Pelaksanaan Program Posyandu Lansia Dan Tingkat Kepuasan Lansia Pengguna Posyandu Di Puskesmas Buntu Raja Kecamatan Siempat Nempu Kabupaten Dairi

(1)

PELAKSANAAN PROGRAM POSYANDU LANSIA DAN TINGKAT KEPUASAN LANSIA PENGGUNA POSYANDU DI PUSKESMAS

BUNTU RAJA KECAMATAN SIEMPAT NEMPU KABUPATEN DAIRI

SKRIPSI

Oleh

NORA ROYEKHA SIAHAAN 121121002

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

(3)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pelaksanaan Program Posyandu Lansia dan Tingkat Kepuasan Lansia Pengguna Posyandu di Puskesmas Buntu Raja Kecamatan Siempat Nempu Kabupaten Dairi”.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis banyak mendapat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara dan sebagai dosen Pembimbing Akademik

2. Erniyati, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

3. Evi Karota Bukit, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan II Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan sebagai dosen Penguji I

4. Ikhsanuddin Ahmad Harahap, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan III Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

5. Lufthiani, S.Kep, Ns., M.Kes, selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan dan motivasi yang bermanfaat dalam penyusunan skripsi ini.

6. Iwan Rusdi, S.Kp, MNS selaku dosen Penguji II


(4)

8. Teristimewa kepada kedua orangtua tercinta, Ayahanda P. Siahaan dan Ibu E.br Silalahi yang selalu mendoakan, membimbing dan menjadi motivator bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi

9. Untuk kak Maylita Siahaan, kak Julien Eva Siahaan dan b’Jamson Freddy Siahaan yang saya kasihi dan juga b’Roy Karya Marco Sinaga yang selalu membantu dan memberi masukan dalam penyelesaian skripsi ini

10. Teman-teman akrab saya (kak Rheny Marpaung, kak Lilis dan kak Sri Pratiwi) yang turut membantu dan memberi semangat bagi penulis serta teman satu bimbingan saya (Nasir, Sasta dan kak Sri Putri) yang selalu mendukung dan bersama setiap bimbingan.

11. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan baik isi maupun susunannya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan profesi keperawatan.

Medan, 27 Januari 2014


(5)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Lembar Persetujuan Skripsi ... ii

Halaman Pernyataan ... iii

Prakata ... iv

Daftar Isi ... vi

Daftar tabel ... viii

Abstrak ... ix

Abstract ... x

BAB 1. Pendahuluan 1. Latar Belakang ... 1

2. Pertanyaan Penelitian ... 7

3. Tujuan Penelitian ... 7

4. Manfaat Penelitian ... 8

BAB 2. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Lansia ... 9

1.1 Pengertian Lanjut Usia ... 9

1.2 Klasifikasi Lanjut Usia ... 9

1.3 Tipe Lansia ... 10

1.4 Tugas Perkembangan Lanjut Usia... 12

1.5 Masalah Fisik yang Sering Ditemukan pada Lansia ... 14

1.6 Penyakit yang Sering Dijumpai pada Lansia ... 15

2. Kepuasan ... 16

2.1 Pengertian Kepuasan ... 16

2.2 Indikator Kepuasan Pasien ... 16

2.3 Klasifikasi Kepuasan Pasien ... 18

3. Posyandu Lansia ... 19

3.1 Pengertian ... 19

3.2 Tujuan Pelayanan Posyandu Lansia ... 20

3.3 Manfaat Pelayanan Posyandu Lansia ... 20

3.4 Peran Pemerintah dalam Posyandu Lansia... 21

3.5 Sasaran ... 22

3.6 Komponen Pokok dalam Posyandu Lansia ... 23

3.7 Kegiatan Pokok dalam Posyandu Lansia ... 24

3.8 Mekanisme Pelaksanaan Kegiatan ... 25

BAB 3. Kerangka Konseptual 1. Kerangka Konsep... 26


(6)

2. Populasi dan Sampel ... 29

2.1 Populasi ... 29

2.2 Sampel ... 29

3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 31

4. Pertimbangan Etik ... 31

5. Instrumen Penelitian ... 32

6. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 33

6.1 Uji Validitas ... 33

6.2 Uji Reliabilitas... 33

7. Proses Pengumpulan Data... 35

8. Analisa Data ... 35

BAB 5. Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 39

2. Hasil Penelitian ... 39

2.1 Karakteristik Responden ... 40

2.2 Pelaksanaan Posyandu... 41

2.3 Tingkat Kepuasan Lansia ... 43

3. Pembahasan... 48

3.1 Pelaksanaan Program Posyandu Lansia ... 48

3.2 Tingkat Kepuasan Lansia ... 51

3.2.1 Tingkat Kepuasan Berdasarkan Akses Layanan Kesehatan... 52

3.2.2 Tingkat Kepuasan Berdasarkan Mutu Layanan Kesehatan... 53

3.3.3 Tingkat Kepuasan Berdasarkan Proses Layanan Kesehatan... 54

3.2.4 Tingkat Kepuasan Berdasarkan Sistem Layanan Kesehatan... 54

BAB 6. Kesimpulan Dan Saran 1. Kesimpulan ... 56

2. Saran ... 57

Daftar Pustaka Lampiran

1. Lembar Persetujuan Menjadi Peserta Penelitian 2. Instrumen Penelitian

3. Hasil SPSS Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian 4. Surat Survey Awal

5. Surat Pengambilan Data

6. Surat Pemberitahuan Selesai Penelitian dan Pengambilan Data dari Puskesmas 7. Riwayat Hidup

8. Surat Ethical Clearance


(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Defenisi Operasional……….. 28 Tabel 2 Distribusi jumlah sampel dan jumlah kunjungan lansia ke

posyandu lansia di puskesmas Buntu Raja Kecamatan Siempat

Nempu Kabupaten Dairi………. 30

Tabel 3 Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan

karakteristik responden... 40 Tabel 4 Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan

pelaksanaan program posyandu lansia di Puskesmas Buntu

Raja Kecamatan Siempat Nempu……… 41

Tabel 5 Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan kuesioner pelaksanaan posyandu lansia di Puskesmas Buntu

Raja Kecamatan Siempat Nempu………... 42 Tabel 6 Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan

tingkat kepuasan lansia pengguna posyandu di Puskesmas

Buntu Raja Kecamatan Siempat Nempu……… 43 Tabel 7 Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan kuesioner

tingkat kepuasan responden di Puskesmas Buntu Raja

Kecamatan Siempat Nempu………... 44 Tabel 8 Distribusi frekuensi dan persentase tingkat kepuasan

responden berdasarkan akses layanan kesehatan………... 46 Tabel 9 Distribusi frekuensi dan persentase tingkat kepuasan

responden berdasarkan mutu layanan kesehatan……… 46 Tabel 10 Distribusi frekuensi dan persentase tingkat kepuasan

responden berdasarkan proses layanan kesehatan……….. 47 Tabel 11 Distribusi frekuensi dan persentase tingkat kepuasan


(8)

Judul : Pelaksanaan Program Posyandu Lansia dan Tingkat Kepuasan

Lansia Pengguna Posyandu di Puskesmas Buntu Raja Kecamatan Siempat Nempu Kabupaten Dairi

Nama : Nora Royekha Siahaan NIM : 121121002

Program : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun : 2014

Abstrak

Posyandu lansia merupakan bentuk pelayanan kesehatan lansia di masyarakat yang dilaksanakan dengan mekanisme 3 meja. Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Departemen Kesehatan kepada lansia masih terbatas dan tidak seluruh puskesmas di Indonesia memiliki posyandu lansia. Kenyataan lapangan menunjukkan bahwa umumnya fasilitas layanan kesehatan milik pemerintah masih belum atau tidak memenuhi harapan pasien dan/ atau masyarakat. Tingkat kepuasan pasien yang akurat sangat dibutuhkan dalam upaya peningkatan mutu layanan kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi Pelaksanaan Program Posyandu Lansia dan Tingkat Kepuasan Lansia Pengguna Posyandu di Puskesmas Buntu Raja Kecamatan Siempat Nempu Kabupaten Dairi. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif pada lansia pengguna posyandu yang berusia 60 tahun ke atas. Populasi sebanyak 303 orang dan sampel sebanyak 61 orang . Penelitian ini menggunakan teknik convenience sampling. Hasil penelitian menunjukkan pelaksanaan program posyandu terlaksana sepenuhnya 96,7% dan terlaksana sebagian 3,3%. Tingkat kepuasan lansia pengguna posyandu kategori puas adalah 68,9%, kategori tidak puas 16,3% dan sangat puas 14,8%. Pelaksanaan program posyandu lansia harus tetap digalakkan secara inovatif dan berkesinambungan untuk tetap menjaga dan memelihara kesehatan lansia. Saran bagi puskesmas Buntu Raja agar lebih melaksanakan pengukuran tinggi badan, meningkatkan penyuluhan/pendidikan kesehatan dan lebih proaktif dalam mengajak lansia untuk melaksanakan senam lansia serta aktif mengikuti posyandu lansia.


(9)

Title : The Implementation of Integrated Service Post (Posyandu) Programs for Elderly and the Satifaction Level of Elderly Users of Posyandu in Buntu Raja Public Health Centers of Siempat Nempu Subdistrict, Dairi District Name of Student : Nora Royekha Siahaan

Student Number : 121121002

Department : Bachelor of Nursing

Year : 2014

Abstract

Posyandu is a form of health service for elderly in the community that is conducted by the mechanism of 3 tables. Health services provided by the Department of Health to the elderly is limited and not all health centers in Indonesia have posyandu for elderly. The fact showed that generally government-owned health care facilities are still not or do not meet the expectations of patients and or community. The accurate level of patient satisfaction is needed in order to improve the quality of health care. This study aims at identifying the Implementation of Posyandu Programs for Elderly and Satisfaction Level of Elderly User at subdistrict of Siempat Nempu in district of Dairi. The research used descriptive design in elderly users aged 60 years and older. Population used is as many as 303 people and a sample of 61 people. This study used a convenience sampling technique. The results showed the implementation of the program is fully implemented 96.7% and 3.3% is partially implemented. Satisfaction levels of elderly users for satisfied category is 68.9%, 6.3% is in dissatisfied category and very dissatisfied 14.8%. The implementation of posyandu program for elderly still need to be encouraged in an innovative and sustainable way in order to keep and maintain the health of the elderly. It is suggested to the health centers to conduct body measurements seriously, improve counseling / health education and more proactive to encourage the elderly to carry out exercises and actively follow posyandu for elderly.


(10)

Judul : Pelaksanaan Program Posyandu Lansia dan Tingkat Kepuasan

Lansia Pengguna Posyandu di Puskesmas Buntu Raja Kecamatan Siempat Nempu Kabupaten Dairi

Nama : Nora Royekha Siahaan NIM : 121121002

Program : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun : 2014

Abstrak

Posyandu lansia merupakan bentuk pelayanan kesehatan lansia di masyarakat yang dilaksanakan dengan mekanisme 3 meja. Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Departemen Kesehatan kepada lansia masih terbatas dan tidak seluruh puskesmas di Indonesia memiliki posyandu lansia. Kenyataan lapangan menunjukkan bahwa umumnya fasilitas layanan kesehatan milik pemerintah masih belum atau tidak memenuhi harapan pasien dan/ atau masyarakat. Tingkat kepuasan pasien yang akurat sangat dibutuhkan dalam upaya peningkatan mutu layanan kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi Pelaksanaan Program Posyandu Lansia dan Tingkat Kepuasan Lansia Pengguna Posyandu di Puskesmas Buntu Raja Kecamatan Siempat Nempu Kabupaten Dairi. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif pada lansia pengguna posyandu yang berusia 60 tahun ke atas. Populasi sebanyak 303 orang dan sampel sebanyak 61 orang . Penelitian ini menggunakan teknik convenience sampling. Hasil penelitian menunjukkan pelaksanaan program posyandu terlaksana sepenuhnya 96,7% dan terlaksana sebagian 3,3%. Tingkat kepuasan lansia pengguna posyandu kategori puas adalah 68,9%, kategori tidak puas 16,3% dan sangat puas 14,8%. Pelaksanaan program posyandu lansia harus tetap digalakkan secara inovatif dan berkesinambungan untuk tetap menjaga dan memelihara kesehatan lansia. Saran bagi puskesmas Buntu Raja agar lebih melaksanakan pengukuran tinggi badan, meningkatkan penyuluhan/pendidikan kesehatan dan lebih proaktif dalam mengajak lansia untuk melaksanakan senam lansia serta aktif mengikuti posyandu lansia.


(11)

Title : The Implementation of Integrated Service Post (Posyandu) Programs for Elderly and the Satifaction Level of Elderly Users of Posyandu in Buntu Raja Public Health Centers of Siempat Nempu Subdistrict, Dairi District Name of Student : Nora Royekha Siahaan

Student Number : 121121002

Department : Bachelor of Nursing

Year : 2014

Abstract

Posyandu is a form of health service for elderly in the community that is conducted by the mechanism of 3 tables. Health services provided by the Department of Health to the elderly is limited and not all health centers in Indonesia have posyandu for elderly. The fact showed that generally government-owned health care facilities are still not or do not meet the expectations of patients and or community. The accurate level of patient satisfaction is needed in order to improve the quality of health care. This study aims at identifying the Implementation of Posyandu Programs for Elderly and Satisfaction Level of Elderly User at subdistrict of Siempat Nempu in district of Dairi. The research used descriptive design in elderly users aged 60 years and older. Population used is as many as 303 people and a sample of 61 people. This study used a convenience sampling technique. The results showed the implementation of the program is fully implemented 96.7% and 3.3% is partially implemented. Satisfaction levels of elderly users for satisfied category is 68.9%, 6.3% is in dissatisfied category and very dissatisfied 14.8%. The implementation of posyandu program for elderly still need to be encouraged in an innovative and sustainable way in order to keep and maintain the health of the elderly. It is suggested to the health centers to conduct body measurements seriously, improve counseling / health education and more proactive to encourage the elderly to carry out exercises and actively follow posyandu for elderly.


(12)

BAB 1 PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Struktur penduduk dunia termasuk Indonesia saat ini menuju proses penuaan yang ditandai dengan meningkatnya jumlah dan proporsi penduduk lanjut usia. Meningkatnya jumlah penduduk lanjut usia merupakan dampak keberhasilan pembangunan,terutama di bidang kesehatan (Komnas Lansia, 2010).

Menua atau menjadi tua yaitu suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. WHO dan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 menyebutkan bahwa usia 60 tahun adalah usia permulaan tua. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur mengakibatkan perubahan yang kumulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh yang berakhir dengan kematian (Nugroho, 2008).

Penduduk lanjut usia mengalami peningkatan yang signifikan pada tahun 2007, jumlah penduduk lanjut usia sebesar 18,96 juta jiwa dan meningkat menjadi 20.547.541 pada tahun 2009, jumlah ini termasuk terbesar keempat setelah India, Cina dan Jepang (U.S. Census Bureau, 2009).


(13)

Menurut Badan Kesehatan WHO, penduduk lansia di Indonesia pada tahun 2020 mendatang sudah mencapai angka 11,34% atau tercatat 28,8 juta orang, balitanya tinggal 6,9% yang menyebabkan jumlah penduduk lansia terbesar di dunia.

Data Badan Pusat Statistik menunjukkan jumlah penduduk lanjut usia di atas 60 tahun di Provinsi Sumatera Utara mengalami peningkatan dari sebesar 554.761 jiwa (4,6%) pada tahun 2005 meningkat menjadi sebesar 765.882 jiwa (5,9%) pada tahun 2010. Menurut Badan Pusat Statistik Kota Medan berdasarkan Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk lanjut usia di Kota Medan mencapai 117.216 orang (5,59%) yang meningkat jumlahnya dari tahun 2005 sebesar 77.837 orang (3,85%) (Mutiara, 2011).

Proses penuaan penduduk tentunya berdampak pada berbagai aspek kehidupan baik sosial, ekonomi dan terutama kesehatan, karena semakin bertambahnya usia, fungsi organ tubuh akan semakin menurun baik karena faktor alamiah maupun karena penyakit.

Fenomena ini menimbulkan permasalahan global. Permasalahan ini disebabkan keterbatasan lansia terutama karena faktor usia dan biologis. Salah satu contoh permasalahan yag ditimbulkan dari peningkatan jumlah penduduk lansia adalah peningkatan rasio ketergantungan lansia (old age dependency ratio). Setiap penduduk usia produktif akan menanggung semakin banyak penduduk


(14)

Memperhatikan permasalahan ini, pemerintah telah merumuskan berbagai kebijakan, program dan kegiatan guna menunjang derajat kesehatan dan mutu kehidupan para lansia agar mandiri, sehat dan berdaya guna sehingga dapat mengurangi atau bahkan tidak menjadi beban bagi keluarga maupun masyarakat. (Komnas Lansia, 2010).

Berdasarkan data dari Susenas dikumpulkan informasi mengenai jenis keluhan kesehatan yang umum. Jenis keluhan yang paling banyak dialami lansia adalah keluhan lainnya (32,30%). Jenis keluhan lainnya diantaranya keluhan yang merupakan efek dari penyakit kronis seperti asam urat, darah tinggi, rematik, darah rendah, dan diabetes. Kemudian jenis keluhan yang juga banyak dialami lansia adalah batuk (20,53%), pilek (14,64%), dan panas (11,42%). Pola yang sama terjadi pada penduduk lansia baik yang tinggal di perkotaan maupun di pedesaan. Angka kesakitan penduduk lansia tahun 2009 sebesar 30,46%, artinya bahwa dari setiap 100 orang lansia terdapat sekitar 30 orang diantaranya mengalami sakit. Angka kesakitan penduduk lansia perkotaan (27,20%) lebih rendah dibandingkan lansia pedesaan (32,96%). Hal ini menunjukkan bahwa derajat kesehatan penduduk lansia di perkotaan relatif lebih baik dibandingkan lansia di daerah pedesaan. Angka kesakitan penduduk lansia tahun 2005 sebesar 29,98%, tahun 2007 sebesar 31,11%, dan tahun 2009 sebesar 30,46% (BPS, 2009).

Berbagai upaya telah dilaksanakan oleh instansi pemerintah, para profesional kesehatan, serta bekerja sama dengan pihak swasta dan masyarakat


(15)

untuk mengurangi angka kesakitan dan kematian lansia. Pelayanan kesehatan, sosial, ketenagakerjaan dan lain-lainnya telah dikerjakan pada berbagai tingkatan, yaitu di tingkat individu lansia, kelompok lansia, keluarga, panti sosial Tresna Werda, Sasana Tresna Werda, Sarana Pelayanan Tingkat Dasar (primer), Sarana Pelayanan Kesehatan Rujukan Tingkat Pertama (sekunder), dan Sarana Pelayanan Kesehatan Tingkat Lanjutan (tersier) untuk mengatasi permasalahan yang terjadi pada tingkat lansia (Nugroho, 2000).

Puskesmas/pustu menjadi alternatif pilihan yang terjangkau, baik dari sisi akses maupun biaya berobat penduduk. Proporsi penduduk yang berobat jalan ke puskesmas/pustu sebesar 35,70% (di daerah perkotaan sebesar 31,98% dan pedesaan 39,10%). Proporsi penduduk lansia yang berobat jalan ke puskesmas/pustu sebesar 32,24% ( di daerah perkotaan sebesar 29,49%, dan pedesaan 34,12%). Proporsi tertinggi lansia yang sakit dan berobat ke puskesmas/pustu terdapat di provinsi Nusa Tenggara Timur (72,39 %), Kepulauan Riau(26,23%) dan Sulawesi Tenggara(59,63%), sebaliknya provinsi yang memiliki proporsi terendah lansia yang sakit dan berobat ke puskesmas/pustu terdapat di provinsi Jawa Timur(22,49%), Sumatera Utara(22,67%) dan DKI Jakarta(23,43%) (Komnas Lansia, 2010).

Bentuk pelayanan kesehatan lansia di masyarakat adalah posyandu lansia. Posyandu adalah fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat yang didirikan di desa-desa kecil yang tidak terjangkau oleh rumah sakit atau klinik (Sutini, 2010).


(16)

Kesehatan kepada lansia masih terbatas dan tidak semua puskesmas di Indonesia memiliki posyandu lansia. Berdasarkan penelitian Rustika dalam Sutini (2010) menyatakan bahwa angka usia lanjut perempuan lebih besar mengikuti posyandu lansia yaitu 51,6% dibandingkan dari laki-laki yaitu 48,4%. Begitu juga dengan penelitian Sutini (2010) yang menyebutkan bahwa lansia perempuan lebih banyak yang datang ke posyandu lansia daripada lansia laki-laki.

Dalam penelitian Sutini (2010) ada beberapa faktor yang menjadi kendala pada posyandu lansia seperti pengetahuan lansia yang rendah tentang manfaat posyandu, jarak rumah dengan lokasi posyandu yang jauh dan sulit dijangkau, dukungan keluarga yang kurang, sikap kader/petugas kesehatan, pihak pemerintah/institusi, keterampilan kader serta ada tidaknya sarana dan prasarana yang dibutuhkan.

Pasien, baru akan merasa puas apabila kinerja layanan kesehatan yang diperolehnya sama atau melebihi harapannya dan sebaliknya, ketidakpuasan atau perasaan kecewa pasien akan muncul apabila kinerja layanan kesehatan yang diperoleh yaitu tidak sesuai dengan harapannya. Jika belum sesuai dengan harapan pasien, maka hal tersebut akan menjadi masukan bagi suatu organisasi layanan kesehatan agar berupaya memenuhinya. Jika kinerja layanan kesehatan yang diperoleh pasien pada suatu fasilitas layanan kesehatan sesuai dengan harapannya, pasien pasti akan selalu datang berobat ke fasilitas layanan kesehatan tersebut. Pasien akan selalu mencari layanan kesehatan di fasilitas yang kinerja layanan kesehatannya dapat memenuhi harapan atau tidak mengecewakan pasien.


(17)

Kenyataan lapangan menunjukkan bahwa umumnya fasilitas layanan kesehatan milik pemerintah masih kurang/tidak dimanfaatkan oleh masyarakat. Salah satu penyebabnya adalah bahwa umumnya mutu layanan kesehatan yang diselenggarakan oleh fasilitas layanan kesehatan milik pemerintah masih belum atau tidak memenuhi harapan pasien dan/ atau masyarakat. Tingkat kepuasan pasien yang akurat sangat dibutuhkan dalam upaya peningkatan mutu layanan kesehatan. Oleh sebab itu, pengukuran tingkat kepuasan pasien perlu dilakukan secara berkala, teratur, akurat, dan berkesinambungan (Pohan, 2006).

Berdasarkan hasil survey awal yang telah dilaksanakan oleh peneliti, kecamatan Siempat Nempu memiliki 6 posyandu lansia dengan jumlah lansia yang sudah dilayani tahun 2012 sampai bulan Maret 2013 sebanyak 303 orang. Sementara, hasil survey yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Dairi, jumlah lansia yang ada di Kecamatan Siempat Nempu tahun 2012 adalah sebanyak 1621 orang.

Berdasarkan gambaran di atas, maka peneliti akan melakukan penelitian tentang pelaksanaan program posyandu lansia dan tingkat kepuasan lansia pengguna posyandu di Puskesmas Buntu Raja, Kecamatan Siempat Nempu, Kabupaten Dairi.


(18)

2. Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan dalam penelitian adalah:

a. Bagaimana pelaksanaan program posyandu lansia di Puskesmas Buntu Raja, Kecamatan Siempat Nempu, Kabupaten Dairi.

b. Bagaimana tingkat kepuasan lansia pengguna posyandu di Puskesmas Buntu Raja, Kecamatan Siempat Nempu, Kabupaten Dairi.

3. Tujuan Penelitian

3.1 Tujuan Umum

Mengidentifikasi pelaksanaan program posyandu lansia dan tingkat kepuasan lansia pengguna posyandu di Puskesmas Buntu Raja, Kecamatan Siempat Nempu, Kabupaten Dairi.

3.2 Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi pelaksanaan program posyandu lansia di Puskesmas Buntu Raja, Kecamatan Siempat Nempu, Kabupaten Dairi.

b. Mengidentifikasi tingkat kepuasan lansia pengguna posyandu di Puskesmas Buntu Raja, Kecamatan Siempat Nempu, Kabupaten Dairi.


(19)

4. Manfaat Penelitian

1. Bagi Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan untuk peningkatan asuhan keperawatan berbasis gerontik dan memberikan informasi serta wawasan sehingga dapat mengaplikasikan teori dan praktek di lapangan dengan baik guna meningkatkan kepuasan lansia pengguna posyandu

2. Bagi Pelayanan Kesehatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan untuk peningkatan kualitas pelayanan kesehatan bagi para lansia dan untuk petugas kesehatan agar melakukan sosialisasi dan promosi bagi lansia tentang pentingnya mengikuti posyandu lansia

3. Bagi Penelitian Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi pendukung untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan posyandu lansia dan kepuasan lansia pengguna posyandu.


(20)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Konsep Lansia

1.1 Pengertian Lanjut Usia

Usia lanjut adalah kelompok orang yang sedang mengalami suatu proses perubahan yang bertahap dalam jangka waktu beberapa dekade. Usia lanjut merupakan tahap perkembangan normal yang akan dialami oleh setiap individu yang mencapai usia lanjut dan merupakan kenyataan yang tidak dapat dihindari (Notoatmodjo, 2007).

Lansia merupakan dua kesatuan fakta sosial dan biologi. Sebagai suatu fakta sosial, lansia merupakan suatu proses penarikan diri seseorang dari berbagai status dalam suatu struktur masyarakat. Secara fisik pertambahan usia dapat berarti semakin melemahnya menusia secara fisik dan kesehatan (Prayitno, 2000)

Menurut Undang Undang RI No 23 tahun 1992 tentang kesehatan pasal 19 ayat 1 bahwa manusia lanjut usia adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan dan sosial. Perubahan ini akan memberikan pengaruh pad seluruh aspek kehidupan (Khoiriyah, 2011)

1.2 Klasifikasi Lansia

Menurut Maryam (2008), lima klasifikasi pada lansia antara lain: a. Pra lansia


(21)

b. Lansia

Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih c. Lansia resiko tinggi

Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/ seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan

d. Lansia potensial

Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang masih dapat menghasilkan barang/ jasa

e. Lansia tidak potensial

Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam Nugroho (2000), lanjut usia meliputi:

a. Usia pertengahan (middle age) yaitu kelompok usia 45-59 tahun b. Usia lanjut (eldery) antara 60-74 tahun

c. Usia lanjut tua (old) antara 75-90 tahun d. Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun

1.3 Tipe Lansia

Menurut Maryam (2008), beberapa tipe lansia bergantung pada karakter, pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial dan ekonominya. Tipe tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:


(22)

a. Tipe arif bijaksana

Kaya dengan hikmah, pengalaman menyesuaikan diri dengan perubahan jaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan

b. Tipe mandiri

Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru dan selektif dalam mencari pekerjaan, bergaul dengan teman dan memenuhi undangan

c. Tipe tidak puas

Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik dan banyak menuntut

d. Tipe pasrah

Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama dan melakukan pekerjaan apa saja

e. Tipe bingung

Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif dan acuh tidak acuh

Mangkunegoro IV dalam surat Werdatama, yang dikutip oleh H.I. Widyapranata menyebutkan bahwa orang tua (lanjut usia) dalam literatur lama (Jawa) dibagi dua golongan, yaitu:


(23)

1. Wong Sepuh: orang tua yang sepi hawa nafsu, menguasai ilmu “Dwi Tunggal”, yakni mampu membedakan antara baik dan buruk, sejati dan palsu, Gusti (Tuhan) dan kawulanya atau hambanya

2. Wong Sepah lanjut usia yang kosong, tidak tahu rasa, bicaranya muluk-muluk tanpa isi, tingkah lakunya dibuat-buat dan berlebihan, serta memalukan. Hidupnya menjadi hambar (kehilangan dinamika dan romantika hidup).

1.4 Tugas Perkembangan Lanjut Usia

Seiring tahap kehidupan, lansia memiliki tugas perkembangan khusus. menurut Potter dan Perry (2005), tujuh kategori utama tugas perkembangan lansia meliputi:

a. Menyesuaikan terhadap penurunan kekuatan fisik dan kesehatan

Lansia harus menyesuaikan dengan perubahan fisik seiring terjadinya penuaan sistem tubuh, perubahan penampilan dan fungsi. Hal ini tidak dikaitkan dengan penyakit, tetapi hal ini adalah normal.

b. Menyesuaikan terhadap masa pensiun dan penurunan pendapatan

Lansia umumnya pensiun dari pekerjaan purna waktu, dan oleh karena itu mungkin perlu untuk meyesuaikan dan membuat perubahan karena hilangnya peran bekerja.

c. Menyesuaikan terhadap kematian pasangan


(24)

menggantungkan hidupnya dari seseorang yang meninggalkannya dan sangat berarti bagi dirinya.

d. Menerima diri sendiri sebagai individu lansia

Beberapa lansia menemukan kesulitan untuk menerima diri sendiri selama penuaan. Mereka dapat memperlihatkan ketidakmampuannya sebagai koping dengan menyangkal penurunan fungsi, meminta cucunya untuk tidak memanggil mereka “nenek” atau menolak meminta bantuan dalam tugas yang menempatkan keamanan mereka pada resiko yang besar

e. Mempertahankan kepuasan pengaturan hidup

Lansia dapat mengubah rencana kehidupannya. Misalnya kerusakan fisik dapat mengharuskan pindah ke rumah yang lebih kecil dan untuk seorang diri f. Mendefinisikan ulang hubungan dengan anak yang dewasa

Lansia sering memerlukan penetapan hubungan kembali dengan anak-anaknya yang telah dewasa

g. Menentukan cara untuk mempertahankan kualitas hidup

Lansia harus belajar menerima akivitas dan minat baru untuk mempertahankan kualitas hidupnya. Seseorang yang sebelumnya aktif secara sosial sepanjang hidupnya mungkin merasa relatif mudah untuk bertemu orang baru dan mendapat minat baru. Akan tetapi, seseorang yang introvert dengan sosialisasi terbatas, mungkin menemui kesulitan bertemu orang baru selama pensiun.


(25)

1.5 Masalah Fisik yang Sering Ditemukan pada Lansia

Menurut Azizah (2011), masalah fisik yang sering ditemukan pada lansia adalah:

a. Mudah Jatuh

Jatuh adalah suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata yang melihat kejadian yang mengakibatkan seseorang mendadak terbaring/terduduk di lantai atau tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka

b. Mudah Lelah Disebabkan oleh:

a) faktor psikologis (perasaan bosan, keletihan atau perasaan depresi) b) gangguan organis

c) pengaruh obat-obat c. Berat Badan Menurun

Disebabkan oleh:

a) Pada umumnya nafsu makan menurun karena kurang gairah hidup atau kelesuan

b) Adanya penyakit kronis

c) Gangguan pada saluran pencernaan sehingga penyerapan makanan terganggu


(26)

d. Sukar Menahan Buang Air Besar Disebabkan oleh:

a) Obat-obat pencahar perut b) Keadaan diare

c) Kelainan pada usus besar

d) Kelainan pada ujung saluran pencernaan (pada rektum usus) e. Gangguan pada Ketajaman Penglihatan

Disebabkan oleh: a) Presbiop

b) Kelainan lensa mata (refleksi lensa mata kurang) c) Kekeruhan pada lensa (katarak)

d) Tekanan dalam mata yang meninggi (glaukoma)

1.6 Penyakit yang Sering Dijumpai pada Lansia

Menurut Azizah (2011), dikemukakan adanya empat penyakit yang sangat erat hubungannya dengan proses menua yakni:

a. gangguan sirkulasi darah, seperti : hipertensi, kelainan pembuluh darah, gangguan pembuluh darah di otak (koroner) dan ginjal

b. gangguan metabolisme hormonal, seperti: diabetes mellitus, klimakterium, dan ketidakseimbangan tiroid

c. gangguan pada persendian, seperti osteoartitis, gout arthritis, atau penyakit kolagen lainnya


(27)

2. Kepuasan 2.1 Pengertian

Kepuasan adalah suatu keadaan dimana keinginan harapan dan kebutuhan individu terpenuhi. Artinya, individu datang ke suatu pelayanan untuk mendapatkan apa yang diinginkan untuk memenuhi kebutuhannya (Atmojo, 2006).

Kepuasan pasien adalah suatu tingkat perasaan pasien yang timbul sebagai akibat dari kinerja layanan kesehatan yang diperolehnya setelah pasien membandingkan dengan apa yang diharapkannya (Pohan, 2006).

2.2 Indikator Kepuasan Pasien

Kepuasan pasien menurut Pohan (2006) akan diukur dengan indikator berikut:

a. Kepuasan Terhadap Akses Layanan Kesehatan

Kepuasan terhadap akses layanan kesehatan akan dinyatakan oleh sikap dan pengetahuan tentang:

a) Sejauh mana layanan kesehatan itu tersedia pada waktu dan tempat saat dibutuhkan

b) Kemudahan memperoleh layanan kesehatan, baik dalam keadaan biasa ataupun keadaan gawat darurat

c) Sejauh mana pasien mengetahui bagaimana sistem pelayanan kesehatan bekerja, keuntungan dan tersedianya layanan kesehatan


(28)

b. Kepuasan terhadap Mutu Layanan Kesehatan

Kepuasan terhadap mutu layanan kesehatan akan dinyatakan oleh sikap terhadap:

a) Kompetensi teknik dokter dan/atau profesi layanan kesehatan lain yang berhubungan dengan pasien

b) Keluaran dari penyakit atau bagaimana perubahan yang dirasakan oleh pasien sebagai hasil dari layanan kesehatan

c. Kepuasan terhadap Proses Layanan Kesehatan

Kepuasan terhadap proses layanan kesehatan, termasuk hubungan antar manusia akan ditentukan dengan melakukan pengukuran:

a) Sejauh mana ketersediaan layanan puskesmas atau rumah sakit menurut penilaian pasien

b) Persepsi tentang perhatian dan kepedulian dokter dan/atau profesi layanan kesehatan lain

c) Tingkat kepercayaan dan keyakinan terhadap dokter d) Tingkat pengertian tentang kondisi atau diagnosis

e) Sejauh mana tingkat kesulitan untuk dapat mengerti nasihat dokter dan/atau rencana pengobatan

d. Kepuasan terhadap Sistem Layanan Kesehatan

Kepuasan terhadap sistem layanan kesehatan, ditentukan oleh sikap terhadap:


(29)

a) Fasilitas fisik dan lingkungan layanan kesehatan

b) Sistem perjanjian, termasuk menunggu giliran, waktu tunggu, pemanfaatan waktu selama menunggu, sikap mau menolong atau kepedulian personel, mekanisme pemecahan masalah dan keluhan yang timbul

c) Lingkup dan sifat keuntungan dan layanan kesehatan yang ditawarkan Hal tersebut dinyatakan melalui pengamatan:

a) Luasnya layanan medik yang digunakan diluar sistem layanan kesehatan b) Proporsi pasien yan meninggalkan program dan memilih program kesehatan

lain

c) Jumlah dan jenis keluhan yang diterima sistem layanan kesehatan d) Perjanjian yang batal dan angka pembatalan

e) Angka ketersediaan obat dan resep obat yang diberikan f) Proporsi pasien yang mengganti dokter ( jika dimungkinkan)

2.3 Klasifikasi Kepuasan

Menurut Gerson (2004), untuk mengetahui tingkat kepuasan pelanggan, dapat diklasifikasikan dalam beberapa tingkatan sebagai berikut:

a. Sangat memuaskan

Diartikan sebagai ukuran subjektif hasil penilaian perasaan klien yang menggambarkan pelayanan kesehatan sepenuhnya atau sebagian besar sesuai keinginan atau kebutuhan klien, seperti sangat bersih (untuk prasarana), sangat ramah (untuk hubungan antara petugas kesehatan atau petugas kesehatan dengan


(30)

klien), dan sangat cepat (untuk pelayan dan administrasi), yang seluruhnya menggambarkan kualitas tingkat pelayanan yang paling tinggi

b. Memuaskan

Diartikan sebagai ukuran subjektif hasil penelitian perasaan klien, yang menggambarkan pelayanan kesehatan tidak sepenuhnya atau sebagian sesuai kebutuhan atau keinginan seperti tidak terlalu bersih, agak kurang cepat atau kurang ramah, yang semuanya ini menggambarkan tingkat kualitas kategori sedang

c. Tidak Memuaskan

Diartikan sebagai ukuran subjektif hasil penelitian perasaan klien rendah, yang menggambarkan pelayanan kesehatan tidak sesuai kebutuhan atau keinginan seperti tidak terlalu bersih, agak lambat atau tidak ramah

d. Sangat Tidak Memuaskan

Diartikan sebagai ukuran subjektif hasil penelitian perasaan klien rendah, yang menggambarkan pelayanan kesehatan tidak sesuai kebutuhan atau keinginan seperti tidak bersih, lambat dan tidak ramah. Seluruh hal ini menggambarkan tingkat kualitas pelayanan kategori rendah.

3. Posyandu Lansia 3.1 Pengertian

Posyandu adalah suatu kegiatan masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan. Posyandu lansia merupakan pusat kegiatan masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan pada lanjut usia. Posyandu sebagai suatu wadah kegiatan


(31)

yang bernuansa pemberdayaan masyarakat akan berjalan baik dan optimal apabila proses kepemimpinan, terjadi proses pengorganisasian, adanya anggota kelompok dan kader serta tersedianya pendanaan (Azizah, 2011)

Posyandu lansia merupakan wahana pelayanan bagi kaum usia lanjut yang dilakukan dari, oleh, dan untuk kaum usila yang menitikberatkan pada pelayanan promotif dan preventif tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif (Notoatmodjo, 2007).

Posyandu lansia adalah suatu forum komunikasi, alih teknologi dan pelayanan kesehatan oleh masyarakat dan untuk masyarakat yang mempunyai nilai strategis untuk pembangunan sumber daya manusia khususnya lanjut usia (Depkes, 2000)

3.2 Tujuan Pelayanan Posyandu Lansia

Menurut Azizah (2011), adapun tujuan posyandu lansia adalah: a. Meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku positif dari lansia b. Meningkatkan mutu dan derajat kesehatan lansia

c. Meningkatkan kemampuan para lanjut usia untuk mengenali masalah kesehatan dirinya sendiri dan bertindak untuk mengatasi masalah tersebut terbatas kemampuan yang ada dan meminta pertolongan keluarga atau petugas jika diperlukan.


(32)

a. Meningkatkan status kesehatan lansia b. Meningkatkan kemandirian pada lansia c. Memperlambat aging proses

d. Deteksi dini gangguan kesehatan pada lansia e. Meningkatkan harapan hidup

Alasan pentingnya posyandu lansia karena kerentanannya terhadap gangguan kesehatan. Gangguan kesehatan pada organ reproduksi, seperti osteoporosis dan kanker leher rahim (pada lansia perempuan) dan gangguan kelenjar prostat dan gangguan seksual serta impotensi (pada lansia laki-laki merupakan masalah tersendiri dan berdampak pada kualitas hidup lansia).

3.4 Peran Pemerintah dalam Posyandu Lansia

Dituangkan dalam bentuk Undang-Undang dan peraturan untuk menyusun kebijakan dalam pembinaan lansia di Indonesia. Undang-undang tersebut antara lain:

a. UU No.23 tahun 1992 tentang kesehatan ( pasal 19) b. UU No.13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia

Meningkatnya derajat kesehatan usia lanjut untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai dengan eksistensinya dalam strata kemasyarakatan dalam mencapai mutu kehidupan usia lanjut yang optimal (Azizah, 2011).


(33)

3.5 Sasaran

Menurut Azizah (2011), sasaran dalam posyandu lansia antara lain:

a. Sasaran Langsung

Sasaran langsung dalam posyandu lansia antara lain:

a) Kelompok usia menjelang usia lanjut (45-54 tahun) atau dalam masa virilitas, di dalam keluarga maupun masyarakat luas dengan paket pembinaan yang meliputi KIE dan pelayanan kesehatan fisik, gizi agar dapat mempersiapkan diri menghadapi masa tua

b) Kelompok usia lanjut dalam masa prasenium (55-64 tahun) dalam keluarga, organisasi masyarakat usia lanjut dan masyarakat pada umumnya, dengan paket pembinaan yang meliputi KIE dan pelayanan agar dapat mempertahankan kondisi kesehatannya dan tetap produktif

c) Kelompok usia lanjut dalam masa senescens (65 tahun) dan usia lanjut dengan resiko tinggi (dari 70 tahun). Hidup sendiri, terpencil, menderita penyakit berat, cacat, dan lain-lain, dengan paket pembinaan yang meliputi KIE dan pelayanan kesehatan agar dapat selama mungkin mempertahankan kemandiriannya.

b. Sasaran Tidak Langsung

Sasaran tidak langsung dalam posyandu lansia antara lain: a) Keluarga dimana usia lanjut berada


(34)

c) Institusi pelayanan kesehatan dan non kesehatan yang berkaitan dengan pelayanan dasar dan pelayanan rujukan

d) Masyarakat luas

3.6 Komponen Pokok dalam Posyandu Lansia

Menurut Azizah (2011), komponen dalam posyandu lansia adalah: kepemimpinan, pengorganisasian, anggota kelompok, kader dan pendanaan.

Unit pengelola posyandu dipimpin oleh seorang ketua yang dipilih dari para anggota. Organisasi posyandu sesungguhnya bersifat organisasi fungsional yang dipimpin oleh seorang pimpinan dan dibantu oleh pelaksana pelayanan yang terdiri dari kader posyandu sebanyak 4-5 orang. Bentuk susunan organisasi unit pengelola posyandu di desa, ditetapkan melalui kesepakatan dari para anggota pengelola posyandu. Dana yang diperlukan untuk membiayai kegiatan posyandu termasuk untuk revitalisasi, dihimpun dari semangat kebersamaan dan digunakan secara terpadu dari masyarakat, anggaran pemerintah daerah kabupaten/kota, provinsi dan pemerintah pusat serta sumbangan swasta dan donor lainnya baik domestik maupun internasional. Kader diartikan sebagai tenaga sukarela yang tertarik dalam bidang tetentu yang tumbuh dalam masyarakat dan merasa berkewajiban untuk melaksanakan serta membina kesejahrteraan termasuk bidang kesehatan (Depkes RI, 2001).


(35)

3.7 Kegiatan Kesehatan di Posyandu Lansia

Kegiatan kesehatan di posyandu lansia menurut Azizah (2011), antara lain: a. Pemeriksaan aktifitas kegiatan sehari-hari meliputi kegiatan dasar dalam

kehidupan sehari-hari seperti makan, minum, berpakaian, naik-turun tempat tidur, buang air besar atau air kecil dan sebagainya

b. Pemeriksaan status mental

c. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan tinggi badan, pencatatan dalam grafik indeks masa tubuh (IMT)

d. Pengukuran tekanan darah dengan menggunakan tensi meter dan stetoskop serta penghitungan denyut nadi dalam satu menit

e. Pemeriksaan hemoglobin

f. Pemeriksaan gula darah air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit DM g. Pemeriksaan kandungan zat putih telur (protein) dalam air seni sebagai deteksi

awal adanya penyakit ginjal

h. Pelaksanaan rujukan ke puskesmas bila ada rujukan

i. Penyuluhan dilakukan di dalam atau di luar posyandu atau kelompok lanjut usia

j. Kunjungan rumah oleh kader didampingi puskesmas bagi anggota lansia yang tidak hadir di posyandu

k. Pemberian makanan tambahan dan penyuluhan contoh menu makanan l. Kegiatan olah raga seperti senam lanjut usia dan jalan santai


(36)

3.8 Mekanisme Pelaksanaan Kegiatan

Menurut Azizah (2011), mekanisme pelaksanaan kegiatan program posyandu lansia yang digunakan adalah sistem tiga tahap (3 meja) yaitu:

a. Tahap pertama (meja I)

a) Pendaftaran usia lanjut yang sudah terdaftar maupun usia lanjut yang baru, setiap lanjut usia akan mendapat KMS

b) Penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan b. Tahap kedua (meja II)

a) Pencatatan

Pencatatan diletakkan pada KMS berupa hasil penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan, kegiatan sehari-hari yang dilakukan

b) Pemeriksaan dan pelayanan kesehatan

Dilaksanakan pengukuran tekanan darah, pemeriksaan kesehatan dan status mental, pengobatan sederhana dan perawatan juga diberikan. Pada tahap ini, selain itu juga dilakukan pemeriksaan kadar gula dan protein dalam air seni c. Tahap ketiga (meja III)

Pada tahap ini diberikan penyuluhan dan konseling selain itu juga dilakukan pembinaan mental untuk memperkuat ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dalam tahap ini pula perlu dilakukan kegiatan fisik berupa olahraga maupun kegiatan fisik lain.


(37)

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL

1. Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan abstraksi dari suatu realitas agar dapat dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antar variabel (baik variabel yang diteliti maupun yang tidak diteliti), kerangka konsep akan membantu peneliti menghubungkan hasil penemuan dengan teori (Nursalam, 2008).

Fokus dari penelitian ini adalah pelaksanaan program posyandu lansia dan tingkat kepuasan lansia pengguna posyandu. Dalam hal ini, pelaksanaan posyandu lansia menitikberatkan pada pelayanan promotif dan preventif serta upaya kuratif dan rehabilitatif (Notoatmodjo, 2007). Sementara tingkat kepuasan dalam hal ini adalah tingkat perasaan lansia yang timbul sebagai akibat dari kinerja layanan kesehatan yang diperolehnya setelah pasien membandingkan dengan apa yang diharapkannya (Pohan, 2006).

Berdasarkan tinjauan teoritis yang telah diuraikan pada tinjauan kepustakaan maka dapat digambarkan kerangka konsep penelitian, antara lain sebagai berikut :


(38)

Pelaksanaan posyandu lansia

- Pendaftaran - Terlaksana sepenuhnya

- Pengukuran BB dan TB - Terlaksana sebagian

- Pencatatan

- Pemeriksaan dan pelayanan kesehatan - Penyuluhan dan konseling

Kepuasan lansia pengguna posyandu

- Akses layanan kesehatan - Sangat puas

- Mutu layanan kesehatan - Puas

- Proses layanan kesehatan - Tidak puas - Sistem layanan kesehatan - Sangat tidak puas

Skema1 : Pelaksanaan Program Posyandu Lansia dan Tingkat Kepuasan Lansia Pengguna Posyandu di Puskesmas Buntu Raja, Kecamatan Siempat Nempu, Kabupaten Dairi.

2. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah proses perumusan atau pemberian arti pada masing-masing yang terlibat dalam penelitian (Nursalam, 2008).


(39)

Tabel 1. Defenisi Operasional

No Variabel Definisi operasional Alat ukur Skala dan Hasil ukur 1. Pelaksanaan

program posyandu lansia

Kegiatan yang

dilaksanakan pada waktu tertentu oleh puskesmas dan kader kesehatan dengan melakukan mekanisme posyandu lansia yang meliputi pendaftaran,

penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan, pencatatan, pemeriksaan dan pelayanan kesehatan serta penyuluhan dan konseling kepada lansia di wilayah kerja

puskesmas Buntu Raja

Kuesioner Berbentuk pernyataan yang berjumlah 9 pernyataan dengan bentuk jawaban yang tersedia adalah “ya” dan “tidak” Skala: Ordinal Hasil ukur: -Terlaksana sepenuhnya Skor 5-9 -Terlaksana sebagian Skor 0-4

2. Kepuasan lansia pengguna posyandu

Respon atau tanggapan lansia terhadap layanan kesehatan yang diperoleh setelah mengikuti

pelaksanaan posyandu lansia yang meliputi akses, mutu, proses dan sistem layanan kesehatan di wilayah kerja

Puskesmas Buntu Raja

Kuesioner Berbentuk pernyataan yang berjumlah 16 pernyataan dengan bentuk jawaban yang tersedia adalah “sangat memuaskan”, “memuaskan”, “tidak memuaskan”, “sangat tidak memuaskan”. Skala: Ordinal Hasil ukur: -Sangat puas

Skor 53-64 -Puas

Skor 41-52 -Tidak puas Skor 29-40 -Sangat tidak

puas Skor 16-28


(40)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang dirancang untuk mengidentifikasi pelaksanaan program posyandu lansia dan tingkat kepuasan lansia pengguna posyandu di Puskesmas Buntu Raja Kecamatan Siempat Nempu Kabupaten Dairi.

2. Populasi dan Sampel 2.1 Populasi

Populasi merupakan seluruh subjek atau objek dengan karakteristik tertentu yang akan diteliti (Alimul, 2003). Populasi dalam penelitian ini adalah semua lansia yang pernah terdaftar dari tahun 2012 sampai bulan Maret 2013 di posyandu lansia yang berada di wilayah kerja Puskesmas Buntu Raja Kecamatan Siempat Nempu, Kabupaten Dairi. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 303 orang.

2.2 Sampel

Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Alimul, 2003). Sampel dari penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik convenience sampling. Menurut Arikunto (2002) tentang prosedur pengambilan sampel penelitian, teknik


(41)

pengambilan sampel ini adalah sampel yang tersedia pada saat itu dan telah memenuhi kriteria sampel yang telah ditentukan.

Selanjutnya Arikunto (2002) mengemukakan bahwa untuk menentukan jumlah sampel juga dapat dilakukan dengan cara apabila populasi lebih dari 100 maka dapat diambil 10-20% tergantung dari kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga dan dana. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti mengambil 20% dari jumlah populasi masing-masing posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Buntu Raja, kecamatan Siempat Nempu, kabupaten Dairi, sehingga didapatkan jumlah sampel yang akan diteliti sebanyak 61 orang.

Tabel 2. Distribusi jumlah sampel dan jumlah kunjungan lansia ke posyandu lansia di puskesmas Buntu Raja Kecamatan Siempat Nempu Kabupaten Dairi.

No Nama Posyandu Populasi Jumlah Sampel

1. Posyandu Hutaimbaru 45 20

45 = 9 100

2. Posyandu Jumateguh 49 20

49 = 10 100

3. Posyandu Gomit 57 20

57 = 11 100

4. Posyandu Soban 48 20

48 = 10 100


(42)

Tabel 2 (lanjutan)

No Nama Posyandu Populasi Jumlah Sampel

6. Posyandu Adian Nangka 70 20

70 = 14 100

Total sampel 61 orang

Adapun kriteria inklusi sampel yang akan diteliti adalah: 1. Lansia yang berusia 60 tahun ke atas

2. Lansia yang sudah terdaftar di posyandu lansia 3. Mampu berbicara dengan jelas/ tidak bisu 4. Bersedia menjadi responden

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di 6 posyandu lansia wilayah kerja Puskesmas Buntu Raja, kecamatan Siempat Nempu, Kabupaten Dairi, dilaksanakan mulai tanggal 20 Juli - 20 September 2013.

4. Pertimbangan Etik

Responden yang terlibat dalam penelitian terlebih dahulu diminta kesediannya secara sukarela, bebas dari tekanan dan paksaan. Setiap responden diberi lembar informasi (informed consent) untuk memberikan penjelasan tentang tujuan penelitian dan manfaat penelitian. Kemudian peneliti menjamin kerahasiaan identitas responden (anonimity) dengan tidak memberikan nama dan hanya menuliskan kode pada lembar kuesioner dan hasil penelitian yang disajikan. Peneliti memberikan jaminan kerahasiaan (confidentiality) semua informasi yang


(43)

telah dikumpulkan dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Penelitian ini telah diuji ethical clearence dan mendapat persetujuan dari Komisi Etik Penelitian Fakultas Keperawatan.

5. Instrumen Penelitian

Pada penelitian ini instrumen yang digunakan pada bagian pertama berisi data demografi dan bagian kedua berupa kuesioner. Data demografi lansia meliputi kode responden, umur, jenis kelamin, pendidikan dan suku, untuk kuesioner bagian pertama bertujuan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan program posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Buntu Raja. Kuesioner ini berupa pernyataan yang terdiri dari 9 pernyataan dengan dua kemungkinan jawaban yaitu “ya” dan “tidak”, jika jawaban ya akan diberi skor 1, jika jawaban tidak akan diberi skor 0 dengan skor tertinggi 9 dan skor terendah 0. Hasil pengukuran akan diklasifikasikan menjadi 2 kelas dengan cara skor tertinggi dikurangi skor terendah kemudian hasilnya dibagi 2, maka didapatkan interval kelas 2, kriteria penilaian yang didapatkan adalah terlaksana sepenuhnya nilainya 5-9, terlaksana sebagian nilainya 0-4.

Untuk kuesioner bagian kedua bertujuan untuk mengetahui tingkat kepuasan lansia pengguna posyandu yang terdiri dari 16 pertanyaan dengan 4 kemungkinan jawaban yaitu sangat memuaskan diberi skor 4, memuaskan diberi skor 3, tidak memuaskan diberi skor 2 dan sangat tidak memuaskan diberi skor 1. Terlebih dahulu ditentukan jumlah skor masing-masing kuesioner dan jumlah skor yang didapat disesuaikan dengan interval skor tingkat kepuasan yang telah ditentukan


(44)

(2005), yang terdiri dari 4 (empat) kategori, yaitu; sangat puas bila skor 53-64, puas bila skor 41-52, tidak puas bila skor 29-40, dan sangat tidak puas bila skor 16-28.

6. Uji Validitas dan Reliabilitas 6.1 Uji Validitas

Uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 2002). Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud.

Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini telah divalidasi oleh dua orang yakni satu orang dosen dari departemen jiwa dan komunitas dan satu orang dari petugas posyandu di Puskesmas Buntu Raja.

6.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas ialah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten atau tetap asas (ajeg) bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2010).


(45)

Instrumen yang reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya/ benar sesuai kenyataannya sehingga walaupun data diambil berulang-ulang hasilnya akan tetap sama. Kuesioner penelitian ini akan diuji dengan reliabilitas internal yang diperoleh dengan cara menganalisa data dari satu kali pengetesan. Uji reliabilitas dilakukan sebelum pengumpulan data kepada responden yang memenuhi kriteria seperti responden yang sebenarnya sebanyak 20 orang.

Uji reliabilitas pada kuesioner pertama tentang pelaksanaan program posyandu menggunakan rumus Kuder Richardson-20 (K-R 20). Rumus KR 20 merupakan salah satu uji reliabilitas untuk instrumen dalam bentuk dikotomi dengan pilihan jawaban “ya” atau “tidak”. Suatu instrumen baru, dikatakan reliabel bila nilai reliabilitasnya lebih besar dari 0,632 dengan tingkat kemaknaan 5% (Arikunto, 2006).

Uji reliabilitas pada kuesioner kedua tentang tingkat kepuasan menggunakan rumus cronbach alpha (α), dimana menurut Djemari (2004) dalam Suyanto (2011) jika alpha > 0,70 maka butir-butir pernyataan dikatakan reliabel.

Uji reliabilitas pada penelitian ini telah dilakukan dengan menggunakan teknik komputerisasi. Nilai reliabilitas untuk kuesioner pelaksanaan posyandu lansia adalah 0,74385. Nilai tersebut >0,632, sehingga kuesioner tersebut dikatakan reliabel.

Nilai reliabilitas untuk kuesioner tingkat kepuasan dalam penelitian ini adalah 0,873 dan nilai tersebut >0,70 sehingga kuesioner tersebut dikatakan reliabel.


(46)

7. Proses Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan tahapan berikut: peneliti mengajukan permohonan izin kepada Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara untuk mendapatkan surat keterangan pelaksanaan penelitian di Kecamatan Siempat Nempu Kabupaten Dairi, peneliti menyerahkan surat permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Dairi; peneliti menyerahkan surat ke Kepala Puskesmas Buntu Raja; peneliti menjelaskan hak-hak responden termasuk hak untuk menolak mengisi kuesioner sebelum pengisian kuesioner dilaksanakan; jika responden menyetujui permohonan pengisian kuesioner selanjutnya responden diberikan informed consent untuk ditandatangani; peneliti menjelaskan cara pengisian kuesioner; peneliti memberikan waktu dan mendampingi responden dalam mengisi kuesioner; peneliti memeriksa kejelasan dan kelengkapan kuesioner.

8. Analisa Data

Pengolahan data merupakan salah satu langkah penting dalam penelitian karena data yang diperoleh langsung dari penelitian masih mentah belum memberikan informasi apa- apa dan belum siap untuk disajikan. Analisa data dalam penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif. Langkah yang diambil setelah data dikumpulkan, diolah dan ditabulasi dengan menggunakan sistem komputerisasi antara lain:


(47)

a. Editing

Editing merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian formulir atau kuesioner yang diberikan pada responden. Setelah data terkumpul maka analisa data dilakukan dengan memeriksa kembali kuesioner satu per satu yakni identitas dan data responden serta memastikan bahwa semua jawaban harus diisi sesuai dengan petunjuk.

b. Coding

Coding yaitu mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan (Notoatmodjo, 2010). Pertama, peneliti membuat kode pada kuesioner sebagai pengganti identitas responden. Selanjutnya peneliti memberikan kode pada masing-masing variabel dalam kuesioner antara lain sebagai berikut:

1. Nomor responden diberi kode 01,02, dan seterusnya.

2. Usia: 60-74 tahun diberi kode”1” dan 75-90 tahun diberi kode “2”.

3. Pendidikan: SD diberi kode “1”, SMP diberi kode “2”, SMA diberi kode “3”, dan Akademi/PT diberi kode “4”

4. Suku: batak diberi kode “1” dan jawa diberi kode “2”

5. Variabel pelaksanaan posyandu lansia diukur menggunakan kuesioner A yang terdiri dari 9 pernyataan. Setiap jawaban benar diberi nilai “1”, jawaban salah diberi nilai “0”. Total skor tertinggi yang diperoleh adalah 9 dan skor terendah adalah 0. Semakin tinggi skor yang diperoleh oleh responden, maka semakin baik pelaksanaan posyandu lansia. Pelaksanaan


(48)

Rentang P =

Banyak Kelas

P merupakan panjang kelas dengan 9 rentang kelas dan 2 kategori kelas untuk menilai pelaksanaan program posyandu lansia. Maka didapatlah panjang kelasnya adalah 5. Menggunakan nilai P= 5 dengan nilai terendah adalah 0, maka pelaksanaan program posyandu lansia dapat dikategorikan dengan interval sebagai berikut:

- Terlaksana sepenuhnya, apabila skornya 5 – 9 dari 9 pertanyaan. - Terlaksana sebagian, apabila skornya 0 – 4 dari 9 pertanyaan Terlaksana sepenuhnya diberi kode “1”, terlaksana sebagian diberi kode “2”.

6. Variabel tingkat kepuasan lansia pengguna posyandu diukur melalui kuesioner B yang terdiri dari 4 indikator kepuasan dengan total 16 pernyataan. Jika sangat tidak memuaskan diberi kode “1” jika tidak memuaskan diberi kode “2”, jika memuaskan diberi kode “3”, dan kode “4” jika sangat memuaskan. Maka didapat kategori sebagai berikut:

- Sangat tidak puas apabila skornya 16-28 - Tidak puas apabila skornya 29-40 - Puas bila skornya 41-52


(49)

c. Processing

Peneliti memasukkan (entry) data kuesioner yang telah diisi oleh responden ke komputer. Data berupa jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang berbentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam program atau perangkat lunak komputer untuk diproses lebih lanjut guna mendapatkan hasil yang diinginkan dan data valid.

d. Cleaning

Hal yang dilakukan tahap ini adalah pengecekan kembali data yang sudah dimasukkan ke paket komputer. Peneliti melihat kembali kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan lain-lain. Dari data yang telah dimasukkan sebelumnya tidak ada missing (data yang hilang).

Pengolahan data penelitian dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak komputer berbasis statistik. Pengolahan data tersebut menggunakan analisis univariat untuk mendeskripsikan karakteristik masing-masing variabel yang diteliti. Hasil analisis akan ditampilkan dalam tabel distribusi frekuensi.


(50)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Siempat Nempu Kabupaten Dairi. Kecamatan Siempat Nempu memiliki luas wilayah 192.780 Ha, dimana puskesmas induk berada di desa Buntu Raja. Sebelah timur puskesmas berbatasan dengan Kecamatan Siempat Nempu Hulu, sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Siempat Nempu Hilir, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Silima Pungga-Pungga dan sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Tigalingga. Puskesmas ini sudah berdiri sejak tahun 1973 dan saat ini jumlah petugas kesehatan adalah 44 orang antara lain dokter 2 orang, perawat 9 orang, kesling 2 orang, farmasi 1 orang, tenaga lain 2 orang dan sisanya bidan. Wilayah kerja puskesmas tersebut adalah 13 desa yang terdiri dari 10 Pustu, 5 Poskesdes dan 13 Polindes. Puskesmas Buntu Raja juga memiliki 6 posyandu lansia antara lain posyandu lansia Hutaimbaru, Jumateguh, Gomit, Soban, Jumantuang dan Adian Nangka yang dalam hal ini merupakan lokasi dilakukannya penelitian.

2. Hasil Penelitian

Pada bab ini diuraikan tentang hasil penelitian setelah pengumpulan data yang dilakukan sejak tanggal 20 Juli 2013 sampai dengan 20 September 2013 di seluruh posyandu lansia Puskesmas Buntu Raja Kecamatan Siempat Nempu Kabupaten Dairi. Hasil penelitian ini menggambarkan tentang karakteristik


(51)

responden, pelaksanaan program posyandu lansia dan tingkat kepuasan lansia pengguna posyandu.

2.1Karakteristik Responden

Hasil penelitian berdasarkan karakteristik responden yang berjumlah 61 orang meliputi usia lansia, jenis kelamin lansia, pendidikan lansia dan suku lansia. Karakteristik responden berdasarkan usia diperoleh sebagian besar responden berusia 60-74 tahun yaitu sebanyak 46 orang (75,4%), karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin diperoleh sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 42 orang (68,9%), karakteristik responden berdasarkan pendidikan diperoleh sebagian besar responden berpendidikan SD yaitu sebanyak 45 orang (73,8%) dan karakteristik responden berdasarkan suku diperoleh total responden bersuku Batak, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan karakteristik responden (n=61)

Karakteristik Frekuensi Persentase

Usia 60-74 75-90 46 15 75,4% 24,6% Jenis kelamin Laki-laki Perempuan 19 42 31,1% 68,9% Pendidikan SD/SR SMP SMA 45 12 3 73,8% 19,7% 4,9%


(52)

Tabel 3. (lanjutan)

Karakteristik Frekuensi Persentase

Suku

Batak 100 100%

2.2 Pelaksanaan Posyandu Lansia

Hasil penelitian berdasarkan pelaksanaan program posyandu lansia didapatkan bahwa mayoritas responden di posyandu lansia Puskesmas Buntu Raja Kecamatan Siempat Nempu menyatakan pelaksanaan program posyandu sudah terlaksana sepenuhnya (96,7%) sedangkan yang menyatakan pelaksanaan posyandu lansia terlaksana sebagian hanya 3,3% seperti dalam tabel berikut:

Tabel 4. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan pelaksanaan program posyandu lansia di Puskesmas Buntu Raja Kecamatan Siempat Nempu (n=61)

Pelaksanaan program posyandu Frekuensi Persentase (%) Terlaksana sepenuhnya

Terlaksana sebagian

59 2

96,7 3,3

Penelitian pelaksanaan program posyandu dapat dilihat secara rinci berdasarkan kuesioner, dimana terdapat persentase untuk masing-masing pertanyaan pada pilihan jawaban ya dan tidak. Hasil persentase pelaksanaan posyandu sudah terlaksana dalam hal pegukuran tekanan darah yakni 100% dan pelayanan kesehatan pemberian obat 100%, sedangkan untuk pelaksanaan


(53)

pengukuran tinggi badan menunjukkan persentase terendah yakni 42,6%, seperti dalam tabel berikut:

Tabel 5. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan kuesioner pelaksanaan posyandu lansia di Puskesmas Buntu Raja Kecamatan Siempat Nempu (n=61)

No Berdasarkan pelaksanaan posyandu lansia Ya n (%)

Tidak n (%) 1. Pada awal pelaksanaan posyandu lansia

dilakukan pendaftaran terlebih dahulu untuk setiap lansia yang datang.

54 (88,5) 7 (11,5)

2. Di posyandu lansia dilakukan penimbangan berat badan

55 (90,2) 6 (9,8)

3. Di posyandu lansia dilakukan pengukuran tinggi badan

26 (42,6) 35 (57,4)

4. Petugas posyandu membuat catatan hasil penimbangan dan pengukuran tinggi badan lansia di KMS masing-masing lansia

57 (93,4) 4 (6,6)

5. Petugas posyandu melakukan pelayanan kesehatan seperti mengukur tekanan darah

61 (100) 0

6. Petugas posyandu melakukan pelayanan kesehatan seperti pemberian obat

61 (100) 0

7. Di posyandu lansia dilakukan penyuluhan 38 (62,3) 23 (37,7)

8. Di posyandu lansia dilakukan pemeriksaan fisik

52 (85,2) 9 (14,8)

9. Di posyandu lansia dilakukan konsultasi kesehatan dengan petugas posyandu


(54)

2.3. Tingkat Kepuasan Lansia

Hasil penelitian tingkat kepuasan lansia pengguna posyandu didapatkan dengan kategori puas adalah sebanyak 42 orang (68,9%), kategori tidak puas 10 orang (16,3%) dan sangat puas sebanyak 9 orang (14,8%). Distribusi dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 6. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan tingkat kepuasan lansia pengguna posyandu di Puskesmas Buntu Raja Kecamatan Siempat Nempu (n=61)

Kategori kepuasan Frekuensi Persentase(%) Sangat puas

Puas Tidak puas

9 42 10

14,8 68,9 16,3

Penelitian berdasarkan kuesioner tingkat kepuasan lansia pengguna posyandu didapatkan dari pilihan jawaban memuaskan, sebagian besar lansia menyatakan puas pada kejelasan tentang prosedur pelaksanaan posyandu yaitu 49 orang (80,3%), untuk pilihan jawaban tidak memuaskan, sebagian besar lansia menyatakan tidak puas pada lama waktu petugas posyandu yang diberikan untuk bercerita dengan lansia yaitu sebanyak 20 orang (32,8%). Untuk pilihan jawaban sangat memuaskan, sebagian besar lansia menyatakan sangat puas terhadap kecepatan petugas kesehatan dalam menanggapi permintaan lansia yaitu 16 orang (26,2%) dan pilihan jawaban sangat tidak memuaskan, sebagian besar lansia menyatakan sangat tidak puas pada lama waktu petugas dalam melakukan pemeriksaan kondisi kesehatan lansia yaitu 11 orang(18%).


(55)

Tabel 7. Distribusi frekuensi dan persentase tingkat kepuasan responden di Puskesmas Buntu Raja Kecamatan Siempat Nempu (n=61)

No Berdasarkan tingkat kepuasan lansia pengguna posyandu

STM n %

TM n %

M n %

SM n % 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Keterjangkauan tempat pelaksanaan posyandu lansia dengan tempat tinggal Bapak/Ibu

Kemudahan dalam memperoleh layanan kesehatan di posyandu lansia

Informasi yang diberikan petugas kesehatan tentang peraturan dan tata tertib saat pertama kali Bapak/Ibu masuk posyandu

Kejelasan informasi tentang prosedur pelaksanaan posyandu lansia

Kecepatan petugas kesehatan dalam menanggapi permintaan Bapak/Ibu

Ketelitian petugas kesehatan dalam melakukan tindakan pelayanan kesehatan

Penyampaian pendidikan kesehatan yang dilakukan oleh petugas kesehatan

Keadaan yang dirasakan semakin membaik setelah mengikuti posyandu lansia

Rasa pengertian dan kesadaran petugas kesehatan dalam menanggapi keluhan Bapak/Ibu Informasi yang diberikan akan

3 (4,9)

0

1 (1,6)

0

1 (1,6)

0

1 (3,3)

0

0

1 (1,6)

11 (18)

9 (14,8)

11 (18)

5 (8,2)

6 (9,8)

15 (24,6)

17 (27,9)

2 (4,9)

11 (18)

9 (14,8)

41 (67,2)

45 (73,8)

42 (68,9)

49 (80,3)

38 (62,3)

34 (55,7)

34 (55,7)

44 (72,1)

39 (63,9)

42 (68,9)

6 (9,8)

7 (11,5)

7 (11,5)

7 (11,5)

16 (26,2)

12 (19,7)

8 (13,1)

14 (23,0)

11 (18)


(56)

11 12 13 14 15 16

Tabel 7 (lanjutan)

Berdasarkan tingkat kepuasan lansia pengguna posyandu

Kesesuaian pelayanan kesehatan yang diberikan dengan keluhan Bapak/Ibu

Tanggung jawab petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan

Kecepatan dan ketepatan penanganan yang dilakukan petugas kesehatan untuk mempersingkat waktu tunggu untuk pasien berikutnya

Lama waktu yang diberikan petugas kesehatan untuk memeriksa kondisi Bapak/Ibu Lama waktu yang diluangkan petugas kesehatan untuk bercerita dengan Bapak/Ibu

Penjelasan petugas kesehatan tentang hal-hal yang perlu dilakukan untuk mendukung kesembuhan Bapak/Ibu

STM n % 1 (1,6)

0

0

11 (18)

8 (13,1)

0

TM n % 7 (11,5)

6 (9,8)

7 (11,5)

16 (26,2)

20 (32,8)

8 (13,1)

M n % 43 (70,5)

47 (77,0)

41 (67,2)

30 (49,2)

28 (45,9)

45 (73,8)

SM n % 10 (16,4)

8 (13,1)

13 (21,3)

3 (6,6)

4 (8,2)

8 (13,1)

Hasil penelitian tentang tingkat kepuasan terhadap indikator akses layanan kesehatan didapatkan tingkat kepuasan lansia pengguna posyandu dengan kategori puas adalah sebanyak 47 orang (77,0%), dengan kategori sangat puas 8 orang (13,1%) dan tidak puas sebanyak 6 orang (9,8%), dapat dilihat dalam tabel berikut:


(57)

Tabel 8. Distribusi frekuensi dan persentase tingkat kepuasan responden berdasarkan akses layanan kesehatan (n=61)

Kategori kepuasan Frekuensi Persentase (%) Sangat puas Puas Tidak puas 8 47 6 13,1 77,0 9,8

Indikator kedua tingkat kepuasan lansia adalah berdasarkan mutu layanan kesehatan. Hasil penelitian yang didapatkan yaitu tingkat kepuasan dengan kategori puas adalah sebanyak 42 orang (68,9%), dengan kategori sangat puas 15 orang (24,6%) dan tidak puas sebanyak 4 orang (6,6%), dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 9. Distribusi frekuensi dan persentase tingkat kepuasan responden berdasarkan mutu layanan kesehatan (n=61)

Kategori kepuasan Frekuensi Persentase (%) Sangat puas

Puas Tidak puas Sangat tidak puas

15 42 4 0 24,6 68,9 6,6 0

Penelitian tentang kepuasan lansia dari indikator yang ketiga yaitu terhadap proses layanan kesehatan diperoleh hasil kategori puas adalah sebanyak 44 orang (72,1%), dengan kategori sangat puas 12 orang (19,7%) dan tidak puas sebanyak 5


(58)

Tabel 10. Distribusi frekuensi dan persentase tingkat kepuasan responden berdasarkan proses layanan kesehatan (n=61)

Kategori kepuasan Frekuensi Persentase (%) Sangat puas

Puas Tidak puas

12 44 5

19,7 72,1 8,2

Hasil penelitian tentang tingkat kepuasan lansia berdasarkan indikator sistem layanan kesehatan didapatkan untuk kategori puas adalah sebanyak 41 orang (67,2%), dengan kategori tidak puas 13 orang (21,3%) dan sangat puas sebanyak 7 orang (11,5%), dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 11. Distribusi frekuensi dan persentase tingkat kepuasan responden berdasarkan sistem layanan kesehatan (n=61)

Kategori kepuasan Frekuensi Persentase (%) Sangat puas

Puas Tidak puas Sangat tidak puas

7 41 13 0

11,5 67,2 21,3 0


(59)

3. Pembahasan

3.1 Pelaksanaan Program Posyandu Lansia

Berdasarkan hasil penelitian terhadap pelaksanaan program posyandu lansia di Puskesmas Buntu Raja Kecamatan Siempat Nempu diperoleh data bahwa mayoritas sudah terlaksana sepenuhnya yaitu 96,7% sedangkan untuk kategori terlaksana sebagian yaitu 3,3%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa petugas posyandu lansia sudah melaksanakan tupoksi dengan baik.

Azizah (2011) menyebutkan mekanisme pelaksanaan posyandu lansia dilakukan dengan 3 tahap yaitu meja pertama yang terdiri dari pendaftaran, penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan, meja kedua yang terdiri dari pencatatan, pemeriksaan dan pelayanan kesehatan serta meja ketiga yang terdiri dari penyuluhan dan konseling.

Hasil penelitian terhadap pelaksanaan pengukuran berat badan sudah terlaksana sepenuhnya (90,2%) dikarenakan masing-masing posyandu sudah dilengkapi dengan alat penimbang berat badan, namun masih ada lansia yang menyatakan tidak dilakukan penimbangan berat badan. Dari pengamatan peneliti, hal tersebut terjadi karena jumlah petugas di masing-masing posyandu lansia terbatas dan beberapa posyandu tidak memiliki kader untuk membantu petugas pada saat berlangsung posyandu lansia, sehingga beberapa lansia tidak melakukan penimbangan berat badan.

Pelaksanaan pengukuran tinggi badan, didapatkan hasil 42,6% terlaksana, sementara yang tidak terlaksana justru lebih mendominasi (57,4%). Dari hasil


(60)

adalah ketidaktersediaannya alat pengukur tinggi badan serta petugas yang tidak sempat untuk mengukur terkait dengan lama waktu tunggu untuk lansia berikutnya yang sudah antri. Perlu dilakukan peningkatan dalam hal pengukuran tinggi badan karena 42,6% menunjukkan persentase yang perlu mendapat perhatian guna pencapaian pelaksanaan posyandu yang lebih optimal.

Hasil penelitian terkait pelaksanaan pengukuran tekanan darah dan pemberian obat sudah terlaksana sepenuhnya (100%). Persentase tersebut menjelaskan bahwa petugas kesehatan sudah melakukan tugasnya secara optimal pada meja ke dua khususnya pelayanan kesehatan.

Penelitian terhadap pelaksanaan penyuluhan, didapat hasil terlaksana 62,3%. Persentase ini menandakan bahwa penyuluhan di posyandu lansia sudah terlaksana dengan baik. Fakta tersebut sesuai dengan UU No.13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia yang menyebutkan pelayanan kesehatan bagi lanjut usia sebagaimana dimaksud dilaksanakan melalui peningkatan penyuluhan dan penyebarluasan informasi kesehatan. Jika ditinjau dari ketidakterlaksanaannya didapat hasil 37,7%. Hal ini menunjukkan walaupun sudah terlaksana baik namun belum optimal dikarenakan cukup sulit mengumpulkan lansia untuk disuluh dan para lansia rata-rata berladang sehingga tidak cukup waktu untuk mengikuti kegiatan tersebut kecuali pada saat dokter datang per tiga bulan sekali dan itu dikarenakan dokter membawa makanan tambahan untuk para lansia sehingga menarik minat mereka dalam mengikuti penyuluhan.

Begitu juga dengan pemeriksaan fisik dan konsultasi kesehatan, sudah terlaksana dengan baik, namun karena keterbatasan jumlah petugas kesehatan dan


(61)

minimnya kader kesehatan menyebabkan kegiatan ini belum terealisasi seutuhnya. Pelayanan perlu untuk ditingkatkan agar posyandu lansia lebih mencapai mutu yang baik dan bermanfaat.

Jika dilihat dari segi usia, lansia yang datang ke pelaksanaan posyandu lansia, sebagian besar adalah lansia berumur 60-74 tahun yaitu sebanyak 46 orang (75,4%). Pada umumnya, lansia mengalami perubahan fisik yang ditandai dengan munculnya berbagai penyakit seperti gangguan sirkulasi darah, gangguan metabolisme hormonal dan gangguan persendiaan. WHO dan UU No.13 tahun 1998 menyebutkan bahwa usia 60 tahun adalah usia permulaan tua (Nugroho, 2008). Tanda-tanda munculnya gangguan penyakit mulai terlihat pada usia 60 tahun dan semakin terlihat pada usia 70 tahun ke atas. Hal ini sesuai dengan penelitian Suwarsono (2003) dalam Sutini (2010) yang menyatakan sebagian besar responden berusia di atas 60 tahun (60,6%). Begitu juga Azizah (2011) menyatakan sasaran langsung posyandu lansia antara lain masa prasenium dan masa senescens agar dapat mempertahankan kondisi kesehatan dan tetap produktif.

Jika dilihat dari jenis kelamin, lansia yang datang ke posyandu lansia sebagian besar berjenis kelamin perempuan yakni 42 orang (68,9%). Dari pengamatan peneliti, lansia perempuan lebih mudah diajak untuk ikut serta dalam posyandu lansia dibandingkan dengan lansia laki-laki karena lebih mementingkan pekerjaan di ladang dan kurang peduli dengan kesehatan. Penelitian terkait yang peneliti temukan adalah penelitian Sutini (2010) yang penelitiannya menunjukkan


(62)

hal ini sesuai dengan angka harapan hidup waktu lahir dimana angka harapan hidup perempuan lebih tinggi dari angka harapan hidup laki-laki. Menurut Rustika (2000) dalam Sutini (2010) juga mengatakan angka usia lanjut perempuan sebesar 51,6% dibandingkan dengan usia lanjut laki-laki sebesar 48,4%.

Jika dilihat dari pendidikan, sebagian besar lansia mempunyai tingkat pendidikan SD/SR yakni 45 orang (73,8%). Hal tersebut dikarenakan jaman dahulu fasilitas pendidikan masih sedikit dan masih jarang yang bersekolah. Walaupun demikian, para lansia mau mengikuti posyandu karena adanya pendekatan dan dukungan dari petugas kesehatan sehingga ada keinginan dari lansia sendiri memeriksakan diri untuk megetahui status kesehatan. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Rusdiyanto (2007) dalam Sutini (2010) dimana hasil penelitiannya menunjukkan proporsi responden yang tingkat pendidikannya rendah (SD dan SMP) sebanyak 53%.

3.2 Tingkat Kepuasan Lansia Pengguna Posyandu

Kepuasan adalah suatu tingkat perasaan pasien yang timbul sebagai akibat dari kinerja layanan kesehatan yang diperolehnya setelah pasien membandingkan dengan apa yang diharapkannya (Pohan, 2006).

Hasil penelitian menunjukkan mayoritas lansia pengguna posyandu lansia di Puskesmas Buntu Raja Kecamatan Siempat Nempu dalam kategori puas dengan persentase 68,9%, sementara untuk kategori sangat puas yaitu 14,8%, tidak puas 16,3% dan kategori sangat tidak puas yaitu 0%. Hal ini tidak sesuai dengan pernyataan Pohan (2006) bahwa kenyataan lapangan menunjukkan bahwa


(63)

umumnya fasilitas layanan kesehatan milik pemerintah masih kurang/tidak dimanfaatkan oleh masyarakat, salah satu penyebabnya adalah bahwa umumnya mutu layanan kesehatan yang diselenggarakan oleh fasilitas layanan kesehatan milik pemerintah masih belum atau tidak memenuhi harapan pasien dan/ atau masyarakat. Kenyataan ini menunjukkan bahwa kinerja pelayanan kesehatan petugas posyandu lansia di Puskesmas Buntu Raja sudah tergolong baik sehingga mayoritas lansia merasakan kepuasan sebagai pengguna layanan kesehatan yang disediakan. Namun demikian, masih ada lansia yang merasa tidak puas dengan persentase sekitar 16,3%. Hal ini menunjukkan masih ada beberapa hal yang perlu dibenahi dan ditingkatkan oleh petugas posyandu lansia untuk mencapai indeks kepuasan yang lebih optimal antara lain: pemberian pendidikan kesehatan, pemberian informasi tentang tujuan tindakan yang akan diberikan, lama waktu yang diberikan pertugas kesehatan untuk memeriksa kondisi lansia dan konseling dengan lansia. Selain itu, dari kenyataan lapangan yang diperoleh, 11 orang lansia (18%) merasa tidak puas dengan posyandu lansia terkait letak posyandu lansia masih agak sulit untuk dijangkau mengingat kondisi lansia yang sudah mengalami penurunan fungsi fisik.

3.2.1 Tingkat Kepuasan Lansia Berdasarkan Akses Layanan Kesehatan

Berdasarkan akses layanan kesehatan, hasil penelitian menunjukkan mayoritas lansia dalam kategori puas dengan persentase 77,0%. Komnas Lansia (2010) menyatakan Puskesmas/pustu menjadi alternatif pilihan yang terjangkau,


(64)

pernyataan Pohan (2006) bahwa indikator kepuasan salah satunya adalah terhadap akses layanan kesehatan. Sementara untuk lansia yang tidak puas dengan persentase 9,8% disebabkan oleh masih ada beberapa lansia yang tempat tinggalnya agak jauh dari tempat posyandu lansia, selain itu karena kurangnya penyampaian informasi petugas kesehatan tentang peraturan dan prosedur pelaksanaan posyandu lansia. Penelitian terkait dengan kelemahan tersebut yaitu penelitian Sutini (2010) yang menyebutkan salah satu kendala dalam posyandu lansia adalah jarak rumah dengan lokasi posyandu lansia yang jauh atau sulit dijangkau.

3.2.2 Tingkat Kepusan Lansia Berdasarkan Mutu Layanan Kesehatan

Menurut Atmojo (2006), kepuasan adalah suatu keadaan dimana keinginan harapan dan kebutuhan individu terpenuhi. Berdasarkan mutu layanan kesehatan, hasil penelitian menunjukkan bahwa pelayanan posyandu lansia di Puskesmas Buntu Raja sudah memuaskan dengan persentase 68,9%. Hal ini juga sesuai dengan teori Pohan (2006) yang menyebutkan kepuasan dapat diukur dengan indikator terhadap mutu layanan kesehatan. Persentase lansia yang merasa tidak puas diperoleh sekitar 6,6% dan hal tersebut disebabkan karena beberapa lansia belum pernah mendapatkan pendidikan kesehatan sehingga mereka menyatakan tidak puas. Dari penelitian yang telah dilakukan, pelayanan pendidikan kesehatan seperti penyuluhan untuk para lansia masih belum sepenuhnya terealisasi, padahal pendidikan kesehatan sangat diperlukan salah satunya untuk mencapai tujuan posyandu lansia yaitu meningkatkan kemampuan para lanjut usia untuk mengenali


(65)

masalah kesehatan dirinya sendiri dan bertindak untuk mengatasi masalah tersebut terbatas kemampuan yang ada dan meminta pertolongan keluarga atau petugas jika diperlukan (Azizah, 2011).

3.2.3 Tingkat Kepuasan Lansia Berdasarkan Proses Layanan Kesehatan

Berdasarkan proses layanan kesehatan, hasil penelitian menunjukkan bahwa pelayanan posyandu lansia di Puskesmas Buntu Raja sudah memuaskan dengan persentase 72,1%. Hal ini sesuai dengan teori Pohan (2006) yang menyebutkan salah satu indikator mengukur kepuasan adalah terhadap proses layanan kesehatan. Kategori lansia yang tidak puas adalah 8,2% disebabkan karena beberapa lansia merasa bahwa petugas posyandu kurang pengertian dalam menanggapi keluhan yang disampaikan.

3.2.4 Tingkat Kepuasan Lansia Berdasarkan Sistem Layanan Kesehatan

Berdasarkan sistem layanan kesehatan, hasil penelitian menunjukkan bahwa pelayanan posyandu lansia di Puskesmas Buntu Raja juga sudah memuaskan (67,2%). Hal ini sudah memenuhi indikator terakhir dari teori Pohan (2006) yaitu kepuasan terhadap sistem layanan kesehatan. Namun, persentase lansia yang tidak puas mencapai 21,3%. Hal tersebut dikarenakan lansia merasa waktu yang diberikan petugas posyandu untuk memeriksa kondisi serta konseling kesehatan sangat singkat dan terbatas sehingga mereka merasa tidak puas. Dari hasil penelitian terlihat bahwa lansia ingin mendapat waktu lebih lama untuk


(66)

mendapatkan jumlah obat lebih dari semestinya, sementara persediaan obat terbatas setiap kali posyandu. Menurut Maryam (2008), beberapa tipe lansia bergantung pada karakter, pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial dan ekonominya antara lain tipe tidak puas yang memiliki ciri sulit dilayani, pengkritik dan banyak menuntut.

Hasil penelitian tentang pelaksanaan posyandu lansia dan tingkat kepuasan lansia pengguna posyandu yang telah dijelaskan di atas didapatkan mayoritas untuk pelaksanaan yaitu 96,7% dan tingkat kepuasan berada dalam kategori puas 68,9%. Perbedaan nilai persentase tersebut dikarenakan tingkat kepuasan berdasarkan sistem layanan kesehatan masih kurang memenuhi harapan sebagian lansia ditandai dengan 21,3% dalam kategori tidak puas.


(67)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada tanggal 20 Juli sampai dengan 20 September 2013 tentang pelaksanaan posyandu lansia dan tingkat kepuasan lansia pengguna posyandu lansia di Puskesmas Buntu Raja Kecamatan Siempat Nempu Desa dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pelaksanaan program posyandu lansia di Puskesmas Buntu Raja Kecamatan Siempat Nempu dengan kategori terlaksana sepenuhnya yaitu 96,7% dan terlaksana sebagian yaitu 3,3%.

2. Tingkat kepuasan lansia pengguna posyandu, dengan kategori puas adalah 68,9%, kategori tidak puas 16,3% dan sangat puas 14,8%. Tingkat kepuasan berdasarkan indikator kepuasan antara lain akses layanan kesehatan dengan kategori puas 77,0%, dengan kategori sangat puas 13,1% dan tidak puas 9,8%, berdasarkan mutu layanan kesehatan dengan kategori puas 68,9%, dengan kategori sangat puas 24,6% dan tidak puas 6,6%, berdasarkan proses layanan kesehatan dengan kategori puas 72,1%, dengan kategori sangat puas 19,7% dan tidak puas 8,2% dan berdasarkan sistem layanan kesehatan dengan kategori puas 67,2%, dengan kategori tidak puas 21,3% dan sangat puas 11,5%.

3. Pelaksanaan program posyandu lansia di Puskesmas Buntu Raja Kecamatan Siempat Nempu Kabupaten Dairi sudah tergolong baik dan bermanfaat, begitu juga dengan tingkat kepuasan sudah dalam kategori memuaskan.


(68)

pelayanan yang diberikan petugas kesehatan guna mencapai tingkat kepuasan lansia yang optimal, baik berdasarkan akses, mutu, proses dan sistem layanan kesehatan.

2. Saran

1. Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini menunjukkan masih terdapat kekurangan dalam pelaksanaan posyandu seperti pengukuran tinggi badan dan penyuluhan . Hal ini memberikan masukan pada pendidikan keperawatan khususnya mahasiswa keperawatan agar memperhatikan mekanisme posyandu lansia secara lebih baik dan memberikan asuhan keperawatan pada lansia secara lebih efektif dan efisien mengingat lansia sudah mengalami perubahan baik fisik, psikis, social dan kesehatan.

2. Pelayanan Kesehatan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi petugas kesehatan khususnya para perawat komunitas yang bertugas di posyandu lansia Puskesmas Buntu Raja Kecamatan Siempat Nempu agar melaksanakan pengukuran tinggi badan, meningkatkan penyuluhan/pendidikan kesehatan dan lebih proaktif dalam mengajak lansia untuk melaksanakan senam lansia serta meningkatkan kerjasama lintas sektoral untuk mengadakan kegiatan yang menarik minat lansia mengikuti posyandu. Selain itu pelaksanaan program posyandu lansia harus tetap digalakkan secara inovatif dan berkesinambungan untuk tetap menjaga dan memelihara


(69)

kesehatan lansia agar tercapai pelaksanaan posyandu lansia yang lebih bermutu dan berkualitas.

3. Penelitian Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi data dasar untuk penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan pelaksanaan posyandu lansia dan tingkat kepuasan lansia pengguna posyandu, juga untuk peneliti selanjutnya agar lebih memperhatikan kriteria sampel yang diteliti terkait kesamaan frekuensi keikutsertaan lansia dalam mengikuti posyandu.


(70)

DAFTAR PUSTAKA

Alimul, Aziz. (2003). Riset Keperawatan & Teknik Penulisan Ilmiah, Jakarta: Salemba Medika.

Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

---. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, EdisiVI, Jakarta: PT.Rineka Cipta.

Atmojo, Yunianto Tri. (2006). Mengukur Kepuasan Pelanggan. Diambil tanggal 5 Mei 2013 dari http://triatmojo.wordpress.com

Azizah, Lilik M. (2011). Keperawatan Lanjut Usia, Edisi 1., Yogyakarta; Graha Ilmu.

Badan Pusat Statistik. 2009. Statistik Penduduk Lanjut Usia 2009. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

Depkes RI. (2000). Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut Bagi Petugas Kesehatan. Jakarta: Depkes RI.

---. (2001). Pedoman ARRIF, Manajemen Peran Serta Masyarakat. Jakarta: Depkes RI.

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara (2010). Buku Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi Sarjana Keperawatan. Medan.

Gerson, R.F. (2004). Mengukur Kepuasan Pelanggan, Jakarta: PPM.

Khoiriyah, Nurul. (2011). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Motivasi Lansia Berkunjung ke Posyandu Lansia Di RW 11 Kelurahan Margorejo Kecamatan Cepiring Kabupaten Kendal. Diambil tanggal 6 Mei 2013 dari

Komisi Nasional Lanjut Usia (2010). Penduduk Lanjut Usia 2009. Jakarta.

Maryam, S., Ekasari, M.F., Rosidawati, Jubaedi, A., & Batubara, I. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya, Jakarta: Salemba Medika.


(1)

(2)

(3)

(4)

RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama : Nora Royekha Siahaan

Tempat/Tanggal Lahir : Sidikalang, 27 November 1990 Alamat : Jl. Dr.FL.Tobing No 29, Sidikalang Jenis Kelamin : Perempuan

Anak Ke : 4 dari 4 bersaudara

Agama : Kristen Protestan

Riwayat Pendidikan

Tahun 1995-1996 : TK Bhayangkari Sidikalang Tahun 1996-2002 : SD Inpres No 030306 Sidikalang Tahun 2002-2005 : SLTP Negeri 1 Sidikalang Tahun 2005-2008 : SMA Negeri 1 Sidikalang

Tahun 2008-2011 : D-III Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Medan


(5)

(6)