1. Data Kontur, dapat digunakan untuk menunjukkan kenampakan suatu relief di suatu permukaan bumi seperti gunung, bukit, lereng
atas, lereng kaki, lereng bawah, dataran, dan lembah morphology. Dengan sedikit sentuhan SRTM 30 m, maka akan semakin mudah
dalam interpretasi. 2. Data tutupan lahan, menunjukkan jenis tutupan lahan secara
keruangan spasial pada lokasi tertentu. 3. Data sungai, dapat digunakan untuk asosiasi dalam interpretasi Peta
Satuan Geomorfologi. 4. Transportasi dan Utilitas, digunakan untuk keperluan sarana
prasarana dan pengembangan wilayah. 5. Batas Admin, menunjukan batas secara administrasi suatu daerah.
6. Toponimi, menunjukkan keterangan mengenai latar belakang penamaan suatu fenomena geosfer, contoh: Pulau Komodo, dasar
penamaan karena pulau tersebut habitat hewan komodo.
5. Citra Satelit
a. Pengertian Citra Satelit
Citra satelit merupakan citra yang dihasilkan dari pemotretan menggunakan wahana satelit. Kini sudah banyak satelit mengorbit di
luar angkasa dengan fungsinya yang beragammisalnya satelit militer, satelit komunikasi, satelit inderaja antar planet dan satelit inderaja
sumber daya bumi. Oleh karena itu perkembangan teknik inderaja sistem satelit lebih maju dibandingkan sistem air-borne foto udara.
Pada mulanya, citra satelit merupakan gabungan dari foto-foto dan koordinat satelit. Perangkat lunak khusus digunakan untuk
memperhitungkan setiap sisi foto-foto tersebut. Secara umum, citra satelit yang memiliki resolusi tinggi memungkinkan perhitungan yang
lebih akurat. Namun terdapat ribuan foto-foto dan permukaan bumi bukanlah sebuah lingkaran elipsoid yang sempurna. Penyedia citra
satelit tidak dapat memeriksa akurasi dari setiap foto, sehingga koordinat dapat bergeser dari posisi yang sebenarnya. Oleh karena itulah
mengapa citra satelit dapat bergeser 1-2 meter bahkan terkadang hingga ratusan meter. Pada wilayah pegunungan atau perbukitan, citra satelit
seringkali memiliki distorsi yang tidak linear.
b. Jenis-jenis Citra Satelit
Berikut ini merupakan contoh karakteristik satelit inderaja yang khusus mengindera ke bumi untuk maksud-maksud pengelolaan sumber
daya bumi. 1. LANDSAT
Program Landsat merupakan satelit tertua dalam program observasi bumi. Landsat dimulai tahun 1972 dengan satelit Landsat-1
yang membawa sensor MSS multispektral. Setelah tahun 1982, Thematic Mapper TM ditempatkan pada sensor MSS. MSS dan TM.
Satelit Landsat Satelit Bumi ini merupakan milik Amerika Serikat.
Beberapa generasi satelit Landsat yang dibuat Amerika namun sekarang sudah tidak beroperasi lagi. Landsat 5, diluncurkan pada 1
Maret 1984, membawa sensor TM Thematic Mapper, yang mempunyai resolusi spasial 30 x 30 m pada band 1, 2, 3, 4, 5 dan 7.
Sensor Thematic Mapper mengamati obyek-obyek di permukaan bumi dalam 7 band spektral, yaitu band 1, 2 dan 3 adalah sinar tampak
visible, band 4, 5 dan 7 adalah infra merah dekat, infra merah menengah, dan band 6 adalah infra merah termal yang mempunyai
resolusi spasial 120 x 120 m. Luas liputan satuan citra adalah 185 x 185 km pada permukaan bumi. Landsat 5 mempunyai kemampuan
untuk meliput daerah yang sama pada permukaan bumi pada setiap 16 hari, pada ketinggian orbit 705 km.
Citra satelit Landsat-7 ETM adalah satelit bumi dengan membawa intrumen ETM Enchnced Thamatic Mapper yang
menyajikan delapan sailorman multispektral scanning radiometer. Diluncurkan pada bulan April 1999 dengan membawa ETM+scanner.
Saat ini, hanya Landsat-5 dan 7 sudah tidak beroperasi lagi. Terdapat banyak aplikasi dari data Landsat TM-7 ini,
manfaatnya adalah untuk pemetaan penutupan lahan,pemetaan penggunaan lahan, pemetaan geologi, pemetaan suhu permukaan laut
dan lain-lain. Untuk pemetaan penutupan dan penggunaan lahan dapat memilih data Landsat TM karena terdapat band infra merah
menengah. Landsat TM adalah satu-satunya satelit non-meteorologi
yang mempunyai band inframerah termal. Data thermal diperlukan untuk studi proses-proses energi pada permukaan bumi seperti
variabilitas suhu tanaman dalam areal yang diirigasi. 2.
Citra Satelit SPOT Satelite Pour I” Observation de la Terre SPOT merupakan sistem satelit observasi bumi yang mencitra
secara optis dengan resolusi tinggi dan diopersikan di luar angkasa. Sistem satelit SPOT terdiri dari serangkaian satelit dan stasiun
pengontrol denga cangkupan kepentingan yaitu, kontrol dan pemograman satelit, produksi citra, dan distribusinya.
SPOT yang merupakan singkatan dari Satellite Pour l’Observtion
de la Terre dijalankan oleh Spot Image yang terletak di Prancis. Sistem ini dibentuk olen CNES Biro Luar Ankgasa milik Prancis pada tahun
1978. Tujuan dibentuk SPOT adalah;
1. Untuk meningkatkan pengetahuan dan pengelolaan kebumian melalui eksplorasi sumber daya bumi.
2. Mendeteksi dan meramalkan fenomena-fenomena klimatologi dan oseanografi
3. Mengawasi aktivitas manusia dan fenomena alam.
Orbit SPOT
Orbit SPOT adalah orbit polar, circular, sun syncrhonous dan berfase. Sudut inklinasi dari bidang orbitalnya dikombinasikan dengan
rotasi bumi di seputaran poros kutub sehingga satelitnya dapat berpindah ke tiap titik di permukaan bumi dalam 26 hari.
Orbitnya memiliki ketingggian 832 km di atas permukaan air laut dengan inklinasi 98,7
o
dan bervelosi sejumah 14 kali per hari.
Jenis Satelit SPOT
SPOT 1 diluncurkan pada 22 Februari 1986 dengan dilenkapi sistem pencitraan 10 pankromatik dan kemampuan resolusi gambar
multispektral pada tingkat 20 meter. Ditinggalkan Satelit jenis ini mulai ditingglakan pada 31 Desember 1990 karena diluncurkannya
satelit SPOT jenis baru. SPOT 2 diluncurkan pada 22 Januari 1990 dan masih tetap
digunakan. SPOT 3 diluncurkan pada 26 September 1993. Berhenti
difungsikan pada 14 November 1997. SPOT 4 diluncurkan pada 24 Maret 1998. Memiliki kemajuan
yang cukup besar dari satelit sebelumnya , SPOT - 1 ,2,dan 3. Perubahan yang utama adalah modifikasi dari HRV High Resolution
Visible menjadi High Resolution Visible and Infrared Instrument HRVIR.
Sehingga memiliki
kemampuan tambahan
dalam
mendeteksi gelombang tengah inframerah 1.58 – 1.75 microm untuk
keperluan survei geologi, survei vegetasi dan survei tutupan salju. SPOT 5 diluncurkan pada 4 Mei 2002 dengan kemampuan
resolusi tinggi yang berkisar pada level 2,5 meter , 5 meter, dan 10 meter. Sistem satelit obserbasi SPOT
– 5 berhasilkan diluncurkan oleh Ariane 4 dari Guaina Spaace Centre di Kouro pada tengah malam 3-4
Mei 2002 dengan tujuan untuk memastikan kelanjutan pelayanan terhadap kebutuhan informasi pencitraan dan untuk meningkatkan
kualitas data dan citra melalui tindakan antisipatif terhadap kebutuhan pasar. Dibandingkan dengan satelit obeservasi sebelumnya, SPOT
– 5 memberikan perubahan kemajuan yang besar yang memberikan solusi
citra dengan biaya yang efektif. Resolusi pada sistem satelit obeservasi ini meningkat hingga 5 meter dan 2,5 meter dan sudut pandang yang
lebar wide imagin swath, dimana mencakup 60 x 60 km atau 60 x 120 km dalam insturmen mode kembar. SPOT -5 memberikan
perpaduan yang ideal antara resolusi yang tinggi dan juga jarak pandang yang luas.
SPOT – 5 dilengkapi dengan 2 buah instrumen geometrikal
yang berosolusi tinggi, High Resolution Geometric HRG yang menawarkan citra beresolusi tinggi pada 2 mode, yaitu resolusi hingga
kisaran 2,5 – 5 meter pada mode panchromatic, dan resolusi hingga
kisaran 10 meter pada multispectral mode.
SPOT – 5 juga memiliki instrumen pencitraan HRS High
Resolution Stereoscopic, yaitu kemampuan untuk menangkap citra stereopair secara serentak untuk keperluan citra relief peta. Instrumen
ini dioperasikan dalam mode panchromatic, sehingga beresolusi tinggi dengan 2 kamera yang ditempatkan pada bagian depan dan belakang
satelit. Kemampuan instrumen HRS ini sangat menguntungkan karena dapat mencitra area yang luas hanya dalam satu pencitraan. Pasangan
stereo yang didapat dapat digunakan dalam berbagai aplikasi 3D terrain modeling dan Computer Environments seperti Flight Simulator
Databases, Pipeline Corridors, dan Mobile Phone Network Planning. Citra satelit SPOT
– 5 baik digunakan baik dalam keperluan pembuatan peta berksala sedang 1:25.000 dan 1: 10.000,
perencanaan desa dan kota, eksplorasi minyak dan gas, dan manajemen bencana alam.
Karakteristik
SPOT – 5 tetap menggunakan beberapa karakteristik yang digunakan
oleh pendahulunya, yaitu : a. Memiliki orbit circular , polar, sun synchronous, dan berfase.
b. Instrumen medan pandang FOV dengan lebar petak 60 x 2 km sepanjang lintasan satelit.
c. Memiliki kemampuan pandang lateral bercabang dan oblique miring, dengan sudut ± 27
o
terhadap bidang vertikal.
3. Citra Satelit QUICKBIRD QUICKBIRD merupakan salah satu satelit sumber daya milik
kerja sama Amerika Serikat dan Hitachi Jepang, yang diluncurkan pada tanggal 18 Oktober 2001. Satelit ini mempunyai resolusi spasial
yang sangat tinggi 0,65 m.Satelit lain yang mempunyai kemampuan setara dengan QUICKBIRD adalah IKONOS milik Amerika .
Karakteristik dari satelit QUICKBIRD sebagai berikut: Tabel 2.1 Karakteristik Citra Satelit Quickbird
Data Teknis Satelit Quickbird
Tanggal peluncuran 18 Oktober 2001 di Vabdeberg Air
Force Base, California, USA Data Orbit :
Orbit 97,2 ᵒ , sun synchronous
Ketinggian 450 km
Kecepatan pada orbit 7,1 kmdetik
Kecepatan di atas bumi 6,8 kmdetik
Waktu orbit mengelilingi bumi 93,5 menit
Resolusi Spasial : Resolusi pada nadir
0,61 m Pankromatik : 2,44 m MS Resolusi 26ᵒ off-nadir
0,72 m Pankromatik ; 2,88 m MS Resolusi Temporal :
1 sd 3,5 hari pada lintang 30 ᵒ
Resolusi Spektral Pankromatik : 0,45-0,90 µ m
Band 1 blue : 0,45-0,52 µ m Band 2 green : 0,52-0,60 µ m
Band 3 red : 0,63-0,69 µ m Band 4 VNIR : 0,76-0,90 µ m
Luas liputan scane 16,5 x 16,5 km pada nadir
Sumber : Jurnal Rekayasa LPPM Itenas | No. 3| Vol. XIV Selain resolusi spasial sangat tinggi, keempat sistem pencitraan
satelit memiliki kemiripan cara merekam, ukuran luas liputan, wilayah saluran spektral yang digunakan, serta lisensi pemanfaatan
yang ketat. Keempat sistem menggunakan linear array CCD-biasa disebut pushbroom scanner. Scanner ini berupa CCD yang disusun
linier dan bergerak maju seiring gerakan orbit satelit. Jangkauan liputan satelit resolusi tinggi seperti Quickbird sempit kurang dari 20
km karena beresolusi tinggi dan posisi orbitnya rendah, 400-600 km di atas Bumi.
Semua sistem menghasilkan dua macam data: multispektral pada empat saluran spektral biru, hijau, merah, dan inframerah dekat
atau B, H, M, dan IMD, serta pankromatik PAN yang beroperasi di wilayah gelombang tampak mata dan perluasannya. Semua saluran
pankromatik, karena lebar spektrumnya mampu menghasilkan resolusi spasial jauh lebih tinggi daripada saluran-saluran
multispektral. 4. Citra Satelit IKONOS
Ikonos adalah satelit komersial beresolusi tinggi pertama yang ditempatkan di ruang angkasa. Ikonos dimiliki oleh Space Imaging,
sebuah perusahaan Observasi Bumi Amerika Serikat. Satelit komersial beresolusi tinggi lainnya yang diketahui: Orbview-3
OrbImage, Quickbird EarthWatch dan EROS-A1 West Indian Space.
Ikonos diluncurkan pada bulan September tahun 1999 dan pengumpulan data secara regular dilakukan sejak Maret 2000.
Ikonos dimiliki dan dioperasikan oleh Space Imaging. Di samping mempunyai kemampuan merekam citra multispetral pada resolusi 4
meter, Ikonos dapat juga merekam obyek-obyek sekecil satu meter pada hitam dan putih. Dengan kombinasi sifat-sifat multispektral pada
citra 4-meter dengan detail-detail data pada 1 meter, citra Ikonos diproses untuk menghasilkan 1-meter produk-produk berwarna.
Sensor pada satelit didasarkan pada prinsip pushbroom dan dapat secara simultan mengambil citra pankromatik dan multispektral.
Ikonos mengrimkan resolusi spasial tertinggi sejauh yang dicapai oleh sebuah satelit sipil. Bagian dari resolusi spasial yang tinggi juga
mempunyai resolusi radiometrik tinggi menggunakan 11-bit Space Imaging, 2004.
Banyak aplikasi untuk data Ikonos yang dapat diketahui. Pemilik berharap bahwa penggunaan lapangan dapat dibayar untuk
harga data komersial. Diharapkan bahwa, pada masa mendatang, 50 data foto udara akan digantikan oleh citra beresolusi tinggi dari
angkasa kamera pesawat digital akan banyak menggantikan foto udara yang masih ada. Misi pertama Ikonos akan mendapatkan citra
seluruh kota-kota utama Amerika Serikat. Sampai saat ini pemetaan dan monitoring perkotaan dari angkasa tidak hanya di Amerika
hanya mungkin pada skala terbatas.
Tabel 2.2 Karakteristik Citra Satelit Ikonos Kanal
Sensor Panjang
Gelombang µm Resolusi
Spasial m Karakteristik
biru 0,45-0,53
4 Penetrasi maksimum pada
air berguna untuk pemetaan batimetri
perairan dangkal.
hijau 0,52-0,61
4 Berfungsi untuk
mengindera puncak pemantulan vegetasi.
merah 0,64-0,72
4 Berfungsi untuk
membedakan absorbsi klorofil dan tipe vegetasi
infra merah 0,77-0,88
4 Untuk menentukan
kandungan biomas, tipe vegetasi, pemetaan garis
pantai
pankromatik 0,45-0,90
1 Bermanfaat untuk
identifikasi obyek lebih detail
Sumber : Jurnal Ilmiah WIDYA Nomor 2 Volume 1
5.
Citra Satelit ALOS
Satelit Inderaja ALOS adalah milik Jepang , diluncurkan pada tahun 2006. Satelit ini membawa 3 sensor masing-masing adalah :
PRISM Panchromatic Remote Sensing Instrument for Stereo Mapping. Sensor bekerja pada daerah pankromatik 0,52-0,77µm resolusi
spasial 2,5 m. PRISM menggunakan 3 sensor identik untuk pencitraan yang menghasilkan citra 3 dimensi, masing-masing mengarah miring ke depan
lurus ke bawah dan miring ke belakang. AVNIR-2 Advanced Visible and Near Infrared Radiometer tipe-2.
AVNIR tipe 2 menggunakan saluran visible dan inframerah dekat yang
memiliki kemampuan mengamati lahan dengan resolusi 10 m pada saluran biru 0,42-0,5 µm, saluran hijau 0,52-0,6µm, saluran merah 0,61-
0,64µm dan saluran inframerah dekat 0,76-0,89µm. PALSAR Phased Array type I-band Synthetic Aperture Radar.
PALSAR adalah sensor gelombang mikro aktif yang mengamati lahan siang dan malam. Sensor ini menggunakan resolusi 10 m hingga 100m.
Kelebihan sensor ini mampu menembus awan dan hujan.
6. Citra Satelit RADAR Radar merupakan kepanjangan dari Radio Detection and
Ranging, artinya instrument radar mampu mendeteksi obyek menggunakan bandsaluran pada daerah gelombang mikro dan
mengukur jarak antara obyek dengan sumber tenaga. Daerah yang diindera pada umumnya berada di sebelah kanan dan kiri garis
lintasan satelit. Wahana dilengkapi dengan sumber tenaga, antenna pemancar untuk mengarahkan sumber tenaga ke arah obyek yang
diindera dan antenna penerima untuk menerima tenaga yang dihamburkan balik kea rah wahana. Selanjutnya sinyal yang diterima
diolah sehingga akhirnya dapat dikirimkan ke stasiun bumi penerima di bumi.
Radar merupakan contoh inderaja sistem aktif, karena menggunakan tenaga elektromagnetik buatan. Keunggulannya adalah
gelombang radar ini dapat menembus awan, sehingga tidak tergantung cuaca dan waktu. Oleh karena itu citra radar sangat baik digunakan
pada daerah yang selalu tertutupi awan atau kabut asap, juga dapat digunakan untuk membuat DEM Digital Elevation Model .
7. Citra Satelit NOAA Satelit ini milik AS yang ditujukan untuk pengamatan cuaca di
atmosfer dan lingkungan bumi secara umum. Di Indonesia satelit NOAA selain digunakan untuk monitoring cuaca, juga banyak
digunakan untuk monitoring kebakaran hutan. Resolusi spasialnya 1km x 1km cakupan daerah yang terliput sangat luas dan resolusi
spasial dapat diatur menjadi 5km x 5km atau lebih. Karakteristik Data Satelit NOAA Series
a. Sensor : AVHRR Advanced Very High Resolution
Radiometer b. Ketinggian
: 870 km c. Resolusi spasial
: 1100 meter d. Cakupan
: 2800 km e. Resolusi temporal
: 4 Kali 2 kali siang, 2 kali malamhari f. Spektral
: 5 band Bandsaluran 1 : 0,58-0,68 µm
Bandsaluran 2 : 0,725-1,10 µm Bandsaluran 3 : 1,60-1,80 µm
Bandsaluran 4 : 3,55-3,93 µm Bandsaluran 5 : 10,3-11,3 µm
8. Citra Satelit GMS GeoMeterogical Satelite Satelit milik Jepang ini berfungsi untuk melakuakan
pengamatan di bidang meteorology. Satelit tersebut mengorbit pada lintasan geostasioner yaitu mengamati suatu wilayah secara tetap
sehingga setiap kali merekam, dapat menghasilkan rekaman gambar hampir separuh bumi. Pusat-pusat badai dan gerakan badai dapat
dimonitor dan bahkan prediksi penyebarannya juga dapat diperkirakan, sehingga baik sekali digunakan untuk mitigasi bencana.
Adapun karakteristik dari Citra Satelit GMS seperti pada tabel 2.3 Tabel 2.3 Karakteristik Citra satelit GMS
Spektrum radiasi Satelit GMS-5 µm
Visible VIS Resolution ; quantization
0,50-0,75 µm 1,25 km; 6 bit
Thermal Infrared 1 TIR 1 Resolution ; quantization
10,5-11,5 µm 5 km; 8 bit
Thermal Infrared 2 TIR 2 Resolution ; quantization
11,5-12,5 µm 5 km; 8bit
Infrared 3 water vapor Resolution ; quantization
6,5-7,0 µm 5 km;8bit
Sumber : LAPAN
c. Intrepretasi Citra
Interpretasi citra merupakan suatu kegiatan untuk menentukan bentuk
dan sifat
obyek yang
tampak pada
citra, berikut
deskripsinya.interpretasi citra dan fotogrametri berhubungan erat,
meskipun keduanya tidak sama. Bedanya, fotogrametri berkepentingan dengan geometri obyek, sedangkan interpretasi citra berurusan dengan
manfaat, penggunaan, asal-usul, ataupun identitas obyek yang bersangkutan Glossary of the Mapping Science, 1994.
Lillesand dan Kiefer 1994 dan juga Sutanto 1986 menyebutkan 8 unsur interpretasi yang di gunakan secara konvergen untuk dapat
mengenali suatu obyek yang ada pada citra, kedelapan unsur tersebut ialah warnarona, bentuk, ukuran, bayangan, tekstur, pola, situs dan
asosiasi. Diantara ke delapan unsur tersebut, warnarona merupakan hal yang paling dominan dan langsung mempengaruhi pengguna citra dalam
memulai interpretasi. Sebenarnya seluruh unsur interpretasi ini dapat di kelompokkan ke dalam 3 jenjang dalam piramida unsur-unsur
interpretasi. Pada jenjang paling bawah terdapat unsur-unsur elementer yang dengan mudah dapat dikenali pada citra, yaitu warnarona, bentuk,
dan bayangan. Pada jenjang berikutnya terletak ukuran, tekstur dan pola, yang membutuhkan pemahaman lebih mendalam tentang konfigurasi
obyek dalam ruang. Pada jenjang paling atas terdapat situs dan asosiasi, yang merupakan unsur-unsur pengenal utama dan seringkali menjadi
faktor kunci dalam interpretasi, namun sekaligus paling sulit untuk dideskripsikan.
Interpretasi citra merupakan suatu kegiatan untuk menentukan bentuk dan sifat obyek yang tampak pada citra, berikut deskripsinya.
Interpretasi citra dapat dilakukan secara manual atau visual, dan dapat
pula secara digital. Interpretasi citra secara visual sering di sebut dengan interpretasi fotografik, sekalipun citra yang di gunakan bukan citra foto,
melainkan citra non foto yang telah tercetak hard copy. Sebutan interpretasi fotografik sering di berikan pada Interpretasi visual citra non
foto, karena banyak produk tercetak citra non foto di masa lalu bahkan sampai sekarang di wujudkan dalam bentuk film ataupun citra tercetak di
atas kertas foto, dengan proses reproduksi fotografik. Hal ini dapat dilakukan karena proses pencetakan oleh komputer pengolahan citra non
foto dilakukan dengan printer khusus yang disebut film writer, dan hasil cetakanya menyerupai slide diapositif berukuran besar lebih kurang
hingga ukuran karto. Istilah Interpretasi fotografik juga diberikan pada berbagai kegiatan interpretasi visual citra-citra non foto, karena prinsip-
prinsip interpretasi yang digunakan tidak jauh berbeda dari prinsip- prinsip interpretasi foto udara.
d. Unsur-unsur Interpretasi Citra
1 Rona dan Warna Rona tonecolor tonegrey tone adalah tingkat kegelapan
atau tingkat kecerahan obyek pada citra. Rona pada foto pankromatik merupakan atribut bagi obyek yang berinteraksi dengan seluruh
spektrum tampak yang sering disebut sinar putih, yaitu spektrum dengan panjang gelombang 0,4-
0,7 μm. Berkaitan dengan penginderaan jauh, spektrum demikian disebut spektrum lebar, jadi
rona merupakan tingkatan dari hitam ke putih atau sebaliknya.
Warna merupakan wujud yang tampak oleh mata dengan menggunakan spektrum sempit, lebih sempit dari spektrum tampak.
Sebagai contoh, obyek tampak biru, hijau, atau merah bila hanya memantulkan spektrum dengan panjang gelombang 0,4
–0,5 μm, 0,5
– 0,6 μm, atau 0,6 – 0,7 μm. Berbeda dengan rona yang hanya menyajikan tingkat
kegelapan, warna menunjukkan tingkat kegelapan yang lebih beraneka. Ada tingkat kegelapan di dalam warna biru, hijau, merah,
kuning, jingga, dan warna lainnya. Meskipun tidak menunjukkan cara pengukurannya, Estes et al. 1983 mengutarakan bahwa mata
manusia dapat membedakan 200 rona dan 20.000 warna. Pernyataan ini mengisyaratkan bahwa pembedaan obyek pada foto berwarna
lebih mudah bila dibanding dengan pembedaan obyek pada foto hitam putih. Pernyataan yang senada dapat diutarakan pula, yaitu
pembedaan obyek pada citra yang menggunakan spektrum sempit lebih mudah daripada pembedaan obyek pada citra yang dibuat
dengan spektrum lebar, meskipun citranya sama-sama tidak berwarna. Asas inilah yang mendorong orang untuk menciptakan citra
multispektral. Rona dan warna disebut unsur dasar. Hal ini menunjukkan
betapa pentingnya rona dan warna dalam pengenalan obyek. Tiap obyek tampak pertama pada citra berdasarkan rona atau warnanya.
Setelah rona atau warna yang sama dikelompokkan dan diberi garis
batas untuk memisahkannya dari rona atau warna yang berlainan, barulah tampak bentuk, tekstur, pola, ukuran dan bayangannya. Itulah
sebabnya maka rona dan warna disebut unsur dasar. 2 Bentuk
Bentuk merupakan variabel kualitatif yang memberikan konfigurasi atau kerangka suatu obyek Lo, 1976. Bentuk merupakan
atribut yang jelas sehingga banyak obyek yang dapat dikenali berdasarkan
bentuknya saja.
Bentuk, ukuran,
dan tekstur
dikelompokkan sebagai susunan keruangan rona sekunder dalam segi kerumitannya. Bermula dari rona yang merupakan unsur dasar dan
termasuk primer dalam segi kerumitannya. Pengamatan atas rona dapat dilakukan paling mudah. Oleh karena itu bentuk, ukuran, dan
tekstur yang
langsung dapat
dikenali berdasarkan
rona, dikelompokkan sekunder kerumitannya.
Ada dua istilah di dalam bahasa Inggris yang artinya bentuk, yaitu shape dan form. Shape ialah bentuk luar atau bentuk umum,
sedang form merupakan susunan atau struktur yang bentuknya lebih rinci. Contoh shape atau bentuk luar:
a. Bentuk bumi bulat b. Bentuk wilayah Indonesia memanjang sejauh sekitar 5.100 km.
Contoh form atau bentuk rinci: Pada bumi yang bentuknya bulat terdapat berbagai bentuk relief atau bentuk lahan seperti
gunungapi, dataran pantai, tanggul alam, dsb.
c. Wilayah Indonesia yang bentuk luarnya memanjang, berbentuk rinci negara kepulauan. Wilayah yang memanjang dapat
berbentuk masif atau bentuk lainnya, akan tetapi bentuk wilayah kita berupa himpunan pulau-pulau. Baik bentuk luar maupun
bentuk rinci, keduanya merupakan unsur interpretasi citra yang penting. Banyak bentuk yang khas sehingga memeudahkan
pengenalan obyek pada citra. Contoh pengenalan obyek berdasarkan bentuk.
d. Gedung sekolah pada umumnya berbentuk huruf I, L, U, atau berbentuk empat segi panjang.
e. Tajuk pohon palma berbentuk bintang, tajuk pohon pinus berbentuk kerucut, dan tajuk bambu berbentuk bulu-bulu
f. Gunungapi berbentuk kerucut, sedang bentuk kipas alluvial seperti segi tiga yang alasnya cembung.
g. Batuan resisten membentuk topografi kasar dengan lereng terjal bila pengikisannya telah berlangsung lanjut.
h. Bekas meander sungai yang terpotong dapat dikenali sebagai bagian rendah yang berbentuk tapal kuda.
3 Ukuran Ukuran ialah atribut obyek berupa jarak, luas, tinggi, lereng, dan
volume. Karena ukuran obyek pada citra merupakan fungsi skala, maka di dalam memanfaatkan ukuran sebagai unsur interpretasi citra
harus selalu diingat skalanya. Contoh pengenalan obyek berdasarka ukuran:
- Ukuran Rumah sering mencirikan apakah rumah itu rumah mukim, kantor, atau industri. Rumah mukim pada umumnya lebih kecil
bila dibanding dengan kantor atau industri. - Lapangan olah raga di samping dicirikan oleh bentuk segi empat,
lebih dicirikan oleh ukurannya, yaitu sekitar 80 m x 100 m bagi lapangan sepak bola, sekitar 15 m x 30 m bagi lapangan tenis, dan
sekitar 8 m x 15 m bagi lapangan bulu tangkis. - Nilai kayu di samping ditentukan oleh jenis kayunya juga
ditentukan oleh volumenya. Volume kayu dapat ditaksir berdasarkan tinggi pohon, luas hutan serta kepadatan pohonnya,
dan diameter batang pohon. 4 Tekstur
Tekstur adalah frekuensi perubahan rona pada citra Lillesand dan Kiefer, 1979 atau pengulangan rona kelompok obyek yang terlalu
kecil untuk dibedakan secara individual Estes dan Simonett, 1975. Tekstur sering dinyatakan dengan kasar, halus, dan belang-belang.
Contoh pengenalan obyek berdasarkan tekstur: a. Hutan bertekstur kasar, belukar bertekstur sedang, semak bertekstur
halus. b. Tanaman padi bertekstur halus, tanaman tebu bertekstur sedang, dan
tanaman pekarangan bertekstur kasar c. Permukaan air yang tenang bertekstur halus.
5 Pola Pola, tinggi, dan bayangan dikelompokkan ke dalam tingkat
kerumitan tertier. Tingkat kerumitannya setingkat lebih tinggi dari tingkat kerumitan bentuk, ukuran, dan tekstur sebagai unsur
interpretasi citra. Pola atau susunan keruangan merupakan ciri yang menandai bagi banyak obyek bentukan manusia dan bagi beberapa
obyek alamiah. Contoh: a Pola aliran sungai sering menandai struktur geologi dan jenis
batuan. Pola aliran trellis menandai struktur lipatan. Pola aliran yang padat mengisyaratkan peresapan air kurang sehingga
pengikisan berlangsung efektif. Pola aliran dendritik mencirikan jenis tanah atau jenis batuan serba sama, dengan sedikit atau tanpa
pengaruh lipatan maupun patahan. Pola aliran dendritik pada umumnya terdapat pada batuan endapan lunak, tufa vokanik, dan
endapan tebal oleh gletser yang telah terkikis. b Permukaan transmigrasi dikenali dengan pola yang teratur, yaitu
dengan rumah yang ukuran dan jaraknya seragam, masing-masing menghadap ke jalan.
c Kebun karet, kebun kelapa, kebun kopi dan sebagainya mudah dibedakan dari hutan atau vegetasi lainnya dengan polanya yang
teratur, yaitu dari pola serta jarak tanamnya.
6 Bayangan Bayangan bersifat menyembunyikan detail atau obyek yang
berada di daerah gelap. Obyek atau gejala yang terletak di daerah bayangan pada umumnya tidak tampak sama sekali atau kadang-
kadang tampak samar-samar. Meskipun demikian, bayangan sering merupakan kunci pengenalan yang penting bagi beberapa obyek yang
justru lebih tampak dari bayangannya. Contoh:
a Cerobong asap, menara, tangki minyak, dan bak air yang dipasang tinggi lebih tampak dari bayangannya.
b Tembok stadion, gawang sepak bola, dan pagar keliling lapangan tenis pada foto berskala 1 : 5.000 juga lebih tampak dari
bayangannya. c Lereng terjal tampak lebih jelas dengan adanya bayangan.
7 Situs Bersama-sama dengan asosiasi, situs dikelompokkan ke dalam
kerumitan yang lebih tinggi pada Gambar diatas. Situs bukan merupakan ciri obyek secara langsung, melainkan dalam kaitannya
dengan lingkungan sekitarnya. Situs dalam Jurnal Geologi blok geologis diartikan dengan berbagai makna oleh para pakar, yaitu:
a Letak suatu obyek terhadap obyek lain di sekitarnya Estes dan Simonett, 1975. Di dalam pengertian ini, Monkhouse 1974
menyebutnya situasi, seperti misalnya letak kota fisik terhadap wilayah kota administratif, atau letak suatu bangunan terhadap
parsif tanahnya. Oleh van Zuidam 1979, situasi juga disebut situs geografi, yang diartikan sebagai tempat kedudukan atau letak suatu
daerah atau wilayah terhadap sekitarnya. Misalnya letak iklim yang banyak
berpengaruh terhadap
interpretasi citra
untuk geomorfologi.
b Letak obyek terhadap bentang darat Estes dan Simonett, 1975, seperti misalnya situs suatu obyek di rawa, di puncak bukit yang
kering, di sepanjang tepi sungai, dsb. Situs semacam ini oleh van Zuidam 1979 disebutkan situs topografi, yaitu letak suatu obyek
atau tempat terhadap daerah sekitarnya. Situs ini berupa unit terkecil dalam suatu sistem wilayah morfologi
yang dipengaruhi oleh faktor situs, seperti: a beda tinggi,
b kecuraman lereng, c keterbukaan terhadap sinar,
d keterbukaan terhadap angin, dan e ketersediaan air permukaan dan air tanah.
Lima faktor situs ini mempengaruhi proses geomorfologi maupun proses atau perujudan lainnya. Contoh:
1 Tajuk pohon yang berbentuk bintang mencirikan pohon palma. Mungkin jenis palma tersebut berupa pohon kelapa, kelapa
sawit, sagu, nipah, atau jenis palma lainnya. Bila tumbuhnya bergerombol pola dan situsnya di air payau, maka yang
tampak pada foto tersebut mungkin sekali nipah. 2 Situs kebun kopi terletak di tanah miring karena tanaman kopi
menghendaki pengaturan air yang baik. 3 Situs pemukiman memanjang umumnya pada igir beting
pantai, tanggul alam, atau di sepanjang tepi jalan. 8 Asosiasi
Asosiasi dapat diartikan sebagai keterkaitan antara obyek yang satu dengan obyek lain. Adanya keterkaitan ini maka terlihatnya suatu
obyek pada citra sering merupakan petunjuk bagi adanya obyek lain. Contoh:
a Di samping ditandai dengan bentuknya yang berupa empat persegi panjang serta dengan ukurannya sekitar 80 m x 100 m, lapangan
sepak bola di tandai dengan adanya gawang yang situsnya pada bagian tengah garis belakangnya. Lapangan sepak bola berasosiasi
dengan gawang. Kalau tidak ada gawangnya, lapangan itu bukan lapangan sepak bola. Gawang tampak pada foto udara berskala 1:
5.000 atau lebih besar. b Stasiun kereta api berasosiasi dengan jalan kereta api yang
jumlahnya lebih dari satu bercabang.
c Gedung sekolah di samping ditandai oleh ukuran bangunan yang relatif besar serta bentuknya yang menyerupai I, L, atau U, juga
ditandai dengan asosiasinya terhadap lapangan olah raga. Pada umumnya gedung sekolah ditandai dengan adanya lapangan olah
raga di dekatnya. 9 Konvergensi Bukti
Di dalam mengenali obyek pada foto udara atau citra lainnya, dianjurkan untuk tidak hanya menggunakan satu unsur interpretasi
citra. Sebaiknya digunakan unsur interpretasi citra sebanyak mungkin. Semakin ditambah jumlah unsur interpretasi citra yang digunakan,
semakin menyempit lingkupnya ke arah titik simpul tertentu. Inilah yang
dimaksud dengan
konvergensi converging
eveidence convergence of evidence, atau bukti-bukti yang mengarah ke satu titik
simpul. Sebagai contoh misalnya pada foto udara terlihat tetumbuhan
yang tajuknya berbentuk bintang. Pohon tersebut jelas berupa pohon palma, akan tetapi kemungkinannya masih cukup luas.
6. Dataran Tinggi Dieng