9
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perbankan adalah salah satu lembaga yang melaksanakan tiga fungsi utama yaitu menerima simpanan uang, meminjamkan uang dan memberikan jasa
pengiriman uang. Fungsi-fungsi utama perbankan modern, yaitu menerima deposit, menyalurkan dana, melakukan transfer dana, telah menjadi bagian yang
tidak terpisahkan dari kehidupan umat manusia. Krisis moneter pada tahun 1998 yang dimulai dengan merosotnya nilai
rupiah terhadap dolar Amerika Serikat telah menghancurkan sendi-sendi perekonomian, termasuk perbankan. Inflasi merupakan salah satu dampak dari
terjadinya krisis ekonomi berkepanjangan yang melanda suatu negara. Inflasi adalah suatu keadaan dimana terjadi kenaikan harga-harga secara tajam
absolute yang berlangsung secara terus-menerus dalam jangka waktu yang cukup lama
yang diikuti dengan semakin merosotnya nilai riil intrinsik mata uang suatu negara Kahalwaty, 2000 : 5.
Inflasi merupakan penyakit ekonomi yang tidak bisa diabaikan, karena dapat menimbulkan dampak yang sangat luas. Oleh karena itu inflasi sering
menjadi target kebijakan pemerintah. Inflasi tinggi begitu penting untuk diperhatikan mengingat dampaknya bagi perekonomian yang bisa menimbulkan
ketidakstabilan, pertumbuhan ekonomi yang lambat, pengangguran yang selalu meningkat.
1
Universitas Sumatera Utara
10 Inflasi merupakan salah satu peristiwa moneter yang sangat penting dan
dijumpai di hampir semua Negara di dunia. Inflasi adalah kecenderungan dari harga – harga untuk menaik secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari
satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas kepada atau mengakibatkan kenaikan sebagian besar dari barang – barang
lain Boediono, 1995. Menurut Usman 2000 : 29, tidak jarang bank-bank menetapkan suku
bunga terselubung, yaitu suku bunga simpanan yang diberikan lebih tinggi dari yang diinformasikan secara resmi melalui media masa dengan harapan tingkat
suku bunga yang dinaikkan akan menyebabkan jumlah uang yang beredar akan berkurang karena orang lebih senang menabung daripada memutarkan uangnya
pada sektor-sektor produktif atau menyimpannya dalam bentuk kas di rumah. Sebaliknya, jika tingkat suku bunga terlalu rendah, jumlah uang yang beredar di
masyarakat akan bertambah karena orang akan lebih senang memutarkan uangnya pada sektor-sektor yang dinilai produktif. Suku bunga yang tinggi akan
mendorong investor untuk menanamkan dananya di bank daripada menginvestasikannya pada sektor produksi atau industri yang memiliki tingkat
risiko lebih besar. Sehingga dengan demikian, tingkat inflasi dapat dikendalikan melalui kebijakan tingkat suku bunga Khalwaty, 2000 : 144.
Tingkat pertumbuhan ekonomi yang berlangsung cukup tinggi, tidaklah secara otomatis mengakibatkan membaiknya situasi pasar modal, maka
pandangan ini hanya mengemukakan bahwa hubungan yang positif tidaklah 2
Universitas Sumatera Utara
11 berlangsung secara mekanistis serta juga tidak bisa dibuat dalam bentuk
persamaan ekonometri. Karena itu dibutuhkan penjelasan yang tidak bersifat persamaan atau bersifat ekonometris, namun tetap mengandung nalar, dalam
pengertian masih dapat dijelaskan hubungan-hubungan tersebut dalam konsep ilmu ekonomi. Maksudnya bagaimana menempatkan regulasi, perlindungan
hukum dan pengaturan transaksi dalam kaitannya dengan perkembangan bursa. Jadi, pertumbuhan ekonomi berlangsung cukup tinggi dan tingkat inflasi serta
tingkat suku bunga deposito menurun, maka memerlukan faktor penjelas yang mungkin sekali berada diluar masalah ekonomi Syahrir, 2001 : 38-39.
Akibat buruk inflasi pada perekonomian yang oleh sebagian ahli ekonomi berpendapat bahwa inflasi yang sangat lambat berlakunya dipandang sebagai
stimulator bagi pertumbuhan ekonomi. Kenaikan harga tersebut tidak secepatnya diikuti oleh kenaikan upah pekerja, maka keuntungan akan bertambah.
Pertambahan keuntungan akan menggalakkan investasi di masa akan datang dan ini akan menyebabkan percepatan dalam pertumbuhan ekonomi. Tetapi jika
inflasi lebih serius keadaannya perekonomian tidak akan berkembang seperti yang diinginkan. Pengalaman beberapa Negara yang pernah mengalami hiperinflasi
menunjukkan bahwa inflasi yang buruk akan menimbulkan ketidakstabilan social dan politik, dan tidak mewujudkan pertumbuhan ekonomi Sukirno, 2004.
Seiring dengan kenaikan inflasi yang merangkak pada kisaran yang lebih tinggi dan juga adanya kecenderungan Bank Indonesia untuk menurunkan tingkat
suku bunga sertifikat Bank Indonesia SBI, maka dengan penurunan suku bunga 3
Universitas Sumatera Utara
12 Sertifikat Bank Indonesia SBI tersebut akan mendorong pertumbuhan uang
beredar, hal itu diikuti pula dengan melemahnya nilai tukar rupiah, maka harga barang juga akan mengalami kenaikan, karena belum bisa lepas dari inflasi dan
juga lantai bursa krisis ekonomi yang masih terjadi. Bila suku bunga cukup tinggi lebih tinggi dari
capital gain dan deviden per tahun yang bisa diperoleh dari lantai bursa orang akan memilih menyimpan uangnya di bank. Sebaliknya, bila
suku bunga sudah melemah, maka orang akan beralih ke lantai bursa. Kebijakan uang ketat disatu sisi memang menunjukkan indikasi yang baik
pada nilai tukar yang secara bertahap menunjukkan kecenderungan menguat namun disisi lain kebijakan uang ketat yang mendorong tingkat suku bunga tinggi
ternyata dapat menyebabkan cost of money menjadi mahal, hal yang demikian
akan memperlemah daya saing ekspor dipasar dunia sehingga dapat membuat dunia usaha tidak bergairah melakukan investasi dalam negeri, produksi akan
turun, dan pertumbuhan ekonomi menjadi stagnan Boediono, 1990 : 3. Kondisi yang terjadi di Indonesia dengan menghadapi gejolak moneter
yang diwarnai oleh tingkat bunga yang sangat tinggi belakangan ini yang disebabkan oleh inflasi. Tingkat bunga merupakan salah satu alasan seseorang
untuk menabung atau menyimpan uangnya di bank. Tingkat bunga yang tinggi akan mendorong seseorang untuk menabung atau mendepositokan dananya dan
mengkonsumsi sekarang untuk dimanfaatkan di masa yang akan datang Smith, 2004. Dimana para pedagang atau deposan mengandalkan keuntungan di saat
bunga bank tinggi. 4
Universitas Sumatera Utara
13 Tabel 1. Tingkat Inflasi, Suku Bunga dan Deposito Bank Mandiri
2006 – 2008. Tahun
Inflasi Suku Bunga
Nominal Rp Deposito
bilyet 2006
13,33 11,83
5.609.485.000 374
2007 9,40
8,60 1.765.687.600
381 2008
10,31 9,18
4.810.293.000 319
Sumber : Statistik Ekonomi Bank Mandiri Edisi Desember, 2008.
Dari tabel di atas diketahui bahwa tingkat suku bunga sangat mempengaruhi banyaknya nasabah yang akan mendepositokan uangnya di bank
mandiri dalam kurun waktu 3 tahun, mulai tahun 2006 – 2008. Sebagai contoh kita lihat pada tahun 2007, dimana pada tahun 2007 tingkat inflasi sebesar 9,40
dengan tingkat suku bunga sebesar 8,60 yaitu suku bunga yang paling rendah dalam kurun waktu 3 tahun terakhir. Dengan suku bunga 8,60 tingkat atau
pertumbuhan deposito di bank mandiri sebanyak 381 bilyet dengan nominal sebesar Rp 1.765.687.600. Begitu juga pada tahun 2006 dimana tingkat inflasi
sebesar 13,33 dengan tingkat suku bunga pada tahun tersebut sebesar 11,83. Tahun 2006 adalah merupakan tingkat suku bunga yang paling tinggi dalam kurun
waktu 3 tahun terkahir, dengan pertumbuhan deposito sebanyak 374 bilyet, dengan nominal sebesar Rp 5.609.485.000. Maka dapat kita simpulkan bahwa
semakin tinggi tingkat inflasi yang mempengaruhi tingkat suku bunga maka semakin besar pertumbuhan deposito di suatu perusahaan perbankan itu dapat kita
lihat dari jumlah nominalnya. Kita juga dapat melihat pergerakan perkembangan deposito tersebut dari tiap bulannya, sehingga kita dapat mengetahui
perkembangan deposito tersebut secara lebih jelas. Perubahan tingkat suku bunga dan pertumbuhan deposito yang
membuat masalah ini perlu diteliti menjadi sebuah penelitian dalam bentuk skripsi dengan judul : “Ana lisis Pen ga r uh Tingkat In flasi dan Tin gkat
5
Universitas Sumatera Utara
14 Suku Bunga Ter hadap Pertumbuhan Deposito Pada PT. Bank Mandiri
Persero Tbk.”
B. Perumusan Masalah