Perbaikan Fisik Bangunan Ditinjau Dari Tingkat Kesejahteraan Penghuni Studi Kasus: Perumnas Mandala Medan

Jurnal Arsitektur “ATRIUM” vol. 02 no. 02, 2005 : 28-34

PERBAIKAN FISIK BANGUNAN DITINJAU DARI TINGKAT
KESEJAHTERAAN PENGHUNI
STUDI KASUS: PERUMNAS MANDALA MEDAN

Immanuel Hutabarat, Julaihi Wahid, Dwira N. Aulia, Agus Suriadi
Program Studi Magister Teknik Arsitektur
Bidang Kekhususan Manajemen Pembangunan Kota

Abstrak. Pada penelitian ini ingin dikaji aspek hubungan tingkat kesejahteraan terhadap kualitas
perumahan di perumnas mandala. Menurut Turner merujuk pada teori Abrahai Maslow bahwa kebutuhan
manusia akan terus meningkat seiring dengan peningkatan kesejahteraan dimana perumahan merupakan
suatu kebutuhan dasar setelah sandang dan pangan juga akan mengalami peningkatan kualitas yang
dilakukan pemilik sebagai indikatornya adalah pendapatan.
Metodologi yang digunakan untuk penelitian ini adalah penelitian dilapangan dengan objek studi pemilik
rumah yan dipilih secara acak (cluster sample). Besarnya sampel adalah 99 responden yan iibagi
menurut tipe rumah. Sebagai analisis data guna menjawab permasalaha digunakan pendekatan secara
deskriftif dan kuantitatif. Pada analisis kuantitatif dipakai pendekatan statistik dengan menggunakan
rumus Chi Kwadrat.
Hasil yan liperoleh dari penelitian bahwa tingkat pendapatan responden sebagian besar antara Rp.

750.000,- sampai Rp. 1.500.000,- (sebanyak 35%), tingkat pendidikan adala SLTA (sebanyak 47%).
Ternyata perumahan perumnas mandala medan telah banya mengalami perubahan, perubahan ruang
yang terbanyak dilakukan ruang tidur sebesar 33%), komponen lantai dirubah oleh sebagian besar
responden yaitu 58%. Pada analisis Chi Kwadrat terdapat hubungan tingkat pendapatan terhadap
perubahan komponen lantai, dinding, atap, dapur dan wc kemudian tingkat pendidikan juga mempunyai
hubungan terhadap perubahan komponen lantai, dinding, wc, dan dapur. Dari sini dapat disimpulkan
bahwa terdapat hubungan tingkat kesejahteraan terhadap perumahan di perumnas mandala dengan
indikator pendapatan dan pendidikan.
Katakunci: perubahan fisik bangunan, latar belakang sosio ekonomi

1. Latar Belakang
Seiring
dengan
pertambahan
jumlah
penduduk Indonesia, maka tingkat kebutuhan
manusia
juga
semakin
meningkat,

perkembangan jumlah penduduk perkotaaan
mengalami peningkatan yang cukup tinggi,
pada tahun 1980-1990 laju pertumbuhan
sekitar 5,4 % pertahun, padahal angka
pertumbuhan penduduk di Indonesia secara
nasional yang hanya sekitar 2% pertahun.
Perkembangan penduduk diperkotaan tersebut

28

disebabkan oleh urbanisasi. Urbanisasi terjadi
akibat tidak tersedianya lapangan pekerjaan
yang memadai di pedesaan. Demikian juga
perkotaan tidak cukup tersedia lapangan
pekerjaan bagi pendatang baru yang jumlahnya
cukup besar. Dengan kata lain faktor
pendorong (push faktor) daerah pedesaan jauh
lebih besar dari pada faktor penarik (pull
faktor) daerah perkotaan (Bintaro, 1984).


Universitas Sumatera Utara

PERBAIKAN FISIK PEMBANGUNAN DITINJAU DARI TINGKAT
KESEJAHTERAAN PENGHUNI
STUDI KASUS: PERUMNAS MANDALA MEDAN

Dari gambaran diatas memperlihatkan bahwa
dengan
adanya
pertumbuhan
jumlah
penduduk, akan berakibat pada peningkatan
kebutuhan rumah tinggal. Oleh sebab itu
pengadaan unit rumah tinggal minimal berada
pada
posisi
sejajar
dengan
tingkat
pertumbuhan penduduk, dengan asumsi

bahwa jumlah unit rumah tinggal pada titik
acuan awal telah memenuhi kebutuhan.
Namun ada kenyataannya pemenuhan rumah
tinggal masih belum memadai. Sementara itu
tuntutan pengadaan unit rumah tinggal semakin
meningkat secara eksponensial.
Mengingat kondisi tersebut, maka masalah
perumahan dan pemukiman mendapatkan
perhatian yang besar, baik oleh pemerintah,
swasta maupun masyarakat. Hal tersebut
wajar, karena rumah tinggal merupakan
salah satu kebutuhan dasar manusia, selain
sandang dan pangan. Bahkan rumah tinggal
mempunyai peran yang sangat strategis dalam
bentuk watak serta kepribadian bangsa, hal
tersebut mengakibatkan penataan rumah tinggal
sangat penting bagi kelangsungan dan
peningkatan kehidupan dan penghidupan
manusia. Oleh sebab itu pemerintah Indonesia
berusaha

mencukupi
kebutuhan
serta
meningkatkan
mutu
perumahan
dan
pemukiman.
Tonggak kebijakan dalam bidang perumahan
di Indonesia berawal dari Konferensi
Perumahan Sehat yang diadakan tahun 1950
serta Lokakarya Perumahan Nsional I
( Pertama) pada tahun 1972. Norma dan
kriteria
yang
direkomendasikan
dari
konferensi tahun 1950 tersebut adalah:
pertama luas minimum untuk dua ruang tidur
adalah 36 m2 dan minimum luas bangunan

tambahan adalah 17,50 m2, serta kedua
minimum tinggi plafon bangunan 2,75 m dan
minimum bukaan adalah 10 dari luas lantai.
Sedangkan
Lokakarya
tahun
1972
merekomendasikan berdirinya Perumnas
(Yudohusodo, 1991). Sejak Pelita II, tahun
1974, Pemerntah mengembangkan beberapa
program guna menangani permasalahan
perumahan rakyat, antara lain: (1) pengadaan
perumahan
sederhana,
(2)
Pemugaran
perumahan desa, (3) Perbaikan kampung, (4)
penataan
bangunan,
(5)

peremajaan

Immanuel Hutabarat
Julaihi Wahid
Dwira N. Aulia
Agus Suriadi

pemukiman kota,
perumahan rakyat.

(6)

penunjang

program

Usaha yang dilakukan oleh Pemerintah dalam
memenuhi kebutuhan perumahan yang sehat dan
teratur dipenuhi melalui PERUM PERUMNAS,
yang dimulai sejak PELITA II. Sejalan dengan

itu perusahaan swasta juga turut serta
mengambil peranan. Pembangunan perumahan
oleh Perumnas dan para developer swasta yang
diperuntukkan bagi golongan masyarakat
berpenghasilan rendah dan bagi yang
berpenghasilan sedang dapat dibiayai dengan
kredit pemilikan rumah dari BTN. Sedang bagi
golongan masyarakat yang berpenghasilan
menengah melalui kredit dari lembaga keuangan
non bank yaitu PT. PAPAN SEJAHTERA. Dari
tahun 1978 sampai dengan 2004, Perum
Perumnas telah berhasil membangun 1.587.161
unit rumah yang tersebar di 120 kota di
Indonesia. Rumah yang telah dibangun terdiri
dari 56,7 persen rumah inti; 41,3 persen rumah
sederhana dan selebihnya rumah susun.
Realisasi pembangunan perumahan melalui
Perumnas dari tahun ke tahun tampak
berfluktuasi, karena banyak faktor yang
mempengaruhinya. Paula tahun 1992 berhasil

dibangun sebanyak 14.717 unit rumah, dan pasta
tahun 1993 realisasinya mencapai 17.346 unit.
Sedangkan sampai dengan triwulan II tahun
2004 telah dicapai sebanyak 533.993 unit
rumah. di kota Medan dan sekitarnya
dikembangkan pada beberapa lokasi, yaitu:
Helvetia Kecamatan Medan Helvetia. Mandala
Medan Kecamatan Kenangan, Simalingkar
Kecamatan Medan Tuntungan dan Martubung
Kecamatan Medan Deli.
Setelah beberapa tahun ditempati oleh
penghuni, banyak rumah-rumah sederhana
yang telah dibangun oleh Perumnas
mengalami perubahan dari rumah inti
mengalami perubahan penambahan ruang
baik secara horizontal maupun vertikal,
bukan hanya penambahan ruang melainkan
juga tingkat kualitas rumah yang semakin baik
dari runah inti yang dibangun oleh Perumnas.
Perubahan yang dilakukan oleh penghuni

terhadap rumah sederhana ini disebabkan
adanya
perkembangan
kebutuhan
dan
meningkatnya kesejahteraan penghuni.

29

Universitas Sumatera Utara

Jurnal Arsitektur “ATRIUM” vol. 02 no. 02, 2005 : 28-34

Perubahan-perubahan
yang
dilakukan
penghuni rumah sederhana ini sangat
bermacam-macam tergantung dari tingkat
kesejahteraan dan skala prioritas dalam
memenuhi kebutuhannya kondist ini sangat

sesuai dengan teori kebutuhan oleh Abraham
Maslow
bahwa
semakin
menigkat
kesejahteraan seseorang maka akan meningkat
pula kebutuhannya.
Berangkat dari fenomena diatas , maka penulis
merasa perlu meneliti dengan berpatokan
bahwa
perumahan
merupakan
suatu
kebutuhan
dasar
manusia,
sehingga
pembangunan perumahan oleh pengembang
dapat terukur sesuai dengan tingkat
kesejahteraan dan kebutuhan penghuni.
Dari uraian-uraian tersebut diatas maka
penulis ingin meneliti apakah ada hubungan
tingkat kesejahteraan terhadap kualitas rumah
penduduk.
2. Perumusan Masalah
Melihat latar belakang tersebut diatas, maka
yang menjadi rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah adakah hubungan tingkat
kesejahteraan terhadap kualitas perumahan.
3. Tujuan Penelitan
Dengan
mengambil
kasus
kawasan
perumahan Mandala tujuan dari penelitian
ini adalah:
1. Untuk mengkaji dan mengetahui
hubungan
tingkat
kesejahteraan
penghuni terhadap kualitas perumahan.
2. Untuk mengetahui skala prioritas
penghuni dalam merubah rumah tinggal
setelah kesejahteraan meningkat.
4. Tinjauan Pustaka
Menurut Maslow, kebutuhan yang ada ditingkat
dasar pemuasannya lebih mendesak daripada
kebutuhan yang ada diatasnya. Misalnya,
kebutuhan akan makanan (fisiologis lebih
mendesak untuk dipuaskan daripada kebutuhan
akan rasa aman ini lebih mendesak dari pada
kebutuhan yang lebih tinggi. Dalam menentukan
prioritas tentang rumah, seseorang atau sebuah
keluarga yang berpendapatan sangat rendah
cenderung meletakkan prioritas utama pada
30

lokasi rumah yang berdekatan dengan tempat
yang dapat memberikan kesempatan kerja.
Tanpa kesempatan kerja yang dapat menopang
kebutuhan sehari-hari,sulit bagi mereka untuk
dapat mempertahankan hidupnya. Status
pemilikan rumah dan lahan menempati prioritas
kedua, sedangkan bentuk maupun kualitas
rumah prioritas yang ketiga. Yang terpenting
pada tahap ini adalah tersedianya rumah untuk
berlindung dan istirahat dalam upaya
mempertahankan hidupnya.
Selanjutnya seiring dengan meningkatnya
pendapatan, prioritas kebutuhan perumahannya
akan berubah pula. Status pemilikan rumah
maupun lahan menjadi prioritas utama. Karena
orang atau keluarga tersebut ingin mendapatkan
kejelasan status kepemilikan rumahnya. Dengan
demikian mereka yakin bahwa tidak akan
digusur, sehingga mereka dapat bekerja dengan
tenang untuk menaikkan pendapatannya.
Tanpa jaminan adanya kejelasan tentang status
pemilikan rumah dan lahannya,seseorang atau
sebuah keluarga akan selalu tidak merasa aman
sehingga mengurangi minat mereka untuk
memperluas, memelihara atau meningkatkan
kualitas rumahnya dengan baik. Prioritas
kedekatan lokasi dengan fasilitas pekerjaan
untuk buruh-buruh kasar menjadi prioritas
kedua, karena kesempatan kerja bukan lagi
masalah yang sangat mendesak. Sedangkan
bentuk maupun kualitas rumah masih tetap
menempati prioritas ketiga (Turner; 1972; 167169). Teori tersebut diatas dapat dijadikan dasar
bagi landasan teori penelitian di perumnas
mandala,dimana keadaan ekonomi akan terus
meningkat begitu pula setelah ekonomi
meningkat maka setelah status rumah milik
sendiri maka kualitas rumah akan lebih baik.
Teori Turner ini menyarankan pembangunan
yang dilakukan pemerintah yakni melalui Perum
Perumnas hares memperhatikan standar
bangunan mengingat kebutuhan penghuni akan
tents meningkat seiring dengan kesejahteraannya
yang akan meningkat. Penentuan standar fisik
yang baku tanpa memperhatikan tingkat
kesejahteraan penghuni akan menghadapi
masalah.

Universitas Sumatera Utara

PERBAIKAN FISIK PEMBANGUNAN DITINJAU DARI TINGKAT
KESEJAHTERAAN PENGHUNI
STUDI KASUS: PERUMNAS MANDALA MEDAN

Pada tahun 1971 di Manila disajikan melalul
Pre-Conference Working Party (PCWP) dart
Intemasional Conference of Social Welfare
(ICSW) ke XV dimana tentang kesejahteraan
disini dirumuskan kebutuhan terhadap aspek
kehidupan manusia yang berhubungan dengan
pendapatan, keamanan, kesehatan, perumahan,
pendidikan, rekreasi, tradisi kebudayaan, dan
sebagainya.
Sehingga
peneertian
istilah
kesejahteraan balk internasional dan nasional
dapat terjawab.
5. Metodologi Penelitian
5.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini mengarnbil lokasi di Perumahan
Perumnas Mandala, Kelurahan Kenangan,
Kecamatan Medan Denai, Kabupaten Deli
Serdang.
5.2 Populasi dan Sampel
opulasi dan sampel dalam penelitian ini adalah
Rumah yang terdapat di Perumnas Mandala
Medan dimiliki oleh satu rumah tangga,oleh
sebab itu responden yang dipergunakan adalah
kepala rumah tangga,hal ini disebabkan karena
kepala rumah tangga orang yang lebih dominan
dalam pengambilan keputusan dalam hal
rehabilitasi ataupun penambahan bangunan
rumah dalatn suatu keluarga jumlah sampel
dibulatkan menjadi 99 rumah tangga atau kepala
keluarga.
5.3 Teknik dan Pengambilan Data
Penelitian Lapangan (Field Research).
5.4 Teknik Analisa data
Analisa data merupakan pemecahan terhadap
data yang diperoleh dart lokasi penelitian dan
kemudian dibagi-bagi sesuai dengan golongan
yang sudah ditentukan dan selanjutnya
dimasukkan dalam daftar tabel. Dalam
penelitian ini analisa data dilakukan secara
deskriftif dan kuantitatif untuk menjelaskan
hubtmgan antara variabel-variabel yang diteliti.
Untuk menguji hipotesa dan menggambarkan
hubungan antara variabel digunakan rumus chi
kwadrat yaitu: "Suatu teknik statistik yang
memungkinkan penyelidik menilal probabilitas
memperoleh perbedaan frekwensi yang nyata

Immanuel Hutabarat
Julaihi Wahid
Dwira N. Aulia
Agus Suriadi

(yang diobservasi) dengan frekwensi yang
diharapkan dalam kategori-kategori tertentu
sebagai akibat dart kesalahan sampling".
Adapun rumus bangun umum untuk chi kwadrat
adalah sebagai berikut:

Keterangan rumus:
X2 = chi kwadrat
Fo = frekwensi yang diperoleh dari (diobservasi
dalam) sampel.
Fh = frekwensi yang diharapkan dalam sampel
pencerminan dari frekwensi yang diharapkan
dalam populasi.
6. Hasil dan Analisis
Dari tabulasi silang antara Tingkat Pendapatan
Responden dengan Jumlah Responden Yang
Merehab Lantai Rumah. Lantai berfungsi
sebagai penutup ruangan bagian bawah,
bangunan
yang
berfungsi
sebagai
isolator/pelindung terhadap panas dan dingin
luar, juga lantai berfungsi untuk memikul beban
mati, seperti perabot, dan beban hidup seperti
manusia. Oleh sebab itu lantai harus kuat. Lantai
dirumah-rumah sederhana di Perumnas Mandala
Medan terbuat dart PC maupun dart tegel abuabudari
semen
cor.
Hasil
penelitian
mernperlihatkan bahwa bahwa sampel yang
mempunyai pendapatan Rp. 250.000,- s/d Rp.
500.000,- yang merehab total lantai rumah
berjumlah 5 responden, sedangkan pendapatan
besar dari Rp. 2.000.000,- yang merehab total
lantai rumahnya berjumlah 9 responden.Yang
terbanyak merehab total lantai adalah yang
berpendapatan
Rp.750.000;
sampai
Rp.1.500.000,- sebanyak 20 responden dan
Rp.1500.000,- sampai Rp.2.000.000,- sebanyak
19 responden. Hipotesis :
Ho = tidak ada hubungan antara tingkat
pendapatan terhadap merehab lantai rumah di
perumnas mandala.
Ha = terdapat hubungan antara tingkat
pendapatan terhadap merehab lantai rumah di
perumnas mandala.
Dasar pengambilan keputusan. Berdasarkan ChiSquare hitting yang terdapat pada Tabel 3.2
Lampiran.

Jika Chi-Square Hitting < Chi-Square Tabel
Maka Ho diterima

31

Universitas Sumatera Utara

Jurnal Arsitektur “ATRIUM” vol. 02 no. 02, 2005 : 28-34










Jika Chi-Square Hitting > Chi-Square Tabel
Maka Ho ditolak
Chi-Square Hitting = 23.512
Chi-Square Tabel Taraf kepercayaan 95%
derajat bebas = (pendapatan - I x Rehab
lantai - 1) = (5-1 x 3-1) =8 - Chi-Square
Tabel (0,05;8) =15.507 Keputusan
Oleh karena Chi-Square Hitting > ChiSquare Tabel Maka Ho ditolak Berdasarkan
probabilitasnya
Jika probabilitas (Asymp Sig) > 0.05 maka
Ho diterirna
Jika probabilitas (Asymp Sig) < 0.05 maka
Ho ditolak keputusan

Oleh karena probabilitasnya (Asymp Sig) 0.024
< 0.05 maka Ho ditolak dengan kata lain bahwa
artinya terdapat hubungan Tingkat Pendapatan
terhadap Merehab Lantai Rumah di perumnas
mandala.
Dan tabulasi silang antara Tingkat Pendapatan
Responden dengan Jumlah Responden Yang
Merehab Binding Rumah. Dinding bangunan
mengemban beberapa fungsi, yaitu : memikul
beban atasnya, penutup atau pembatas ruang
dalam, serta menghadapi alam luar Radiasi sinar
matahari. Seperti yang telah diuraikan dalam
tabel 5.1 diatas, bahwa dinding rumah sederhana
di Perumnas Mandala terdiri atas bahan-bahan:
ferro
Cement.
Dan
hasil
penelitian
memperlihatkan bahwa Bahwa sampel yang
mempunyai pendapatan Rp. 250.000,- s/d Rp.
500.000,- yang merehab total dinding rumah
berjumlah 6 responden,sedangkan pendapatan
besar dari Rp. 2.000.000,- yang merehab total
dinding rumahnya berjumlah 9 responden.Yang
terbanyak merehab total dinding adalah yang
berpendapatan Rp.1.500.000,- sampai Rp.
2.000.000,- sebanyak 20 responden clan Rp.
750.000,- sampai Rp. 1.500.000,sebanyak 15
responden kebanyakan mengganti dengan bahan
batu bata diplester.
Dari tabulasi silang antara Tingkat Pendapatan
Responden dengan Jumlah Responden yang
merehab atap rumah. Atap merupakan
komponen bangaunan yang sangat penting untuk
melindungi dari senngatan matahari ataupun dari
cucuran hujan. Sedangkan dari ruangan dalam,
atap berfungsi sama dengan dinding, yaitu
sebagai isolator ruangan. Pada rumah-rumah
sederhana di Perumnas Mandala Medan, atap
bangunannya terbuat dari seng, dengan
32

ditoppang oleh kuda-kuda kayu sembarang
keras. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa
sampel yang mempunyai pendapatan Rp.
250.000,- s/d Rp. 500.000,- yang merehab total
atap rumah berjumlah 5 responden,sedangkan
pendapatan besar dari Rp. 2.000.000,- yang
merehab total atap rumahnya berjumlah 6
responden.Yang terbanyak merehab total atap
adalah yang berpendapatan Rp. 1.500.000,sainpai Rp. 2.000.000,- sebanyak 16 responden
dan Rp. 750.000,- sampai Rp. 1.500.000,sebanyak 16 responden. Kebanyakan penghuni
mengganti dengan atap seng dan ada
kecenderungan melalui pengamatan penulis,
penghuni memakai dengan atap dan bahan multi
roof,
disini
bahwa
penghuni
sudah
memperhatikan estetika rumahnya.
Berdasarkan
Lampiran

Chi-Square

hitung

Tabel

3.3

Dari Tabulasi silang Tingkat Pendapatan
Responden dengan Jumlah Responden Yang
Merehab dapur Rumah. Dapur atau tempat
masak merupakan ruang yang sangat penting
bagi sebuah rumah, bahkan kadang kala
menyiratkan adanya denyut kehidupan, seperti
ungkpan "dapur masih ngepul". Demikian juga
rumah sederhana yang terdapat di Perumnas
Mandala Medan, dapur yang dibangun pada
mulanya dari meja dapur dilengkapi dengan
service sink terbuata dan teraso, atau meja beton
yang sangat sederhana. Dinding dapur hanya
diplaster semen atau bahkan tidak. Hasil
penelitian memperlihatkan bahwa Bahwa
sampel yang mempunyai pendapatan Rp.
250.000,- s/d Rp. 500.000,- yang merehab total
dapur rumah berjumlah 6 responden,sedangkan
pendapatan besar dari Rp. 2.000.000,- yang
merehab total dapur rumahnya berjumlah 9
responden.Yang terbanyak merehab total dapur
adalah yang berpendapatan Rp.1.500.000,sampai Rp. 2.000.000,- sebanyak 21 responden
dan Rp. 750.000,- sampai Rp. 1.500.000,sebanyak 17 responden. Kebanyakan penghuni
sudh memakai meja beton yang dilapisi keramik
begitu juga dengan dinding nya karena penghuni
sudah memperhatikan kebersihan rumahnya
terutama dapurnya.
Dari tabulasi silang antara Tingkat Pendapatan
Responden dengan jumlah responden yang
merehab we Rumah. Kamar mandi dan water
closet atau bisa disingkat wc merupakan syarat

Universitas Sumatera Utara

PERBAIKAN FISIK PEMBANGUNAN DITINJAU DARI TINGKAT
KESEJAHTERAAN PENGHUNI
STUDI KASUS: PERUMNAS MANDALA MEDAN

yang sangat penting bagai suatu rumah, fasilitas
ini merupakan prasarana untuk memenuhi
kebutuhan fiologis manusia. Hsil penelitian
memperlihatkan bahwa sampel yang mempunyai
pendapatan Rp. 250.000,- s/d Rp. 500.000,yang merehab total wc rumah berjumlah 8
responden,sedangkan pendapatan besar dari
Rp.2.000.000,- yang merehab total we rumahnya
berjumlah 9 responden.Yang terbanyak merehab
total we adalah yang berpendapatan Rp.
1.500.000,- sampai Rp.2.000.000,- sebanyak 23
responden dan Rp .750.000,sampai Rp.
1.500.000,- sebanyak 19 responden. Dan
kebanyakan KM/WC sudah memakai keramik.
Dari tabulasi silang antara Tingkat Pendapatan
Responden dengan Jumlah Responden Yang
Merehab air bersih Rumah. Bahwa sampel yang
mempunyai pendapatan Rp. 250.000,- s/d Rp.
500.000,- yang merehab total air bersih rumah
be rjumlah I responden,sedangkan pendapatan
besar dari Rp. 2.000.000,- yang merehab total air
bersih rumahnya berjumlah 1 responden. Yang
terbanyak tidak merehab air bersih ini
dikarenakan bahwa air bersih yang disediakan
oleh perumnas sudah memenuhi kebutuhan
penghuni jadi para penghuni tidak perlu
melakukan perubahan.
Dari tabulasi silang antara Tingkat Pendapatan
Responden dengan Jumlah Responden Yang
Merehab penerangan Rumah. Bahwa sampel
yang mempunyai pendapatan Rp. 250.000,- s/d
Rp. 500.000,- yang merehab total penerangan
rumah berjumlah 2 responden,sedangkan
pendapatan besar dari Rp. 2.000.000,- yang
merehab total penerangan rumahnya berjumlah 1
responden. Yang terbanyak tidak merehab
penerangan ini dikarenakan bahwa penerangan
yang disediakan oleh perumnas sudah memenuhi
kebutuhan penghuni sehingga penghuni tidak
banyak melakukan perubahan.

Immanuel Hutabarat
Julaihi Wahid
Dwira N. Aulia
Agus Suriadi

Uji Hipotesis Minor Hubungan Tingkat
Kesejahteraan Terhadap Kualitas Perumahan di
Perumnas Mandala Medan.

Dari kesimpulan diatas Uji Hipotesis Mayor
bahwa ada Hubungan Tingkat Kesejahteraan
Terhadap Kualitas Perumahan DI Perumnas
Mandala Medan.
5. Kesimpulan dan Saran
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis di
perumahan
perumnas
mandala,
dapat
disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
a. Bahwa pada setiap bangunan perumahan di
perumnas mandala mengalami peningkatan
kualitas terutama lantai, dinding, dapur dan
wc ini dipengaruhi atau signifikan postif
oleh tingkat kesejahteraan terutama
pendapatan penghuni.
b. Bahwa pada setiap bangunan perumahan di
perumnas mandala mengalami peningkatan
kualitas terutama lantai, dinding, atap,
dapur dan wc ini dipengaruhi atau
signifikan postif oleh tingkat kesejahteraan
terutama tingkat pendidikan penghuni.
c. Bahwa pada setiap bangunan perumahan di
perumnas mandala tidak mengalami
peningkatan kualitas terutama air bersih,
penerangan dan Plafond karena tidak
dipengaruhi oleh tingkat kesejahteraan
terutama pendapatan penghuni.
d. Bahwa pada setiap bangunan perumahan di
perumnas mandala tidak mengalami
peningkatan kualitas terutama air bersih,
penerangan dan Plafond karena tidak

33

Universitas Sumatera Utara

Jurnal Arsitektur “ATRIUM” vol. 02 no. 02, 2005 : 28-34

e.

dipengaruhi oleh tingkat kesejahteraan
terutama pendidikan penghuni.
Bahwa pada setiap bangunan perumahan di
perumnas mandala tidak mengalami
peningkatan kualitas terutarna lantai,
dinding, atap, dapur wc tidak dipengaruhi
oleh jumlah penghuni.

5.2 Saran
a. Bahwa pada setiap bangunan perumahan di
perumnas mandala mengalami peningkatan
kualitas terutama lantai, dinding, dapur dan
wc ini dipengaruhi atau signifikan postif
oleh tingkat kesejahteraan terutama
pendapatan penghuni Masyarakat perumnas
mandala termasuk berpenghasilan rendah,
mampu
mendanai
pengadaan
perumahannya sendiri yang layak hum,
sekiranya
ada
yang
membimbing,
mengarahkan dan membantu menyediakan
dana maka masyarakat perumnas mandala
yang
termasuk
golongan
ekonomi
menengah kebawah akan terbantu. Fakta
ini memperkuat konspe Angel, Archer dan
Payne yang mengatakan bahwa masyarakat
dapat membangun perumahannya sendiri
sekiranya bisa mendapatkan kapling dan
prasarananya. Meskipun rumah yang
dihasilkan pada awalnya kondisi kurang
baik, dengan meningkatnya kemampuan
ekonomi
masyarakat,
rumah-rumah
tersebut secara bertahap diperbaiki.
Kenyataan ini membuktikan kebenarannya
konsep Turner dan Laquian yang
mengusulkan agar rumah-rumah yang
dibangun disesuaikan dengan kemampuan
dan kebutuhan masyarakat atau basic
housing. Selanjutnya masyarakat akan
memperbaiki rumahnya sejalan dengan
meningkatnya perekonomian mereka dan
adanya keuntungan atau manfaat yang
mereka dapatkan dari rumah tersebut
(Turner; 1972;159-162). Masyarakat dapat
berperan serta dalam pemeliharaan
prasarana jalan, saluran dan air bersih
sekiranya ada yang mengarahkan dan
lnengkoordinasikan.
Masyarakat
memerlukan bantuan yang cukup besar
dalam pengadaan dana dalarn merehab
rumah, pembuatan rencana bangunan
pengembangan dan pengurusan izin-izin
yang diperlukan.

34

b.

c.

Dalam peningkatan kualitas perumahan ada
beberapa pelaku dengan tingkat peran serta
yang berbeda. Menurut teori bahwa pada
pelaksanaan
peningkatan
kualitas
perumahan ditingkat lokal, tanggung jawab
dan pengambilan keputusan pada berbagai
kegiatan berada ditangan masyarakat
terutama
berpenghasilan
rendah.
Berdasarkan pemikiran tersebut, secara
teoritis tingkat peran serta masyarakat
sangat tinggi dalam semua kegiatan
pelaksanaan pengadaan rumah, dibantu
oleh pihak Pemda yang membantu dana
sehingga dapat memberi kredit untuk
merehab rumahnya secara wajar dengan
harga yang terjangkau oleh masyarakat
berpenghasilan rendah.
Disarankan pihak Perum Perumnas dalam
menetapkan
kavling
perumahan
memperhitungkan
pengembangan
bangunan perumahan seiring meningkatnya
kesejahteraan
penghuni.
Perlu
mengembangkan Komponen bangunan
sistim pasang/lepas,sehingga jika ada
pengembangan atau rehab bangunan tidak
merumitkan penghuni dalam perombakan
yang sesuai dengan kebutuhannya.

Disarankan pihak Perum Perumnas memberi
advise kepada masyarakat dalam merehab rumah
baik secara desain dan izin bangunan sehingga
dalam
pengembangan
kualitas
tetap
memperhatikan estetika bangunan yang sesuai
dengan pemukiman diperumnas mandala.
6.

Daftar Pustaka

Pre-Conference Working Party (PCWP) (1971),
Conference of Social Welfare (ICSW)
XV, Manila
Turner, John FC & Fuchler, Robert (1972)
“Dweller Control of Housing Process in
Freedom to Build, London
Turner, John FC (1976) “Housing By People,
Tavard
Autonomy
in
Building
Environments”, Morin Boyars Publisher
Ltd, London
Yudohusodo (1991) “RUmah Untuk Seluruh
Rakyat”, Penerbit Djatmika, Jakarta

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pemilihan Anti Nyamuk Ditinjau dari Tingkat Pendidikan, Pendapatan dan Perilaku serta Keluhan Kesehatan pada Keluarga di Kelurahan Asam Kumbang Kecamatan Medan Selayang Tahun 2015

1 38 127

Prosedur Perolehan Izin Tempat Hiburan Ditinjau Dari Perspektif Hukum Administrasi Negara (Studi Peraturan Daerah Kota Medan Peraturan Daerah (Perda) Kota Medan No 37 Tahun 2002, Tentang Pendirian Lokasi Usaha Rekreasi Dan Hiburan Umum)

3 63 92

Studi Kualitas Jalur Pedestrian Di Jalan DR. Mansyur Medan Ditinjau Dari Faktor Fisik

19 110 114

Interaksi Desa Kota terhadap Tingkat Kesejahteraan Masyarakat di Kabupaten Deli Serdang (Studi Kasus di Desa Perbatasan)

3 133 99

KINERJA KARYAWAN DITINJAU DARI TINGKAT KESEJAHTERAAN KARYAWAN DAN PELUANG PENGEMBANGAN KARIR PADA Kinerja Karyawan Ditinjau Dari Tingkat Kesejahteraan Karyawan dan Peluang Pengembangan Karir pada PT. DANLIRIS Sukoharjo tahun 2015.

0 2 15

Analisis Perbaikan Sistem Kerja Ditinjau Dari Segi Tata Letak, Lingkungan Fisik Fasilitas Fisik, Dan K3 (Studi Kasus : Pt Jasa Konstruksi Eps “X”).

0 4 29

Analisis dan Usulan Perbaikan Fasilitas Fisik, Tata Letak dan Lingkungan Fisik Ditinjau Dari Aspek Ergonomi (Studi Kasus : Di Ikan Photography Studio & Digital Lab, Cimahi).

0 0 51

Studi Penggunaan Dinding Bangunan Ditinjau Dari Segi Biaya dan Tata Laksana.

1 1 74

EFEKTIVITAS PEMBANGUNAN RUMAH SUSUN DI SURAKARTA DITINJAU DARI KESESUAIAN KELOMPOK SASARAN PENGHUNI DAN PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PENGHUNI.

1 1 15

STUDI KUALITAS JALUR PEDESTRIAN DI JALAN DR.MANSYUR MEDAN DITINJAU DARI FAKTOR FISIK

0 0 17