Pengaruh Tingkat Kesehatan Bank Dan Tingkat Suku Bunga Terhadap Harga Saham Pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk

(1)

and Bank Interst Rate on Stock Price

at PT. Bank Mandiri (Persero), Ltd.

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Menempuh Jenjang S1 Pada Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi

Universitas Komputer Indonesia

Disusun Oleh : Nu’man Dzul Fiqril Ihsan

21207100

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(2)

v

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui : (1) perkembangan tingkat kesehatan bank, tingkat suku bunga dan harga saham, (2) pengaruh tingkat kesehatan bank dan tingkat suku bunga terhadap harga saham, baik secara parsial maupun simultan.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Sedangkan data yang di gunakan adalah data sekunder yaitu laporan keuangan PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk terdiri dari data tahun 2005 sampai 2010.

Proses analisis dilakukan dengan teknik analisis regresi linear berganda, korelasi pearson dan koefisien determinasi, baik secara parsial maupun simultan. Pengujian hipotesisnya menggunakan uji t untuk menguji secara parsial dan uji F untuk menguji secara simultan, dengan tingkat signifikan 5%. Hasil penilitian menunjukan bahwa secara parsial, Tingkat kesehatan bank dan tingkat suku bunga berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Adapun secara simultan, tingkat kesehatan bank dan tingkat suku bunga berpengaruh terhadap harga saham sebesar 72,58%.


(3)

vi

The purpose of this study is to determine: (1) the development of Healthy Bank, Bank Interest Rate and Stock Price, (2) the influence of Healthy Bank and Bank Interest Rate on Stock Price, either partially or simultaneously.

The research method used is descriptive method with quantitative approach. While the data used are secondary data that is financial statements at PT. Bank Mandiri (Persero), Ltd consists 2005 until 2010.

The process of analysis was done by using multiple linear regression analysis, Pearson correlation and Coefficient of determination, either partially or simultaneously. Testing the hypothesis using a t test to partial test and F test to simultaneous test, with a significant level of 5%. The results showed that partially test, health bank level and the interst rate significantly on stock prices. As for the simultaneous, the health bank level and interest rates are significantly affect the stock price is 72,58%.


(4)

vii

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala

yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan skripsi yang berjudul “Pengaruh Tingkat kesehatan bank dan Tingkat Suku Bunga terhadap Harga Saham pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk”. Tak lupa pula Shalawat dan Salam penulis curahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW yang telah berjuang membawa umat manusia kepada fitrah yang benar dan jalan yang lurus.

Laporan Skripsi ini disusun untuk memenuh salah satu syarat dalam menempuh jenjang S1 Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi di Universitas Komputer Indonesia. Dengan selesainya penyusunan skripsi ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan usulan penelitian ini.

Atas segala bantuan dan bimbingan yang telah penulis terima, tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia, Bandung.

2. Ibu Prof. Dr. Hj. Umi Narimawati, Dra., SE., M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia, Bandung.


(5)

viii

4. Ibu Elvira Azis, SE., MT. selaku Dosen Wali. terimakasih ya bu atas motivasinya selama saya berada di kampus.

5. Bapak Rizki Zulfikar, SE., M.Si selaku Koordinator kemahasiswaan Program Studi Manajemen.

6. Staf Pengajar UNIKOM khususnya untuk program studi Manajemen, Manajemen Pemasaran, Serta Keuangan dan perbankan.

7. Teh Hana, Teh Maya dan Aa Gugun. Terimakasih atas bantuannya dalam perjalanan perkuliahan ini.

8. Ibu Trustorini Handayani, SE., M.Si dan Bapak Dr. Deden Sutisna, M.Si. terimakasih atas kebijakan dalam memberikan nilai dari hasil usaha saya selama ini.

9. Ayah dan Ibunda tercinta yang telah memberikan do’a dan dukungan baik secara moril maupun materil serta perhatian dan curahan kasih sayang yang dapat memberikan semangat kepada penulis.

10. Spesial untuk Meli Apriliyani, Terimakasih untuk menjadi pendampingku selama ini dan memberikan motivasi untuk keberhasilanku. Mudah-mudahan perjalanan indah ini akan terus berlanjut sampai harapan yang telah kita bina.Amien.

11. Kakak-kakak ku yang selalu mendukungku : Nita Widaningsih dan Nina Puspitaningsih, jangan lupa amplopnya ya.


(6)

ix semangat.

14. Teman-teman seperjuangan, khususnya sahabat-sahabatku yang baik, Cakra, Deden, Hendri, Anak-anak Kost Jawa, Anak-anak Kost Aries, Kost Dede Ridwan Terima Kasih untuk tumpangannya ya.

15. Semua teman-temanku yang yang namanya tidak tercantum kelas Manajemen 2 (2007) semoga kita bertemu lagi nanti dalam kesuksesan. Amin.

16. Kawan-kawan Himpunan Mahasiswa Manajemen (HIMMA) Periode 08-09 dan Periode 08-09-10 yang telah bekerja sama dalam menorehkan sejarah yang indah dalam perjalanan Program Studi Manajemen Fakultas ekonomi UNIKOM.

17. Untuk adik-adik ku penerus HIMMA Periode 10-11 dan seterusnya, Teruslah berjuang dan jangan pernah menyerah dalam membangun Program Studi Manajemen lebih baik lagi.

Akhirnya penulis berharap, mudah-mudahan laporan skripsi ini dapat memberikan sumbangan buah pikiran, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi semua. Amin.

Bandung, Juli 2011 Penulis


(7)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Perkembangan pasar modal akhir-akhir ini membawa peranan yang sangat penting dalam kegiatan perekonomian dunia. Bahkan pasar modal dapat juga dipandang sebagai salah satu barometer kondisi perekonomian suatu negara. Dalam perkembangan terakhir, masyarakat makin memandang pasar modal sebagai salah satu alternatif dalam menginvestasikan dana yang mereka miliki. Hal ini terbukti dengan semakin maraknya kegiatan-kegiatan di pasar modal.

Para investor berlomba dalam menginvestasikan dana yang mereka miliki dalam bentuk saham di pasar modal. Saham merupakan salah satu instrumen pasar modal yang paling populer. Menerbitkan saham merupakan salah satu pilihan perusahaan ketika memutuskan untuk kegiatan pendanaan perusahaan. Pada sisi yang lain, saham merupakan instrumen investasi yang banyak dipilih para investor karena saham mampu memberikan tingkat keuntungan yang menarik. Saham dapat didefinisikan sebagai tanda bukti pengembalian bagian atau peserta dalam perseroan terbatas, bagi yang bersangkutan, yang diterima dari hasil penjualan sahamnya akan tetapi tertanam didalam perusahaan tersebut selama hidupnya, meskipun bagi pemegang saham sendiri bukanlah merupakan peranan permanen, karena setiap waktu pemegang saham dapat menjual sahamnya (Bambang Riyanto, 2001:204).


(8)

Tujuan perusahaan umumnya yaitu ingin meningkatkan kesejahteraan para pemiliknya antara lain para pemegang saham karena dengan adanya para Investor, maka pendanaan dalam perusahaan dapat terpenuhi. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan cara memperbesar terus menerus laba perusahaan perbankan tersebut setiap tahunnya sehingga deviden yang didapat oleh investor dan pemegang saham menjadi besar. Pendapatan investor atau pemegang saham adalah berupa deviden dan keuntungan atas perbedaaan nilai beli dan nilai jual, serta penyertaan atau kepemilikan atas perusahaan.

Daya tarik yang membuat investor berminat menanamkan modalnya dalam saham suatu perusahaan khususnya antara lain adalah memperoleh gain atau keuntungan, untuk memiliki atau mengendalikan manajemen perusahaan. Seorang investor akan membandingkan risk dan return yang diperolehnya melalui pengembalian saham. Selain itu juga ingin mendapatkan pembagian deviden yaitu keuntungan perusahaan yang akan dibagikan kepada para pemegang saham. Saham juga dapat dijaminkan kepada bank untuk mengajukan kredit.

Informasi yang relevan dengan kondisi pasar modal merupakan sesuatu yang selalu dicari para pelaku pasar modal dalam upaya melakukan pengambilan keputusan investasi. Namun tidak semua informasi merupakan informasi yang berharga, bahkan sebagian besar dari informasi yang ada adalah informasi yang tidak relevan dengan aktivitas pasar modal. Akibatnya, para pelaku pasar modal harus secara tepat memilih informasi-informasi yang layak (relevan) untuk dijadikan pertimbangan pengambilan keputusannya. Salah satu factor yang


(9)

dipertimbangkan oleh investor saat akan membeli saham sebuah perbankan adalah informasi tentang tingkat kesehatan bank tersebut. Faktor diatas akan memberikan keterangan baik atau tidaknya perusahaan perbankan tersebut dan akan memberikan kesempatan kepada calon investor untuk menginvestasikan dananya.

Pengertian Kesehatan Bank menurut Y. Sri Susilo (2000:22),

Kesehatan bank adalah kemampuan bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku.

Selain faktor tentang tingkat kesehatan perusahaan perbankan yang harus dijadikan referensi bagi calon investor, faktor lain yang mempengaruhi harga saham yaitu tingkat suku bunga atau BI rate yang sedang berkembang. Suku bunga adalah salah satu faktor yang sangat berpengaruh dalam perekonomian suatu negara selain kesehatan bank. Suku bunga dapat mempengaruhi keseimbangan antara simpanan masyarakat dan investasi pada sektor perbankan. Karena itu penetapan tingkat suku bunga banyak mempertimbangkan berbagai faktor yang akan menjadi akibat yang akan terjadi dari penetapan tingkat suku bunga tersebut.

BI Rate diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia setiap Rapat Dewan Gubernur bulanan dan diimplementasikan pada operasi moneter yang dilakukan Bank Indonesia melalui pengelolaan likuiditas (liquidity management) di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan moneter.

Sasaran operasional kebijakan moneter tercermin pada perkembangan suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight (PUAB O/N). Pergerakan suku


(10)

bunga PUAB ini diharapkan akan diikuti oleh perkembangan suku bunga deposito, dan pada gilirannya suku bunga kredit perbankan.

Dengan mempertimbangkan pula faktor-faktor lain dalam perekonomian, Bank Indonesia pada umumnya akan menaikkan BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan melampaui sasaran yang telah ditetapkan, sebaliknya Bank Indonesia akan menurunkan BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan berada di bawah sasaran yang telah ditetapkan.

Kenaikan atau penurunan suku bunga yang ditetapkan BI juga sangat terasa imbasnya pada transaksi di bursa efek terutama terhadap saham-saham perbankan yang dalam hal ini berfungsi sebagai lembaga Investasi. Kenaikan tingkat suku bunga akan mengakibatkan dampak psikologis kepada investor saham-saham perbankan, karena dinilai beresiko sehingga para investor tersebut akan mengambil dana dan berpindah ke simpanan deposito. Hal ini akan mengakibatkan penurunan permintaan sehingga harga saham menjadi rendah, dan pada akhirnya mempengaruhi tingkat keuntungan saham-saham tersebut.

Bank bisa diartikan sebagai lembaga kepercayaan yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi, membantu kelancaran sistem pembayaran, dan yang tidak kalah pentingnya adalah lembaga yang menjadi sarana dalam pelaksanaan kebijakan pemerintah yaitu kebijakan moneter. Karena fungsi-fungsinya tersebut, maka keberadaan bank yang sehat, baik secara individu maupun secara keseluruhan sebagai suatu sistem, merupakan prasyarat bagi suatu perekonomian yang sehat. Untuk menciptakan perbankan yang sehat antara lain diperlukan pengaturan dan pengawasan bank yang efektif. Kebijakan perbankan dirumuskan


(11)

dan dilaksanakan oleh BI pada dasarnya merupakan bagian dari upaya untuk menciptakan, menjaga, dan memelihara sistem perbankan yang sehat.

Berdasarkan undang-undang Nomor 10 tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-undang No.7 Tahun 1992 tentang perbankan, pembinaan dan pengawasan bank dilakukan oleh Bank Indonesia. Bahwa setiap bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas asset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank, dan wajib melakukan kegiatan usaha lain sesuai dengan prinsip kehati-hatian. Pada poin selanjutnya setiap bank wajib mengumumkan neraca dan perhitungan laba rugi dalam waktu dan bentuk yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia.

Industri Perbankan di Indonesia sendiri mengalami perkembangan yang sangat pesat pada tahun 1988-1996 namun sempat terpuruk diakibatkan adanya krisis moneter yang melanda Indonesia pada tahun 1997 sehingga banyak Perusahaan perbankan yang ditutup akibat krisis tersebut. namun secara perlahan-lahan mulai perkembang kembali seiring dengan disahkannya UU No.10 Tahun 1998 yang betugas melakukan program penyehatan perbankan nasional. Dengan Kepres No. 7 dan No. 34 Tahun 1998 dibentuklah Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN). melalui BPPN dan Bank Indonesia pemerintah mengumumkan berbagai keputusan dalam rangka penyehatan perbankan nasional, yakni : 38 Bank Nasional ditutup atau Bank Beku Operasi (BBO), 7 Bank nasional diambil alih atau bank take over, 9 bank Nasional diikut sertakan dalam program rekapitulasi.


(12)

Akibat dibekukannya beberapa bank pada masa krisis moneter mengakibatkan menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap bank sehingga nilai investor di bank pada umumnya mengalami penurunan. Hal ini terulang kembali diawal tahun 2008 dimana terjadi resesi keuangan.

Krisis keuangan di Amerika Serikat pada tahun 2008 menimbulkan dampak luar biasa secara global. Hal ini bisa dilihat dari kepanikan investor dunia dalam usaha mereka menyelamatkan uang mereka di pasar saham. Mereka ramai-ramai menjual saham sehingga bursa saham terjun bebas. Sejak awal 2008, bursa saham China anjlok 57%, India 52%, Indonesia 41% (sebelum kegiatannya dihentikan untuk sementara), dan zona Eropa 37%. Sementara pasar surat utang terpuruk, mata uang negara berkembang melemah dan harga komoditas anjlok, apalagi setelah para spekulator komoditas minyak menilai bahwa resesi ekonomi akan mengurangi konsumsi energi dunia (http://trisetiyanto.wordpress.com).

Krisis keuangan tersebut pula telah menumbangkan beberapa perusahaan raksasa dunia, seperti contonya Lehman Brothers yang akhirnya harus colaps, atau American International Group, Inc (AIG). yang terpaksa harus mendapatkan dana talangan dari pemerintah Amerika Serikat. kedua perusahaan tersebut hanya sebagian kecil diantara perusahaan sektor keuangan didunia yang terkena imbas dari krisis keuangan tersebut.

Dampak lain yang terjadi akibat krisis moneter di Amerika Serikat adalah jatuhnya bursa saham yang terjadi dalam pertengahan Oktober 2008. Meskipun para ahli ekonomi menilai kecil kemungkinan krisis ini menjelma menjadi krisis ekonomi berupa ambruknya perbankan dan sektor riil. Namun untuk


(13)

meningkatkan kepercayaan pelaku pasar, pemerintah sebaiknya fokus menjaga daya beli masyarakat.

Para ahli menilai tingkat krisis yang dihadapi Indonesia sangat berbeda dengan Amerika Serikat (AS), Eropa, dan negara maju lainnya. Di AS, krisis telah merasuk ke semua sektor, mulai dari pasar modal, perbankan, hingga sektor riil.

Namun, di Indonesia krisis hanya terjadi di pasar modal. Krisis yang terjadi di pasar modal dinilai tidak mudah bertransmisi ke sektor lain mengingat kontribusi pasar modal dalam sistem keuangan Indonesia tidak terlalu besar.

Penyesuaian yang terjadi di pasar modal dan nilai tukar domestik merupakan hal wajar karena seluruh dunia terkena imbas krisis keuangan AS. Penurunan ekonomi AS dan Eropa dinilai tidak perlu dikhawatirkan mengingat peran mereka dalam perdagangan dunia makin menyusut. Sebagai gantinya, kini muncul kekuatan ekonomi baru, seperti China, India, dan Rusia.

Krisis keuangan global yang terjadi saat ini merupakan koreksi atas kesenjangan (gap) yang terjadi antara pertumbuhan sektor riil dan sektor finansial. Koreksi berupa penurunan harga di sektor finansial dan kenaikan harga-harga di sektor riil, seperti harga-harga komoditas.

Hal tersebut memberikan gambaran kepada kita bahwa meskipun krisis moneter di Amerika Serikat telah memicu krisis ekonomi global, dan di Indonesia juga terkena dampaknya dengan melemahnya nilai rupiah dan jatuhnya pasar saham, kita tidak perlu khawatir karena krisis tersebut tidak akan melumpuhkan perekonomian Indonesia seperti yang terjadi pada sepuluh tahun yang lalu.


(14)

PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. merupakan bank terbesar di Indonesia dalam hal aset, pinjaman, dan deposit. Bank ini berdiri pada tanggal 2 Oktober 1998 sebagai bagian dari program restrukturisasi perbankan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Indonesia. Pada bulan Juli 1999, empat bank milik Pemerintah yaitu, Bank Bumi Daya (BBD), Bank Dagang Negara (BDN), Bank Ekspor Impor Indonesia (Bank Exim), dan Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo), digabungkan ke dalam Bank Mandiri.

Total asset perusahaan yang dimiliki oleh PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk pada tahun 2010 yaitu Rp 408,771 triliun. sehingga menempatkan PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk sebagai salah satu bank berpelat merah terbesar di Indonesia. Selain itu pula PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk memiliki banyak prestasi yang gemilang baik tingkat nasional maupun internasional antara lain Best Cash Management Bank in Indonesia Finance Asia pada Tahun 2010, The Asian Banker Achievement Award for Trade Finance in Indonesia The Asian Banker tahun 2010 (http://www.bankmandiri.co.id) dan masih banyak lagi prestasi yang tidak disebutkan.

PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk juga salah satu bank pemerintah yang memiliki harga saham tertinggi dan masuk kedalam saham blue chip yakni saham berkapasitas besar dan likuid. golongan saham inilah yang sangat didambakan oleh para pemain saham di pasar modal.

Dengan perubahan atau kenaikan harga saham maka akan terus memberikan kepercayaan pada masyarakat sebagai investor yang mengharapkan


(15)

keuntungan dari saham yang dimilikinya sehingga perusahaan dapat menjalankan operasionalnya dengan baik dan memperoleh keuntungan yang optimal.

Dalam kurun waktu 6 tahun terakhir harga saham pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk terus meningkat kecuali pada tahun 2008 seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 1.1

Tingkat Kesehatan Bank, Suku bunga dan Harga Saham PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk.

Tahun

Tingkat Kesehatan Bank (Rasio CAMEL) (Nilai Akhir)

Suku Bunga (BI Rate)

(%)

Harga Saham (Rp)

2005 49,48 12,75 1640

2006 49,66 9,75 2900

2007 58,75 8,00 3500

2008 66,07 9,25 2025

2009 68,05 6,50 4700

2010 70,45 6,50 6500

Sumber : Laporan Keuangan Publikasi BI (data diolah kembali)

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa perkembangan harga saham PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk mengalami peningkatan dari tiap tahunnya. namun pada tahun 2008 mengalami penurunan yang paling signifikan yaitu dari Rp. 3500 turun menjadi Rp.2025. Perubahan harga saham seperti ini terjadi pada setiap perusahaan perbankan lainnya di akibatkan krisis keuangan global yang terjadi.

Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan judul “Analisis Tingkat kesehatan Bank dan tingkat Suku Bunga terhadap harga Saham pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk”


(16)

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang diuraikan di atas, maka penulis ingin mengidentifikasikan permasalahan sebagai berikut :

Dalam kegiatan usahanya setiap bank menginginkan tingkat kesehatan dalam kategori sehat. Begitu pula yang dilakukan oleh PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk pada saat ini terus melakukan kinerja yang terbaik demi mencapai kategori bank yang sehat. Namun dalam perjalananya, tingkat kesehatan pada PT. Bank mandiri (Persero) Tbk mengalami fluktuasi yang selalu berubah akibat adanya krisis keuangan global yang terjadi pada tahun 2008 sehingga merubah harga saham yang sangat signifikan.

Rendahnya tingkat kesehatan bank berdampak pada penurunan kepercayaan masyarakat sehingga investor tidak mau menginvestasikan dananya dalam bentuk saham. Selain itu tingkat bunga yang tinggi mengakibatkan pindahnya investor dari investasi pasar modal beralih ke pasar keuangan.

1.2.2 Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang penelitian di atas maka penyusun membatasi pembahasannya pada masalah:

1. Bagaimana tingkat kesehatan pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk.

2. Bagaimana tingkat suku bunga pada yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia. 3. Bagaimana pergerakan harga saham pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk.


(17)

4. Seberapa besar pengaruh tingkat kesehatan bank dan tingkat suku bunga secara parsial dan simultan terhadap Harga Saham pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud penelitian yang dilakukan yaitu untuk mengumpulkan data dan informasi dari objek penelitian mengenai tingkat kesehatan bank dan tingkat suku bunga yang dimiliki pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk pengaruhnya terhadap Harga saham. Data tersebut akan digunakan sebagai bahan penyusunan usulan penelitian yang merupakan salah satu syarat pembuatan skripsi. Yang kemudian usulan penelitian ini akan menghasilkan data-data sesuai dengan masalah yang dikemukakan.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang penulis lakukan dan ingin dicapai yaitu :

1. Untuk mengetahui tingkat kesehatan pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. 2. Untuk mengetahui tingkat suku bunga yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia. 3. Untuk mengetahui gambaran pergerakan harga saham pada PT. Bank Mandiri

(Persero) Tbk.

4. Untuk mengetahui pengaruh tingkat kesehatan bank dan tingkat suku bunga terhadap Harga Saham pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk.


(18)

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Praktis

Hasil penelitian yang dilakukan merupakan jawaban dari atas dasar pemikiran bagi permasalahan yang dibahas, diharapkan dapat memberikan kegunaan bagi penulis, perusahaan maupun untuk perkembangan ilmu pengetahuan.

1. Bagi penulis dengan danya penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dalam yang berharga dam memperluas wawasan dalam penentuan harga saham dalam perusahaan khususnya dunia Perbankan yang ditentukan karena adanya sistem pengaturan tingkat kesehatan bank dan tingkat suku bunga.

2. Bagi perusahaan Perbankan dengan adanya penelitian ini dapat mengetahui informasi mengenai tingkat kesehatan bank dan tingkat suku bunga dalam menentukan harga saham perusahaan Perbankan.

3. Bagi pihak-pihak lainnya, sebagai sumbangan pemikiran untuk penelitian mengenai tingkat kesehatan bank dan tingkat suku bunga dampaknya terhadap harga saham dalam Perusahaan Perbankan.

1.4.2 Kegunaan Akademis

Bagi pengembangan ilmu pengetahuan, semoga hasil penelitian yang dilakukan ini dapat dimanfaatkan sebagai masukan tentang tingkat kesehatan bank dan tingkat suku bunga terhadap harga saham dan mudah-mudahan menjadi referensi serta memberikan kegunaan empiris bagi kepentingan pengembangan ilmu manajemen keuangan, khususnya, dan dunia ilmu pengetahuan secara


(19)

umum. Serta untuk memberikan sumbangan pemikiran bagi penelitian selanjutnya dan sebagai bahan referensi yang diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan bagi pembaca.

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian 1.5.1 Lokasi Penelitian

Penulis melakukan penelitian di Pojok BEI YPKP, Jalan PH.H. Mustofa No. 68 Bandung.

1.5.2 Waktu Penelitian

Penulis memerlukan waktu untuk melakukan penelitian ini sebagai berikut : Tabel 1.2 Jadwal Penelitian No. Jadwal Kegiatan Bulan

Februari Maret April Mei Juni Juli

Minggu Ke Minggu Ke Minggu Ke Minggu Ke Minggu Ke Minggu Ke 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Pra Survei :

a. Persiapan judul b. Persiapan teori c. Pengajuan judul

penelitian d. Menentukan

tempat penelitian

2 Usulan Penelitian 3 Pengumpulan

Data

4 Pengolahan Data

5

Penyusunan Laporan Penelitian


(20)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Tingkat Kesehatan Bank

Kesehatan suatu bank adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh setiap bank pada umumnya karena dengan factor inilah, para investor akan mengetahui kinerja perusahaan perbankan khususnya sehingga dapat mengambil keputusan untuk berinvestasi. Dengan diketahuinya kondisi suatu bank dapat digunakan oleh pihak-pihak tersebut (manajemen bank) untuk mengevaluasi kinerja bank dalam menerapkan prinsip kehati-hatian, kepatuhan terhadap ketentuan-ketentuan yang berlaku dan manajemen resiko.

Perkembangan industry perbankan, terutama produk dan jasa yang semakin kompleks dan beragam akan meningkatkan eksposur risiko yang dihadapi bank. Perubahan eksposur risiko bank dan penerapan manajemen risiko akan mempengaruhi profil risiko bank yang selanjutnya berakibat pada kondisi bank secara keseluruhan.

2.1.1.1 Pengertian, Fungsi dan Asas-asas Perbankan

Definisi Bank yang dapat dipakai atau diberlakukan di negara kita adalah sesuai dengan aturan yang ada, yaitu tercantum dalam Undang-undang Republik Indonesia nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan dan merupakan perubahan atas Undang-undang nomor 7 Tahun 1992. menurut Undang-undang tersebut definisi Perbankan adalah :


(21)

“Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau dalam bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”

Bank atau Perbankan adalah salah satu lembaga keuangan di Indonesia. Lembaga keuangan lainnya yaitu Lembaga keuangan Bukan Bank (LKBB). Pada akhir-akhir ini Lembaga keuangan baik bank maupun Lembaga keuangan bukan Bank tidak hanya melakukan tugas sebagai penghimpun dana dari masyarakat kemudian menyalurkannya kembali namun juga telah berkembang menjadi pembiayaan sektor konsumsi, distribusi, modal kerja dan jasa lainnya.

Dalam Pasal 2 Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 yang mengatur mengenai asas, fungsi, dan tujuan lembaga perbankan di Indonesia dinyatakan bahwa :

“Perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian (Prudential Principal)”

Demokrasi ekonomi adalah asas yang digunakan oleh perbankan Indonesia, di mana dalam operasionalnya membutuhkan kehati-hatian karena terdapat banyak sekali resiko. resiko dapat dikatakan sebagai kemungkinan terdapatnya dampak yang tidak diharapkan dari kondisi yang tidak pasti.

Untuk menghadapi resiko, pada umumnya bank memiliki kebijakan internal yang di namakan dengan manajemen resiko. pengertian manajemen resiko adalah kegiatan yang sistematis berupa kebijakan, prosedur, dan praktek


(22)

manajemen dalam menganalisis, mengevaluasi, mengontrol, dan mengkomunikasikan hal-hal yang berhubungan dengan resiko.

Tujuan manajemen resiko bank adalah menjaga agar aktivitas bank tidak menimbulkan kerugian yang melebihi kemampuan bank itu untuk menyerap kerugian atau yang membahayakan kelangsungan usaha bank itu. pada dasarnya pembentukan manajemen resiko pada bank adalah untuk menerapkan asas perbankan yang berkaitan dengan prinsip kehati-hatian.

2.1.1.2 Faktor-faktor Penilaian Tingkat Kesehatan Bank

Dalam melakukan penilaian tingkat kesehatan bank, maka harus memperhatikan beberapa factor penilaiannya. faktor-faktor penilaian kesehatan bank tersebut dinamakan Metode CAMEL.

Metode CAMEL berisikan langkah-langkah yang dimulai dengan menghitung besarnya masing-masing rasio pad komponen-komponen berikut : 1. C : Capital (untuk rasio kecukupan modal bank)

Modal adalah faktor penting bagi bank dalam rangka pengembangan usaha dan menampung kerugian. Agar mampu berkembang dan bersaing secara sehat maka permodalannya perlu disesuaikan dengan ukuran internasional yang dikenal dengan standar BIS (Bank for International Settlement). Sesuai dengan BIS maka kewajiban minimum dana bank adalah berdasarkan pada risiko, termasuk resiko kredit. dengan demikian permodalan merupakan penilaian terrhadap kecukupan modal bank untuk menhcover eksposur saat ini dan mengantisifasi eksposur risiko


(23)

dimasa yang akan datang. Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor permodalan antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen berikut : a. Kecukupan pemenuhan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM)

terhadap ketentuan yang berlaku. b. Komposisi Permodalan

c. Tren ke depan/proyeksi KPMM

d. Aktiva Produktif yang diklasifikasikan dibandingkan dengan modal bank e. kemampuan bank memelihara kebutuhan penambahan modal yang berasal

dari keuntungan (laba ditahan)

f. rencana permodalan bank untuk mendukung pertumbuhan usaha g. akses kepada sumber permodalan.

h. kinerja keuangan pemegang saham untuk meningkatkan permodalan bank. Berdasarkan ketentuan itu maka bank-bank wajib memelihara kewajiban penyediaan modal minimum sekurang-kurangnya 8%. penilaian faktor permodalan ini dilakukan dengan rumus CAR (Capital Adequacy Ratio) sebagai berikut :

Nilai kredit untuk rasio permodalan bank atau CAR yaitu sebagai berikut :

a. Untuk nilai CAR sama dengan 8% atau lebih akan diberi nilai 81, di mana setiap kenaikan 0,1%. maka, nilai akan ditambah 1 dan maksimum 10.

CAR =

Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR) Total Modal


(24)

b. sementara itu, CAR yang kurang dari 8% akan diberi nilai 65, dimana setiap penurunan 0,1% akan dikurangi 1 dan minimum 0.

2. A : Asset (untuk rasio-rasio kualitas aktiva)

Penilaian kualitas asset merupakan penilaian terhadap kondisi asset bank dan kecukupan manajemen resiko kredit. Dalam pengumpulan asset bank yang dilakukan dengan cara kredit dan aktiva lain yang dapat menghasilkan pendapatan bagi bank. maka jenis aktiva tersebut sering dinamakan aktiva produktif.

Permasalahan pemberian kredit kepada pihak ketiga (masyarakat) memberikan dampak yang kurang baik bagi Negara yang sedang berkembang seperti Indonesia ini. ini akan berdampak pada perputaran aktiva menjadi macet dan akan memperburuk kondisi aktiva produktif pada bank tersebut.

Permasalahan kredit tersebut dapat dicegah dengan berbagai cara sebagai berikut :

a. Pengawas harus mempunyai wewenang untuk melakukan pengawasan konsolidasi

b. Definisi kredit kepada pihak terkait ini harus jelas dan rinci

c. Informasi mengenai kepemilikan, kredit, dan juga investasi harus diumumkan dan dengan mudah diketahui oleh public

d. Pengatur dan Pengawas harus mendorong penerapan Good corporate governance terutama untuk mendorong agar pemegang saham dan pengurus bank dapat bertanggung jawab penuh apabila bank dalam mengalami kesulitan.


(25)

Untuk melakukan penilaian terhadap kualitas Aktiva Produktif digunakan rumus Bad Debt Ratio (BDR). Aktiva Produktif yang diklasifikasikan ialah semua aktiva yang dimiliki oleh bank yang karena suatu sebab terjadi gangguan sehingga usaha debitur mengalami kesulitan dalam cash flow yang dapat mengakibatkan kesulitan membayar bunga dan bahkan anggunan utang pokoknya.

Perhitungan Rasio tersebut dilakukan dengan cara :

a. Untuk nilai rasio 15,5% atau lebih maka diberi niali kredit 0, dan

b. Untuk setiap penurunan 0,15% mulai dari 0,15% nilai kredit ditambah dengan maksimum 100.

Tabel 2.1

Perhitungan Cadangan Kualitas Aktiva Produktif No. Kategori Kredit Cadangan yang wajib dibentuk 1 Lancar 0% x besarnya rekening dalam kategori tersebut 2 Perhatian Khusus 5% x besarnya rekening dalam kategori tersebut 3 Kurang Lancar 15% x besarnya rekening dalam kategori tersebut 4 Diragukan 50% x besarnya rekening dalam kategori tersebut 5 Macet 100% x besarnya rekening dalam kategori tersebut

Total AYPD Jumlah dari seluruh nilai diatas. (Sumber : Lukman dendawijaya, 2005 : 164)

BDR =

Total Aktifa Produktif

Aktiva Produktif yang Diklasifikasikan


(26)

3. M : Management (untuk menilai kualitas manajemen)

Manajemen dalam bank adalah penentu sehat atau tidaknya suatu bank sehingga kinerja dalam menjalankan perusahaan harus bisa lebih dikontrol. mengingat hal tersebut perlu ditekankan dan dapat perhatian lebih agar tingkat kesehatan bank tersebut dapat meningkat dan dapat dipelihara terus menerus.

Untuk melakukan penilaian kesehatan suatu bank pada sector ini dapat dilakukan dengan cara melakukan evaluasi terhadap pengelola bank yang bersangkutan. langkah pertama dengan memberikan seratus kuesioner yang dikelompokkan menjadi dua kelompok besar yaitu kelompok manajemen umum dan manajemen risiko.

Dalam menghitung penilaian faktor manajemen terdapat perbedaan antara Bank Devisa dan Bank non Devisa. untuk Bank Devisa diberikan 100 pertanyaan, sedangkan untuk Bank non Devisa hanya diajukan 85 pertanyaan, dimana keduanya meliputi manajemen resiko dan manajemen umum. setiap pertanyaan yang dijawab “ya” akan diberi nilai “1” untuk Bank Devisa dan “1,76” untuk Bank non Devisa. Selanjutnya akan dilakukan kualifikasi dengan cara pemberian nilai kredit sebesar 0,4 untuk setiap aspek yang positif.

4. E : Earnings (untuk rasio-rasio rentabilitas bank)

Penilaian ini dilakukan untuk memastikan efisiensi dan kualitas pendapatan bank secara benar dan akurat. penilaian Rentabilitas merupakan penilaian terhadap kondisi dan kemampuan rentabilitas bank untuk mendukung kegiatan operasional dan permodalannya.


(27)

Keuntungan atau Laba perusahaan adalah salah satu indicator terpenting dan tujuan perusahaan pada umumnya didirikan sehingga perusahaan berlomba-lomba untuk mendapatkan keuntungan yang optimal. begitu juga dengan dunia perbankan yang syarat akan dunia keuangan laba adalah hal mutlak yang harus diperoleh dengan optimal. dengan adanya laba yang diperoleh bank maka akan meningkatkan permodalan dan operasional perusahaan berjalan dengan baik. juga akan berpengaruh kepada pihak para investor.

Penilaian Rentabilitas didasarkan pada dua buah Rasio, yaitu sebagai berikut :

a. Return On Asset (ROA)

Cara perhitungannya sebagai berikut :

 Untuk Rasio 0% atau negative diberi nilai 0, dan

 Untuk setiap kenaikan 0,015% mulai dari 0 nilai kreditnya ditambah nilai 1 dengan maksimum 100

Semakin besar ROA suatu bank maka semakin besar pula keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari sisi penggunaan asset sehingga dapat dilihat bahwa bank mampu menghasilkan laba.

ROA =

Total aktiva (Aset) Laba Sebelum Pajak


(28)

b. Rasio BOPO

Rasio ini dipilih untuk membandingkan antara biaya (beban) operasional dengan pendapatan operasional dalam mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasionalnya. Dalam hal ini perlu diketahui bahwa usaha utama bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dan selanjutnya menyalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit, sehingga beban bunga dan hasil bunga merupakan porsi terbesar bagi bank.

Untuk penilaian kredit Rasio BOPO adalah sebagai berikut :

 Nilai Rasio 100% atau lebih akan diberi kredit dengan nilai 0, dan

 Untuk penurunan sebesar 0,08% nilai kredit ditambah 1 dengan maksimum 100.

5. L : Liquidity (untuk rasio-rasio likuiditas bank)

Untuk penilaian Likuiditas digunakan rumus Loan to Deposit ratio (LDR). Rasio ini adalah rasio yang mengukur perbandingan jumlah kredit yang diberikan bank terhadap pihak ketiga dengan dana yang diterima oleh bank, yang menggambarkan kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana oleh deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. oleh karena itu, semakin tinggi rasionya yang memberikan indikasi rendahnya kemampuan likuiditas bank tersebut, hal ini sebagai akibat jumlah dana

BOPO=

Pendapatan Pperasional Biaya (Beban) Operasional


(29)

yang diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar, dengan rumusan sebagai berikut :

Cara perhitungan LDR sebagai berikut :

 Untuk Rasio LDR sebesar 110% atau lebih maka diberi nilai kredit 0

 Untuk rasio LDR dibawah 110%, diberikan nilai kredit 100. Tabel 2.2

Tata Cara Penilaian Kesehatan Bank Model CAMEL

No. Faktor yang dinilai Komponen yang dinilai Bobot (%) 1 C Permodalan Permodalan Rasio terhadap aktiva

tertimbang 25

2 A Kualitas aktiva Produktif

Rasio aktiva produktif yang

diklasifikasikan terhadap aktiva produktif 30 3 M Manajemen a. Manajemen Umum (10)

b. Manajemen Resiko (15) 25

4 E Rentabilitas

a. Rasio Laba terhadap volume usaha (5) b. Rasio biaya operasional terhadap

pendapatan operasional (5)

10

5 L Likuiditas

Rasio jumlah kredit yang diberikan terhadap dana yang diterima bank (rupiah dan valas)

10 (Sumber : Veithzal Rivai, 2007:706)

Sehat atau tidaknya suatu bank dilihat dari nilai akhir yang telah dihitung seperti table yang diatas. Setelah penggabungan nilai yang telah diolah maka bank tersebut akan mendapatkan salah satu predikat kesehatan bank sebagaimana yang diuraikan di bawah ini.

LDR =

Total dana pihak ketiga Jumlah Kredit yang diberikan


(30)

Tabel 2.3

Tabel Predikat kesehatan Bank

Nilai Kredit CAMEL Predikat

81 – 100 Sehat

66 < 81 Cukup Sehat 51 < 66 Kurang Sehat

0 < 51 Tidak Sehat (Sumber : Veithzal Rivai, 2007:706)

2.1.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi Penilaian Kesehatan Bank

Beberapa faktor dalam sector perbankan seperti perkreditan usaha kecil, perkreditan ekspor, batas maksimum pemberian kredit dan posisi devisa netto harus bias berjalan menurut ketentuan yang berlaku sehingga bila adanya pelanggaran yang terjadi maka akan mengurangi tingkat kesehatan bank tersebut.

Dalam melakukan penilaian kesehatan bank, ada beberapa indikator yang dapat mempengaruhinya. antara lain :

a. Pelaksanaan pemberian kredit usaha Kecil (KUK)

Proses pemberian kredit minimal 20% dan apabila tidak dipenuhi, maka bank tersebut akan mengurangi pengurangan nilai yang berakibat terhadap penurunan tingkat kesehatan.

b. Pelaksanaan pemberian Kredit Ekspor

Pemberian kredit dalam bidang ekspor minimal 50% dan apabila tidak dipenuhi maka akan dikurangi nilai tingkat kesehatan bank tersebut.


(31)

c. Pelanggaran terhadap ketentuan batas maksimum pemberian kredit (BMPK)

Pelanggaran dihitung atas dasar masing-masing jenis BMPK, yaitu pelanggaran BMPK yang diberikan kepada peminjam, kelompok peminjam dan pihak-pihak terkait dengan bank. Setiap terjadi pelanggaran pada masing-masing BMPK, maka bank tersebut dapat pengurangan nilai yang berakibat terhadap penurunan tingkat kesehatan.

d. Pelanggaran terhadap Posisi devisa Netto (PDN)

Sanksi yang terjadi pada PDN sama seperti sanksi-sanksi yang diberikan pada sector lain yaitu pengurangan nilai kesehatan bank.

2.1.2 Suku Bunga

2.1.2.1 Pengertian Suku Bunga

Tingkat suku bunga di suatu Negara biasanya ditetapkan oleh pemerintah yang bertujuan untuk menjaga kelangsungan perekonomian suatu Negara. Suku Bunga adalah pembayaran yang dilakukan untuk penggunaan uang. Suku bunga adalah jumlah bunga yang dibayarkan per unit waktu. Dengan kata lain, masyarakat harus membayar peluang ketika meminjam uang atau mendapat return atas kehilangan peluang ketika meminjamkan uang.

Menurut situs Bank Indonesia (www.bi.go.id), BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia dan diumumkan kepada publik.


(32)

BI Rate diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia setiap Rapat Dewan Gubernur bulanan dan diimplementasikan pada operasi moneter yang dilakukan Bank Indonesia melalui pengelolaan likuiditas (liquidity management) di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan moneter.

Sasaran operasional kebijakan moneter dicerminkan pada perkembangan suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight (PUAB O/N). Pergerakan di suku bunga PUAB ini diharapkan akan diikuti oleh perkembangan di suku bunga deposito, dan pada gilirannya suku bunga kredit perbankan.

Dengan mempertimbangkan pula faktor-faktor lain dalam perekonomian, Bank Indonesia pada umumnya akan menaikkan BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan melampaui sasaran yang telah ditetapkan, sebaliknya Bank Indonesia akan menurunkan BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan berada di bawah sasaran yang telah ditetapkan.

Sebagaimana yang telah disebutkan dalam Inflation Targeting framework bahwa BI Rate merupakan suku bunga acuan bank Indonesia dan merupakan sinyal (stance) dari kebijakan moneter Bank Indonesia.

BI Rate adalah suku bunga instrument sinyaling Bank Indonesia yang ditetapkan pada RDG (Rapat Dewan gubernur) triwulanan untuk berlaku selama triwulan berjalan (satu triwulan), kecuali ditetapkan berbeda oleh RDG dalam triwulan yang sama.

(Bank Indonesia dalam Inflation Targeting Framework).

Dari pengertian diatas, bisa dipahami bahwa BI Rate berfungsi sebagai sinyal kebijakan moneter Bank Indonesia. Sedangkan menurut Dahlan Siamat dalam bukunya menyatakan bahwa :


(33)

“BI Rate adalah suku bunga dengan tenor satu bulan yang diumumkan oleh Bank Indonesia secara periodic untuk jangka waktu tertentu yang berfungsi sebagai sinyal (stance) kebijakan moneter” (Dahlan Siamat, 2005:139)

2.1.2.2 Mekanisme Penetapan BI Rate

BI Rate ditetapkan oleh dewan Gubernur Indonesia dalam Rapat dewan Gubernur (RDG) triwulanan setiap bulan Januari, April, Juni dan oktober. Dalam kondisi tertentu, jika dipandang perlu, BI Rate dapat disesuaikan dalam RDG pada bulan-bulan yang lainnya.

Pada dasarnya perubahan BI Rate menunjukan penilaian Bank Indonesia terhadap Prakiraan inflasi ke depan dibandingkan dengan sasaran inflasi yang ditetapkan. pelaku pasar modal dan masyarakat umumnya akan mengamati penilaian Bank Indonesia tersebut melalui penguatan dan transparansi yang akan dilakukan, antara lain dalam laporan kebijakan moneter yang disampaikan secara triwulanan dan press release bulanan.

“Operasi Moneter dengan BI Rate dilakukan melalui lelang mingguan dengan mekanisme variable rate tender dan multiple price allotments”


(34)

2.1.3 Saham

2.1.3.1 Pengertian Saham

Menurut Rusdin (2006:68) menyatakan bahwa :

“Saham adalah sertifikasi yang menunjukan bukti kepemilikan suatu perusahaan, dan pemegang saham memiliki hak klaim atas penghasilan dan aktiva perusahaan”

Sedangkan menurut BAPEPAM (Badan Pengawas Pasar Modal) :

“Saham adalah Sertifikat yang menunjukan bukti kepemilikan suatu perusahaan dan pemegang saham memiliki hak klaim atas penghasilan dan aktiva perusahaan”

Pengertian harga Saham yang diungkapkan oleh Sartono (2001 : 83) : “Harga Saham adalah nilai dari saham yang diharapkan memberikan keuntungan dikemudian hari.”

Sedangkan pengertian saham lainnya yang diungkapkan Bambang Riyanto (2001:204)

Saham adalah tanda bukti pengembalian bagian atau peserta dalam perseroan terbatas, bagi yang bersangkutan, yang diterima dari hasil penjualan sahamnya akan tetapi tertanam didalam perusahaan tersebut selama hidupnya, meskipun bagi pemegang saham sendiri bukanlah merupakan peranan permanen, karena setiap waktu pemegang saham dapat menjual sahamnya.


(35)

2.1.3.2 Jenis-jenis Saham

Menurut Darmadji dan fakhruddin (2006:7) jenis-senis saham diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Jenis saham dilihat dari segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim dibedakan menjadi :

a. Saham Biasa

Salam yang menempatkan pemiliknya paling yunior terhadap pembagian dividen, hak atas kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi. b. Saham Preferen

Saham yang memiliki karakteristik gabungan antaraobligasi dan saham biasa, karena bias menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi), tetapi juga bisa mendatangkan hasil seperti yang diharapkan investor. Saham preferen dipandang sebagai surat berharga dengan pendapatan tetap.

2. Jenis saham dilihat dari segi cara peralihannya dibedakan menjadi : a. saham atas unjuk (Bearer stock):

Pada saham tersebut tidak tertulis nama pemiliknya agar mudah dipindahtangankan dari satu investor ke investor lainnya. Secara hokum siapa pemegang saham tersebut, maka dialah yang diakui sebagai pemiliknya dan berhak untuk ikut hadir dalam rapat umum pemegang saham.

b. Saham atas nama (registered stock):

Merupakan saham yang ditulis dengan jelas siapa nama pemiliknya, dimana cara peralihannya harus melalui prosedur tertentu.


(36)

3. Jenis saham dilihat dari segi kinerja perdagangan dibedakan menjadi : a. Saham Unggulan (blue-chip stock)

saham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki reputasi tinggi, sebagai leader di industry sejenis, memilki pendapatan yang stabil dan konsisten dalam membayar dividen.

b. Saham Pendapatan (income stock)

Saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan membayar deviden lebih tinggi dari rata-rata deviden yang dibayarkan pada tahun sebelumnya. Emiten seperti ini biasanya mampu menciptakan pendapatan yang lebih tinggi dan secara teratur membagikan deviden tunai. Emiten ini tidak suka menekan laba dan tidak mementingkan potensi pertumbuhan harga saham.

c. Saham Pertumbuhan (growth stock)

saham-saham dari emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi, sebagai leader di industry sejenis yang mempunyai reputasi tinggi. Selain itu terdapat juga growth stocks yaitu saham dari emiten yang tidak sebagai leader dalam industry namun memiliki cara growth stocks. Umumnya saham ini berasal dari daerah dan kurang popular di kalangan masyarakat. d. Saham Spekulatif (speculative stock)

Saham suatu perusahaan yang tidak bisa secara konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi mempunyai kemungkinan penghasilan yang tinggi di masa yang akan dating, meskipun popular di kalangan emiten.


(37)

e. Saham Siklikal (cyclical stock)

saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum. Pada saat resesi ekonomi, harga saham ini tetap tinggi, dimana emitennya mampu memberikan dividen yang tinggi sebagai akibat dari kemampuan emiten dalam memperoleh penghasilan yang tinggi pada masa resesi. Emiten ini biasanya bergerak dalam produk yang sangat baik dan selalu dibutuhkan masyarakat seperti rokok dan consumer goods.

2.1.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Saham

Ada beberapa factor yang harus disadari oleh para pemain saham atau investor dalam menanamkan modalnya. factor-faktor tersebutlah yang menjadi salah satu daya yang memicu berfluktuasinya harga saham. ada factor yang bersifat mikro maupun makro. yang dimaksud dengan mikro adalah factor-faktor yang dampaknya hanya terhadap beberapa jenis saham saja. Sedangkan factor makro adalah factor penyebab yang berdampak pada semua jenis saham (keseluruhan bursa) termasuk perekonomian secara menyeluruh.

Menurut Arifin (2007 : 115) factor-faktor yang mempengaruhi pergerakan harga saham yaitu :

a. Kondisi fundamental Emiten

Faktor Fundamental adalah faktor yang berkaitan langsung dengan kinerja emiten itu sendiri. semakin baik kinerja emiten maka semakin besar pengaruhnya terhadapa kenaikan harga saham di pasaran. begitu juga sebaliknya, semakin menurun kinerja emiten maka semakin besar pengaruhnya dalam penurunan harga


(38)

saham sehingga para investor dapat memperhatikan kinerja emiten sebagai acuan untuk pengambilan keputusan dalam berinvestasi.

Saham-saham yang berpredikat blue chip, tentu salah satu tujuan para investor dikarenakan memiliki resiko yang sangat kecil. ini dikarenakan factor fundamental perusahaan sebagai emiten sangat baik.

b. Hukum Permintaan dan Penawaran

Faktor hukum permintaan dan penawaran menjadi faktor penting kedua setelah faktor fundamental karena para investor selalu memperhatikan kinerja perusahaan dari faktor ini. Transaksi-transaksi yang terjadi dalam seharian akan menjadi pertimbangan para investor dalam menambah ataun mengurangi jumlah saham yang dimiliki sehingga akan sangat berpengaruh terhadap harga saham dan jumlah lembar saham yang sedang beredar. Dengan demikian semakin tinggi jumlah penawaran terhadap saham tersebut maka akan menaikan harga saham tersebut.

c. Tingkat Suku Bunga (SBI)

Faktor suku bunga ini penting untuk diperhatikan karena rata-rata semua orang termasuk investor saham, selalu mengharapkan hasil yang lebih besar dari saham yang dimilikinya. Dengan adanya perubahan suku bunga, tingkat pengembalian hasil berbagai sarana investasi akan mengalami perubahan.

Yang dimaksud dengan suku bunga disini yaitu suku bunga yang diberlakukan oleh Bank Indonesia (BI) selaku bank sentral yang mengontrol dan mengawasi seluruh kegiatan perbankan. Namun suku bunga yang tinggi akan berdampak pada alokasi dana investasi para investor. Investasi produk bank


(39)

seperti deposito atau tabungan jelas lebih kecil resikonya dibandingkan investasi dalam bentuk saham. Karenanya para investor akan ramai-ramai menjual sahamnya dan dananya kemudian akan ditempatkan di bank. penjualan saham yang serentak ini akan berdampak pada penurunan harga saham dipasaran secara signifikan.

d. Valuta Asing

Dalam kehidupan perekonomian global yang terjadi dewasa ini hampir tidak ada satupun Negara di dunia yang bisa menghindari perekonomiannya dari pengaruh pergerakan valuta asing, khususnya terhadap pengaruh US Dollar. karena Dollar Amerika telah menjadi semacam mata uang internasional maka, mau tidak mau setiap Negara harus mengandalkan mata uang tersebut untuk perdagangan internasional.

Apabila suku bunga Dollar naik, para investor, terutama investor asing, mengharapkan hal yang sama. Mereka berbondong-bondong menjual saham yang mereka miliki untuk ditempatkan dalam perusahaan dalam bentuk Dollar. secara otomatis harga saham menjadi turun.

e. Dana Asing di Bursa

Dana asing di Bursa perlu diketahui karena memiliki pengaruh yang sangat besar. jika sebuah bura dikuasai oleh investor asing maka ada kecendrungan transaksi saham sedikit banyak tergantung pada investor asing tersebut. Investor local pun akan banyak menjadi pengikut investor asing.

jika semakin besar dana asing yang ditanamkan, hal itu akan menandakan bahwa kondisi investasi di Indonesia telah kondusif, yang berarti pertumbuhan


(40)

ekonomi tidak lagi negative yang tentu saja akan merangsang kemampuan emiten untuk mencetak laba. Sebaliknya, jika investasi asing berkurang, ada perkiraan bahwa mereka sedang ragu atas negeri ini, baik atas keadaan social politik maupun keamanannya. Jadi, besar kecilnya investasi dana asing di bursa akan sangat berpengaruh terhadap naik turunnya harga saham.

f. Indeks harga Saham gabungan (IHSG)

Sebenarnya IHSG lebih mencerminkan kondisi keseluruhan transaksi bursa saham yang terjadi jika dibandingkan menjadi ukuran kenaikan maupun penurunan harga saham. Karena bursa saham merupakan salah satu indicator perekonomian sebuah Negara maka diperlukanlah sebuah standar perhitungan tentang transaksi yang terjadi dalam bursa sepanjang periode tertentu. Perhitungan ini yang akan dipergunakan sebagai tolak ukur kondisi perekonomian dan investasi sebuah Negara. Untuk di Negara Indonesia khususnya, perhitungan tersebut adalah Indeks Harga Saham Gabungan.

g. News dan Rumors

Semua berita yang beredar dimasyarakat yang menyangkut berbagai hal baik itu masalah ekonomi, social, politik, keamanan, hingga berita seputar rencana reshuffle cabinet, semuanya disebut news dan rumors.


(41)

2.1.4 Hubungan Kesehatan Bank dan Suku Bunga dengan Harga Saham 2.1.4.1 Hubungan Kesehatan Bank dengan Harga Saham

Penilaian Tingkat Kesehatan Bank dan Perubahan suku Bunga yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia menjadi salah satu factor fundamental yang akan menjadi pertimbangan dalam keputusan berinvestasi bagi para investor dalam bermain di bursa saham. Tingkat Kesehatan bank akan menunjukan kinerja suatu bank apakah baik atau tidak. Sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Djoko Retnadi (2005:28) bahwa :

Kesehatan bank menjadi pertimbangan bagi investor dalam mengambil keputusan untuk berinvestasi di sector perbankan karena merupakan factor fundamental yang menunjukan kondisi keuangan bank. Analisis factor fundamental ini mencoba memperkirakan harga saham dimasa yang akan datang dengan mengestimasi nilai factor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham dimasa yang akan datang.

2.1.4.2 Hubungan Suku Bunga terhadap Harga Saham

Sedangkan tingkat suku bunga yang dikeluarkan Bank Indonesia akan mempengaruhi keputusan investor dalam berinvestasi karena semakin besar suku bunga yang diterapkan maka akan mengurangi keputusan berinvestasi dalam bentuk saham. Hal ini juga dikuatkan oleh teori yang dinyatakan oleh Eduardus Tandelilin (2010, 343) yaitu :

“Tingkat bunga yang tinggi merupakan sinyal negative terhadap harga saham. tingkat suku bunga yang tinggi menyebabkan investor menarik investasinya pada saham dan memindahkannya pada investasi berupa tabungan ataupun deposito.”


(42)

2.1.4.3 Hubungan Kesehatan Bank dan Suku Bunga terhadap Harga Saham Perubahan harga saham banyak dipengaruhi oleh factor-faktor fundamental yang terjadi didalam maupun diluar perusahaan. sehingga para investor harus jeli akan keadaan factor ini. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Arifin (2007:115) bahwa :

Ada beberapa Faktor yang dapat mempengaruhi harga saham, ada factor yang bersifat mikro dan ada juga yang bersifat makro. yang dimaksud dengan mikro adalah factor-faktor yang dampaknya hanya terhadap beberapa jenis saham saja sedangkan factor makro adalah factor yang berdampak pada semua saham (keseluruhan bursa). factor-faktor yang mempengaruhi harga saham tersebut adalah Kondisi Faktor fundamental, Hukum Permintaan dan Penawaran, Tingkat Suku Bunga, Valuta Asing, Dana Asing di Bursa, Indeks Harga Saham Gabungan, News dan Rumors.

2.1.5 Penelitian Terdahulu

a. Penelitian Januar Eko Prasetio dan Ario Danajaya (2008) menyatakan bahwa berdasarkan hasil uraian analisis maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara Loan to Deposit Ratio (LDR), Return On Asset (ROA), return On Equity (ROE), Biaya Operasional terhadap pendapatan Operasional (BO/PO), dan Capital Adequacy Ratio (CAR) bank pemerintah, bank swasta nasional, dn bank swasta asing. Tidak terdapat perbedaan harga saham pada bank pemerintah, bank swasta nasional, dan bank swasta asing. b. Penelitian Linna Ismawati dan Victorius Montolalu (2009) menyatakan bahwa

1. Kesehatan bank dilakukan untuk melihat apakah suatu bank dalam keadaan sehat atau tidak. Kesehatan bank diukur dengan menggunakan rasio keuangan CAMEL.


(43)

2. Harga Saham merupakan variable yang sangat sensitive yang dapat dipengaruhi oleh berbagai factor internal dan eksternal perusahaan.

3. Berdasarkan hasil penelitian kesehatan bank berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham.

c. Penelitian Jeni Susyanti, Iwan Triyuwono dan M. Umar Burhan (2003) menyatakan bahwa berdasarkan hasil pembahasannya dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1) EVA dan analisis rasio CAMEL dapat dijadikan indikasi potensi perbankan memprediksi kesehatan bank, hal ini dibuktikan dengan model fitting information.

2) EVA berpotensi lebih baik dari analisis rasio CAMEL dalam menjelaskan performance measurement antara bank sehat, BTO dan BBO.

3) EVA berpotensi dominan dalam menjelaskan pengkategorian antara bank sehat, BBO, dan BTO secara statistic belum dapat dibuktikan.

4) Melalui penelitian ini dapat dijelaskan bahwa penggunaan EVA dan analisis rasio CAMEL dapat dilakukan secara bersama-sama dalam memprediksi kesehatan bank.

d. Penelitian Sugeng Mulyono (2000) menyatakan bahwa berdasarkan analisis Bagian IV, maka kita bias uraikan beberapa implikasi sebagai berikut. Bagi investor dan analis yang akan melakukan investasi ataupun memprediksi harga saham, maka perlu menjadikan EPS dan tingkat bunga sebagai acuan dalam mengambil keputusan. Sebab, variasi harga saham ditentukan oleh perubahan kedua variable tersebut. Perhatian utama perlu diberikan pada


(44)

variable tingkat bunga, karena keterkaitannya mempunyai efek yang cukup kuat terhadap fluktuasi harga saham. Disamping itu, perlu juga memperhatikan factor teknikal seperti capital gain/loss, volume penjualan saham, harga saham dimasa lalu sebagai informasi tambahan dalam memprediksi harga saham agar dengan demikian validitas prediktifnya lebih akurat.

Bagi Emiten yang akan meningkatkan harga sahamnya di pasar modal, maka bias menempuh langkah memperbaiki kinerja perusahaan dengan meningkatkan EPS-nya. Bagi kalangan akademisi, simpulan diatas bias memperkuat studi empiris sebelumnya, menambah referensi di bidang manajemen keuangan dan memperkaya wacana tentang pengaruh EPS dan tingkat bunga terhadap harga saham.

bagi peneliti lanjutan, simpulan di atas memberikan bukti empiris yang bisa digunakan sebagai pijakan gagasan kearah penelitian yang lebih mendalam tentang harga saham. Akan lebih menarik bila dipertimbangkan variable yang bersifat kualitatif seperti stabilitas politik, suksesi kepemimpinan nasional dan sebagainya, disamping variable kuantitatif agar lebih mencerminkan keadaan yang sebenarnya; mengingat secara empiris harga saham dipengaruhi oleh berbagai macam variable.

e. This research investigated byMustafa Atikoğulları (2009). As a result of the CAMELS analysis, it can be argued that the components of profitability and the management quality of the banks have improved in the TRNC banking sector since the crisis whereas capital adequacy, asset quality and liquidity


(45)

level, have deteriorated which has raised concerns regarding the future of the banking sector especially investor confidence in investing in the stock market.

(Penelitian ini di teliti oleh Mustafa Atikogullari (2009) menyatakan bahwa sebagai hasil dari analisis CAMEL, dapat dikatakan bahwa komponen profitabilitas dan kualitas manajemen bank telah meningkat di sector perbankan TRNC sejak krisis. Sedangkan kecukupan modal, kualitas asset dan tingkat likuiditas, telah meningkatkan keprihatinan yang lebih parah mengenai masa depan sektor perbankan terutama kepercayaan investor dalam berinvestasi dipasar modal)

Tabel 2.4

Tabel Persamaan dan Perbedaan Penelitian

Peneliti dan Judul Persamaan Perbedaan

Analisis Kinerja Keuangan dan Harga Saham Perbankan di Indonesia.

(Januar Eko Prasetio & ario Dananjaya).

Variabel yang diteliti menggunakan Rasio CAMEL dan Harga Saham

Penelitian ini dilakukan hanya untuk melihat perbedaan antara LDR, ROE, ROA, BOPO dan CAR. juga Harga Saham.

Penelitian ini juga tidak membahas suku bunga. Pengaruh kesehatan Bank

terhadap Harga Saham pada PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk.

(Linna Ismawati & Victorius Montolalu).

Variabel yang diteliti menggunakan Rasio CAMEL (LDR, KAP1, BOPO dan CAR) dan Harga Saham

Penelitian ini hanya mengkaji kesehatan bank tidak membahas suku bunga. Serta perbedaan salah satu variable yang digunakan. Indikasi Potensi Economic

Value Added dan Analisis Rasio CAMEL dalam Memprediksi Kesehatan Bank yang Listing di Bursa Efek Jakarta.

(Jeni Susyanti, Iwan Triyuwono & M. Umar Burhan)

Variabel yang diteliti sama yaitu menggunakan Rasio CAMEL.

Penelitian ini menggunakan Rasio EVA (Economic Value Added) namun tidak membahas Suku Bunga.


(46)

Pengaruh Earning Per Share (EPS) dan Tingkat Bunga terhadap Harga Saham. (Sugeng Mulyono)

Variabel yang digunakan yaitu Tingkat Bunga dari Bank Indonesia

Penelitian ini menggunakan Earning Per Share (EPS) namun tidak membahas Tingkat kesehatan bank. An analysis of the Northern

Cyprus Banking Sector in Post-2001 Period Through the CAMELS Approach. (Mustafa Atikogullari)

Variabel yang diteliti sama yaitu menggunakan Rasio CAMEL.

Ada perbedaan beberapa indicator yang digunakan.

2.2 Kerangka Pemikiran

Lembaga perbankan saat ini masih merupakan lembaga keuangan yang memiliki peran strategis dalam penyediaan dana yang dihimpun dari masyarakat guna menjalankan kegiatan pembangunan nasional.

Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. kemudian bank juga dikenal sebagai tempat untuk meminjam uang (kredit) bagi masyarakat yang membutuhkannya. di samping itu juga dikenal sebagai tempat menukar uang, memindahkan uang atau menerima segala macam bentuk pembiayaan dan setoran seperti pembayaran listrik, telepon, air, pajak, uang kuliah, dan pembayaran lainnya (Kasmir, 2000:11)

Menurut Undang-undang No.7 tahun 1992 yang disempurnakan menjadi Undang-undang No.10 tahun 1998 tentang pengertian bank adalah sebagai berikut : “Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dai masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam angka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.”

Dari pengertian diatas, kita dapat melihat bahwa pada dasarnya bank memiliki dua kegiatan pokok yaitu :


(47)

1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan (sebagai sarana mobilisasi dana)

2. menyalurkan dana yang diperoleh darri masyarakat tersebut kepada pihak-pihak yang memerlukannya (Aktivitas kredit).

Dalam melaksanakan kedua kegiatan pokok tersebut, bank harus dapat memelihara kepercayaan yang diberikan masyarakat. kepercayaan tersebut dapat diciptakan dengan adanya suatu pelayanan yang baik, terjaminnya dana nasabah pada bank dan adanya pengelolaan kredit sebagai usaha bank yang utama dengan memenuhi prinsip kehati-hatian.

Kinerja perbankan dapat dinilai dari beberapa indikator. salah satu indikator utama yang dijadikan dasar penilaian adalah laporan keuangan bank tersebut. Oleh karena itu pihak manajemenn bank sangat dianjurkan untuk menjaga kepercayaan dengan cara terus meningkatkan kinerjanya diantaranya menjaga kualitas likuiditasnya, menjamin kecukupan modal dan pemanfaatan asset-nya secara optimal.

Dalam menentukan sehat atau tidaknya suatu bank dalam menjalankan operasionalnya salah satunya dengan cara melakukan menganalisis tingkat kesehatan bank dengan menggunakan rasio CAMEL (Capital, Asset, Management, Earning and Liquidity)

Pengertian kesehatan bank menurut Y. Sri Susilo (2000 : 22);

“Kesehatan bank merupakan kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua


(48)

kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku”

Penilaian faktor pemodalan (Capital) melihat pada Surat Edaran Bank Indonesia No. 26/BPPN menggunakan indikator Capital Adequecy Ratio (CAR) yang didapatkan dari perbandingan antara modal terhadap aktiva tertimbang menurut resiko. nilai aktiva berimbang menurut resiko dapat dilihat langsung dari laporan keuangan.

Penilaian komponen kualitas aktiva produktif (Asset Quality) ditujukan untuk menjaga kelangsungan usaha suatu bank, karena dari perhitungan rasio kualitas aktiva produktif dapat menunjukan seberapa besar aktiva produktif yang tidak dikembalikan atau menjadi kerugian bank.

Penilaian terhadap komponen manajemen (Management) merupakan penilaian terhadap kemampuan bank mengelola dana bank dalam upaya menghimpun atau menyalurkan dana yang ada, serta mengkoordinasikan potensi lain yang terdapat dalam bank guna mencapai tujuan tertentu yang biasanya adalah pencapaian laba.

Penilaian rentabilitas (Earning) dimaksud untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank. penilaian rentabilitas berdasarkan Surat Edaran BI No.6/23/DPNP menggunakan indikator rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO). BOPO dihitung berdasarkan rasio biaya operasional dalam dua belas bulan terakhir terhadap pendapatan operasional dalam periode yang sama.


(49)

Penilaian likuiditas (Liquidity) menggunakan indikator Loan to Deposit Ratio (LDR). LDR diperolah dengan membandingkan antara seluruh pendapatan (kredit) dengan seluruh dana yang berhasil dihimpun ditambah modal sendiri.

Suku bunga adalah salah satu faktor yang sangat berpengaruh dalam perekonomian suatu negara selain kesehatan bank. Suku bunga dapat mempengaruhi keseimbangan antara simpanan masyarakat dan investasi pada sektor perbankan, selanjutnya mempengaruhi jumlah lapangan kerja dan tingkat pengangguran. Lebih jauh lagi implikasinya dapat mempengaruhi pendapatan masyarakat. Hal tersebut biasa disebut multiplier effect. Karena itu penetapan tingkat suku bunga banyak mempertimbangkan berbagai faktor yang akan menjadi akibat yang akan terjadi dari penetapan tingkat suku bunga tersebut.

Kenaikan atau penurunan suku bunga dalam bursa efek juga sangat terasa imbasnya terutama terhadap saham-saham perbankan yang dalam hal ini berfungsi sebagai lembaga intermediasi, yaitu lembaga penyalur kredit kepada masyarakat. Tingginya suku bunga dan biaya operasional berdampak negatif terhadap kemampuan perusahaan perbankan dalam memenuhi kewajibannya sehingga menurunkan kualitas kredit perbankan.

Kenaikan tingkat suku bunga akan mengakibatkan dampak psikologis kepada investor saham-saham perbankan, karena dinilai beresiko sehingga menurunkan permintaan sehingga harga menjadi rendah, dan pada akhirnya mempengaruhi tingkat keuntungan saham-saham tersebut.

Hubungan antara tingkat suku bunga dengan perubahan Harga Saham, apabila tingkat bunga tinggi maka pemilik modal memilih menabung di Bank.


(50)

Harga saham sulit diprediksi karena dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti tingkat suku bunga, inflasi, kondisi ekonomi nasional, kondisi politik, keamanan, kebijakan pemerintah, dan lain-lainnya.

Industri perbankan umumnya mendapatkan dana masyarakat melalui deposit, tabungan dan giro yang disetorkan oleh para nasabah. namun ada pula pembiayaan perbankan dihasilkan dari pinjaman komersial, obligasi dan penyetaan saham di pasar modal. seorang investor menginginkan nilai saham yang dimilikinya terus naik dan mendapatkan keuntungan yang besar.

Pengertian Saham menurut Abdul Kadir (2003 : 255) :

“Saham adalah surat berharga bukti penyetoran modal pada perseroan terbatas (PT) yang menerbitkan hak kepada pemegangnya sebagaimana diatur dalam Undang-undang No.1 tahun 1995 tentang Perrseroan Terbatas, dan selanjutnya dengan UUPT.”

Sedangkan menurut BAPEPAM (Badan Pengawas Pasar Modal) :

“Saham adalah Sertifikat yang menunjukan bukti kepemilikan suatu perusahaan dan pemegang saham memiliki hak klaim atas penghasilan dan aktiva perusahaan.”

pengertian harga Saham yang diungkapkan oleh Sartono (2001 : 83) : “Harga Saham adalah nilai dari saham yang diharapkan memberikan keuntungan dikemudian hari.”

Dari keterangan yang telah diuraikan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kerangka pemikiran pada penelitian ini dapat dilihat pada gambar dibawah ini.


(51)

Gambar 2.1 Kerangka penelitian

Dengan melakukan analisis teknikal dan fundamental terhadap bank, para investor akan mendpatkan keputusan untuk menyimpan atau berinvestasi dengan mempetimbangkan tingkat kesehatan bank dan perubahan tingkat suku bunga yang di keluarkan oleh Bank Indonesia. karena kedua factor tersebut sangat berperan dalam memberikan keputusan berinvestasi khususnya di dunia perbankan. hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Arifin (2007:115) bahwa :

BI Rate

Kesehatan

Bank

Modal Saham

(Harga Saham)

Aktivitas Bank

Bank Indonesia

Lembaga Keuangan Bank

Menyalurkan Dana Pinjaman

Kredit

Kinerja Bank Capital Asset Quality Management

Earning Liquidity

Menghimpun Dana Dana Pihak ke 1 Dana Pihak ke 2 Dana Pihak ke 3


(52)

Ada beberapa Faktor yang dapat mempengaruhi harga saham, ada factor yang bersifat mikro dan ada juga yang bersifat makro. yang dimaksud dengan mikro adalah factor-faktor yang dampaknya hanya terhadap beberapa jenis saham saja sedangkan factor makro adalah factor yang berdampak pada semua saham (keseluruhan bursa). factor-faktor yang mempengaruhi harga saham tersebut adalah Kondisi Faktor fundamental, Hukum Permintaan dan Penawaran, Tingkat Suku Bunga, Valuta Asing, Dana Asing di Bursa, Indeks Harga Saham Gabungan, News dan Rumors. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai seberapa besar pengaruh tingkat kesehatan bank dan perubahan suku bunga yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia terhadap Harga Sahamnya di Bursa Efek.

Gambar 2.2 Paradigma penelitian

(Djoko Retnadi, 2005:28) Teori Penghubung

(Arifin, 2007:115) Teori Penghubung

(Tandelilin, 2010:343) Teori Penghubung

Closing Price (Tjiptono Darmadji dan

Hendy M, 2001:5) Variabel Y Harga Saham 1. CAR 2. BDR 3. MANAJEMEN 4. BOPO 5. ROA 6. LDR

(Y. Sri Susilo, 2000:22) Variabel X1 Tingkat Kesehatan Bank

 BI Rate

(Dahlan Siamat, 2005:139) Variabel X2 Tingkat Suku Bunga


(53)

2.3 Hipotesis

Dengan bertambah baiknya tingkat kesehatan yang dimiliki oleh bank dan penurunan suku bunga yang di keluarkan oleh kebijakan Bank Indonesia maka akan semakin baik pula kemampuan bank dalam menghasilkan laba atau keuntungan. kondisi tersebut diharapkan akan menarik para investor untuk menanamkan modalnya pada sektor perbankan. semakin banyak investor yang menanamkan modalnya disektor perbankan, berarti kinerja saham perbankan mengalami peningkatan.

Hipotesis adalah anggapan sementara yang harus diuji kebenarannya. Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Tingkat Kesehatan pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk berpengaruh positif terhadap Harga Saham PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk.

2. Tingkat Suku Bunga Bank Indonesia (BI Rate) berpengaruh negatif terhadap Harga Saham PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk.

3. Jadi, Tingkat Kesehatan pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk dan Tingkat Suku Bunga Bank Indonesia (BI Rate) berpengaruh yang signifikan terhadap Harga Saham PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk.


(54)

48 BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Objek penelitian yang menjadi focus penulis dalam melakukan penelitian ini yaitu analisis tingkat kesehatan bank dan tingkat suku bunga dan harga saham pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. Penelitian ini untuk mengetahui besarnya pengaruh tingkat kesehatan bank dan tingkat suku bunga terhadap harga saham pada perusahaan bank tersebut dalam kurun waktu 2005-2010.

3.2 Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan suatu cara penulis dalam menganalisis data. Pengertian dari Metode Penelitian adalah sebagai berikut:

Metode penelitan menurut Sugiyono(2010:4) adalah sebagai berikut : Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dibuktikan, dan dikembangkan suatu pengetahuan sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah. Metode penelitian menurut Sujoko Efferin, Stevanus Haddi Darmadji, dan Yuliawati Tan (2004:7) menjelaskan bahwa :

“Metode Penelitian merupakan bagian dari metodologi yang secara khusus mendeskripsikan tentang cara mengumpulkan dan menganalisis data.”

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa metode penelitian merupakan suatu teknik atau cara pemecahan masalah penelitian yang dilaksanakan secara terencana dan cermat dengan maksud mendapatkan fakta dan


(55)

49

kesimpulan agar dapat mencari, memperoleh, mengumpulkan, mencatat data, baik primer maupun sekunder yang dapat digunakan untuk proses penyusunan karya ilmiah dan sejenisnya dan kemudian menganalisa faktor-faktor yang berhubungan dengan pokok-pokok permasalahan sehingga akan didapat suatu kebenaran atau data yang akan diperoleh.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dan verifikatif dengan pendekatan kuantitatif.

Menurut Sugiyono (2010:147) mengemukakan :

Metode analisis deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.

Sedangkan penelitian verifikatif menurut Masyhuri (2008:45) adalah ”Memeriksa benar tidaknya apabila dijelaskan untuk menguji suatu cara dengan atau tanpa perbaikan yang telah dilaksanakan di tempat lain dengan mengatasi masalah yang serupa dengan kehidupan.”

Definisi kuantitatif menurut Mudrajat Kuncoro (2001:1-2) :

Metode kuantitatif adalah pendekatan ilmiah terhadap pengambilan keputusan manajerial dan ekonomi, dimana pendekatan ini terdiri atas perumusan masalah, menyusun model, mendapatkan data, mencari solusi, menguji solusi, menganalisa hasil dan mengimplementasikan hasil.

Metode tersebut di atas bertujuan untuk membuat suatu uraian secara sistematis mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat dari objek yang diteliti kemudian menggabungkan antar variabel yang terlibat di dalamnya.


(56)

50

Berdasarkan konsep diatas, maka dapat disimpulkan bahwa metode deskriptif verifikatif dengan pendekatan kuantitatif merupakan metode yang bertujuan menggambarkan benar tidaknya fakta-fakta yang ada serta menjelaskan tentang hubungan antar variabel yang diselidiki dengan cara mengumpulkan data, mengolah, menganalisis, dan menginterpretasi data dalam pengujian hipotesis statistik. Dalam penelitian ini, metode deskriptif verifikatif tersebut digunakan untuk menguji lebih dalam mengenai analisis Tingkat Kesehatan Bank, dan Tingkat Suku Bunga pengaruhnya terhadap Harga Saham serta menguji teori dengan pengujian suatu hipotesis apakah diterima atau ditolak.

Untuk terlaksananya penelitian dalam metode di atas, diperlukan data sebagai bahan penyesuaian antara teori dan harapan dengan kenyataan yang ada. Untuk hal tersebut diperlukan verifikasi data yang dibutuhkan, selanjutnya diadakan teknik pengumpulan data sebagai langkah-langkah untuk mendapatkan data yang baik, dibuatlah kerangka analisis data.

Metode deskriptif digunakan untuk menjelaskan kondisi tingkat kesehatan bank, tingkat suku bunga dan harga saham pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. Sedangkan metode verifikatif digunakan untuk menguji pengaruh tingkat kesehatan bank dan tingkat suku bunga terhadap harga saham pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk.


(1)

112 5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan data yang ada pada bab sebelumya, yaitu mengenai pengaruh Tingkat Kesehatan bank dan Tingkat Suku Bunga terhadap Harga Saham pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Nilai Tingkat kesehatan pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk dari periode tahun 2005 mengalami peningkatan sampai tahun 2010. Peningkatan ini disebabkan karena kinerja perusahaan yang terus mengalami kenaikan yang ditandai dengan semakin meningkatnya laba perusahaan, kemampuan dalam likuiditas dan kondisi manajemen perusahaan yang semakin membaik

2. Tingkat Suku Bunga adalah salah satu faktor yang mempengaruhi pergerakan harga saham. Suku Bunga yang digunakan adalah suku bunga yang dikeluarkan oleh kebijakan moneter Bank Indonesia (BI Rate). Perkembangan suku bunga yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia mengalami fluktuasi dengan terjadinya penurunan yang signifikan dari tahun 2005 sampai 2007. Namun pada tahun 2008, tingkat suku bunga mengalami kenaikan kembali dikarenakan adanya krisis keuangan global yang mengharuskan pemerintah meningkatkan suku bunga (BI Rate) sehingga dapat mengatasi dampak dari krisis global tersebut.


(2)

113

3. Perkembangan harga saham yang terjadi pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk mengalami peningkatan yang signifikan dari periode tahun 2005 sampai dengan 2010. Namun pertengahan periode yaitu pada tahun 2008 mengalami penurunan harga saham disebabkan adanya krisis keuangan global yang terjadi sehingga sangat berpengaruh terhadap keadaan keuangan global. Juga mempengaruhi terhadap sikap para investor sehingga mereka khawatir dengan keadaaan ini dan beramai-ramai mengambil dana investasinya sehingga pada umumnya semua harga saham yang ada di bursa efek mengalami penurunan yang sangat signifikan. Begitu juga yang terjadi pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. Selain tingkat kesehatan bank (faktor internal) dan tingkat suku bunga (faktor eksternal) yang dapat mempengaruhi pergerakan harga saham, terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhinya antara lain : hukum permintaan dan penawaran, Valuta Asing, dana asing di bursa, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), serta News dan Rumors.

4. Secara parsial, Tingkat kesehatan bank berpengaruh signifikan terhadap harga saham, begitu pula Tingkat Suku bunga berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Adapun secara simultan, tingkat kesehatan bank dan tingkat suku bunga berpengaruh tidak signifikan terhadap harga saham. Tingkat kesehatan bank (X1) dan tingkat suku bunga (X2) mempengaruhi harga saham (Y) selama tahun 2005 sampai dengan tahun 2010 adalah sebesar 72,58%. Sedangkan sisanya sebesar 27,42% dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya


(3)

seperti hukum permintaan dan penawaran, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Valuta Asing, dana asing di bursa efek serta News dan Rumors.

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian dan kesimpulan di atas, penulis mencoba memberikan saran bagi PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk sebagai bahan pertimbangan perusahaan maupun untuk pihak lainnya mengenai Tingkat Kesehatan Bank, Tingkat Suku Bunga dan Harga Saham, yaitu sebagai berikut :

1. Sebaiknya, PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk selalu meningkatkan dan mempertahankan kinerja perusahaan, baik dari kecukupan modal, kualitas aset, pencapaian laba, kemampuan liquiditas, dan manajemen yang produktif agar tingkat kesehatan bank ada dalam posisi yang sehat.

2. Sebaiknya, Bank Indonesia menurunkan tingkat suku bunga (BI Rate) khususnya yang berkaitan dengan sektor perbankan sehingga dapat meringankan nasabah dalam berinvestasi di dunia perbankan yang pada akhirnya dapat meningkatkan laba pada perusahaan perbankan tersebut. 3. Sebaiknya, PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk senantiasa selalu mengawasi

perkembangan saham yang beredar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, baik internal maupun eksternal agar pendanaan atau permodalan perusahaan dapat terjaga dengan baik.

4. Tingkat kesehatan bank dan tingkat suku bunga mempengaruhi harga saham, sehingga bagi manajemen perusahaan, variabel-variabel ini dapat dijadikan pertimbangan dalam menentukan harga saham bagi perusahaan sehingga


(4)

115

dapat menentukan besarnya harga saham yang sesuai agar dapat menghasilkan profit yang optimal bagi perusahaan.


(5)

116 Bandung: PT. Citra Adiya Bakto

Ali Arifin. (2007). Membaca Saham. Yogyakarta: Andi

Bambang Riyanto. (2001). Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi 4. Yogyakarta: BPEE

Bank mandiri. (2010). Prestasi Bank Mandiri. Melalui

<http://www.bankmandiri.co.id/article/prestasi.asp> (10 Februari 2011) Bank Indonesia. (2010). Laporan Keuangan Publikasi Bank Konvensional.

Melalui<http://www.bi.go.id/web/id/Publikasi/Laporan+Keuangan+Publik asi+Bank/Bank/Bank+Umum+Konvensional/>.(10 Februari 2011)

Dahlan Siamat. (2005). Manajemen Lembaga Keuangan. Edisi ke Empat. Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI

Djoko Retnadi. (2005). Memilih Bank Yang Sehat. Jakarta: Elex Komputindo Eduardus Tandelilin. (2010). Portofolio dan Investasi-Teori dan Aplikasi.

Yogyakarta: Kanisius

Januar Eko dan Ario Dananjaya. (2008). Analisis Kinerja Keuangan dan Harga Saham perbankan di Indonesia. Jurnal keuangan dan Perbankan, Vol 12, No 3. Yogyakarta

Jeni susyanti, Dkk. (2003). Indikasi Potensi Economic Value added dan Analisis Rasio Camel dalam Memprediksi Kesehatan Bank yang Listing di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Aplikasi Manajemen, Vol 1, No 3. Malang

Jonathan Sarwono. (2006). Panduan Cepat dan Mudah SPSS 14. Yogyakarta: Andi

Kasmir. (2000). Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Linna Ismawati dan Victorius Montolalu. (2009). Pengaruh Kesehatan Bank terhadap Harga Saham pada PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk. Jurnal Riset Bisnis & Manajemen, Vol 1, No 1. Bandung


(6)

117

Mudradjad Kuncoro. (2001). Metode Kuantitatif Teori dan aplikasi Untuk Bisnis dan Ekonomi. Edisi Pertama. Yogyakarta: Penerbit UPP AMP YPKN Mustafa atikogullari. (2009). An Analysis of the Northern Cyprus banking Sector

in the Post-2001 Period Through the CAMELS Approach. International Research Journal of Finance and Economics. Siptus Utara

R. Agus Sartono. (2001). Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Edisi Empat. Yogyakarta: Penerbir BP FE

Sugeng Mulyono. (2000). Pengaruh Earning Per Share (EPS) dan Tingkat Bunga terhadap Harga Saham. Jurnal Ekonomi dan Manajemen. Vol 1, No 2. Malang

Sugiyono. (2010). “Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D”. Bandung: Alfabeta

Tjiptono Darmadji & Hendy M.Fakhruddin. 2006. Pasar Modal Indonesia : Pendekatan Tanya Jawab. Jakarta: Salemba Empat

Tri setiyanto. (2008). Dampak Krisis Financial USA terhadap Indonesia. Melalui <http://trisetiyanto.wordpress.com/2008/10/15/dampak-krisis-financial-usa-terhadap-indonesia-kumpulan-artikel > (10 Februari 2011)

Umi Narimawati. (2008). Metodologi penelitian Kualitatif dan Kuantitatif: Teori dan Aplikasi. Bandung

Veithzal Rivai. (2007). Bank and Financial Institution Management. Jakarta: PT. Raja Grapindo Persada

Victorius Montolalu. (2009). Pengaruh Tingkat Kesehatan Bank Terhadap Harga Saham pada PT. Bank Negara Indonesia, Tbk. Skripsi. Bandung: FE UNIKOM

Y. Sri Susilo. (2000). Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: Salemba Empat


Dokumen yang terkait

Analisis Tingkat Kesehatan Pt. Bank Mandiri (Persero) Tbk Dengan Metode Camel

25 217 55

Pengaruh Tingkat Suku Bunga Kredit Terhadap Laba Pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk. Unit Brigjend Katamso Medan

28 213 44

Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi Dan Tingkat Suku Bunga Terhadap Pertumbuhan Deposito Pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk, KC Balai Kota Medan

6 82 67

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN PT BANK MANDIRI (Persero) Tbk.

0 12 51

Pengaruh Rasio Hutang Dan Tingkat Suku Bunga (SBI) Terhadap Harga Saham Pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk Bandung

2 8 140

Pengaruh inflasi suku bunga Bank Indonesia terhadap tingkat pengembalian aset dan harga saham pada PT.Bank Negara Indoensia (persero) Tbk periode Juni 2005-September 2012

0 3 1

ANALISIS PENGARUH KURS, TINGKAT SUKU BUNGA, DAN INFLASI TERHADAP PERGERAKKAN INDEKS Analisis Pengaruh Kurs, Tingkat Suku Bunga, Dan Inflasi Terhadap Pergerakkan Indeks Harga Saham (Studi Kasus Pada Pt Bank Mandiri (Persero) Tbk Periode 2013-2015).

0 3 15

ANALISIS PENGARUH KURS, TINGKAT SUKU BUNGA, DAN INFLASI TERHADAP PERGERAKKAN INDEKS Analisis Pengaruh Kurs, Tingkat Suku Bunga, Dan Inflasi Terhadap Pergerakkan Indeks Harga Saham (Studi Kasus Pada Pt Bank Mandiri (Persero) Tbk Periode 2013-2015).

0 2 14

PENDAHULUAN Analisis Pengaruh Kurs, Tingkat Suku Bunga, Dan Inflasi Terhadap Pergerakkan Indeks Harga Saham (Studi Kasus Pada Pt Bank Mandiri (Persero) Tbk Periode 2013-2015).

0 4 7

Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga Bank Indonesia & Inflasi terhadap Kinerja Keuangan PT. Bank Mandiri, Tbk Periode 2008-2011.

0 0 28