Waktu dan Tempat Pelaksanaan Bahan dan Peralatan Tahapan Penelitian

III. METODELOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari 2006 sampai dengan bulan Juli 2006. Pengambilan data awal untuk identifikasi masalah dilakukan di lahan tebu PG Jatitujuh. Perancangan prototipe dan pembuatan model dilaksanakan di Laboratorium Teknik Mesin Budidaya Pertanian TMBP, Departemen Teknik Pertanian. Pembuatan prototipe, uji fungsional mekanisme dan uji kinerja alat dilakukan di Laboratorium Lapang dan Lahan Percobaan Departemen Teknik Pertanian, Institut Pertanian Bogor di Leuwikopo, Darmaga, Bogor.

B. Bahan dan Peralatan

1. Bahan Penelitian Bahan penelitian yang digunakan untuk pembuatan prototipe ditcher drainase lengan ayun terdiri dari: a. Besi plat tebal 15 mm, 10 mm, 8 mm, 6 mm, dan 3 mm. b. Besi silinder pejal diameter 25 mm, 32 mm dan 70 mm. c. Besi pipa diameter luar 42.5 mm, 32 mm dan 30 mm. d. Besi kanal UNP ukuran 38 mm x 76 mm tebal 5 mm dan 50 x 100 mm tebal 5 mm. e. Besi siku ukuran 100 mm ×100 mm tebal 8 mm, 70 mm x 70 mm tebal 6 mm, dan 30 mm x 30 mm tebal 2 mm. f. Baut, ring, mur, pillow block, flange, bearing, pegas diameter 20 mm. g. Cat dan perlengkapan lainnya. 2. Alat Penelitian a. Alat ukur yang digunakan untuk pengukuran kondisi tanah yang terdiri dari peralatan analisis tekstur tanah, perlengkapan pengambilan contoh tanah ring sample, penetrometer tipe SR-2, dan oven. b. Alat untuk pembuatan prototipe dicher antara lain gerinda potong, las listrik, las potong, gerinda tangan, bor listrik, mesin bubut, penggaris atau meteran, busur derajat, tang, kunci pas dan kunci ring. c. Alat untuk pengukuran uji fungsional skala laboratorium dan uji kinerja lapangan yang terdiri load cell, handy strain meter, penggaris stainless steel 100 cm dan 60 cm, busur derajat, waterpass, alat angkat katrol rantai, traktor roda 4 dengan daya 70 hp.

C. Tahapan Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pendekatan rancangan secara umum yaitu berdasarkan pendekatan rancangan fungsional dan pendekatan rancangan struktural. Tahapan dari penelitian yang dilaksanakan ditunjukkan oleh Gambar 9. Gambar 9. Tahapan penelitian. Analisis disain dan pembuatan gambar teknik Mulai Perumusan dan penyempurnaan konsep disain Pembuatan prototipe alat Uji fungsional Uji kinerja prototipe alat Berhasi l Selesai Modifikasi Data dan informasi penunjang Pembuatan model Y T T Y Uji fungsional Berhasi l Identifikasi masalah 1. Identifikasi Masalah Masalah yang ada di lapangan sudah teridentifikasi sehingga diperlukan data pendukung yang lain, yaitu kondisi tanah berupa sifat fisik dan mekanik tanah. Data pendukung ini diperlukan pada saat pembuatan saluran drainase dilakukan. Data lainnya yaitu ukuran dan pola penampang saluran drainase yang diinginkan, serta jumlah tanah yang harus dipindahkan. Data pengujian kadar air pada lahan tebu di PG Jatitujuh disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Data pengujian kadar air pada lahan tebu PG Jatitujuh No Sampel BW gram BB+R gram BK+R gram BB gram BK gram KA Vt cc BD Ket posisi R19 60.3 170.5 148.6 110.2 88.3 19.9 100.0 0.9 permukaan guludan R12 60.3 171.7 147.6 111.4 87.3 21.6 100.0 0.9 tengah guludan R20 60.0 161.6 144.2 101.6 84.2 17.1 100.0 0.8 bawah guludan R22 60.3 183.5 158.4 123.2 98.1 20.4 100.0 1.0 dasar guludan R21 61.2 205.2 173.1 144.0 111.9 22.3 100.0 1.1 dasar guludan R11 60.8 199.7 169.0 138.9 108.2 22.1 100.0 1.1 dasar guludan Kondisi tanah berupa hubungan tahanan penetrasi dengan kedalaman tanah pada guludan dan dasar alur tanam. Data pengukuran disajikan oleh Tabel 2, Tabel 3, Tabel 4 dan ditunjukkan oleh Gambar 10, Gambar 11 dan Gambar 12. Tabel 2. Data tahanan penetrasi tanah pada lahan tebu plant cane pada guludan lahan tebu PG Jatitujuh Kedalaman cm 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 18 16 20 24 28 24 26 24 24 28 32 34 8 20 24 20 24 24 24 24 26 24 24 24 12 14 12 10 22 42 36 34 26 24 26 26 12 14 16 16 14 14 30 26 24 26 28 28 4 4 26 26 26 40 38 22 24 26 30 28 8 22 20 20 28 32 38 40 40 32 32 32 14 20 12 16 20 20 20 20 26 30 32 34 8 6 24 16 18 18 24 26 30 24 26 26 8 14 18 16 20 18 26 32 38 44 44 44 Beban kg 10 12 14 16 16 16 22 24 24 32 30 32 Total 102 142 186 180 216 248 284 272 282 290 304 308 Rata-rata 10.2 14.2 18.6 18 21.6 24.8 28.4 27.2 28.2 29 30.4 30.8 Cone Index kgcm2 5.1 7.1 9.3 9 10.8 12.4 14.2 13.6 14.1 14.5 15.2 15.4 10 20 30 40 50 60 70 5 10 15 20 Tahanan penetrasi tanah kgcm 2 K e d a la m a n c m Gambar 10. Hubungan tahanan penetrasi tanah terhadap kedalamannya pada guludan lahan tebu PG Jatitujuh. Tabel 3. Data tahanan penetrasi tanah pada lahan tebu plant cane pada dasar alur lahan tebu PG Jatitujuh Kedalaman cm 5 10 15 20 25 30 16 26 36 44 48 50 22 30 32 36 40 46 30 28 22 32 40 42 22 22 24 24 26 34 24 34 26 30 30 32 26 24 24 24 24 24 20 24 30 34 40 44 20 16 24 30 36 42 26 22 24 22 22 32 Beban kg 16 16 28 28 28 30 Total 222 242 270 304 334 376 Rata-rata 22.2 24.2 27 30.4 33.4 37.6 Cone Index kgcm2 11.1 12.1 13.5 15.2 16.7 18.8 10 20 30 40 10 12 14 16 18 20 Tahanan penetrasi tanah kgcm 2 Gambar 11. Hubungan tahanan penetrasi tanah terhadap kedalamannya pada dasar alur lahan tebu PG Jatitujuh. Tabel 4. Data tahanan penetrasi vertikal small plate 25 mm x 100 mm pada guludan lahan tebu PG Jatitujuh Kedalaman cm 7 12 17 11.9 31.9 39.9 29.9 49.9 49.9 51.9 OV OV 51.9 51.9 OV 19.9 41.9 51.9 Total 165.5 175.6 141.7 Rata-rata 33.1 43.9 47.23 Cone Index kgcm2 1.3 1.8 1.9 2 4 6 8 10 12 14 16 18 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 Tahanan Penetrasi kgcm2 K e d a la m a n c m Gambar 12. Hubungan tahanan penetrasi vertikal small plate 25 mm x 100 mm pada guludan lahan tebu PG Jatitujuh. Ukuran guludan dan alur barisan tanam lahan plant cane hasil pengukuran ditunjukkan oleh Gambar 13. Gambar 13. Ukuran guludan dan alur barisan tanam pada lahan plant cane. Dengan melakukan pendugaan pada setiap titik lebar guludan dan tinggi guludan, maka diperoleh profil guludan asal seperti ditunjukkan oleh Gambar 14. 135 30 95 10 20 30 40 50 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 Lebar guludan cm T in g g i g u lu d a n c m Gambar 14. Kurva profil guludan asal pada lahan plant cane. Saluran drainase yang ada di lahan tebu pada umumnya dibuat oleh rotary ditcher. Bentuk penampangnya seperti tampak pada Gambar 15. Gambar 15. Penampang saluran drainase yang dibentuk oleh rotari ditcher. Bentuk penampang ini adalah hasil dari pembentuk saluran drainase rotary ditcher seperti terlihat pada Gambar 16. 20 40 60 80 100 20 40 60 80 100 120 Lebar cm T in g g i c m a b Gambar 16. a sketsa ukuran pembentuk saluran pada rotary ditcher, dan b pembentuk saluran pada rotary ditcher. Ukuran penampang saluran drainase yang diinginkan berdasarkan kebutuhan lahan dan pendekatan pembentuk saluran drainase rotary ditcher Gambar 17. 35 cm 40 cm 90 cm 10 20 30 40 50 -10 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Lebar cm K e d a la m a n c m Gambar 17. Penampang saluran drainase yang diinginkan. Saluran drainase yang diinginkan tersebut harus dapat dibuat oleh ditcher tanpa menggunakan daya PTO traktor. Ditcher yang digunakan merupakan furrower yang dimodifikasi. Prinsip kerja dari ditcher ini adalah membuka tanah, mengangkat dan menumpahkannya di samping furrower. Tumpahan tanah dari furrower ini akan menutupi bibir alur antara guludan sehingga menghambat saluran drainase. Untuk memindahkan tumpahan tanah ini diperlukan suatu sistem mekanisme pemindah tanah. Pemindahan tanah ini dapat dilakukan tanpa menggunakan tenaga lain dari traktor, yaitu dengan memanfaatkan profil guludan yang ada sebagai sumber utama gerakan mekanisme. 2. Penyempurnaan Ide dan Perumusan Konsep Disain Konsep disain yang ada harus memiliki fungsi untuk memindahkan tanah dari dasar alur ke atas guludan tanpa menggunakan PTO traktor. Konsep awalnya yaitu tanah pada dasar alur diangkat kemudian dipindahkan ke atas guludan. Untuk memindahkan tanah ini dapat menggunakan pengeruk yang akan begerak naik mengikuti profil guludan, menggusur dan menaikan tanah ke atas guludan kemudian melewatinya. Karena itu pengeruk harus bergerak mengikuti profil guludan pada bagian awal dan akhir guludan, tetapi bergerak lebih tinggi daripada puncak guludan ketika melewatinya. Agar pengeruk dapat bergerak mengikuti profil guludan maka sumber gerakannya dapat berasal dari profil guludan itu sendiri. Untuk itu dibutuhkan suatu benda yang dapat bergerak bebas mengikuti profil guludan tetapi tidak mengganggu profil tersebut, karena itu digunakan roda sebagai penggerak mekanisme. Naiknya pengeruk harus lebih tinggi daripada naiknya roda, karena itu mekanisme empat batang penghubung dapat digunakan untuk menghasilkan gerakan tersebut. Apabila salah satu batang berbeda panjang dengan batang yang lain maka pergerakan yang terjadi pada batang tersebut bisa diperpendek atau diperpanjang. Ide-ide yang ada untuk membuat mekanisme seperti ini dikumpulkan dan dirumuskan untuk menghasilkan beberapa konsep disain fungsional maupun struktural. Perumusan ini dilakukan dengan mempertimbangkan berbagai aspek yang terkait, dan dilengkapi dengan gambar sketsa. Beberapa alternatif disain fungsional adalah sebagai berikut: 2.1. Pengeruk dengan mekanisme empat batang penghubung ganda Dinamakan demikian karena pengeruk tanah ini terdiri dari 2 bagian mekanisme empat batang penghubung Gambar 18. Batang penghubung A akan menggerakkan batang penghubung B. Naiknya roda mengakibatkan bergeraknya mekanisme batang penghubung A. Pergerakan ini menyebabkan mekanisme batang penghubung B ikut bergerak karena dihubungkan oleh batang C. Perbedaan posisi pin batang C pada batang penghubung A dan B antara pin atas dan pin bawah, menyebabkan batang penghubung atas naik lebih tinggi sehingga pengeruk akan bergerak lebih tinggi. Gambar 18. Alternatif disain pengeruk dengan sistem mekanisme empat batang penghubung ganda. mekanisme empat batang penghubung B mekanisme empat batang penghubung A batang hubung C Kelebihan dari pengeruk tanah ini yaitu profil gerakan pengeruk dibentuk dari profil guludan asal itu sendiri, karena pengeruk dan roda penggerak berada pada satu posisi. Kelemahannya yaitu dengan mekanisme seperti ini, maka profil yang dibentuk oleh guludan tidak sesuai dengan bentuk guludan asal. Hasil yang diperoleh melalui analisa sederhana ditunjukkan oleh Gambar 19. Gambar 19. Profil gerakan pengeruk yang dibentuk oleh sistem mekanisme empat batang penghubung ganda. 2.2. Pengeruk dengan mekanisme empat batang penghubung sederhana Profil pergerakan pengeruk pada pengeruk tanah dengan sistem mekanisme ini, tergantung dari profil guludan di depannya Gambar 20. Kelebihan dari sistem mekanisme ini adalah sederhana. Namun profil yang dibentuk oleh pergerakan pengeruk masih belum mendekati guludan asal Gambar 21. Gambar 20. Alternatif disain pengeruk dengan sistem mekanisme empat batang penghubung sederhana. profil guludan baru Gambar 21. Profil gerakan pengeruk yang dibentuk oleh sistem mekanisme empat batang penghubung sederhana. 2.3. Pengeruk dengan mekanisme empat batang penghubung terbalik Pengeruk tanah dengan sistem mekanisme ini melakukan pergerakan antara roda dan pengeruk secara terbalik Gambar 22. Apabila roda melintasi dasar alur, maka pengeruk akan naik di atas guludan asal. Gambar 22. Alternatif disain pengeruk dengan mekanisme empat batang penghubung terbalik. Kelebihan dari sistem mekanisme ini adalah bentuknya yang relatif kecil dan tidak terlalu panjang. Kelemahannya yaitu sistem mekanisme ini tidak dapat diterapkan di lapangan karena profil antara alur guludan dengan puncak guludan berbeda. Selain itu ruang yang tersedia untuk mekanisme hanya sepanjang 65 cm. Profil pergerakan roda sangat dikhawatirkan terganggu oleh tumpahan tanah di belakangnya. Kelemahan yang lain yaitu perlunya gaya bantu agar roda dapat turun. Gaya bantu ini bisa didapatkan dengan menggunakan pegas. 2.4. Pengeruk dengan mekanisme empat batang penghubung sejajar ganda dan poros putar Sistem mekanisme ini menggunakan dua mekanisme empat batang penghubung untuk menjaga roda dan pengeruk agar selalu berada pada posisi horizontal Gambar 23. Untuk menyalurkan gaya dan pergerakannya maka digunakan poros. Kelebihan dari sistem mekanime ini adalah profil gerakan pengeruk mendekati bentuk guludan asal. Kelemahan sistem mekanisme ini yaitu roda dan pengeruk akan bergeser ke samping ketika bergerak naik. Selain itu apabila sistem ini tidak bekerja dengan baik, maka roda penggeraknya akan menggusur tanah guludan ke depan. Gambar 23. Alternatif disain pengeruk tanah dengan sistem mekanisme empat batang penghubung sejajar ganda dan poros putar. Pengeruk dengan sistem mekanisme empat batang penghubung sejajar ganda dan poros putar dipilih karena cukup memenuhi prasyarat dan sistem yang mendukung efektifitas operasional alat di lapangan, yaitu ditcher dan kebutuhan rangka. Pengeruk ini disebut dengan pengeruk lengan ayun. Dinamakan demikian karena sistem mekanisme empat batang penghubung sejajar ganda yang bekerja pada pengeruk mirip dengan lengan ayun. 3. Analisis Disain dan Pembuatan Gambar Teknik Konsep Analisis disain, analisis teknik termasuk dimensi dan kekuatan bahan, dengan mempertimbangkan faktor-faktor luar dijelaskan lebih lanjut pada sub-bab analisis struktural. Analisis disain yang dilakukan menggunakan komputer sebagai bantuan. Perangkat lunak yang digunakan yaitu Automatic Spreadsheet. Pembuatan gambar teknik konsep disain yang dipilih juga dengan menggunakan bantuan komputer, yaitu dengan menggunakan CAD Computer Aided Design. 4. Pembuatan Model Pembuatan model dengan skala 1:2 dilakukan dengan maksud untuk melihat apakah mekanisme penyelesaian masalah tersebut sudah berfungsi dengan baik atau tidak. Jika terjadi kesalahan, akan mudah dikoreksi dan meminimumkan biaya pembuatan prototipe. Pembuatan model juga dimaksudkan untuk memberikan gambaran nyata pembuatan prototipe. Pembuatan model dilakukan di Laboratorium Teknik Mesin Budidaya Pertanian TMBP, Departemen Teknik Pertanian, IPB. 5. Pembuatan Prototipe Pembuatan prototipe merupakan lanjutan dari pembuatan dan pengujian model. Pembuatan prototipe ini adalah pembuatan alat pertama secara nyata dari rancangan awal dan bahan yang telah disediakan. Pembuatan prototipe dilakukan di Laboratorium Lapangan Departemen Teknik Pertanian di Leuwikopo. 6. Uji Fungsional Uji fungsional dilakukan pada prototipe alat untuk mengetahui dan memastikan tiap-tiap bagian dapat berfungsi dengan baik dan tujuan konsep disain tercapai. Uji fungsional dilakukan terutama pada sistem mekanisme pengeruk. Hal ini dilakukan karena faktor keberhasilan untuk membentuk saluran drainase tanpa hambatan tergantung pada sistem mekanisme ini. Data hasil uji fungsional digunakan untuk memberikan gambaran simulasi kinerja prototipe alat ketika digunakan di lahan. Pengujian yang dilakukan adalah kesesuaian pergerakan roda dengan pengeruk dan beban pada roda. Pengujian dilakukan dengan cara mengangkat roda penggerak. Pengujian dilakukan saat kondisi prototipe alat berada pada posisi datar level. Hal ini sangat penting karena posisi prototipe alat mempengaruhi pengukuran tinggi lengan ayun dan beban yang terjadi. Peralatan pengujian yang digunakan yaitu: 1. Mistar stainless steel 60 cm dan 100 cm masing-masing 2 buah. 2. Alat penyipat datar waterpass 3. Load cell dan handy strain meter 4. Katrol rantai pengangkat 5. Busur derajat 6. Alat tulis 7. Modifikasi Prototipe Modifikasi yang dilakukan yaitu penyempurnaan disain sehingga prototipe berfungsi dengan baik dan dapat bekerja secara efektif di lapangan. 8. Uji Kinerja di Lapangan Uji kinerja yang dilakukan yaitu uji kesesuaian pergerakan pengeruk tanah terhadap profil guludan, kondisi dan karakteristik saluran drainase yang dihasilkan, serta pengerukan dan pemindahan tanah penghambat alur oleh pengeruk. Lahan untuk melakukan pengujian seluas + 200 m 2 . Pengujian prototipe alat lebih banyak dilakukan dengan pengamatan. Uji kinerja selengkapnya dilakukan oleh peneliti lain. Sebelum pengujian dilakukan, lahan dipersiapkan terlebih dahulu dengan membentuk guludan yang sesuai profil yang telah diukur pada permasalahan sebelumnya. Saluran drainase hasil pengujian diharapkan memiliki ukuran lebar saluran bagian bawah 35 - 40 cm, bagian atas ± 90 cm, serta kedalaman saluran ± 40 cm. 9. Analisis Data Data yang diperoleh dari hasil pengujian dibandingkan dengan data teoritis untuk melihat kesesuaiannya dengan perhitungan pada perancangan awal.

IV. PENDEKATAN DISAIN