Nurlaily : Pencocokan Pola Suara Dengan Algoritma FFT Dan DC, 2009. USU Repository © 2009
Gambaran umum tentang perbedaan suara manusia. [6] Sebagai teknik-teknik
riset operasi yang dapat digunakan dalam penelitian untuk pengambilan keputusan.
Pengkodean dilakukan agar sinyal suara dapat direspons oleh komputer.[7] Dalam hal ini digunakan 3 tiga digit untuk pengkodean.
Kuantisasi dilakukan untuk menentukan level dari suatu data sampel. [8]
Semakin banyak level kuantisasi yang dipakai maka data yang disimpan semakin akurat.
Panduan Program Aplikasi dengan menggunakan Software e-speaking dalam
menjalankan perintah suara. [5]
1.8 RANCANGAN PENCOCOKAN POLA SUARA
Secara umum, proses yang dilakukan dalam pencocokan pola suara dengan algoritma FFT dan DC dapat digambarkan sebagai berikut:
Nurlaily : Pencocokan Pola Suara Dengan Algoritma FFT Dan DC, 2009. USU Repository © 2009
Gambar 1.1 Rancangan Proses data digital pada template
Input Sinyal Analog
Sampel
Kuantisasi
Pengkodean
Simpan data digital pada template
Mulai
Selesai
Nurlaily : Pencocokan Pola Suara Dengan Algoritma FFT Dan DC, 2009. USU Repository © 2009
Gambar 1.2 Rancangan pencocokan pola suara dengan algoritma FFT dan DC
Data digital pada template
Data digital baru
Proses dengan metode FFT dan DC
Tampilan aplikasi komputer
Yes
Selesai No
Bandingkan data digital baru dengan
data digital pada template
Nurlaily : Pencocokan Pola Suara Dengan Algoritma FFT Dan DC, 2009. USU Repository © 2009
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Pembentukan Ucapan Manusia Proses pembentukan ucapan manusia melibatkan 3 tiga sub proses utama, yaitu:
Pembangkitan Sumber Source Generator, Artikulasi Articulation, serta Radiasi Radiation [FUR89]. Proses pembentukan bunyi bahasa dimulai dengan
memanfaatkan pernapasan sebagai sumber tenaganya. Pada saat manusia mengeluarkan nafas, paru-paru manusia akan menghembuskan tenaga berupa arus
udara. Arus udara ini dapat mengalami perubahan pada pita suara yang terletak pada pangkal tenggorokan. Arus udara dari paru-paru itu dapat membuka ke dua pita suara
yang merapat sehingga menyebabkan corak bunyi tertentu. Gerakan membuka dan menutup pita suara itu akan mengakibatkan arus udara dan udara yang berada di
sekitar pita suara akan turun berubah tekanan dan ikut bergetar.
Adanya perubahan bentuk saluran suara yang terdiri dari rongga fairing, rongga mulut dan rongga hidung akan menghasilkan bunyi bahasa yang berbeda-beda.
Pada saat udara dari paru-paru dihembuskan, ke dua pita suara dapat merapat atau merenggang. Jika ke dua pita suara itu bergantian merapat atau merenggang dalam
pembentukan suatu bunyi bahasa, maka bunyi bahasa yang dihasilkan terasa berat. Bunyi bahasa ini dinamakan bunyi bersuara voiced. Jika ke dua pita merenggang
Nurlaily : Pencocokan Pola Suara Dengan Algoritma FFT Dan DC, 2009. USU Repository © 2009
sehingga arus udara dapat lewat dengan mudah ringan, maka bunyi bahasa ini umumnya dinamakan bunyi tak bersuara unvoiced.
Adapun bunyi bahasa itu dapat dibedakan menjadi 2 dua kelompok berdasarkan ada tidaknya rintangan terhadap arus udara, yaitu vokal dan konsonan.
Vokal adalah bunyi udara yang arus udaranya tidak mengalami rintangan dan kualitasnya ditentukan oleh ketinggian posisi lidah, bagian lidah yang dinaikkan, dan
bentuk bibir. Konsonan adalah bunyi bahasa yang arus udaranya mengalami rintangan dan kualitasnya ditentukan oleh keadaan pita suara, penyentuhanpendekatan berbagai
alat ucap dan cara alat ucap itu bersentuhan. Sedangkan diftong adalah vocal yang berubah kualitasnya dari biasanya dilambangkan oleh 2 dua huruf vokal yang tidak
dapat dipisahkan.
Gambar 2.1 Rongga Mulut Manusia
Nurlaily : Pencocokan Pola Suara Dengan Algoritma FFT Dan DC, 2009. USU Repository © 2009
2.2 Pengertian Suara