Tinjauan Hukum Pelaksanaan Perjanjian Kredit Studi Pada Bank BRI Cabang Medan

(1)

TINJAUAN HUKUM PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT STUDI PADA BANK BRI CABANG MEDAN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dan Memenuhi Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

O L E H

CITRA VALENTINA NAINGGOLAN 070200174

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN

JURUSAN HUKUM PERDATA DAGANG FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

TINJAUAN HUKUM PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT STUDI PADA BANK BRI CABANG MEDAN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dan Memenuhi Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Oleh:

CITRA VALENTINA NAINGGOLAN NIM. 070200174

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN

PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA DAGANG

Disetujui Oleh:

Ketua Departemen Hukum Keperdataan

Dr. Hasim Purba, S.H.,M.Hum NIP. 196603031985081001

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Prof. Dr. Runtung, S.H,M.Hum Puspa Melati, S.H,M.Hum NIP.195611101985031022 NIP.196801281994032001

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan Rahmatnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum Universitas Sumatera Utara. Adpun judul dari skripsi ini adalah : “TINJAUAN HUKUM PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT KUPEDAS STUDI PADA BANK BRI CABANG MEDAN”.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak sehingga banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Sehingga dalam kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. DR Runtung Sitepu, SH, M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan sekaligus juga selaku Dosen Pembimbing I yang telah menyediakan waktu untuk memberi saran dan petunjuk serta bimbingan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

2. Bapak Prof. DR Budiman Ginting, SH, M.Hum, selaku Pembantu Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan.

3. Bapak Syafruddin Hasibuan, SH, M.H, DFM, selaku Pembantu Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan.

4. Bapak M. Husni, SH, MS, selaku Pembantu Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan.


(4)

5. Bapak Dr. Hasim Purba, SH, M.Hum, selaku Ketua Departemen Hukum Keperdataan Universitas Sumatera Utara Medan.

6. Ibu Puspa Melati, SH, M.Hum. Selaku Dosen Pembimbing II yang Juga telah meluangkan waktu untuk membimbing penulis dalam penyelesaian Skripsi ini.

7. Ibu Dr. Marlina , SH, M.Hum, selaku Dosen Wali penulis selama mengikuti masa perkuliahan.

8. Bapak dan Ibu dosen serta para pegawai Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan yang turut mendukung segala urusan perkuliahan dan administrasi penulis selama mengikuti perkuliahan.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis juga mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada :

1. Orang Tua penulis yang tercinta: Ayahanda Drs S. Nainggolan dan Ibunda Luke Br Tamba yang telah memberikan segenap kasih sayang dan perhatian, bimbingan yang tulus kepada penulis.

2. Saudara – saudara penulis yang tercinta : Abangda Daniel Pasarella Nainggolan, adinda Alexander Sabaraja Nainggolan dan Dewi Novita Nainggolan yang telah memberi motivasi dan dukungan kepada penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.


(5)

4. Teman – Teman Kelompok Kecil

5. Teman- teman KSK

6. Senior – senior yang telah membantu dalam pengerjaan skripsi penulis.

7. Teman – teman Team Basket Putri Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

8. Teman- teman KSK dojo SMPN 6 Medan .

9. Teman – teman civitas GMKI Komisariat Fakulas Hukum Universitas Sumatera Utara.

10. Gema KBN Sumatera Utara.

Buat setiap pihak yang tidak dapat dituangkan namanya satu per satu dalam lembar ini, yang telah berjasa memberikan dukungannya baik moril maupun materill dalam tersusunnya skripsi ini, Whenny ucapkan banyak terimakasih.

Medan, Maret 2011

Penulis


(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...i

DAFTAR ISI...iv

ABSTRAK ...vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...1

B. Perumusan Masalah...11

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan...11

D. Keaslian Penulisan...13

E. Tinjauan Kepustakaan...13

F. Metode Penulisan...16

G. Sistematika Penulisan...18

BAB II SYARAT –SYARAT DAN PROSEDUR PEMBERIAN KREDIT PADA PT BANK BRI A. Kredit Kupedes sebagai salah satu produk PT Bank BRI...21


(7)

B. Syarat – syarat dalam perjanjian pemberian

kredit Kupedes ...30

C. Prosedur Pemberian Kredit Kupedes pada

PT Bank BRI...42

BAB III FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN DEBITUR WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT KUPEDES

A. Pengertian , Unsur , Tujuan dan Fungsi

Kredit Umumnya...49

B. Prinsip – Prinsip Yang Terkandung dalam

Kredit Bank ...65

C. Ketentuan dalam Pemberian Kredit Kupedes

PT Bank BRI……………….……...69

D. Pengertian Wanprestasi dan Faktor – Faktor Penyebab Debitur Wanprestasi dalam Perjanjian Kupedes pada PT Bank BRI...77

BAB IV TATA CARA PENYELESAIAN WANPRESTASI PADA KREDIT KUPEDES PT BANK BRI

A. Penetapan Strategi Pengelolaan Kupedes Bermasalah...82


(8)

C. Penyelesaian Kupedes Bermasalah pada Bank BRI...85

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan...97

B. Saran ...98

DAFTAR PUSTAKA


(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Beberapa tahun belakangan ini, sistem perekonomian internasional semakin berkembang luas. Hal ini tampak pada semakin banyaknya variasi instrumen keuangan yang beredar di dalam sistem keuangan. Perkembangan Instrumen keuangan ini sejalan dengan perkembangan dari lembaga – lemabaga keuangan itu sendiri. Indonesia sebagai bagian dari komunitas internasional, juga terlibat di dalam perkembangan tersebut.1

Hubungan antara pertumbuhan suatu kegiatan perekonomian ataupun pertumbuhan suatu kegiatan usaha dari perusahaan dengan eksistensi perkreditan mempunyai koefisiensi korelasi yang erat , baik bersifat negatif maupun positif. Perbankan sebagai lembaga intermediasi keuangan (financial intermediary institution ) memegang peranan yang sangat penting dalam proses pembangunan nasional. Peranan strategis bank sebagai wahana yang mampu menghimpun dan Perkembangan perekonomian yang pesat ditandai dengan adanya perkembangan kegiatan yang pesat didalam dunia usaha. Dengan adanya perkembangan dunia usaha tersebut menyebabkan diperlukannya sumber - sumber dana dalam upaya pengembangan kegiatan usaha yang dilakukan oleh para pengusaha. Kredit perbankan merupakan salah satu sumber dana dalam upaya peningkatan kegiatan usaha, baik dalam kegiatan produksi suatu usaha maupun dalam perluasan kegiatan usaha.

1 Neni Sri Imaniyati, Pengantar Hukum Perbankan Indonesia. (Bandung : Refika Aditama, 2010)


(10)

menyalurkan dana masyarakat secara efektif dan efisien ke arah peningkatan taraf hidup rakyar. 2

Stuart Verryn dalam bukunya Bank Politik, mengatakan:

“ Bank adalah suatu badan yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit, baik dengan alat-alat pembayarannya sendiri atau uang yang diperolehnya dari orang lain, maupun dengan jalan memperedarkan alat-alat penukaran baru berupa uang giral”.3

Sedangkan bila dilihat dalam ketentuan Undang – Undang No 10 tahun 1998 jo. Undang – undang No 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan yaitu :

“ Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kemabali dalam bentuk kredit atau bentuk – bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak “4

Bank pada dasarnya mempunyai fungsi mentransfer dana – dana (loneable funs) dari penabung atau unit surplus (lenders) kepada peminjam (borrowers) atau unit defisit. Dana-dana tersebut dialokasikan dengan negosiasi antara pemilik dana dan pemakai dana melalui pasar uang dan pasar modal. Produk yang ditransaksikan dapat berupa sekuritas primer (saham, obligasi, promes dan sebagainya) serta sekuritas sekunder (giro, tabungan, deposito, polis, program pensiun, saham dan sebagainya). Sekuritas sekunder ini diterbitkan oleh bank

2 Johanes Ibrahim, Bank sebagai Lembaga Intermediasi dalam Hukum Positif, (Bandung :

CV.Utomo,2004), hal.36


(11)

untuk ditawarkan ke unit surplus dan unit surplus akan menerima pendapatan pendapatan bunga dari bank. Dana yang dihumpun dari unit surplus disalurkan kembali kepada unit defisit dan unit defisit akan membayar biaya bunga kepada bank.5

Di Indonesia lembaga keuangan bank memiliki misi dan fungsi khusus yaitu bank diarahkan untuk berperan sebagai agen pembangunan(agent of development), yaitu sebagai lembaga yang bertujuan mendukung pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil–hasilnya, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional kearah peningkatan taraf hidup rakyat banyak. Fungsi tersebut merupakan jabaran dari Pasal 4 UU Perbankan, yaitu perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional kearah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.6

Dengan demikian bank di Indonesia ditugaskan oleh pemerintah untuk turut melaksanakan program pemerintah guna mengambangkan sektor perekonomian tertentu, atau memberikan perhatian lebih besar pada koperasi atau kepada pengusaha golongan ekonomi lemah / pengusaha kecil dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Hal tersebut menunjukkan bahwa selain memiliki tugas – tugas tradisonal yaitu menghimpun dana dari masyarakat dean

5 Johanes Ibrahim. Op.cit., hal. 36


(12)

memberikan kredit , perbankan di Indonesia juga berfungsi untuk menjaga kestabilan moneter. 7

Disamping itu bank juga mempunyai peranan penting dalam sistem keuangan yaitu :

a. Pengalihan aset (aset transmuation)

Bank akan memberikan pinjaman kepada pihak yang membutuhkan dana dalam jangka waktu tertentu yang disepakati. Sumber dana tersebut diperoleh dari pemilik dana yaitu dari unit surplus yang jangka waktunya dapat diatur sesuai keinginan pemilik dana. Dalam hal ini bank telah berperan sebagai pemilik aset dari unit surplus ( lender) kepada unit defisit ( borrowers ).

b. Transaksi ( transaction )

Bank memberikan berbagai kemudahan kepada pelaku bisnis untuk melakukan transaksi barangdan jasa. Produk –produk yang dikeluarkan oleh bank ( giro , tabungan, deposito dan sebagainya ) merupakan pengganti dari uang dan dapat digunakan sebagai alat pembayaran.

c. Likuiditas ( liquidity )

Unit surplus dapat menempatkan dana yang dimilikinya dalam bentuk produk – produk berupa giro, deposito tabungandan sebagainya. Produk-produk tersebut masing –masing mempunyai tingkat likuiditas yang


(13)

berbeda-beda. Untuk kepentingan likuiditas pemilik dana, mereka dapat menempatkan dananya sesuai dengan kebutuhan dan kepentingannya. d. Efisiensi ( effiency )

Bank dapat menurunkan biaya transaksi dengan jangkauan pelayanannya. Peranan bank sebagai broker adalah mempertemukan pemilik dan pengguna dana. 8

Dalam ketentuan Undang – Undang Perbankan No 10 Tahun 1998 jo Undang – undang No 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, hanya ada dua jenis bank yaitu :

1. Bank Umum

“ Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.”9

2. Bank Perkreditan Rakyat

“ Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.”10

8 Johanes Ibrahim, Op.Cit., hal. 37-38

9 Pasal 1 angka (3) Undang-undang No. 10 Tahun 1998 jo Undang – undang No 7 tahun

1992 Tentang Perbankan

10 Pasal 1 angka (4) Undang-undang No. 10 Tahun 1998 jo Undang – undang No 7 Tahun


(14)

Pengertian kedua jenis bank tersebut didasarkan pada segi fungsi bank. Untuk lebih memperjelas ruang lingkup dan batasan kegiatan yang dapat dilakukan oleh bank , tercantum dalam Pasal 6 dan pasal 7 Undang-Undang No 10 Tahun 1998 jo Undang-Undang No 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan yaitu :

1. Usaha Bank Umum Meliputi :

a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa Giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan dan/ atau bentuk lainnya yang dapat dipersamakan dengan itu;

b. Memberikan kredit;

c. Menerbitkan surat pengakuan utang;

d. Membeli , menjual, atau menjamin atas resiko sendiri maupun untuk kepentingan atau atas perintah nasabahnya;

e. Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan nasabah;

f. Menempatkan dana pada, meminjam dana dari, atau meminjamkan dana kepada bank lain, baik dengan menggunakan surat sarana telekomunikasi maupun dengan wesel unjuk, cek,atau sarana lainnya g. Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan

perhitungan dengan atau antar pihak ketiga;

h. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga; i. Melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain


(15)

kepada nasabah lainnya dalam bentuk surat berharga yang tidak tercatat di bursa efek;

j. Membeli melalui pelelangan agunan baik semua maupun sebagian dalam hal debitur tiidak memenuhi kewajibannya kepada bank,dengan ketentuan agunan yang dibeli tersebut wajib dicairkan secepatnyaj; k. Melakukan kegiatan anjak piutang, usaha kartu kredit dan kegiatan

wali amanat;

l. Menyediakan pembiayaan dan atau melakukan kegiatan lain berdasarkan prinsip syariah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan Bank Indonesia;

m. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank sepanjang tidak bertentangan dengan Undang-Undang ini dan peraturan perundang-undangan yang berlaku

2. Sedangkan usaha bank umum meliputi :

a. Menghimpun dana dari masyarkat dalam bentuk simpanan berupa depositoberjangka, tabungan, dan /atau bentuk lain yang dipersamakan dengan itu;

b. Memberikan kredit;

c. Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan prinsip syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetaapkan oleh Bank Indonesia;


(16)

d. Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia(SBI ), deposito berjangka, sertifikat deposito, dan/ atau tabungan pada bank lain.

Berdasarkan ruang lingkup dan batasan kegiatan yang dapat dilakukan oleh bank tersebut maka dapat diketahui bahwa salah satu kegiatan yang dilakukan oleh bank adalah Memberikan Kredit. Menurut Undang – undang No 10 Tahun 1998 jo Undang – undang no 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan menyatakan bahwa Kredit adalah penyedian uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.11

Menurut OP. Simorangkir kredit adalah pemberian prestasi misalnya (Uang,barang) dengan balas prestasi (kontraprestasi) yang akan terjadi pada waktu yang akan datang. Kehidupan ekonomi modren adalah prestasi uang, yang dengan demikian transaksi kredit menyangkut uang sebagai alat kredit. Kredit berfungsi kooperatif antara si pemberi kredit dan si penerima kredit atau antara kreditur dengan debitur. Mereka menarik keuntungan dan saling mengambil resiko. Singkatnya, Kredit dalam arti luas didasarkan atas komponen kepercayaan , risiko dan pertukaran ekonomi di masa – masa mendatang.

12


(17)

Pada dasarnya ada 3 macam produk kredit. Yakni :

1. Kredit Usaha 2. Kredit Konsumsi 3. Kredit serba Guna

Kredit usaha adalah kredit yang digunakan untuk membiayai perputaran usaha atau bisnis sehingga dapat menghasilkan sesuatu yang produktif, seperti usaha perdagangan, usaha industtri rumah tangga, usaha industri rumah tangga, usaha jasa konsultasi, dan lain-lain. Bila usaha yang anda miliki prospeknya ke depan kelihatan cukup baik, anda bisa datang kepada bank mengajukan permohonan pinjaman dana untuk usaha.

Kredit Konsumsi adalah kredit yang digunakan untuk membeli barang konsumtif , seperti rumah baru, mobil pribadi dsb. Karena uang pinjaman digunakan untuk konsumsi pribadi nasabah , maka risiko bagi bank akan lebih besar karena thal tersebut sehingga suku bunga yang dibebankan kepada nasabah akan lebih besar ketimbang bunga kredit yang digunakan untuk usaha.

Kredit Serba Guna yaitu kredit yang bisa digunakan untuk tujuan apa saja, bisa untuk konsumsi maupun untuk usaha. 13

Kredit pada awalnya mengarahkan fungsinya untuk merangsang kedua belah pihak untuk tujuan pencapaian kebutuhan baik dalam bidang usaha maupun

13 Safir Senduk, Berkenalan Dengan Kredit Bank


(18)

untuk kebutuhan sehari –hari. Pihak yang mendapatkan kredit harus dpat menunjukkan prestasi yang lebih tinggi dari kemajuan usahanya. Adapun bagi pemberi kredit , secara meterial harus mendapatkan rentabilitas berdasarkan perhitungan yang wajar dari modal yang dijadikan objek kredit, dan secara spiritual mendapatkan kepuasan karena dapat membantu pihak lainuntuk mencapai kemajuan. Suatu kredit mencapai fungsinya , baik bagi debitur , kreditur , maupun bagi masyarakat, apabila secara sosial ekonomis membawa pengaruh yang lebih baik. Bagi pihak debitur dan kreditur sama –sama memperoleh keuntungan, dan juga mengakibatkan tambahan penerimaan negara dari sektor pajak, serta membawa dampak kemajuan ekonomi yang bersifat mikro dan makro.

Pemberian kredit dewasa ini merupakan salah satu cara untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Namun disamping itu terdapat juga hambatan – hambatan dan kesulitan dikarenakan banyaknya terjadi Kredit Macet , dalam artian debitur tidak dapat mengembalikan pinjamannya sesuai dengan waktu yang telah ditentukan sehingga menyebabkan proses perputaran dana kredit terhenti. Dengan adanya kondisi yang demikian maka diperlukan pemberian kredit yang selektif berdasarkan pertimbangan – pertimbangan tertentu. Selain itu diperlukan juga adanya konsekuensi hukum yang tegas apabila kreditur wanprestasi .

Sehubungan dengan hal tersebut , penulis tertarik menganggkat judul “ Tinjauan Hukum Pelaksanaan Perjanjian Kredit KUPEDES Studi Pada Bank Rakyat Indonesia ( BRI ) cabang Medan.” Sebagai suatu persyaratan untuk


(19)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis merumuskan permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini, yaitu sebagai berikut :

1. Bagaimana syarat- syarat dan prosedur pemberian kredit Kupedes pada BRI cabang medan ?

2. Faktor – faktor apa yang menyebabkan wanprestasi dalam perjanjian kredit Kupedes pada BRI cabang medan ?

3. Bagaimana tata cara penyelesaian apabila debitur wanprestasi dalam perjanjian kredit Kupedes BRI cabang Medan ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan Penulisan

Adapun yang menjadi tujuan penulisan dapat dikemukakan sebagai berikut:

1. Tujuan Objektif :

a. Untuk mengetahui prosedur pemberian kredit Kupedes pada BRI cabang medan.

b. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya wanprestasi dalam perjanjian kredit Kupedes pada BRI cabang Medan c. Untuk mengetahui akibat hukum apa saja yang ditimbulkan apabila

debitur wanprestasi dalam perjanjian kredit Kupedes pada BRI cabang medan.


(20)

2. Tujuan Subjektif :

a. Untuk memperluas pengetahuan dan wawasan penulis di bidang hukum serta pemahaman aspek hukum dalam teori dan praktek terhadap operasional pemberian kredit, faktor – faktor yang menjadi penyebab terjadi wanprestasi dan akibat hukum yang timbul apabila debitur wanprestasi dalam kredit perjanjian Kupedes pada BRI cabang Medan.

b. Untuk memenuhi syarat akademis guna memperoleh gelar kesarjanaan Ilmu Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Manfaat Penulisan

1. Secara teoritis penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat pada umumnya dan khususnya bagi mahasiswa yang berminat pada dunia perbankan serta dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Dengan adanya tulisan ini kiranya dapat memberikan pengetahuan umum mengenai prosedur pemberian perbankan khususnya mengenai kredit Kupedes , faktor – faktor yang menyebabkan debitur wanprestasi ,serta akibat hukum yang ditimbulkan apabila debitur wanprestasi dalam perjanjian kredit Kupedes.

2. Secara praktis tulisan ini dapat memberikan jawaban atas masalah yang diteliti, melatih mengembangkan pola pikir yang sitematis serta mengukur kemampuan penulis dalam menerapkan ilmu pengetahuan yang telah


(21)

D. Keaslian Penulisan

Penulisan skripsi ini didasarkan oleh ide, gagasan maupun pemikiran penulis serta masukan yang berasal dari berbagai pihak guna membantu penulisan ini dari awal hingga akhir. Disini penulis memaparkan suatu “ Tinjauan hukum pelaksanaan perjanjian kredit Kupedes , studi pada Bank Rakyat Indonesia ( BRI ) cabang medan. Skripsi ini belum pernah dibuat oleh mahasiswa Fakultas Hukum Universitas sumatera Utara sebelumnya. Kalaupun terdapat kesamaan , hal tersebut tidak merupakan suatu kesengajaan dan tentunya dilakukan dengan pendekatan masalah yang berbeda, seperti:

Judul Skripsi “ Tata cara Pemberian Kredit Umum Pedesaan ( Kupedes ), Studi Pada PT Bank Rakyat Indonesia ( Persero )Unit Setiabudi Medan “, ditulis oleh Nora sondang Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dengan pembahasan skripsi ini mengenai Tata cara Pemberian Kredit Umum Pedesaan ( Kupedes ), Studi Pada PT Bank Rakyat Indonesia (Persero)Unit Setiabudi Medan

Oleh karena itu, penulisan yang berjudul “ Tinjauan Hukum Pelaksanaan Perjanjian Kredit Kupedes studi Pada Bank BRI cabang medan “belum ada dilakukan di Fakultas hukum Universitas Sumatera Utara.

E. Tinjauan Kepustakaan

Subekti mengatakan bahwa “ perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada orang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji


(22)

untuk melaksanakan suatu hal” .14 Lain halnya dengan Wirjono Projodikoro yang berpendapat bahwa “ Perjanjian adalah suatu perhubungan hukum mengenai harta benda antara dua pihak, dalam mana satu pihak berjanji atau dianggap berjanji untuk melakukan suatu hal atau tidak melakukan suatu hal, sedang pihak lain berhak menuntut pelaksanaan perjanjian itu “.15

Dari perumusan pasal 1313 KUHPerdata , dapat disimpulkan bahwa perjanjian dalam pasal tersebut adalah perjanjian yang menimbulkan perikatan. Dengan demikian hubungan antara perikatan dan perjanjian itu menerbitkan perikatan. Perjanjian adalah sumber perikatan, disamping sumber lainnya yaitu undang –undang .sedangkan terhadap perjanjian kredit subekti mengatakan bahwa dalam bentuk apapun juga perjanjian kredit itu diadakan, dalam semuanya itu pada hakikatnya yang terjadi adalah suatu perjanjian pinjam – meminjam sebagaimana diatur dalam KUHPerdata Pasal 1754 sampai dengan 1769. Tak jauh berbeda dengan pendapat subekti Marhais berpendapat bahwa perjanjian kredit adalah perjanjian yang identik dengan perjanjian pinjam –meminjam dan dikuasai oleh ketentuan bab XXI dari buku III KUHPerdata. Mariam Darus Badrulzaman tidak sependapat dengan Subekti dan Marhais karena berdasarkan kenyataan Apabila dilihat dari Pasal 1313 KUHPerdata maka “ perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih “.


(23)

perjanjian kredit itu memiliki identitas yang berbeda dengan perjanjian pinjam uang .16

Berdasarkan ketentuan pasal 1 angka 2 Undang – undang No 10 tahun 2008 Tentang Perubahan atas Undang – undang No 7 tahun 1992 tentang Perbankan , mengatakan :

Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Dalam perkembangan dewasa ini, maka istilah bank dimaksud sebagai suatu jenis pranata finansiala yang melaksanakan jasa – jasa keuangan yang cukup beraneka ragam, seperti pinjaman, pemberi pinjaman dan mengedarkan mata uang, mengadakan pengawasan terhadap mata uang, bertindak sebagai tempat penyimpanan untuk benda – benda berharga, membiayai usaha – usaha perusahaan.17

Bentuk kredit yang dimaksud dalam pengertian bank berdasarkan pasal 1 ayat (2) yaitu kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam

16 Johanes Ibrahim, Op. Cit.,hal. 108

17 Munir Fuady , Hukum Perbankan Modren, (Bandung : Penerbit Citra Aditya


(24)

meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utang setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga”.18

Pengertian Kredit Umum Pedesaaan atau disingkat (Kupedes) adalah kredit yang diberikan untuk mengembangkan/ meningkatkan usaha –usaha kecil yang sudah ada di pedesaan, baik usaha –usaha yang sebelumnya perbah dibantu dengan fasilitas kredit mini / kredit midi danjenis kredit yang lain maupun usaha-usaha dari calon nasabah baru .

19

F. Metode Penelitian

Untuk mencari dan menemukan kebenaran secara ilmiah dan untuk mendapakan hasil yang optimal dalam melengkapi bahan-bahan bagi penulisan skipsi, metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang penulis pergunakan dalam penyusunan penulisan hukum ini adalah penelitian hukum doktrinal/normatif atau penelitian hukum kepustakaan serta penelitian lapangan ( field Research ). Yang dimaksud dengan penelitian hukum kepustakaan yaitu penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier. Bahan-bahan tersebut disusun secara sistematis, dikaji, kemudian ditarik suatu kesimpulan dalam

18 Pasal 1 angka (11) Undang-undang No. 10 Tahun 1998 jo Undang – undang No 7


(25)

hubungannya dengan masalah yang diteliti. Sedangkan yang dimaksud dengan penelitian lapangan yaitu dengan mengadakan penelitian langsung ke lapangan dan mengadakan interview, dengan mengajukan daftar pertanyaan serta mengambil bahan – bahan yang diperlukan dalam penulisan skripsi

2. Sifat Penelitian

Sifat penelitian yang digunakan penulis dalam penulisan hukum ini adalah deskriptif, yaitu menggambarkan serta menguraikan semua data yang diperoleh dari hasil studi kepustakaan yang berkaitan dengan judul penulisan hukum yang secara jelas dan rinci kemudian dianalisis guna menjawab permasalahan yang diteliti.

3. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian dalam penulisan hukum ini adalah pendekatan normatif/juridis. Pendekatan ini merupakan metode pendekatan yang mengkonsepsikan hukum sebagai norma, kaidah, asas, atau dogma-dogma (yang seharusnya).

4. Jenis Data dan Sumber Data

Jenis data yang penulis pergunakan dalam penelitian ini berupa data yang meliputi data primer ,sekunder dan tersier yaitu data atau informasi hasil penelaahan dokumen penelitian seperti buku-buku, literatur, artikel internet, maupun arsip-arsip yang berkesesuaian dengan penelitian yang dibahas.


(26)

Sumber data dalam penelitian ini adalah sumber data sekunder berupa dokumen publik dan catatan-catatan resmi (public documents and official records). Di samping sumber data yang berupa Undang-Undang negara, penulis juga memperoleh data dari beberapa jurnal, buku-buku referensi, dan melakukan wawancara langsung terhadap pihak –pihak yang berwenang.

5. Teknik Pengumpulan Data

Kegiatan pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan cara pengumpulan (dokumentasi) data sekunder berupa peraturan perundangan, artikel maupun dokumen lain serta mengadakan penelitian langsung melakukan wawancara terhadap orang – orang berkompeten yang dibutuhkan untuk kemudian dikategorisasi menurut pengelompokan yang tepat . Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik studi pustaka dan penelitian lapangan ( field research ) untuk mengumpulkan dan menyusun data yang diperlukan 6. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah non statistik. Analisis non statistik ini dilakukan dengan kualitatif. Mengenai kegiatan analisis isi dalam penelitian ini adalah mengklasifikasi pasal-pasal dokumen sampel ke dalam kategori yang tepat. Setelah analisis data selesai, maka hasilnya akan disajikan secara deskriptif .


(27)

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan hukum adalah untuk memberi gambaran yang jelas dan komprehensif menganai penulisan hukum ini, maka berikut ini sistematika yang hendak penulis sajikan :

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini disajikan tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, keaslian penulisan, metode penelitian, serta sistematika penulisan hukum.

BAB II : SYARAT–SYARAT DAN PROSEDUR PEMBERIAN KREDIT PADA PT BANK BRI

Dalam bab ini menguraikan secara singkat mengenai Kredit Kupedes sebagai salah satu produk PT Bank BRI, Syarat – syarat dalam perjanjian pemberian kredit Kupedes, Prosedur Pemberian Kredit pada PT Bank BRI

BAB III : FAKTOR – FAKTOR YANG MENYEBABKAN DEBITUR WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT KUPEDES

Dalam bab sebagai landasan teoritis yang bertujuan untuk menunjang bab pembahasan yang terdiri dari pengertian kredit dan unsur-unsur kredit, tujuan , pengertian dan prinsip yang terkandung


(28)

dalam kredit bank, Pengertian Wanprestasi dan Faktor – Faktor Penyebab Debitur Wanprestasi dalam Perjanjian Kupedes pada PT Bank BRI

BAB IV : TATA CARA PENYELESAIAN WANPRESTASI PADA KREDIT KUPEDES BRI UNIT PADANG BULAN

Dalam bab ini dibahas tentang deskripsi mengenai Penetapan Strategi Pengelolaan Kupedes Bermasalah, Rencana Tindak Lanjut Kupedes Bermasalah,Penyelesaian Kupedes Bermasalah pada Bank BRI

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan dan saran yang menjadi pokok - pokok pikiran penulis, berdasarkan atas uraian–uraian yang telah dikemukakan dalam skripsi ini sebelumnya.


(29)

BAB II

SYARAT–SYARAT DAN PROSEDUR PEMBERIAN KREDIT PADA PT BANK BRI

Pada awalnya penulis hendak melakukan penelitian mengenai perjanjian kredit Kupedes di BRI Cabang Medan. Namun setelah menghubungi pihak BRI Cabang Medan untuk melakukan penelitian, penulis diujuk untuk melakukan penelitian ke BRI Unit Padang Bulan dikarenakan KUPEDES hanya disediakan oleh BRI Unit bukan Kantor Cabang BRI.

A. Kredit Kupedes sebagai salah satu produk PT Bank BRI

1. Pengertian

Kredit KUPEDES merupakan kredit yang dilayani di BRI unit dan diberikan dalam mata uang rupiah. KUPEDES adalah kredit yang bersifat umum, individual, selektif, dan berbunga wajar yang bertujuan meningkatkan usaha mikro yang layak.

Dari pengertian di atas jelas bahwa Kupedes diutamakan untuk membiayai usaha kecil yang ada di masyarakat. Namun demikian dalam jumlah yang terbatas, direksi BRI juga mengambil kebijakan agar KUPEDES dapat pula diberikan kepada golongan masyarakat yang berpenghasilan tetap. Perlu ditekankan disini bahwa KUPEDES hanya disediakan oleh BRI Unit dan bukan oleh bank lain dan sasarannya diutamakan pada perorangan atau badan usaha yang bergerak dalam dunia usaha baik dengan jaminan nama dan usahanya sendiri maupun atas


(30)

jaminan bapak angkat (BA) ,ataupun mitra usahanya. Setelah para pengusaha/badan usaha, maka Kupedes juga dapat diberikan kepada golongan masyarakat berpenghasilan tetap (GBT) termasuk dalam GBT ini, selain Pegawai Negri Sipil, ABRI , BUMN, dan karyawan perusahaan swasta juga adalah para guru SD yang kuliah di Universitas Terbuka (UT) dengan biaya sendiri, baik yang masuk dalam program PGSD ( penyetaraan guru sekolah dasaar ) maupun guru sd non PGSD serta para orang tua / wali mahasiswa .

2. Batasan dan Ruang Lingkup Kupedes

Kupedes dapat diberikan untuk semua kebutuhan pembiayaan usaha mikro (microfinancing) dimasyarakat dengan prosedur yang relatif mudah dan sederhana, dengan sektor meliputi pertanian, perdagangan, industri, jasa dan golongan berpernghasilan tetap.

a. Batasan ( Plafond )

Besarnya plafon Kupedes adalah sampai dengan Rp 50.000.000,- yang sumber pembayaran kembali kreditnya berasal dari cashflow usaha dan atau dari pendapatan tetap peminjaman.

Khusus untuk Kupedes dengan agunan cash collateral besarnya plafon yang dapat diberikan diatur dalam ketentuan tersendiri.

b. Jenis Kupedes


(31)

1. Kupedes Modal Kerja

Kupedes ini diberikan kepada pengusaha dan golongan berpenghasilan tetap sebagai tambahan dana / atau pembiayaan untuk mencukupi kebutuhan modal kerja usahanya atau untuk membiayai keperluan konsumtif maupun non konsumtif ( produktif ).

Adapun sektor-sektor ekonomi yang dapat dibiayai dengan Kupedes Modal Kerja ini yaitu :

a. Sektor Pertanian

Yakni untuk membiayai semua jeniskegiatan pertanian dan kegiatan lainnya yang terkait dengan menunjang pada hasil usaha bercocok tanam seperti pengecer pupuk atau obat – obatan, pengusaha mikro yang mengumpulkan segala hasil pertanian, perikanan, peternakan atau perkebunan dan memasarkan kembali dengan atau tanpa proses lebih lanjut.

b. Sektor Perindustrian.

Yakni untuk pembiayaan pengolahan bahan mentah menjadi barang setengah jadi, pengolahan barang setengah jadi menjadi barang jadi. Yang dimaksud barang mentah disini adalah barang mentah yang tidak berasal dari hasil pertanian seperti dimaksud pada butir 1 di atas.


(32)

Yakni untuk pembiayaan pembelian dan penjualan atau pemasaran barang dagangan, misalny perdagangan sembilan bahan pokok, keperluan sehari-hari, material bangunan, batik atau kain, minyak tanah dan lain sebagainya. Dalam hal ini tidak termasuk pembelian dan penjualan atau pemasaran hasil langsung pertanian seperti yang dimaksud dalam butir satu di atas.

d. Sektor Jasa Lainnya.

Yakni untuk pembiayaan usaha yang bersifat pelayanan jasa kepada umum. Misalnya perbengkelan, salon, penjahit dan lain sebagainya.

e. Sektor Golongan Berpenghasilan Tetap

Yaitu Kupedes yang dipergunakan untuk pembiayaan konsumtif dan produktif yang pengembaliannya didasarkan pada pendapatan (gaji) nasabah / debitur. Pembiayaan tersebut semata-mata hanya merupakan biaya dan tidak mengahsilkan sesuatu yang berbentuk fisik.

2. Kupedes Investasi

Kupedes ini diberikan kepada pengusaha untuk pembiayaan pembangunan prasarana dan sarana atau perlatan produksi. Sedang bagi golongan yang berpenghasilan tetap, kredit tersebut dapat digunakan untuk pembelian atau pembangunan rumah, pembelian kendaraan bermotor dan lain sebagainya yang bersifat produktif.


(33)

Adapun sektor –sektor ekonomi yang dapat dibiayai dengan Kupedes investasi antara lain adalah :

a. Sektor pertanian

Yakni untuk pembelian alat –alat pertanian, seperti bajak atau traktor, alat perontok padi ( tresser hold ) , alat sortasi hasil panen kedelai, mesin parut kelapa, pembuatan gudang dan lantai jemuran, pembelian bibit tanaman keras ( yang tidak habis dalam satu kali panen, misal bibit jeruk, karet, kelapa, teh ) atau untuk pembelian bibit ayam petelor, sapi perah dan lain sebagainya.

b. Sektor Perindustrian

Misalnya untuk pembiayaan pengadaan alat –alat produksi (mesin jahit, tungku pembakaran gamping dan lainnya) , pembangunan atau perbaikan bangunan pabrik, tempat usaha, dan lainnya, sepanjang tujuan utama bukan untuk mengolah hasil langsung pertanian .

c. Sektor Perdagangan

Misalnya untuk pembelian alat –alat berjualan, pembangunan, perbaikan atau perlusan tempat berjualan atau gudang dan lainnya yang tidak bertujuan untuk memperdagangkan hasil langsung pertanian sebagai yang paling dominan.


(34)

Misalnya untuk pembelian alat –alat perbengkelan, mesin jahit, salon, pembelian kendaraan angkutan dan lainnya.

e. Sektor Golongan Berpenghasilan Tetap

3. Suku Bunga Kupedes

Perhitungan suku bunga Kupedes saat ini ditetapkan dengan perhitungan

flat rate system yaitu bahwa bunga Kupedes dihitung dari besarnya maksimum kredit mula-mula dan dibebankan sepanjang jangka waktu kredit. Dasar pertimbangan ditetapkannya flat rate system dalam penghitungan bunga Kupedes tersebut antara lain :

a. Memberikan keuntungan

ketentuan suku bunga Kupedes ditetapkan sedemikian rupa sehingga dapat menutup seluruh pembiayaan termasuk dana biaya yang tidak disubsidi, biaya operasional dan biaya resiko kredit, serta menghasilkan keuntungan yang cukup untuk menjaga kelangsungan dan pengembangan kegiatan BRI Unit.

b. Sesuai kondisi pasar

Bank maupun lembaga keuangan formal dan nonformal yang memberikan kredit dengan pasar sasaran yang relatif sama dengan Kupedes dan merupakan pesaing BRI Unit, juga menerapkan bungan kredit dengan sistim perhitungan flat, dengan demikian, penetapan bunga


(35)

merupakan sistin yang saat ini dianggap sesuai dengan kondisi pasar untuk kredit dengan skala usaha mikro.

c. Usaha mikro memiliki margin tinggi dan turn over yang cepat

Jenis-jenis usaha yang dibiayai oleh Kupedes Relatif mempunyai margin

yang tinggi dan turn over yang cepat dibandingkan dengan usaha-usaha dengan skala besar, sehingga perhitungan bungan dengan sistim flat dapat diterima oleh pengusaha mikro yang dibiayai oleh Kupedes, sepanjang kemudahan, kesederhanaan dan kepastian untuk dapat memperoleh kembali layanan Kupedes ( jika memenuhi persyaratan yang ditetapkan ) dapat diberikan oleh BRI Unit.

d. Memudahkan Perhitungan

Perhitungan dengan flat rate system akan memudahkan perhitungan bunga dibandingkan dengan cara perhitungan bungan dengan sistem layanan. Disamping itu tersedianya tabel angsuran disetiap BRI Unit juga sangat membangtu nasabah untuk mengetahui kewajiban yang harus dibayar setiap bulannya

Disamping perhitungan suku bunga dengan flat rate system di atas , dalam pelayanan Kupedes juga dapat ditetapkan sistim perhitungan suku bunga lainnya yang diatur dengan ketentuan tersendiri.


(36)

sebagai kredit dengan skala mikro, dalam penyalurannya Kupedes terdapat beberapa Prinsip- Prinsip Dasar pemberian Kupedes yaitu :

1. Umum

Kupedes dapat diberikan kepada siapa saja, dalam arti tidak dibatasi dalam sektor ekonomi tertentu, keanggotaan tertentu, kelompok masyarakat tertentu, keanggotaan tertentu, kelompok masyarakat tertentu sepanjang calon nasabah yang bersangkutan telah memenuhi segala ketentuan dan persyaratan yang telah ditetapkan.

2. Individual

Pemberian Kupedes dilakukan melalui pendekatan secara invidual dan kasus per kasus, bukan berbentuk paket

3. Selektif

Pemberian Kupedes dilaksanakan secara selektif kepada nasabah yang usahanya dinilai layak dan putusan kredit harus sesuai dengan pertimbangan bank teknis. Usaha yang layak yaitu bahwa usaha tersebut benar – benar mempunyai prospek yang harus untuk dikembangkan dan kegiatannya tidak bertentangan dengan perundang –undangan , moral, agama, adat istiadat masyarakat setempat serta tidak merusak lingkungan hidup.


(37)

Keputusan akhir atas suatu permohonan Kupedes, ditentukan oleh BRI Unit sesuai dengan pertimbangan bank teknis. Dengan demikian , kebijakan pemberian Kupedes adalah berdasarkan perhitungan dan pertimbangan bisnis yang sehat untuk dapat menjamin operasional dan pertumbuhan BRI Unit secara Berkelanjutan.

5. Sumber Dana Kupedes

a. Dana pemerintah berupa penyertaan modal

Modal usaha aktiva lancar ( MUAL ) yaitu dana yang berasal dari dana kredit mini sebesar Rp.66,7 miliar telah dikonversi menjadi modal BRI sejakrsebut telah tahun 1993. Dana tersebut telah menjadi dana penyertaan pemerintah berupa (MUAL) sebesar Rp 19.000.000,- (sembilan belas juta rupiah ) per BRI unit dan tiap Tim Pelayanan Desa ( TPD) diberi sebesar Rp 5.000.000,-

b. Dana masyarakat yang berhasil dihimpun oleh BRI Unit

c. Dana dari akumulasi cadangan –cadangan yang dibentuk oleh BRI Unit

Di dalam kehidupan masyarakat sehari –hari khususnya duniaperbankan, setiap hari banyak dibuat perjanjian dari hal yang paling sederhana sampai hal yang paling canggih. Perjanjian itu dapat dibuat secara lisan, dapat pula secara tertulisdan dituangkan dalam bentuk akta, baik secara otentik maupun dibawah tangan, terutama perjanjian yang berkaitan dengan dunia bisnis yaitu perdagangan


(38)

dan perbankan. Hal itu untuk menjaga agar apabila perperjanjian tersebut tidak laksanakan maka akta tersebut dapat dijadikan sebagai alat bukti di pengadilan.

B. Syarat – syarat dalam perjanjian pemberian kredit Kupedes

Menurut Pasal 1313 KUHPerdata yang dimaksud dengan Perjanjian adalah Suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. Pengertian perjanjian tersebut mengandung unsur 20

a. Perbuatan :

Penggunaan kata “perbuatan” pada perumusan tentang perjanjian lebih tepat jika diganti dengan kata perbuatan hukum atau tindakan hukum , karena perbuatan tersebut membawa akibat hukum bagi para pihak yang memperjanjikan ;

b. Satu orang atau lebih terhadap satu orang lain atau lebih,

untuk adanya suatu perjanjian, paling sedikitharus ada dua pihak yang saling berhadap –hadapan dan saling memberi pernyataan yang cocok / pas satu sama lain. Pihak tersebut adalah orang atau badan hukum.

c. Mengikatkan dirinya

Di dalam perjanjian terdapat unsur janji yang diberikan oleh pihak yang satu kepada pihak yang lain. Dalam perjanjian ini orang


(39)

terikat kepada akibat hukum yang muncul karena kehendaknya sendiri.

Dalam hukum perjanjian terdapat beberapa asas , namun secara umum terdapat lima asas hukum perjanjian yaitu 21

a. Asas kebebasan berkontrak

:

Asas ini memberi arti memberi kebebasan kepada setiap orang untuk mengadakan perjanjian dengan siapapun , apapun isinya, apapun bentuknya walaupun belum atau tidak diatur dalam undang-undang. sepanjang perjanjian tersebut tidak dilarang oleh undang-undang, tidak bertentangan dengan kesusilaan dan tidak bertentangan dengan kepentingan umum. Dalam perkembangannya hal ini tidak lagi bersifat mutlak tetapi relatif ( kebebasan berkontrak yang bertanggung jawab ). Asas inilah yang menyebabkan hukum perjanjian bersistem terbuka. Pasal – pasal dalam hukum perjanjian sebagian besar ( karena Pasal 1320 KUHPerdata bersifat memaksa ) dinamakan hukum pelengkap karena para pihak boleh membuat ketentuan sendiri yang menyimpang dari Pasal – pasal hukum perjanjian namun bila mereka tidak mengatur sendiri sesuatu soal maka mereka ( para pihak ) mengenai soal itu tunduk pada undang-undang dalam hal ini Buku III KUHPerdata. Jika dipahami secara seksama maka asas kebebasan berkontak memberikan kebebasan kepada para pihak untuk :

21 Handri Raharjo . Hukum Perjanjian di Indonesia, (Yogyakarta : Pustaka Yustisia,2009)


(40)

a. Membuat atau tidak membuat perjanjian b. Mengadakan perjanjian dengan siapapun.

c. Menentukan isi perjanjian , pelaksanaan dan persyaratannya. d. Menentukan bentuk perjanjian yaitu secara tertulis atau lisan. Namun keempat hal terseut boleh dilakukan dengan syarat tidak melanggar undang – undang , ketertiban umum, dan kesusilaan.

b. Asas Konsensualisme

Perjanjian lahir atau terjadi dengan adanya kata sepakat ( Pasal 1320, Pasal 1338 KUHPerdata ) hal ini dimaksud untuk mewujudkan kebutuhan para pihak. Di dalam asas konsensualisme pada dasarnya suatu perjanjian lahir pada detik tercapainya kesepakatan atau persetujuan antara kedua belah pihak mengenai hal – hal yang pokok dari apa yang menjadi objek perjanjian.

c. Asas Mengikatnya Suatu Perjanjian ( pacta sunt servanda )

Pernjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang – undang bagi yang membuatnya ( Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata ). Terikatnya para pihak pada perjanjian itu tidak terbatas pada apa yang diperjanjikan , akan tetapi juga terhadap beberapa unsur lain sepanjang dikehendaki oleh kebiasaan dan kepatutan serta moral.22

d. Asas Itikad Baik.

Perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik ( Pasal 1338 ayat (3) KUHPerdata ). Itikad baik ada 2 yakni :


(41)

a. Bersifat objektif, artinya mengindahkan kepatutan dan kesusilaan. Contoh, Si A melakukan perjanjian dengan si B membangun rumah. Si A ingin memakai keramik cap gajah namum di pasaran habis maka diganti cap semut oleh si B. b. Bersifat subyektif, artinya ditentukan sikap batin seseorang.

Contoh si A ingin membeli motor, kemudian datanglah si B (berpenampilan preman ) yang mau menjual motor tanpa surat– surat dengan harga sangat murah. Si A tidak mau membeli karena takut bukan barang halal atau barang tidak legal.

e. Asas Kepribadian ( personalitas )

Pada umumnya tidak seorang pun dapat mengadakan perjanjian kecuali untuk dirinya sendiri. Pengecualiannya terdapat di dalam buku Pasal 1317 KUHPerdata tentang janji untuk pihak ketiga, sebenar-benarnya adalah memberikan atau menyerahkan haknya pada pihak ketiga. Jadi pihak ketiga itu adalah merupakan subjek hak. Hal ini sesuai dengan pasal 1318 KUHPerdata yang menyatakan bahwa seseorang minta diperjanjikan sesuatu hal maka dianggap bahwa itu adalah untuk ahli warisnya dan orang- orang yang memperoleh hak daripadanya.23

Namun menurut Mariam Darus ada 10 asas perjanjian yaitu asas:

24

a. Kebebasan mengadakan perjanjian b. Konsensualisme

23 Hardijan Rusli. Hukum Perjanjian Indonesia dan Common Law.( Jakarta : Pustaka

Sinar Harapan, 1993 ) hal. 41


(42)

c. Kepercayaan d. Kekuatan mengikat e. Persamaan hukum f. Keseimbangan g. Kepastian hukum h. Moral

i. Kepatutan j. Kebiasaan Syarat - Syarat sahnya Perjanjian

Sebuah perjanjian dikatakan sah apabila memenuhi empat syarat sahnya perjanjian berdasarkan Pasal 1320 KUHPerdata sebagai berikut :25

1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya. 2. Cakap untuk membuat suatu perjanjian. 3. Mengenai sesuatu hal yang tertentu, dan 4. Suatu sebab yang halal.

Syarat yang pertama dan yang ke dua dinamakan syarat – syarat yang subyektif , sedangkan syarat –syarat yang ketiga dan ke empat disebut sebagai syarat yang objektif . apabila syarat –syarat yang subjektif tidak terpenuhi maka perjanjian dapat dimintakan pembatalannya. Sedangkan apabila syarat yang objektif tidak terpenuhi maka perjanjian tersebut batal demi hukum.26

1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya

Dengan sepakat atau perizinan dimaksudkan bahwa kedua subjek yang mengadakan perjanjian itu harus sepakat, setuju atau seia –sekata menganai hal – hal yang pokok dari perjanjian yang diadakan itu. Apa yang dikehendaki oleh pihak yang satu , juga dikehendaki oleh pihak yang lain. Mereka menghendaki sesuatu yang sama secara timbak balik. Misalnya dalam hal jual –beli. Si penjual


(43)

mengingini sejumlah uang, sedang si pembeli mengingini sesuatu barang dari si penjual.

Persetujuan kedua belah pihak yang merupakan kesepakatan itu harus diberikan secara bebas. Dalam hukum perjanjian ada tiga sebab yang membuat perizinan tidak bebas, yaitu adanya unsur : paksaan, kehilafan dan penipuan. Perizinan tidak bebas, apabila terjadi paksaan adalah paksaan rohani ataupun paksaan jiwa ( psychis ) , jadi bukan paksaan badan atau fisik. Misalnya salah satu pihak karena diancam atau ditakut-takuti ( akan dianiaya) terpaksa menyetujui suatu perjanjian.

Kehilafan dapat terjadi mengenai orang atau mengenai barang yang menjadi tujuan pihak-pihak yang mengadakan perjanjian. Kehilafan mengenai orang, terjadi misalnya jika seorang direktur opera membuat kontrak dengan orang yang dikiranya seorang penyanyi tersohor, tetapi kemudian ternyata bukan orang yang dimaksud. Hanya nama saja yang kebetulan sama. Kehilafan menganai barang, misalnya jikan orang membeli sebuah lukisan yang dikiranya lukisan Basuki Abdullah tetapi kemudian ternyata hanya turunan saja.27

Penipuan terjadi, apabila salah satu pihak dengan sengaja memberikan keterangan- keterangan yang tidak benar, disertai dengan kelicikan- kelicikan, sehingga pihak lain terbujuk karenanya unjtuk memberikan perizinan.28

27 Subekti, Op.Cit.,hal. 135

Perjanjian itu dapat dibatalkan, apabila terjadi ketiga hal tersebut di atas. Dalam perkembangannya muncul unsur cacat kehendak yang keempat yaitu penyalah


(44)

gunaan keadaan /undue influence ( BW tidak menganalnya) . pada hakikatnya penyalah gunaan keadaan bertumpu pada kedua hal berikut , yaitu :

a. Penyalah gunaan keunggulan ekonomi.

b. Penyalah gunaan keunggulan kejiwaan termasuk tentang psikologi, pengetahuan , dan pengalaman.

Di dalam penyalah gunaan keadaan tidak terjadi ancaman fisik hanya terkadang salah satu pihak punya rasa ketergantungan, suatu hal darurat , tidak berpengalaman atau tidak tahu. Apa yang menjadi dasar pengajuan ke pengadilan bila BW tidak mengaturnya ? dapat diajukan dengan dasar yurisprudensi. Konsekuensinya bila ada penyalah gunaan keadaan maka perjanjian itu dapat dibatalkan.29

1. Cakap untuk membuat perjanjian

Di dalam dunia hukum, perkataan orang (persoon) berarti pendukung hak dan kewajiban yang juga disebut subjek hukum. Dengan demikian,maka dapat dikatakan bahwa setiap manusia baik warga negara maupun orang asing adalah pembawa hak ( subjek hukum ) yang memiliki hak dan kewajiban untuk melakukan perbuatan hukum, namun perbuatan tersebut haru didukung oleh kecakapan dan kewenangan hukum. Kewenangan memiliki/ menyanddang hak dan kewajiban disebut kewenangan hukum atau kewenangan berhak karena sejak lahir tidak semua subjek hukum (orang/person) yang pada umumnya memiliki


(45)

kewenanganhukum itu,cakap atau dapat bertindak sendiri(beekwaamheid). Kecakapan berbuat adalah kewenangan untuk melakukan perbuatan-perbuatan hukum sendiri. Perbedaan antara kewenangan dengankecakapan berbuat adalah bila kewenangan hukum maka subjek hukum dalam keadaan pasifsedang dalam kecakapan subjek hukumnya katif . yang dimaksud subjek hukum ( person) yang cakap berbuat dalam Pasal 1330 KUHPerdata yaitu :30

1. Orang –orang yang belum dewasa

Menurut Pasal 1330 KUHPerdata adalah mereka yang belum genap usianya 21 tahun dan belum menikah. Agar mereka yang belum dewasa dapat melakukan perbuatan hukum maka harus diwakili oleh wali/perwalian ( Pasal 331 – 414 KUHPerdata ) . perwalian adalah pengawasan atas orang ( anak –anak yang belum dewasa yang tidak ada dibawah kekuasaan orang tua) sebagaimana diatur dalam undang-undang dan pengelolaan barang-barang dari anak yang belum dewasa.31

2. Mereka yang ditaruh dibawah pengampuan.

hal ini diatur dalam Pasal 433 – 462 KUHPerdata tentang pengampuan. Pengampuan adalah keadan dimana seseorang karena sifat –sifat pribadinya dianggap tidak cakap atau tidak didalam segala hal cakap bertindak sendiri ( atau pribadi) di dalam lalu lintas hukum, karena orang tersebut (curatele) , oleh putusan

30

Ibid.

31


(46)

hakim digolongkan orang yang tidak cakap bertindak dan lantas diberi seorang wakil yang menurut undang-undang disebut dengan kurator . sifat-sifat pribadi yang dianggap tidak cakap adalah ( Pasal 433 KUHPerdata )

a. Keadaan dungu

b. Sakit ingatan/gila/mata gelap (dianggap tidak cakap melaksanakan sendiri hak dan kewajibannya )

c. Pemboros dan pemabuk (ketidak cakapan bertindak terbatas pada perbuatan-perbuatan dalam bidang hukum harta kekayaan saja )

Pengampuan terjadi karena putusan hakim yang didasarkan adanya permohonan. Yang dapat mengajukan permohonan diatur dalam Pasal 434-435 KUHPerdata yaitu , pihak keluarga , diri sendiri , dan jaksa dari pihak ke jaksaan. Akibat hukum yang dari perbuatan yang dilakukan oleh orang yang tidak cakap berbuat berdasarkan penentuan hukum ialah dapat dimintakan pembatalannya ( Pasal 1331 ayat (1) KUHPerdata )

3. Orang- orang perempuan yang telah bersuami, tidak cakap untuk mengadakan perjanjian. Namun sejak tahun 1963 dengan adanya Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 3/ 1963 yang ditujukan kepada ketua Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tinggi di seluruh Indonesia, kedudukan wanita yang telah bersuami diangkat


(47)

dan menghadap di depan pengadilan, ia tidak memerlukan bantuan lagi dari suaminya.32

4. Dan pada umumnya semua orang kepada siapa undang-undang telah melarang membuat perjanjian-perjanjian tertentu.

2. Mengenai suatu hal tertentu

Yang diperjanjikan dalam suatu perjanjian haruslah, suatu hal atau suatu barang yang cukup jelas atau tertentu. Syarat ini perlu, untuk dapat menetapkan kewajiban si berhutang , jika terjadi perselisihan. Barang yang dimaksudkan dalam perjanjian, paling sedikit harus ditentukan jenisnya. Bahwa barang itu haru ada atau sudah ada ditangan si berhutang pada waktu perjanjian dibuat , tidak diharuskan oleh undang-undang. Juga jumlahnya tidak perlu disebutkan, asal saja kemudian dapat dihitung atau ditetapkan. Misalnya, sahnya suatu perjanjian mengenai “ panen tembakau dari suatu ladang dalam tahun yang akan datang “

3. Suatu sebab yang halal

Sebab ( causa ) yang dimaksud adalah isi perjanjian itu sendiri atau tujuan dari para pihak untuk megadakan perjanjian itu ( Pasal 1337 KUHPerdata ). Halal adalah tidak bertentangan dengan undang-undang,ketertiban umum, dan kesusilaan. Menurut Pasal 1335 KUHPerdata suatu perjanjian tidak memakai suatu causa atau dibuat dengan suatu causa yang palsu atau terlarang tidak mempunyai kekuatan. Dari penjelasan di atas disimpulkan bahwa hampir tidak ada suatu perjanjian dibuat tanpa suatu sebab ( causa).


(48)

Causa harus dibedakan dengan motif atau desakan jiwa yang mendorong seseorang untuk membuat suatu perjanjian. Sedangkan yang dimaksud perjanjian yang bertentangan dengan undang yaitu suatu perjanjian dimana satu pihak menyanggupi untuk melakukan suatu kejahatan, bertentangan dengan kesusilaan misalnya suatu perjanjian dimana salah satu pihak harus meninggalkan agamanya untuk memeluk suatu agama lain. Dalam hal –hal semacam ini , perjanjian itu dianggap dari semula sudah batal dan hakim berwenang karena jabatannya mengucapkan pembatalan itu , meskipun tidak dimintakan oleh sesuatu pihak ( batal secara mutlak)33

Dalam perjanjian Kredit Kupedes Pada Bank BRI juga terdapat Syarat – syarat yang harus dipenuhi oleh calon nasabah debitur yang terbagi kedalam dua golongan yaitu :

.

a. Golongan Pengusaha

b. Golongan Berpenghasilan Tetap

Untuk calon nasabah Kupedes dari Golongan Pengusaha , persyaratan yang harus dipenuhi antara lain :

a. Domisili di wilayah kerja BRI Unit setempat yang dibuktikan dengan keterangan sebagai penduduk dari kepala desa/lurah atau Kartu Tanda Penduduk (KTP). Khusus untuk calon nasabah Kupedes tertentu dimungkinkan untuk dilayani BRI Unit diluar domisili nasabah yang


(49)

bersangkutan setelah mendapat putusan izin prinsip dari Kanca/Kanwil/Kanpus sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

b. Kupedes dengan Plafon tertentu, dimungkinkan pelayanan berdasarkan tempat usaha ( bukan domisili tempat tinggal nasabah ). Besaran plafon tertentu akan diatur dengan ketentuan tersendiri.

c. Berkarakter baik dan mempunyai usaha yang layak untuk dibiayai dengan Kupedes.

d. Untuk Kupedes dengan plafon tertentu, cukup menggunakan surat keterangan usaha dari Kepala Desa / Lurah.

e. Untuk nasabah yang sudah mempunyai surat izin usaha, cukup menyerahkan copy surat izin usaha tersebut.

f. Tidak sedang Menikmati kredit di kantor cabang BRI atau BRI unit Lainnya.

g. Dapat menyediakan agunan kebendaan, baik berupa benda bergerak maupun benda tidak bergerak.

h. Wajib membuka rekening Tabungan di BRI Unit yang bersangkutan.

Untuk Golongan Berpenghasilan Tetap, persyaratan yang harus dipenuhi antara lain :

a. Domisili kantor ymp atau tempat pemotongan gaji atau pensiun berada pada wilayah kerja BRI Unit yang bersangkutan.


(50)

c. Menyerahkan asli surat keputusan (SK) pengangkatan pegawai yang pertama serta asli SK penetapan pangkat pegawai yang terakhir atau asli SK pensiun bagi yang berstatus pensiun.

d. Menyerahkan asli kartu peserta TASPEN bagi pegawai negeri, asli kartu peserta JAMSOSTEK bagi pegawai BUMN dan swata, asli kartu peserta ASABRI bagi anggota TNI dan POLRI atau fotokopi kartu identitas pensiun ( KARIP) bagi para pensiunan dan fotokopi KARPEG untuk pegawai negeri sipil.

e. Menyerahkan daftar perincian gaji atau pensiun karyawan yang bersangkutan dan telah di sah kan oleh kepala kantor, unit kerja, instansi, pimpinan perusahaan atau kantor pensiun instansi yang bersangkutan. f. Ada rekomendasi dari kepala kantor, unit kerja, instansi, pimpinan

perusahaan yang menyatakan bahwa ymp benar-benar pegawai tetap instansi yang dipimpinnya serta benar-benar akan mengajukan Kupedes di BRI Unit setempat. Untuk itu kepala kantor / unit kerja instansi tersebut bersedia membantu / menagih menyelesaikan hutang pegawai yang bersangkutan pada BRI apabila terjadi wanprestasi di kemudian hari.

g. memberi kuasa memotong gaji kepada bendaharawan tempat gaji ymp dibayarkan setiap bulannya.

h. Wajib membuka rekening tabungan di BRI Unit yang bersangkutan. i. Meyerahkan keterangan lain yang diperlukan.


(51)

C. Prosedur Pemberian Kredit Kupedes pada PT Bank BRI

a. Saat Pendaftaran Kupedes

Pendaftaran harus dilakukan di Kantor BRI Unit setiap jam Kerja atau Pos Pelayanan Desa (PPD) / Pos Khusus (PK) pada jadwal kerja yang telah ditentukan. Petugas yang melayani pendaftaran permohonan Kupedes adalah

Deskmen. Urutan kegiatan yang harus dilaksanakan oleh Deskmen adalah :

1. Memeriksa berkas calon nasabah / nasabah lama.

2. Melayani pendaftaran Kupedes dan menjelaskan secara jelas dan terperinci segala hal yang menyangkut Ketentuan Kupedes kepada calon peminjam, sehingga dikemudian hari tidak menimbulkan masalah yang disebabkan oleh ketidaktahuan nasabah perihal Kupedes yang dinikmati. Penjelasan –penjelasan kepada calon nasabah tersebut meliputi hal – hal sebagai berikut :

a. Keperluan atau tujuan penggunaan Kupedes

b. Besarnya Kupedes dan jangka waktunya

c. Besarnya suku bunga Kupedes

d. Cara pembayaran kembali

e. Ketentuan PBTW beserta restitusi bunga dan sebagainya

f. Ketentuan Asuransi jiwa bagi nasabah Kupedes


(52)

3. Meminta calon nasabah untuk mengajukan perkiraan besarnya permohonan Kupedes beserta jangka waktu yang dikehendaki.

4. Meminta calon nasabah untuk mengisi dan membubuhkan cap jempol atau tanda tangan pada formulir pendaftaran ( Surat Keterangan Permintaan pinjaman Kupedes)

5. Mengisi Formulir tanda terima bukti pemilikan agunan yang dibuat rangkap 2 asli untuk calon nasabah dan tindasanya untuk arsip BRI Unit.

6. Menyiapkan berkas Kupedes dalam satu map ( selanjutnya berkas ini disebut berkas surat keterangan permohonan Kupedes atau SKPP)

b. Analisis dan evaluasi Kupedes

setelah mantri menerima berkas SKPP dari deskmen, maka berdasarkan disposisi Kaunit, mantri melakukan pemeriksaan lapangan berdasarkan SKPP nasabah tersebut dengan memperhatikan hal –hal sebagai berikut :

1. Aspek pemeriksaan Kredit

Pada dasarnya, prinsip yang dipakai dalam penilaian atau menganalisis calon nasabah Kupedes merupakan prinsip pemberian kredit yang sudah umum dikenal dengan Prinsip 5 C yaitu Character, Capacity,Capital,Condition,dan

Collatera.


(53)

b. Membuat laporan hasil pemeriksaan dilapangan tersebut yang meliputi :

Aspek produksi yaitu lokasi usaha calon nasabah , Startegis atau tidak. Aspek Pemasaran yaitu daerah pemasaran , jumlah usaha sejenis yang ada di wilayah calon nasabah serta jaringan distribusi pemasaran. Aspek manajemen yaitu pengalaman dan latar belakan pendidikan serta catatan – catatan dari usaha calon nasabah mengenai hutang – piutang, catatan – catatan pembelian barang. Catatan persediaan barandan catatan lainnya. Aspek Keuangan yaitu rencana penggunaan kredit serta keadaan permodalan sekarang dan perkiraan setelah menerima Kupedes, meliputi taksiran nilai persediaan barang, jumlah piutang atau tagihan dan jumlah hutang – hutang yang ada. Besarnya permohonan Kupedes, serta kemapuan membayar kembali pihak calon nasabah debitur.

3. Penilaian Agunan.

Agunan yang diserahkan oleh calon nasabah, merupakan Kontra Prestasi bagi BRI Unit yang telah mengeluarkan sejumlah uang dalam bentuk Kupedes kepada nasabah yang bersangkutan. Dengan demikian apabila pada saat jatuh tempo ternyata calon nasabah debitur tidak dapat melunasi Kupedesnya, maka BRI Unit dapat mencairkan Agunan tersebut untuk menutup Kupedesnya.


(54)

Sehubungan dengan hal tersebut, agar BRI Unit tidak dirugikan, maka suatu agunan harus mempunyai persyaratan ekonomis, dan yuridis, sebagai berikut:

Syarat Ekonomis yaitu harus mempunyai nilai ekonomis, dapat diperjual belikan secara bebas, nilai ekonomis atau nilai pasar harus lebih besar dari Kupedesnya, mudah dipasarkan dan biaya pencairannya relatif murah, bernilai relatif konstan atau cenderung meningkat, tidak cepat rusak, kondisi dan lokasinya strategis, mafaat ekonomis lebih lama dari jangka waktu Kupedes yang diberikan.

Syarat Yuridis yaitu agunan sebaiknya milik calon nasabah sendiri, tidak dalam sengketa, ada bukti pemilikan atau penguasaan, belum dijaminkan kepada pihak lain.

b. Pemeriksaan Agunan.

Memeriksa agunan benda tetap (tanah tanpa bagunandan tanah yang diatasnya terdapat bangunan) yaitu meliputi bentuk bangunan, rangka, atap , dinding, dan lantai bagunan, identitas dan lokasi agunan, serta penaksiran nilai agunan.

Memeriksa agunan benda bergerak misalnya kenderaan bermotor yang meliputi BPKB harus atas nama calon nasabah debitur , identitas kendaraan dan tahun pembuatan


(55)

Memeriksa agunan bangunan diatas tanah milik orang lain yaitu meliputi Luas bangunan, letak bangunan, perjanjian sewa menyewa tanah, spesifikasi bangunan dan bukti – bukti bangunan berupa IMB ( kalau ada)

Memeriksa agunan benda bergerak lainnya.

c. Penetapan tipe dan struktur Kupedes

Setelah pengisian berkas- berkas yang berkaitan dengan pemeriksaan ditempat usaha dan agunan calon nasabah diselesaikan, selanjutnya mantri akan menentukan lembar usulan yang menyangkut tipe dan struktur kredit meliputi hal –hal besarnya permohonan Kupedes, rencana perluasan usaha, perputaran modal, jangka waktu dan pola angsuran , bentuk Kupedes dan suku bunga.

d. Rekomendasi Pemberian Kupedes

Rekomendasi merupakan suatu kesimpulan dari analisis dan evaluasi atas proposal Kupedes yang disajikan oleh pemrakarsa Kupedes ( Mantri) serta diwujudkan dalam bentuk usulan yang didasarkan pada analisis serta evaluasi yang objektif.

e. Pemberian putusan kupedes

Sebelum pemberian putusan Kupedes, pejabat Kupedes wajib meneliti dan memastikan bahwa dokumen- dokumen yang mendukung pemberian kredit putusan Kupedes masih berlaku lengkap, sah dan berkekuatan hukum.


(56)

6. Perjanjian dan pencairan Kredit

Proses perjanjian dan pencairan kredit terdiri atas : Persiapan Pencairan, Penandatangan Perjanjian Pencairan, Pembayaran Pencairan, Penyelesaian Administrasi Pencairan dan Penyimpanan Berkas Kupedes


(57)

BAB III

FAKTOR – FAKTOR YANG MENYEBABKAN DEBITUR WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT KUPEDES

A. Pengertian , Unsur , Tujuan dan Fungsi Kredit Umumnya

1. Pengertian Kredit

Salah satu bentuk layanan jasa perbankan yang cukup klasik ialah memberi kredit kepada nasabahnya. Jika dilihat dari sudut pandang ini cukup tepat rumusan bank yang diberikan oleh Macleod, bank is a shop for the sale of Credit . oleh karena itu tidak mengherankan, bila ada yang berpendapat bahwa bank adalah sebagai tempat meminjam uang.34

Dalam kehidupan sehari – hari kata kredit bukan merupakan perkataan yang asing bagi masyarakat kita. Perkataan kredit tidak saja dikenal oleh masyarakat di kota – kota besar, tetapi sampai didesa –desa pun kata kredit tersebut sudah sangat pupoler. Seseorang atau suatu badan yang memberikan kredit ( kreditur ) percaya bahwa penerima kredit (debitur) dimasa mendatang akan sanggup memenuhi segala sesuatu yang telah dijanjiakan. Apa yang telah dijanjiakan itu dapat berupa barang, uang, atau jasa. Dengan demikian prestasi dan kontraprestasi dapat berbentuk sebagai berikut 35

:

34

Sentosa Sembiring. Hukum Perbankan, (Bandung: Mandar Maju,2000 ) hal. 51


(58)

a. Barang terhadap barang b. Barang terhadap uang c. Barang terhadap jasa d. Jasa terhadap jasa e. Jasa terhadap uang f. Jasa terhadap barang g. Uang terhadap uang h. Uang terhadap barang i. Uang terhadap jasa

Dengan akan diterimanya kontraprestasi pada masa yang akan datang, maka jelas tergambar bahwa kredit dalam arti ekonomi adalah penundaan pembayar dari prestasi yang diberikan sekarang, baik dalam bentuk barang, uang, maupun jasa. Disini terlihat pula bahwa faktor waktu merupakan faktor utama yang memisahkan prestasi dan kontraprestasi.36

Kredit berasal dari bahasa romawi yaitu credere yang berarti percaya atau credo atau creditum yang berarti saya percaya37

.Menurut. OP. Simorangkir, kredit adalah pemberian prestasi ( misalnya uang, barang) dengan balas prestasi (kontraprestasi ) yang akan terjadi pada waktu yang akan datang. Kehidupan ekonomi modren adalah prestasi uang, yang dengan demikian trensaksi kredit menyangkut uang sebagai alat kredit. Kredit berfungsi kooperatif anatar si pemberi kredit dan si penerima kredit atau antara kreditur dan debitur. Mereka menarik keuntungan dan saling menanggung resiko. Singkatnya, kredit dalam arti luas didasarkan atas komponen kepercayaan , resiko dan pertumbuhan ekonomi


(59)

dimasa-masa mendatang.38

Kredit adalah penyerdian uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga .

Sedangkan menurut Undang – undang No 10 Tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-Undang No 7 Tahun 1992 menyatakan bahwa :

Dari pengertian di atas, terdapat beberapa hal yang patut untuk diperhatikan :

Pertama, kredit atau pembiayaan dapat berupa uang atau tagihan yang nilainya diukur dengan uang, misalnya bank memberikan kredit untuk pembelian rumah atau mobil.

Kedua, adanya kesepakatan antara bankatau kreditor dengan penerima kredit atau nasabah debitur yang dituangkan dalam suatu perjanjian atau akad kredit, dimana tercakup hak dan kewajiban masing-masing pihak.

Ketiga, adanya perbedaan antara kredit yang diberikan oleh bank yang berdasarkan prinsip konvensional. Keuntungan yang diperoleh oleh bank yaitu berbentuk bunga.39

2. Unsur-unsur kredit

38 Budi Untung. Op. Cit., hal 1-2 39 Johanes Ibrahim. Op. Cit., hal. 92


(60)

Intisari dari kredit adalah unsur kepercayaan . Kredit yang diberikan oleh suatu lembaga kredit didasarkan atas kepercayaan, sehingga dengan demikian pemberian kredit merupakan pemberian kepercayaan. Ini berarti bahwa suatu lembaga kredit baru akan memberikan kredit kalau ia betul-betul yakin bahwa si penerima kredit akan mengambalikan pinjaman yang diterimanya sesuai dengan jangka waktu dan syarat-syarat yang telah disetujui oleh kedua pihak. Tanpa keyakinan tersebut ,suatu lembaga kredit tidak akan meneruskan simpanan masyarakat yang diterimanya.40 Unsur lainnya adalah mempunyai pertimbangan tolong menolong selain itu dilihat dari pihak kreditur, unsur penting dalam kegiatan kredit sekarang ini adalah untuk mengambil keuntungan dari modal dengan mengambil kontraprestasi; sedangkan dipandang dari segi debitur, adalah adanya bantuan dari kreditur untuk menutupi kebutuhan yang berupa prestasi.41

Dengan demikian dapat disimpulakan bahwa unsur yang terdapat dalam kredit adalah42

1. Kepercayaan, yaitu :keyakinan dari si pemberi kredit bahwa prestasi yang diberikan baik dalam bentuk uang, barang,atau jasa, akan benar-benar diterimanya kembali dalam jangka waktu tertentu di masa yang akan datang

:

2. Waktu, yaitu : yaitu waktu yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima pada masa yang

40 Thomas Suyatno. Op. Cit., hal 14


(61)

akan datang. Dalam unsur waktu ini, terkandung pengertian nilai agio dan uang yaitu uang yang ada sekarang lebih tinggi nilainya dari uang yang akan diterima pada masa yang akan datang.

3. Degree of risk , yaitu : suatu tingkat resiko yang akan dihadapi sebagai akibat dari adanya jangka waktu yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima kemudian hari. Semakin lama kredit diberikan semakin tinggi pula tingkat risikonya, karena sejauh kemampuan manusia menerobos hari depan itu, maka masih selalu terdapat unsur ketidaktentuan yang tidak dapat diperhitungkan. Inilah yang menyebabkan timbulnya unsur risiko. Dengan adanya unsur risiko inilah maka timbullah jaminan dalam pemberian kredit.

4. Prestasi, yaitu : adanya objek tertentu berupa prestasi dan kontraprestasi pada saat tercapainya persetujuan atau kesepakatan perjanjian pemberian kredit antara bank dengan nasabah debitur berupa uang dan bunga atau imbalan;

3. Tujuan kredit

Dalam membahas tujuan kredit, kita tidak dapat melepaskan diri dari falsafah yang dianut oleh suatu negara. Di negara - negara liberal tujuan kredit didasarkan pada usaha untuk memperoleh keuntungan yang sesuai dengan prinsip ekonomi yang dianut oleh negara yang bersangkutan yaitu , dengan pengorbanan


(62)

yang sekecil –kecilnya untuk memperoleh manfaat ( keuntungan ) yang sebesar – besarnya.43

Oleh karena itu pemberian kredit yang dimaksud untuk memperoleh keuntungan, maka bank hanya boleh meneruskan simpanan masyarakat kepada nasabahnya dalam bentuk kredit, jika iya betul-betul merasa yakin bahwa nasabah yang akan menerima kredit itu mampu dan mau mengembalikan kredit yang telah diterimannya. Dari faktor kemauan dan kemampuan tersebut, tersimpul unsur keamanan (safety) dan sekaligus juga unsur keuntungan (profitability) dari suatu kredit. Kedua unsur tersebut saling berkaitan.

Keamanan atau safety yang dimaksud adalah bahwa prestasi yang diberikan dalam bentuk uang, barang, atau jasa itu betul – betul terjamin pengembaliannya, sehingga keuntungan (profitability ) yang diharapkan itu dapat menjadi kenyataan. Keuntungan yang menjadi tujuan dari pemberian kredit yang terjelma dalam bentuk bunga yang diterima.

Sedangkan negara kita Indonesia yang mempunyai dasar dan falsafah negara yaitu Pancasila , maka tujuan pemberian kredit tidak semata-mata mencari keuntungan, melainkan disesuaikan dengan tujuan negara yaitu untuk mencapai masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila.44 Adapun tujuan utama pemberian kredit tersebut yaitu45

a. Mencari keuntungan :


(63)

Tujuan utama dari pemberian kredit hasilnya berupa keuntungan. Hasil tersebut dalam bentuk bunga yang diterima oleh bank sabagai balas jasa, biaya administrasi, provisi dan biaya-biaya lainnya yang dibebankan kepada nasabah. Kemudian hasil lainnya bahwa nasabah yang memperoleh fasilitas kredit akan bertambah maju dalam usahanya. Keuntungan ini diperlukan untuk kelangsungan hidup bank. b. Membantu usaha nasabah

Tujuan kredit berikutnya adalah membantu usaha nasabah yang memerlukan dana, baik dana tersebut digunakan untuk investasi ataupun modal kerja. Dengan dana tersebut, nasabah debitur dapat mengembangkan usahanya serta dapat meningkatkan aktifitas perusahaan agar dapat menjalankan fungsinya guna menjamin terpenuhinya kebutuhan masyarakat.

c. Membantu pemerintah

Bagi pemerintah semakin banyak kredit yang disalurkan oleh pihak bank, maka akan semakin baik ,mengingat semakin banyaknya krdit berarti adanya peningkatan pembangun di berbagi sektor. Keuntungan pemerintah dengan penyebaran pemberian kredit adalah :

1. Penerimaan pajak dari keuntungan yang diperoleh nasabah dan bank;

2. Membuka kesempatan kerja, dalam hal ini untuk kredit pembangunan usaha baru atau perluasan usaha yang membutuhkan


(64)

tenaga kerja baru, sehingga dapat menarik tenaga kerja yang masih menganganggur;

3. Meningkatkan jumlah brang dan jasa. Jelas bahwa sebagian besar kredit yang disalurkan akan dapat meningkatkan jumlah barang dan jasa yang beredar dimasyarakat;

4. Menghemat devisa negara, terutama produk – produk yang sebelumnya diimpor dan apabila sudah dapat di produksi di dalam negeri dengan fasilitas kredityang ada, hal ini jelas akan menghemat devisa negara;

5. Meningkatkan devisa negara, apabila produk apabila produk yang dibiayai digunakan untuk keperluan ekspor.

Dari tujuan tersebut , tersimpul adanya kepentingan yang seimbang antara kepentingan pemerintah, kepentingan masyarakat (rakyat ) dan kepentingan pemilik modal ( pengusaha).

4. Fungsi kredit

Kredit pada awal perkembangannya mengarahkan fungsinya untuk merangsang kedua belah pihak untuk tujuan pencapaian kebutuhan baik dalam bidang usaha maupun kebutuhan sehari-hari . pihak yang mendapatkan kredit harus dapat menunjukkan prestasi yang lebih tinggi pada kemajuan usahanya itu , atau mendapatkan pemenuhan atas kebutuhannya. Adapun bagi pihak pemberi kredit , secara material harus mendapatkan rentabilitas berdasarkan perhitungan


(65)

yang wajar dari modal yang dijadikan objek kredit , dan secara spiritual mendapatkan kepuasan karena membantu pihak lain untuk mencapai kemajuan.

Suatu kredit mencapai fungsinya, baik bagi debitur , kreditur maupun masyarakat, apabila secara sosial ekonomis membawa pengaruh yang lebih baik. Bagi pihak debitur dan kreditur, mereka sama-sama memperoleh keuntungan, dan juga mengakibatkan tambahan penerimaan negara dari sektor pajak, serta membawa dampak kemajuan ekonomi yang bersifat mikro maupun makro.46

Fungsi kredit perbankan dalam kehidupan perekonomian dan perdagangan adalah sebagai berikut :

a. Kredit pada hakikatnya dapat meningkatkan daya guna uang.

Dana yang dihimpun oleh pihak bank akan bermanfaat jika bank dapat menyalurkannya dalam bentuk kredit terhadap para debiturberdasarkan studi kelayakan yang tepat.47

b. Untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang.

Melalui kredit peredaran uang kartal ataupun uang giral akan lebih berkembang. Kredit menciptakan kegairahan berusaha sehingga penggunaan uang akan bertambah baik secara kualitatif dan kuantitatif.48

c. Kredit dapat pula meningkatkan daya guna uang dan peredaran barang

46 Budi Untung. Op. Cit., hal 4 47Johanes Ibrahim. Log. Cit. 48Ibid.


(66)

Dengan mendapat kredit, para pengusaha dapat memproses bahan bakar menjadi barang jadi, sehingga daya guna barang tersebut menjadi meningkat. Disamping itu, kredit dapat pula meningkatkan peredaran barang, baik melalui penjualan secara kredit maupun dengan membeli barang-barangdari satu tempat dan menjualnya ke tempat lain. Pembelian tersebut uangnya berasal dari kredit, hal ini juga bararti kredit dapat meningkatkan manfaat suatu barang.49

d. Kredit sebagai salah satu alat stabilitas ekonomi

Dalam keadaan ekonomi yang kurang sehat, kebijakan diarahkan kepada usaha-usaha pengendalian inflasi, peningkatan ekspor dan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat. Arus kredit diarahkan pada sektor –sektor yang produktif dengan pembatasan kualitatif dan kuantitatif. Tujuannya adalah untuk menigkatkan produksi dan memenuhi kebutuhan dalam negri agar bisa di ekspor.50

e. Kredit dapat meningkatkan kegairahan berusaha

Setiap orang yang berusaha selalu ingin meningkatkan usaha tersebut, namun ada kalanya dibatasi oleh kemampuan di bidang permodalan. Bantuan kredit akan mendorong para pengusaha seperti perindustrian untuk meningkatkan produksinya dengan mangaktifkan potensi- potensi ekonomi yang dimilikinya.51

f. Kredit dapat meningkatkan pemerataan pendapatan


(67)

Dengan bantuan kredit dari bank, para pengusaha dapat memperluas usahanya dan mendirikan proyek-proyek baru. Peningkatan usaha dan pendirian proyek baru akan membutuhkan tenaga kerja untuk melaksanakan proyek-proyek tersebut. Dengan demikian mereka akan memperoleh pendapatan. Apabila perluasan usaha serta pendirian proyek-proyek baru telah selesai, maka untuk mengelolanya juga diperlukan tenaga kreja. Dengan tertampungnya tenaga-tenaga kerja tersebut ,maka pemerataan pendapatan akan meningkat pula.52

g. Kredit dapat juga sebagai alat hubungan ekonomi internasional

Bank sebagai lembaga yang menyalurkan kredit tidak saja bergerak di dalam negeri tetapi juga di luar negeri. Negara yang telah kuat perekonomiannya dalam hubungan persahabatan biasanya memberikan bantuan dana kepada negara berkembang yang sedang membangun. Bantuan dalam bentuk kredit ini bukan saja mempererat hubungan ekonomi antara negara yang bersangkutan tetapi juga dapat meningkatkan hubungan internasional.53

B. Prinsip – prinsip yang Terkandung dalam kredit bank

Menurut Pasal 8 ayat (2) Undang – Undang No 7 Tahun 1992 Jo 10 Tahun 2008 Tentang Perbankan

52Ibid. 53Ibid., hal 17


(68)

Bank Umum wajib memiliki dan menerapkan pedoman perkreditan dan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan Bank Indonesia.

Pokok – pokok ketentuan yang diterapkan Bank Indonesia memuat antara lain yaitu 54

1. Pemberian kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah dibuat dalam bentuk perjanjian tertulis;

:

2. Bank harus memiliki keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan nasabah debitur yang antara lain diperoleh dari penilaian yang seksama terhadap watak, kemampuan, modal, agunan, dan prospek usaha dari nasabah debitur;

3. Kewajiban bank untuk menyusun dan menerapkan prosedur pemberian kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah;

4. Kewajiban bank untuk memberikan informasi yang jelas mengenai prosedur dan persyaratan kredit. Atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah;

5. Larangan bank untuk memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah dengan persyaratan yang berbeda kepada nasabah debitur atau dan/ atau pihak –pihak terafiliasi;

6. Penyelesaian sengketa.

Sebelum kredit diberikan, untuk meyakinkan pihak bank bahwa penerima kredit dapat dipercaya, maka terlebih dahulu dilakukan analisa kredit dengan


(69)

memintakan berbagai persyaratan yang harus dipenuhi oleh calon penerima kredit. Persyaratan –persyaratan kredit yang diminta oleh bank untuk melaksanakan penilaian dalam pemberian suatu kredit teridiri dari beberapa prinsip yang menjadi pedoman bank adalah;55

1. Prinsip 5 C

Prinsip 5 C terdiri atas watak (character), modal (capital), kemampuan (capacity), kondisi ekonomi (condition of economic), dan jaminan (collateral)

a. Tentang watak (character)

Bahwa calon nasabah debitur memiliki watak, moral,dan sifat-sifat pribadi yang baik. Penilaian terhadap karakter ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kejujuran, integritas, dan kemampuan dari calon nasabah debitur untuk memenuhi kewajiban dan menjalankan usahanya. Informasi ini dapat diperoleh oleh bank melalui riwayat hidup. Riwayat usaha, dan informasi dari usaha-usaha yang sejenis.56

b. Tentang modal ( Capital)

Bank harus meneliti modal calon debitur selain besarnya juga strukturnya. Hal ini diperlukan untuk mengukur tingkat rasio likuiditas dan sovabilitasnya. Rasio ini diperlukan berkaitan dengan pemberian kredit untuk jangka pendek atau jangka panjang.

55 Johanes Ibrahim. Op. Cit., hal 100 - 101 56 Hermansyah. Op. Cit., hal 64


(1)

Agunan telah dilelang yang dikarenakan sesuatu hal tidak cukup untuk menutup sisa Kupedesnya.

c. Kewenangan memutus Daftar Hitam 3.

Perubahan pencatatan / pemindah bukuan dari DH-1 dan Dh-2 ke DH-3 diatur dalam ketentuan tersendiri.

d. Penghentian Kupedes Daftar Hitam

setelah dilakukan segala upaya penyelesaian terhadap Kupedes yang telah dihapus bukukan, Direksi dapat menyatakan penghentian penagihan setelah mendapat persetujuan tertulis dari RUPS.

Menganai kriteria Kupedes yang dapat diusulkan untuk dihapus tagih dan tata cara pelaksanaannya akan diatur secara kasus perkasus dengan keputusan Direksi

Dalam kondisi – kondisi tertentu untuk Kupedes yang tidak diatur dalam ketentuan tersebut di atas, dimungkinkan untuk dilimpahkan ke saluran hukum tanpa harus melalui II N2.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan pada bab- bab sebelumnya, maka pada bab ini akan diuraikan beberapa kesimpulan dari pengulasan pemahaman teori maupun hasil dari penelitian yang dilakukan. Adapun kesimpulan tersebut yaitu :

1. Syarat pemberian kredit Kupedes yaitu Domisili di wilayah kerja BRI Unit setempat yang dibuktikan dengan keterangan sebagai penduduk dari kepala desa/lurah atau Kartu Tanda Penduduk (KTP). Khusus untuk calon nasabah Kupedes tertentu dimungkinkan untuk dilayani BRI Unit diluar domisili nasabah yang bersangkutan setelah mendapat putusan izin prinsip dari Kanca/Kanwil/Kanpus sesuai dengan ketentuan yang berlaku.Kupedes dengan Plafon tertentu, dimungkinkan pelayanan berdasarkan tempat usaha ( bukan domisili tempat tinggal nasabah ). Besaran plafon tertentu akan diatur dengan ketentuan tersendiri.Berkarakter baik dan mempunyai usaha yang layak untuk dibiayai dengan Kupedes.Untuk Kupedes dengan plafon tertentu, cukup menggunakan surat keterangan usaha dari Kepala Desa / Lurah.Untuk nasabah yang sudah mempunyai surat izin usaha, cukup menyerahkan copy surat izin usaha tersebut.Tidak sedang Menikmati kredit di kantor cabang BRI atau BRI unit Lainnya.Dapat menyediakan agunan kebendaan, baik berupa benda bergerak maupun benda tidak bergerak.Wajib membuka rekening


(3)

Tabungan di BRI Unit yang bersangkutan. Prosedur dalam pemberian kredit yaitu dilakukan pendaftaran, kemudian diadakan analisis evaluasi Kupedes lalu ditetapkan tipe dan struktur Kupedes, adanya rekomendasikan dan Putusan pemberian Kupedes, kemudian dibuat perjanjian kredit dan dilakukan pencairan kredit Kupedes.

2. Yang menjadi faktor penyebab debitur dalam perjanjian kredit Kupedes yaitu itikad kurang baik dari pihak debitur, faktor alam ( tanah longsor, kebakaran, badai atau topan, letusan gunung berapi, banjir,dan huru hara) serta faktor kondisi ekonomi nasional yang tidak stabil seperti terjadinya inflasi yang mengakibatkan kenaikan harga barang dan penurunan nilai mata uang.

3. Dalam penyelesaian wanprestasi kredit Kupedes terdapat beberapa tahapan yaitu penetapan strategi pengelolaan Kupedes bermasalah, rencana tindak lanjut Kupedes bermasalah, dan penyelesaian Kupedes bermasalah yang dilakukan dengan 2 cara yaitu melaui jalan damai dengan memberikan fasilitas keringanan bunga dan penjualan agunan dibawah tangan bagi kreditur yang mempunyai itikad baik , dan dengan melalui jalur hukum apabila usaha penyelesaian secara damai yang telah dilakukan maksimal namun pihak debitur tidak menunnjukkan itikad baik.

B. Saran

Berdasarkan beberapa kesimpulan yang telah diuraikan diatas maka perlu dicari langkah yang tepat untuk menyelesaikan berbagai masalah yang telah


(4)

diuraikan sebelumya. Untuk itu terdapat beberapa saran yang mungkin dapat dilaksanakan untuk mengatasi permasalahan tersebut, yaitu sebagai berikut:

1. Bahwa dalam hal memami dan menaati UU No 10 Tahun 1998 jo UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, pihak bank selaku kreditur kiranya mempelajari ,melakukan analisis dan memahami potensi – potensi ekonomi di wilayah BRI Unit Padang bulan sehingga dapat mengidentifikasi peluang- peluang usaha serta mempersiapkan dan melaksanakan rencana bisnis terhadap debitur/ calon debitur yang nantinya diharapkan dapat memperkecil kemungkinan terjadinya wanprestasi karena kegagalan dalam melakukan usahanya.

2. Bahwa dalam setiap pemberian kredit Kupedes pada seorang pemohon ( nasabah/ calon nasabah) kiranya didasarkan pada analisis dan evaluasi yang menyeluruh terhadap kebutuhan Kupedes pihak nasabah / calon nasabah debitur, dengan mencari informasi yang selengkap – lengkapnya mengenai Kupedes yang sudah diberikan maupun yang akan diberikan oleh pihak bank BRI Unit Padang bulan.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Djumhana, Muhamad, Hukum Perbankan di Indonesia, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2006.

Darus Badrulzaman, Mariam , Kompilasi Hukum Perikatan. PT.Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001

Harun, Badriyah. Penyelesaian Sengketa Kredit Bermasalah. Yogyakarta :Pustaka Yustisia, 2010.

Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia Kencana, Jakarta, 2008. Ibrahim, Johanes, Bank sebagai Lembaga Intermediasi dalam Hukum Positif,

CV.Utomo,Bandung, 2004.

Munir, Fuady, Hukum Perbankan Modren, Penerbit Citra Aditya Bakti, Bandung,1999.

Projodikoro, Wiryono Asas –asas Hukum Perjanjian, PT Citra Aditya Bakti, Bandung1993.

Raharjo, Handri Hukum Perjanjian di Indonesia, Pustaka Yustisia, Jogyakarta, 2009.

Rusli, Hardijan , Hukum Perjanjian Indonesia dan Common Law, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.1993

Sembiring, Sentosa. Hukum Perbankan. Mandar Maju, Bandung, 2000.

Sri Imaniati, Neni, Pengantar Hukum Perbankan Indonesia, Refika Aditama, Bandung, 2010.

Subekti. Hukum Perjanjian, PT Intermasa, Jakarta, 1984

---, Pokok – Pokok Hukum Perdata ,PT Intermasa, Jakarta, 1985),

Suyatno, Thomas, Dasar – dasar Perkreditan, Penerbit Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2003.


(6)

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Undang – Undang No 10 Tahun 1998 Jo Undang- Undang No 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan.

Kitab Undang – Undang Hukum Perdata (KUHP

INTERNET

Safir Senduk, Berkenalan Dengan Kredit Bank

tanggal 19 januari 2011.

Lista kuspriatni, Aspek Hukum Dalam Ekonomi , ( www .google.com ) diunduh pada tanggal 21 januari 2011