Tinjauan Umum Mengenai Pembiayaan Bermasalah

5 Meningkatnya suku bunga pinjaman, 6 Ressesi, devaluasi, inflasi, deflasi, dan kebijakan moneter lainnya, 7 Peningkatan persaingan dalam bidang usahanya, 8 Bencana alam, 9 Munculnya protes dari masyarakat sekitar lokasi usaha. c Sisi Bank Yang dapat diidentifikasi sebagai penyebab pembiayaan bermasalah: 1 Buruknya perencanaan finansial atas aktifa tetapmodal kerja, 2 Adanya perubahan waktu dalam permintaan pembiayaan musiman, 3 Menerbitkan cek kosong, 4 Gagal memenuhi syarat-syarat dalam perjanjian pembiayaan, 5 Adanya over pembiayaan atau under financing, 6 Manipulasi data, 7 Over taksasi agunan atau penilaian agunan terlalu tinggi, 8 Pembiayaan topengan, tampilan atau fiktif, 9 Kelemahan analisa oleh pejabat pembiayaan sejak awal proses pemberian pembiayaan, 10 Kelemahan dalam pembianaan dan monitoring pembiayaan. 20 2 Penggolongan Kualitas Pembiayaan 20 Suhardjono. Hal 268-270 Ketidak lancaran nasabah membayar angsuran pokok maupun bagi hasil profit margin pembiayaan mengakibatkan adanya kolektabilitas pembiayaan. Secara umum kolektabilitas pembiayaan dikategorikan menjadi empat macam, yaitu: a. Lancar atau kolektabilitas 1 1 Pembayaran tepat waktu, perkembangan rekening baik, tidak ada tunggakan, serta sesuai dengan persaratan pembiayaan. 2 Hubungan debitur dengan bank baik dan debitur selalu menyampaikan informasi keuangan secara teratur dan akurat. 3 Dokumentasi pembiayaan lengkap dan pengikatan agunan kuat. b. Kurang lancer atau kolektabilitas 2 1 Terdapat tunggakan bayaran pokok dan atau bagi hasil yang telah melampaui 90 hari sampai dengan 180 hari. 2 Terdapat cerukan overdraft yang berulang kali hususnya untuk menutupi kerugian operasional dan kekurangan arus kas 3 Hubungan debitur dan bank memburuk dan informasi keuangan debitur tidak dapat dipercaya 4 Dokumentasi pembiayaan kurang lengkap dan pengikatan agunan yang lemah 5 Pelanggaran terhadap persaratan pokok pembiayaan 6 Perpanjangan pembiayaan untuk menyembunyikan kesulitan keuangan c. Diragukan atau kolektabilitas 3 1 Terdapat tunggakan pembayaran pokok dan atau bagi hasil yang telah melampaui 180 hari sampai dengan 270 hari 2 Terjadi cerukan overdraft yang bersifat permanen hususnya untuk menutupi kerugian operasional dan kekurangan arus kas 3 Hungan debitur dan bank memburuk dan informasi keuangan debitur tidak tersedia atau tidak dapat dipercaya 4 Dokumentasi pembiayaan tidak lengkap dan pengikatan agunan yang lemah 5 Pelanggaran yang principal terhadap persaratan pokok perjanjian pembiayaan d. Macet atau kolektabilitas 4 1 Terdapat tunggakan pembayaran pokok dan atau bagi hasil yang telah melampaui 270 hari 2 Dokumentasi pembiayaan dan atau pengikatan agunan tidak ada. 21 3 Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah Penyebab terjadinya pembiayaan bermasalah adalah karena kesulitan- kesulitan keuangan yang dihadapi nasabah. Penyebab kesulitan keuangan perusahaan nasabah dapat kita bagi dalam a Faktor internal, dan b Faktor eksternal. 22 a Faktor internal 21 Suhardjono. Hal 252-257 22 Zaenul Arifin. Hal 243-246 Faktor internal adalah faktor yang ada di perusahaan itu sendiri, dan faktor utama yang paling dominan adalah faktor manajerial. Timbulnya kesulitan- kesulitan keuangan perusahaan yang disebabkan oleh faktor manajerial dapat dilihat dari beberapa hal, seperti kelemahan dalam kebijaksanaan pembelian dan penjualan, lemahnya pengawasan biaya dan pengeluaran, kebijakan piutang yang kurang tepat, penempatan yang berlebihan pada aktiva tetap, permodalan yang tidak cukup. b Faktor eksternal Faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar kekuasaan manajemen perusahaan, seperti bencana alam, peperangan, perubahan dalam kondisi perekonomian dan perdagangan, perubahan-perubahan teknologi, dan lain- lain. Untuk menentukan langkah yang harus diambil dalam menghadapi pembiayaan macet terlebih dahulu perlu diteliti sebab-sebab terjadinya kemacetan. bila kemacetan disebabkan oleh faktor-faktor ekternal seperti bencana alam, bank tidak perlu lagi melakukan analisis lebih lanjut. Yang perlu adalah bagaimana membantu nasabah untuk segera memperoleh penggantian dari perusahaan asuransi. Yang perlu diteliti adalah faktor internal, yaitu yang terjadi karena sebab-sebab manajerial. Bila bank telah melakukan pengawasan secara seksama dari bulan ke bulan, dari tahun ke tahun, lalu timbul kemacetan, sedikit banyak terkait pula dengan kelemahan pengawasan itu sendiri. Kecuali bila aktivitas pengawasan telah dilakukan dengan baik, masih juga terjadi kesulitan keuangan, perlu diteliti sebab-sebab kemacetan tersebut secara lebih mendalam. Mungkin kesulitan itu disengaja oleh manajemen yang berarti pengusaha telah melakukan hal-hal yang tidak jujur. Misalnya dengan sengaja pengusaha mengalihkan penggunaan dana yang telah tersedia untuk keperluan kegiatan usaha lain diluar obyek pembiayaan yang telah disepakati. Banyak cara yang dapat dilakukan bank untuk menyelesaikan pembiayaan macet ini, tergantung pada berat ringannya permasalahan yang dihadapi, serta sebab-sebab terjadinya kemacetan. Apabila pembiayaan itu masih dapat diharapkan akan berjalan baik kembali, maka bank dapat memberikan keringanan-keringanan, misalnya menunda jadwal angsuran reschaduling. Dalam hal ini al- quran memberikan pedoman: “apabila mereka mendapat kesempitan, maka hendaknya diberi kelonggaran…” Q.S. Al Baqarah : 280. Untuk keperluan penghapusan itu bank diharuskan untuk membentuk cadangan penyisihan penghapusan aktiva produktif PPAP sebagai berikut: 1 Bank wajib membentuk cadangan 1 dari seluruh pembiayaan 2 Cadangan 3 dari pembiayaan yang tergolong tidak lancer setelah dikurangi nilai agunan yang telah dikuasai 3 Cadangan 50 dari pembiayaan yang tergolong diragukan setelah dikurangi nilai agunan yang dikuasai 4 Cadangan 100 dari pembiayaan yang tergolong macet setelah dikurangi nilai agunan yang dikuasai Bila kemacetan tersebut akibat kelalaian, pelanggaran atau kecurangan nasabah, maka bank dapat meminta agar nasabah menyelesaikan segera, termasuk penyerahan barang yang digunakan kepada bank. Bila penyelesaian diluar pengadilan tidak dapat dicapai, maka bank dapat menempuh jalur hukum. Dalam hal ini ada dua cara yang dapat ditempuh, yaitu pengadilan negeri atau badan arbitrase. Perbankan syariah lebih suka memilih badan arbitrase muamalah Indonesia. “barang siapa yang mendapati hartanya berada pada seseorang yang dinyatakan bangkrut atau pada seseorang yang telah pailit, maka dia lebih berhak atas hartanya itu daripada orang lain.” HR Jamaah. Sesuai surat keputusan direksi bank Indonesia No. 31147KEPDIR tanggal 12 November 1998 kualitas aktiva produktif pembiayaan dinilai atas tiga kriteria, yaitu berdasarkan prospek usaha, kondisi keuangan dengan penekanan pada arus kas debitur, dan kemampuan untuk membayar. Dari ketiga kriteria tersebut kualitas pembiayaan digolongkan menjadi lancer,kurang lancer, diragukan dan macet. Apabila kreditur tidak mau melunasi hutangnya, maka dia layak mendapat hukuman fisik diadukan ke pengadilan dan dipenjara. Dasarnya adalah hadis terdahulu, “orang-orang kaya yang tidak mau membayar hutangnya boleh dilecehkan kehormatannya dan dihukum.” Berbagai cara untuk mengatasi kesulitan saat kreditur menunggak membayar cicilan dapat diklasifikasikan menjadi dua : 1 Cara untuk menjamin hak penjualan pada saat pembeli melakukan tunggakan pembayaran. 2 Cara untuk mencegah mereka yang menjadikan bisnis ini sebagai jalan memakan harta orang lain secara dzalim. Adapun bagian pertama, ada beberapa cara pilihan yang bisa digunakan sebelum transaksi, dan cara lain dilakukan bersamaan dengan transaksi: 1 Yang dilakukan sebelum transaksi. Ada beberapa pengarahan yang mungkin bisa membantu untuk menjaga hak penjual dan sekaligus memeliharanya agar tidak terjerumus ke dalam perangkap para penunggak hutang tersebut. contohnya: hendaknya pihak peminjam sebelum menyelesaikan transaksi pembiayaan harus mengetahui keseriusan peminjam dan komitmennya dalam ajang komersial terdahulu, bila memungkinkan. 2 Bersamaan dengan transaksi. Peminjam juga bisa saja menetapkan syarat dalam transaksi berupa beberapa bentu jaminan yang bisa memelihara haknya kalau seandainya si pembinjam terlambat menutup cicilannya. Contohnya: memberikan syarat agar peminjam mengajukan seorang penanggung jawab atau menyerahkan jaminan.

BAB III GAMBARAN UMUM PT BANK SYARIAH MANDIRI

A. Sejarah PT BSM

Kehadiran BSM sejak tahun 1999, sesungguhnya merupakan hikmah sekaligus berkah pasca krisis ekonomi dan moneter 1997-1998. Sebagaimana diketahui, krisis ekonomi dan moneter sejak Juli 1997, yang disusul dengan krisis multi-dimensi termasuk di panggung politik nasional, telah menimbulkan beragam dampak negatif yang sangat hebat terhadap seluruh sendi kehidupan masyarakat, tidak terkecuali dunia usaha. Dalam kondisi tersebut, industri perbankan nasional yang didominasi oleh bank-bank konvensional mengalami krisis luar biasa. Pemerintah akhirnya mengambil tindakan dengan merestrukturisasi dan merekapitalisasi sebagian bank-bank di Indonesia. Salah satu bank konvensional, PT Bank Susila Bakti BSB yang dimiliki oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai YKP PT Bank Dagang Negara dan PT Mahkota Prestasi juga terkena dampak krisis. BSB berusaha keluar dari situasi tersebut dengan melakukan upaya merger dengan beberapa bank lain serta mengundang investor asing. 23 Pada saat bersamaan, pemerintah melakukan penggabungan merger empat bank Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank Exim, dan Bapindo menjadi satu bank baru bernama PT Bank Mandiri Persero pada tanggal 31 Juli 1999. Kebijakan penggabungan tersebut juga menempatkan dan menetapkan PT Bank Mandiri Persero Tbk. sebagai pemilik mayoritas baru BSB. Sebagai tindak lanjut dari keputusan merger, Bank Mandiri melakukan konsolidasi serta membentuk Tim Pengembangan Perbankan Syariah. Pembentukan tim ini bertujuan untuk mengembangkan layanan perbankan syariah di kelompok perusahaan Bank Mandiri, sebagai respon atas 23 Annual Report BSM 2009. Hal. 3 diberlakukannya UU No. 10 tahun 1998, yang memberi peluang bank umum untuk melayani transaksi syariah dual banking system. 24 Tim Pengembangan Perbankan Syariah memandang bahwa pemberlakuan UU tersebut merupakan momentum yang tepat untuk melakukan konversi PT Bank Susila Bakti dari bank konvensional menjadi bank syariah. Oleh karenanya, Tim Pengembangan Perbankan Syariah segera mempersiapkan sistem dan infrastrukturnya, sehingga kegiatan usaha BSB berubah dari bank konvensional menjadi bank yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah dengan nama PT Bank Syariah Mandiri sebagaimana tercantum dalam Akta Notaris: Sutjipto, SH, No. 23 tanggal 8 September 1999. Perubahan kegiatan usaha BSB menjadi bank umum syariah dikukuhkan oleh Gubernur Bank Indonesia melalui SK Gubernur BI No. 124 KEP.BI1999, 25 Oktober 1999. Selanjutnya, melalui Surat Keputusan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia No. 11KEP.DGS 1999, BI menyetujui perubahan nama menjadi PT Bank Syariah Mandiri. Menyusul pengukuhan dan pengakuan legal tersebut, PT Bank Syariah Mandiri secara resmi mulai beroperasi sejak Senin tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999. PT Bank Syariah Mandiri hadir, tampil dan tumbuh sebagai bank yang mampu memadukan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani, yang melandasi kegiatan operasionalnya. Harmoni antara idealisme usaha dan nilai-nilai rohani 24 ibid

Dokumen yang terkait

Analisis Penyelesaian Pembiayaan Masyarakat Mutanaqisah Bermasalah Pada Bank Muamalat Indonesia Berdasarkan Kepurtusan DSN NO.01/DSN-MUI/X/2013

10 146 127

STRATEGI PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH Strategi Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah Pada Pembiayaan Murābahah(Studi Kasus KJKS BMT Kube Colomadu Sejahtera).

0 2 15

STRATEGI PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH DI KJKS BMT SYARIAH SEJAHTERA BOYOLALI Strategi Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah Di KJKS BMT Syariah Sejahtera Boyolali.

0 1 13

STRATEGI PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH DI KJKS BMT SYARIAH SEJAHTERA BOYOLALI Strategi Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah Di KJKS BMT Syariah Sejahtera Boyolali.

0 1 15

KEBIJAKAN PENANGANAN PEMBIAYAAN MUDHARABAH BERMASALAH PADA BANK SYARIAH Kebijakan Penanganan Pembiayaan Mudharabah Bermasalah Pada Bank Syariah (Studi di Bank Danamon Syariah Surakarta).

0 2 14

Upaya Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah Di Bank Syariah Melalui Badan Arbitrase Syariah Nasional (Basyarnas).

0 0 14

PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH MELALUI CARA NON LITIGASI PADA PT. BANK SYARIAH MANDIRI DI SURAKARTA.

0 1 6

STRATEGI PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA PRODUK BSM GADAI EMAS DI PT. BANK SYARIAH MANDIRI KANTOR CABANG PEMBANTU PALUR.

0 0 15

Penyelesaian Pembiayaan bermasalah Melalui Cara Nonlitigasi pada PT. Bank Syariah mandiri di Surakarta AWAL

0 0 14

BAB II TINJAUAN UMUM PENYELESAIAN NASABAH BERMASALAH DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA BANK SYARI’AH MANDIRI KCP BELITANG - Penyelesaian Nasabah Bermasalah Dalam Pembiayaan Murabahah Pembelian Kebun Karet di Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Belit

0 0 56