Grafik Pengaruh interaksi Aplikasi kompos T. diversifolia dan kompos Grafik interaksi Aplikasi kompos T. diversifolia dan kompos C.odorata dan Grafik Hubungan pH-tanah terhadap P-Tersedia akibat aplikasi kompos

11 DAFTAR GAMBAR No. Hal.

1. Grafik Pengaruh interaksi Aplikasi kompos T. diversifolia dan kompos

C.odorata dan campurannya pada masa pengomposan yang berbeda terhadap pHTanah……………………………………………………………………..22

2. Grafik interaksi Aplikasi kompos T. diversifolia dan kompos C.odorata dan

campurannya pada masa pengomposan yang berbeda terhadap P- tersedia….24

3. Grafik Hubungan pH-tanah terhadap P-Tersedia akibat aplikasi kompos

T. diversifolia dakompos……………………………………………………26 Universitas Sumatera Utara 4 ABSTRACT The aims of research was to studied about the aplication effect of Tithonia diversifolia compost and Chromolaena odorata compost in using Trichoderma harzianum decomposer on Andisol in availabity P and their effect on the growth and nutrient uptake of maize. The experiment was conducted in a kasahouse and biology laboratory faculty of Agriculture, North Sumatera Universitas. It was arranged in randomized block designed faktorial consist of two factor with three replication. The first factor are compost consist of three compost there are T. diversifolia Td, C. odorata Co and combination T. diversifolia and C. odorata TdCo and the second factor are time of composting consist of 0 week W0, 4 weeks W1 and 8 weeks W2. The result showed that the effect application of compost indicated very significant effect increased soil availabe-P, P-plant uptake, dry weight of knob and indicated very significant effect decreased soil CN ratio also indicated significant effect increased soil pH, soil C-organic, dry weight of stem and root plant, but indicated not significant effect increased soil N-total and MPN. Time of composting factor indicated very significant effect increased soil availabe-P, soil N-total, MPN, dry weight of knob, stem, root, P-plant uptake, and indicated very significant effect decreased soil CN ratio also indicated significant effect increased soil pH and soil C-organic. The effect interaction of compost and time of composting factor indicated very significant effect increased soil availabe-P and indicated significant efect increased soil pH but indicated not significant effect increased soil N-total, MPN, dry weight of knob, stem, root, P-plant uptake, soil C-organic also indicated not significant effect decreased soil CN ratio Keywords: Tithonia diversifolia, Chromolaena odorata, Trichoderma harzianum, available-P in soil and P-plant uptake Universitas Sumatera Utara 5 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh aplikasi kompos Tithonia diversifolia dan Chromolaena odorata dengan menggunakan dekomposer Trichoderma harzianum terhadap ketersediaan P dan serapan hara P oleh tanaman jagung pada tanah Andisol. Penelitian ini dilakukan di rumah kasa serta di laboratorium biologi tanah, Fakulas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Rancangan yang digunakan pada penelitian ini disusun dalam Rancangan Acak Kelompok Faktorial yang terdiri dari 2 faktor dengan 3 ulangan. Faktor pertama yaitu kompos yang terdiri dari 3 jenis yaitu kompos T. diversifolia Td, C. odorata Co serta gabungan kompos T. diversifolia dan C. odorata TdCo. Faktor kedua yaitu waktu yang terdiri dari 0 minggu W0, 2 minggu W1 dan 4 minggu W2. Hasil penelitian menunjukkan aplikasi kompos berpengaruh sangat nyata meningkatkan P-tersedia tanah, serapan-P tanaman, berat kering tongkol dan berpengaruh sangat nyata menurunkan CN tanah serta berpengaruh nyata meningkatkan pH tanah, C-organik, berat kering tajuk dan akar tanaman, tetapi tidak berpengaruh nyata meningkatkan N-total tanah dan MPN. Faktor lama pengomposan berpengaruh sangat nyata meningkatkan P-tersedia tanah, N-total tanah, MPN, berat kering tongkol, akar, tajuk, serapan-p tanaman, dan berpengaruh sangat nyata menurunkan CN tanah serta berpengaruh nyata meningkatkan pH dan C-organik tanah. Interaksi antara kompos dan faktor lama pengomposan berpengaruh sangat nyata meningkatkan P-tersedia tanah dan berpengaruh nyata meningkatkan pH tanah, tetapi tidak berpengaruh nyata meningkatkan N-total tanah, MPN, berat kering tongkol, akar, tajuk, serapan-p tanaman, C-organik serta berpengaruh tidak nyata menurunkan CN tanah. Kata kunci: Tithonia diversifolia, Chromolaena odorata, Trichoderma harzianum, P-tersedia tanah dan Serapan-P tanaman Universitas Sumatera Utara 12 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris masih mengandalkan pasokan pupuk untuk meningkatkan produksi tanaman. Kebutuhan pupuk setiap tahun semakin meningkat, padahal hanya sebagian saja pupuk yang diberikan dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Seperti halnya pupuk P yang dipasok dalam bentuk TSP, SP36 dan Fosfat Alam sebagian besar tidak dapat dimanfaatkan oleh tanaman inilah permasalahan terbesar fosfat karena susah larut. Salah satu usaha untuk meningkatkan efisiensi pemupukan P adalah dengan penambahan bahan organik kompos untuk mengurangi penggunaan pupuk P dan meningkatkan efisiensi pemupukan P, namun fosfat di dalam bahan organik umunya rendah. Sehingga kebutuhan fosfat hanya sedikit dapat terpenuhi. Menurut Landau 2002 bahan organik dapat meningkatkan P dari fosfat alam namun ketersediaan tersebut rendah karena bahan yang terdekomposisi tersebut membutuhkan waktu yg lama. Pada lahan pertanian Desa Simpang Bage Kecamatan Silamakuta Kabupaten Simalungun ditemukan ketersediaan hara P yang sangat rendah 0-8,09 ppm P. Rendahnya ketersediaan hara P kemungkinan besar diakibatkan oleh mineral alofan yang dimiliki tanah Andisol. Bahan organik merupakan salah satu upaya untuk menekan daya fiksasi P oleh mineral alofan Hardjowigeno, 1993. Beberapa bahan organik kompos yang dimanfaatkan untuk meningkatkan P dalam tanah yaitu tanaman semak belukar ini hanyalah gulma Universitas Sumatera Utara 13 yang banyak tumbuh di tepi jalan dan kebun yaitu Tithonia diversifolia dan Chromolaena odorata. Menurut hasil penelitan Hakim, dkk 2008, kompos Tithonia diversifolia dapat mengurangi kebutuhan pupuk buatan sebanyak 50 bagi tanaman melon, tomat, cabai, jahe, jagung, dan kedelai pada tanah Ultisol. Kompos Tithonia diversifolia mengandung 0,37 P, sehingga dapat digunakan sebagai salah satu sumber P bagi tanaman Hartatik, 2007. Menurut Hakim, dkk 2008, Tithonia diversifolia dapat menurunkan Al dan menaikkan pH tanah. Sehingga unsur hara Fosfor dapat tersedia. Dan menurut Jamilah 2006 membuktikan bahwa Chromolaena odorata mempunyai keunikan dapat berkembang dengan cepat, dan mampu tumbuh di lahan marginal dan kekurangan air dan potensial menjadi pupuk hijau pengganti pupuk buatan. Chromolaena odorata yang ditanam sebagai pagar lorong dengan jarak pagar 5 m, dan setiap tiga bulan dipangkas mampu menghasilkan 4 tonha bahan segar dan setara 1,2 tonha bahan kering yang setara dengan 73 kg Urea, 97 kg SP-36 dan 84 kg KCl Jamilah, 2006. Kompos Chromolaena odorata mengandung 2.42 N, 0.26 P, 50.40 C, 20.82 CN. Kastono 2005 mengatakan nilai kandungan hara pada kompos Chromolaena odorata lebih tinggi di bandingkan dengan kandungan pada pupuk kandang sapi. Dalam mempercepat pengomposan bahan organik dapat digunakan aktivator baik berupa peningkatan hara mampu meningkatkan populasi mikroorganisme pendekomposisian. Keanekaragaman mikroba tanah dapat dimanfaatkan sebagai dekomposer untuk mempercepat pengomposan. Menurut Rao 1994 terdapat lebih dari 2000 jenis bakteri dan 50 jenis fungi yang terkait dengan perombakan selulosa pada Universitas Sumatera Utara 14 pengomposan. Beberapa mikroba tersebut yaitu fungi jenis Aspergillus niger dan Trichoderma harzianum. Kedua jenis fungi ini mengandung posfor dan nitrogen. Menurut Mala dan Syafruddin 1999 menyatakan bahwa kompos jerami yang diberi bioaktivator Trichoderma harzianum sebanyak 10 tonha, mampu menekan penggunaan pupuk kimia buatan hingga 60 untuk tanaman padi. Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk meneliti tentang pengaruh pengomposan Tithonia diversifolia dan Chromolaena odorata serta campuran dengan menggunakan dekomposer Trichoderma harzianum dalam meningkatkan ketersediaan P serta hara P pada tanaman jagung menggunakan Andisol Desa Simpang Bage Kecamatan Silamakuta Kabupaten Simalungun. Tujuan penelitian • Untuk mengetahui pengaruh pemberian kompos Tithonia diversifolia dan Chromolaena odorata dan campurannya dengan menggunakan dekomposer Trichoderma harzianum pada Andisol terhadap P-tersedia, serapan P dan produksi tanaman jagung • Untuk mengetahui pengaruh masa pengomposan Tithonia diversifolia dan Chromolaena odorata dan campurannya dengan menggunakan dekomposer Trichoderma harzianum pada Andisol terhadap P-tersedia, serapan P dan produksi tanaman jagung • Untuk mengetahui pengaruh pemberian kompos dan masa pengomposan Tithonia diversifolia dan Chromolaena odorata dan campurannya dengan menggunakan dekomposer Trichoderma harzianum pada Andisol terhadap P-tersedia, serapan P dan produksi tanaman jagung Universitas Sumatera Utara 15 • Untuk mengetahui interaksi pemberian kompos Tithonia diversifolia dan Chromolaena odorata dan campurannya dengan menggunakan dekomposer Trichoderma harzianum pada Andisol terhadap P-tersedia, serapan P dan produksi tanaman jagung Hipotesis Penelitian • P-tersedia tanah pada tanaman jagung pada Andisol akan meningkat pada pemberian kompos Tithonia diversifolia dan Chromolaena odorata maupun campurannya dengan menggunakan dekomposer Trichoderma harzianum • Serapan hara P tanaman jagung pada Andisol akan meningkat pada pemberian kompos Tithonia diversifolia dan Chromolaena odorata maupun campurannya dengan menggunakan dekomposer Trichoderma harzianum • Populasi mikroorganisme tanaman jagung pada Andisol akan meningkat pada pemberian kompos Tithonia diversifolia dan Chromolaena odorata maupun campurannya dengan menggunakan dekomposer Trichoderma harzianum • Produksi tanaman jagung pada Andisol akan meningkat pada pemberian kompos Tithonia diversifolia dan Chromolaena odorata maupun campurannya dengan menggunakan dekomposer Trichoderma harzianum Universitas Sumatera Utara 16 Kegunaan Penelitian • Diharapkan hasil penelitian ini dapat berguna bagi kepentingan ilmu pengetahuan dan dapat dimanfaatkan pula bagi para petani untuk mengurangi penggunaan pupuk Posfor. • Sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Universitas Sumatera Utara 17 TINJAUAN PUSTAKA Kompos Kompos adalah hasil akhir suatu proses dekomposisi tumpukan sampahserasah tanaman dan bahan organik lainnya. Keberlangsungan proses dekomposisi ditandai dengan nisbah CN bahan yang menurun sejalan dengan waktu. Bahan mentah yang biasa digunakan seperti : daun, sampah dapur, sampah kota dan lain-lain dan pada umumnya mempunyai nisbah CN yang melebihi 30 Sutedjo, 2002. Beberapa manfaat pupuk organik adalah dapat menyediakan unsur hara makro dan mikro, mengandung asam humat humus yang mampu meningkatkan kapasitas tukar kation tanah, meningkatkan aktivitas bahan mikroorganisme tanah, pada tanah masam penambahan bahan organik dapat membantu meningkatkan pH tanah, dan penggunaan pupuk organik tidak menyebabkan polusi tanah dan polusi air Novizan, 2007. Kompos dibuat dari bahan organik yang berasal dari bermacam-macam sumber. Dengan demikian, kompos merupakan sumber bahan organik dan nutrisi tanaman. Kemungkinan bahan dasar kompos mengandung selulosa 15-60, enzi hemiselulosa 10-30, lignin 5-30, protein 5-30, bahan mineral abu 3-5, di samping itu terdapat bahan larut air panas dan dingin gula, pati, asam amino, urea, garam amonium sebanyak 2-30 dan 1-15 lemak larut eter dan alkohol, minyak dan lilin Sutanto, 2002. Penggunaan bahan organik pupuk organik perlu mendapat perhatian yang lebih besar, mengingat banyaknya lahan yang telah mengalami degradasi Universitas Sumatera Utara 18 bahan organik, di samping mahalnya pupuk anorganik urea, ZA, SP36, dan KCl. Penggunaan pupuk anorganik secara terus-menerus tanpa tambahan pupuk organik dapat menguras bahan organik tanah dan menyebabkan degradasi kesuburan hayati tanah Syafruddin, et al, 2008. Selain itu, Hakim 2008 menyatakan humus dapat pula meningkatkan seskuioksida, yaitu oksida-oksida Al dan Fe membentuk koloid protektif yang dapat mengurangi fiksasi P, sehingga P lebih tersedia bagi tanaman. Kompos ibarat multi-vitamin untuk tanah pertanian. Kompos akan meningkatkan kesuburan tanah, merangsang perakaran yang sehat. Kompos memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan kandungan air tanah. Aktivitas mikroba tanah yang bermanfaat bagi tanaman akan meningkat dengan penambahan kompos. Aktivitas mikroba ini membantu tanaman untuk menyerap unsur hara dari tanah dan menghasilkan senyawa yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman. Aktivitas mikroba tanah juga diketahui dapat membantu tanaman menghadapi serangan penyakit. lewat proses alamiah. Namun proses tersebut berlangsung lama sekali padahal kebutuhan akan tanah yang subur sudah mendesak. Oleh karenanya proses tersebut perlu dipercepat dengan bantuan manusia. Dengan cara yang baik, proses mempercepat pembuatan kompos berlangsung wajar sehingga bisa diperoleh kompos yang berkualitas baik Murbandono, 2000. Proses pengomposan melalui 3 tahapan dan proses perombakan bahan organik secara alami membutuhkan waktu yang relatif 3-4 bulan, mikroorganisme umumnya berumur pendek. Sel yang mati akan didekomposisi Universitas Sumatera Utara 19 oleh populasi organisme lainnya untuk dijadikan substrat yang lebih cocok dari pada residu tanaman itu sendiri. Secara keseluruhan proses dekomposisi umumnya meliputi spektrum yang luas dari mikroorganisme yang memanfaatkan substrat tersebut, yang dibedakan atas jenis enzim yang dihasilkannya Saraswati, dkk, 2006. Kompos Tithonia diversifolia Tithonia diversifolia merupakan tanaman yang banyak tumbuh sebagai semak di pinggir jalan, tebing, dan sekitar lahan pertanian. Tanaman ini telah menyebar hampir di seluruh dunia, dan sudah dimanfaatkan sebagai kompos oleh petani di Kenya, namun di Indonesia belum banyak dimanfaatkan Hartatik, 2007. Pupuk organik berupa kompos Tithonia diversifolia merupakan sejenis gulma yang dapat tumbuh di tanah-tanah terlantar, namun mengandung unsur hara yang tinggi terutama N, P, K yaitu 3.5, 0.38 dan 4.1 yang berfungsi untuk meningkatkan pH tanah, menurunkan Al-dd serta meningkatkan kandungan P, Ca dan Mg tanah Hartatik, 2007. Tithonia diversifolia segar terdiri dari 20 bahan kering dan berisi nitrogen 4,6 DM. Daun Tithonia diversifolia berkonsentrasi fosfor luar biasa besar 0,27-0,38 P. Kosentrasi tersebut lebih tinggi daripada tingkat yang ditemuka n pada tumbuhan polong kira-kira sebesar 0,15-0,20 posfor Wanjau, dkk, 2002. Menurut Hartatik 2007 bahwa pemberian Tithonia diversifolia pada tanah Ultisol untuk mensubstitusi N dan K pupuk buatan untuk meningkatkan pH tanah, menurunkan Al-dd, serta meningkatkan kandungan hara P, Ca, dan Mg tanah. Dari penelitian yang telah dilakukan Universitas Sumatera Utara 20 Hakim, dkk, 2008 kompos Tithonia diversifolia dapat menggantikan 50 pupuk buatan. Selain itu pemberian Tithonia diversifolia untuk meningkatkan kesuburan tanahproduktivitas lahan menurunkan Al, serta meningkatkan pH tanah, bahan.organik, kandungan hara N, P, K, Ca dan Mg tanah, sehingga meningkatkan produktivitas tanaman. Kompos Chromolaena odorata Tanaman Chromolaena odorata atau kirinyuh selama ini hanyalah merupakan tanaman gulma yang banyak tumbuh di tepi atau di dalam kebunpekarangan yang masih bera. Tanaman ini tergolong dari famili Asteraceae yang memiliki keunikan tanaman tersebut adalah dapat berkembang biak dengan cepat dan mudah sekali membentuk rumpun. Tanaman Chromolaena odorata mampu tumbuh dilahan marginal dan kekurangan air. Oleh karena banyaknya keunggulan dari sifat yang survive tersebut membuat tanaman tersebut berpotensi menjadi pupuk hijau sebagai pengganti pupuk buatan Jamilah, 2006. Chromolaena odorata merupakan tanaman potensial untuk di manfaatkan sebagai sumber bahan organik karena produksi biomassanya tinggi. Pada umur 6 bulan Chromolaena odorata menghasilkan biomassa sebesar 11,2 tonha dan setelah berumur 3 tahun mampu menghsilkan biomasa sebesar 277.7 tonha. Biomassa gulma ini mempunyai kandungan hara cukup tinggi 2,65 N, 0,53 P dan 1,9 K Suntoro et al, 1998. Pemberian Trichoderma harzianum pada pengomposan Chromolaena odorata dengan diberikan kronotriko menghasilkan ketersediaan N lebih tinggi dan berbeda nyata dibandingkan bioaktivator yang diberikan oleh kompos lainnya. Dan pengaruh jenis bioaktivator dan bahan pengaya nyata Universitas Sumatera Utara 21 terhadap pH. P-tersedia ppm dan P-total kompos sangat di tentukan dalam proses pembuatan kompos terhadap kualitas dan kandungan hara berbagai jenis kompos. Secara umum pengaya kompos gulma Chromolaena odorata yang hanya diberi tanah yang menghasilkan kadar P-total terendah hanya 1,65, dibandingkan dengan gulma Chromolaena odorata yang diberi guano. Sedangkan kadar P cukup tinggi mencapai 18 P 2 O 5 dari fosfat alam Wikimedia Fondution, 2007. Mikroba Pelarut Fosfat Salah satu alternatif untuk meningkatkan efisiensi pemupukan dalam mengatasi rendahnya fosfat tersedia dalam tanah adalah memanfaatkan kelompok mikroorganisme pelarut fosfat yang melarutkan fosfat tidak tersedia menjadi tersedia sehingga dapat diserap oleh tanaman. Pemanfaatan mikroorganisme pelarut fosfat dalam mengatasi masalah P pada tanah masam Rao dan Sinha, 1963. Pelarutan secara biologis terjadi karena mikrooganisme tersebut memang menghasilkan enzim fosfatase yang merupakan enzim yang akan dihasilkan oleh ketersediaan fosfat rendah, proses mineralisasi bahan organik, senyawa diuraikan menjadi bentuk fosfat anorganik yang tersedia bagi tanaman dengan enzim fosfatase. Enzim fosfatase dapat memutuskan fosfat yang terikat oleh senyawa- senyawa organik dalam bentuk tersedia Lynch, 1983. Beberapa peneliti membuktikan bahwa jenis-jenis fungi tertentu mempunyai kemampuan lebih dibandingkan bakteri, dalam melarutkan AlPO 4 berkisar 12-16 ppm AlPO 4 yang diberikan pada media pertumbuhan dimana Universitas Sumatera Utara 22 AlPO 4 merupakan bentuk P kecil sukar larut dibandingkan disumber P lainnya. Fungi pelarut P meningkatkan kadar fosfat terlarut hingga 27-47 Saraswati, dkk, 2006. Pada tanah-tanah masam fungi lebih mampu melarutkan AlPO 4 dibandingkan jamur. Aktivator selain mempercepat pengomposan, juga membuat hasil pengomposan menjadi sempurna dengan mutu yang baik, karena mengandung unsur-unsur hara yang diperlukan oleh tanaman Musmanar, 2003. Trichoderma harzianum Trichoderma harzianum secara umum fungi ini diklasifikasikan menjadi Phycomycetes, Ascomycetes, Basidiomycetes. Jenis jamur ini berfilamen dan berkembang hebat di tanah-tanah, beberapa diantaranya menyukai pH rendah. Jamur ini terdapat diseluruh horizon profil tanah tentu saja jumlah yang tersebar lapisan permukaan tempat bahan organik tersedia cukup aerasinya Buckman dan Brady, 1982. Trichoderma harzianum menghasilakan enzim β 1,3-Glucanase, chitinase, dan proteinase yang mampu berperan dalam menghancurkan bahan-bahan yang mengandung chitin, protein atau sebagai hiperparasit terhadap Rhizoctonia solani Trichodernma harzianum dapat beraktivitas mendekomposisi bahan-bahan selama masih adanya bahan organik yang dijadikan sumber makanan untuk mikroorganisme, dan mikroorganisme ini akan terus bekerja Anonimous, 2008. Protein yang tinggi dalam kompos ternyata begitu mudah terurai oleh Trichoderma harzianum sehingga menimbulkan tingginya kadar N-total pada kompos dan seiring hal tersebut menurunkan nilai C-organik kompos. Trichoderma harzianum efektif sebagai dekomposer pada bahan-bahan yang Universitas Sumatera Utara 23 tinggi kadar sellulosa. Hal ini disebabkan karena Trichoderma harzianum mampu menghasilkan enzim sellulase yang mampu menghidrolisis bahan-bahan yang mengandung kadar sellulosa yang tinggi Pengaplikasian kompos dengan perbedaan umur kompos dapat meningkatkan jumlah mikroorganisme tanah hal ini dikarenakan pemberian Trichoderma harzianum dan aktifitas mikroorganisme tersebut masih berlangsung untuk mendekomposisi bahan organik karena didalamnya terus terjadi penambahan sumber makanan untuk mikroorganisme Anonimous, 2008. Batuan Fosfat Defosit fosfat alam ditemukan diberbagai formasi geologi seperti defosit sedimen, batuan beku dan defosit metamorfosa sebagai mineral pengikut. Secara ekonomi defosit sedimen yang paling penting dan hampir 85. Efektivitasnya tergantung pada derajat kehalusan, kondisi tanah dan pertumbuhan tanaman Hasibuan, 2006. Batuan Fosfat mengandung 28 fosfor dalam bentuk P 2 O 5 . Pupuk ini terbuat dari fosfat alam dan sulfat. Berbentuk serbuk agak halus berwarna kuning kecoklatan. Sifatnya agak sulit larut di dalam air dan bereaksi lambat. Reaksi kimianya tergolong netral, tidak higroskopis dan tidak bersifat membakar Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kelarutan fosfat di tanah merupakan fungsi pH. Dalam kondisi pH rendah fosfat alam sulit larut dan kelarutan akan meningkat dengan meningkatnya pH. Pemberian hara P dalam bentuk fosfat alam pada lahan sulfat masam relatif lebih baik dibanding pemberian dalam bentuk Universitas Sumatera Utara 24 TSP. Sebaliknya pada tanah kapuran, pemberian P dalam bentuk TSP lebih baik dibanding fosfat alam Novizan, 2007. Andisol Andisol adalah tanah yang berkembang dari bahan vulkanik seperti abu vulkan, batu apung, sinder, lava dan sebagai bahan volkanistik, yang fraksi koloidnya di dominasi mineral. Sifat andik ditemukan pada kedalaman 60 cm teratas dari tanah mineral, dalam suatu lapisan yang tebalnya paling sedikit 35 cm, kecuali bila terdapat kedalaman kurang dari 35 cm Foth, 1994. Data analisis tanah Andisol dari berbagai wilayah, menunjukkan bahwa Andisol memiliki tekstur yang bervariasi dari berliat 30-65 sampai berlempung kasar 10-20 reaksi umumnya masam 5,6-6,5. Kandungan bahan organik lapisan atas sedang-tinggi, dan lapisan bawahnya rendah, dengan nisbah CN tergolong rendah 6-10, kandungan P dan K potensial bervariasi sedang sampai tinggi dari pada lapisan atas lebih tinggi dari pada lapisan bawahnya. Dengan demikian potensi kesuburan alami Andisol termasuk sedang sampai tinggi Pusat Penelitian Pengembangan Tanah dan Agroklimat, 2005. Tanah ini mempunyai sifat tanah andik, yaitu kadar bahan organik kurang dari 25 dan kandungan bahan amorf alofan, imogolit, ferrihidrit, atau senyawa komplek Al-humus cukup tinggi. Kandungan bahan amorf yang tinggi menyebabkan jerapan P di tanah Andisol sangat tinggi. Jerapan maksimum lapisan atas tanah Andisol paling tinggi dibandingkan tanah lainnya, seperti: Inceptisol, Ultisol, dan Oxisol. Akibatnya tanaman sering mengalami kekahatan P Universitas Sumatera Utara 25 walaupun kadar P total di tanah ini tinggi sehingga tanaman memerlukan P dalam jumlah banyak untuk mencapai pertumbuhan optimum Soil Survei Staff, 1998. Jagung Zea mays Iklim yang dikehedaki oleh sebagian besar tanaman jagung adalah daerah- daerah yang beriklim sedang hingga subtropistropis basah. Di daerah tropis juga banyak ditanami jagung. Jagung dapat tumbuh didaerah antara 0°-50° Lintang utara hingga antara 0°-40° Lintang selatan AAK,1993. Jagung dapat ditanam di Indonesia mulai dari dataran rendah sampai di daerah pegunungan yang memiliki ketinggian antara 1000-1800 m dpl. Jagung yang ditanam di dataran rendah di bawah 800 m dpl dapat berproduksi baik dan di atas 800 m dpl pun jagung masih bisa memberikan hasil yang baik pula Purwono dan Hartono, 2005. Aplikasi kompos Tithonia diversifolia berpengaruh nyata terhadap pH, C-organik, P-tersedia tanaman jagung serta berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan serapan-P jagung pada masa akhir vegetatif, hal ini dikarenakan kompos Tithonia diversifolia dapat mencukupi hara esensial untuk ketersediaan hara dan pertumbuhan tanaman jagung Pratama, 2009. Pemberian pupuk hijau Chromolaena odorata berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman jagung 5MST, namun tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 3MST, 7MST juga pada produksi jagung. Kombinasi Chromolaena odorata dan pupuk N dapat mempengaruhi sifat pertumbuhan dan nutrisi tanaman Damanik, 2009. Universitas Sumatera Utara 26 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan Laboratorium Biologi Tanah dan Rumah Kasa Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian ± 25 m diatas permukaan laut, serta penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2009- Juli 2010. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan adalah contoh tanah Andisol di Desa Simpang Bage Kecamatan Silamakuta Kabupaten Simalungun dengan titik koordinat Lintang Utara 02 56’ 14,1” dan Bujur Timur 098 33’ 12,8”. Sebelah timur berbatasan dengan Seribu Dolok, sebelah utara berbatasan dengan Sarang Padang, Sebelah Selatan berbatasan dengan Tongging, Sebelah Barat berbatasan dengan Simpang Merek yang diambil secara komposit pada kedalaman 20-40 cm, Tithonia diversifolia dan Chromolaema odorata sebagai bahan yang dikomposkan dan pupuk batuan alam Rock phosphate sebagai pengaya hara P, Trichoderma harzianum sebagai perombak bahan organik, media PDA cair dan padat sebagai tempat tumbuh Trichoderma harzianum, air sebagai pelarut dan bahan untuk keperluan analisis. Alat yang digunakan adalah cangkul, gembor, ember, plastik, serta peralatan laboratorium. Universitas Sumatera Utara 27 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok faktorial dengan dua faktor. Faktor Perlakuan I ialah kompos dengan 3 jenis kompos dengan dosis 20 tonha, faktor perlakuan ke II ialah Waktu dengan 3 taraf waktu, dengan 3 ulangan sehingga diperoleh unit percobaan sebanyak 3 x 3 x 3 = 27 unit percobaan. Fakor Perlakuan Kompos Faktor Perlakuan Waktu Pengomposan Td = Kompos T. diversifolia W0 = 0 minggu Co = Kompos C. odorata W1 = 2 minggu TdCo = Kombinasi Kompos W2 = 4 minggu Model Linier Rancangan Acak Kelompok : Yijk = µ + αi + βj + αβij + γk + єijk Dimana : Yijk = Respon tanaman yang diamati µ = Nilai tengah umum αi = Pengaruh taraf ke-i dari faktor T βj = Pengaruh taraf ke-j dari faktor W αβij = Pengaruh interaksi taraf ke-i dari faktor T dan taraf j dari faktor W γk = Pengaruh Blok єijk = Pengaruh galat taraf ke-i dari faktor T dan taraf j dari faktor W pada blok ke-k Universitas Sumatera Utara 28 untuk melihat respon bahan organik terhadap ketersediaan fosfat pada tanah Andisol maka dilakukan uji kontras linear ortogonal. Khusus untuk perlakuan tanpa pemberian bahan organik dengan semua perlakuan pemberian bahan organik pada masa pengomposan berbeda. Pelaksanaan Penelitian Persiapan Tanah Pengambilan contoh tanah dilakukan secara zig - zag lalu dikompositkan. Kemudian tanah dikeringudarakan dan diayak dengan ayakan 10 mesh Analisis Tanah Awal Tanah yang telah telah diayak lalu dianalisa KA nya untuk menentukan berat tanah yang dimasukkan ke tiap polibag setara dengan 10 Kg BTKO. Selain itu analisa yang dilakukan ialah pH H 2 O 1 : 2,5, P- tersedia Bray II, N total Metode Kjeldhal, K-dd me100 g NH 4 OAc pH 7, KTK cmol+kg NH 4 OAc pH 7, C-Organik tanah Walkley and Black dan Rasio CN Lampiran 1.. Pembuatan dekomposer Trichoderma harzianum Trichoderma harzianum diremajakan kembali dengan cara ditumbuhkan pada media PDA padat, diletakkan pada petridis dan diinkubasi sampai bersporulasi penuh, setelah itu di pindahkan ke dalam erlenmeyer yang berisi media PDA cair diambil menggunakan jarum ose dan diinkubasi sampai bersporulasi. Universitas Sumatera Utara 29 Bahan dasar kompos Biomassa yang tersedia pada daerah lahan Kopi di Desa Simpang Bage Kecamatan Silamahuta Kabupaten Simalungun adalah Tithonia diversifolia dan Chromolaena odorata. Analisa daun Tithonia diversifolia dan Chromolaena odorata dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 1. Analisis Tithonia diversifolia dan Chromolaena odorata Laboratorium Balai Pengkajian Teknologi Pertanian SUMUT 2009 No. Hara Tithonia diversifolia Chromolaena odorata 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. N P K Mg Cu ppm Zn ppm Mn ppm Fe ppm Pb ppm Cd ppm B ppm 2.09 0.46 2.90 0.38 Td 54 198 383 Td Td 294.29 2.65 0.72 4.09 0.48 Td 58 Td 279 Td Td 162.86 Keterangan: Td = Tidak Terdeteksi Dari jumlah ketersediaan T. diversifolia dan C. odorata maka kedua kompos ini sangat potensial digunakan sebagai bahan pembuatan kompos. Pengomposan Tithonia diversifolia dan Chromolaena odorata T. diversifolia dan C. odorata di cacah menjadi potongan-potongan kecil menggunakan mesin pemotong. Kemudian residu diletakkan dilantai semen datar dibuat tumpukan, tambahkan suspensi larutan Trichoderma SP sebanyak 10 mL inokulum cair 30 x 10 4 koloni per unit, diberikan dekomposer ini untuk setiap 1 Universitas Sumatera Utara 30 kg bahan kompos dan di berikan batuan fosfat lalu diaduk merata. Air diberikan secukupnya, setelah itu kompos ditutup dengan plastik, kelembaban dengan penutupan ini suhu kompos juga diharapkan meningkat sehingga proses pengomposan dapat berlangsung lebih sempurna dan cepat, kompos dibuka setiap seminggu sekali. Analisis Kompos Tithonia diversifolia dan Chromolaena odorata Kompos yang telah dibuat dianalisa KA, pH H 2 O dan Rasio CN pada jangka waktu 0, 14 dan 28 hari pengomposan. Aplikasi Kompos Tithonia diversifolia dan Chromolaena odorata Sebelum penanaman benih dilakukan aplikasi pupuk dasar Dosis Urea dan KCl yang diberikan berturut-turut adalah 200 ppm N 2,22 gpot dan 150 ppm K 2 O 1,5 gpotkompos dicampurkan rata dengan tanahsetelah itu pemberian kompos pada 0, 14 dan 28 hari pengomposan dimana dosis yang ditambahkan yaitu 20 tonHa atau 100gpot. Penanaman dan Pemeliharaan Tanaman Benih jagung ditanam 3 benih per polibag, setelah berumur 2 minggu dilakukan penjarangan dengan hanya meninggalkan satu tanaman saja yang paling baik. Pemeliharaan Tanaman Penyiraman dilakukan setiap hari sampai mencapai kondisi kapasitas lapang. Universitas Sumatera Utara 31 Pemanenan Pemanenan dilakukan setelah tanaman berumur 12-18 minggu. Bagian tajuk dipotong dan bagian akar diambil lalu dibersihkan dan dikeringkan untuk selanjutnya diovenkan. Dihitung berat kering tajuk dan berat kering akarnya serta berat kering tongkol jagung setelah diovenkan. Peubah Amatan Peubah amatan yang diukur meliputi: 1. Tanah • pH H 2 O 1 : 2,5 metode elektrometri diukur pada awal pengambilan tanah dan akhir fase generatif. • P-tersedia tanah ppm metode olsen diukur pada awal pengambilan tanah dan akhir fase generatif. • N-total tanah Metode Kjeldhal diukur pada awal pengambilan tanah dan akhir fase generatif. • C-Organik Tanah metode walkley and black diukur pada awal pengambilan tanah dan akhir fase generatif. • Jumlah Mikroorganisme dengan metode MPN di hitung pada awal suspensi diaplikasi dan akhir fase generatif. 2. Tanaman • Serapan P mgtanaman • Berat kering tajuk tanaman g • Berat kering akar tanaman g • Berat kering Tongkol jagung g Universitas Sumatera Utara 32 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

1. Sifat Kimia dan Biologi

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pupuk SP-36 Kompos Tithonia diversifolia Dan Vermikompos Terhadap Pertumbuhan dan Serapan P Tanaman Jagung (Zea mays L.) serta P-tersedia Pada Ultisol Simalingkar

4 44 65

Dampak Debu Vulkanik Letusan Gunung Sinabung Terhadap Ketersediaan Dan Serapan Hara P Oleh Tanaman Jagung Serta Terhadap Respirasi Mikroorganisme Pada Tanah Dystrandepts

3 88 65

Aplikasi kompos Tithonia diversifolia dan pupuk SP-36 terhadap pertumbuhan dan serapan tanaman jagung (Zea mays L.) serta ketersediaan fosfor pada Ultisol Mancang.

0 49 83

Penggunaan Kompos Chromolaena odorata dan Tithonia diversifolia Terhadap Sifat Fisik Tanah Tererosi Berat Di Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun

1 60 66

Penggunaan Kompos Chromolaena odorata dan Tithonia diversifolia Sebagai Pembenah Sifat Kimia Tanah Tererosi Berat di Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun

0 73 61

Evaluasi Status Hara N, P, K Dan C-Organik Yang Terangkut Erosi Akibat Penerapan Berbagai Teknik Mulsa Vertikal Di Lahan Miring Pada Pertanaman Jeruk (Citrus Sinensis) Di Desa Rumah Galuh Kecamatan Sei Bingei Kabupaten Langkat

0 33 42

Pengaruh Organisme P Dan P Dari Beberapa Sumber Terhadap Ketersediaan P Tanah, Serapan P Tanaman Dan Pertumbuhan Tanaman Lamtoro (Leucaena diversifolia) Di Tanah Typic Paleudult

0 22 79

Aplikasi Tithonia diversifolia dan Pupuk Kandang Ayam dengan Pupuk SP-36 Terhadap Serapan P dan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.) pada Tanah Ultisol Labuhan Batu Selatan

1 1 8

Aplikasi Tithonia diversifolia dan Pupuk Kandang Ayam dengan Pupuk SP-36 Terhadap Serapan P dan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.) pada Tanah Ultisol Labuhan Batu Selatan

0 0 3

Aplikasi Tithonia diversifolia dan Pupuk Kandang Ayam dengan Pupuk SP-36 Terhadap Serapan P dan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.) pada Tanah Ultisol Labuhan Batu Selatan

0 0 12