Hubungan Program Pelayanan Posyandu Lansia Terhadap Tingkat Kepuasan Lansia Di Daerah Binaan Puskesmas Darussalam Medan

LAPORAN PENELITIAN

HUBUNGAN PROGRAM PELAYANAN POSYANDU LANSIA
TERHADAP TINGKAT KEPUASAN LANSIA DI DAERAH
BINAAN PUSKESMAS DARUSSALAM MEDAN
Wirdasari Hasibuan*, Ismayadi**

ABSTRAK
Program pelayanan posyandu lanjut usia adalah sebuah program yang ditetapkan oleh
pemerintah untuk meningkatkan kesehatan lansia di masyarakat yang dijalankan oleh
puskesmas. Program pelayanan ini harus dinilai sebagai bahan evaluasi. Namun hingga kini
belum ada alat yang dapat digunakan untuk menilai pelayanan tersebut. Yang dapat digunakan
hingga kini adalah dengan menilai tingkat kepuasan para lansia. Tingkat kepuasan akan
meningkat pada lansia yang mendapat pelayanan yang baik. Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi hubungan program pelayanan posyandu lansia terhadap tingkat kepuasan
lansia dengan menggunakan desain deskriptif korelasi. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
korelasi dengan sampel sebanyak 67 lansia yang berusia di atas 60 tahun, dapat mendengar dan
berkomunikasi dengan bahasa Indonesia dan telah mendapatkan pelayanan posyandu lansia dari
puskesmas Darusalam Medan. Penentuan jumlah sampel dengan mengambil 10% dari populasi
pengunjung yaitu 667 pengunjung selama tahun 2005. Pengumpulan data dilakukan pada 23 Mei
2006 sampai 6 Juni 2006 dengan teknik wawancara yang menggunakan kuesioner meliputi data

demografi, program pelayanan posyandu lansia, dan tingkat kepuasan lansia. Dari penelitian
diperoleh hasil bahwa semua responden (100%) mendapatkan pelayanan sedang dan
mayoritas responden (77,6%) tidak puas, 19,7% merasa puas dan 3% merasa sangat puas.
Program pelayanan posyandu lansia memiliki hubungan dengan nilai kekuatan hubungan agak
rendah di mana r = 0.483 (r = 0.2–0.4 = agak rendah) dan memiliki hubungan yang
bermakana dengan nilai signifikan p pada uji dua arah adalah 0,000 (p 0.700) (Arikunto, 2002).

Analisis Data
Setelah data terkumpul, maka analisis
data dilakukan melalui pengolahan data
secara komputerisasi dengan menggunakan
program SPSS versi 12.0 untuk mengkolerasikan
program pelayanan posyandu lansia
terhadap tingkat kepuasan lansia.
Pada pelayanan posyandu lansia,
setiap jawaban “ya” maka akan mendapat
skor 1 dan yang “tidak” mendapat skor 0.
Tipe nilai ini ada 7 pertanyaan. Pada
pertanyaan nomor 5, setiap pelayanan yang
“diterima” bernilai 1 dan yang “tidak

diterima” bernilai 0. Tipe nilai ini ada 11
pertanyaan. Untuk pertanyaan nomor 9,
nilai 1 untuk pilihan “antara 6–10 ” dan
nilai 0 untuk pilihan “antara 1–5”. Jadi
untuk keseluruhan nilai tertinggi 7 + 11 +
1 = 19 dan terendah 0. Pelayanan ini dibagi
3 kategori yaitu baik, sedang, dan buruk.
Kategori program pelayanan posyandu
lansia adalah: 0 –6 = buruk, 7–13 = sedang,
14–19 = baik.

Pengumpulan Data
Pada
tahap
awal
peneliti
mengajukan permohonan izin pelaksanaan
penelitian pada institusi pendidikan
(Program
Studi

Ilmu
Keperawatan

4

Jurnal Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara, Volume 2 Nomor 1, Mei 2006
Universitas Sumatera Utara

Sedangkan pada kuesioner tingkat
kepuasan lansia terdiri dari 21 pertanyaan
dengan rentang nilai tertinggi 84 dan
terendah 21. Dengan menggunakan empat
kategori yaitu sangat puas, puas, tidak puas
dan sangat tidak puas. Dengan demikian,
maka kategori tingkat kepuasan lansia
adalah: 21–37 = sangat tidak puas, 38–63 =
tidak puas, 64–70 = puas, dan 71–84 =
sangat puas.
Data demografi disajikan dalam
bentuk tabel distribusi frekuensi dan

persentasi. Hasil analisis data disajikan
dalam bentuk distribusi frekuensi untuk
melihat gambaran program pelayanan
posyandu lansia dan tingkat kepuasan
lansia. Pengaruh program pelayanan
posyandu lansia terhadap tingkat kepuasan
lansia akan dianalisis secara statistik
dengan menggunakan uji korelasi Pearson’s
Product Moment. Hasil dari analisis korelasi
ini adalah nilai koefisien korelasi (r). Nilai r
menginterpretasikan kekuatan hubungan.
Jika nilai r sebesar 0.8–1.0 maka
interpretasinya tinggi, 0.6–0.8 maka nilai
interpretasinya cukup, 0.4–0.6 maka nilai
interpretasinya agak rendah, 0.2–0.4 maka
nilai interpretasinya rendah, dan 0.0–0.2
nilai interpretasinya tidak terkorelasi.
(Arikunto, 2002). Untuk mengetahui hasil
uji hipotesis melalui uji statistik dengan
menggunakan nilai signifikan α (alpha) 0.05.

Kemudian dengan menggunakan uji hipotesis
dua arah sehingga p dibagi menjadi 2 yaitu
0.025. Jika p