7
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pembangkit Termal
Pembangkit Termal merupakan pembangkit tenaga listrik yang melibatkan proses panas dalam pembangkitan tenaga listriknya. Tipe pembangkitan ini membutuhkan
bahan bakar yang berasal dari bahan bakar fosil. Pembangkit Listrik Tenaga Gas PLTG, Pembangkit Listrik Tenaga Uap PLTU dan Pembangkit Listrik Tenaga
Diesel PLTD merupakan beberapa contoh dari pembangkit –pembangkit yang
merupakan pembangkit termal.
Gambar 2.1 Siklus Pembangkit Termal PLTU sumber : tapakpakulangit.wordpress.com
Salah satu pembangkit termal yang digunakan di Indonesia adalah PLTU yang dioperasikan oleh PJB UP Gresik. Terdapat empat buah PLTU yang dioperasikan oleh
PJB UP Gresik saat ini yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan listrik. Empat PLTU ini dapat memberikan sumbangan daya sebesar ± 600 MW. Siklus umum pada
pembangkit termal khususnya pada PLTU ditunjukkan pada gambar 2.1. Secara
sederhana siklus PLTU sama seperti proses memasak air. Mula-mula air ditampung dalam tempat memasak hotwell dan kemudian diberi panas dari sumbu api dalam
boiler. Akibat pembakaran menimbulkan air terus mengalami kenaikan suhu sampai pada batas titik didihnya. Karena pembakaran terus berlanjut maka air yang dimasak
melampaui titik didihnya sampai timbul uap panas. Uap ini lah yang digunakan untuk memutar turbin dan generator yang nantinya akan menghasilkan energi listrik.
2.2 Biaya Pembangkitan
Dalam pembangkitan tenaga listrik ada beberapa komponen biaya yang biasanya harus diperhitungkan, yaitu Khairudin dkk, 2012 :
1. Fixed Cost yakni biaya yang harus tetap dikeluarkan dalam keadaan suatu pembangkit sedang
beroperasi maupun tidak beroperasi. Komponen ini umumnya terdiri dari biaya konstruksi pembangkit, biaya pembelian turbin, generator, dan lain-lain.
2. Variable Cost yaitu biaya yang dikeluarkan untuk operasi dan perbaikan pada pembangkit.
Variable cost ini mencakup biaya gaji pegawai atau karyawan, biaya manajemen, biaya untuk pelumas, serta kebutuhan perbaikan dan perawatan lainnya. Semakin sering dan
berat kerja pembangkit, semakin dibutuhkan pula perbaikan atau perawatan pada beberapa bagian pada pembangkit, sehingga mengakibatkan biaya variable cost juga
akan meningkat. 3. Fuel Cost
Fuel cost atau biasa disebut sebagai biaya bahan bakar yang diperlukan oleh pembangkit untuk memproduksi listrik. Beberapa faktor yang mempengaruhi harga
bahan bakar ini misalnya banyaknya konsumsi bahan bakar yang diperlukan, jenis bahan bakarnya, lama waktu pembangkit beroperasi, dan beberapa hal lainnya.
4. Biaya optional Biaya ini merupakan biaya tidak wajib yang harus ada dalam komponen biaya
pembangkitan. Namun, saat berada dalam posisi Independent Power Producer IPP atau penyedia listrik non-PLN pemerintah, terkadang komponen biaya ini turut kita
perhitungkan. Misalnya biaya saluran dari trafo step-up yang ada di pembangkit kita ke gardu induk PLN terdekat.
Biaya operasi dari suatu sistem tenaga listrik merupakan biaya terbesar dalam pengoperasian suatu perusahaan listrik. Biaya yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan
listrik untuk menghasilkan energi listrik ditentukan oleh biaya operasi dan biaya investasi. Besarnya biaya investasi tidak bergantung pada besar daya keluaran
pembangkit, tetapi bergantung pada besar kapasitas daya yang terpasang pada pembangkit. Biaya investasi sendiri mencakup biaya pembangunan pusat pembangkit
listrik, jaringan transmisi dan distribusi serta peralatan sistem lainnya. Sedangkan biaya operasi atau biaya produksi lebih condong kepada biaya pengoperasian pembangkit.
Salah satu cara optimasi pembangkitan adalah dengan cara meminimalkan biaya operasi pembangkitan, dengan kata lain optimasi pembangkitan merupakan suatu
proses untuk meminimalkan biaya pembangkitan namun dapat menghasilkan daya yang paling maksimal Neny, 2014.
2.3 Karakteristik Input-Output