor Pendaftaran Fidusia di seluruh Kantor Wilayah Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, maka diberitahukan bahwa Kantor Pendaftaran Fidusia di setiap ibukota propinsi di seluruh Indonesia telah dibentuk di Kantor Wilayah Departemen Kehakiman dan Hak Azas Manusia Republik Indonesia dan berlaku efektif operasional sejak tanggal 1 April 2001, sehingga kantor Pendaftaran Fidusia di Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia tidak boleh menerima lagi pendaftaran Jaminan Fidusia. Jadi, pendaftaran jaminan fidusia tidak lagi ke pusat tetapi sudah dapat dilaksanakan di Kantor Wilayah Departemen Hukum dan HAM RI daerah masing-masing. Tata cara pendaftaran jaminan fidusia diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 86 Tahun 2000 tentang Tata Cara Pendaftaran Jaminan Fidusia dan Biaya Pembuatan Akta, yang tata caranya adalah sebagai berikut: 1. Permohonan jaminan fidusia diajukan kepada Menteri; 2. Permohonan pendaftaran jaminan fidusia dikenakan biaya; 3. Pernyataan pendaftaran jaminan fidusia dilakukan dengan mengisi formulir yang bentuk dan isinya ditetapkan dengan Keputusan Menteri; 4. Permohonan pendaftaran tersebut diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia melalui kantor oleh Penerima Fidusia, kuasa atau wakilnya dengan melampirkan pernyataan jaminan fidusia dengan dilengkapi pula: Martinus Tjipto : Perlindungan Hukum Terhadap Kreditur Dalam Perjanjian Fidusia Secara Di Bawah Tangan Penelitian Pada PT. Olympindo Multi Finance Cabang Medan Dan PT. Orix Indonesia Finance Cabang Medan, 2009 USU Repository © 2008 a. Salinan akta notaris tentang pembebanan jaminan fidusia, b. Surat kuasa atau surat pendelegasian wewenang untuk melakukan pendaftaran jaminan fidusia, c. Bukti pembayaran biaya jaminan fidusia. 5. Pejabat yang menerima permohonan pendaftaran jaminan fidusia memeriksa kelengkapan persyaratan; 6. Dalam hal persyaratan tidak lengkap pejabat harus langsung mengembalikan berkas permohonan kepada pemohon; 7. Dalam hal kelengkapan persyaratan sudah lengkap pejabat mencatat jaminan fidusia dalam Buku Daftar Fidusia pada tanggal yang sama dengan tanggal penerimaan permohonan; 8. Pada saat yang sama diterbitkan dan diserahkan sertipikat jaminan fidusia kepada pemohon. Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI Nomor 87 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 1999 tentang Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Departemen Kehakiman, sebagaimana terlihat pada tabel berikut ini: Martinus Tjipto : Perlindungan Hukum Terhadap Kreditur Dalam Perjanjian Fidusia Secara Di Bawah Tangan Penelitian Pada PT. Olympindo Multi Finance Cabang Medan Dan PT. Orix Indonesia Finance Cabang Medan, 2009 USU Repository © 2008 Tabel 1. Tarif Penerimaan Negara Bukan Pajak Atas Pendaftaran dan Perubahan Sertifikat Jaminan Fidusia yang Berlaku pada Departemen Kehakiman Tahun 2000 No. Jenis Penerimaan Bukan Pajak Satuan Tarif 1 Biaya pendaftaran jaminan Fidusia: a. Untuk nilai penjaminan sampai dengan Rp. 50.000.000,00 lima puluh juta rupiah Per akta Rp. 25.000,00 b. Untuk nilai penjaminan di atas Rp. 50.000.000,00 lima puluh juta rupiah Per akta Rp. 50.000,00 2 Biaya permohonan perubahan hal-hal yang tercantum dalam sertipikat Jaminan Fidusia Per permohonan Rp. 10.000,00 3 Biaya permohonan penggantian sertipikat Jaminan Fidusia yang rusak atau hilang: a. Untuk nilai penjamnan sampai dengan Rp. 50.000.000,00 lima puluh juta rupiah Per akta Rp. 25.000,00 b. Untuk nilai penjaminan di atas Rp. 50.000.000,00 lima puluh juta rupiah Per akta Rp. 50.000,00 4 Biaya permohonan perubahan hal-hal yang tercantum dalam sertipikat Jaminan Fidusia Per permohonan Rp. 10.000,00 5 Biaya permohonan penggantian sertipikat Jaminan Fidusia yang rusak atau hilang: a. Untuk nilai jaminan sampai dengan Rp. 50.000.000,00 lima puluh juta rupiah Per akta Rp. 25.000,00 b. Untuk nilai penerimaan di atas Rp. 50.000.000,00 lima puluh juta rupiah Per akta Rp. 50.000,00 Sumber data: Lampiran Peraturan Pemerintah RI Nomor 87 Tahun 2000 tentang Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak . Martinus Tjipto : Perlindungan Hukum Terhadap Kreditur Dalam Perjanjian Fidusia Secara Di Bawah Tangan Penelitian Pada PT. Olympindo Multi Finance Cabang Medan Dan PT. Orix Indonesia Finance Cabang Medan, 2009 USU Repository © 2008 Besar biaya pendaftaran dan pembuatan akta jaminan fidusia, ditentukan dalam Lampiran Peraturan Pemerintah RI Nomor 86 Tahun 2000 tentang Tata Cara Pendaftaran Jaminan Fidusia dan Pembuatan Akta Jaminan Fidusia, sebagaimana tercantum dalam tabel di bawah ini: Tabel 2. Biaya Pendaftaran Jaminan Fidusia dan Pembuatan Akta Jaminan Fidusia Tahun 2000 No Nilai Penjaminan Besar Biaya 1 Rp. 50.000.000,00 Paling banyak Rp. 50.000,00 2 Rp. 50.000.000,00 sd Rp. 100.000.000,00 Rp. 100.000,00 3 Rp. 100.000.000,00 sd Rp. 200.000.000,00 Rp. 200.000,00 4 Rp. 250.000.000,00 sd Rp. 500.000.000,00 Rp. 500.000,00 5 Rp. 500.000.000,00 sd Rp. 1.000.000.000,00 Rp. 1.000.000,00 6 Rp. 1.000.000.000,00 sd Rp. 2.500.000.000,00 Rp. 2.000.000,00 7 Rp. 2.500.000.000,00 sd Rp. 5.000.000.000,00 Rp. 3.000.000,00 8 Rp. 5.000.000.000,00 sd Rp. 10.000.000.000,00 Rp. 5.000.000,00 9 Rp. 10.000.000.000,00 Rp. 7.500.000,00 Sumber data: Lampiran Peraturan Pemerintah RI Nomor 87 Tahun 2000 tentang Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak. Ketentuan pengikatan jaminan kebendaan sebagaimana yang diatur dalam UUJF di atas, mengakibatkan pengikatan jaminan fidusia harus dilakukan di hadapan pejabat yang berwenang Notaris dan didaftarkan pada lembaga pendaftaran jaminan fidusia, pada Kantor Wilayah Departemen Hukum dan HAM R.I di Ibukota propinsi masing-masing, yang dalam pelaksanaannya memakan waktu dan memerlukan biaya- biaya. Martinus Tjipto : Perlindungan Hukum Terhadap Kreditur Dalam Perjanjian Fidusia Secara Di Bawah Tangan Penelitian Pada PT. Olympindo Multi Finance Cabang Medan Dan PT. Orix Indonesia Finance Cabang Medan, 2009 USU Repository © 2008

C. Faktor-Faktor Penyebab Lembaga Pembiayaan Melakukan Perjanjian

Fidusia yang Dibuat di Bawah Tangan Lembaga pembiayaan konsumen dalam melakukan pembiayaan dengan pengikatan jaminan kendaraan roda empatmobil yang ditawarkan kepada konsumen dilakukan dengan suatu perjanjian yang dibuat antara pihak lembaga pembiayaan dengan calon pembeli kendaraan bermotor, yang mana kendaraan bermotor itu dijadikan jaminan atas pembiayaan yang diberikan. Artinya, kendaraan bermotor tersebut merupakan jaminan dalam perjanjian pembiayaan tersebut. Adapun dokumen dan persyaratan yang perlu dipersiapkan oleh konsumen untuk melakukan permohonan pembiayaan adalah sebagai berikut: 64 1. Dokumen yang harus disiapkan konsumen terdiri dari: a. Fotocopy KTP Pemohon Penjamin; b. Fotocopy Kartu Keluarga Pemohon PenjaminSurat Nikah bagi sudah menikah; c. Fotocopy Rekening ListrikTeleponAir; d. Fotocopy tabunganslip gaji. 2. Persyaratan harus dipenuhi konsumen: a. Berkas yang telah diserahkan tidak dikembalikan kepada konsumen yang bersangkutan; b. Pihak perusahaan berhak menolak permohonan kredit tanpa memberitahukan alasan; 64 Wawancara dengan Bapak Wira Warman, Kepala Bagian Operasi PT. Olympindo Multi Finance Cabang Medan, tanggal 20 April 2009 di Medan. Martinus Tjipto : Perlindungan Hukum Terhadap Kreditur Dalam Perjanjian Fidusia Secara Di Bawah Tangan Penelitian Pada PT. Olympindo Multi Finance Cabang Medan Dan PT. Orix Indonesia Finance Cabang Medan, 2009 USU Repository © 2008 c. Uang muka termasuk asuransi kehilangan Kendaraan Bermotor; d. Bersedia disurvei oleh petugas survei. Apabila permohonan pembiayaan diterima, maka dilakukan perjanjian pembiayaan dan pengikatan jaminan. Dalam prakteknya, sebelum dilakukan perjanjian pembiayaan maka terlebih dahulu pihak perusahaan pembiayaan memberikan surat pemberitahuan bagi pemohon Form Aplikasi, kertas berwarna hijau, yang berisikan tentang: cara pembayaran angsuran, penagihan, sanksi dan asuransi dalam perjanjian, yang juga ditandatangani oleh kedua belah pihak, yaitu perusahaan dan konsumen. 65 Pengikatan jaminan yang dilakukan lembaga pembiayaan konsumen dengan konsumen adalah suatu bentuk jaminan fidusia, karena dalam hal ini walaupun kendaraan bermotor itu adalah sebagai jaminan pembiayaan yang diberikan pada lembaga pembiayaan tersebut, namun kendaraan bermotor tersebut secara fisik tetap dipegang atau dapat digunakan oleh konsumen yang menjaminkan sesuai dengan perjanjian. Pengikatan jaminan untuk benda bergerak jaminan fidusia diatur dalam Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia UUJF. Dalam Pasal 1 angka 1 dinyatakan Fidusia adalah pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak kepemilikannya dialihkan tersebut tetap dalam penguasaan pemilik benda. 65 Wawancara dengan Bapak Wira Warman, Kepala Bagian Operasi PT. Olympindo Multi Finance Cabang Medan, tanggal 20 April 2009 di Medan. Martinus Tjipto : Perlindungan Hukum Terhadap Kreditur Dalam Perjanjian Fidusia Secara Di Bawah Tangan Penelitian Pada PT. Olympindo Multi Finance Cabang Medan Dan PT. Orix Indonesia Finance Cabang Medan, 2009 USU Repository © 2008 Perjanjian jaminan fidusia sama seperti perjanjian penjaminan lainnya, yang merupakan perjanjian yang bersifat asesoir, sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 4 UUJF, merupakan ikutan dari suatu perjanjian pokok yang menimbulkan kewajiban bagi para pihak untuk memenuhi suatu prestasi. Dan perjanjian jaminan fidusia termasuk dalam perjanjian formil, karena berdasarkan Pasal 5 bahwa pembebanan benda dengan jaminan fidusia dibuat dengan Akta Notaris dalam bahasa Indonesia dan merupakan Akta Jaminan Fidusia. Kemudian dalam Pasal 11 ayat 1 dinyatakan akta tersebut wajib didaftarkan ke Kantor Fidusia, dan dikeluarkan Sertifikat Jaminan Fidusia. Hasil penelitian yang dilakukan pada perusahaan-perusahaan pembiayaan yang dijadikan objek penelitian yang menyelenggarakan pembiayaan kendaraan roda empatmobil bagi konsumen menggunakan tata cara perjanjian yang mengikutkan adanya jaminan fidusia bagi kendaraan roda empat yang dijadikan jaminan tersebut. Dimana pihak perusahaan menyediakan kendaraan roda empat yang diminta oleh konsumen kemudian diatasnamakan konsumen sebagai debitur penerima kreditpinjaman, dan sebaliknya konsumen debitur menyerahkan kepada lembaga pembiayaan yang dijadikan objek penelitian kreditur kendaraan itu sebagai jaminan secara fidusia. Dengan kata lain, konsumen sebagai pemilik atas nama barang menjadi pemberi fidusia kepada lembaga pembiayaan sebagai penerima fidusia, atas dasar kedua belah pihak sama-sama sepakat menggunakan jaminan fidusia terhadap benda milik konsumen debitur. Oleh karena itu dalam perjanjian pembiayaan Martinus Tjipto : Perlindungan Hukum Terhadap Kreditur Dalam Perjanjian Fidusia Secara Di Bawah Tangan Penelitian Pada PT. Olympindo Multi Finance Cabang Medan Dan PT. Orix Indonesia Finance Cabang Medan, 2009 USU Repository © 2008 tersebut dibuat dengan judul “Perjanjian Pembiayaan Konsumen dengan Penyerahan Hak Milik Secara Fidusia”, kemudian juga di dalam perjanjian dicantumkan kata- kata: 66 “Bahwa Kedua belah pihak setuju untuk membuat Perjanjian Pembiayaan Konsumen dengan Penyerahan Hak Milik Secara Fidusia, selanjutnya disebut “Perjanjian” berupa pembiayaan Konsumen FinancingRefinancing 1 satu unit Kendaraan Bermotor untuk selanjutnya disebut “Kendaraan dengan spesifikasi sebagai berikut:…” Perjanjian pembiayaan konsumen yang dilakukan oleh perusahaan pembiayaan yang dijadikan objek penelitian, secara tegas menyatakan perjanjian pembiayaan itu dengan pengikatan jaminan fidusia. Akan tetapi, lembaga pembiayaan ini dalam membuat perjanjian jaminan fidusia tersebut dibuat tidak dalam akta Notaris, tetapi hanya ditandatangani oleh para pihak dalam perjanjian, dan juga tidak didaftarkan di Kantor Pendaftaran Fidusia untuk mendapat sertipikat fidusia. Hal ini terlihat dari jumlah penjualan dan pengikatan jaminan yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan pembiayaan yang dijadikan objek penelitian dengan konsumen mulai tahun 2006 sampai dengan tahun 2008 di Kota Medan pada tabel berikut ini: 66 Wawancara dengan Bapak Wira Warman, Kepala Bagian Operasi PT. Olympindo Multi Finance Cabang Medan, tanggal 20 April 2009 di Medan. Martinus Tjipto : Perlindungan Hukum Terhadap Kreditur Dalam Perjanjian Fidusia Secara Di Bawah Tangan Penelitian Pada PT. Olympindo Multi Finance Cabang Medan Dan PT. Orix Indonesia Finance Cabang Medan, 2009 USU Repository © 2008 Tabel 3. Jumlah Penjualan dan Jenis Pengikatan Jaminan yang Dilakukan PT. Olympindo Multi Finance Cabang Medan dan PT. Orix Indonesia Finance Cabang Medan Tahun 2006 sd 2008 Jumlah Penjualan Tahun No Lembaga Pembiayaan dan Jenis Pengikatan 2006 2007 2008 1. PT. Olympindo Multi Finance Cab. Medan: a. Akta Notaris - - - b. Tidak dalam Akta Notaris 602 726 788 Jumlah 602 726 788 2. PT. Orix Indonesia Finance Cab. Medan: a. Akta Notaris - - - b. Tidak dalam Akta Notaris 586 708 756 Jumlah 586 708 756 Sumber: Data diolah dari Perusahaan Pembiayaan yang dijadikan objek penelitian Tahun 2009. Pengikatan jaminan yang dilakukan perusahaan pembiayaan yang dijadikan objek penelitian dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2008 dalam tabel di atas, terlihat bahwa semua perjanjian pengikatan jaminan atas pembiayaan kendaraan bermotor roda empat itu dilakukan tidak dalam akta Notaris akta di bawah tangan. Dengan demikian perjanjian jaminan fidusia yang dilakukan lembaga pembiayaan tersebut dengan konsumen adalah merupakan perjanjian jaminan fidusia secara di bawah tangan. Undang-undang jaminan fidusia menghendaki agar perjanjian jaminan fidusia dilakukan dengan akta notaris dan didaftarkan, maka jaminan fidusia yang dilakukan secara di bawah tangan bukanlah akta otentik yang memiliki nilai pembuktian sempurna. Sebaliknya, akta yang dibuat di hadapan Notaris adalah akta otentik yang Martinus Tjipto : Perlindungan Hukum Terhadap Kreditur Dalam Perjanjian Fidusia Secara Di Bawah Tangan Penelitian Pada PT. Olympindo Multi Finance Cabang Medan Dan PT. Orix Indonesia Finance Cabang Medan, 2009 USU Repository © 2008 memiliki kekuatan pembuktian sempurna. Untuk akta yang dilakukan di bawah tangan biasanya harus diotentikkan ulang oleh para pihak jika hendak dijadikan alat bukti yang kuat. Perjanjian jaminan fidusia secara di bawah tangan yang tidak dibuat dengan akta notaris dan tidak didaftarkan untuk memperoleh sertipikat jaminan fidusia dapat menimbulkan akibat hukum yang komplek dan berisiko. Kreditur dalam melakukan hak eksekusinya akan dianggap sepihak dan kesewenang-wenangan dari kreditur, dan juga mengingat pembiayaan atas barang objek fidusia dalam perjanjian pembiayaan di atas juga belum penuh lunas sesuai dengan nilai barang atau sebaliknya debitur konsumen sudah melaksanakan kewajibannya sebagian dari perjanjian yang dilakukan, sehingga dapat dikatakan bahwa di atas barang tersebut berdiri hak sebagian milik debitur dan sebagian lagi milik kreditur. Jadi, perjanjian jaminan fidusia secara di bawah tangan memberikan akibat hukum kepada perjanjian itu sebagai perjanjian jaminan yang bukan sebagai akta otentik. Namun dalam kenyataannya perusahaan-perusahaan pembiayaan yang dijadikan objek penelitian di Kota Medan, melakukan perjanjian jaminan fidusia secara di bawah tangan. Adapun faktor penyebab perusahaan pembiayaan yang dijadikan objek penelitian di Kota Medan melakukan perjanjian jaminan fidusia yang dibuat secara di bawah tangan adalah: Martinus Tjipto : Perlindungan Hukum Terhadap Kreditur Dalam Perjanjian Fidusia Secara Di Bawah Tangan Penelitian Pada PT. Olympindo Multi Finance Cabang Medan Dan PT. Orix Indonesia Finance Cabang Medan, 2009 USU Repository © 2008

1. Mengurangi besarnya Biaya Administrasi yang harus dikeluarkan