Tujuan Performance Appraisal Beberapa Metode Performance Appraisal

28 tentang Kinerja yang dibaurkan dengan istilah Prestasi. Veithzal menguraikan bahwa Kinerja merupakan suatu fungsi dari motivasi dan kemampuan. Kinerja merupakan perilaku nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan perannya dalam perusahaan. Dengan demikian prestasi karyawan adalah hasil kerja karyawan dalam lingkup tanggung jawabnya. Lebih jauh beberapa pengertian dari Kinerja dikutip dari beberapa ahli sebagai berikut: a. Kinerja adalah seperangkat hasil yang dicapai dan merujuk pada tindakan pencapaian serta pelaksanaan sesuatu pekerjaan yang diminta Stolovitch and Keeps,1992. b. Kinerja adalah fungsi dari motivasi dan kemampuan. Untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan, seseorang harus memliki derajat kesediaan dan tingkat kemampuan tertentu. Kesediaan dan keterampilan seseorang tidaklah cukup efektif untuk mengerjakan sesuatu tanpa pemahaman yang jelas tentang apa yang akan dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya Hersey and Blanchard, 1993. c. Kinerja merujuk kepada tingkat keberhasilan dalam melaksanakan tugas serta kemampuan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kinerja dinyatakan baik dan sukses jika tujuan yang diinginkan dapat tercapai dengan baik Donnelly, Gibson and Ivancevich, 1994. d. Kinerja merupakan fungsi interaksi antara kemampuan atau ability A, motivasi atau motivation M dan kesempatan atau opportunity O, yaitu kinerja = ƒ A x M x O. Artinya: kinerja merupakan fungsi dari kemampuan, motivasi dan kesempatan Robbins, 1996. Dengan demikian, kinerja ditentukan oleh faktor-faktor kemampuan, motivasi dan kesempatan. Kesempatan kinerja adalah tingkat-tingkat kinerja yang tinggi yang sebagian merupakan fungsi dari tiadanya rintangan-ringtangan yang mengendalakan karyawan itu. Meskipun seorang individu mungkin bersedia dan mampu, bisa saja ada rintangan yang menjadi penghambat.

2. Tujuan Performance Appraisal

Penilaian prestasi karyawan di BPRS antara lain bertujuan: a. Dengan adanya Performance Appraisal karyawan, maka memungkinkan bagi pimpinan perusahaan untuk mengetahui kinerja masing-masing karyawan, apakah terjadi peningkatan prestasi atau tidak terjadi sama sekali. b. Sebagai dasar bagi manajemen untuk mengevaluasi job description c. Dengan dilakukannya penilaian prestasi, maka dapat diketahui apakah seorang karyawan mampu memikul tanggungjawabnya dengan baik, atau didapati fakta-fakta bahwa karyawan tidak sesuai dengan bidang pekerjaananya saat ini, sehingga perlu dimutasikan ke bidang kerjaan lainnya. d. Sebagai bahan bagi karyawan sendiri untuk mengetahui pandangan karyawan lain terhadap dirinya. Dengan demikian dapat diketahui sisi-sisi kelemahan maupun keunggulan karyawan, sehingga ia dapat memperbaiki dirinya dimana perlu dan mempertajam lagi sisi-sisi yang dipandang unggul oleh sejawatnya. e. Dengan adanya penilaian prestasi kerja karyawan, maka akan didapati peringkat prestasi karyawan mulai dari yang berprestasi terbaik sampai dengan yang berprestasi terendah. Karyawan yang mempunyai prestasi lebih tinggi sudah selayaknya akan memperoleh peningkatan gaji yang lebih tinggi. Sebaliknya yang berprestasi rendah akan memperoleh kenaikan yang lebih rendah atau dipertimbangkan tidak meperoleh kenaikan gaji. f. Bagi karyawan yang berprestasi tinggi dan mempunyai human relationship yang baik akan memungkinkan untuk diberi tanggungjawab yang lebih tinggi. Kepada mereka dapat diserahi kepercayaan untuk memimpin melalui peningkatan, misalnya ditingkatkan dari fungsi sebagai staff menjadi supervisor

3. Beberapa Metode Performance Appraisal

Dari sisi pelaku penilai yang melakukan penilaian, maka penilaian prestasi kerja dapat dilakukan oleh: a. Penilaian hanya oleh atasan; yaitu penilaian yang dilakukan oleh atasan langsung karyawan. Penilaian yang dilakukan atasan langsung ini sangat praktis karena dapat dilaksanakan dengan cepat dan tidak melibatkan banyak orang, bahkan atasan telah memiliki catatan terhadap prestasi masing-masing bawahannya sebelum Performance Appraisal dilakukan. Penilaian oleh atasa langsung ini memiliki kelemahan yaitu akan terjadi standard penilaian yang berbeda oleh atasan yang berbeda, dimana mereka memiliki Universitas Sumatera Utara 29 bawahan masing-masing pada perusahaan yang sama. Misalnya pada BPRS terdapat dua bagian, yaitu bagian marketing dan operasional, lalu masing-masing bagian ini disupervisi oleh supervisor masing-masing. Maka dapat terjadi bahwa standard penilaian oleh supervisor marketing berbeda dengan penilaian oleh supervisor operasional. b. Penilaian oleh kelompok lini; yaitu penilaian yang dilakukan oleh atasan langsung dan atasannya lagi. Penilaian dilakukan bersama-sama dengan cara membahas kinerja dari bawahannya yang dinilai. Penilaian ini memiliki keuntungan bahwa objektivitasnya lebih akurat dibandingkan kalau hanya oleh atasan sendiri, namun atasan yang lebih tinggi dapat mendominasi penilaian. c. Penilaian oleh bawahan dan sejawat. Penilaian dengan metode ini mungkin akan sangat subjektif, namun selaku atasan tidak akan memiliki kendala psikologis terhadap hasil penilaian, karena penilaian diserahkan kepada karyawan. Dari sisi aspek-aspek yang dinilai, penilaian meliputi: pengetahuan tentang pekerjaanya, kepemimpinan, inisiatif, kualitas pekerjaan, kerja sama, pengambilan keputusan, kreativitas, dapat diandalkan, perencanaan, komunikasi, intelegensi kecerdasan, pemecahan masalah, pendelegasian, sikap, usaha maupun motivasi, namun asfek ini dapat disederhanakan dengan pengelompokan sebagai berikut: a. kemampuan teknis, yaitu kemampuan menggunakan pengetahuan, metode, teknik, dan peralatan yang dipergunakan untuk melaksanakan tugas serta pengalaman dan pelatihan yang diperolehnya. b. Kemampuan konseptual, yaitu kemampuan untuk memahami kompleksitas perusahaan dan penyesuaian bidang gerak dari unit masing- masing ke dalam bidang operasional perusahaan secara menyeluruh, yang pada intinya individual tersebut memahami tugas, fungsi serta tanggung jawabnya sebagai seorang karyawan. c. Kemampuan hubungan interpersonal, yaitu antara lain kemampuan untuk bekerja sama dengan orang lain, memotivasi karyawan, melakukan negosiasi, dan lain-lain. Pendekatan pada orientasi penilaian dapat dilakukan terhadap kinerja masa lalu maupun terhadap kinerja masa depan. Dengan mengevaluasi prestasi kinerja di masa lalu, karyawan dapat memperoleh umpan balik dari upaya-upaya mereka. Umpan balik ini selanjutnya bisa mengarah kepada perbaikan- perbaikan prestasi. Metode penilaian berorientasi masa depan menggunakan asumsi bahwa karyawan tidak lagi sebagai objek penilaian yang tunduk dan tergantung pada penyelia, tetapi karyawan dilibatkan dalam proses penilaian. Karyawan mengambil peran penting bersama-sama dengan penyelia dalam menetapkan tujuan-tujuan strategis perusahaan. Karyawan tidak saja bertanggung jawab kepada penyelia, tetapi juga bertanggung jawab kepada dirinya sendiri. Kesadaran ini adalah kekuatan besar bagi karyawan untuk selalu mengembangkan diri. Inilah yang membedakan perusahaan modern dengan yang lainnya dalam memandang karyawan SDM. Namun untuk organisasi yang sederhana seperti BPRS penilaian dengan orientasi masa lalu akan lebih mudah untuk dilaksanakan. Beberapa tekhnik yangdigunakan untuk penilaian yang berorientasi masa lalu antara lain:: a. Skala peringkat Rating Scale para penilai diharuskan melakukan suatu penilaian yang berhubungan dengan hasil kerja karyawan dalam skala-skala tertentu, mulai dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi. Penilaian didasarkan pada pendapat para penilai. Pada umum nya penilai diberi formulir, yang berisi sejumlah sifat dan ciri-ciri hasil kerja yang harus diisi, seperti kemandirian, inisiatif, sikap, kerja sama dan seterusnya. Keuntungan dari metode ini adalah biayanya yang murah dalam penggunaan dan pengembangannya, penilai membutuhkan sedikit pelatihan atau waktu untuk menyerpurnakan formulir yang ada, dan metode ini bisa digunakan untuk banyak karyawan. Kelemahan dari metode ini juga ada, yaitu prasangka penilai biasanya akan tampak pada subjektivitasnya. Penilaian yang deskriptif ini dipengaruhi oleh penafsiran dan prasangka individu. b. Daftar pertanyaan Checklist Penilaian berdasarkan metode ini terdiri dari sejumlah pertanyaan yang menjelaskan beraneka macam tingkat perilaku bagi suatu pekerjaan tertentu. Penilai tinggal memilih kata atau pernyataan yang menggambarkan karakteristik dan hasil kerja karyawan. Selain itu, sebagai penilai biasanya atasan langsung. Keuntungan dari checklist adalah biaya yang murah, pengurusannya mudah, penilai hanya membutuhkan pelatihan yang sederhana, dan distandarisasi. Kelemahannya meliputi kepekaan pada penyimpangan penilai, terutama hallo effect. Hallo effect adalah terpengaruhnya penilaian prestasi kerja yang disebabkan oleh persepsi Universitas Sumatera Utara 30 pribadi penilai. Dapat terjadi penilaian ini lebih mengedepankan kriteria-kriteria pribadi karyawan dalam menentukan kriteria-kriteria hasil kerja. Kesalahan menafsirkan materi-materi checklist, dan penentuan bobot nilai seharusnya dihindari.. c. Metode peristiwa kritis Critical Incident Methode Metode ini merupakan pemilihan yang mendasarkan pada catatan kritis penilai atas perilaku karyawan, seperti sangat baik atau sangat jelek di dalam melaksanakan pekerjaan. Kategori- kategori, misalnya kontrol keselamatan dan pengembangan karyawan. Metode ini bermanfaat untuk memberi karyawan umpan balik yang terkait langsung dengan pekerjaanya. Hal ini juga mengurangi penyimpangan penilai, jika penilai mencatat kejadian selama masa penilaian. Tentu saja, kelemahan yang utama adalah penilai sering kali tidak mencatat ketika insiden terjadi. d. Metode catatan prestasi Metode ini berkaitan erat dengan metode peristiwa kritis, yaitu catatan penyempurnaan, yang banyak digunakan terutama oleh para professional. Misalnya penampilan, kemampuan berbicara, peran kepemimpinan, dan aktivitas lainyang berhubungan dengan pekerjaan. Informasi ini secara khusus digunakan untuk menghasilkan detail laporan tahunan tentang kontribusi seorang professional selama satu tahun. Selanjutnya, laporan akan digunakan oleh atasan untuk menentukan kenaikan dan promosi dan untuk memberikan saran-saran tentang hasil kerjanya untuk masa yang akan datang. Penafsiran terhadap materi-materi mungkin subjektif, dan biasanya terjadi penyimpangan, karena hanya memberikan sesuatu yang baik saja terhadap apapun yang dilakukan karyawan. e. Metode Alokasi Angka Metode ini yang terjadi ialah bahwa penilai memberi nilai dalam bentuk angka kepada semua karyawan yang dinilai. Karyawan yang mendapat angka tertinggi berarti dipandang sebagai karyawan ‘terbaik’ dan karyawan yang mendapat angka paling rendah merupakan karyawan yang dinilai paling tidak mampu bekerja. Jumlah nilai bagi semua karyawan ditentukan oleh departemen SDM. Misalnya jumlah 100 yang ‘didistribusikan’ pada sepuluh orang karyawan, sehingga terlihat penilaian sebagai berikut:

4. Formulir Penilaian Prestasi Kerja Karyawan