Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga dan Tingkat Inflasi Terhadap Minat Menabung Masyarakat di Kota Medan (Studi Kasus di Kecamatan Medan Petisah)

(1)

SKRIPSI

ANALISIS PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA DAN TINGKAT INFLASI TERHADAP MINAT MENABUNG MASYARAKAT DI KOTA MEDAN

(STUDI KASUS KECAMATAN MEDAN PETISAH) OLEH

NURFIDDINI KHOLIDA 100501143

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(2)

ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA DAN TINGKAT INFLASI TERHADAP MINAT MENABUNG MASYARAKAT DI KOTA MEDAN

(STUDI KASUS DI KECAMATAN MEDAN PETISAH)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh tingkat suku bunga dan tingkat inflasi terhadap minat menabung masyarakat di Kota Medan, Kecamatan Medan Petisah. Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif kuantitatif.

Teknik pengambilan sampel dilakukan melalui cara Accidental Sampling dengan menggunakan 100 orang masyarakat Kecamatan Medan Petisah sebagai sampel. Metode pengumpulan data menggunakan self administrated survey, dengan memberikan kuisioner. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode analisis deskriptif dengan bentuk analisis seperti tabel, grafik, frekuensi, dan tabulasi silang. Dalam penelitian ini penulis menggunakan program komputer SPSS (Statistic Product and Service Solution) versi 17.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh tingkat suku bunga terhadap minat menabung masyarakat Kota Medan Kecamatan Medan Petisah tidak begitu besar, hal ini dapat dilihat sebanyak 41 dari 100 responden menyatakan setuju dan hanya 12 dari 100 responden menyatakan sangat setuju bahwa tingkat suku bunga mempengaruhi minat masyarakat dalam pemilihan bank untuk menabung. Namun respon masyarakat terhadap tingkat inflasi yang mempengaruhi tabungan menunjukkan hasil yang cukup besar, hal ini dapat dilihat dari 58 dari 100 responden menyatakan setuju dan 16 dari 100 responden menyatakan sangat setuju bahwa tingkat inflasi mempengaruhi minat menabung masyarakat di bank. Hal ini dikarenakan motif responden menabung di bank tidak terlalu memikirkan imbalan atas tingkat suku bunga yang diberikan oleh bank

Alasan utama responden menabung di bank yang paling mendominasi adalah berjaga-jaga dengan jumlah 35 responden, untuk masa depan dengan jumlah 33 responden, dan untuk efisiensi konsumsi dengan jumlah 26 responden dari 100 responden yang merupakan penabung di bank. Sedangkan faktor lain yang paling mempengaruhi minat menabung masyarakat di Kota Medan Kecamatan Medan Petisah adalah pelayanan bank.

Kata Kunci: Minat Menabung, Tingkat Suku Bunga, Tingkat Inflasi, Kecamatan Medan Petisah


(3)

ABSTRACT

This research aims to study the influence of interest rate and inflation rate towards saving interest of Medan’s society, in Medan Petisah District. T type of study is descriptive quantitative.

The sampling technique is done through Accidental Sampling by using the 100 respondents of Medan Petisah district as samples. The data collection method using self administrated survey, by giving questionnaires. The method of analysis used in this study is the descriptive analysis supported using table, graphic, frequency and crossing tabulation by applied SPSS (Statistics Product and Service Solutions) 17 version.

The result of research indicates that the influence of interest rate towards saving interest of Medan’s society is not quite high. It’s revealed from the result of data, 41 of 100 respondents agreed and only 12 of 100 respondents strongly agreed that interest rates affect their interest to save money in bank. However, the public response to inflation rate resulted the high response, it revealed from 58 of 100 respondents agreed and 16 of 100 respondents strongly agreed that the rate of inflationaffects their interest to save. This is due to the motives of respondents to save is not concerning for the return rate.

The main reason of respondents to save in the bank is the safety factor (35 of 100 respondents), saving for the future needs (33 of 100 respondents), and the last is consider for consumption efficiency (26 of 100 respondents). While the other factors that affect the interest to save in Medan Petisah district is excellence of bank services.


(4)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.

Segala puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga dan Tingkat Inflasi Terhadap Minat Menabung Masyarakat di Kota Medan (Studi Kasus Kecamatan Medan Petisah)”.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu tanggung jawab penulis untuk melengkapi sebagian persyaratan dalam menyelesaikan perkuliahan di jenjang studi strata-1 dalam rangka meraih gelar Sarjana Ekonomi (SE) Jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis-Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, baik bantuan moril maupun materil, serta sumbangan pemikiran dan doa dalam penyusunan skripsi ini, yaitu kepada :

1. Orang tua tercinta penulis, Ayahanda Eddy Sukma dan Ibunda Nur Elviana yang senantiasa memberikan penuh kasih sayang, doa, dukungan moril maupun materil. Serta kepada Abangda penulis, Fandi Andika dan Haikal Hidayat yang telah memberikan doa dan dukungan kepada penulis dalam menyusun skripsi ini.

2. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis- Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, S.E, M.Ec dan Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution M.Si selaku Ketua Departemen dan Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis-Universitas Sumatera Utara. 4. Bapak Irsyad Lubis, S.E, M.Soc.Sc, Ph.D dan Bapak Paidi Hidayat, S.E, M.Si

selaku Ketua Program Studi dan Sekretaris program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis-Universitas Sumatera Utara.


(5)

5. Ibu Inggrita Gusti Sari Nasution, S.E, M.Si selaku dosen pembimbing penulis yang telah membimbing penulis, memberikan saran, pengarahan, petunjuk-petunjuk, dan masukan yang sangat berarti dalam penyusunan skripsi ini. 6. Ibu Dra. Raina Linda Sari, M.si selaku dosen pembanding pertama penulis

yang telah memberikan kritik, saran dan masukan bagi penulis dalam penyusunan skripsi ini.

7. Bapak Haroni Doli Hamoraon Ritonga, S.E, M.Si selaku dosen pembanding kedua penulis yang telah memberikan kritik, saran dan masukan bagi penulis dalam penyusunan skripsi ini.

8. Seluruh Dosen dan Staff Pengajar serta para staff Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis dan telah membantu penulis dalam penyelesaian kelengkapan administrasi penulis.

9. Masyarakat Kecamatan Medan Petisah yang telah berpartisipasi dan bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna karena keterbatasan pengetahuan yang penulis miliki. Untuk itu penulis mohon kritik dan saran yang membangun dari semua pihak untuk kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca.

Wassalamualaikum Wr.Wb.

Medan, Agustus 2014

Penulis

Nurfiddini Kholida NIM. 100501143


(6)

DAFTAR ISI

Halaman LEMBAR PERSETUJUAN ... LEMBAR PERSETUJUAN PERCETAKAN ... LEMBAR PERNYATAAN ...

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1 Landasan Teori ... 10

2.1.1 Pengertian Tingkat Suku Bunga ... 10

2.1.1.1 Fungsi Tingkat Suku Bunga ... 12

2.1.1.2 Faktor-faktor Yang Menpengaruhi Tingkat Suku Bunga ... 13

2.1.2 Tingkat Inflasi ... 15

2.1.2.1 Penggolongan Inflasi ... 17

2.1.2.2 Penyebab Timbulnya Inflasi dan Dampak Inflasi ... 20

2.1.3 Tabungan ... 22

2.1.4 Minat Menabung Masyarakat ... 23

2.2 Kerangka Konseptual ... 26

2.3 Penelitian Terdahulu ... 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 30

3.1 Jenis Penelitian ... 30

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 30

3.3 Batasan Operasional ... 31


(7)

3.5 Populasi dan Sampel Penelitian ... 32

3.6 Jenis dan Sumber Data ... 34

3.7 Metode Pengumpulan Data ... 34

3.8 Teknik Analisis ... 35

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 36

4.1 Gambaran Umum ... 36

4.1.1 Kota Medan ... 36

4.1.2 Kecamatan Medan Petisah ... 37

4.2 Profil dan Deskripsi Responden ... 38

4.2.1 Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 39

4.2.2 Data Responden Berdasarkan Pendidikan ... 40

4.2.3 Data Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 41

4.2.4 Data Responden Berdasarkan Pekerjaan dan Tingkat Pendapatan ... 42

4.2.5 Data Responden Berdasarkan Pekerjaan dan Tingkat Pengeluaran ... 44

4.2.6 Data Responden Berdasarkan Alasan Utama Menabung ... 46

4.2.7 Data Responden dalam Bank Tempat Menabung ... 47

4.2.8 Data Responden Berdasarkan Lama Menjadi Nasabah ... 49

4.2.9 Data responden Berdasarkan Jumlah Rekening Tabungan ... 51

4.2.10 Pemahaman Responden Terhadap Tingkat Suku Bunga bank dan Tingkat Inflasi ... 53

4.3 Deskripsi Penelitian ... 61

4.3.1 Pengaruh Tingkat Suku Bunga Terhadap Minat Menabung Masyarakat ... 61

4.3.2 Pengaruh Tingkat Inflasi Terhadap Minat Menabung Masyarakat ... 70

4.3.3 Jawaban Responden Tentang Faktor Lain Dalam Mempengaruhi Minat Menabung ... 76

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 80

5.1 Kesimpulan ... 80

5.2 Saran ... 82

DAFTAR PUSTAKA ... 83


(8)

DAFTAR GAMBAR

Nomor dan Judul Gambar Halaman

2.1 Demand Pull Inflation dan Cost Push Inflation ... 18 2.2 Skema Kerangka Konseptual ... 26 4.1 Data Responden Menurut Jenis Kelamin ... 40 4.2 Alasan Utama Menabung di Bank

Tingkat Suku Bunga Mempengaruhi Minat Menabung ... 47 4.3 Masyarakat Kecamatan Medan Petisah ... 70 4.4 Tingkat Suku Bunga Mempengaruhi Minat Menabung

Masyarakat Kecamatan Medan Petisah ... 74 4.5 Faktor Lain Yang Mempengaruhi Minat Menabung

Masyarakat ... 79


(9)

DAFTAR TABEL

Nomor dan Judul Halaman

2.1 Penelitian Terdahulu ... 27

4.1 Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 39

4.2 Data Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 40

4.3 Data Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 41

4.4 Data Responden Berdasarkan Pekerjaan dan Tingkat Pendapatan ... 42

4.5 Data Responden Berdasarkan Pekerjaan dan Tingkat Pengeluaran ... 44

4.6 Data Responden Berdasarkan Alasan Utama Menabung ... 46

4.7 Data Responden dalam Bank Tempat Menabung ... 47

4.8 Data Responden Berdasarkan Lama Menjadi Nasabah ... 49

4.9 Lamanya Jadi Nasabah Berdasarkan Pekerjaan50 4.10 Data Responden Berdasarkan Jumlah Rekening Tabungan ... 51

4.12 Data Responden Berdasarkan Pemaham Tingkat Suku Bunga Bank ... 53

4.13 Data Responden Berdasarkan Pemahaman Tingkat Inflasi ... 54

4.14 Data Responden Berdasarkan Pemahaman Tingkat Suku Bunga Bankdan Tingkat Pendidikan ... 55

4.15 Data Responden Berdasarkan Pemahaman Tingkat Inflasi dan Tingkat Pendidikan ... 57

4.16 Pemahaman Tingkat Suku Bunga dan Tingkat Inflasi Berdasarkan Pekerjaan ... 58

4.1 Jawaban Masyarakat Tentang Tingkat Suku Bunga Yang Mempengaruhi Tabungan dan Minat Menabung ... 62

4.18 Jawaban Masyarakat Tentang Tingkat Suku Bunga Mempengaruhi Minat Menabung Berdasarkan Tingkat Pendapatan dan Pekerjaan ... 65

4.19 Jawaban Masyarakat Tentang Tingkat Inflasi Yang Mempengaruhi Minat Menabung ... 71

4.20 Jawaban Responden Tentang Faktor Lain dalam Mempengaruhi Minat Menabung ... 77


(10)

ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA DAN TINGKAT INFLASI TERHADAP MINAT MENABUNG MASYARAKAT DI KOTA MEDAN

(STUDI KASUS DI KECAMATAN MEDAN PETISAH)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh tingkat suku bunga dan tingkat inflasi terhadap minat menabung masyarakat di Kota Medan, Kecamatan Medan Petisah. Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif kuantitatif.

Teknik pengambilan sampel dilakukan melalui cara Accidental Sampling dengan menggunakan 100 orang masyarakat Kecamatan Medan Petisah sebagai sampel. Metode pengumpulan data menggunakan self administrated survey, dengan memberikan kuisioner. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode analisis deskriptif dengan bentuk analisis seperti tabel, grafik, frekuensi, dan tabulasi silang. Dalam penelitian ini penulis menggunakan program komputer SPSS (Statistic Product and Service Solution) versi 17.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh tingkat suku bunga terhadap minat menabung masyarakat Kota Medan Kecamatan Medan Petisah tidak begitu besar, hal ini dapat dilihat sebanyak 41 dari 100 responden menyatakan setuju dan hanya 12 dari 100 responden menyatakan sangat setuju bahwa tingkat suku bunga mempengaruhi minat masyarakat dalam pemilihan bank untuk menabung. Namun respon masyarakat terhadap tingkat inflasi yang mempengaruhi tabungan menunjukkan hasil yang cukup besar, hal ini dapat dilihat dari 58 dari 100 responden menyatakan setuju dan 16 dari 100 responden menyatakan sangat setuju bahwa tingkat inflasi mempengaruhi minat menabung masyarakat di bank. Hal ini dikarenakan motif responden menabung di bank tidak terlalu memikirkan imbalan atas tingkat suku bunga yang diberikan oleh bank

Alasan utama responden menabung di bank yang paling mendominasi adalah berjaga-jaga dengan jumlah 35 responden, untuk masa depan dengan jumlah 33 responden, dan untuk efisiensi konsumsi dengan jumlah 26 responden dari 100 responden yang merupakan penabung di bank. Sedangkan faktor lain yang paling mempengaruhi minat menabung masyarakat di Kota Medan Kecamatan Medan Petisah adalah pelayanan bank.

Kata Kunci: Minat Menabung, Tingkat Suku Bunga, Tingkat Inflasi, Kecamatan Medan Petisah


(11)

ABSTRACT

This research aims to study the influence of interest rate and inflation rate towards saving interest of Medan’s society, in Medan Petisah District. T type of study is descriptive quantitative.

The sampling technique is done through Accidental Sampling by using the 100 respondents of Medan Petisah district as samples. The data collection method using self administrated survey, by giving questionnaires. The method of analysis used in this study is the descriptive analysis supported using table, graphic, frequency and crossing tabulation by applied SPSS (Statistics Product and Service Solutions) 17 version.

The result of research indicates that the influence of interest rate towards saving interest of Medan’s society is not quite high. It’s revealed from the result of data, 41 of 100 respondents agreed and only 12 of 100 respondents strongly agreed that interest rates affect their interest to save money in bank. However, the public response to inflation rate resulted the high response, it revealed from 58 of 100 respondents agreed and 16 of 100 respondents strongly agreed that the rate of inflationaffects their interest to save. This is due to the motives of respondents to save is not concerning for the return rate.

The main reason of respondents to save in the bank is the safety factor (35 of 100 respondents), saving for the future needs (33 of 100 respondents), and the last is consider for consumption efficiency (26 of 100 respondents). While the other factors that affect the interest to save in Medan Petisah district is excellence of bank services.


(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan merupakan kondisi utama yang penting bagi berlangsungnya pembangunan ekonomi. Di dalam Garis Besar Haluan Negara (GBHN), dipaparkan secara tegas bahwa pembangunan ekonomi merupakan salah satu bagian penting dari pembangunan nasional secara keseluruhan sebagai tujuan akhirnya yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Lembaga keuangan mempunyai peran yang sangat penting dalam berbagai kegiatan perekonomian. Lembaga keuangan khususnya lembaga perbankan sangat diperlukan dalam perekonomian suatu negara karena fungsinya sebagai mediator antara kelompok masyarakat yang kelebihan dana dan kelompok masyarakat yang memerlukan dana. Hampir seluruh sektor yang berhubungan dengan berbagai kegiatan keuangan selalu membutuhkan jasa perbankan. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannyan kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak (Irsyad, 2010: 5). Oleh karena itu kemajuan suatu bank disuatu negara bisa dijadikan sebagai ukuran bagi kemajuan negara tersebut. Semakin maju suatu negara, maka semakin besar peranan perbankan dalam mengendalikan negara tersebut (Kasmir, 2002: 1). Bank memiliki peran yang


(13)

sangat besar dan bisa dikatakan sudah membuat masyarakat tergantung dengan produk yang ditawarkan bank yang dapat mempermudah segala transaksi keuangan yang dilakukan oleh masyarakat. Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan masyarakat di bank yaitu melakukan berbagai transaksi yang berhubungan dengan keuangan, seperti tempat penyimpanan uang, melakukan pembayaran, melakukan investasi, dan melakukan pengiriman uang.

Bank dalam prosesnya memiliki tugas yang paling utama yaitu menghimpun dan menyalurkan dana dari dan ke masyarakat. Tanpa adanya dana yang memadai bank tidak dapat melakukan aktivitasnya, oleh karena itu bisa dibayangkan jika tanpa memiliki dana maka bank tidak dapat berfungsi sama sekali. Dalam proses tugas utamanya ini pihak perbankan membutuhkan dana yang dihimpun tersebut untuk kembali disalurkan ke masyarakat agar operasionalnya tetap lancar. Dengan kata lain jika bank berhasil menghimpun dana dari masyarakat namun tidak dapat menyalurkannya pada hal-hal produktif, maka bukan tidak mungkin bank tersebut mengalami kerugian. Untuk merangsang dan menarik minat masyarakat menabung, bank selalu berusaha menumbuhkan kepercayaan masyarakat dengan melakukan berbagai strategi-strategi pemasaran untuk menghimpun dana dari masyarakat. Strategi ini dilakukan dengan mengeluarkan berbagai macam produk-produk tabungan, melakukan undian berhadiah, melancarkan sistem operasional, bahkan memasang iklan di media massa.

Menurut pemikiran Keynes tabungan merupakan fungsi dari pendapatan. Semakin tinggi tingkat pendapatan, maka permintaan akan uang akan semakin besar,


(14)

karena konsumsi dan tabungan akan bertambah seiring dengan meningkatnya pendapatan. Dalam rumah tangga masyarakat tidak semua pendapatan yang diterima rumah tangga tersebut digunakan untuk konsumsi, sebagian akan disisihkan untuk menabung. Bila pendapatan masyarakat tersebut tergolong rendah, maka rumah tangga masyarakat tersebut tidak dapat menabung atau hanya dapat sedikit menyisihkan pendapatannya untuk ditabungkan karena semua atau sebagian pendapatannya digunakan untuk memenuhi konsumsi. Namun pada tingkat pendapatan yang lebih tinggi, konsumsi dan tabungan masyarakat akan lebih besar pula. Menurut Undang-Undang No.10 Tahun 1998 Tentang Perbankan, Tabungan adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu.

Besar kecilnya ketertarikan dan minat masyarakat yang menabung di bank biasanya dipengaruhi oleh beberapa faktor penentu, salah satunya yaitu tingkat suku bunga yang ditawarkan. Besar kecilnya tingkat suku bunga biasanya mempunyai pengaruh yang kuat terhadap pemilihan penyimpanan dalam bentuk-bentuk kekayaan yang wujudnya seperti tabungan atau deposito berjangka. Semakin tinggi tingkat suku bunga maka semakin besar kemungkinan pemilihan penyimpanan kekayaan masyarakat dalam bentuk tabungan atau deposito berjangka. Bank konvensional dalam memaksimalkan perolehan himpunan dana dari masyarakat biasanya melakukan penawaran berupa tingkat suku bunga yang menarik bagi para nasabah penyimpan dana, yaitu dengan memberikan bunga setinggi-tingginya. Tingkat suku


(15)

bunga dikatakan menarik apabila tingkat bunga tersebut lebih tinggi daripada tingkat inflasi, dan tingkat suku bunga bank-bank lainnya.

Tabungan menurut teori klasik merupakan fungsi dari tingkat suku bunga. Semakin tinggi tingkat suku bunga, maka semakin tinggi pula keinginan masyarakat untuk menyimpan dananya di bank. Artinya, pada tingkat suku bunga yang tinggi, maka masyarakat akan merasa terdorong untuk menyisihkan atau mengurangi pengeluaran untuk melakukan konsumsi untuk menambah jumlah tabungan, begitu pula sebaliknya. Pengertian dasar dari teori tingkat suku bunga adalah harga dari penggunaan uang untuk jangka waktu tertentu (Boediono, 1998:75). Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa bunga merupakan imbalan atas ketidaknyamanan seseorang karena telah melepas uangnya.

Faktor penentu selanjutnya yaitu tingkat inflasi. Inflasi merupakan suatu keadaan dimana terjadinya peningkatan harga-harga barang serta jasa secara umum dan terus-menerus yang berkaitan dengan mekanisme pasar. Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara terus-menerus. Inflasi dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu berlebihnya likuiditas, atau karena tekanan produksi dan atau distribusi. Pada tingkat inflasi yang tinggi maka akan berdampak pada biaya hidup yang tinggi bagi masyarakat. Naiknya biaya hidup masyarakat ini akan berdampak pada kurangnya pendapatan rumah tangga, ini disebabkan karena pendapatan tersebut diserap oleh tingginya harga-harga kebutuhan pokok untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Semakin kecil sisa pendapatan masyarakat setelah dikurangi biaya hidup maka semakin kecil uang yang dapat ditabungnya ke


(16)

bank. Jika seseorang memiliki pendapatan yang tidak meningkat atau tetap, maka dapat diketahui bahwa jumlah uang yang akan ditabung individu atau kelompok keluarga tersebut juga tidak meningkat, sehingga akan mengalami penurunan atau bahkan mereka akan menarik seluruh tabungannya untuk memenuhi dan menutupi kebutuhan hidupnya dengan menutup tabungannya di bank tempat dimana mereka biasa menabung.

Menurut Muhibbin Syah dalam Bari’ah (2009) minat adalah kecenderungan atau kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat bukan istilah yang popular karena ketergantungannya pada faktor-faktor internal seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan. Rangsangan yang diperoleh dari bank untuk menarik minat menabung masyarakat terbatas pada rangsangan yang hasilnya dapat dirasakan langsung oleh masyarakat. Masyarakat saat ini lebih berhati-hati sebelum mengambil keputusan pada bank manakah yang akan dijadikan tempat untuk menyimpan dananya, hal ini dikarenakan masyarakat cukup kritis dan memiliki penilaian-penilaian tersendiri terhadap segi kualitas dan kuantitas yang ditawarkan oleh bank.

Permasalahan yang terjadi sampai saat ini adalah masih kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya menabung. Hasil dari salah satu lembaga survey mendapati bahwa minat masyarakat Indonesia untuk menabung di bank masih terbilang kecil. Hal ini terdeteksi dari hasil survey tersebut yang menyatakan bahwa 73% dari 14 ribu responden di 14 kota tidak keberatan pergi ke bank. Namun, perbankan Indonesia baru berhasil menjaring sekitar 19% masyarakat untuk


(17)

membuka rekening di bank (www.infobanknews.com diakses Juni 2014). Untuk itu pihak-pihak terkait yaitu bank harus terus melakukan dorongan edukasi agar masyarakat sadar akan pentingnya menabung di bank.

Minat menabung masyarakat penting untuk diteliti seperti di Kota Medan yang merupakan kota ketiga terbesar di Indonesia. Di Kota Medan terdapat 53 bank umum yang terdiri dari bank umum konvensional maupun syariah. Kecamatan Medan Petisah merupakan salah satu kecamatan terbesar di Kota Medan dengan luas wilayah sekitar 13,16 km dengan jumlah penduduk sebesar 61.855 jiwa yang terbagi dalam 7 kelurahan.. Kecamatan Medan Petisah merupakan kecamatan yang terletak di pusat Kota Medan yang sebagian besarnya merupakan daerah dengan kawasan bisnis dan perkantoran. Di Kecamatan Medan Petisah banyak terdapat pusat-pusat perbelanjaan, pasar, pertokoan, show room dan tentu saja unggul dalam perbankan. Selain itu dari kecamatan ini terdapat beberapa produk unggulan yang merupakan industri rumah tangga berupa industri dan pemasaran Bika Ambon, anyaman rotan, dan konveksi pakaian jadi. Di Kecamatan Medan Petisah terdapat 22 bank baik bank syariah maupun konvensional, terdapat 6 koperasi dan 2 pegadaian. Dari data distribusi ATM di Kecamatan ini terdapat 41 ATM yang tersebar yang juga unggul dibandingkan kecamatan lain, dalam hal ini dapat dilihat bahwa di Kecamatan Medan Petisah ini pengguna jasa perbankan dalam melakukan transaksi keuangan cukup besar. (sumber: Kecamatan Medan Petisah Dalam Angka 2013 – pemkomedan.go.id )


(18)

Astuti (2013) dalam penelitiannya tentang pengaruh persepsi nasabah tentang tingkat suku bunga, promosi dan kualitas pelayanan terhadap minat menabung nasabah menunjukkan bahwa secara parsial variabel persepsi nasabah tentang tingkat suku bunga berpengaruh positif signifikan terhadap minat menabung nasabah, yang berarti jika persepsi nasabah tentang tingkat suku bunga semakin tinggi maka akan berpengaruh positif terhadap minat menabung nasabah signifikan. Muchlis (2013) dalam penelitiannya tentang faktor-faktor yang mempengaruhi nasabah dalam memilih bank (syariah vs konvensional) menyatakan bahwa masyarakat lebih banyak memilih menabung pada perbankan konvensional dibandingkan perbankan syariah, ini dikarenakan masyarakat masyarakat lebih mengenal produk dari perbankan konvensional yaitu dengan memberikan penawaran suku bunga.

Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan menggunakan kembali tingkat suku bunga untuk membutikan pengaruhnya terhadap minat menabung masyarakat di Kota Medan, dengan studi kasus pada Kecamatan Medan Petisah. Namun pada penelitian ini terdapat sedikit perbedaan dengan penelitian-penelitian terdahulunya, yaitu penulis ingin membuktikan apakah terdapat pengaruh tingkat inflasi terhadap minat masyarakat untuk menabung.

Berdasarkan uraian dan latar belakang masalah diatas, maka penulis memilih judul dalam penelitian ini yaitu “Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga dan Tingkat Inflasi Terhadap Minat Menabung Masyarakat di Kota Medan”.


(19)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pengaruh tingkat suku bunga yang ditawarkan bank terhadap minat menabung masyarakat di Kota Medan?

2. Bagaimana pengaruh tingkat inflasi yang terjadi di kota Medan terhadap minat menabung masyarakat di Kota Medan?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh tingkat suku bunga yang ditawarkan bank terhadap minat menabung masyarakat di kota Medan .

2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh tingkat inflasi yang terjadi di kota Medan terhadap minat menabung masyarakat di kota Medan.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan penulis dari penelitian ini yaitu:

1. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan studi dan bahan referensi bagi para mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan untuk melakukan penelitian selanjutnya sekaligus menjadi bahan komparasi untuk penelitian sejenis.


(20)

2. Penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan dan menambah pengalaman serta pengetahuan penulis terhadap disiplin ilmu yang penulis pelajari.

3. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan kajian dan masukan bagi kalangan akademisi dan kalangan penetili yang tertarik membahas topik yang sama.


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pengertian Tingkat Suku Bunga

Suku bunga merupakan persentase nilai harga dari penggunaan uang atau juga sebagai imbalan sewa atas penggunaan uang dalam jangka waktu tertentu. Imbalan sewa ini merupakan suatu kompensasi kepada pemberi pinjaman (pihak pemilik dana) atas manfaat kedepan dari uang pinjaman tersebut apabila diinvestasikan dan atau dilakukan nya hal-hal yang produktif terhadap uang tersebut.

Menurut Kasmir dalam buku nya yang berjudul Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya (2008: 131), bunga bank dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh pihak bank yang berdasarkan prinsip konvensional terhadap nasabah yang membeli atau menjual produknya. Bunga bank juga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayar kepada para nasabah (nasabah yang memiliki simpanan) dengan yang harus dibayar oleh nasabah kepada bank (nasabah yang memperoleh pinjaman).

Dalam kegiatan perbankan terdapat dua macam bunga yang diberikan kepada nasabah, yaitu sebagai berikut:

1. Bunga simpanan.

Bunga simpanan merupakan bunga yang diberikan sebagai rangsangan atau balas jasa bagi nasabah yang menyimpan uangnya di bank. Bunga simpanan


(22)

merupakan harga yang harus dibayar bank kepada nasabahnya. Contohnya yaitu bunga tabungan, jasa giro, dan bunga deposito.

2. Bunga pinjaman.

Yaitu bunga yang diberikan kepada para peminjam atau harga yang harus dibayar oleh nasabah peminjam kepada bank. Contoh yaitu bunga kredit.

Kedua macam bunga ini merupakan komponen utama faktor biaya dan pendapatan bagi bank. Bunga simpanan merupakan biaya dana yang harus dikeluarkan kepada nasabah sedangkan bunga pinjaman merupakan pendapatan yang diterima dari nasabah. Baik bunga simpanan maupun bunga pinjaman masing-masing saling mempengaruhi satu sama lainnya. Sebagai contoh seandainya bunga simpanan tinggi, maka secara otomatis bunga pinjaman juga terpengaruh ikut naik dan demikian pula sebaliknya.

Menurut teori klasik, bunga adalah harga dari (penggunaan) loanable funds, yaitu dana yang tersedia untuk dipinjamkan atau diinvestasikan. Teori ini beranggapan bahwa bunga adalah harga yang terjadi dipasar dana investasi. Semakin tinggi tingkat suku bunga, maka semakin tinggi keinginan masyarakat untuk menyimpan dana nya di bank. Artinya, pada tingkat bunga yang lebih tinggi, maka masyarakat akan terdorong untuk mengorbankan atau mengurangi pengeluaran untuk konsumsi dan menambah jumlah tabungan.

Dalam teori Keynes, tingkat suku bunga ditentukan oleh besar kecilnya permintaan dan penawaran uang. Menurut teori ini ada tiga motif mengapa orang menghendaki memegang uang tunai, yaitu untuk transaksi, berjaga-jaga, dan


(23)

spekulasi. Dari ketiga motif inilah maka terjadi permintaan akan uang, yang diberi nama liquidity preference. Menurut Keynes motif memegang uang tunai akan menjamin likuid nya orang tersebut. Keinginan untuk tetap likuid inilah yang membuat orang bersedia membayar balas jasa dengan harga tertentu untuk penggunaan uang. Pembayaran balas jasa akan penggunaan uang tersebut merupakan tingkat suku bunga.

Teori Keynes khususnya menekankan adanya hubungan langsung antara kesediaan orang membayar harga uang (tingkat suku bunga) dengan unsur permintaan akan uang untuk tujuan spekulasi. Permintaan akan uang besar apabila apabila tingkat bunga rendah, dan permintaan akan uang akan relatif kecil apabila tingkat suku bunga tinggi. Keynes berpendapat bahwa orang bisa berspekulasi mengenai perubahan tingkat suku bunga diwaktu mendatang (perubahan harga pasar obligasi di waktu mendatang) dengan membeli obligasi atau menjual obligasi yang dimilikinya dengan harapan memperoleh keuntungan.

2.1.1.1 Fungsi Tingkat Suku Bunga

Suku bunga mempunyai fungsi yang penting dalam perekonomian, yaitu: 1. Merupakan alat penting yang berpengaruh terhadap besarnya jumlah tabungan

dan investasi masyarakat.

2. Membantu mengalirkan tabungan ke arah investasi untuk mendukung pertumbuhan perekonomian.


(24)

3. Merupakan alat yang dapat digunakan pemerintah dalam mengendalikan dan menyeimbangkan jumlah uang beredar dari permintaan dan penawaran uang di perekonomian suatu negara.

2.1.1.2 Faktor-faktor Yang Menpengaruhi Tingkat Suku Bunga

Seperti yang telah dijelaskan diatas, bahwa untuk mengetahui seberapa besar kecilnya suku bunga simpanan dan pinjaman sangat dipengaruhi oleh keduanya, artinya baik bunga simpanan maupun bunga pinjaman saling mempengaruhi satu sama lain, disamping faktor-faktor luar lainnya, seperti jangka waktu, jaminan, target laba dan kebijakan pemerintah.

Menurut Kasmir (2008: 131), faktor-faktor utama yang mempengaruhi besar kecilnya penetapan suku bunga adalah sebagai berikut:

1. Kebutuhan dana

Apabila bank mengalami kekurangan dana, sementara permohonan pinjaman meningkat, maka yang dilakukan oleh bank agar dana tersebut cepat terpenuhi adalah dengan menaikkan suku bunga simpanan. Dengan naiknya suku bunga simpanan maka akan menarik nasabah untuk menyimpan dana nya di bank dan kebutuhan dana dapat terpenuhi. Namun apabila dana simpanan banyak sementara permohonan pinjaman sedikit maka bank akan menurunkan bungan simpanan sehingga mengurangi minat nasabah untuk menyimpan dana nya, atau dengan cara menurunkan bunga kredit sehingga dapat meningkatkan permohonan kredit.


(25)

2. Persaingan

Dalam memperebutkan dana simpanan, maka disamping faktor promosi, yang paling utama bagi pihak perbankan harus memperhatikan pesaing. Dalam arti jika untuk bunga simpanan rata-rata 16% pertahun, maka jika hendak membutuhkan dana cepat sebaiknya bunga simpanan dinaikkan diatas bunga pesaing, misalnya 16,5%. Namun untuk bunga pinjaman harus berada dibawah bunga pesaing.

3. Kebijakan pemerintah

Dalam kondisi tertentu pemerintah dapat menentukan batas maksimal atau minimal suku bunga, baik bunga simpanan maupun bunga pinjaman. Dengan ketentuan batas minimal atau maksimal tidak boleh melebihi batas yang sudah ditetapkan oleh pemerintah.

4. Target laba yang diinginkan

Target laba yang diinginkan merupakan besarnya keuntungan jumlah laba yang diinginkan oleh bank. Jika laba yang diinginkan besar, maka bunga pinjaman ikut besar dan demikian pula sebaliknya. Oleh karena itu pihak bank harus hati-hati dalam menentukan persentase laba atau keuntungan yang diinginkan. 5. Jangka waktu

Semakin panjang jangka waktu pinjaman maka akan semakin tinggi bunganya, hal ini disebabkan besarnya kemungkinan resiko di masa mendatang dan demikian pula sebaliknya.


(26)

6. Hubungan baik

Pihak bank biasanya menggolongkan nasabahnya menjadi dua yaitu nasabah utama (primer) dan nasabah biasa (sekunder). Penggolongan ini didasarkan pada keaktifan serta loyalitas nasabah yang bersangkutan terhadap bank. Nasabah utama biasanya mempunyai hubungan yang baik dengan pihak bank, sehingga dalam penentuan suku bunganya pun berbeda dengan nasabah biasa.

2.1.2 Tingkat Inflasi

Salah satu peristiwa moneter yang sangat penting dan yang sering dijumpai hampir semua negara di dunia adalah inflasi. Inflasi merupakan kecenderungan dari harga-harga untuk mengalami kenaikan secara umum dan berlangsung secara terus-menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas kepada (atau mengakibatkan kenaikan) sebagian besar dari harga barang-barang lain (Boediono, 1998:161).

Dalam peristiwa naiknya harga-harga barang secara umum ini, berarti terjadinya penurunan nilai uang. Penyebab utama yang memungkinkan peristiwa ini muncul karena terjadinya kelebihan uang yang beredar di masyarakat. Hal ini secara alami akan membentuk kesenjangan antara kemampuan ekonomi masyarakat dalam membeli barang dan jasa terhadap jumlah ketersediaan barang dan jasa tersebut. Dengan definisi bahwa permintaan masyarakat terhadap barang-barang dan jasa lebih besar daripada jumlah yang tersedia sehingga akan mengakibatkan terjadinya kenaikan harga, yang lebih dikenal dengan istilah inflationary gap.


(27)

Indikator yang sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi adalah Indeks Harga Konsumen (IHK). Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukkan pergerakan harga dari paket barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat. Indikator inflasi lainnya berdasarkan international best practice adalah:

1. Indeks harga perdagangan besar (IHPB). Harga perdagangan besar dari suatu komoditas adalah harga transaksi yang terjadi antara penjual/pedagang besar pertama dengan pembeli/pedagang besar berikutnya dalam jumlah besar pada pasar pertama atas suatu komoditas.

2. Deflator produk domestik bruto (PDB). Menggambarkan pengukuran level harga barang akhir (final goods) dan jasa yang diproduksi di dalam suatu ekonomi. Deflator PDB dihasilkan dengan membagi PDB atas dasar harga nominal dengan PDB atas dasar harga konstan.

Inflasi yang di ukur dengan IHK di Indonesia dikelompokkan ke dalam tujuh kelompok pengeluaran, yaitu:

1. Kelompok bahan makanan

2. Kelompok makanan jadi, minuman, dan tembakau 3. Kelompok perumahan

4. Kelompok sandang 5. Kelompok kesehatan

6. Kelompok pendidikan dan olahraga 7. Kelompok transportasi dan komunikasi


(28)

2.1.2.1 Penggolongan Inflasi

Ada berbagai cara untuk menggolongkan macam inflasi. Menurut Boediono (1998:162) penggolongan pertama didasarkan atas parah atau tidaknya inflasi tersebut. Dalam hal ini inflasi dapat dibagi atas:

1. Inflasi ringan (dibawah 10% pertahun) 2. Inflasi sedang (antara 10% - 30% pertahun) 3. Inflasi berat (antara 30% - 100% pertahun) 4. Hiperinflasi (di atas 100% pertahun)

Penggolongan yang kedua adalah berdasarkan penyebab awal dari inflasi tersebut. Atas dasar ini dapat dibedakan dua macam inflasi, yaitu:

1. Inflasi yang timbul karena adanya permintaan masyarakat akan berbagai barang yang terlalu kuat, dan di pihak lain kondisi produksi telah mencapai kesempatan kerja penuh. Apabila kondisi produksi telah berada pada kesempatan kerja penuh, maka kenaikan permintaan tidak akan mendorong kenaikan produksi. Dalam keadaan ini maka kenaikan permintaan akan mengakibatkan kenaikan harga-harga barang, dan bila ini terjadi secara terus menerus maka akan mengakibatkan inflasi yang berkepanjangan. Inflasi semacam ini disebut dengan demand pull inflation.

2. Inflasi yang timbul karena kenaikan biaya produksi. Inflasi ini terjadi akibat pergeseran kurva penawaran aggregate. Dalam kondisi ini, tingkat penawaran lebih rendah dibandingkan dengan tingkat permintaan. Akibat dari mahalnya biaya produksi maka pihak produsen terpaksa mengurangi hasil produksinya


(29)

yang mengakibatkan penawaran total terus menurun. Inflasi ini disebut dengan cost push inflation.

Akibat dari kedua macam inflasi tersebut, dari segi kenaikan harga output tidak mengalami perbedaan, namun dari segi volume output (GDP riil) terdapat perbedaan. Dalam kasus demand pull inflation, terdapat kecenderungan untuk output (GDP riil) mengalami kenaikan bersama-sama dengan kenaikan harga umum. Besar kecilnya kenaikan output ini tergantung kepada elastisitas kurva aggregate supply (semakin mendekati output maksimum maka kurva semakin tidak elastis). Sebaliknya, dalam kasus cost push inflation kenaikan harga-harga barang diikuti dengan penurunan omset penjualan barang (kelesuan usaha).

Harga Harga

S

D H

D

Q Q Output Q Q Output Gambar 2.1 Demand Pull Inflation dan Cost Push Inflation


(30)

Perbedaan lain dari kedua proses inflasi ini yaitu terletak pada urutan dari kenaikan harga. Pada demand pull inflation kenaikan harga barang akhir (output) mendahului kenaikan harga barang-barang input dan harga-harga faktor produksi. Sebaliknya pada cost push inflation, kenaikan harga barang-barang input dan harga-harga faktor produksi mendahului kenaikan harga-harga barang-barang akhir (output). Kedua macam inflasi ini sangat jarang dijumpai dalam praktek yang dalam bentuknya yang murni. Pada umumnya inflasi yang terjadi dilapangan merupakan kombinasi antara kedua macam inflasi tersebut, atau seringkali keduanya berhubungan saling memperkuat satu sama lain.

Penggolongan yang ketiga adalah berdasarkan asal terjadi nya inflasi. Inflasi berdasarkan penggolongan ini dapat dibedakan yaitu:

1. Inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestic inflation)

Inflasi yang berasal dari dalam negeri muncul akibat dari perilaku masyarakat maupun perilaku pemerintah dalam melakukan kebijakan-kebijakan nya. Inflasi ini biasanya timbul misal karena defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan pencetakan uang baru, panen gagal, dan sebagainya.

2. Inflasi yang berasal dari luar negeri (imported inflation)

Inflasi yang berasal dari luar negeri adalah inflasi yang timbul karena kenaikan harga-harga diluar negeri atau di negara-negara yang mempunyai hubungan perdagangan dengan negara tersebut. Kenaikan harga barang impor yang masuk ke dalam negeri secara langsung dapat mengakibatkan naiknya indeks biaya hidup karena sebagian dari barang-barang yang dikonsumsi merupakan barang


(31)

impor, dan secara tidak langsung naiknya barang impor yang masuk ke dalam negeri dapat menaikkan indeks harga melalui kenaikan biaya produksi dari berbagai barang yang menggunakan bahan mentah atau mesin-mesin impor yang belum dapat diproduksi di dalam negeri sendiri.

Penggolongan inflasi juga dapat dilihat berdasarkan intensitasnya, yaitu creeping inflation dan hyper inflation. Creeping inflation adalah inflasi yang terjadi akibat laju pertumbuhan yang berlangsung secara lambat. Sedangkan, hyper inflation merupakan inflasi yang sangat berat yang timbul akibat dari naiknya harga-harga barang secara umum yang berlangsung sangat cepat, yang dapat mengakibatkan rusaknya struktur perekonomian negara.

2.1.2.2 Penyebab Timbulnya Inflasi dan Dampak Inflasi

Menurut Isabella Hutasoit (2009), adapun faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya inflasi yaitu:

1. Pemerintah berambisi untuk menguasai sumber-sumber ekonomi dalam jumlah besar yang seharusnya dapat diberikan kepada pihak swasta.

2. Adanya efek phisikologi di kalangan masyarakat, seperti isu devaluasi yang menyebabkan permintaan masyarakat terhadap barang melonjak drastis.

3. Berbagai golongan dan pelaku ekonomi berusaha untuk memperoleh tambahan pendapatan yang lebih besar dengan cara menaikkan tingkat produktivitas mereka.


(32)

5. Adanya pengaruh alam yang dapat menurunkan produksi dan menaikkan harga, seperti kemarau panjang yang mengakibatkan kegagalan permintaan.

6. Adanya pengaruh inflasi dari luar negeri, seperti meningkatnya harga barang-barang impor atau bahan-bahan baku yang belum sanggup diproduksi di dalam negeri.

Laju tingkat inflasi yang tinggi akan mengakibatkan lemahnya struktur perekonomian suatu negara, bahkan akan merusak struktur ekonomi. Dampak dari inflasi yang sangat luas bukan semata-mata hanya karena masalah ekonomi, tetapi juga merupakan masalah sosial-politik. Adapun dampak yang ditimbulkan inflasi adalah:

1. Equity effect

Equity effect merupakan dampak inflasi yang mempengaruhi pendapatan. Seseorang yang memiliki pendapatan yang tetap akan mengalami kerugian dengan adanya inflasi, demikian juga dengan hal nya orang yang menyimpan kekayaan dalam bentuk uang kas akan mengalami kerugian karena adanya inflasi. Hal ini dikarenakan turunnya pendapatan riil yang diterima oleh orang tersebut sebesar laju inflasi yang sedang terjadi, sehingga daya beli menjadi lemah. Sebaliknya, mereka yang mendapatkan keuntungan dengan adanya inflasi merupakan pihak-pihak yang memperoleh pendapatan lebih tinggi dengan persentase yang lebih besar dari laju inflasi, atau mereka yang menyimpan kekayaan bukan dalam bentuk uang kas dimana nilainya naik dengan persentase


(33)

yang lebih besar dari laju inflasi. Inflasi di satu pihak seakan-akan berfungsi sebagai pajak, dan dipihak lainnya inflasi berfungsi sebagai subsidi.

2. Efficiency effect

Efficiency effect merupakan dampak inflasi yang mempengaruhi alokasi faktor produksi, dimana terjadi perubahan alokasi faktor produksi melalui kenaikan permintaan terhadap berbagai macam barang tertentu. Perubahan tersebut terjadi karena permintaan akan barang tertentu mengalami kenaikan lebih besar daripada permintaan barang lain, yang akan mendorong peningkatan produksi terhadap barang tersebut. Peningkatan produksi ini pada akhirnya akan mengubah pola alokasi produksi menjadi lebih efisien.

2.1.3 Tabungan

Perilaku menabung masyarakat seringkali dipengaruhi oleh banyaknya rangsangan, baik karena pemasaran, lingkungan, ataupun untuk keuntungan pribadi. Rangsangan tersebut kemudian diproses dan pada akhirnya diambil keputusan menabung. Menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998, tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu. Tabungan merupakan indikator penting dalam mengukur pembangunan ekonomi karena tabungan merupakan elemen penting dalam membiayai investasi domestik untuk mencapai pertumbuhan ekonomi (Hafizah dan Hussin, 2010).


(34)

Sejalan dengan perkembangan zaman, kegiatan menabung sudah beralih dari hanya menyimpan uang dirumah menjadi menyimpan uang di lembaga keuangan seperti bank. Bukan hanya sekedar menghindari resiko dari kehilangan atau kerusakan uang, menabung di bank juga akan menambahkan penghasilan dari perolehan bunga tabungan yang diberikan oleh pihak bank tersebut. Dengan demikian jumlah uang akan bertambah meskipun jumlah nya tidak pernah ditambah sekalipun. Menurut Sukirno dalam Pratiwi (2012) bahwa daya menabung masyarakat pada pokoknya menyangkut dua hal, yaitu:

1. Kesanggupan menabung (ability to save), yaitu kemampuan suatu masyarakat untuk mengerahkan tabungan, yang ditentukan oleh pendapatan perkapita dan lain-lain. Kesanggupan menabung disebut juga dengan tingkat tabungan potensial.

2. Kemauan menabung (willingness to save), adalah besarnya tabungan yang sebenarnya diciptakan oleh suatu masyarakat, dengan demikian kemauan menabung merupakan tingkat tabungan riil dari suatu masyarakat. Kemauan untuk menabung ditentukan oleh tingkat perkembangan lembaga keuangan yang ada atau tingkat bunga yang dibayar oleh lembaga keuangan atas tabungan yang dilakukan oleh masyarakat.

2.1.4 Minat Menabung Masyarakat

Minat merupakan suatu gejolak keinginan atau kemauan yang timbul dari seorang individu untuk terdorong melakukan sesuatu. Kemauan melakukan sesuatu hanya dimiliki oleh manusia, karena itu berhasil atau tidaknya suatu tujuan tertentu


(35)

akan dapat tercapai tergantung pada kemauan seseorang (Romlah, 2010 : 73). Sedangkan pengertian minat menurut Suryabrata dalam Annisa (2014) adalah kecenderungan dalam diri individu untuk tertarik pada sesuatu objek atau menyenangi sesuatu objek. Kecederungan tersebut dapat timbul dari sesuatu yang dirasakan menguntungkan oleh individu tersebut. Minat juga merupakan suatu keadaan dimana seseorang merasa tertarik dan memiliki perhatian lebih terhadap sesuatu, yang disertai dengan perasaan senang dan diperoleh kepuasan. Secara mendasar, minat adalah penerimaan akan sesuatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri (Suharyat, 2009). Semakin kuat hubungan diantaranya, maka semakin besar minat.

Minat lebih dikenal sebagai kecenderungan untuk mengambil suatu keputusan untuk memiliki atau membeli suatu produk/jasa tertentu. Keputusan pemilikan merupakan suatu proses pengambilan keputusan untuk memiliki atau tidaknya sesuatu produk/jasa tersebut yang dirasa bermanfaat bagi kebutuhan. Menurut Muhibbin Syah dalam Bari’ah (2009) minat adalah kecenderungan atau kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.

Dari paparan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa minat menabung masyarakat adalah keinginan dari dalam diri masyarakat untuk membeli atau mengggunakan salah satu produk/jasa dari bank, salah satunya yaitu tabungan. Minat menabung masyarakat juga dapat disimpulkan sebagai kegiatan yang akan dilakukan masyarakat atas penyimpanan sebagian dananya di bank dengan maksud dan tujuan tertentu. Faktor-faktor yang mempengaruhi minat menabung masyarakat dapat


(36)

dibagi kedalam dua kelompok, yang pertama yaitu faktor internal. Faktor internal biasanya ditimbulkan dari dalam diri sendiri, baik mulai dari pengenalan terhadap produk tabungan, penilaian terhadap berbagai produk tabungan, hingga sampai kepada keputusan pembelian atau penggunaan produk tabungan tersebut. Faktor yang kedua yaitu faktor eksternal yang meliputi berbagai pengaruh dari luar individu, misal seperti adanya pengaruh keluarga dan kerabat yang sudah turun-temurun sebagai pengguna produk/jasa suatu tabungan pada bank tertentu, atau adanya pengaruh tempat bekerja yang mewajibkan penggunaan produk/jasa tabungan tertentu, sehingga dapat menimbulkan minat terhadap individu atau masyarakat tersebut untuk menabung.

Di dalam dunia perbankan yang dimaksud dengan masyarakat yang mengkonsumsi produk tabungan di suatu bank adalah nasabah. Nasabah dalam lembaga perbankan memiliki arti yang sangat penting. Nasabah merupakan susuatu yang sangat berpengaruh terhadap kelanjutan sebuah bank. Oleh karena itu sebuah bank harus dapat menarik nasabah sebanyak-banyaknya agar dana yang terkumpul dari nasabah tersebut dapat disalurkan oleh bank yang bersangkutan kepada hal-hal yang produktif atau kepada pihak-pihak yang membutuhkan bantuan bank.

Di dalam UU No.10 Tahun 1998 tentang perbankan dimuat tentang jenis dan pengertian nasabah. Dalam pasal 1 angka 17 disebutkan bahwa pengertian nasabah yaitu merupakan pihak yang menggunakan jasa bank. Nasabah yang menggunakan jasa bank tersebut terbagi atas dua jenis, yaitu:


(37)

1. Nasabah Penyimpan, yaitu nasabah yang menempatkan dananya di bank dalam bentuk simpanan berdasarkan perjanjian bank dengan nasabah yang bersangkutan.

2. Nasabah Debitur, yaitu nasabah yang memperoleh fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah atau yang dipersamakan dengan itu berdasarkan perjanjian bank dengan nasabah yang bersangkutan.

2.2 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan model pemikiran tentang bagaimana teori hubungan dengan berbagai faktor yang lainnya yang telah dianggap sebagai hal penting. Untuk mengetahui bagaimana keterkaitan antara masing-masing variabel maka dapat dilihat pada kerangka konseptual berikut ini:

Tingkat Suku Bunga

Minat Menabung

Tingkat Inflasi


(38)

2.3 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No.  Nama Penulis  Judul Penelitian  Teknik dan Hasil Penelitian 

1.  Tri  Astuti  (2013) 

Pengaruh  Persepsi  Nasabah  Tentang  Tingkat Suku Bunga,  Promosi dan Kualitas  Pelayanan  Terhadap  Minat  Menabung  Nasabah 

Menyatakan bahwa secara parsial variabel  persepsi  nasabah  tentang  tingkat  suku  bunga,  promosi  dan  kualitas  layanan  berpengaruh  positif  signifikan  terhadap  minat menabung nasabah, yang berarti jika  persepsi  nasabah  tentang  tingkat  suku  bunga  semakin  tinggi  maka  akan  berpengaruh  positif  terhadap  minat  menabung  nasabah  secara  signifikan.   Populasi  dalam  penelitian  ini  adalah  seluruh nasabah penyimpan di BRI Cabang  Sleman sedangkan sampel yang digunakan  sebanyak  100  responden  dengan  teknik  pengambilan  sampel  menggunakan  metode random. Teknik pengumpulan data  yang  digunakan  yaitu  menggunakan  kuisioner  sedangkan  teknik analisis  data  menggunakan  analisis  regresi  linier  berganda, uji prasyarat (uji normalitas, uji  multikolinieritas,  uji  linearitas)  dan  uji  statistik  (uji  t,  uji  F  dan  koefisien  determinasi) 

2.  Mustakim  Muchlis (2013) 

Faktor‐Faktor  yang  Mempengaruhi  Nasabah  Dalam  Memilih Bank (Bank  Syariah  vs  Bank  Konvensional) 

Hasil  penelitian  menyatakan  bahwa  masyarakat  lebih  banyak  memilih  menabung pada perbankan konvensional  dibandingkan  perbankan  syariah,  ini  dikarenakan  masyarakat  jauh  lebih  mengenal  produk  dari  perbankan  konvensional  yaitu  dengan  memberikan  penawaran suku bunga.   Dalam penelitian 


(39)

ini, metode yang digunakan yaitu metode  penelitian kualitatif.  Terdapat dua macam  informan  dalam  penelitian  ini  yaitu  nasabah bank syariah dan nasabah bank  konvensional.    Adapun  jenis  data  yang  digunakan dalam penelitian kali ini adalah  data primer, dan teknik pengambilan data  dengan wawancara dan observasi.   

3.  Bayu  Adi  Pramono  (2008) 

Faktor‐faktor  yang  Mempengaruhi  Minat  Masyarakat  dalam  Pengambilan  Keputusan 

Menabung  pada  Bank Mandiri  (studi  pada  Bank  Mandiri  Cabang  Tanjung  Perak Surabaya) 

Hasil  penelitian  dapat  diketahui  bahwa  variabel kepercayaan masyarakat, tingkat  bunga,  pelayanan  yang baik  dan benar,  promosi  dan  hadiah,  dan  lokasi  dan  keamanan  secara  bersama  mempunyai  pengaruh  kepada  keputusan  menabung.  Hubungan pengaruh yang paling dominan  dalam  penelitian  ini  adalah  faktor  pelayanan.   

  4.  Monang Ranto 

Tambunan  (2013) 

Analisis  Faktor‐ Faktor  yang  Mempengaruhi  Keputusan  Nasabah  Menabung  di  Bank  BCA  Kota  Medan  (Studi  Kasus    Etnis  Cina). 

Secara simultan diketahui bahwa variabel  produk,  pelayanan,  promosi,  lokasi,  dan  kredibilitas  berpengaruh  signifikan  terhadap  keputusan  nasabah  etnis  Cina  menabung  di  Bank  BCA  Kota  Medan.  Secara  parsial  diketahui  bahwa  variabel  produk,  pelayanan,  dan  kredibilitas  berpengaruh signifikan terhadap keputusan  nasabah etnis Cina menabung di Bank BCA  Kota Medan. Variabel promosi dan lokasi  hanya  berpengaruh  positif  tetapi  tidak  signifikan  terhadapa  keputusan  nasabah  etnis Cina menabung di Bank BCA Kota  Medan. Pelayanan memiliki pengaruh yang  paling  dominan  dibandingkan  dengan  variabel lain.      


(40)

5.  I Made Satria  Pramana  (2013)  Faktor‐Faktor  yang  Dipertimbangkan  Konsumen  Dalam  Keputusan  Menjadi  Nasabah  pada  PT.BPR  Pusaka  Denpasar 

Teknik  analisis  yang  digunakan  adalah  teknik analisis faktor.  Berdasarkan metode  principal  component  analysis  (PCA)  dihasilkan  lima  faktor  yang  dipertimbangkan  konsumen  dalam  keputusan menjadi nasabah PT.BPR Pusaka  Denpasar,  salah  satunya  adalah  faktor  produk  yang  mewakilkan  3  variabel,  diantaranya  adalah  tingkat  suku  bunga.  Populasi  dalam  penelitian  ini  adalah  seluruh nasabah PT. BPR Pusaka Denpasar  dengan  responden yang diambil sebagai  sampel sebanyak 100 orang. 

6.  Dita  Pertiwi  (2012) 

Analisis  Minat  Menabung 

Masyarakat  pada  Bank  Muamalat  di  Kota  Kisaran 

Hasil penelitian menyatakan bahwa faktor  keyakinan  merupakan  faktor  yang  lebih  dominan  mendorong  masyarakat  untuk  menabung  di  Bank  Muamalat  Kisaran.   Jenis  data  yang  digunakan  yaitu  data  primer dan data sekunder.   Data primer  dikumpulkan dari responden yang terpilih  yaitu masyarakat Kisaran yang menabung  di Bank  Muamalat  Kota  Kisaran dengan  cara  memberikan  daftar  pertanyaan  (kuisioner)  yang  dijawab  oleh  100  responden yang diambil secara acak.  Data  sekunder  didapat  dari  pihak  Bank  Muamalat  Indonesia,  buku  dan  internet  dan media lain. 

7.  Bari’ah, Zaenal  Abidin,  dan  Harlina 

Nurtjahjanti  (2008) 

Hubungan  Antara  Kualitas  Layanan  Bank dengan  Minat  Menabung  Nasabah  PT.BRI  Kantor  Cabang Ungaran. 

Populasi  dalam  penelitian  ini  adalah  nasabah PT.BRI di Kantor Cabang Ungaran  yang  jumlahnya  tidak terbatas.    Sampel  yang  digunakan  dalam  penelitian  ini  sebanyak  60  nasabah.  Teknik  sampling  yang digunakan adalah sampling insidental.  


(41)

Hasil  dalam  penelitian  menunjukkan   bahwa  terdapat  hubungan  positif  yang  signifikan antara kualitas layanan dengan  minat menabung nasabah PT.BRI di Kantor  Cabang Ungaran. 

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analisis deskriptif, dengan jenis penelitian deskriptif kuantitatif. Analisis deskriptif merupakan penelitian yang berusaha untuk menjelaskan, mendeskripsikan dan menginterpretasikan sesuatu, misalnya kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang berkembang, proses yang sedang berlangsung akibat atau efek yang terjadi, atau tentang kecendrungan yang tengah berlangsung. Analisis deskriptif mengacu pada transformasi dari data-data mentah ke dalam suatu bentuk yang mudah dimengerti dan diterjemahkan. Pendeskripsian respons atau hasil observasi merupakan ciri khas dari bentuk pertama analisis. Perhitungan rata-rata, distribusi frekuensi, dan distribusi persentase adalah bentuk yang paling umum dari peringkasan data (Wibisono, 2000: 54).

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian dilaksanakan di Kota Medan. Kota Medan adalah ibu kota dari Provinsi Sumatera Utara yang terdiri dari 21 kecamatan. Kota Medan merupakan


(42)

kota terbesar di Pulau Sumatera, Indonesia. Kota ini juga merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya. Dalam penelitian ini penulis meneliti masyarakat yang merupakan nasabah tabungan yang berdomisili di Kota Medan. Waktu penelitian dimulai dari Juli 2014.

3.3 Batasan Operasional

Penelitian dilakukan berdasarkan batasan yang akan diteliti yaitu pada minat menabung masyarakat di Kota Medan. Dalam hal ini variabel yang telah ditentukan yang dianggap mempengaruhi minat menabung masyarakat di Kota Medan adalah tingkat suku bunga dan tingkat inflasi.

3.4 Definisi Operasional

1. Suku bunga merupakan nilai harga yang akan dibayar oleh pihak bank, kepada pihak yang telah menabungkan uangnya di bank yaitu masyarakat selaku nasabah produk tabungan.

2. Inflasi merupakan peristiwa dalam proses kenaikan harga-harga barang secara umum yang berlangsung secara terus-menerus dalam jangka waktu yang berkepanjangan, yang dalam hal ini akan mengakibatkan turunnya nilai mata uang secara riil dan akan mengakibatkan lemahnya daya beli masyarakat. Dalam penelitian ini inflasi yang dijadikan acuan yaitu tingkat inflasi yang terjadi di kota Medan.

3. Minat menabung masyarakat adalah keinginan dari dalam diri masyarakat untuk membeli atau mengggunakan salah satu produk/jasa dari bank, salah satunya


(43)

yaitu tabungan, yang dalam hal ini masyarakat melakukan kegiatan penyimpanan dananya dengan maksud dan tujuan tertentu.

3.5 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008:115). Populasi merujuk pada sekumpulan orang atau objek yang memiliki kesamaan dalam satu atau beberapa hal yang membentuk masalah pokok dalam suatu penelitian (Muhamad, 2008 :161). Sampel merupakan bagian atau sejumlah cuplikan tertentu yang diambil dari suatu populasi dan diteliti secara rinci (Muhamad, 2008:162). Populasi dalam penelitian ini yaitu masyarakat yang berdomisili dan menetap di Kota Medan yang merupakan nasabah bank yang jumlahnya tidak diketahui. Jika populasi dalam penelitian tidak diketahui pasti, atau jumlah populasi relatif sangat besar sehingga tidak bisa dihitung dengan menggunakan tabel (Husein Umar, 2008 : 80), maka dapat digunakan rumus dengan cara interval taksiran dengan menggunakan model interval taksiran untuk parameter P dengan rumus:

n = PQ

Z

α/

/ e

 


(44)

Z = area dibawah kurva normal P = proporsi yang diharapkan

Q = proporsi yang tidak diharapkan e = tingkat kesalahan yang mungkin terjadi

Dengan demikian maka penyelesaiannya adalah: Diketahui :

 Tingkat kepercayaan 95%, maka

α

=0,05 , maka Z ,

=

1,96

 Jika P dan Q tidak diketahui maka dapat diganti dengan 0,25. Dengan mengasumsikan nilai P=0,5 dan Q=0,5.

 e = 0,10

Maka sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini sebesar:

n = 0,5 0,5 ,

,  

n 96,04

Dari jumlah perhitungan diatas maka dapat diambil keputusan bahwa sampel penelitian sejumlah 96 orang. Akan tetapi jumlah sampel yang diambil adalah 100 orang, karena semakin banyak sampel yang diambil maka semakin mendekati kebenaran. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara Accidental Sampling, teknik pengambilan sampel ini dilakukan berdasarkan kemudahan mendapatkan data yang diperlukan yang dilakukan seadanya serta mudah ditemui, dijangkau, atau kebetulan bertemu dengan peneliti dan dianggap sesuai sebagai responden (Hasan,


(45)

2002:68). Dalam penelitian ini responden diminta untuk mengisi sendiri kuesioner yang diberikan (self administrated survey), yang disertai wawancara.

3.6 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Data primer

Data Primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung dilapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau yang bersangkutan yang memerlukannya (Hasan, 2002 : 82).

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari buku, literatur, media internet, serta bahan bacaan lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.

Sumber data yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu secara langsung diperoleh dari responden yang merupakan masyarakat di Kota Medan dan merupakan nasabah salah satu bank di Kota Medan yang dianggap peneliti sesuai menjadi responden dengan diberikannya angket kuisioner kepada responden.

3.7 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi: 1. Pengisian angket kuisioner oleh para responden yang sebelumnya dibuat oleh


(46)

mengajukan pertanyaan melalui daftar pertanyaan pada responden terpilih. Pertanyaan yang diajukan kepada responden sesuai dengan tujuan pokok permasalahan pada penelitian yang dilakukan, dan jawaban atas semua pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam kuisioner digunakan sebagai pelengkap dan pendukung kebenaran data-data yang ada.

2. Wawancara dengan para responden yang pelaksanaannya dilakukan secara langsung berhadapan dengan responden yang diwawancarai.

3. Studi Kepustakaan yaitu mengumpulkan data dan informasi melalui telaah berbagai literatur yang relevan yang berhubungan dengan permasalahan yang ada di dalam penulisan skripsi ini, dapat diperoleh dari buku-buku, media cetak, internet dan lain-lain.

3.8. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan teknik analisis statistik deskriptif, dimana data yang dikumpulkan dianalisis sehingga dengan demikian dapat diungkapkan fenomena-fenomena yang terjadi yang akan memberikan gambaran yang menunjukkan bagaimana pengaruh tingkat suku bunga dan tingkat inflasi terhadap minat menabung masyarakat di Kota Medan, dengan studi kasus pada Kecamatan Medan Petisah. Dalam penelitian ini penulis menggunakan program komputer sebagai alat bantu yaitu program komputer SPSS (Statistic Product and Service Solution) versi 17,0 dengan bantuan descriptive analyze dan Microsoft Excel 2007, yang hasil penyajian datanya dilakukan dengan bentuk analisis seperti tabel, frekuens, tabulasi silang (cross tab), dan gambar (grafik).


(47)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum 4.1.1 Kota Medan

Kota Medan adalah ibu kota provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Kota Medan merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya. Jumlah penduduk di Kota Medan sebanyak 2.122.804 jiwa pada tahun 2012 yang didominasi dengan suku bangsa Batak beserta suku-suku bangsa lainnya seperti, Jawa, Tionghoa, Mandailing, Minangkabau, Melayu, Karo, India, Aceh, Sunda, dan Tamil. Wilayah Kota Medan dibagi menjadi 21 kecamatan yaitu Medan Tuntungan, Medan Johor, Medan Amplas, Medan Denai, Medan Area, Medan Kota, Medan Maimun, Medan Polonia, Medan Baru, Medan Selayang, Medan Sunggal, Medan Helvetia, Medan Petisah, Medan Barat, Medan Timur, Medan Perjuangan, Medan Tembung, Medan Deli, Medan Labuhan, Medan Marelan dan Medan Belawan. (Kota Medan www.id.wikipedia.org).

Kota Medan memiliki luas 26.510 hektare (265,10 km²) atau 3,6% dari keseluruhan wilayah Sumatera Utara. Dengan demikian, dibandingkan dengan


(48)

kota/kabupaten lainya, kota Medan memiliki luas wilayah yang relatif kecil dengan jumlah penduduk yang relatif besar. Secara geografis kota Medan terletak pada 3° 30' – 3° 43' Lintang Utara dan 98° 35' - 98° 44' Bujur Timur. Untuk itu topografi kota Medan cenderung miring ke utara dan berada pada ketinggian 2,5 - 37,5 meter di atas permukaan laut. (Kota Medan www.id.wikipedia.org).

Kota Medan dipimpin oleh seorang wali kota. Sebagai kota yang jumlah penduduknya relatif padat di Pulau Sumatera, penduduk Kota Medan banyak yang berprofesi sebagai pedagang atau wiraswasta. Pedagang atau wiraswasta tersebut didominasi oleh suku bangsa Tionghoa dan Minangkabau yang banyak berdomisili di pusat kota. Sedangkan masyarakat yang merupakan penduduk asli seperti Melayu dan Batak sebagian besar bertempat tinggal dan menetap di pinggiran kota. Kota Medan ini juga merupakan pintu gerbang wilayah Indonesia bagian barat dan sebagai pintu gerbang bagi para wisatawan untuk menuju objek wisata Brastagi di dataran tinggi Karo, Bukit Lawang, dan Danau Toba.  

4.1.2 Kecamatan Medan Petisah

Kecamatan Medan Petisah dipimpin oleh seorang camat. Jumlah penduduk Kecamatan Medan Petisah sebanyak 61.855 jiwa dengan luas wilayah 13,16 km . Persentase jumlah penduduk Kecamatan Medan Petisah sebesar 4,9% dari jumlah penduduk Kota Medan. Kepadatan penduduk per km sebanyak 12.547 per km . Saat ini Kecamatan Medan Petisah terdiri dari 7 kelurahan yaitu Kelurahan Sei Kambing, Kelurahan Petisah Tengah, Kelurahan Sekip, Kelurahan Sei Putih Timur II,


(49)

Kelurahan Sei Putih Timur I, Kelurahan Sei Putih Tengah dan Kelurahan Sei Putih Barat. Dari 7 kelurahan tersebut terbagi atas 69 lingkungan, 325 RW, 126 RT dan 223 blok sensus. (Data Publikasi BPS: Kecamatan Medan Petisah Dalam Angka 2013)

Kelurahan Petisah Tengah memiliki jumlah Lingkungan terbanyak yaitu 16 Lingkungan dan Sei Putih Barat mempunyai penduduk terbanyak yaitu, 11.658 jiwa. Jumlah penduduk Kecamatan Medan Petisah yang tersebar pada tujuh wilayah Kelurahan sampai dengan tahun 2012, tercatat sebanyak 61.855 orang dengan jumlah penduduk laki – laki sebanyak 29.371 orang dan penduduk perempuan sebanyak 32.484 orang. Pada tahun 2012 rasio jenis kelamin pada seluruh Kelurahan yang ada di Kecamatan Medan Petisah dibawah 100, ini artinya bahwa jumlah penduduk perempuan lebih banyak dari pada jumlah penduduk laki–laki. (Data Publikasi BPS: Kecamatan Medan Petisah Dalam Angka 2013)

Ketersediaan fasilitas keuangan untuk menunjang kegiatan ekonomi masyarakat di Kecamatan Medan Petisah sudah lebih ramai bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Fasilitas keuangan didominasi oleh oleh sektor perbankan yakni sebanyak 22 bank, kemudian terdapat 6 koperasi dan 2 pegadaian di Kecamatan Medan Petisah pada tahun 2012. (Data Publikasi BPS Kecamatan Medan Petisah Dalam Angka 2013)

4.2 Profil dan Deskripsi Responden

Profil responden yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu berupa keterangan-keterangan pribadi mengenai responden terpilih. Responden dalam penelitian ini


(50)

adalah nasabah produk tabungan yang berdomisili di Kota Medan, khususnya di Kecamatan Medan Petisah. Profil responden dalam penelitian ini diperoleh dari kuisioner yang berupa kumpulan-kumpulan pertanyaan, dan jawaban dari pertanyaan tersebut disusun kemudian disajikan dalam bentuk tabel, grafik, frekuensi, dan tabulasi silang (crosstab).

4.2.1 Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Perbandingan jenis kelamin nasabah dalam penelitian ini dapat dilihat dari hasil kuesioner yang telah disebar. Perbandingan jenis kelamin ini dapat digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh tingkat suku bunga dan tingkat inflasi terhadap minat menabung masyarakat di Kota Medan Kecamatan Medan Petisah. Dari jumlah responden yang telah ditentukan sebagai sampel penelitian, yaitu sebanyak 100 orang, maka diperoleh hasil sebagai berikut dalam Tabel 4.1.

Tabel 4.1

Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin  Frekuensi  Persentase 

Laki‐laki  63  63.0 

Perempuan  37  37.0 

Total  100  100.0 

Sumber: Diolah dari data primer

Berdasarkan Tabel 4.1 dapat dijelaskan bahwa dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap 100 responden, dapat diketahui bahwa jumlah nasabah laki-laki lebih banyak daripada jumlah nasabah perempuan. Dilihat dari frekuensi dan persentasenya, maka jumlah masyarakat berjenis kelamin laki-laki yang menjadi


(51)

responden jumlah res yang menj dari total j tersebut da

Sumber: Dio

4.2.2 Da Ma memiliki t diuraikan d sebanyak sponden yan jadi respond jumlah resp apat disajika

olah dari data p Gamba ata Respond asyarakat K tingkat pend data respond Data R Tingkat 37% 63 orang ng ada. Sed den sebanya ponden yan an pada gam

primer ar 4.1 Data den Berdas Kecamatan M

didikan yan den berdasa Responden t Pendidikan %

J

dengan ting dangkan unt ak 37 orang ng ada. Da mbar berikut Responden arkan Pend Medan Peti ng berbeda-b arkan tingka Tabel n Berdasark  

Jenis

 

Ke

gkat persen tuk masyara g dengan tin ata responde t ini:

n Menurut didikan isah yang d beda. Pada at pendidikan 4.2 kan Tingka Freku 63%

elamin

ntase sebesa akat yang b ngkat persen

en berdasar

Jenis Kela

ditentukan s Tabel 4.2 a nnya.

at Pendidik ensi   %

ar 63% da berjenis pere

ntase sebes rkan jenis k

min

sebagai res akan disajik

kan

Persentase Laki‐laki Perempuan ari total empuan ar 37% kelamin ponden kan dan e 


(52)

SMP  5  5.0 

SMA  43  43.0 

Diploma (D1,D2,D3)  15  15.0 

Sarjana (S1,S2,S3)  37  37.0 

Total  100  100.0 

Sumber: Diolah dari data primer

Berdasarkan Tabel 4.2 diatas dapat diketahui bahwa masyarakat di Kecamatan Medan Petisah yang menjadi responden didominasi oleh yang pendidikan terakhirnya SMA yaitu sebanyak 43 orang dengan persentase sebesar 43% dari total jumlah responden. Kemudian tingkat pendidikan terakhir sarjana sebanyak 37 orang dengan persentase sebesar 37% dari total jumlah responden. Selanjutnya adalah tingkat pendidikan terakhir Diploma sebanyak 15 orang dengan besar persentase 15%, dan disusul oleh tingkat pendidikan terakhir SMP sebanyak 5 orang dengan persentase sebesar 5% dari total jumlah responden.

4.2.3 Data Responden Berdasarkan Pekerjaan

  Data Responden berdasarkan pekerjaan dapat dilihat pada tabel yang disajikan dibawah ini:

Tabel 4.3

Data Responden Berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan Frekuensi Persentase

PNS/TNI/POLRI 15 15,0

Pegawai Swasta 28 28,0

Wiraswasta 44 44,0

Pelajar 7 7,0

Lain-lain 6 6,0


(53)

Sumber: Diolah dari data primer

Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa dari 100 orang responden masyarakat Kecamatan Medan Petisah terdapat 44% dari jumlah responden yang bekerja sebagai wiraswasta, dari pemaparan diatas dapat diketahui bahwa pekerjaan dalam sektor wiraswasta (pedagang) adalah pekerjaan yang paling mendominasi dibandingkan pekerjaan yang lain di Kota Medan khususnya Kecamatan Medan Petisah. Disusul dengan responden yang bekerja sebagai pegawai swasta yaitu sebanyak 28% dari jumlah total responden, kemudian disusul sebanyak 15% dari jumlah total responden yang bekerja sebagai PNS/TNI/POLRI, pelajar sebesar 7% dan pekerjaan lain-lain seperti ibu rumah tangga sebesar 6% dari jumlah total responden.

4.2.4 Data Responden Berdasarkan Pekerjaan dan Tingkat Pendapatan

Data masyarakat yang dijadikan responden berdasarkan pekerjaan dan tingkat pendapatan yang dianalisis dengan tabulasi silang dapat dilihat pada tabel yang disajikan dibawah ini:

Tabel 4.4

Data Responden Berdasarkan Pekerjaan dan Tingkat Pendapatan

Pekerjaan

Pendapatan

Total

≤ Rp 2 jt

Rp 2,1 jt - Rp 4 jt

Rp 4,1 jt –

Rp 6 jt ≥ Rp 6 jt

PNS/TNI/POLRI 0 5 9 1 15

Pegawai Swasta 9 14 4 1 28

Wiraswasta 2 20 15 7 44

Pelajar 7 0 0 0 7

Lain-lain 1 2 2 1 6


(54)

Sumber: Diolah dari data primer

Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa pekerjaan dari masyarakat yang dijadikan responden berbeda-beda. Jumlah terbanyak yakni pada wiraswasta yaitu sebesar 44 orang responden dengan persentase sebesar 44% dari total responden, yang memiliki tingkat pendapatan yang berbeda-beda. Terdapat 2 orang berpenghasilan dibawah Rp 2.000.000/bulan, 7 orang yang berpenghasilan lebih dari Rp 6.000.000, 15 orang berpenghasilan diantara Rp 4.100.000 – Rp 6.000.000/bulan, dan 20 diantaranya berpenghasilan diantara Rp 2.100.000 – Rp 4.000.000/bulannya. Dapat disimpulkan bahwa masyarakat yang dijadikan responden dengan pekerjaan sebagai wiraswasta sebagian besar berpenghasilan diantara Rp 2.100.000 – Rp 4.000.000/bulannya. Dilanjutkan dengan pegawai swasta dengan jumlah 28 orang responden atau dengan persentase sebesar 28% dari jumlah total responden yang memiliki tingkat pendapatan yang berbeda-beda, yakni 1 orang berpenghasilan diatas Rp 6.000.000/bulan, 4 orang berpenghasilan diantara Rp 4.100.000 – Rp 6.000.000/bulan, 9 orang berpenghasilan kurang dari Rp 2.000.000/bulan, dan yang berpenghasilan diantara Rp 2.100.000 – Rp 4.000.000/bulan memiliki jumlah terbanyak yaitu sebesar 14 orang responden. PNS/TNI/POLRI berjumlah 15 orang dengan peresentase sebesar 15% dari jumlah total responden, yang memiliki penghasilan lebih dari Rp 6.000.000/bulan sebanyak 1 orang, penghasilan diantara Rp 2.100.000 – Rp 4.000.000/bulan sebanyak 5 orang, dan disusul dengan responden yang berpenghasilan Rp 4.100.000 – Rp 6.000.000/bulan sebanyak 9 orang. Pelajar (mahasiswa/i) dengan jumlah 7 orang responden dengan persentase 7% dari jumlah


(55)

total responden dengan penghasilan kurang dari Rp 2.000.000/bulan. Dan dilanjutkan dengan pekerjaan lain-lain, seperti ibu rumah tangga sebesar 6 orang responden dengan persentase 6% dari jumlah total responden yang berpenghasilan kurang dari Rp 2.000.000/bulan sebanyak 1 orang, berpenghasilan Rp 2.100.000- Rp 4.000.000/bulan sebanyak 2 orang, berpenghasilan Rp 4.100.000 – Rp 6.000.000/bulan sebanyak 2 orang, dan disusul dengan penghasilan lebih dari Rp 6.000.000/bulan sebanyak 1 orang.

4.2.5 Data Responden Berdasarkan Pekerjaan dan Tingkat Pengeluaran

Data masyarakat yang dijadikan responden berdasarkan pekerjaan dan tingkat pengeluaran yang dianalisis dengan tabulasi silang dapat dilihat pada tabel yang disajikan dibawah ini:

Tabel 4.5

Data Responden Berdasarkan Pekerjaan dan Tingkat Pengeluaran

Pekerjaan

Pengeluaran

Total

≤ Rp 1,5 jt

Rp 1,6 jt - Rp 2,5 jt

Rp 2,6 jt -

Rp 3,5 jt ≥ Rp 3,5 jt

PNS/TNI/POLRI 0 6 5 4 15

Pegawai Swasta 11 12 1 4 28

Wiraswasta 3 11 13 17 44

Pelajar 5 2 0 0 7

Lain-lain 1 1 2 2 6

Total 20 32 21 27 100

Sumber: Diolah dari data primer

Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa pekerjaan dari masyarakat memiliki tingkat pengeluaran yang berbeda-beda. Pada pekerjaan wiraswasta, terdapat sebesar 44 orang responden dengan persentase sebesar 44% dari total


(56)

responden, yang memiliki tingkat pengeluaran yang berbeda-beda. Terdapat 3 orang berpengeluaran dibawah Rp 1.500.000/bulan, 11 orang memiliki pengeluaran diantara Rp 1.600.000 – Rp 2.500.000/bulan, 13 orang memiliki pengeluaran diantara Rp 2.600.000 – Rp 3.500.000/bulan, dan 17 orang diantaranya memiliki pengeluaran lebih dari Rp 3.500.000/bulannya. Dilanjutkan dengan pegawai swasta dengan jumlah 28 orang responden atau dengan persentase sebesar 28% dari jumlah total responden yang memiliki tingkat pengeluaran yang berbeda-beda pula, yakni 11 orang memiliki pengeluaran kurang dari Rp 1.500.000/bulan, 12 orang memiliki pengeluaran diantara Rp 1.600.000 – Rp 2.500.000/bulan, 1 orang memiliki pengeluaran diantara Rp 2.600.000 – Rp 3.500.000/bulan, dan yang memiliki pengeluaran lebih dari Rp 3.500.000/bulan sebanyak 4 orang responden. PNS/TNI/POLRI berjumlah 15 orang dengan peresentase sebesar 15% dari jumlah total responden, yang memiliki pengeluaran diantara Rp 1.600.000 – Rp 2.500.000/bulan sebanyak 6 orang, dan disusul dengan responden yang berpengeluaran diantara Rp 2.600.000 – Rp 3.500.000/bulan sebanyak 5 orang, dan 4 orang memiliki pengeluaran diatas Rp 3.500.000/bulannya. Pelajar (mahasiswa/i) dengan jumlah 7 orang responden dengan persentase 7% dari jumlah total responden dengan pengeluaran kurang dari Rp 1.500.000/bulan sebanyak 5 orang responden, dan dengan pengeuaran diantara Rp 1.600.000 – Rp 2.500.000/bulan sebanyak 2 orang responden. Dan dilanjutkan dengan pekerjaan lain-lain, seperti ibu rumah tangga sebesar 6 orang responden dengan persentase 6% dari jumlah total responden yang memiliki pengeluaran kurang dari Rp 1.500.000/bulan sebanyak 1 orang,


(57)

pengeluaran diantara Rp 1.600.000- Rp 2.500.000/bulan sebanyak 1 orang, pengeluaran diantara Rp 2.600.000 – Rp 3.500.000/bulan sebanyak 2 orang, dan disusul dengan pengeluaran lebih dari Rp 3.500.000/bulan sebanyak 2 orang responden.

4.2.6 Data Responden Berdasarkan Alasan Utama Menabung

Data responden berdasarkan alasan utama menabung dapat dilihat pada tabel dibawah ini

Tabel 4.6 Data Responden Berdasarkan Alasan Utama Menabung Alasan Utama Menabung Frekuensi Persentase

Berjaga-jaga 35 35

Efisiensi Konsumsi 26 26

Masa Depan 33 33

Mempermudah Transaksi Bisnis 4 4

Mencari Keuntungan 1 1

Pembayaran Gaji 1 1

Total 100 100

Sumber: Diolah dari data primer

Motif responden dalam menabungkan uangnya di bank berbeda-beda. Pada tabel 4.6 diatas dapat diketahui apa yang menjadikan alasan utama responden menabung di bank. Alasan utama yang paling mendominasi masyarakat Kecamatan Medan Petisah menabung di bank dengan jumlah responden sebanyak 35 responden dari jumlah total responden adalah untuk berjaga-jaga. Sedangkan dengan motif untuk mencari keuntungan atas tingkat suku bunga yang diperoleh merupakan alasan utama yang paling sedikit yaitu, hanya 1 orang responden. Untuk motif alasan utama


(58)

menabung jaga, yakn dengan al berjumlah utama lain bank untu responden Gra bawah: Sum 4.2.7 Da 4 untuk mas ni berjumlah lasan utam 26 orang r nnya yaitu 4 uk memuda

memiliki al afik mengen

mber : Diolah d

ata Respond 0

20

40 35

sa depan me h 33 orang a nasyarak responden d

orang respo ahkan segal

lasan utama nai alasan ut

dari data prim Gambar 4. den dalam B

26 35 26 emiliki perb g responden kat menabu dari jumlah onden meng a transaksi a menabung tama menab mer

.2 Alasan U Bank Temp

33

6 33

frekuensi

bedaan yang n dari jumla ung di ban h total respo

gatakan bahw bisnis dan

di bank ada bung di bank

Utama Men pat Menabu 4 1 4 persentase

g tipis deng ah total res nk untuk e onden. Sis

wa alasan u n kemudian alah untuk p k dapat dilih

abung di B ung

1

1 1

gan motif b sponden. D efisiensi ko

anya untuk utama menab

n disusul 1 pembayaran hat pada gam

Bank berjaga-Disusul onsumsi k alasan bung di 1 orang n gaji. mbar di


(59)

 Dalam penelitian ini responden yang ditemui merupakan nasabah produk tabungan dari bank yang berbeda-beda, dimana pemilihan responden dengan teknik accindental sampling. Data responden dalam pemilihan bank adalah sebagai berikut:

Tabel 4.7

Data Responden dalam Bank Tempat Menabung

Nama Bank Frekuensi Persentase

BCA 14 14,0

BNI 17 17,0

BRI 29 29,0

BTN 3 3,0

Bank Bukopin 2 2,0

Bank Danamon 3 3,0

Bank Mandiri 24 24,0

Bank Mega 1 1,0

Bank Niaga 2 2,0

Bank Panin 1 1,0

Bank Permata 1 1,0

Bank Sumut 3 3,0

Total 100 100,0

    Sumber: Diolah dari data primer

Dari Tabel 4.7 diatas diperoleh jumlah responden terbanyak merupakan masyarakat yang memiliki tabungan pada bank BRI berjumlah 29 responden, Bank Mandiri berjumlah 24 responden, BNI berjumlah 17 responden, dan disusul BCA berjumlah 14 responden. Sementara itu, jumlah responden yang paling sedikit adalah pada Bank Mega, Bank Panin, dan Bank Permata, yang masing-masing berjumlah 1 orang responden. Para responden ini banyak ditemui di sekitar wilayah perkantoran, wilayah pertokoan, tempat makan, tempat ibadah, dan pasar-pasar yang terdapat di Kecamatan Medan Petisah.


(60)

Proporsi responden dalam pemilihan bank tempat mereka menabung berbeda-beda karena teknik pengumpulan data menggunakan teknik accidental sampling. Banyak masyarakat saat ditemui sangat tertarik mengisi kuisioner yang diberikan dan sangat bersedia untuk diwawancarai. Bahkan banyak pula pertanyaan yang diajukan kembali oleh para responden tersebut, baik mengenai tujuan dari penelitian hingga memberikan alasan-alasan lain mengapa mereka menabung di bank tempat mereka menabung. Namun dalam hal ini banyak juga ditemui masyarakat yang tidak tertarik dan tidak ingin mengisi kuisioner serta diwawancarai oleh penulis. 4.2.8 Data Responden Berdasarkan Lama Menjadi Nasabah

Pada tabel dibawah ini dapat diketahui data responden berdasarkan lama menjadi nasabah bank berdasarkan pekerjaan yaitu sebagai berikut:

Tabel 4.8 Data Responden Berdasarkan Lama Menjadi Nasabah Lama Jadi Nasabah Frekuensi Persentase

Kurang Dari 1 Tahun 5 5,0

1 Tahun - 3 Tahun 19 19,0

Lebih Dari 3 Tahun 76 76,0

Total 100 100,0

Sumber: Diolah dari data primer

Tabel 4.8 di atas adalah data responden berdasarkan telah berapa lama responden sudah menjadi penabung di bank. Disusun berdasarkan 3 tingkatan yaitu kurang dari 1 tahun, 1 tahun – 3 tahun, dan lebih dari 3 tahun. Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa lamanya responden menjadi nasabah kurang dari 1 tahun terdapat sebanyak 5 orang, kemudian responden yang telah menabung di bank selama


(1)

2. Mempengaruhi Jumlah Uang yang Ditabung

TIjumlahuang

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid KS 6 6.0 6.0 6.0

S 58 58.0 58.0 64.0

SS 26 26.0 26.0 90.0

STS 2 2.0 2.0 92.0

TS 8 8.0 8.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

3. Mempengaruhi Frekuensi Menabung

TIfrekuensi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(2)

S 60 60.0 60.0 71.0

SS 18 18.0 18.0 89.0

STS 2 2.0 2.0 91.0

TS 9 9.0 9.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

20. Faktor Lain yang Mempengaruhi Minat Menabung

Faktor

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Berjaga-jaga dan Masa Depan

1 1.0 1.0 1.0

Keamanan 2 2.0 2.0 3.0

Lokasi Bank 17 17.0 17.0 20.0

Pelayanan Bank 37 37.0 37.0 57.0

Pendapatan 7 7.0 7.0 64.0

Promosi Bank 9 9.0 9.0 73.0

Reputasi Bank 27 27.0 27.0 100.0


(3)

CROSSTAB

1. Pekerjaan Terhadap Pendapatan

Pekerjaan * Pendapatan Crosstabulation

Count

Pendapatan

Total Pekerjaan

Kurang Dari Rp.2.000.000

Lebih Dari Rp.6.000.000

Rp.2.100.000-Rp.4.000.000

Rp.4.100.000-Rp.6.000.000

Ibu Rumah Tangga

1 1 2 2 6

Pegawai Swasta 9 1 14 4 28

Pelajar 7 0 0 0 7

PNS 0 1 5 9 15

Wiraswasta 2 7 20 15 44

Total 19 10 41 30 100

2. Pekerjaan Terhadap Pengeluaran

Pekerjaan * Pengeluaran Crosstabulation


(4)

Pengeluaran

Total Pekerjaan

Kurang Dari Rp.1.500.000

Lebih Dari Rp.3.500.000

Rp.1.600.000-Rp.2.500.000

Rp.2.600.000-Rp.3.500.000

Ibu Rumah Tangga 1 2 1 2 6

Pegawai Swasta 11 4 12 1 28

Pelajar 5 0 2 0 7

PNS 0 4 6 5 15

Wiraswasta 3 17 11 13 44

Total 20 27 32 21 100

3. Jumlah Rekening berdasarkan Jenis Kelamin

jeniskelamin * JumlahRekening Crosstabulation


(5)

JumlahRekening

Total

1 2 3

Jeniskelamin Laki-Laki 37 23 3 63

Perempuan 29 5 3 37

Total 66 28 6 100

4. Alasan Menabung Berdasarkan Lama Jadi Nasabah

Alasan * LamaJadiNasabah * LebihSatuBank Crosstabulation

Count

LebihSatuBank

LamaJadiNasabah

Total 1 Tahun - 3

Tahun

Kurang Dari 1 Tahun

Lebih Dari 3 Tahun

1 Alasan Berjaga-jaga 4 2 19 25

Efisiensi Konsumsi 5 1 11 17

Masa Depan 7 1 14 22

Mempermudah Transaksi Bisnis

0 0 1 1

Pembayaran Gaji 1 0 0 1

Total 17 4 45 66


(6)

Efisiensi Konsumsi 0 7 7

Masa Depan 1 9 10

Mempermudah Transaksi Bisnis

0 1 1

Mencari Keuntungan 0 1 1

Total 2 26 28

3 Alasan Berjaga-jaga 0 1 1

Efisiensi Konsumsi 1 1 2

Masa Depan 0 1 1

Mempermudah Transaksi Bisnis

0 2 2