PENGARUH PERSEPSI PENGHUNI TERHADAP

BAB V PENGARUH PERSEPSI PENGHUNI TERHADAP

TRANSFORMASI BENTUK RUMAH TIPE 36 DI PERUMNAS MANDALA 5.1. Karakteristik Responden Tingkatan pemenuhan kebutuhan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain umur, pendidikan, suku, dan terutama tergantung pada tingkatan ekonomi seseorang. Semakin tinggi faktor-faktor pengaruh tersebut, maka akan semakin tinggi tingkat kebutuhan, pemahaman, serta penginterpretasian suatu rumah oleh penghuninya. Bila suatu tingkatan kebutuhan telah dicapai, maka biasanya keinginan want akan lebih mengarah pada sesuatu yang lebih tinggi dari yang telah dicapai tersebut. Newmark,1977. Faktor-faktor pengaruh tersebut dipakai sebagai variabel untuk penelitian yang dilakukan. Adapun hasil dari kuesioner yang telah dilakukan terhadap 120 sample yang telah disebarkan kepada para penghuni tetap Perumnas Mandala Medan tipe 36 dan rumahnya telah mengalami transformasi bentuk, maka karakteristik responden dapat diketahui: 5.1.1. Suku Penghuni Perumnas Mandala yang terletak di Kota Medan sesuai dengan data yang ada, terdiri dari berbagai suku yang sama dengan penghuni Kota Medan. Sesuai dengan survei yang telah dilakukan, frekwensi suku penghuni Universitas Sumatera Utara tersebut adalah 92 KK 76,7 suku Batak, 18 KK 15,0 suku Jawa, 7 KK 5,8 suku Nias sedangkan sisanya yaitu sebanyak 3 KK 2,5 adalah suku lainnya, antara lain Flores, Padang, dan lain sebagainya. tabel 5.1.. Tabel 5. 1. Frekuensi berbagai suku penghuni perumnas. Frekuensi Persentasi Persentasi Valid Persentasi Kumulatif Batak 92 76.7 76.7 76.7 Jawa 18 15.0 15.0 91.7 Nias 7 5.8 5.8 97.5 Lainnya 3 2.5 2.5 100.0 Suku Total 120 100.0 100.0 Sumber: Hasil olahan data survey memakai SPSS versi 18 5.1.2. Agama Agama yang dianut penghuni Perumnas Mandala seperti di Indonesia pada umumnya, juga menganut berbagai agama resmi yang ada di Indonesia. Sesuai dengan hasil kuesioner yang telah dilakukan, 26 KK 21,7 merupakan pemeluk agama Islam, 74 KK 61,7 pemeluk agama Kristen, 18 KK 15 pemeluk agama Katolik sedangkan sisanya yaitu sebanyak 2 KK 1,7 adalah pemeluk agama lainnya tabel 5.2.. Tabel 5. 2. Frekuensi penganut berbagai agama resmi. Frekuensi Persentasi Persentasi Valid Persentasi Kumulatif Islam 26 21.7 21.7 21.7 Kristen 74 61.7 61.7 83.3 Katolik 18 15.0 15.0 98.3 Lainnya 2 1.7 1.7 100.0 Agama Total 120 100.0 100.0 Sumber: Hasil olahan data survey memakai SPSS versi 18 Universitas Sumatera Utara 5.1.3. Pendidikan Distribusi tingkat pendidikan penghuni Perumnas Mandala sesuai dengan hasil kuesioner yang telah dilakukan, 1 KK 0,8 hanya berpendidikan sampai tamat Sekolah Dasar SD, 15 KK 12,5 berpendidikan sampai tamat Sekolah Menengah Pertama SMP, 69 KK 57,5 berpendidikan sampai tamat Sekolah Menegah Atas SMA atau sederajat, sedangkan sisanya yaitu sebanyak 35 KK 29,2 berpendidikan sampai tamat akademiuniversitas tabel 5.3.. Tabel 5. 3. Frekuensi tingkat pendidikan penghuni Frekuensi Persentasi Persentasi Valid Persentasi Kumulatif SD 1 0.8 0.8 0.8 SMP 15 12.5 12.5 13.3 SMA 69 57.5 57.5 70.8 AkademiPT 35 29.2 29.2 100.0 Tingkat Pendidikan Total 120 100.0 100.0 Sumber: Hasil olahan data survey memakai SPSS versi 18 5.1.4. Pekerjaan Distribusi pekerjaan penghuni Perumnas Mandala sesuai dengan hasil kuesioner yang telah dilakukan didominasi oleh pegawai swasta sebanyak 35 KK 29,2, disusul pegawai negeri dan wiraswasta masing-masing 22 KK 18,3, 8 KK 6,7 merupakan anggota TNIKepolisian, sedangkan sisanya yaitu sebanyak 33 KK 27,5 mempunyai pekerjaan lainnya tabel 5.4.. Universitas Sumatera Utara Tabel 5. 4. Frekuensi pekerjaan Frekuensi Persentasi Persentasi Valid Persentasi Kumulatif Wiraswasta 22 18.3 18.3 18.3 Pegawai Swasta 35 29.2 29.2 47.5 Pegawai Negeri 22 18.3 18.3 65.8 TNIPOLRI 8 6.7 6.7 72.5 Lainnya 33 27.5 27.5 100.0 Pekerjaan Total 120 100.0 100.0 Sumber: Hasil olahan data survey memakai SPSS versi 18 5.1.5. Penghasilan Distribusi penghasilan penghuni Perumnas Mandala sesuai dengan hasil kuesioner yang telah dilakukan terdiri atas 8 KK 6,7 berpenghasilan di bawah Rp. 500.000,-, 20 KK 16,7 berpenghasilan antara Rp. 500.000,- sampai dengan Rp. 999.000,-, 28 KK 23,3 berpenghasilan antara Rp. 1.000.000,- sampai dengan Rp. 1.499.000,-, 30 KK 25,0 berpenghasilan antara Rp. 1.500.000,-sampai dengan Rp. 2.000.000,-, sedangkan selebihnya berpenghasilan di atas Rp. 2.000.000,- yaitu sebanyak 34 KK 28,3 tabel 5.5.. Tabel 5. 5. Frekuensi tingkat penghasilan penghuni. Frekuensi Persentasi Persentasi Valid Persentasi Kumulatif Rp. 500,- 8 6.7 6.7 6.7 Rp. 500,- - Rp. 999,- 20 16.7 16.7 23.3 Rp. 1.000,- - Rp. 1.499,- 28 23.3 23.3 46.7 Rp. 1.500,- - Rp. 2.000,- 30 25.0 25.0 71.7 Rp. 2.000,- 34 28.3 28.3 100.0 Penghasilan x 1000 Total 120 100.0 100.0 Sumber: Hasil olahan data survey memakai SPSS versi 18 Universitas Sumatera Utara 5.1.6. Jumlah Anggota Keluarga Distribusi jumlah anggota keluarga penghuni Perumnas Mandala sesuai dengan hasil kuesioner yang telah dilakukan didominasi oleh penghuni dengan jumlah anggota keluarga lebih dari 4 orang sebanyak 79 KK 65,8, kemudian disusul dengan penghuni dengan anggota keluarga 4 orang sebanyak 23 KK 19,2, penghuni dengan anggota keluarga 3 orang sebanyak 14 KK 11,7, selebihnya adalah penghuni dengan jumlah anggota keluarga 2 orang sebanyak 4 KK 3,3 tabel 5.6.. Tabel 5. 6. Frekuensi jumlah anggota keluarga Frekuensi Persentasi Persentasi Valid Persentasi Kumulatif 2 orang 4 3.3 3.3 3.3 3 orang 14 11.7 11.7 15.0 4 orang 23 19.2 19.2 34.2 4 orang 79 65.8 65.8 100.0 Anggota Keluarga Total 120 100.0 100.0 Sumber: Hasil olahan data survey memakai SPSS versi 18 5.1.7. Lama Huni Ditinjau dari lamanya para penghuni tinggal di rumah yang mereka tempati saat ini, sebanyak 20 KK 16,7 telah menghuni rumahnya kurang dari 5 tahun, 32 KK 26,7 telah menghuni antara 5 sampai 10 tahun, 34 KK 28,3 telah menghuni antara 10 sampai 15 tahun, 19 KK 15,8 telah menghuni antara Universitas Sumatera Utara 15 sampai 20 tahun, selebihnya sebanyak 15 KK 12,5 telah menghuni lebih dari 20 tahun tabel 5.7.. Tabel 5. 7. Frekuensi lama huni Frekuensi Persentasi Persentasi Valid Persentasi Kumulatif 5 tahun 20 16.7 16.7 16.7 5 - 10 tahun 32 26.7 26.7 43.3 10 - 15 tahun 34 28.3 28.3 71.7 15 - 20 tahun 19 15.8 15.8 87.5 20 tahun 15 12.5 12.5 100.0 Lama Huni Total 120 100.0 100.0 Sumber: Hasil olahan data survey memakai SPSS versi 18 5.1.8. Status Rumah Ditinjau dari status kepemilikan rumah, karena memang rumah yang akan ditinjau dibatasi hanya untuk rumah dengan status milik sendiri atau milik keluarga. Distribusi kepemilikan ini terdiri dari 50 KK 41,7 adalah milik keluarga, sedangkan selebihnya yaitu sebanyak 70 KK 58,3 adalah milik sendiri tabel 5.8.. Tabel 5. 8. Frekuensi status rumah Frekuensi Persentasi Persentasi Valid Persentasi Kumulatif Milik Keluarga 50 41.7 41.7 41.7 Milik Sendiri 70 58.3 58.3 100.0 Status Rumah Total 120 100.0 100.0 Sumber: Hasil olahan data survey memakai SPSS versi 18 Universitas Sumatera Utara 5. 2. Persepsi Terhadap Perumnas Persepsi terhadap rumah dan lingkungan Perumnas, pada hakekatnya adalah proses kognisi, afeksi, dan kognasi yang dialami oleh penghuni di dalam memahami informasi tentang rumah tersebut, yaitu bagaimana penerimaan perceiving, pemahaman understanding, dan pemikiran thinking penghuni terhadap rumah dan lingkungannya. Kognisi ini biasanya dialami baik lewat pengelihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan, dan penciuman. Proses kognisi akan melahirkan proses yaitu bagaimana perasaan feeling, emosi emotion, dan keinginan desire, serta nilai-nilai value terhadap rumah lingkungan tersebut. Dalam proses kognitif cognitive process, manusia akan mengorganisasikan dan menggunakan pengetahuannya untuk memberi arti dan makna terhadap lingkungan tersebut. Pada dasarnya setelah seseorang berusaha untuk mempersepsikan lingkungan, proses selanjutnya akan melahirkan motivasi yang dapat mendorong perilaku individu. Motivasi ini akan selalu melairkan konflik yang selalu memberikan kemungkinan pilihan positif maupun negatif. Sikap ini dapat berupa pendapat setuju atau tidak setuju, baik atau buruk, senang atau tidak senang, dan puas atau tidak puas terhadap kondisi yang ada. Perilaku penghuni selanjutnya akan muncul segera setelah mereka melakukan upaya persepsi terhadap rangsangan yang datang dari lingkungan mereka. Menurut Morris 1978 kenikmatan pemukiman, terdiri dari 2 aspek, yaitu kenikmatan perumahan dan kenikmatan bertetangga. Kenikmatan perumahan mengacu pada beberapa aspek, yaitu aspek kepemilikan rumah tinggal, struktur Universitas Sumatera Utara bangunan, kualitas bangunan, dan tipe rumah. Kenimatan kehidupan lingkungan, mengacu pada derajat kepuasan yang dikaitkan dangan aspek kepentingan kehidupan bertetangga. Aspek ini mencakup dampak sosilalisasi yang ditimbulkan sebagai akibat dari bentuk atau rancangan bangunan yang ditempati oleh penghuni. Sesuai dengan dua pilihan akibat konflik motivasi, dan untuk mempermudah analisa, penilaian terhadap para penghuni ini dikelompokkan ke dalam dua penilaian positif dan negatif, yaitu setuju atau tidak setuju, baik atau buruk, senang atau tidak senang, dan puas atau tidak puas terhadap kondisi yang ada, yang akan diskalakan menurut skala Likert. Untuk menentukan penilaian positif atau negatif tersebut dilihat dari persentasi jumlah yang memberikan penilaian. Apabila penilaian lebih besar atau sama dengan 50, dapat dikategorikan positif, sedangkan apabila di bawah 50 dapat dikategorikan negatif. 5.2.1. Identifikasi Fasilitas Umum Perumnas Mandala Medan Fasilitas umum dimaksudkan adalah fasilitas untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan persyaratan mutu kehidupan dan penghidupan secara layak. Pada dasarnya fasilitas umum ini terdiri dari bangunan danatau lapangan terbuka yang dibutuhkan masyarakat, antara lain: 1. Fasilitas peribadatan. 2. Fasilitas pendidikan. 3. Fasilitas pelayanan umum Universitas Sumatera Utara 5.2.2. Persepsi terhadap fasilitas peribadatan Fasilitas peribadatan merupakan sarana kehidupan untuk mengisi kebutuhan rohani yang perlu disediakan pada lingkungan yang direncanakan sesuai dengan keputusan masyarakat yang bersangkutan. Oleh karena berbagai macam agama dan kepercayaan yang dianut oleh masyarakat penghuni Perumnas Mandala, maka jenis dan jumlah fasilitas peribadatan yang akan di bangun baru dapat dipastikan setelah Perumnas tersebut dihuni selama beberapa waktu. Namun fasilitas peribadatan ini tetap mempunyai standar jumlah sesuai dengan jumlah penghuni lingkungan yang dilayaninya. Standar dan pedoman penyediaan fasilitas ibadat ini adalah: 1. Untuk 40 orang bersembahyang perlu disediakan Musholla Langgar. 2. Untuk 40 orang bersembahyang perlu disediakan Mesjid. 3. Untuk 15 KK Kristen cukup ibadah di rumah 4. Untuk 15 KK Kristen perlu disediakan Gereja Kapel Hasil survey yang dilakukan, perbandingan jumlah penghuni terhadap fasilitas peribadatan yang terdapat di Perumnas Mandala Medan hingga saat ini adalah: 1. Mesjid : 5 unit. 2. Langgar : 21 unit. 3. Gereja : 14 unit Universitas Sumatera Utara Sumber: Dokumentasi pribadi Gambar 5.1. Fasilitas peribadatan di Perumnas Mandala Dengan perhitungan jumlah rumah sebanyak 9.590 unit, jumlah penghuni Perumnas Mandala adalah 57.540 orang. Dengan perbandingan di atas, jumlah pemeluk agama Islam adalah 34.524 jiwa, sedangkan pemeluk agama Kristen adalah 3.836 KK. Menurut standar dan pedoman pengadaan fasilitas ibadat terlepas dari kapasitasnya, jumlah ini masih sangat terlalu kecil. Namun persepsi penduduk sudah cukup baik, karena sebagian besar penghuni yaitu sebanyak 97 KK 80,8 memberikan penilaian memadai, cukup memadai, hingga sangat memadai. Sedangkan yang memberikan penilaian tidak memadai dan sangat tidak memadai hanya 23 KK 19,2 tabel 5.9. Tabel 5. 9. Frekuensi persepsi terhadap fasilitas ibadat Frekuensi Persentasi Persentasi Valid Persentasi Kumulatif Sangat Tdk Memadai 4 3.3 3.3 3.3 Tidak Memadai 19 15.8 15.8 19.2 Memadai 52 43.3 43.3 62.5 Cukup Memadai 38 31.7 31.7 94.2 Sangat Memadai 7 5.8 5.8 100.0 Persepsi terhadap Fasilitas Ibadat Total 120 100.0 100.0 Sumber: Hasil olahan data survey memakai SPSS versi 18 Universitas Sumatera Utara Untuk mengetahui persepsi terhadap fasilitas peribadatan untuk masing- masing pemeluk agama yang tinggal di Perumnas Mandala Medan, perlu dilakukan tabulasi silang cross tabulation tabel 5.10 dan grafik 5.1. Tabel 5. 10. Tabulasi silang antara pemeluk agama dengan fasilitas ibadat. Persepsi terhadap Fasilitas Ibadat Sangat Tidak Memadai Tidak Memadai Memadai Cukup Memadai Sangat Memadai Total Islam 4 9 13 26 Kristen 2 10 36 22 4 74 Katolik 2 5 5 3 3 18 Agama Lainnya 2 2 Total 4 19 52 38 7 120 Sumber: Hasil analisa data memakai SPSS versi 18 Sumber: Hasil analisa data memakai SPSS 18 Grafik 5.1. Tabulasi silang antara pemeluk agama dengan persepsi terhadap fasilitas ibadat. Persepsi penghuni terhadap fasilitas peribadatan untuk masing-masing pemeluk agama sudah cukup baik, hal ini dapat dilihat dari persentasi jumlah pemeluk masing-masing agama dengan yang memberikan penilaian mulai dari memadai hingga sangat memadai. Untuk pemeluk agama Islam, sebanyak 22 dari 26 KK 84,6, pemeluk agama Kristen sebanyak 62 dari 74 KK 90,5, Universitas Sumatera Utara pemeluk agama Katolik sebanyak 11 dari 18 KK 61,1, serta pemeluk agama lainnya sebanyak 2 dari 2 KK 100 memberikan penilaian mulai dari memadai, cukup memadai sampai pada sangat memadai. Dari tabulasi silang tersebut terlihat bahwa rata rata 80,04 penghuni memberikan penilaian yang sudah cukup memadai Grafik 5.2. Sumber: Hasil analisa data memakai SPSS 18 Grafik 5.2. Persentasi latar belakang agama dan persepsi terhadap fasilitas ibadat 5.2.3. Persepsi terhadap fasilitas pendidikan Pengadaan fasilitas pendidikan ini selalu bertitik tolak dari tujuan pendidikan yang akan dicapai. Fasilitas pendidikan adalah berupa ruang belajar yang memungkinkan siswa untuk dapat mengembangkan pengetahuan dan keterampilan serta suatu sikap secara optimal. Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan fasilitas pendidikan yang memenuhi persayaratan kuantitas maupun kualitas. Standar dan pedoman penyediaan fasilitas pendidikan ini adalah: 1. Taman Kanak-kanak, minimum terdiri dari 2 ruangan kelas yang masing- masing dapat menampung 40 orang dan dilengkapi dengan ruang lainnya. Pencapaian maksimum adalah 500 m. Universitas Sumatera Utara 2. Sekolah Dasar, minimum terdiri dari 6 ruang kelas yang dapat menampung 40 orang dan dilengkapi dengan ruang lainnya. Pencapaian maksimum adalah 1000 m. 3. Sekolah Menengah Lanjutan Pertama, minimum terdiri dari 6 ruang kelas yang masing-masing dapat menampung 40 orang dan dilengkapi dengan ruang lainnya. 4. Sekolah Menengah Lanjutan Atas, minimum terdiri atas 6 ruang kelas yang masing-masing dapat menampung 40 orang dan dilengkapi dengan ruang lainnya. Hasil survei yang dilakukan, jumlah dan persepsi penghuni terhadap fasilitas pendidikan yang terdapat di Perumnas Mandala adalah: 1. TK : 12 unit 2. SD : 8 unit 3. SMP : 3 unit 4. SMA : 1 unit Universitas Sumatera Utara Sumber: Dokumentasi pribadi Gambar 5.2. Fasilitas pendidikan di Perumnas Mandala Dari segi jumlah maupun jarak, fasilitas pendidikan yang terdapat pada Perumnas Mandala telah memenuhi persayaratan. Persepsi penghuni juga sudah cukup baik, karena sebagian besar penghuni yaitu sebanyak 101 KK 84,2 memberikan penilaian mulai dari memadai, cukup memadai sampai pada sangat memadai. Sedangkan yang memberikan penilaian yang buruk hanya sebagian kecil, yaitu sebanyak 19 KK 7.33 tabel 5.11. Universitas Sumatera Utara Tabel 5. 11. Frekuensi persepsi terhadap fasilitas pendidikan Frekuensi Persentas i Persentasi Valid Persentasi Kumulatif Sangat Tidak Memadai 2 1.7 1.7 1.7 Tidak Memadai 17 14.2 14.2 15.8 Memadai 58 48.3 48.3 64.2 Cukup Memadai 37 30.8 30.8 95.0 Sangat Memadai 6 5.0 5.0 100.0 Persepsi terhadap Fasilitas Pendidikan Total 120 100.0 100.0 Sumber: Hasil olahan data survey memakai SPSS versi 18 5. 2. 4. Persepsi terhadap fasilitas pelayanan umum Fasilitas pelayanan umum berfungsi untuk memberikan pelayanan yang berhubungan dengan penghuni. Fasilitas pelayanan umum ini antara lain: 1. Fasilitas kesehatan, antara lain puskesmas pembantu, Puskesmas, Praktek Dokter, Rumah Bersalin dan Apotik. 2. Fasilitas perbelanjaan dan niaga, antara lain toko, pertokoan, dan pusat perbelanjaan lingkungan. 3. Fasilitas Pemerintahan, terdiri dari Balai Pertemuan, Kantor Kelurahan, Pos Polisi, Kantor Pos Pembantu, Pos Pemadam Kebakaran. 4. Fasilitas Rekreasi dan Kebudayaan, yaitu Gedung Serba Guna. 5. Fasilitas Olah Raga, adalah kesatuan taman, tempat bermain, dan lapangan Olah raga. Hasil survei yang dilakukan, jumlah dan persepsi penghuni terhadap fasilitas pelayanan umum yang terdapat di Perumnas Mandala adalah: 1. Puskesmas : 1 unit Universitas Sumatera Utara 2. Balai Pertemuan Umum : 1 unit 3. Pertokoan Pasar : 1 unit 4. Kantor PLN : 1 unit 5. Kantor PDAM : 1 unit 6. Kantor Perumnas : 1 unit Sumber: Dokumentasi pribadi Gambar 5.3. Fasilitas pelayanan umum di Perumnas Mandala Dari segi jumlah, fasilitas pelayanan umum yang terdapat di Perumnas Mandala telah memenuhi persyaratan. Persepsi penghuni terhadap fasilitas pelayanan umum yang ada di Perumnas Mandala Medan masih dapat dikategorikan baik, karena hanya sebanyak 65 KK 53 yang memberikan penilaian mulai dari memadai, cukup memadai hingga sangat memadai, Universitas Sumatera Utara sedangkan selebihnya yaitu sebanyak 55 KK 45,8 memberikan penilaian tidak memadai dan sangat tidak memadai tabel 5.12. Tabel 5. 12. Frekuensi persepsi terhadap fasilitas pelayanan umum Frekuensi Persentas i Persentasi Valid Persentasi Kumulatif Sangat Tidak Memadai 6 5.0 5.0 5.0 Tidak Memadai 49 40.8 40.8 45.8 Memadai 36 30.0 30.0 75.8 Cukup Memadai 27 22.5 22.5 98.3 Sangat Memadai 2 1.7 1.7 100.0 Persepsi terhadap Fasilitas Pelayanan Umum Total 120 100.0 100.0 Sumber: Hasil olahan data survey memakai SPSS versi 18 5.3. Persepsi terhadap lingkungan non fisik Yang dimaksud dengan lingkungan non fisik adalah relasi sosial yang ada pada lingkungan tersebut. Relasi sosial dapat saja timbul apabila kedua belah pihak mempunyai maksud tertentu dan bertindak atas cara tertentu pula. Kelompok sosial ini dapat menjadi timbal balik, misalnya untuk saling mengerti. Hal yang pokok pada kedua konsep ini adalah bahwa arti yang diberikan kedua belah pihak direlasikan satu dengan yang lain, sehingga perilaku mereka berorientasi satu dengan yang lainnya secara timbal balik. Interaksi sosial sebenarnya mempunyai makna yang sama dengan relasi sosial, hanya disini menyangkut banyak orang, sejumlah perilaku yang saling mempengaruhi, sehingga relasi diantara mereka menjadi jelas dalam satu kesatuan yang nyata dan utuh dalam bentuk organisasi, baik formal maupun non formal. Universitas Sumatera Utara Relasi dan interaksi sosial yang disurvei dalam penelitian sosial ini adalah partisipasi dan gotong royong, serta komunikasi dan saling kunjung antar warga. 5.3.1. Partisipasi dan gotong royong antar warga. Persepsi penghuni terhadap partisipasi dan gotong royong di Perumnas Mandala tidak cukup bagus, karena hanya sebagian kecil penghuni yang memberikan penilaian bagus dan sangat bagus, yaitu sebanyak 23 KK 19,2. Sedangkan yang memberikan penilaian mulai dari tidak bagus hingga sangat tidak bagus lebih lebih banyak yaitu 29 KK 24,2. Selebihnya mayoritas penghuni yaitu sebanyak 68 KK 56,7 memberikan penilaian biasa saja tabel 5.13. Tabel 5. 13. Frekuensi persepsi terhadap gotong royong Frekuensi Persentas i Persentasi Valid Persentasi Kumulatif Sangat Tidak Bagus 5 4.2 4.2 4.2 Tidak Bagus 24 20.0 20.0 24.2 Biasa Saja 68 56.7 56.7 80.8 Bagus 17 14.2 14.2 95.0 Sangat Bagus 6 5.0 5.0 100.0 Persepsi terhadap Gotong Royong Total 120 100.0 100.0 Sumber: Hasil olahan data survey memakai SPSS versi 18 5.3.2. Komunikasi dan saling kunjung antar warga Komunikasi dan saling kunjung antar warga ini merupakan suatu interaksi antara penghuni dengan lingkungan sosialnya. Para penghuni mempunyai kesadaran untuk berhubungan satu dengan yang lainnya. Bentuk komunikasi ini dalam jumlah besar bisa berbentuk kelompok tetapi tidak terikat dalam organisasi, sebagai contoh kelompok teman, kerabat, dsb. Kelompok ini lebih kuat dibandingkan dengan kelompok formal, karena terbentuk dengan adanya Universitas Sumatera Utara kesamaan kepentingan. Interaksi sosial pada kelompok ini terjadi sangat intensif terutama pada tempat-tempat yang memungkinkan orang bertemu dan berinteraksi. Hal ini disebabkan karena situasi dan jarak antar rumah yang berdekatan sehingga memungkinkan seringnya terjadi interaksi sosial. Interaksi ini bisa terjadi antara lain di warung, di jalanan, di tempat pengajian, di rumah, dll. Persepsi penghuni terhadap komunikasi dan saling kunjung di Perumnas Mandala sangat rendah, hal ini terlihat dari jumlah penghuni yang memberikan penilaian. Dari 120 responden yang telah disurvei, sebanyak 101 KK 84,2 memberikan jawaban mulai dari jarang, kadang-kadang, bahkan tidak pernah. Sedangkan yang memberikan jawaban sering dan sangat sering hanya sejumlah 19 KK 15,9 tabel 5.14. Tabel 5. 14. Frekuensi persepsi terhadap saling kunjung Frekuensi Persentasi Persentasi Valid Persentasi Kumulatif Tidak Pernah 6 5.0 5.0 5.0 Kadang-kadang 53 44.2 44.2 49.2 Jarang 42 35.0 35.0 84.2 Sering 17 14.2 14.2 98.3 Sangat Sering 2 1.7 1.7 100.0 Persepsi terhadap Saling Kunjung Total 120 100.0 100.0 Sumber: Hasil olahan data survey memakai SPSS versi 18 Universitas Sumatera Utara 5. 4. Persepsi penghuni terhadap hunian rumah Umumnya manusia banyak menghabiskan waktunya di lingkungan binaan ini, baik skala yang terkecil rumah, hingga skala besar lingkungan bahkan kota. Dalam skala kecil, rumah merupakan suatu sistem yang dibentuk oleh sub- sub sistem kamar tidur, ruang tamu, ruang keluarga, dll. Sub-sub sistem ini masih dapat dibagi-bagi lagi menjadi unsur-unsur yang masing-masing mempunyai kemungkinan pengaruh yang berbeda terhadap perilaku manusia. Dalam interaksi dengan rumah, pendekatan perilaku memperkenalkan apa yang disebut sebagai proses kognitif cognitif process, yakni proses mental dimana orang mendapatkan, mengorganisasikan, dan menggunakan pengetahuannya untuk memberi arti dan makna terhadap rumah tersebut. Sehingga sedikit saja perubahan pada lingkungan tersebut, akan mengakibatkan perubahan terhadap arti dan makna rumah tersebut. Survey persepsi penghuni terhadap rumah yang mereka huni di perumnas Mandala ini mencakup persepsi terhadap kondisi rumah dan persepsi terhadap luas rumah. 5.4.1. Persepsi penghuni terhadap kondisi rumah. Persepsi penghuni terhadap kondisi rumah pada saat pertama dihuni dapat dikatakan buruk, karena hanya sebagian kecil penghuni, yaitu sejumlah 38 KK 31,6 memberikan penilaian yang baik dan sangat baik. Sedangkan yang memberikan penilaian buruk dan sangat buruk, sebanyak 27 22,5. Selebihnya hanya memberikan penilaian yang netral atau biasa saja tabel 5.15. Universitas Sumatera Utara Tabel 5. 15. Frekuensi persepsi terhadap kondisi rumah Frekuensi Persentasi Persentasi Valid Persentasi Kumulatif Sangat Buruk 2 1.7 1.7 1.7 Buruk 25 20.8 20.8 22.5 Sedang 55 45.8 45.8 68.3 Baik 34 28.3 28.3 96.7 Sangat Baik 4 3.3 3.3 100.0 Persepsi terhadap Kondisi Rumah Total 120 100.0 100.0 Sumber: Hasil olahan data survey memakai SPSS versi 18 3, 6, 3, 3, 1, 5 1, 5 3, 1, 1, Sumber: Hasil survey lapangan Gambar 5.4. Denah dan tampak standar Perumnas Mandala tipe 36 Universitas Sumatera Utara Sumber: Dokumentasi pribadi Gambar 5.5. Foto tampak standar rumah tipe 36 Perumnas Mandala 5.4.2. Persepsi penghuni terhadap luas rumah. Sebagian besar penghuni Perumnas terutama golongan masyarakat menengah ke bawah berasal dari daerah yang masih menganut extended family. Hal ini dapat dilihat dari jumlah anggota keluarga yang relatif besar dan tidak hanya terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anaknya, tetapi juga keluarga lain yang menumpang. Bahkan tetangga dari desa yang tidak mempunyai keluarga di kota terkadang menumpang sebelum ia dapat mandiri. Hal ini tentu mempengaruhi persepsi masyarakat yang masih menganut sistem ini tentang perumahan. Bahwa menurut persepsi mereka, rumah yang baik adalah rumah yang dapat menampung semua anggota keluarga ini, yaitu rumah yang besar dengan jumlah ruang yang banyak. Hasil survey yang telah dilakukan, lebih banyak penghuni merasakan kurang luas untuk persepsi terhadap luas rumah yang mereka huni. Hal ini terlihat bahwa hanya 10 KK 8,3 yang memberikan penilaian luas terhadap rumah yang mereka huni. Sejumlah 29 KK 24,2 memberikan penilaian sempit dan Universitas Sumatera Utara sangat sempit, sedangkan selebihnya hanya memberikan jawaban netral, yaitu sebanyak 81 KK 67,5 tabel 5.16. Tabel 5. 16. Frekuensi persepsi terhadap luas rumah Frekuensi Persentasi Persentasi Valid Persentasi Kumulatif Sangat Sempit 4 3.3 3.3 3.3 Sempit 25 20.8 20.8 24.2 Sedang 81 67.5 67.5 91.7 Luas 10 8.3 8.3 100.0 Persepsi terhadap Luas Rumah Total 120 100.0 100.0 Sumber: Hasil olahan data survey memakai SPSS versi 18 5.5. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi penghuni terhadap kondisi rumah. Persepsi penghuni terhadap kondisi rumah dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain latar belakang suku, tingkat pendidikan, dan tingkat penghasilan. Untuk mengetahui pengaruh tersebut, adalah dengan tabulasi silang antara faktor pengaruh tersebut dengan persepsi penghuni. Hasil survey yang dilakukan, pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap persepsi penghuni adalah: 5.5.1. Persepsi terhadap kondisi rumah ditinjau dari latar belakang suku. Untuk mengetahui persepsi penghuni terhadap kondisi rumah tinggal ditinjau dari latar belakang suku adalah dengan mencari tabulasi silang antara persepsi tersebut dengan latar belakang suku. Penilaian penghuni yang diambil adalah penilaian penghuni yang lebih banyak, baik nilai positif maupun negatif. Dari hasil tabulasi silang cross tabulation antara persepsi terhadap kondisi rumah dan latar belakang suku, sebagian besar penghuni di luar yang Universitas Sumatera Utara memberikan penilaian netral atau sedang, yaitu sebanyak 27 22,5 yang memberikan nilai buruk rumah pada saat pertama mereka huni adalah: a. 17 dari 92 KK 18,5 penghuni dengan latar belakang suku Batak. b. 8 dari 18 KK 44,4 penghuni dengan latar belakang suku Jawa. c. 1 dari 7 KK 14,3 penghuni dengan latar belakang suku Nias. d. 1 dari 3 KK 33,3 penghuni dengan latar belakang suku lainnya tabel 5.17 dan grafik 5.3. Sumber: Hasil analisa data memakai SPSS 18 Sumber: Hasil analisa data memakai SPSS 18 Grafik 5.3. Tabulasi silang antara latar belakang suku dengan persepsi terhadap kondisi rumah. Tabel 5. 17. Tabulasi silang antara latar belakang suku dan persepsi terhadap kondisi rumah Persepsi terhadap Kondisi Rumah Sangat Buruk Buruk Sedang Baik Sangat Baik Total Batak 2 15 47 24 4 92 Jawa 8 5 5 18 Nias 1 2 4 7 Suku Lainnya 1 1 1 3 Total 2 25 55 34 4 120 Universitas Sumatera Utara Persepsi terhadap kondisi rumah ini dipengaruhi oleh latar belakang suku dan budaya. Terlihat dari persentase yang berbeda antara masing-masing suku yang memberikan penilaian. Semakin tinggi persentase antara suatu suku yang memilih kondisi tersebut, berarti persepsi terhadap terhadap kondisi rumah semakin tinggi. Dari hasil tersebut di atas, persepsi suku lainnya yang tinggal di Perumnas Mandala Medan lebih tinggi dibandingkan dengan suku Batak dan Melayu. Sedangkan persepsi suku Batak lebih tinggi dibandingkan dengan suku Melayu grafik 5.4. Sumber: Hasil analisa data memakai SPSS 18 Grafik 5.4. Persentasi latar belakang suku dengan persepsi terhadap kondisi rumah. 5.5.2. Persepsi terhadap kondisi rumah ditinjau dari latar belakang agama. Dari hasil tabulasi silang cross tabulation, secara keseluruhan sebagian besar penghuni di luar yang memberikan penilaian netral atau sedang, yaitu sebanyak 27 22,5 yang memberikan nilai buruk rumah pada saat pertama mereka huni adalah: a. 8 dari 26 KK 30,8 penghuni dengan latar belakang agama Islam. b. 15 dari 74 KK 20,3 penghuni dengan latar belakang agama Kristen. Universitas Sumatera Utara c. 4 dari 18 KK 22,2 penghuni dengan latar belakang agama Katolik tabel 5.18 dan grafik 5.5. Sumber: Hasil analisa data memakai SPSS 18 Sumber: Hasil analisa data memakai SPSS 18 Grafik 5.5. Tabulasi silang antara persepsi terhadap kondisi rumah dengan latar belakang agama. Persepsi terhadap kondisi rumah ini dipengaruhi oleh latar belakang agama yang dianut oleh penghuni. Terlihat dari persentase yang berbeda antara masing-masing penganut agama yang memberikan penilaian. Semakin tinggi persentase antara suatu agama yang memilih kondisi tersebut, berarti persepsi terhadap terhadap kondisi rumah semakin tinggi. Dari hasil tersebut di atas, Tabel 5. 18. Tabulasi silang antara agama yang dianut dengan persepsi terhadap kondisi rumah Persepsi terhadap Kondisi Rumah Sangat Buruk Buruk Sedang Baik Sangat Baik Total Islam 8 10 7 1 26 Kristen 1 14 37 19 3 74 Katolik 1 3 7 7 18 Agama Lainnya 1 1 2 Total 2 25 55 34 4 120 Universitas Sumatera Utara persepsi penganut agama Islam yang tinggal di Perumnas Mandala Medan lebih tinggi dibandingkan dengan penganut agama Kristen, Katolik dan agama lainnya. Sedangkan persepsi penganut agama Katolik lebih tinggi dibandingkan dengan penganut agama Kristen grafik 5.6. Sumber: Hasil analisa data memakai SPSS 18 Grafik 5.6. Persentasi latar belakang agama dengan persepsi terhadap kondisi rumah 5.5.3. Persepsi terhadap kondisi rumah ditinjau dari latar belakang pendidikan. Secara keseluruhan, sebagian besar penghuni yaitu sebanyak 27 22,5 yang memberikan nilai buruk terhadap rumah mereka pada saat pertama dihuni, terbagi atas masing-masing latar belakang pendidikan adalah: a. 10 dari 35 KK 28,6 penghuni tamatan sarjana b. 12 dari 69 KK 17,4 penghuni tamatan SMA c. 5 dari 15 33.3 penghuni tamatan SMP tabel 5.19 dan grafik 5.7 Universitas Sumatera Utara Sumber: Hasil analisa data memakai SPSS 18 Sumber: Hasil analisa data memakai SPSS 18 Grafik 5.7. Tabulasi silang tingkat pendidikan dengan persepsi terhadap kondisi rumah Persepsi terhadap kondisi rumah ini sangat dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan. Terlihat dari hasil persentase antara masing-masing latar belakang pendidikan yang memberikan penilaian. Menurut Teori Tingkat Kebutuhan dari Maslow, seharusnya semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, akan semakin tinggi eksektasinya terhadap rumah. Dalam kasus di atas, seharusnya semakin tinggi tingkat pendidikan akan semakin tinggi persentase diantara tingkat pendidikan tersebut. Dari hasil survey, yang terlihat justru sebaliknya, persentase penghuni tamatan SMP lebih tinggi dibandingkan dengan tamatan SMA dan Sarjana, kecuali untuk tamatan SD grafik 5.8. Tabel 5. 19. Tabulasi silang antara tingkat pendidikan dan persepsi terhadap kondisi rumah Persepsi terhadap kondisi rumah Sangat Buruk Buruk Sedang Baik Sangat Baik Total SD 1 1 SMP 1 4 4 5 1 15 SMA 1 11 35 19 3 69 Tingkat Pendidikan AkademiPT 10 15 10 35 Total 2 25 55 34 4 120 Universitas Sumatera Utara Sumber: Hasil analisa data memakai SPSS 18 Grafik 5.8. Persentasi antara tingkat pendidikan dan eksektasi terhadap kondisi rumah 5.5.4. Persepsi terhadap kondisi rumah ditinjau dari latar belakang penghasilan Secara keseluruhan, sebagian besar penghuni yaitu sebanyak 27 22.2 yang memberikan nilai buruk, terbagi untuk masing-masing tingkat penghasilan sebagai berikut: a. 1 dari 8 KK 12,5 penghuni berpenghasilan Rp. 500.000,- b. 5 dari 20 KK 34.6 penghuni berpenghasilan antara Rp. 500.000,- - Rp. 999.000,- c. 9 dari 28 KK 32,1 penghuni berpenghasilan antara Rp. 1.000.000,- - Rp. 1.499.000,- d. 8 dari 30 KK26,7 penghuni berpenghasilan antara Rp. 1.500.000,- - Rp. 2.000.000,- e. 4 dari 34 KK 11,8 penghuni berpenghasilan Rp. 2.000.000,- tabel 5.20 dan grafik 5.9 Universitas Sumatera Utara Sumber: Hasil analisa data memakai SPSS 18 Sumber: Hasil analisa data memakai SPSS 18 Grafik 5.9. Tabulasi silang antara tingkat penghasilan dengan persepsi terhadap kondisi rumah Persepsi terhadap kondisi rumah ini tidak dipengaruhi oleh latar belakang tingkat penghasilan. Terlihat dari hasil persentase antara masing-masing latar belakang tingkat penghasilan yang meberikan penilaian. Seharusnya semakin tinggi tingkat penghasilan seseorang, maka akan semakin tinggi persepsinya terhadap rumah, namun yang terlihat malah sebaliknya. Persepsi penghuni dengan tingkat penghasilan Rp. 500.000,- lebih tinggi dibandingkan dengan persepsi penghuni dengan tingkat penghasilan di atasnya, kecuali pada tingkat penghasilan di atas Rp. 2.000.000,- grafik 5.10 Tabel 5. 20. Tabulasi silang antara penghasilan dengan persepsi terhadap kondisi rumah. Persepsi terhadap kondisi rumah Sangat Buruk Buruk Sedang Baik Sangat Baik Total Rp. 500,- 1 2 4 1 8 Rp. 500,- - Rp. 999,- 1 4 13 2 20 Rp. 1.000,- - Rp. 1.499,- 1 8 11 8 28 Rp. 1.500,- - Rp. 2.000,- 8 12 9 1 30 Pendapatan setelah menghuni x 1000 Rp. 2.000,- 4 17 11 2 34 Total 2 25 55 34 4 120 Universitas Sumatera Utara Sumber: Hasil analisa data memakai SPSS 18 Grafik 5.10. Persentasi antara tingkat penghasilan dan persepsi terhadap kondisi rumah 5.6. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi terhadap luas rumah Persepsi penghuni terhadap luas rumah dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain latar belakang suku, tingkat pendidikan, tingkat penghasilan, dan jumlah anggota keluarga. Untuk mengetahui pengaruh tersebut, adalah dengan tabulasi silang antara faktor pengaruh tersebut dengan persepsi penghuni. Hasil survey yang dilakukan, pengaruh faktor-faktor tersebut adalah: 5. 6. 1. Persepsi terhadap luas rumah ditinjau dari latar belakang suku. Secara keseluruhan, sebagian besar penghuni yaitu sejumlah 29 KK 24,2 memberikan penilaian sempit terhadap rumah yang mereka huni, yang terbagi atas masing-masing suku sebagai berikut: a. 18 dari 92 KK 19,6 penghuni dengan latar belakang suku Batak b. 9 dari 18 KK 50,0 penghuni dengan latar belakang suku Melayu c. 1 dari 7 KK 14.3 penghuni dengan latar belakang suku Nias. Universitas Sumatera Utara d. 1 dari 3 KK 33,3 penghuni dengan latar belakang suku lainnya tabel 5.21 dan grafik 5.11 Sumber: Hasil analisa data memakai SPSS 18 Sumber: Hasil analisa data memakai SPSS 18 Grafik 5.11. Tabulasi silang antara latar belakang suku dengan persepsi terhadap luas rumah Persepsi terhadap kondisi luas rumah ini dipengaruhi oleh latar belakang suku dan budaya. Hal ini terlihat dari hasil persentase yang berbeda antara masing-masing suku yang memberikan penilaian. Semakin tinggi persentase antara suatu suku yang memberikan penilaian sempit tersebut, berarti persepsi terhadap luas rumah akan semakin tinggi. Dalam hal ini, persepsi penghuni dengan latar belakang suku Melayu lebih tinggi dibandingkan dengan suku Batak, Tabel 5. 21. Tabulasi silang antara suku dan persepsi terhadap luas rumah. Persepsi terhadap luas rumah Sangat Sempit Sempit Sedang Luas Total Batak 3 15 66 8 92 Jawa 9 8 1 18 Nias 1 5 1 7 Suku Lainnya 1 2 3 Total 4 25 81 10 120 Universitas Sumatera Utara Nias dan suku lainnya. Sedangkan persepsi suku lainnya terhadap luas rumah ini lebih tinggi dibandingkan dengan suku Batak dan Nias grafik 5.12. Sumber: Hasil analisa data memakai SPSS 18 Grafik 5.12. Persentasi antara latar belakang suku dengan persepsi terhadap luas rumah 5. 6. 3. Persepsi terhadap luas rumah ditinjau dari latar belakang agama. Secara keseluruhan, sebagian besar penghuni yaitu sejumlah 29 KK 24,2 memberikan penilaian sempit terhadap rumah yang mereka huni, yang terbagi atas masing-masing penganut agama, sebagai berikut: a. 11 dari 26 KK 42,3 penghuni dengan latar belakang agama Islam b. 13 dari 74 KK 17,6 penghuni dengan latar belakang agama Kristen c. 5 dari 18 KK 27.8 penghuni dengan latar belakang agama Katolik tabel 5.22 dan grafik 5.13. Universitas Sumatera Utara Sumber: Hasil analisa data memakai SPSS 18 Sumber: Hasil analisa data memakai SPSS 18 Grafik 5.13. Tabulasi silang antara latar belakang agama dengan persepsi terhadap luas rumah Persepsi terhadap kondisi luas rumah ini dipengaruhi oleh latar belakang agama yang dianut oleh para penghuni. Hal ini terlihat dari hasil persentase yang berbeda antara masing-masing penganut agama yang memberikan penilaian. Semakin tinggi persentase antara penganut agama yang memberikan penilaian sempit tersebut, berarti persepsi terhadap luas rumah akan semakin tinggi. Dalam hal ini, persepsi penghuni dengan latar belakang penganut agama Islam lebih tinggi dibandingkan dengan penganut agama Kristen dan Katolik. Sedangkan persepsi penganut agama Katolik masih lebih tinggi dibandingkan dengan penganut agama Kristen grafik 5.14. Tabel 5. 22. Tabulasi silang antara agama yang dianut dengan persepsi terhadap luas rumah. Persepsi terhadap luas rumah Sangat Sempit Sempit Sedang Luas Total Islam 11 14 1 26 Kristen 1 12 53 8 74 Katolik 3 2 12 1 18 Agama Lainnya 2 2 Total 4 25 81 10 120 Universitas Sumatera Utara Sumber: Hasil analisa data memakai SPSS 18 Grafik 5.14. Persentasi antara latar belakang agama dengan persepsi terhadap luas rumah 5.6.2. Persepsi terhadap luas rumah ditinjau dari latar belakang pendidikan. Dari sebagian besar penghuni, yaitu sebanyak 29 KK 24,2 yang memberikan penilaian sempit terbagi atas masing-masing latar belakang pendidikan sebagai berikut: a. 6 dari 35 KK 17,1 penghuni dengan latar belakang pendidikan Sarjana b. 20 dari 69 KK 29,0 penghuni dengan latar belakang pendidikan SMA c. 3 dari 15 KK 20,0 penghuni dengan latar belakang pendidikan SMP tabel 5.23 dan grafik 5.15 Universitas Sumatera Utara Sumber: Hasil analisa data memakai SPSS 18 Sumber: Hasil analisa data memakai SPSS 18 Grafik 5.15. Tabulasi silang antara latar belakang pendidikan dengan persepsi terhadap luas rumah Persepsi terhadap luas rumah ini juga tidak dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan. Hal ini terlihat dari hasil persentase antara masing-masing latar belakang pendidikan yang memberikan penilaian. Seharusnya, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka akan semakin tinggi persepsinya terhadap luas rumah tersebut. Dalam kasus di atas, semakin tinggi tingkat pendidikan, persepsi terhadap luas rumah justru semakin rendah grafik 5.16. Tabel 5. 23. Tabulasi silang antara tingkat pendidikan dengan persepsi terhadap luas rumah. Persepsi terhadap luas rumah Sangat Sempit Sempit Sedang Luas Total SD 1 1 SMP 1 2 12 15 SMA 3 17 42 7 69 Tingkat Pendidikan AkademiPT 6 26 3 35 Total 4 25 81 10 120 Universitas Sumatera Utara Sumber: Hasil analisa data memakai SPSS 18 Grafik 5.16. Persentasi antara latar belakang pendidikan dengan persepsi terhadap luas rumah 5.6.3. Persepsi terhadap luas rumah ditinjau dari latar belakang penghasilan. Sebagian besar penghuni yaitu sebanyak 29 KK 24.2 yang memberikan penilaian sempit, terbagi untuk masing-masing tingkat penghasilan sebagai berikut: a. 5 dari 34 KK 14,7 penghuni dengan tingkat penghasilan di atas Rp. 2.000.000,- b. 8 dari 30 KK 26,7 penghuni dengan tingkat penghasilan antara Rp. 1.500.000,- sd Rp. 2.000.000,- c. 9 dari 28 KK 32,1 penghuni dengan tingkat penghasilan antara Rp. 1.000.000,- sd Rp. 1.499.000,- d. 6 dari 20 KK 30,0 penghuni dengan tingkat penghasilan antara Rp. 500.000,- sd Rp. 999.000,- Universitas Sumatera Utara e. 1 dari 8 KK 12,5 penghuni dengan tingkat penghasilan di bawah Rp. 500.000,- tabel 5.24 dan grafik 5.17. Sumber: Hasil analisa data memakai SPSS 18 Sumber: Hasil analisa data memakai SPSS 18 Grafik 5.17. Tabulasi silang antara latar belakang penghasilan dengan persepsi terhadap luas rumah Persepsi terhadap kondisi rumah ini dipengaruhi oleh latar belakang penghasilan. Hal ini terlihat dari hasil persentase antara masing-masing latar belakang tingkat penghasilan yang memberikan penilaian. Seharusnya semakin tinggi tingkat penghasilan seseorang, maka akan semakin tinggi persepsinya terhadap rumah. Namun yang terlihat justru sebaliknya, persepsi penghuni dengan Tabel 5. 24. Tabulasi silang antara tingkat penghasilan dengan persepsi terhadap luas rumah. Persepsi terhadap luas rumah Sangat Sempit Sempit Sedang Luas Total Rp. 500,- 1 7 8 Rp. 500,- sd Rp. 999,- 2 4 13 1 20 Rp. 1.000,- sd Rp. 1.499,- 2 7 15 4 28 Rp. 1.500,- sd Rp. 2.000,- 8 21 1 30 Pendapatan setalah tinggal di Perumnas x1000 Rp. 2.000,- 5 25 4 34 Total 4 25 81 10 120 Universitas Sumatera Utara tingkat penghasilan Rp. 500.000,- lebih tinggi dibandingkan dengan persepsi penghuni dengan tingkat penghasilan di atasnya grafik 5.18 Sumber: Hasil analisa data memakai SPSS 18 Grafik 5.18. Persentasi antara latar belakang penghasilan dengan persepsi terhadap luas rumah 5. 6. 4. Persepsi terhadap luas rumah ditinjau dari jumlah penghuni. Sebagian besar penghuni, yaitu sebanyak 57 38.0 yang memberikan nilai sempit terhadap rumah mereka ketika pertama dihuni, terbagai atas masing- masing dengan jumlah anggota keluarga: a. 16 dari 79 KK 20,3 penghuni dengan jumlah anggota keluarga lebih dari 4 orang. b. 9 dari 23 39.1 penghuni dengan jumlah anggota keluarga 4 orang. c. 4 dari 14 28,6 penghuni dengan jumlah anggota keluarga 3 orang tabel 5.25 dan grafik 5.19. Universitas Sumatera Utara Sumber: Hasil analisa data memakai SPSS 18 Sumber: Hasil analisa data memakai SPSS 18 Grafik 5.19. Tabulasi silang antara jumlah penghuni dengan persepsi terhadap luas rumah Persepsi terhadap luas rumah ini dipengaruhi oleh latar belakang jumlah anggota keluarga. Hal ini terlihat dari hasil persentase yang semakin meningkat antara masing-masing latar belakang jumlah anggota keluarga yang memberikan penilaian. Semakin banyak jumlah anggota keluarga, maka akan semakin tinggi Tabel 5. 25. Tabulasi silang antara jumlah anggota keluarga dengan persepsi terhadap luas. Persepsi terhadap luas rumah Sangat Sempit Sempit Sedang Luas Total 2 orang 4 4 3 orang 1 3 10 14 4 orang 3 6 11 3 23 Anggota2 4 orang 16 56 7 79 Total 4 25 81 10 120 Universitas Sumatera Utara persepsinya terhadap luas rumah, kecuali pada keluarga dengan jumlah anggota keluarga sama dengan atau lebih kecil dari 2 orang grafik 5.20. Sumber: Hasil analisa data memakai SPSS 18 Grafik 5.20. Persentasi antara latar belakang jumlah anggota keluarga dengan persepsi terhadap luas rumah 5.7. Perilaku Penghuni Perumnas Mandala tipe 36 Perilaku behavior adalah tindakan si pelaku yang mempunyai arti subjektif. Dalam pengertian bahwa seseorang selalu mempunyai kehendak untuk suatu tujuan, atau seseorang akan melakukan sesuatu atas dorongan motivasi. Motivasi merupakan kompleksitas proses fisik dan psikologik yang bersifat energetik, keterangsangan, dan terarah. Proses pemunculan motivasi akibat adanya faktor pendorong push factor yaitu faktor internal individu dan faktor penarik pull factor yaitu faktor eksternal di luar individu. Arah motivasi pada akhirnya akan ditentukan oleh resultan kedua faktor tersebut di atas. Universitas Sumatera Utara Suatu kecenderungan pada lingkungan Perumnas Mandala, bahwa rata- rata penghuni pada tahap proses penghunian, sudah mengalami konflik dengan rumah yang mereka huni. Hal ini disebabkan karena rumah yang mereka huni tidak sesuai dengan harapan mereka tentang rumah. Konflik ini terutama disebabkan oleh keterbatasan-keterbatasan yang ada pada rumah tersebut. Pada dasarnya setelah seseorang berupaya untuk mempersepsikan lingkungannya, akan melahirkan motivasi yang dapat mendorong perilaku individu tersebut. Kondisi perilaku penghuni ini akan muncul segera setelah mereka melakukan upaya persepsi terhadap rangsangan yang datang dari lingkungan mereka. Terdapat 3 tiga kemungkinan perilaku yang muncul akibat konflik penghunian ini, antara lain tidak melakukan adaptasi yaitu dengan pindah rumah, beradaptasi dan bertahan dengan kondisi yang ada, dan beradaptasi dengan melakukan perubahan terhadap rumah yang mereka huni. 5.7.1. Pindah rumah. Apabila rangsangan yang diterima sudah berada di luar batas optimal, akan melahirkan tekanan stress pada diri manusia yang bersangkutan. Akibat tekanan tersebut, mereka cenderung untuk mengabaikan masalah lain yang sedang mereka hadapi. Hal ini akan mengakibatkan seorang penghuni untuk pindah dan mengontrakkan atau bahkan sampai menjual rumah yang sudah mereka huni tersebut. Sebagian besar penghuni rumah Perumnas Mandala tipe 36 adalah penghuni baru. Dalam arti bahwa mereka tinggal di Perumnas Mandala beberapa Universitas Sumatera Utara tahun kemudian setelah tahun penghunian Perumnas tersebut. Hasil survey yang dilakukan terhadap Perumnas Mandala Tipe 36 adalah tabel 5.26: Tabel 5. 26. Frekuensi lama huni Frekuensi Persentasi Percentasi Valid Persentasi Kumulatif 5 tahun 20 16.7 16.7 16.7 5 - 10 tahun 32 26.7 26.7 43.3 10 - 15 tahun 34 28.3 28.3 71.7 15 - 20 tahun 19 15.8 15.8 87.5 20 tahun 15 12.5 12.5 100.0 Lama Huni Total 120 100.0 100.0 Sumber: Hasil olahan data survey memakai SPSS 18 Dari perbandingan antara yang tinggal sejak Perumnas Mandala tersebut mulai dihuni dan yang tinggal setelah beberapa tahun kemudian, merupakan suatu indikasi bahwa sebagian besar penghuni, akibat stress yang dialami terpaksa tidak tinggal di Perumnas. Rumah yang mereka miliki akhirnya mereka kontrakkan atau bahkan dijual kepada orang lain setelah beberapa tahun kemudian. Namun tidak semua juga yang tidak menempati rumahnya di Perumnas Mandala, karena faktor tekanan ini. Tidak tertutup kemungkinan adalah akibat faktor-faktor lainnya, misalnya faktor ekonomi. Beberapa dari pemilik, membeli rumah di perumnas tidak untuk memenuhi kebutuhannya akan perumahan, tetapi hanya sebagai investasi yang diharapkan akan mendatangkan keuntungan di masa yang akan datang, yaitu dengan mengontrakkan atau menjualnya kembali tabel 5.27. Tabel 5. 27. Frekuensi kepemilikan rumah selain rumah di perumnas. Universitas Sumatera Utara Frekuensi Persentasi Persentasi Valid Persentasi Kumulatif Tidak Ada 91 75.8 75.8 75.8 1 rumah 21 17.5 17.5 93.3 2 rumah 6 5.0 5.0 98.3 3 rumah 2 1.7 1.7 100.0 Jumlah Rumah yang dimiliki Total 120 100.0 100.0 Sumber: Hasil analisa data memakai SPSS 18 5.7.2. Beradaptasi tanpa melakukan perubahan. Apabila rangsangan yang diterima serta persepsinya tersebut masih berada dalam batas-batas optimal, sehingga seseorang masih bisa melakukan proses adaptasi, tanpa melakukan perubahan terhadap rumah tinggal tersebut. Dalam hal ini penghuni yang harus menyesuaikan diri terhadap kondisi rumah tersebut. Penghuni mempunyai persepsi bahwa rumah tinggalnya sudah sesuai dengan aktifitas dan kebutuhannya. Sehingga penghuni tidak melakukan perubahan baik pada fisik bangunan, oganisasi ruang, maupun fungsi ruang. Atau akibat keterbatasan dana, mereka terpaksa menyesuaikan aktifitas yang mereka miliki dengan kondisi di dalam rumah tersebut. Penghuni hanya melakukan perubahan pada fungsi ruang yang ada tanpa merubah struktur atau fisik bangunan. Upaya penggunaan ruang tertentu untuk dijadikan sebagai ruang serba guna sebagai upaya mengoptimalkan fungsi ruang. Ditinjau dari latar belakang tinggal di Perumnas Mandala, status kepemilikan rumah, dan jumlah rumah yang dimiliki selain rumah di Perumnas, hasil survey yang dilakukan bahwa sebagian besar penghuni, yaitu sebanyak 91 75,8 memilih tinggal di Perumnas Mandala sebagai pemenuhan kebutuhan dasar akan perumahan, yaitu rumah sebagai tempat untuk bergerak, istirahat, Universitas Sumatera Utara tidur physiological needs dan rumah yang memberikan perlindungan pada penghuni dari gangguan manusia dan keadaan lingkungan yang tidak diinginkan safety or security needs. Karena mereka sebelumnya tidak memiliki rumah yang mereka huni selain rumah yang mereka huni di Perumnas Mandala. Bahkan 41 34,2 diantaranya masih belum memiliki rumah. Karena rumah yang mereka huni di Perumnas Mandala tersebut masih dalam status mengontrak atau meminjam rumah milik keluarga tabel 5.28 dan grafik 5.21. Sumber: Hasil analisa data memakai SPSS 18 Sumber: Hasil analisa data memakai SPSS 18 Grafik 5.21. Tabulasi silang antara status kepemilikan rumah di Perumnas Mandala dengan kepemilikan rumah lainnya di luar perumnas. Tindakan lain yang dilakukan oleh penghuni terhadap rumah tinggalnya hanya sebatas pemeliharaan, yaitu usaha akibat desakan kebutuhan tanpa Tabel 5. 28. Tabulasi silang antara status kepemilikan rumah Perumnas dengan kepemilikan rumah lainnya. Rumah lain Tidak Ada 1 rumah 2 rumah 3 rumah Total Milik Keluarga 41 7 2 50 Status rumah Milik Sendiri 50 14 4 2 70 Total 91 21 6 2 120 Universitas Sumatera Utara perubahan dan penggantian bahan, misalnya mengganti atap yang bocor, mengganti pintu dan jendela yang lapuk, pengecatan, dan lain sebagainya. Sehingga untuk sementara waktu adaptasi mereka dapat dikatakan sudah mencapai titik homeostatis. 5.7.3. Beradaptasi dengan melakukan perubahan Untuk penghuni dengan faktor ekonomi yang mencukupi, maka mereka akan beradaptasi dengan melakukan perubahan kondisi fisik rumah yang mereka miliki untuk mengantisipasi keterbatasan-keterbatasan pada rumah yang mereka huni. Berbeda dengan kemungkinan kedua tadi, dalam hal ini rumah mengalami perubahan transformasi agar sesuai dengan yang diharapkan oleh penghuni. Sesuai dengan pendapat NJ. Hebraken, bahwa perubahan rumah yang dilakukan oleh penghuni dapat dipengaruhi adanya 2 faktor, antara lain: 1. Faktor Internal, antara lain: a. Perubahan anggota keluarga, perubahan ini mempengaruhi jumlah ruangan dan perabot yang dibutuhkan dalam beraktifitas. b. Kebutuhan identitas diri, pada dasarnya orang ingin identitas dirinya. Hal ini dapat dilihat pada pemilihan segala atribut yang dikenakan, termasuk rumah. Hal ini dapat juga terlihat pada saat penghuni merubah atau mengembangkan rumahnya. Rumah sering dipakai sebagai sarana untuk mengekspresikan diri bagi para pemiliknya. Universitas Sumatera Utara c. Perubahan gaya hidup, perubahan struktur dalam masyarakat mempengaruhi gaya hidup manusia yang pada akhirnya dapat merubah pengertian praktis tentang baik buruknya suatu desain. 2. Faktor eksternal, antara lain perkembangan teknologi baru, hal ini dimungkinkan karena umur material yang dipakai pada rumah yang dihuni membutuhkan penggantian. Hal ini menyebabkan perubahan pada rumah tersebut dengan alasan pemeliharaan Hebraken, 1967,h.39-41. Akibat proses adaptasi ini, rumah yang terdapat di Perumnas Mandala kebanyakan telah mengalami perubahan. Ada 3 jenis tindakan umum yang dilakukan masyarakat terhadap tempat tinggalnya di dalam proses adaptasi ini, yaitu: a. Ekspansi, yaitu perluasan keluar, misalnya dengan menambah kamar tidur, ruang keluargaruang makan, dapur, kamar mandi, dan lain sebagainya. Ekspansi ini biasanya dilakukan dengan memanfaatkan lahan kosong yang ada di sekeliling rumahnya. b. Penyempurnaan sebagian atau penyempurnaan menyeluruh, yaitu peningkatan mutu bahan pada elemen rumah dan ruang tertentu, tanpa mengubah jenis, jumlah, dan luas ruang. c. Perombakan atau perubahan struktur fisik rumah secara total, yaitu membongkar bangunan yang sudah ada, kemudian membangun kembali dengan bangunan baru. Universitas Sumatera Utara Bila perubahan fisik disebabkan oleh adanya kekuatan non fisik yaitu perubahan budaya, sosial, ekonomi politik Rossi, 1982, Sari, 2007 dalam Pratiwi 2009, maka transformasi bentuk tersebut dapat dikategorikan atas: e. Transformasi bersifat Topologikal geometri bentuk geometri yang berubah dengan komponen pembentuk dan fungsi ruang yang sama. f. Transformasi bersifat Gramatika hiasan ornamental dilakukan dengan menggeser, memutar, mencerminkan, menjungkirbalikan, melipat, dll. g. Transformasi bersifat Reversal kebalikan pembalikan citra pada figur objek yang akan ditransformasi dimana citra objek dirubah menjadi citra sebaliknya. h. Transformasi bersifat Distorsi merancukan kebebasan perancang dalam beraktifitas Laseau,1980 dlm Sembiring, 2006 Sesuai dengan hasil survey, dari semua rumah yang ada di Perumnas Mandala Medan yaitu sebanyak 120 unit 100 telah mengalami transformasi. Tindakan yang dilakukan penghuni terhadap rumahnya dalam proses adaptasi ini adalah perluasan rumah sebanyak 27 unit 18,3, penyempurnaan sebagian atau termasuk di dalam transformasi topologikal sebanyak 46 unit 38,3 sedangkan yang melakukan penyempurnaan total dan perubahan struktur atau yang masuk dalam kategori transformasi reversal sebanyak 47 unit 39,2 tabel 5.29. Tabel 5. 29. Frekuensi jenis perubahan yang telah dilakukan. Universitas Sumatera Utara Sumber: Hasil analisa data memakai SPSS 18 Sumber: Hasil olahan data survey memakai SPSS 18 Sebagian besar motivasi penghuni, yaitu sebanyak 77 64,2 untuk mengadakan perubahan pada rumah yang mereka miliki bukan karena kebutuhan luas ruang tetapi sudah lebih dari itu, yaitu agar lebih baik. Dalam tingkat kebutuhan rumah, kategori ini tidak hanya sebagai pemenuhan kebutuhan dasar saja, tetapi sudah dapat dimasukkan di dalam kategori kebutuhan lainnya, yaitu untuk kebutuhan identitas diri dan perubahan gaya hidup life style. Proses transformasi mengandung dimensi waktu dan perubahan sosial budaya masyarakat yang menempatinya yang muncul melalui proses panjang yang selalu terkait dengan aktifitas-aktifitas yg terjadi pada saat itu Alexander, 1987 dlm Pakilaran, 2006. Faktor-faktor yang menyebabkan transformasi: h. Kebutuhan identitas diri self indentification. Pada dasarnya orang ingin dikenal dan ingin memperkenalkan diri terhadap lingkungan. i. Perubahan gaya hidup life style. Perubahan struktur dalam masyarakat, pengaruh kontak dgn budaya lain dan munculnya penemuan-penemuan baru mengenai manusia dan lingkungannya. Frekuensi Persentasi Persentasi Valid Persentasi Kumulatif PerluasanEkspansi Penyempurnaan Sebagian 27 46 22.5 38.3 22.5 38.3 83.3 38.3 Penyempurnaan Total 27 22.5 22.5 60.8 Perubahan Struktur 20 16.7 16.7 100.0 Jenis Transformasi Total 120 100.0 100.0 Universitas Sumatera Utara j. Penggunaan teknologi baru. Timbulnya perasaan ikut mode, dimana bagian yang masih dapat dipakai secara teknis belum mencapai umur teknis dipaksa untuk diganti demi mengikuti mode Habraken, 1976 dalam Pakilaran, 2006. k. Perubahan sosial. Faktor lingkungan fisik, perubahan penduduk, isolasi dan kontak, struktur masyarakat, sikap dan nilai-nilai, kebutuhan yang dianggap perlu dan dasar budaya masyarakat. l. Perubahan budaya. Budaya sebagai sistem nilai terlihat dalam gaya hidup masyarakat yang mencerminkan status, peranan kekuasaan, kekayaan, dan keterampilan. m. Perubahan ekonomi. Kekuatan yang paling dominan dalam menentukan perubahan lingkungan fisik adalah kekuatan ekonomi. n. Perubahan politik. Peran aspek politis melalui bentuk intervensi non fisik melalui kebijakan pengembangan kawasan Rossi, 1982, Sari, 2007 tabel 5.30 dan tabel 5.31. Tabel 5. 30. Frekuensi alasan melakukan perubahan tranformasi Frekuensi Persentasi Persentasi Valid Persentasi Kumulatif Tambah Anak 8 6.7 6.7 6.7 Tambah Saudara 3 2.5 2.5 9.2 KostSewa 5 4.2 4.2 13.3 Tempat Usaha 27 22.5 22.5 35.8 Lebih BaikIndah 77 64.2 64.2 100.0 Valid Total 120 100.0 100.0 Sumber: Hasil olahan data survey memakai SPSS 18 Tabel 5. 31. Tabulasi silang antara alasan melakukan perubahan dan hubungannya dengan gaya hidup dan harga diri. Universitas Sumatera Utara Gayahidup Hargadiri Ya Tidak Total Ya Tidak Total Tambah Anak 3 5 8 2 6 8 Tambah Saudara 3 3 3 3 KostSewa 2 3 5 1 4 5 Tempat Usaha 16 11 27 18 9 27 Alasan perbaiki Lebih BaikIndah 36 41 77 31 46 77 Total 57 63 120 52 68 120 Sumber: Hasil analisis data memakai SPSS 18 Transformasi bentuk ini biasanya didukung oleh perubahan tingkat ekonomi penghuni. Dari hasil survey yang dilakukan, terdapat peningkatan ekonomi dari para penghuni sebelum dan setelah tinggal di Perumnas Mandala. Hasil survey tersebut adalah tabel 5.32: Tabel 5. 32. Frekuensi penghasilan sebelum dan sesudah tinggal di perumnas. Penghasilan sebelum tinggal di Perumnas Frekuensi Persen Persentasi Valid Persentasi Kumulatif Rp. 500.000,- 27 22.5 22.5 22.5 Rp. 500.000,- sd Rp. 999.000,- 42 35.0 35.0 57.5 Rp. 1.000.000,- sd Rp. 1.499.000,- 23 19.2 19.2 76.7 Rp. 1.500.000,- sd Rp. 2.000.000,- 18 15.0 15.0 91.7 Rp. 2.000.000,- 10 8.3 8.3 100.0 Valid Total 120 100.0 100.0 Penghasilan setelah tinggal di Perumnas Frekuensi Persen Persentasi Valid Persentasi Kumulatif Rp. 500.000,- 8 6.7 6.7 6.7 Rp. 500.000,- sd Rp. 999.000,- 20 16.7 16.7 23.3 Rp. 1.000.000,- sd Rp. 1.499.000,- 28 23.3 23.3 46.7 Rp. 1.500.000,- sd Rp. 2.000.000,- 30 25.0 25.0 71.7 Rp. 2.000.000,- 34 28.3 28.3 100.0 Valid Total 120 100.0 100.0 Sumber: Hasil olahan data survey memakai SPSS 18 Sebelum tinggal di Perumnas Mandala, sebagian besar penghuni yaitu sebanyak 27 KK 22,5 berpenghasilan lebih kecil dari Rp. 500.000,-, Universitas Sumatera Utara sedangkan dengan penghasilan di atas Rp. 2.000.000,- hanya sebanyak 10 KK8,3. Setelah tinggal di Perumnas Mandala, sebagian besar penghuni yaitu sebanyak 34 KK 28,3 sudah berpenghasilan antara di atas Rp. 2.000.000,-. Sedangkan untuk golongan masyarakat berpenghasilan di bawah Rp. 500.000,- sudah hanya tinggal sebagian kecil, yaitu sebanyak 34 KK 28,3 tabel 5. 31 dan 5. 32. Dari hasil tersebut di atas, terdapat beberapa motivasi yang mendasari transformasi bentuk rumah yang mereka huni, antara lain: a. Ekspansiperluasan, yaitu perluasan keluar misalnya dengan menambah kamar tidur, ruang keluargaruang makan, dapur, dan kamar mandi. Ekspansi ini biasanya dilakukan dengan memanfaatkan lahan kosong yang ada di sekeliling rumahnya. Untuk tipe 36, ekspansi yang umum dilakukan adalah dengan memenfaatkan hampir seluruh lahan di belakang dan sebagian di samping. b. Transformasi bentuk akibat kebutuhan identitas diri. Pada dasarnya orang ingin menunjukkan identitas dirinya, yang ditunjukkan pada pemilihan segala atribut yang dia kenakan, termasuk elemen-elemen rumah. Hal ini dapat juga terlihat pada saat penghuni melakukan transformasi bentuk rumahnya. Rumah sering dipakai sebagai sarana untuk mengekspresikan diri bagi para pemiliknya. Pada kasus ini, perubahan yang dilakukan penghuni adalah penyempurnaan sebagian atau penyempurnaan menyeluruh, yaitu peningkatan mutu bahan pada elemen rumah dan ruang tertentu, tanpa mengubah jenis, jumlah dan luas ruang. Universitas Sumatera Utara c. Perubahan gaya hidup dan perubahan struktur dalam masyarakat mempengaruhi gaya hidup manusia yang pada akhirnya dapat merubah pengertian praktis tentang baik buruknya suatu desain. Rumah sebagai kebutuhan dasar manusia merupakan salah satu akkomodasi bagi individu maupun kelompok gaya hidup tertentu. Rumah harus dapat memenuhi tingkat kebutuhan manusia, yaitu selain sebagai tempat untuk hidup, juga sebagai wadah bagi penghuni untuk mengembangkan pribadi dan mewujudkan aspirasinya sesuai dengan nilai-nilai yang dianut. Transformasi yang terjadi biasanya adalah dengan merubah semua struktur asli bangunan dan menggantinya dengan yang baru. Bentuk perubahan ini akan bermacam- macam dan tidak dapat dipolakan, karena sudah menyangkut nilai-nilai yang dianut oleh penghuni. Nilai-nilai yang dianut ini akan diekspresikan ke dalam bangunan yang akan melahirkan berbagai gaya bangunan building style. Universitas Sumatera Utara

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI