Kerangka Teori Perlindungan Hukum Terhadap Kreditur Dalam Perjanjian Fidusia Secara Di Bawah Tangan (Penelitian Pada PT. Olympindo Multi Finance Cabang Medan Dan PT. Orix Indonesia Finance Cabang Medan)

F. Kerangka Teori dan Konsepsi

1. Kerangka Teori

Teori adalah untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik atau proses tertentu terjadi, 19 dan satu teori harus diuji dengan menghadapkannya pada fakta-fakta yang dapat menunjukkan ketidak benarannya. 20 Kerangka teori adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, thesis mengenai sesuatu kasus atau permasalahan problem yang menjadi bahan perbandingan, pegangan teoretis. 21 Kerangka teoritis yang digunakan dalam menelaah perlindungan hukum terhadap penerima fidusia dalam perjanjian fidusia yang dibuat di bawah tangan didasarkan pada teori John Rawls yang dikenal dengan teori Rawls bahwa Hukum sebagai Justice as Fair. 22 Dengan teori Rawls, 23 bagaimanapun juga, cara yang adil untuk mempersatukan berbagai kepentingan adalah dengan tanpa memberikan perhatian istimewa terhadap kepentingan itu sendiri. Teori Rawls, 24 memberikan dua prinsip keadilan di dalamnya yakni prinsip kebebasan dan prinsip fair. Dengan prinsip kebebasan bahwa setiap orang berhak 19 J.J.J. M. Wuisman, dalam M. Hisyam, Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, Asas-Asas, FE UI, Jakarta, 1996, hal. 203. M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, CV. Mandar Maju, Bandung, 1994, hal. 27. menyebutkan, bahwa teori yang dimaksud di sini adalah penjelasan mengenai gejala yang terdapat dalam dunia fisik tersebut tetapi merupakan suatu abstraksi intelektual di mana pendekatan secara rasional digabungkan dengan pengalaman empiris. Artinya teori ilmu merupakan suatu penjelasan rasional yang berkesuaian dengan objek yang dijelaskannya. Suatu penjelasan biar bagaimanapun meyakinkan, tetapi harus didukung oleh fakta empiris untuk dapat dinyatakan benar. 20 Ibid, hal. 16. 21 M. Solly Lubis, op. cit, hal. 80. 22 Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis, Penerbit PT. Toko Gunung Agung Tbk., Jakarta, 2002, hal. 76. 23 Ibid., hal. 80. 24 Ibid., hal. 81. Martinus Tjipto : Perlindungan Hukum Terhadap Kreditur Dalam Perjanjian Fidusia Secara Di Bawah Tangan Penelitian Pada PT. Olympindo Multi Finance Cabang Medan Dan PT. Orix Indonesia Finance Cabang Medan, 2009 USU Repository © 2008 mempunyai kebebasan yang terbesar asal tidak menyakiti orang lain. Selanjutnya, dengan prinsip fair bahwa ketidaksamaan sosial dan ekonomi dianggap tidak adil kecuali jika ketidaksamaan ini menolong seluruh masyarakat. Berdasarkan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat yang berbunyi: “kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia”. Ketentuan ini merupakan landasan hukum dalam upaya melindungi segenap bangsa Indonesia, tidak terkecuali bagi orang-orang yang melakukan perbuatan hukum tertentu seperti dalam hal pembiayaankredit. Dalam perjanjian fidusia terdapat dua pihak yang terlibat, yaitu penerima fidusia sebagai pihak yang membiayai atau memberikan kredit kreditur dan pihak pemberi fidusia sebagai pihak yang menerima kredit debitur. Pihak kreditur penerima fidusia dalam kaitannya dengan tulisan ini adalah lembaga keuangan non- bank, yaitu suatu perusahaan lembaga pembiayaan yang bidang usahanya bergerak dalam membiayai pembelian kendaraan bermotor secara kredit. Sedangkan yang dimaksud dengan debitur pemberi fidusia adalah pihak yang membeli kendaraan bermotor dari distributorshowroom kendaraan bermotor tersebut melalui lembaga pembiayaan itu. Apabila berbicara mengenai perjanjian fidusia, tidak terlepas dari perjanjian pokoknya, yang dalam hal ini adalah perjanjian pembiayaan. Di samping itu, perjanjian pembiayaan danatau perjanjian fidusia tersebut dapat yang dibuat secara otentik maupun di bawah tangan, yang juga tidak terlepas dari konsep perjanjian yang secara mendasar sebagaimana termuat dalam Pasal 1319 KUH Perdata, yang Martinus Tjipto : Perlindungan Hukum Terhadap Kreditur Dalam Perjanjian Fidusia Secara Di Bawah Tangan Penelitian Pada PT. Olympindo Multi Finance Cabang Medan Dan PT. Orix Indonesia Finance Cabang Medan, 2009 USU Repository © 2008 menegaskan semua perjanjian, baik yang mempunyai nama khusus maupun yang tidak dikenal dengan suatu nama tertentu, tunduk pada peraturan-peraturan umum yang termuat dalam KUH Perdata. Ketentuan yang mengatur mengenai perjanjian terdapat di dalam buku III KUH Perdata, yang memiliki sifat terbuka artinya ketentuan-ketentuannya dapat dikesampingkan, sehingga hanya berfungsi mengatur saja. Sifat terbuka dari KUH Perdata ini tercermin dalam Pasal 1338 ayat 1 KUH Perdata yang mengandung azas kebebasan berkontrak, maksudnya setiap orang bebas untuk menentukan bentuk, macam dan isi perjanjian asalkan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, kesusilaan dan ketertiban umum, serta selalu memperhatikan syarat sahnya perjanjian sebagaimana termuat di dalam Pasal 1320 KUH Perdata. Suatu perjanjian pada dasarnya harus memuat beberapa unsur perjanjian yaitu: 25 1. unsur essentialia, sebagai unsur pokok yang wajib ada dalam perjanjian, seperti identitas para pihak yang harus dicantumkan di dalam suatu perjanjian; 2. unsur naturalia, merupakan unsur yang dianggap ada dalam perjanjian, walaupun tidak dituangkan secara tegas dalam perjanjian, seperti itikad baik dari masing-masing pihak dalam perjanjian; 3. unsur accidentialia, yaitu unsur tambahan yang diberikan oleh para pihak dalam perjanjian. Pemahaman dari perjanjian pada umumnya yang diuraikan di atas, bahwa materi perjanjian pada umumnya dapat digunakan sebagai dasar untuk memahami 25 R. Subekti, Aneka Perjanjian, Cet.VII, Alumni, Bandung, 1985, hal. 20. Martinus Tjipto : Perlindungan Hukum Terhadap Kreditur Dalam Perjanjian Fidusia Secara Di Bawah Tangan Penelitian Pada PT. Olympindo Multi Finance Cabang Medan Dan PT. Orix Indonesia Finance Cabang Medan, 2009 USU Repository © 2008 dan menyusun mengenai perjanjian pembiayaankredit. Perjanjian pembiayaankredit tidak secara khusus diatur dalam KUH Perdata tetapi termasuk dalam perjanjian bernama di luar KUH Perdata. Perjanjian pembiayaankredit dilandaskan oleh ketentuan-ketentuan KUH Perdata Bab XII Buku III karena perjanjian kredit mirip dengan perjanjian pinjam uang. Menurut KUH Perdata Pasal 1754 yang berbunyi: pinjam meminjam adalah suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu memberikan kepada pihak yang lain suatu jumlah tertentu barang-barang yang habis karena pemakaian, dengan syarat bahwa pihak yang terakhir ini akan mengembalikan sejumlah yang sama dari jenis dan mutu yang sama pula. 26 Dalam hal perjanjian pembiayaankredit terjadi via dealershowroom terlebih dahulu dibuat perjanjian kerjasama antara lembaga pembiayaan dengan dealer showroom untuk mempermudah pembelikonsumen dalam mengajukan atau mengurus kredit kendaraan bermotor. Di samping itu perbuatan perjanjian kerjasama tersebut juga dimaksud untuk mempermudah atau memperlancar hubungan bisnis antara dealershowroom dan lembaga pembiayaan itu sendiri dengan baik. Pemberian jaminan fidusia selalu berupa penyediaan bagian dari harta kekayaan si pemberi fidusia untuk pemenuhan kewajibannya. 27 Artinya, pemberi fidusia telah melepaskan hak kepemilikan secara yuridis untuk sementara waktu. 26 Sutarno, Aspek-Aspek Hukum Perkreditan pada Bank, Alvabetha, Jakarta, 2005, hal. 96. 27 Konsep harta kekayaan meliputi aspek ekonomi dan aspek hukum. Dari aspek ekonomi, harta kekayaan menitikberatkan pada nilai kegunaan sedangkan dari aspek hukum, harta kekayaan selain mempunyai nilai ekonomi juga merupakan benda modal yang dapat dialihkan kepada pihak lain karena ada peraturan hukumnya, lebih lanjut lihat Abdul Kadir Muhammad, Hukum Harta Kekayaan, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1994, hal. 9-12. Martinus Tjipto : Perlindungan Hukum Terhadap Kreditur Dalam Perjanjian Fidusia Secara Di Bawah Tangan Penelitian Pada PT. Olympindo Multi Finance Cabang Medan Dan PT. Orix Indonesia Finance Cabang Medan, 2009 USU Repository © 2008 Menurut Subekti, memberikan suatu barang sebagai jaminan kredit berarti melepaskan sebagian kekuasaan atas barang tersebut. 28 Kekuasaan yang dimaksud bukanlah melepaskan kekuasaan benda ekonomis melainkan secara yuridis, artinya pemberi fidusia tetap memiliki hak ekonomis atas benda bergerak yang dijaminkannya itu, akan tetapi pemberi fidusia tersebut tidak dapat mengalihkan maupun mengagunkan benda bergerak yang dijaminkannya itu kepada pihak lain sebelum kewajibannya terhadap kreditur penerima fidusia terpenuhi. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan bahwa benda jaminan masih dapat dipergunakan oleh si pemberi fidusia untuk melanjutkan usaha bisnisnya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dalam perjanjian jaminan fidusia, konstruksi yang terjadi adalah pemberi jaminan fidusia bertindak sebagai pemilik manfaat, sedangkan penerima jaminan fidusia bertindak sebagai pemilik yuridis. Benda yang dijadikan jaminan fidusia adalah segala sesuatu yang dapat dimiliki dan dialihkan, baik berwujud maupun tidak berwujud, yang terdaftar maupun tidak terdaftar, yang bergerak maupun tidak bergerak, yang tidak dapat dibebani dengan hak tanggungan atau hipotik. 29 Berbeda halnya dengan objek fidusia, benda jaminan dalam hak tanggungan adalah hak atas tanah berupa hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan dan hak pakai atas tanah negara. Pembebanan hak tanggungan dapat juga dilakukan terhadap hak atas tanah berikut bangunan, tanaman dan hasil karya yang merupakan satu kesatuan dengan tanah dan milik pemegang hak 28 R. Subekti, op.cit, hal. 27. 29 Rumusan pengertian benda dalam Pasal 1 angka 4 UUJF. Bandingkan dengan Pasal 1131 KUH Perdata. Martinus Tjipto : Perlindungan Hukum Terhadap Kreditur Dalam Perjanjian Fidusia Secara Di Bawah Tangan Penelitian Pada PT. Olympindo Multi Finance Cabang Medan Dan PT. Orix Indonesia Finance Cabang Medan, 2009 USU Repository © 2008 atas tanah tersebut. 30 Secara teoretis konseptual hak tanggungan hanya dibebankan atas tanah saja, sedangkan benda-benda yang ada di atasnya bukan merupakan benda bagian dari tanah melainkan benda yang memiliki status hukum tersendiri. 31 Ini berarti, UUHT pada prinsipnya menganut asas pemisahan horizontal. 32 Pengecualian atas asas tersebut hanya dimungkinkan apabila bangunanrumah yang ada di atas tanah tersebut adalah kepunyaan dari pemilik hak atas tanah. Dalam teori hukum pun dapat dibenarkan bahwa asas itu memiliki sifat pengecualian. Dalam teori hukum tanah yang dianut UUPA, antara tanah dan bangunanrumah yang ada di atasnya adalah terpisah satu sama lain. Hak kebendaan dari jaminan fidusia baru lahir sejak dilakukan pendaftaran pada kantor pendaftaran fidusia dan sebagai buktinya adalah diterbitkannya sertipikat jaminan fidusia. 33 Konsekuensi yuridis dari tidak didaftarkannya jaminan fidusia adalah perjanjian jaminan fidusia bersifat perseorangan persoonlijke karakter. Oleh karena itu, proses pembuatan jaminan fidusia harus dilakukan secara sempurna mulai dari tahap perjanjian kredit, pembuatan akta jaminan fidusia oleh notaris dan diikuti dengan pendaftaran akta jaminan fidusia pada kantor pendaftaran fidusia. Tahapan proses perjanjian jaminan fidusia tersebut memiliki arti yang berbeda sehingga memberi karakter tersendiri dengan segala akibat hukumnya. Pengalihan jaminan fidusia diatur dalam Pasal 19 UUJF yang berbunyi sebagai berikut: 30 Pasal 4 jo. Penjelasan Umum angka 6 UUHT. 31 Pasal 15 UUHT. 32 UUHT adalah amanat UUPA yang didasarkan kepada hukum adat. 33 Pasal 14 UUJF. Martinus Tjipto : Perlindungan Hukum Terhadap Kreditur Dalam Perjanjian Fidusia Secara Di Bawah Tangan Penelitian Pada PT. Olympindo Multi Finance Cabang Medan Dan PT. Orix Indonesia Finance Cabang Medan, 2009 USU Repository © 2008 1 Pengalihan hak atas piutang yang dijamin dengan fidusia mengakibatkan beralihnya demi hukum segala hak dan kewajiban penerima fidusia kepada kreditur baru. 2 Beralihnya jaminan fidusia sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 didaftarkan oleh Kreditur baru kepada kantor pendaftaran fidusia. Jadi pengalihan perjanjian pokok dalam mana diatur hak atas piutang yang dijamin dengan fidusia, mengakibatkan beralihnya demi hukum segala hak dan kewajiban penerima fidusia kepada kreditur baru. Selanjutnya kreditur baru harus mendaftarkan ke kantor pendaftaran fidusia. Penghapusan jaminan fidusia diatur dalam Pasal 25 UUJF, bunyinya hapusnya hutang yang dijamin dengan fidusia, pelepasan hak atas jaminan fidusia oleh penerima fidusia, dan musnahnya benda yang menjadi objek jaminan fidusia. Perjanjian fidusia, seperti halnya dengan perjanjian atau lembaga jaminan lainnya, yaitu bersifat acessoir, maka perjanjianhak fidusia hapus dapat disebabkan oleh hapusnya perikatan pokoknya, yaitu perjanjian kredit atau perjanjian hutang piutang yang mendahuluinya. Selain itu, jaminan fidusia juga hapus karena pelepasan hak jaminan fidusia oleh penerima fidusia, termasuk musnahnya benda yang manjadi objek jaminan fidusia. 34 Uraian di atas memberikan pemahaman bahwa suatu perjanjian pembiayaan kredit sangatlah membutuhkan adanya suatu perlindungan hukum, baik bagi si kreditur maupun debitur. Bagi kreditur, salah satunya adalah adanya jaminan, yang dapat dibuat dengan perjanjian jaminan fidusia, yang merupakan suatu perjanjian jaminan yang tunduk pada asas konsensualisme, yang dianut oleh KUH Perdata. 34 H.R. Daeng Naja, Hukum Kredit dan Bank Garansi, The Bankers Hand Book, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2006, hal. 290. Martinus Tjipto : Perlindungan Hukum Terhadap Kreditur Dalam Perjanjian Fidusia Secara Di Bawah Tangan Penelitian Pada PT. Olympindo Multi Finance Cabang Medan Dan PT. Orix Indonesia Finance Cabang Medan, 2009 USU Repository © 2008 Pengertian konsensualisme adalah perjanjian sudah dilahirkan sebagai suatu perjanjian yang sah mengikat dan mempunyai kekuatan hukum pada detik tercapainya kata sepakat mengenai apa yang telah diperjanjikan antara kreditur dan debitur. Kata sepakat mengenai kredit antar kreditur dan debitur dalam perjanjian kreditpembiayaan dinyatakan dengan cara menandatangani surat perjanjian pembiayaankredit. 35 Asas konsensualisme itu sendiri dianut oleh KUH Perdata. 36 Sudikno Mertokusumo menjelaskan bahwa dalam hak terdapat empat unsur, yaitu subjek hukum, objek hukum, hubungan hukum yang mengikat pihak lain dengan kewajiban dan perlindungan hukum. Hak milik itu ada subjeknya yaitu pemilik, sebaliknya setiap orang terikat kewajiban untuk menghormati hubungan antara pemilik dan objek yang dimilikinya. Seseorang yang membeli suatu barang dari orang lain berhak atas barang yang dibelinya, sedangkan penjual mempunyai kewajiban untuk menyerahkan barang yang dijualnya. Jadi hak pada hakekatnya merupakan hubungan hukum dengan subjek hukum lain yang dilindungi oleh hukum dan menimbulkan kewajiban. 37 Penjelasan di atas memberikan pemahaman, kalau interaksi atau hubungan yang dilakukan oleh orang yang satu dengan yang lainnya di dalam kehidupan masyarakat akan menimbulkan hubungan hukum yang menciptakan hak dan 35 Sutan Remy Sjahdeini, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan yang Seimbang Bagi Para Pihak dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia, Institut Bankir Indonesia, Jakarta, 1993, hal. 182-183. 36 Pasal 1320 KUH Perdata 37 Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum: Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta, 2003, hal. 42. Martinus Tjipto : Perlindungan Hukum Terhadap Kreditur Dalam Perjanjian Fidusia Secara Di Bawah Tangan Penelitian Pada PT. Olympindo Multi Finance Cabang Medan Dan PT. Orix Indonesia Finance Cabang Medan, 2009 USU Repository © 2008 kewajiban di antara satu dengan atau terhadap lainnya. 38 Hak dan kewajiban yang timbul dari hubungan hukum tersebut harus dilindungi oleh hukum, sehingga orang atau anggota masyarakat merasa aman kepentingannya. Demikian juga halnya dalam perjanjian fidusia yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan dalam pembiayaan konsumen kredit kendaraan bermotor.

2. Konsepsi