Analisis The C’s Of Credit Sebagai Indikator Penilaian Pemberian Kredit Pada Usaha Kecil Dan Menengah (UKM) PT Bank Sumut Kantor Cabang Pembantu USU
PEMBERIAN KR (UKM) PT BANK
PROG
REDIT PADA USAHA KECIL DAN MEN K SUMUT KANTOR CABANG PEMBAN
MEDAN
OLEH
ALEXANDER SIBURIAN 080502234
GRAM STUDI STRATA 1 MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
ENENGAH NTU USU
(2)
(3)
BANK SUMUT KANTOR CABANG PEMBANTU USU MEDAN
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah analisis The C’s of Credit merupakan indikator penilaian terpenting dalam pemberian kredit kepada usaha kecil dan menengah (UKM) di PT Bank Sumut Kantor Cabang Pembantu USU?”. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui tata cara penilaian PT Bank Sumut Kantor Cabang Pembantu USU Medan yang menggunakan The C’s of Credit kepada Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dan untuk mengetahui akan peringkat setiap poin-poin di dalam The C’s of Credit sebagai salah satu indikator penilaian dalam kelayakan pemberian kredit kepada UKM.
Di dalam penelitian ini analisis The C’s of Credit merupakan indikator penilaian terpenting dalam pemberian kredit kepada usaha kecil dan menengah (UKM) di PT Bank Sumut kantor cabang pembantu USU.
Pengumpulan data dilakukan dengan dua cara, primer dan sekunder. Pengumpulan data primer memberikan data melalui wawancara secara langsung kepada Kepala Bagian Perkreditan dan UKM penerima kredit di PT Bank Sumut Kantor Cabang Pembantu USU, sedangkan pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara, data diperoleh dari hasil publikasi media massa, atau hasil karangan, buku–buku, serta data lain yang diperoleh secara tidak langsung dari pihak yang bersangkutan yang tujuannya mendukung data primer. Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis deskriptif kualitatif dengan menggunakan metode wawancara dan metodein depth interview.
Hasil Penelitian menunjukan bahwa analisisThe C’s of Creditmerupakan alat penilaian dalam pemberian kredit., hasil dari in depth interview dan wawancara menunjukan bahwa terdapat peringkat dari setiap poin-poin dalam The C’s of Credit yang berguna dalam pemberian kredit. In depth interview juga memberikan penjelasan mengenai akan setiap peringkat dari poin- poin The C’s of Credit pada penilaian yang dilakukan oleh PT Bank Sumut Kantor Cabang Pembantu USU.
(4)
ANALYSISTHE C’S OF CREDITAS THE INDICATOR IN GRANTING CREDIT TO SMALL AND MIDDLE COMPANIES AT PT BANK SUMUT SUPPORTING
OFFICE BRANCH IN UNIVERSITY OF NORTH SUMATRA
The Formulation of the problem in this research is “whether The C’s of Credit is the most important assessment indicators in granting credit to the small and middle companies at PT Bank Sumut Supporting Office Branch in University of North Sumatra. The purpose of the research is get to know the procedures for assessment at PT Bank Sumut Supporting office branch in University of North Sumatra that use The C’s of Credit to small and middle companies and to get know the interests of each points in the C’s of Credit as assessment indicator in granting credit to small and middle companies.
In this research is the analysis of the C’s of Credit is the most important indicator in granting credit to small and middle companies at PT Bank Sumut Supporting Office Branch in University of North Sumatra.
Data gained with two ways, prime and secondary. Prime data give information data by live interviewed the head executive credit officer and debitor who gained credit before at PT Bank Sumut Supporting branch office in University of North Sumatra. Secondary data give information data by the publicity of online media, journals, books and another supporting ideas which support prime data. Analysis method that use is analysis qualitative descriptive that uses interview method and in depth interview method.
The research show the analysis of the C’s of Credit was the most important assessment indicator in granting credit. After the researcher did interview the answer is The C’s of Credit is the most important assessment indicator in giving credit. In depth interview method give rating poin that happened in the C’s of credit.at PT Bank Sumut Supporting Office Branch in University of North Sumatra and also gave explanation about the rating poin.
(5)
Pemberian Kredit Kepada Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Pada PT Bank Sumut Kantor Cabang Pembantu Universitas Sumatera Utara Medan”. Dalam penulisan skripsi ini, pertama sekali penulis mengucapkan Puji serta syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas penyertaan-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulis juga telah banyak menerima bimbingan, saran dan motivasi dan doa dari berbagai pihak selama penulisan skripsi ini, pada kesempatan ini penulis dengan segala kerendahan hati mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan untuk penyelesaian skripsi ini,yaitu kepada:
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Sumatera Utara.
2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, ME, selaku Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Dra. Marhayanie, M.Si, selaku Sekertaris Jurusan Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, M.Si, selaku Ketua Program Studi Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
(6)
meluangkan waktunya untuk mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Ibu Dra. Lisa Marlina, MSI selaku dosen pembaca yang telah meluangkan waktunya dan memberikan saran dalam menyelesaikan skripsi ini..
7. Dewan Direksi PT Bank Sumut, yang telah membantu dalam pengurusan surat izin kepada penulis untuk melakukan riset.
8. Kepala Bagian Perkreditan KCP USU yaitu Bapak Aulia dan Abang Azhari beserta seluruh staf dan karyawan bagian perkreditan dan bagian Sumber Daya Manusia. Kepada Kakak Ade yang telah banyak membantu penulis dalam memberikan gambaran serta data – data serta keterangan-keterangan yang penulis butuhkan.
9. Kedua orang tuaku Dr. Pirma Siburian dan Vera Sitorus, SH yang telah memberikan segalanya kepada penulis.
10. Kak Vina, Bang Jul di Jurusan dan Kak Dani di Bagian Pendidikan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah membantu penulis dalam pengurusan prosedur, pengurusan surat riset dan pengajuan skripsi hingga skripsi ini selesai.
11. Teman-Temanku Di seluruh fakultas ekonomi, jurusan Manajemen dan pada konsentrasi Manajemen Usaha Kecil dan Menengah yang memberikan bantuan semangat dalam penulisan ini.
(7)
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan dalam penyajian segi isi. Penulis juga memohon maaf atas jika terjadi kesalahan penulisan terhadap penyajian yang diberikan. Penulis mengharapkan saran yang membangun khususnya dari peneliti selanjutnya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat.
Medan, Juli 2012
Penulis
(8)
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT... ii
KATA PENGANTAR... iii
DAFTAR ISI... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 10
1.3 Tujuan Penelitian ... 10
1.4 Manfaat Penelitian ... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12
2.1 Uraian Teoritis ... 12
2.2 Penelitian Terdahulu... 38
2.3 Kerangka Konseptual ... 39
BAB III METODE PENELITIAN ... 41
3.1 Jenis Penelitian ... 41
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian... 41
3.3 Batasan Operasional Variabel ... 41
3.4 Definisi Operasional Variabel ... 42
3.5 Populasi dan Sampel... 43
3.6 Jenis Data... 43
3.7 Metode Pengumpulan Data ... 43
3.8 Teknik Analisis Data ... 44
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAM ... 45
4.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 45
4.2 Gambaran Kredit di PT Bank Sumut Kantor Cabang Pembantu USU... 49
4.3 Penjelasan dan Evaluasi Peringkat Poin-poin The C’s of Creditdalam Memberikan Kredit Kepada Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Oleh PT Bank Sumut KCP USU ... 65
(9)
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 78
5.1 Kesimpulan... 78
5.2 Saran ... 81
DAFTAR PUSTAKA ... 83
(10)
No. Tabel Judul Halaman Tabel 1.1. Jumlah Nasabah UKM dan Jumlah Dana yang diberikan Kredit
Angsuran Lainnya (KAL) Oleh PT Bank Sumut
Cabang Pembantu USU ... 7 Tabel 2.1. Pengelompokan Kegiatan Usaha Ditinjau dari Jumlah
Pekerja ... 13 Tabel 4.2. Urutan Peringkat Poin - PoinThe C’s of Credituntuk
Kredit Angsuran Lainnya (KAL) Menurut PT Bank Sumut
Kantor Cabang Pembantu Universitas Sumatera Utara (USU)... 65 Tabel 4.3. Urutan Peringkat Poin - PoinThe C’s of Credituntuk
Kredit Angsuran Lainnya (KAL) Menurut UKM Pada PT Bank Sumut Kantor Cabang Pembantu Universitas Sumatera
(11)
Gambar 2.1. Ruang LingkupThe C’s of Credit... 27 Gambar 2.2. Kerangka Konseptual ... 40 Gambar 4.1. Struktur Organisasi PT Bank Sumut... 47 Gambar 4.2. Penggunaan Kredit SPK di
PT Bank Sumut KCP USU... 52 Gambar 4.3. Prosedur Pengajuan Permohonan Kredit pada
PT Bank Sumut KCP USU ... 55 Gambar 4.4. Tahapan Penilaian Karakter di
(12)
No.Lampiran Judul Halaman Lampiran WawancaraIn Depth Interview... 85
(13)
BANK SUMUT KANTOR CABANG PEMBANTU USU MEDAN
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah analisis The C’s of Credit merupakan indikator penilaian terpenting dalam pemberian kredit kepada usaha kecil dan menengah (UKM) di PT Bank Sumut Kantor Cabang Pembantu USU?”. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui tata cara penilaian PT Bank Sumut Kantor Cabang Pembantu USU Medan yang menggunakan The C’s of Credit kepada Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dan untuk mengetahui akan peringkat setiap poin-poin di dalam The C’s of Credit sebagai salah satu indikator penilaian dalam kelayakan pemberian kredit kepada UKM.
Di dalam penelitian ini analisis The C’s of Credit merupakan indikator penilaian terpenting dalam pemberian kredit kepada usaha kecil dan menengah (UKM) di PT Bank Sumut kantor cabang pembantu USU.
Pengumpulan data dilakukan dengan dua cara, primer dan sekunder. Pengumpulan data primer memberikan data melalui wawancara secara langsung kepada Kepala Bagian Perkreditan dan UKM penerima kredit di PT Bank Sumut Kantor Cabang Pembantu USU, sedangkan pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara, data diperoleh dari hasil publikasi media massa, atau hasil karangan, buku–buku, serta data lain yang diperoleh secara tidak langsung dari pihak yang bersangkutan yang tujuannya mendukung data primer. Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis deskriptif kualitatif dengan menggunakan metode wawancara dan metodein depth interview.
Hasil Penelitian menunjukan bahwa analisisThe C’s of Creditmerupakan alat penilaian dalam pemberian kredit., hasil dari in depth interview dan wawancara menunjukan bahwa terdapat peringkat dari setiap poin-poin dalam The C’s of Credit yang berguna dalam pemberian kredit. In depth interview juga memberikan penjelasan mengenai akan setiap peringkat dari poin- poin The C’s of Credit pada penilaian yang dilakukan oleh PT Bank Sumut Kantor Cabang Pembantu USU.
(14)
ANALYSISTHE C’S OF CREDITAS THE INDICATOR IN GRANTING CREDIT TO SMALL AND MIDDLE COMPANIES AT PT BANK SUMUT SUPPORTING
OFFICE BRANCH IN UNIVERSITY OF NORTH SUMATRA
The Formulation of the problem in this research is “whether The C’s of Credit is the most important assessment indicators in granting credit to the small and middle companies at PT Bank Sumut Supporting Office Branch in University of North Sumatra. The purpose of the research is get to know the procedures for assessment at PT Bank Sumut Supporting office branch in University of North Sumatra that use The C’s of Credit to small and middle companies and to get know the interests of each points in the C’s of Credit as assessment indicator in granting credit to small and middle companies.
In this research is the analysis of the C’s of Credit is the most important indicator in granting credit to small and middle companies at PT Bank Sumut Supporting Office Branch in University of North Sumatra.
Data gained with two ways, prime and secondary. Prime data give information data by live interviewed the head executive credit officer and debitor who gained credit before at PT Bank Sumut Supporting branch office in University of North Sumatra. Secondary data give information data by the publicity of online media, journals, books and another supporting ideas which support prime data. Analysis method that use is analysis qualitative descriptive that uses interview method and in depth interview method.
The research show the analysis of the C’s of Credit was the most important assessment indicator in granting credit. After the researcher did interview the answer is The C’s of Credit is the most important assessment indicator in giving credit. In depth interview method give rating poin that happened in the C’s of credit.at PT Bank Sumut Supporting Office Branch in University of North Sumatra and also gave explanation about the rating poin.
(15)
1.1 Latar Belakang
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan salah satu bagian penting dari perekonomian baik untuk negara ataupun daerah. Peran penting UKM tersebut telah mendorong banyak negara termasuk Indonesia untuk terus berupaya mengembangkan UKM. Peranan UKM terutama sejak krisis moneter tahun 1998 dapat dipandang sebagai katup penyelamat dalam proses pemulihan ekonomi nasional dalam mendorong laju pertumbuhan ekonomi.
Usaha Kecil Menengah (UKM) adalah jenis usaha yang mempunyai peranan penting bagi perekonomian Indonesia karena sebagian besar dari usaha nasional adalah usaha berkategori UKM yaitu hampir 45 juta unit pada tahun 2005 atau sekitar 99 persen dari total usaha nasional (Irawan dan Airlangga, 2007:14). UKM menciptakan lapangan kerja yang besar dari total tenaga kerja pada usaha nasional dan menyumbang sampai dengan tingkat tertinggi (maximal output) yang merupakan usaha yang dihasilkan nasional dari sektor nonmigas (Irawan dan Airlangga, 2007:14).
(16)
memotivasi para karyawan (Small Bussiness Administration). UKM menawarkan pelatihan keterampilan yang lebih mudah untuk diterapkan dibanding di perusahaan besar. Karyawan yang bekerja pada UKM akan menerima banyak manfaat dari pelatihan di UKM tersebut. UKM adalah inkubator ide yang berkumpul dan bertujuan membantu dalam menemukan produk serta jasa baru. UKM menciptakan inovasi lebih banyak dari pada perusahaan skala besar. Contoh inovasi yang terdapat di UKM di Indonesia meliputi usaha kuliner, banyaknya sekarang inovasi-inovasi pada jenis kuliner yang memiliki keunggulan tersendiri (unik).
UKM merupakan ’lahan persemaian’ (seedbed) yang berguna untuk menciptakan perusahaan-perusahaan skala besar di masa mendatang sebagai mesin pertumbuhan ekonomi (Irawan dan Airlangga, 2007:11). UKM pada awalnya adalah bisnis kecil yang memiliki potensi untuk berkembang menjadi bisnis berskala besar seperti franchise. Melihat potensi dari UKM, pemerintah memberikan dukungan berupa kebijakan. Instrument kebijakan pemerintah yang pernah dilahirkan untuk mencapai tujuan di atas pada dasarnya dapat digolongkan dalam tiga kelompok area kebijakan, yaitu: bantuan finansial, bantuan teknis, dan bantuan keberpihakan politik melalui peraturan-peraturan tertentu (Irawan dan Airlangga, 2007:19). Melalui kebijakan pemerintah dalam hal bantuan finansial, bank di berikan wewenang oleh pemerintah untuk menghimpun dan menyalurkan dana kepada UKM untuk kelancaran kegiatannya.
(17)
Bank merupakan lembaga keuangan yang memberikan jasa keuangan yang paling lengkap untuk usaha keuangan yaitu menyalurkan dana atau memberikan pinjaman atau kredit (Kasmir, 2008:4). Sektor perbankan sangat berkaitan dengan UKM, bank mempunyai fungsi pokok sebagai indikator pendukung pembangunan UKM. Bank memberikan bantuan berupa pinjaman dana atau kredit, secara garis besar fungsi pinjaman merupakan fasilitator untuk menghasilkan keuntungan bagi bank tetapi juga merupakan fungsi yang paling tinggi risikonya (Santoso, 1995:12).
Pemerintah memberi kemampuan kepada bank dalam hal menyalurkannya kredit kepada UKM. Pemberian kredit merupakan tugas dan tanggung jawab bank. Sebagaimana diketahui kontribusi perbankan dapat berupa penyaluran kredit berupa finansial kepada UKM. Bantuan finansial merupakan bantuan utama bagi pembangunan usaha untuk UKM. Pembangunan di bidang usaha tentunya memerlukan dana pendukung yang tidak sedikit, kegiatan bank tersebut memungkinkan masyarakat melakukan mobilisasi ekonomi (Triandaru dan Budisantoso, 2006: 9), yang dimaksud dengan mobilisasi ekonomi contohnya ialah pemberian kredit.
PT Bank Sumut adalah salah satu Bank Pembangunan Daerah (BPD) yang memberi komitmen untuk membantu UKM dalam hal pemberian kredit UKM. PT Bank Sumut merupakan bank pembangunan daerah yang dimiliki oleh Provinsi
(18)
tersebut mencerminkan dukungan yang kuat dari pemegang saham dan posisi bisnis yang kuat padaniche marketperusahaan dan performa rentabilitas yang baik menurut pefindo (Pemeringkat Efek Indonesia).
Setiap Bank Pembangunan Daerah (BPD) dituntut untuk kreatif dan inovatif dalam memaksimalkan keunggulan yang tidak dimiliki bank umum. BPD memanfaatkan keunggulan dengan lebih memahami seluk beluk di daerahnya masing-masing. Selain tentunya memiliki kelembagaan dan operasional yang telah terstruktur rapi (Infonews.com). Selain diperkuat oleh pernyataan Infobank.news mengenai BPD, diperkuat juga oleh kutipan sebuah media massa online, untuk daya saing ekonomi dan sumber daya alam di daerah Sumatera, Sumatera utara menempati peringkat pertama sedangkan pada tingkat nasional Sumatera Utara meraih peringkat delapan (TribunJambi.com), sehingga hal ini menjadi sebuah alasan bagi peneliti mengambil tempat penelitian di PT Bank Sumut.
Produk kredit yang diberikan oleh PT Bank Sumut untuk UKM adalah produk Kredit Usaha Lainnya (KAL) dan Sistem Pembayaran Koran (SPK). Produk kredit ini diberikan untuk membiayai usaha UKM menjadi produktif. KAL merupakan salah satu produk kredit yang dominan diantara produk kredit kepada jenis usaha lainnya yang diberikan oleh Bank Sumut. KAL adalah perkreditan yang diberikan kepada perorangan dan pengusaha. Jumlah dana yang dapat diberikan Rp. 50.000.000 (Lima Puluh Juta Rupiah) sampai dengan Rp. 750.000.000 (Tujuh Ratus Lima Puluh Juta Rupiah), kredit yang diberikan berupa Kredit Modal Kerja (KMK) dan Kredit
(19)
Investasi (KI ) dengan jangka waktu kredit selama 1 (satu) sampai dengan 5 (lima) tahun. Sedangkan SPK adalah sistem pemberian kredit dengan membatasi kuota nominal dan dalam hal pencairan dana, debitur tidak dapat mengambil seluruh dana tetapi secara bertahap. SPK sekarang tidak banyak digunakan oleh debitur UKM, pengguna kredit UKM lebih banyak yang menggunakan KAL. Kredit modal kerja adalah kredit yang digunakan sebagai modal usaha (Kasmir, 2011:125). Modal sendiri bisa digunakan untuk ekspansi, yaitu memperluas kegiatan perusahaan, memperluas kegiatan produksi, memperluas kegiatan pemasaran dengan tujuan memperoleh laba yang sebesar-besarnya (Nafarin, 2007:334).
Dalam pelaksanaan pemberian kredit, pemberi kredit yaitu pihak perbankan menilai dan menganalisis terlebih dahulu calon debitur yang layak mendapatkan KAL. Adapun alat analisis yang digunakan untuk menganalisis kredit sekarang adalah The C’s of Credit. Sebelumnya berdasarkan pasal 8 Undang-Undang Perbankan yang Diubah, hal-hal yang harus dinilai sebelum memberikan kredit atau pembiayaan adalah karakter, kemampuan, modal, agunan dan prospek usaha yang keseluruhan terangkum dalam The five C of Credit (Nogi, 2003:43). Seiring Berkembangnya dunia perbankan, penilaian terhadap poin-poin dalam The five C of credit juga ikut berkembang, Hal ini di tandai dengan adanya penambahan poin di dalam The five C of credit yaitu kemampuan untuk meminjam (Sutojo, 1997: 293). The five C of Credit berkembang menjadi The C’s of credit yang bertujuan sistem
(20)
Prinsip The C’s of Credit diterapkan di PT Bank Sumut untuk menilai kelayakan calon debitur untuk menerima kredit KAL serta melanjutkan pembiayaan dengan fasilitas kredit ataupun penambahan dana fasilitas kredit Kepada UKM. The C’s of Credit adalah karakter (character), kemampuan untuk meminjam (competence), kemampuan untuk menghasilkan laba (create income), fasilitas produksi (capital), jaminan kredit (collateral), Keadaan ekonomi (condition of economy).
The C’s of Credit membantu pihak perbankan untuk menganalisis dan melakukan verifikasi berbagai poin terkait yang tujuannya untuk memperkirakan apakah debitur tersebut dapat membayar kewajiban kreditnya dengan lancar serta dapat melunasi kreditnya sesuai dengan jangka waktu yang disepakati. Dari penilaian prinsip tersebut maka hasil yang diharapkan adalah kredit yang telah disalurkan tersebut dapat dibayar kembali oleh debitur baik hutang pokok maupun bunganya berjalan lancar.
(21)
Tabel 1.1 Jumlah Nasabah UKM dan Jumlah Dana Kredit Angsuran Lainnya (KAL) yang diberikan Kepada UKM Oleh PT Bank Sumut Cabang Pembantu
USU No. Tahun Jumlah Nasabah tidak bermasalah
Jumlah dana yang diberikan
Jumlah nasabah yang
bermasalah
Jumlah dana yang mengalami
masalah
1. Desember 2008
185 orang Rp 17.905.000.000 -
-2. Desember 2009
183 orang Rp 12.611.340.147,57 4 orang (1 orang dalam perhatian khusus, 3 orang macet) Rp.420.143.328 3. Desember 2010
161 orang Rp 10.223.165.966,24 2 orang (1 macet,1 diragukan)
Rp.180.000,000
Sumber: PT Bank Sumut Cabang Pembantu USU (27 Desember 2011, diolah)
Dari Tabel 1.1 diperoleh informasi Bank Sumut ikut membantu UKM dalam hal pemberikan modal yang nama produknya adalah KAL. KAL bagi UKM memiliki fungsi sebagai Kredit Modal Kerja dan juga Kredit Investasi. Sebelum KAL jatuh kepada Calon debitur, terlebih dahulu di analisis melalui The C’s of Credit yang bertujuan dapat membantu perbankan dalam menghindari dana yang mengalami masalah dan juga debitur UKM yang bermasalah. Bank Sumut menyediakan modal awal untuk Kredit bagi UKM sekitar Rp. 8.000.000.000.000 (delapan triliun rupiah) sampai 12.000.000.000 (dua belas triliun rupiah) pertahunnya dan membatasi sekitar 136.000.000.000 (seratus tiga puluh enam miliar) bagi setiap cabang atau kantor
(22)
Dari Tabel 1.1 ini juga dapat dilihat bahwa jumlah penerima kredit dari tahun ke tahun mengalami penurunan. Penyebab penurunan jumlah penerima kredit di Bank Sumut karena Bank Sumut menggunakan The C’s of Credit secara lebih teliti, mendetail dan berhati-hati agar analisis The C’s of Credit menghasilkan orang yang tepat dan dananya diterima oleh orang yang tepat sehingga dananya dapat menjadi efektif. Penggunaan The C’s of Credit secara teliti, mendetail dan berhati-hati ditujukan agar modal yang diberikan perbankan bagi UKM menjadi lebih efektif dan efisien sehingga kuantitas banyaknya pemohon tidak menjadi tolak ukur tetapi lebih mementingkan kepada penerima kredit yang berkualitas agar tidak ada kredit yang masuk kedalam kategori macet. Bagi perbankan kegagalan pengembalian dana dapat menyebabkan terjadinya rush (kemacetan) yang berakibat penarikan dana besar-besaran sehingga likuiditas bank akan terganggu dan sekaligus menyebabkan menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap lembaga perbankan.
Debitur UKM diharuskan mampu memenuhi poin-poin The C’s of Credit untuk mendapatkan KAL. Pemahaman dari UKM akan The C’s of Credit harus sempurna sehingga tidak menyebabkan adanya masalah dalam mendapatkan permodalan. AnalisisThe C’s of Credit membantu dalam hal menetapkan standar dan prosedur untuk menilai layak tidaknya seorang calon debitur yang akan menerima kredit. Alasan penolakan yang diberikan oleh PT Bank Sumut disebabkan oleh pemohon kredit yang tidak meyakinkan dan mencukupi kriteriaThe C’s of credit.
(23)
Jumlah penolakan pemohon yang mengajukan KAL dalam setahun di PT Bank Sumut cabang pembantu USU tidak dimasukan kedalam data, dikarenakan sebagian besar dari yang ditolak kembali mengajukan permohonan dengan menunjukan keseriusan yang tinggi dan mampu meyakinkan pihak kredit dalam menggunakan dana kredit untuk hal yang bermanfaat pengecualian bagi yang memiliki catatan hitam (blacklist) di dunia perbankan akan selalu mengalami penolakan.
Penilaian The C’s of Credit akan diteliti secara mendalam yang meliputi pembahasan akan setiap poin-poinnya yang akan menghasilkan peringkat kepentingan akan setiap poin yang tujuannya pada bagian mana di dalam poin-poin The C’s of Credit memiliki penilaian paling tinggi oleh PT Bank Sumut Cabang Pembantu USU yang nantinya akan membantu calon debitur dalam proses kredit. Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk membahas lebih lanjut mengenai The C’s of Credit dalam skripsi yang berjudul: “ANALISIS The C’s of
CreditSEBAGAI INDIKATOR PENILAIAN PEMBERIAN KREDIT KEPADA USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) PADA PT BANK SUMUT KANTOR CABANG PEMBANTU USU“.
(24)
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan paparan di atas maka dapat dirumuskan masalah yang akan diteliti adalah“Apakah analisis The C’s of Creditmerupakan indikator penilaian terpenting dalam pemberian kredit kepada usaha kecil dan menengah (UKM) pada PT Bank Sumut kantor cabang pembantu USU?”
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui tata cara penilaian perbankan melalui The C’s of Credit kepada UKM.
2. Menjelaskan dan mengevaluasi peringkat penilaian poin penting dalam The C’s of Creditdalam memberikan kredit kepada UKM.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah:
1. Bagi PT Bank Sumut kantor cabang pembantu USU, sebagai bahan masukan agar memperhatikan dan meningkatkan serta memberikan pelayanan terbaik dalam penyaluran kredit kepada Usaha Kecil dan Menengah (UKM) sehingga komitmen PT Bank Sumut untuk membantu pengembangan Usaha Kecil dan Menengah di daerah dapat terlaksana.
(25)
2. Bagi calon debitur UKM, sebagai bahan pemikiran bagaimana pelaksanaan kredit pada bank sumut dan hal apa saja yang memiliki peranan penting.
3. Bagi peneliti, memberikan ilmu dan menambah pengetahuan dalam pengajuan kredit usaha kecil dan menengah kepada pihak perbankan terutama dalam bidang keuangan.
4. Bagi pihak lain, sebagai referensi yang nantinya dapat memberikan perbandingan dalam mengadakan penelitian pada masa yang akan datang.
(26)
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Teoritis
2.1.1 Ruang Lingkup Usaha Kecil dan Menengah (UKM)
Pembahasan di dalam Usaha Kecil dan Menengah (UKM) mencakup definisi atau kriteria Usaha Kecil dan Menengah (UKM), jenis dan bentuk usaha yang akan didirikan dan keunggulan-keunggulan dan kelemahan–kelemahan dari Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Suatu pedoman yang jelas dalam mendirikan, menjalankan dan mengembangkan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) akan memudahkan untuk memahaminya.
a. Definisi dan kriteria Usaha Kecil dan Menengah (UKM)
Definisi Usaha Kecil dan Menengah (UKM) tidak selalu sama disetiap negara, pada umumnya selalu bervariasi tergantung pada konsep yang digunakan negara tersebut. Dalam setiap definisi sedikitnya memiliki dua aspek yang sama, yaitu aspek penyerapan tenaga kerja dan aspek pengelompokan perusahaan ditinjau dari jumlah tenaga kerja yang diserap dalam gugusan/kelompok perusahaan tersebut (range of the member of employees), misalnya menurut pembagiannya (Partomo dan Rachman, 2002:14):
(27)
1) Di Amerika, kriteria UKM pada sektor manufaktur jika jumlah karyawan kurang dari 500 orang,
2) Di Prancis, kriteria UKM jika jumlah karyawan kurang dari 10 – 40 orang, Jika kurang dari 10 orang dikategorikan usaha kecil,
3) Di Indonesia, Biro Statistik mempunyai kriteria usaha kecil jika karyawannya 5 – 19 orang, jika kurang dari 5 orang karyawan di golongkan usaha rumah tangga, usaha menengah terdiri atas 20–99 karyawan.
Tabel 2.1
Pengelompokan Kegiatan Usaha Ditinjau dari Jumlah Pekerja
Sumber : Partomo dan Rachman (2002:1).
b. Jenis dan Bentuk Usaha Kecil dan Menengah (UKM)
Kegiatan perusahaan pada prinsipnya dapat dikelompokan dalam tiga jenis usaha yaitu (Wibowo dkk, 2003:5):
Usaha Kecil I – kecil 1 -9 pekerja
Kecil II–kecil 10–19 pekerja
Usaha menengah
Besar - Kecil 100–199 pekerja Kecil–Menengah 200–499 pekerja
Menengah– Menengah
500–499 pekerja Besar–Menengah 1000–1999 pekerja Usaha Besar Besar–menengah 2000 pekerja
(28)
1) Jenis usaha perdagangan/distribusi
Jenis usaha ini merupakan usaha yang terutama bergerak dalam kegiatan memindahkan barang dari produsen ke konsumen atau dari tempat yang mempunyai kelebihan persediaan ke tempat yang membutuhkan. Jenis usaha ini diantaranya bergerak di bidang pertokoan, warung, rumah makan, peragenan (filial), penyalur (whole saler), pedagang perantara, tengkulak, dan sebagainya. Komisioner dan makelar dapat juga dimasukkan dalam kegiatan perdagangan karena kegiatannya dalam jual-beli barang.
2) Jenis usaha produksi/industri
Usaha produksi/industri adalah jenis usaha yang terutama bergerak dalam kegiatan proses pengubahan suatu bahan/barang menjadi bahan/barang lain yang berbeda bentuk atau sifatnya dan mempunyai nilai tambah. Kegiatan ini dapat berupa produksi/industri pangan, pakaian, peralatan rumah tangga, kerajinan, bahan bangunan dan sebagainya. Dalam hal ini, kegiatan dalam budidaya sektor pertanian/periklanan/peternakan/ perkebunan dan kegiatan penangkapan ikan termasuk jenis usaha produksi.
3) Jenis usaha komersial
Usaha jasa komersial merupakan usaha yang bergerak dalam kegiatan pelayanan atau menjual jasa sebagai kegiatan utamanya. Contoh jenis usaha ini adalah asuransi, bank, konsultan, biro perjalanan, pariwisata,
(29)
pengiriman barang (ekspedisi), bengkel, salon kecantikan, penginapan, gedung, bioskop dan sebagainya, termasuk praktek dokter dan perencanaan bangunan.
c. Keunggulan dan Kelemahan Usaha Kecil dan Menengah (UKM)
Menurut Lubis (2003) perusahaan skala kecil dan menengah memiliki kelemahan dan keunggulan sebagai berikut:
Keunggulan UKM adalah:
1) Tetap bertahan dan mengantisipasi kelesuan perekonomian yang diakibatkan inflasi maupun berbagai poin penyebab lainnya.
2) Tanpa subsidi dan proteksi, Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di indonesia mampu menambah nilai devisa bagi negara.
3) Usaha kecil yang informal mampu berperan sebagai penyangga (buffer) dalam perekonomian masyarakat lapisan bawah.
4) Kemampuan menciptakan kesempatan kerja cukup banyak atau penyerapannya terhadap tenaga kerja.
5) Independen dalam penentuan harga produksi atas barang-barang atau jasa jasa yang dihasilkannya.
(30)
6) Fleksibilitas dan kemampuan menyesuaikan diri terhadap kondisi pasar yang berubah dengan cepat dibanding dengan perusahaan skala besar yang pada umumnya birokratis.
7) Prosedur hukum yang sederhana.
8) Pajak relatif ringan, sebab yang dikenakan pajak bukanlah perusahaannya tetapi pengusahannya.
9) Mudah dalam proses pendiriannya.
10) Mudah untuk dibubarkan pada waktu yang dikehendaki. 11) Pemilik mengelola secara mandiri dan bebas waktu. 12) Pemilik menerima seluruh laba.
13) Umumnya mempunyai kecendrungan untuk bertahan.
14) Usaha Kecil dan Menengah (UKM) sangat cocok untuk didirikan oleh para pengusaha yang sama sekali belum pernah menjalankan suatu usaha atau belum pernah mencoba untuk mendirikan suatu usaha sehinggga memiliki sedikit pesaing.
15) Terbukannya peluang dengan adanya berbagai kemudahan dalam peraturan dan kebijakan pemerintah yang mendukung berkembangnya usaha kecil di Indonesia.
16) Diversifikasi usaha terbuka luas sepanjang waktu dan pasar konsumen senantiasa tergali melalui kreativitas pengelola.
(31)
17) Relatif tidak membutuhkan investasi yang terlalu besar, tenaga kerja yang tidak berpendidikan tinggi, serta sarana produksi lainnya yang tidak terlalu mahal.
18) Hubungan kemanusiaan yang akrab dididalam perusahaan kecil. 19) Terdapatnya dinamisme manajerial dan peranan kewirausahaan.
Kelemahan UKM adalah:
1) Umumnya Usaha Kecil dan Menengah (UKM) tidak pernah melakukan studi kelayakan, penelitian pasar, analisis perputaran uang tunai/kas serta penelitian lainnya yang diperlukan dalam suatu aktivitas bisnis.
2) Tidak memiliki perencanaan sistem jangka panjang, sistem akuntansi yang memadai, anggaran kebutuhan modal, struktur organisasi dan pendelegasian kemampuan serta alat-alat manajerial lainnya (perencanaan,pelaksanaan,serta pengendalian usaha) yang umumnya diperlukan oleh suatu perusahaan bisnis yangprofit oriented.
3) Usaha Kecil dan Menengah (UKM) mempunyai kekurangan dalam informasi, baik itu informasi pasar , produk dan informasi lainnnya yang berhubungan dengan bisnis.
4) Kurangnya petunjuk pelaksanaan teknis operasional kegiatan dan pengawasan mutu hasil kerja dan produk, serta sering tidak konsisten
(32)
5) Terlalu banyak biaya- biaya yang diluar pengendalian serta hutang yang tidak bermanfaat, juga tidak dipatuhinya ketentuan-ketentuan pembukuan standar.
6) Pembagian kerja pada Usaha Kecil dan Menengah (UKM) tidak proporsional, sering terjadi pengelola memiliki pekerjaan yang melimpah atau karyawan yang bekerja diluar batas jam kerja standar.
7) Kesulitan mengetahui kebutuhan modal kerja, sebab tidak dilakukan perencanaan kas.
8) Sering terjadi kelebihan persediaan barang yang tidak laku.
9) Resiko dan hutang–hutang kepada pihak ketiga ditanggung oleh kekayaan pribadi pemilik.
10) Sumber modal terbatas pada kemampuan pemilik, dan kesempatan untuk mendapatkan kredit dari bank sangat kecil.
2.1.2 Pengertian Kredit
Istilah kredit berasal dari bahasa Latin “credere” yang artinya kepercayaan, yang digunakan dalam hubungan perkreditan antara kreditur (yang memberikan kredit) dan debitur (nasabah penerima kredit) terdapat kepercayaan di dalam hal waktu dan syarat-syarat yang telah disepakati bersama agar debitur dapat membayar kembali kredit yang bersangkutan.
(33)
Pengertian kredit berdasarkan Undang–Undang Perbankan nomor 10 tahun 1998 adalah “Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antar bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
Suatu aktivitas bisnis tidak akan dapat berjalan dengan baik bila tidak didukung oleh ketersediaan dana yang baik dan mencukupi (Situmorang, 2009:176). Dalam menjalankan bisnis membutuhkan dana untuk menjalankannya, salah satu sumber dana bisa berasal kredit modal kerja yang berasal dari bank. Pada umumnya usaha membutuhkan pinjaman dana yang akan digunakan untuk berbagai tujuan pinjaman dana atau kredit diperoleh dari dari pihak penyedia dana seperti perbankan.
Unsur- unsur yang terdapat didalam kredit adalah (Kasmir, 2008:98):
a. Kepercayaan, yaitu suatu keyakinan pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan (berupa uang, barang atau jasa) akan benar-benar diterima kembali di masa tertentu di masa datang. Kepercayaan ini diberikan oleh bank, dimana sebelummnya sudah dilakukan penelitian penyelidikan tentang nasabah baik secara interen maupun eksteren. Penelitian dan penyelidikan tentang kondisi masa lalu dan sekarang terhadap nasabah pemohon kredit.
(34)
Jangka waktu tersebut bisa berbentuk jangka pendek, jangka menengah atau jangka panjang.
c. Kesepakatan, disamping unsur percaya di dalam kredit juga mengandung unsur kesepakatan antara si pemberi kredit dengan si penerima kredit. Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajiban masing-masing.
d. Risiko, adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu risiko tidak tertagihnya/macet pemberian kredit. Semakin panjang suatu kredit semakin besar risikonya demikian pula sebaiknya. Risiko ini menjadi tanggungan bank, baik risiko yang disengaja oleh nasabah yang lalai, maupun oleh risiko yang tidak disengaja. Misalnya terjadi bencana alam atau bangkrutnya usaha nasabah tanpa ada unsur kesengajaan lainnya.
e. Balas Jasa, merupakan keuntungan atas pemberian suatu kredit atau jasa bersebut yang kita kenal dengan nama bunga. Balas jasa dalam bentuk bunga dan biaya administrasi kredit ini merupakan keuntungan bank. Sedangkan bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah balas jasanya ditentukan dengan bagi hasil.
(35)
2.1.3 Peranan Kredit Bagi Usaha Kecil dan Menengah (UKM)
Di Indonesia modal telah lama diakui sebagai salah satu hal yang sangat penting karena berbagai peranannya dalam menjalankan usaha. Usaha dalam mendirikan dan menjalankannya memerlukan dana (modal) untuk membiayai seluruh pengadaan kegiatannya. Hubungan kepentingan modal dapat dilihat ketika ide bisnis (business plan) telah disiapkan pada akhirnya tidak bisa berjalan karena membutuhkan modal, modal tetap menjadi poin penting. Modal ada bermacam bentuk, salah satu bentuk modal dapat berupa kredit.
Secara ekonomi, Kredit dapat diartikan sebagai pemindahan daya beli dari satu tangan ke tangan lain, atau penciptaan daya beli (Sutojo, 1997:193).
1. Pemindahan daya beli
Adanya kredit (source of fund) pada umumnya terkumpul dari sekian banyak tabungan/simpenan dari sekian banyak masyarakat yang bersedia menyisihkan penghasilannya untuk tidak dikonsumsi melainkan untuk ditabung ke dalam bank. Pada umumnya penabung kurang mengetahui apa daya beli/uang tabungan mereka akan digunakan. Oleh karena itu, mereka mempercayakan uang mereka pada bank, yang nantinya akan memerlukannya.Bank yang akan bertanggung jawab atas keamanan uang tabungan tersebut. Dalam hal inilah kredit diartikan sebagai pemindahan
(36)
2. Penciptaan daya beli
Dari sisi kreditur merupakan penciptaan daya beli, dimana dengan fasilitas kredit yang diterimanya, para peminjam/pengusaha telah mempunyai rencana untuk apa kredit tersebut akan dipergunakan, untuk investasi ataukan untuk modal kerja.
Rahmadana dan Lumbanraja (2002) mengatakan Pengusaha ekonomi lemah yang kekurangan modal dapat mengajukan permohonan kredit, dengan demikian sangat membantu dalam pembangunan nasional. Kredit merupakan suatu benda yang intangible yang pada dewasa ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat dalam rangka mendorong dan melancarkan perdagangan, mendorong dan melancarkan produksi, jasa-jasa dan bahkan konsumsi yang semuanya itu ditujukan untuk taraf hidup manusia (Firdaus dan Ariyanti, 2009:1).
Rahmadana dan Lumbanraja (2002) mengatakan manusia memerlukan kredit karena manusia adalah homo economicus dan setiap manusia selalu berusaha memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan manusia beraneka ragam sesuai dengan harkatnya yang selalu meningkat. Pemberian kredit kepada UKM didasari atas kebutuhan dana oleh UKM dan kepercayaan, diharapkan kepercayaan ini dapat dikembalikan oleh UKM dalam berupa prestasi beserta syarat ketentuan kredit yang disepakati bersama. Kredit sendiri bagi UKM merupakan unsur yang penting dalam kelangsungan hidup sebuah usaha.
(37)
2.1.4 Poin-poin Penilaian Kelayakan Pemberian Kredit DalamThe C’s of
creditkepada UKM
Bank mempunyai fungsi intermediasi, yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat/pengusaha yang memerlukannya. Bank melakukan kegiatan bisnis (business) yang adalah salah satu kegiatan bisnisnya berupa penyaluran dana atau kredit berwujud uang.
Penyaluran kredit disalurkan ke berbagai jenis usaha, Usaha skala besar, Usaha skala sedang dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Sebelum pihak perbankan memberikan kredit, debitur harus memenuhi aturan-aturan yang telah ditetapkan seperti debitur harus menyiapkan draft dokumentasi permohonan kredit yang bertujuan agar debitur yang mengajukan kredit tidak dapat melepaskan diri dari tanggung jawab proses perkreditan tersebut.
Bank dengan seluruh aparatnya memiliki kemampuan bertanya tentang tujuan dari pengajuan kredit tersebut agar terhindar dari tujuan yang seperti (Firdaus dan Ariyanti,2009:43):
1. Kredit untuk tujuan spekulasi/perjudian/terlarang lainnya. 2. Kredit untuk usaha namun tanpa informasi keuangan.
3. Kredit untuk usaha yang memerlukan keahlian khusus, namun bank tidak memilikinya.
(38)
Setelah proses tujuan permohonan dilewati kemudian bank dilakukan riset bisnis. Riset bisnis adalah proses pengumpulan, pencatatan, dan analisis data yang sistematik dan obyektif untuk membantu dalam pembuatan keputusan-keputusan bisnis (Wibisono, 2008:2). Riset bisnis dengan menggunakan penilaian The C’s of Credit bertujuan mengetahui apakah usaha nasabah layak (feasible)dapat dipasarkan (marketable) serta menguntungkan (profitable). The C’s of Credit menganalisis data mentah yang diperoleh dari debitur UKM dalam pemberian kredit. Data yang baik adalah data yang bisa dipercaya kebenarannya (reliable), tepat waktu dan mencakup ruang lingkup yang luas atau bisa memberikan gambaran tentang suatu masalah secara menyeluruh merupakan data relevan (Situmorang dan Muslich, 2011:1).
Ada tiga data yaitu data mentah atau data awal yang merupakan hasil pengumpulan, kemudian data hasil pengelolaan yang dikelola dengan menggunakan metode The C’s of Credit, dan data hasil analisis berupa kesimpulan apakah Debitur UKM layak menerima Kredit. Kesimpulan mempunyai peringkat tertinggi sebab langsung dapat dipergunakan untuk menyusun saran atau usul untuk dasar membuat keputusan (Situmorang dan Muslich, 2011:1).
Berdasarkan Pasal 8 Undang-Undang Perbankan yang Diubah, yang harus dinilai oleh bank sebelum memberikan kredit atau pembiayaan adalah karakter, kemampuan, modal, agunan dan prospek usaha yang keseluruhannya terangkum dalam The five C of Credit (Nogi, 2003:43). Dengan berkembangnya dunia perbankan, penilaian terhadap poin–poin dalam the five C of credit juga ikut
(39)
berkembang. Hal ini ditandai dengan bertambahnya poin yang dinilai dalam the five C of creditdan salah satunya adalah kemampuan untuk meminjam.
The five C of credit berkembang menjadiThe C’s of Credit(Sutojo, 1997:293) yang meliputi kemampuan untuk meminjam (the competence to borrow), karakter (character) kemampuan dalam memperoleh pendapatan/laba (create income), fasilitas produksi (capital), jaminan (collateral) dan keadaan ekonomi (condition of economy) yang bertujuan agar resiko kredit yang akan ditanggung oleh bank dapat diminimalisasi dan kredit yang diberikan lebih terjamin pengembaliannya.
Urutan pengembalian kredit dapat digolongkan sebagai berikut (Firdaus dan Arianti, 2009:23).
1. Kredit Lancar (L).
2. Kredit Dalam Perhatian Khusus (DPK). 3. Kredit Kurang lancar (KL).
4. Kredit Diragukan (D). 5. Kredit Macet( M).
Beberapa penelitian yang mempengaruhi poin-poin tersebut secara keseluruhan ditentukan oleh hal–hal sebagai berikut (Sutojo, 1997:292):
(40)
a. Besar kredit yang diberikan
Semakin besar jumlah kredit yang akan diberikan, semakin besar pula resiko yang akan ditanggung bank, sehingga semakin dalam pula penelitian seluruh poin yang mempengaruhi kemampuan dan kesediaan debitur mengembalikan kredit.
b. Jangka waktu kredit
Semakin lama jangka waktu kredit, semakin besar resiko yang akan ditanggung bank, sehingga semakin dalam pula penelitian atas poin-poin tersebut.
c. Reputasi calon debitur dimasyarakat.
Analisa permintaan kredit yang diajukan calon debitur besar dan bereputasi cemerlang dimasyarakat tidak akan sulit jika dibandingkan dengan analisa permintaan kredit yang diajukan calon debitur yang belum terkenal.
d. Hubungan calon debitur dengan bank.
Analisa permintaan kredit yang diajukan calon debitur yang telah lama dikenal bank seringkali dibatasi pada poin–poin pengaruh tertentu saja. Hubungan calon debitur dengan bank tersebut dapat berbentuk nasabah dalam transaksi giro, tabungan dan deposito maupun dalam bentuk pemberian kredit lama.
e. Jenis dan jumlah nilai jaminan kredit yang akan disediakan oleh calon debitur, dan disetujui oleh kreditur.
(41)
Ruang Lingkup Analisa Kredit
The C’s of Credit
Tujuan Poin-Poin yang mendukung
Ruang LingkupThe C’s of Creditdigambarkan sebagai berikut:
Sumber: Siswanto Sutojo (1997:293)
Gambar 2.1. Ruang LingkupThe C’s of Credit
Kemampuan Meminjam (The competence to
borrow) Karakter (Character) Kemampuan menghasilkan pendapatan (Ability to
create income)
Fasilitas produksi (Capital)
Jaminan Kredit (Collateral)
Keadaan ekonomi (Condition of economy) Menilai kemampuan
dan kesediaan mengembalikan kredit
sesuai dengan isi perjanjian kredit
(42)
Poin-poin dalamthe C’s of Creditadalah:
1. Kemampuan untuk meminjam(the competence to borrow)
Poin kemampuan untuk meminjam merupakan adalah bank mendapatkan kepastian tentang debitur dengan cara rekomendasi dari pihak ketiga yang secara khusus mempunyai kemampuan penilaian untuk menjaminkan debitur kepada pemberian kredit yang dilakukan. Poin ini diperlukan untuk memberikan rasa aman dan kemungkinan lain yaitu debitur tidak mampu mengembalikan kredit.
Penolakan kredit dapat dilakukan oleh bank jika bank tidak memiliki kepercayaan akan rekomendasi dari pihak ke tiga kepada debitur yang tidak mempunyai kemampuan untuk meminjam. Penilaian terhadap poin kemampuan untuk meminjam dapat dilakukan bank dengan mempelajari kemampuan dari si peminjam dan kinerja sebelumnya dan mengapa pihak ketiga merekomendasi debitur dalam perjanjian kredit.
2. Karakter (character)
“Character” (Firdaus dan Ariyanti, 2009:83) atau karakter dari para calon peminjam merupakan salah satu pertimbangan yang terpenting dalam memutuskan pemberian kredit. Sebelum memutuskan untuk memberikan kredit, bank harus yakin bahwa calon debitur akan berpegang teguh pada janjinya dan akan berusaha sekuat tenaga mempertahankan kekayaan usahanya sehingga akan ada jaminan bahwa pinjaman pasti akan dikembalikan sesuai perjanjian. Karakter merupakan salah satu
(43)
poin yang sulit dianalisis, sebab dalam batas waktu tertentu karakter buruk dapat ditutupi.
Gambaran tentang karakter seseorang hanya dapat diperoleh melalui kesan-kesan yang diperoleh dari pertemuan orang tersebut. Jujur dan mau bekerja sama merupakan dua macam karakter yang diperlukan bank untuk menjamin kelancaran transaksi kredit mereka dengan debitur. Debitur yang jujur tidak akan menyalahgunakan kredit yang mereka terima. Disamping itu debitur yang jujur dan kooperatif tidak akan memberikan dokumen, data masukan dan informasi yang tidak benar.
Dalam upaya “penyidikan” tentang karakter ini pihak bank haruslah mengumpulkan data dan informasi-informasi dari pihak yang dapat dipercaya (Firdaus dan Ariyanti, 2009:84). Sebagai contoh dalam hal menghadapi nasabah baru, bank biasa meminta informasi dari Bank Indonesia dan bank-bank lain, kenalan-kenalan dan tetangga-tetangga calon peminjam bahkan dari ketua RT (rukun tetangga), RW (rukun warga), kepala desa atau camatnya.
Sedangkan untuk nasabah lama yang akan mengulang kreditnya, dapat dilihat dari penampilan/kinerja (performance) kreditnya pada masa lalu, apabila pengembaliannya cukup lancar atau pernah mengalami hambatan dan kemacatan. Penilaian karakter merupakan penilaian yang bersifat abstrak. Karena itu diperlukan
(44)
penguasaan tetang bagaimana memahami perilaku individu dan pemahaman tentang perilaku perusahaan.
3. Kemampuan menghasilkan pendapatan/laba (ability to create income)
Kemampuan oleh debitur dalam mengembalikan kredit dipengaruhi kemampuan mereka dalam menghasilkan pendapatan dan laba. Semakin banyak laba yang dapat mereka hasilkan, maka pengembalian kredit tidak akan menjadi hal yang sulit. Bank juga harus memperhatikan besarnya pendapatan dan pengeluaran yang dilakukan oleh calon debitur.
Bank harus meneliti tentang keahlian calon debitur dalam bidang usahanya dan kemampuan manajerialnya, sehingga bank yakin bahwa usaha yang akan dibiayainya dikelola orang–orang yang tepat, sehingga calon debiturnya dalam jangka waktu tertentu mampu melunasi atau mengembalikan pinjamannya (Nogi, 2003:35).
Kemampuan bisnis perusahaan yang kecil tentu saja tidak layak diberikan kredit dalam skala besar, karena tentu bisnis yang kecil tidak akan mampu mengembalikan pinjamannya. Demikian juga jika tren bisnisnya atau kinerja bisnisnya menurun, maka kredit juga tidak dapat diberikan, kecuali penurunan terjadi karena kekurangan biaya. Sehingga diharapkan dengan adanya tambahan biaya lewat peluncuran kredit, maka tren atau kinerja bisnisnya tersebut dipastikan akan semakin membaik (Nogi, 2003:44).
(45)
Kemampuan menghasilkan laba dapat diperoleh dari informasi calon debitur mengenai:
a. Untuk perusahaan
1) Informasi Neraca Keuangan, 2) Laporan Laba/Rugi,
3) Laporan penjualan barang, 4) Laporan persediaan/stockbarang,
5) Aging scheduledan saldo piutang dagang, dan lain- lain b. Untuk perorangan
1) Data keuangan nasabah melalui rekening banknya, 2) Daftar penghasilan pribadi perorangan,
3) Daftar jumlah tanggungan keluarga perorangan tersebut, 4) Izin domisili dan tempat tinggal tetap kependudukannya. 4. Fasilitas produksi (capital)
Azas Capital atau modal ini menyangkut beberapa banyak dan bagaimana struktur modal yang telah dimiliki oleh calon peminjam (Firdaus dan Ariyanti, 2009:85). Jumlah capital yang dimiliki ini penting untuk diketahui oleh bank untuk menilai tingkat debt to equity ratio(DER) yang selanjutnya berkaitan dengan tingkat rentabilitas dan solvabilitas serta jangka waktu pembayaran kembali kredit yang akan
(46)
Kondisi dan umur dari fasilitas produksi yang dimiliki calon debitur mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan program pemasaran hasil produksi yang mereka usahakan. Mesin dan peralatan tua, dengan teknologi produksi yang ketinggalan zaman sulit diharapkan menghasilkan produk yang kompetitif.
Analisis kredit juga harus mendapatkan kepastian tentang status kepemilikan fasilitas produksi. Apabila calon debitur tidak ikut memiliki fasilitas produksi yang mereka operasikan, jika suatu saat pemilik fasilitas produksi tersebut menarik kembali fasilitas produksi yang dimiliknya tersebut, maka kelangsungan perusahaan akan terganggu.
Fasilitas produksi juga dapat dianalisis dari laporan keuangan. Bank melakukan analisis terhadap posisi keuangan secara menyeluruh untuk melihat mengenai masa lalu dan yang akan datang, sehinggga dapat diketahui kemampuan permodalan calon debitur dalam menunjang pembiayaan proyek atau usaha calon debitur yang bersangkutan.
Kemampuan permodalan perusahaan perorangan dapat diketahui dengan jalan mengurangi total harta dengan total hutang kepada pihak ketiga dan untuk perusahaan dapat diketahui dari laporan keuangan, akta pendirian dan atau akta perubahan. Kemampuan memperoleh laba/pendapatan dan fasilitas produksi merupakan penilaian kelayakan usaha dari calon debitur.
(47)
5. Jaminan kredit (collateral)
Collateral adalah jaminan atau agunan yaitu harta benda milik debitur atau pihak ke 3 yang diikat sebagai agunan andaikata terjadi ketidakmampuan debitur tersebut untuk menyelesaikan utangnnya sesuai dengan perjanjian kredit (Firdaus dan Ariyanti, 2009:86).
Dua fungsi collateral yaitu, pertama untuk pembayaran utang seandainya debitur tidak mampu membayar dengan jalan menguangkan/menjual jaminan tersebut. Sedangkan fungsi kedua, sebagai akibat dari fungsi pertama ialah merupakan salah satu poin penentu jumlah kredit yang dapat diberikan. Adapun Jaminan yang dapat dijadikan jaminan kredit oleh calon debitur adalah sebagai berikut (Kasmir, 2008 :107):
a. Dengan jaminan
1) Jaminan benda berwujud, yaitu barang-barang yang dapat dijadikan jaminan seperti:
a) Tanah
1. Bangunan.
2. Kendaraan bermotor. 3. Mesin-mesin/peralatan. 4. Barang dagangan.
(48)
6. Dan lainnya.
2) Jaminan benda tidak berwujud yaitu benda-benda yang merupakan surat-surat yang dijadikan jaminan seperti:
7. Sertifikat saham. 8. Sertifikat obligasi. 9. Sertifikat tanah. 10. Sertifikat deposito.
11. Rekening tabungan yang dibekukan. 12. Rekening giro yang dibekukan. 13. Promes.
14. Wesel.
15. Dan surat tagihan lainnya. b. Jaminan orang
Yaitu jaminan yang diberikan oleh seseorang dan apabila kredit tersebut macet, maka orang yang memberikan jaminan itulah yang menanggung risikonya, dengan catatan orang yang menanggung harus memiliki harta sebagai jaminannya. Perlu dipahami bahwa bank bukanlah memberikan kredit atas dasar jaminan tetapi berdasarkan kelayakan usaha yang dilaksanakan perusahaan (Djohan, 1999:57).
(49)
Kredit tanpa jaminan maksudnya adalah bahwa kredit yang diberikan bukan dengan jaminan barang tertentu. Biasanya diberikan untuk perusahaan yang memang benar-benar bonafid dan professional sehingga kemungkinan kredit tersebut macet sangat kecil. Dapat pula kredit tanpa jaminan hanya dengan penilaian terhadap prospek usahannya atau dengan pertimbangan untuk pengusaha-pengusaha ekonomi lemah.
Analisis yang telah dilakukan bank terhadap berbagai aspek yang lain seperti telah disebutkan diatas tidak selalu dapat mencerminkan kinerja nasabah di masa yang akan datang, pihak bank perlu berjaga-jaga terhadap kemungkinan yang terburuk antisipasi terhadap kemungkinan macetnya pemenuhan kewajiban oleh nasabah adalah kewajiban penyerahan berbagai bentuk agunan sebelum dana diberikan kepada nasabah.
Hal penting dalam penyerahan agunan adalah keabsahan secara yuridis dalam perjanjian pengikatan agunan. Pihak bank harus yakin bahwa agunan telah diserahkan berdasarkan perjanjian yuridis. Agunan ini meliputi (Triandaru dan Budisantoso, 2008:116):
1. Agunan utama yaitu barang yang dibiayai oleh dana dari bank. Apabila dana dan bank digunakan untuk pembelian truk, maka truk tersebut dapat dijadikan agunan utama.
(50)
2. Agunan tambahan yaitu barang yang tidak dibiayai bank oleh dana bank dan bukan merupakan bagian barang yang digunakan untuk kegiatan operasional usaha nasabah. Apabila usaha nasabah mengalami masalah atau bangkrut, sering kali dana kas atau persediaan atau piutang tidak dapat lagi dilikuidasi untuk memenuhi berbagai kewajiban nasabah kepada pihak lain. Oleh sebab itu, nasabah harus menyerahkan agunan tambahan diluar barang yang digunakan untuk kegiatan operasional usaha nasabah.
Jika prospek perusahaan makin tidak menentu, kemudian tidak lagi ditemukan sumber-sumber pembayaran lain dari debitur, maka sebaiknya bank menyarankan agar debitur menjual jaminannya. Kalau debitur setuju, maka kedua belah pihak mencari calon pembeli yang potensil.
Harga penjualan pada dasarnya harus disepakati oleh kedua belah pihak. Hasil penjualan inilah yang menjadi sumber pengembalian kredit. Ada kalanya jaminan tersebut dibeli oleh bank tetapi dengan syarat harus disepakati oleh debitur. Jika terdapat sisa lebih dari hasil penjualan jaminan maka sisa tersebut menjadi hak debitur sepenuhnya. Tetapi yang sering terjadi adalah hasil penjualan barang jaminan tersebut tidak menutupi pinjaman.
Ada dua macam tindakan bank untuk mengadapi hal ini yaitu membebaskan/menghapuskan sisa utang yang tertunggak (write off) sehingga
(51)
pinjaman dianggap telah selesai dan membiarkan sisa utang itu tetap terbuka dengan harapan suatu saat debitur akan membayarnya (Firdaus dan Ariyanti, 2009:144).
6. Keadaan ekonomi (conditon of economy)
Perkembangan kondisi ekonomi nasional, regional dan internasional membawa dampak positif atau negatif pada kondisi bisnis banyak perusahaan. Oleh karena itu terutama setelah menganalisa permintaan kredit dalam jumlah besar, dengan jangka waktu menengah atau panjang), para analisis kredit wajib meneliti prospek perkembangan ekonomi dan bisnis selama masa perjanjian kredit.
Kemerosotan usaha bisnis suatu perusahan dapat disebabkan karena adanya persaingan di pasar. Munculnya perusahaan baru yang lebih kuat, atau produk impor yang lebih baik dan lebih banyak beredar di pasaran serta lebih murah dapat memerosotkan usaha bisnis banyak perusahaan yang sebelumnya beroperasi secara menguntungkan.
Berbagai macam peraturan pemerintah dibidang ekonomi, moneter dan perdagangan membawa dampak tertentu pada banyak sektor usaha. Oleh karena itu, para analisis kredit wajib mempelajari berbagai macam peraturan pemerintah yang bersangkutan dengan bidang usaha calon debitur. Menganalisis kondisi ekonomi berguna untuk mengetahui dampak kepada perusahaan dan keberadaan perusahaan dan keberadaaan perusahaan sebagai unit bisnis dalam industri dan dalam
(52)
2.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai analisis The C’s of Credit sebagai indikator penilaian pemberian kredit kepada usaha kecil dan menengah (UKM) telah dilakukan oleh Lubis (2003) dengan judul analisis the C’s of Credit sebagai indikator penilaian pemberian kredit kepada usaha kecil dan menengah (UKM) pada PT Bank Sumut Cabang Utama Medan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa poin-poin dalam C’s of credit yang digunakan PT Bank Sumut dalam melakukan penilaian terhadap kelayakan pemberian kredit adalah kemampuan untuk meminjam (the competence to borrow) dengan tingkat kepentingan sebesar 15% untuk kredit dengan jaminan dan tanpa jaminan, karakter (Character) dengan tingkat kepentingan 15% untuk kredit dengan jaminan dan 25% untuk kredit tanpa jaminan, kemampuan dalam memperoleh pendapatan (ability to create income) dengan tingkat kepentingan 25% untuk kredit dengan jaminan dan 30% untuk kredit tanpa jaminan, fasilitas produksi (capital) dengan tingkat kepentingan 20% untuk kredit dengan jaminan dan 25% untuk kredit tanpa jaminan, jaminan (collateral) dengan tingkat kepentingan 20% untuk kredit dengan jaminan dan 0% untuk kredit tanpa jaminan, kondisi ekonomi (condition of economy) dengan tingkat kepentingan 10% untuk kredit dengan jaminan dan tanpa jaminan.
(53)
2.3 Kerangka Konseptual
Kerangka Konseptual merupakan sintesis atau ekstrapolasi dari tinjauan teori dan penelitian terdahulu yang mencerminkan keterkaitan antara variabel yang diteliti dan merupakan tuntutan untuk memecahkan masalah penelitian yang berbentuk bagai alur, model matematik yang dilengkapi dengan penjelasan kualitatif.
PT Bank Sumut memberikan kredit kepada Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dengan memperhatikan Poin-poin dalamThe C’s of credit, yaitu
a. Kemampuan untuk meminjam (the competence to borrow), kemapuan dari debitur dalam menjalankan usaha dengan penilaian terhadap kelengkapan surat–surat pendirian perusahaan.
b. Karakter (character),yaitu karakter sifat, kebiasaan debitur sangat berpengaruh pada pemberian kredit.
c. Kemampuan dalam memperoleh pendapatan/laba (ability to create income), berhubungan dengan kemampuan yang dimiliki debitur untuk mengembalikan pinjaman.
d. Fasilitas produksi (capital), melihat banyaknya modal yang dimiliki debitur atau berapa banyak modal yang ditanamkan debitur dalam usahanya
e. Jaminan (collateral),dibutuhkan untuk berjaga-jaga seandainya debitur tidak dapat mengembalikan pinjamannya.
(54)
f. Keadaan ekonomi (condition of economy),keadaan perekonomian disekitar tempat tinggal debitur juga menjadi perhatian untuk memperhitungkan kondisi ekonomi yang akan terjadi di masa yang akan datang.
Poin-poin tersebut dianalisis dan dievaluasi sesuai dengan tingkat kepentingan setiap poin dalam The C’s of credit tersebut untuk mengetahui apakah layak diberikan kredit atau tidak.
Sumber : Bank Sumut, Data diolah penulis
Gambar 2.2 Kerangka Konseptual 1. Kemampuan untuk meminjam
(The competence to borrow) 2. Karakter
(Character)
3. Kemampuan dalam memperoleh pendapatan/laba (Ability to create income)
4. Fasilitas produksi (Capital)
5. Jaminan (Collateral) 6. Keadaan Ekonomi
(Condition of economy)
Layak Diberikan Kredit
Tidak Layak Diberikan Kredit
(55)
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang diilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan dengan variabel yang lain (Sugiyono, 2006:11).
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Peneliti melakukan penelitian pada PT Bank Sumut kantor cabang pembantu USU Jl. Dr. Mansur Medan. Penelitian akan dilakukan mulai bulan Desember 2011 sampai dengan bulan Juli 2012.
3.3 Batasan Operasional Variabel
Menghindari kesimpangsiuran dalam pembahasan dan penganalisaan suatu permasalahan sehingga diperlukan pembatasan penelitian yang sesuai dengan kemampuan dan pengetahuan peneliti serta keterbatasan dari informasi yang diperoleh pada objek penelitian.
(56)
2. Karakter (character),
3. Kemampuan dalam memperoleh pendapatan/laba(ability to create income), 4. Fasilitas produksi (capital),
5. Jaminan(collateral),
6. Keadaan ekonomi(condition of economy).
3.4 Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional di dalam tulisan ini adalah :
1. Kemampuan untuk meminjam (the competence to borrow) adalah penilaian terhadap kelengkapan surat–surat pendirian perusahaan.
2. Karakter (character) adalah penilaian terhadap karakter dan sifat dari calon debitur.
3. Kemampuan dalam memperoleh pendapatan/laba (ability to create income) adalah penilaian terhadap keadaan keuangan usaha calon debitur.
4. Fasilitas produksi (capital) adalah penilaian terhadap keadaan sarana, fasilitas usaha serta modal yang dimiliki dan digunakan oleh pemilik usaha.
5. Jaminan (collateral) adalah penilaian terhadap agunan yang diberikan calon debitur.
6. Keadaan ekonomi (condition of economy) adalah penilaian terhadap dampak kondisi ekonomi yang terjadi dengan perkembangan usaha calon debitur.
(57)
3.5 Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini adalah karyawan bagian kredit pada PT Bank Sumut dan Nasabah UKM yg menerima kredit. Sampel dalam penelitian ini adalah Kepala Bagian Pemberi Kredit pada PT Bank Sumut Cabang Pembantu Universitas Sumatera Utara (USU) dan 10 orang nasabah penerima Kredit KAL.
3.6 Jenis Data
Data yang digunakan sebagai informasi untuk melakukan analisis dan evaluasi adalah :
1. Data Primer, adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung dari PT Bank Sumut cabang pada pembantu USU Medan dan dari nasabah UKM penerima kredit.
2. Data Sekunder, adalah data yang diperoleh dari hasil publikasi media massa, atau hasil karangan, buku–buku, serta data lain yang diperoleh secara tidak langsung dari pihak yang bersangkutan. Data sekunder berisikan teori–teori atau informasi mengenai masalah yang dihadapi.
3.7 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dilakukan dengan dua cara, yaitu:
(58)
memahami serta berwenang untuk memberikan informasi yang dibutuhkan mengenai Kredit di PT Bank Sumut cabang pembantu USU.
b. In depth interview yaitu komunikasi langsung secara lebih mendalam, dimana dalam situasi khusus yaitu kegiatan tanya jawab kepada responden yaitu Kepala Bagian Perkreditan dan para nasabah penerima KAL.
3.8 Teknik Analisis Data
Dalam menganalisis data, metode yang digunakan adalah Metode Analisis Deskriptif yaitu mengacu kepada transformasi dari data-data mentah ke dalam suatu bentuk yang mudah dimengerti dan diterjemahkan (Wibisono, 2008:134). Analisis deskriptif mengelola data yang ada sehingga menjadi gambaran yang memberikan penjelasan mengenai keadaan di daerah penelitian yaitu PT Bank Sumut cabang pembantu USU dengan menggunakan cara pengumpulan data, menyusun data dan menganalisa data mengenai kegiatan, visi dan misi serta ruang lingkup pada PT Bank Sumut cabang pembantu USU.
(59)
4.1. Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1. Sejarah Ringkas PT Bank Sumut
PT Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara, disingkat BPDSU (selanjutnya disebut “bank”) merupakan bank non devisa yang kantor pusatnya beralamatkan di jalan Imam Bonjol No 18 Medan. Bank didirikan di Medan berdasarkan akta notaris Rusli No.22 tanggal 04 November 1961 dalam bentuk Perseroan Terbatas.Kemudian pada tanggal 16 April 1999 BPDSU berganti nama menjadi PT Bank Sumut.
Berdasarkan UU No. 13 tahun 1962 tentang ketentuan pokok BPD dan sesuai peraturan daerah tingkat 1 Sumatera Utara No.5 tahun 1965, bentuk usaha diubah menjadi Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). Pada tanggal 16 April 1999, akta Notaris Alina Hanum Nasution, S.H. No 38 menyatakan bahwa bentuk usaha kembali menjadi Perseroan Terbatas. Akta pendirian ini disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia berdasarkan Surat Keputusan No. C-8224 HT.01.01 TH.99 tanggal 05 mei 1999 serta diumumkan dalam Berita Negara Republik indonesia No.34 tanggal 06 juli 1999 Tambahan No.4042.
(60)
September 2008 Notaris H. Marwansyah Notaris,S.H. mengenai penambahan modal dasar dari Rp. 500.000.000.000 menjadi Rp. 1.000.000.000.000. Perubahan anggaran dasar ini telah mendapat persetujuan dari Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan keputusannya No. AHU 87927.A.H. 01. 02 tanggal 20 Nopember 2008 serta diumumkandalam Berita Negara Republik Indonesia No. 10 tanggal 3 Febuari 2009 tambahan No.3023.
4.1.2. Visi dan Misi PT Bank Sumut
Visi: Menjadi bank andalan bagi Sumatera Utara serta membantu dan mendorong pertumbuhan perekonomian dan pembangunan daerah disegala bidang serta sebagai salah satu sumber pendapatan daerah dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.
Misi: Mengelola dana pemerintah dan masyarakat secara profesional yang didasarkan pada prinsip-prinsipcompliance.
Tujuan dan Sasaran: Tujuannya adalah menjadi bank yang berperan aktif dalam mendorong dan meningkatkan perekonomian daerah Sumatera Utara serta menjadi bank yang diperhitungkan di Sumatera Utara. Sasaran dapat dicapai dengan menggunakan strategi utama yang ditetapkan yaitu meningkatkan efisiensi dan produktivitas dalam menjalankan kegiatan usaha dan menjalankan kebijakan manajemen yang telah ditetapkan yaitu mengembangkan dunia usaha secara umum
(61)
khususnya UKM dengan berpedoman kepada prinsip kepatuhan, kehati-hatian, coorporate governance, dan komitmen dari seluruh pengurus dan karyawan.
4.1.3. Struktur Organisasi pada PT Bank Sumut
4.1.4. Ruang Linkup PT Bank Sumut
Jaringan pelayanan yang dimiliki PT Bank Sumut pada saat ini sebanyak 1 unit yang terdiri dari kantor pusat, 29 unit Kantor Cabang Konvensional, 5 unit Kantor Cabang Syariah, 99 unit Kantor Cabang Pembantu Konvensional, 17 unit
(62)
ini melayani masyarakat diseluruh daerah di Sumatera Utara sampai ke daerah terpencil yang tidak dapat terjangkau oleh bank lain.
Bank Sumut membuka sistem syariah sehingga terciptalah Bank Sumut Syariah yang masih merupakan bagian dari Bank Sumut sendiri, Tahun 2012 bank sumut merencanakan kembali mumbuka beberapa unit Kantor Cabang dan Kantor Cabang Pembantu untuk wilayah-wilayah yang dianggap strategis di Sumatera Utara. Bank Sumut juga mengadakan kerja sama dengan berbagai instansi di Sumatera Utara seperti contohnya pembayaran Uang Kuliah, Pembayaran pemakaian tarif listrik dan juga BUMN lainnya.
Kegiatan utama dari Bank Sumut adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali kepada masyarakat. Penghimpunan dana dilakukan dalam bentuk simpanan berupa tabungan, giro, deposito berjangka dan sertifikat deposito. Untuk Tabungan Martabe diberikan potongan beban bulanan yang kecil serta bunga yang menarik kemudian untuk Tabungan Pelajar tidak dikenai beban biaya tetapi tabungan ini tidak bisa diambil sampai pada waktu yang ditentukan.
Produk yang ditawarkan untuk membantu pengusaha UKM adalah kredit, dengan cara angsuran pada produk Kredit Angsuran Lainnya (KAL) dan rekening koran (SPK). Peminjam dapat memilih sistem pembayaran yang disenanginya. Kredit UKM yang disalurkan oleh Bank Sumut kepada UKM dilakukan untuk mengembangkan dunia usaha UKM.
(63)
4.2. Gambaran Kredit di PT Bank Sumut Kantor Cabang Pembantu USU 4.2.1. Jenis – jenis Kredit Untuk UKM pada PT Bank Sumut Kantor Cabang
Pembantu USU
Jenis kredit yang tersedia untuk UKM pada Kantor Bank Sumut Cabang Pembantu USU dibatasi menjadi dua, yaitu adalah
1. KAL
Kredit Angsuran Lainnya (KAL) adalah kredit di Bank Sumut yang diberikan kepada perorangan atau perusahaan secara langsung dan dengan maksimal jangka pembayaran 5 tahun. Pembayaran bunga cicilan bisa dilakukan dengan jangka waktu triwulan, caturwulan dan semester dengan biaya bunga sebesar 1% dari pinjaman dan biaya tambahan administrasi sesuai besar pinjaman.
Yang dapat memperoleh fasilitas KAL :
a. Perorangan : 1) Pegawai Negeri
2) Pegawai BUMD/BUMN 3) Pegawai Swasta
4) Keluarga Pegawai tetap PT Bank Sumut (istri,suami,anak) yang mempunyai fasilitas lainnya
(64)
b. Badan usaha/ Usaha Perorangan
1. Cabang/ perwakilan perusahaan yang dalam menjalankan kegiatan perdagangan bebas menggunakan Surat Izin Usaha perdagangan (SIUP) 2. Perusahaan yang telah mendapat Izin Usaha dari departemen teknis
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan tidak melakukan kegiatan perdagangan.
3. Perusahaan produksi yang didirikan dalam rangka Undang-Undang no. 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Asing.
4. Perusahaan Jawatan (PERJAN) dan Perusahaan Umum (PERUM). 5. Perusahaan kecil perorangan:
a. Tidak merupakan Badan Hukum atau persekutuan.
b. Diurus, dijalankan atau dikelola sendiri oleh pemiliknya atau dengan memperkerjakan anggota keluarganya yang terdekat.
c. Keuntungan perusahaan benar-benar hanya sekedar untuk memenuhi keperluan nafkah hidup sehari-hari pemiliknya.
d. Setiap usaha dagang berkeliling, pedagang pinggir jalan atau pedagang kaki lima. Khusus untuk perusahaan kecil perorangan ini, jumlah kredit yang diberikan maksimal sampai dengan Rp.5000.000 (Lima juta rupiah). 6. Perusahaan menengah diberikan dana maksimal sampai dengan Rp.
750.000.000 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah) dan bagi yang melewati batas, keputusan pemberian masih akan dipertimbangkan kembali.
(65)
Tujuan penggunaan KAL :
a. Membangun/membeli/merehab rumah tempat tinggal. b. Membangun/membeli/merehab tempat usaha.
c. Membeli tanah tapak perumahaan. d. Membeli kendaraan.
e. Membeli peralatan/perlengkapan usaha. f. Dan lain-lain yang layak dibiayai.
2. Kredit Rekening Koran (SPK)
Kredit ini sebenarnya ditujukan kepada pengusaha yang bergerak di bidang konstruksi atau pemborong syaratnya bagi debitur yang ingin mengajukan kredit SPK harus memiliki rekening giro dibank sumut. Bank sumut berhak mengetahui jumlah dana yang dibutuhkan untuk pengerjaan proyek, Bank Sumut memberi jangka waktu pembayaran maksimal 12 bulan atau satu tahun dengan suku bunga yang tinggi sekitar 16 % setiap pengambilan dan dapat mengalami kenaikan atau penurunan. Kredit SPK digunakan juga oleh pengusaha kecil yang dana proyek berkisar 100.000.000 (seratus juta rupiah) seperti untuk pembuatan jalan masuk gang, pembuatan jendela-jendela rumah warga.
(66)
bertahap. Kredit pokok tidak bisa diambil secara langsung melainkan melalui tahapan-tahapannya, contohnya debitur memperoleh kredit dana sebesar Rp.10.000.000 (sepuluh juta rupiah). Debitur tidak bisa menggunakan uang tersebut secara langsung untuk usahanya, tetapi mengambilnya secara tahapan, seperti 2.000.000 (dua juta rupiah) diawal bulan pertama dan selanjutnya. Setiap pengambilan uang pada kredit SPK dikenakan bunga.
Sumber : PT Bank Sumut, Data diolah
Gambar 4.2 Penggunaan Kredit SPK di PT Bank Sumut KCP USU KREDIT POKOK
10.000.000
2.000.000 (16% BUNGA)
2.000.000 (16% BUNGA)
2.000.000 (16% BUNGA)
2.000.000 (16% BUNGA)
2.000.000 (16% BUNGA)
(67)
Kredit SPK kurang diminati karena proses penggunaan dananya dibatasi dan jikalau ada keperluan spontan kredit SPK tidak bisa digunakan karena dananya terbatas. Selain itu bunga yang tinggi juga menjadi beban tersendiri, sehingga untuk sekarang pengguna kredit SPK di Bank Sumut KCP USU sangat sedikit. Ada sebagaian kecil dari UKM yang masih menggunakan jasa dari SPK. Nasabah SPK dianjurkan berpindah ke KAL karena lebih kecil bunganya serta lebih cocok ke jenis usahanya.
4.2.2. Kredit Untuk UKM pada PT Bank Sumut KCP USU
PT Bank Sumut memiliki dua jenis kredit yaitu SPK dan KAL. KAL ditujukan untuk UKM sedangkan SPK ditujukan untuk usaha konstruksi biarpun pada SPK ada sebagian dari UKM yang menggunakan kredit tersebut. Sedangkan pada KAL hampir keseluruhan dari nasabanya adalah UKM sehingga diambil kesimpulan bahwa KAL adalah kredit yang ditujukan untuk UKM.
4.2.3. Prosedur Pengurusan Permohonan KAL di PT Bank Sumut KCP USU
Pengajuan permohonan kredit KAL di PT Bank Sumut KCP USU harus melalui prosedur dan beberapa tahapan, pada tahap pertama calon debitur yang ingin mengajukan permohonan kredit pada PT Bank Sumut KCP USU harus menyiapkan berkas-berkas kelengkapan seperti fotokopy Kartu Tanda Penduduk (KTP), Pas Foto dan lokasi wilayah usaha serta Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP).
(68)
Kemudian pada tahap kedua Kepala Bagian Kredit akan menganalisis calon debitur kredit dengan menggunakan The C’s of Credit sebagai alat penganalisis permohonan yang hasilnya bisa menyetujui permohonan kredit calon debitur atau menolak permohonan kredit debitur. Tahap ketiga, hasil penilaian permohonan kredit calon debitur yang disetujui oleh Kepala Bagian Kredit akan diteruskan kepada Pimpinan Cabang, Dewan Direksi atau Dewan Komisaris untuk mengesahkan bahwa apakah kredit layak untuk diberikan. Seandainya ada keraguan akan akan analisis hasil yang dilakukan oleh Kepala Bagian Kredit, Pimpinan cabang atau Dewan direksi dan Komisaris memiliki kemampuan untuk membatalkan pemberian kredit. Jikalau tidak ada maka kredit akan diberikan kepada debitur UKM.
Hasil keputusan dari Kepala bagian kredit diserahkan kepada pihak yang memiliki wewenang lebih tinggi, Sesuai dengan nominal kredit yang diminta :
1. Untuk kredit yang kurang dari Rp. 200.000.000 (dua ratus juta rupiah), pengambilan keputusan pemberian kredit dilakukan oleh Pimpinan Cabang. 2. Untuk kredit lebih dari Rp. 200.000.000 (dua ratus juta rupiah), pengambilan
keputusan pemberian kredit dilakukan oleh Dewan Direksi.
3. Untuk kredit lebih dari Rp. 1.000.000.000 (satu milliar rupiah), keputusan berada di Dewan Komisaris.
(69)
Sumber : PT Bank Sumut KCP USU Bagian Kredit
Gambar 4.3 Prosedur Pengajuan Permohonan Kredit di PT Bank Sumut KCP USU
4.2.4. The C’s of Creditsebagai alat analisis Kepada UKM dan Poin–PoinThe
C’s of Creditdi PT Bank Sumut KCP USU
Pemberian Kredit kepada debitur UKM Untuk KAL di Bank Sumut dinilai melalui The C’s of Credit. The C’s of Credit adalah alat analisis dalam pemberian kredit kepada UKM di Bank Sumut. Hasil dari The C’s of Credit akan memberi kesimpulan bahwa apakah UKM memang layak diberikan kredit atau sebaliknya. The C’s of Creditterdiri dari beberapa poin-poin :
Calon Debitur
Kepala Bagian Kredit
The C s of credit
Pimpinan Cabang Dewan
Direksi Dewan
(1)
D: kadang pelaksanaan dan pelayanan kredit di kota dengan di daerah itu berbeda dek, dalam arti sumber daya manusianya walaupun sering dirotasi masih ada saja yang terbaik di kota, ada saja hambatan yang harus di hilangkan dan diperbaiki. Perbandingannya itu maunya tidak harus sama tetapi minimal mendekati.
B.9. DITUJUKAN KEPADA UKM PENERIMA KREDIT DENGAN PENGGUNAAN THE C’S OF CREDIT SEBAGAI ALAT ANALISIS PEMBERIAN KREDIT
JENIS USAHA : Digital Printing
PERTANYAAN
A) Apa yang terlintas di pikiran anda ketika mendengar kata kredit yang diberikan perbankan? dan bagaimana pelaksanaan kredit ini menurut anda ? D: Kredit itu suatu bantuan yang di berikan oleh bank kepada kita dengan janji akan kita kembalikan sesuai apa yang kita janjikan, jadi dalam menunggu pengembalian itu bank menerapkan sistem kepercayaan. Pelaksanaan kredit yang terdapat di Indonesia sejauh yang saya lihat berjalan dengan baik, sekarang semua aspek usaha dari usaha kecil,
(2)
menengah dan besar sudah di jankau oleh bank tidak seperti dulu, yang kadang susah.
B) Anda Setuju tidak kalau karakter merupakan penilaian tertinggi bagi Bank Sumut dan sangat-sangat diperhatikan secara detail? Dibanding dengan penilaian lain seperti Collateral, Create income, Competence to borrow, Condition of Economy dan juga Capital.
D: Sangat setuju, karena karakter itu mampu menampilkan sifat seseorang yang berujung kepada keseriusan kerja dan pencapaian target yang sebagai catatan karakter individu itu dapat mempengaruhi kelima poin lainnya. C) Dalam pemberian kredit apakah anda yakin bahwa penerima kredit
termasuk anda adalah orang yang tepat, artinya menggunakan kredit itu sesuai dengan kegunaannya?
D: Saya yakin penerima kredit adalah orang yang tepat, karena telah dilakukan pengujian terhadap kami yang menerima kredit yaitu analisis The C’s of Credit dan hal ini tidak mudah, terlihat banyak yang mengalami kegagalan dalam melewati analisis ini. Sejauh yang saya tau, kami mampu menggunakan kredit itu dan selalu membayar bunga dari kredit ke perbankan. Itu sudah menjadi tolak ukur kalau kami adalah orang yang tepat. Jikalau ada yang gagal, mungkin ada alasanya mengapa bisa begitu. D) Kenapa banyak persentasi yang gagal dari pada yang berhasil, menurut anda
(3)
D: karena data tidak lengkap, kurang serius, pernah di blacklist, tidak memiliki kemampuan untuk meyakinkan perbankan. Bagi saya tentu saja penambahan modal usaha dan memperlancar usaha saya.
B.10. DITUJUKAN KEPADA UKM PENERIMA KREDIT DENGAN PENGGUNAAN THE C’S OF CREDIT SEBAGAI ALAT ANALISIS PEMBERIAN KREDIT
JENIS USAHA : Sepatu Kulit
PERTANYAAN
A) Menurut bapak bagaimana pelaksanaan kredit di Bank Sumut.
D: Menurut saya pelaksanaannya sudah bagus tetapi bagi yang ingin menjadi debitur ada hal yang harus diperhatikan, bank memiliki modal yang terbatas jadi dalam penyalurannya tidak semua pihak dapat menerimanya sehingga sebelum kredit diberikan pelaksanaanya menggunakan alat analisis, untuk menganalisis apakah penerima kredit ini sudah cukup baik.
B) Apa Bapak setuju kalau Karakter dalam penilaian yang dilakukan itu memiliki kepentingan yang tinggi dibanding dengan lainnya di dalam pemberian kredit
(4)
D: Setujulah, poin karakter menentukan watak seseorang yang menjadi cerminan di masa yang akan datang bagi perbankan. Intinya seputar apakah dia memang layak diberi kepercayaan dan bertanggung jawab.
C) Apakah bapak yakin kalau penerima kredit adalah orang yang tepat?
D: Seandainya saya menjadi pihak bank, penilaian analisis The C’s of Credit
itu sudah penilaian yang bagus apalagi kalau di jalankan dengan prinsip kehati-hatian dan ketelitian dan siapapun yang menerima kredit atas hasil dari analisis ini sudah cukup menjadi alasan bahwa orang itu adalah orang yang tepat
D) Kenapa banyak yang gagal dalam pengajuan kredit?, dan kenapa banyak yang gagal dalam penggunaan kredit ? dimanakah kesalahanya?
D: Banyak yang gagal dalam penggunaan kredit karena melakukan pembelian sesuatu atas dasar kecerobohan dan juga dalam mengambil keputusan ada unsur kecerobohan, makanya karakter tadi perlu dek, kenapa banyak yang gagal dalam mengajukan kredit? Karena gagal memenuhi syarat analisis The C’s of Credit tadi. Kesalahannya ada di calon debitur yang harus segera mengetahui akan kesalahannya dan memperbaikinya.
E) Apakah manfaat kredit yang bapak ketahui?
D: Manfaat kredit itu banyak, seperti contohnya mempermudah masyarakat mendapatkan modal dalam pelaksanaan usaha. Sehingga tidak ada lagi istilah menganggur dan taraf hidup masyarakat dapat meningkat.
(5)
LAMPIRAN 3
DAFTAR ANGSURAN KAL (KREDIT ANGSURAN LAINNYA) SUKU BUNGA : 16% / TAHUN
NO PLAFON JANGKA WAKTU ( BULAN)
12 24 36 48 60
1 1.000.000 90,730,86 48,963,11 35,157,03 28,340,28 24,318,06
2 2.000.000 181,461,72 97,926,22 70,314,07 56,680,56 48,626,51
3 3.000.000 272,192,57 146,889,33 105,471,10 85,680,12 72,954,17
4 4.000.000 362,923,43 195,825,44 140,628,13 113,361,12 97,272,23
5 5.000.000 453,654,29 244,815,55 175,785,17 141,701,40 121,590,29
6 6.000.000 544,386,15 293,778,66 210,942,20 170,041,68 145,908,34
7 7.000.000 635,116,01 342,771,77 246,099,32 198,381,97 170,226,40
8 8.000.000 725,846,86 391,704,88 281,256,26 226,722,25 194,544,46
9 9.000.000 816,577,72 440,667,99 316,413,30 255,062,25 218,862,51
10 10.000.000 907,308,58 489,611,11 351,570,33 283,402,81 243,180,57
11 15.000.000 1,360,962,87 734,446,66 527,355,50 425,104,21 364,770,00
12 20.000.000 1,614,617,16 979,262,21 703,140,66 566,805,62 486,361,14
13 25.000.000 2,268,271,45 1,224,077,76 878,925,83 708,507,02 507,951,43
14 30.000.000 2,721,925,74 1,468,893,32 1,054,710,99 850,208,42 729,541,71
15 35.000.000 3,175,580,03 1,713,708,87 1,230,496,16 991,909,83 851,135,00
16 40.000.000 3,629,234,31 1,958,524,42 1,406,281,32 1,133,611,23 972,722,28
17 45.000.000 4,082,888,60 2,203,339,97 1,582,006,49 1,275,312,64 1,094,312,57
18 50.000.000 4,536,542,89 2,448,155,53 1,757,851,65 1,417,014,04 1,215,902,86 19 55.000.000 4,990,197,18 2,692,971,08 1,933,639,92 1,558,715,44 1,337,493,34
20 60.000.000 5,433,851,47 2,937,386,63 2,109,421,98 1,700,416,84 1,499,063,43
21 65.000.000 5,897,505,76 3,182,602,18 2,285,207,15 1,842,118,25 1,582,673,12
22 70.000.000 6,351,160,05 3,427,417,74 2,460,992,31 1,983,819,66 1,702,264,00
23 75.000.000 6,804,814,34 3,672,233,29 2,636,777,48 2,125,521,06 1,823,854,38
24 80.000.000 7,258,468,63 3,917,048,84 2,812,562,24 2,267,222,46 1,945,444,57
25 85.000.000 7,712,122,92 4,161,864,39 2,988,342,81 2,408,923,57 2,067,624,04
26 90.000.000 8,165,777,21 4,406,679,95 3,164,132,97 2,550,625,27 2,108,623,54
27 95.000.000 8,619,431,50 4,651,495,50 3,339,916,14 2,692,326,68 2,210,215,42
28 100.000.000 9,037,085,79 4,896,311,05 3,515,703,30 2,834,028,06 2,431,855,32 29 105.000.000 9,526,740,06 5,141,126,60 3,691,448,47 2,975,729,48 2,553,906,00
(6)
32 120.000.000 10,887,702,94 5,875,573,26 4,218,843,96 3,400,833,70 2,918,166,65
33 125.000.000 11,341,357,23 6,120,388,81 4,394,629,13 3,542,535,10 3,039,757,14
34 130.000.000 11,793,011,52 6,365,204,37 4,570,414,29 3,684,226,50 3,161,347,43
35 135.000.000 12,248,065,81 6,610,019,92 4,741,199,46 3,825,937,91 3,282,937,71
36 140.000.000 12,702,320,10 6,854,835,47 4,921,984,63 3,967,639,31 3,404,528,00
37 145.000.000 13,155,974,39 7,099,651,03 5,097,769,79 4,109,340,72 3,526,118,28
38 150.000.000 13,609,628,68 7,344,466,58 5,273,544,96 4,251,042,12 3,647,708,57
39 155.000.000 14,063,283,97 7,589,282,13 5,449,340,12 4,392,742,52 3,769,298,85
40 160.000.000 14,516,937,90 7,834,097,68 5,625,125,29 4,534,444,93 3,890,889,14
41 165.000.000 14,920,591,01 8,078,913,24 5,800,910,45 4,676,146,33 4,012,479,42
42 170.000.000 15,077,900,13 8,322,728,70 5,976,625,62 4,817,847,74 4,134,062,71
43 175.000.000 15,424,245,84 8,565,544,24 6,152,480,78 4,959,549,14 4,225,060,00
44 180.000.000 16,331,554,41 8,813,359,89 6,328,265,95 5,101,250,54 4,377,250,28
45 185.000.000 16,785,208,70 9,058,175,45 6,504,051,11 5,242,951,95 4,498,840,57
46 190.000.000 17,238,862,99 9,302,991,00 6,679,838,28 5,384,653,35 4,620,430,85
47 195.000.000 17,692,517,28 9,547,806,55 6,855,621,44 5,526,354,76 4,742,021,14
48 200.000.000 18,146,171,57 9,792,622,10 7,031,406,61 5,668,056,16 4,863,611,42
Biaya administrasi : 0-50 juta : 125,000 50-500 juta: 500.000 500- 1 milyar : 1.000.000