Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dieng merupakan dataran tertinggi di dunia setelah Nepal, dan merupakan dataran tinggi terluas di Pulau Jawa. Berada di ketinggian 6.802 kaki atau 2093 m dpl dan merupakan kaldera yang dikelilingi gunung- gunung berapi pada sisi-sisinya. Dieng secara administratif terletak di Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten Banjarnegara. Dataran tinggi Dieng terletak pada zone pegunungan Serayu Utara. Sebelah barat berbatasan dengan daerah Karangkobar dan Sebelah timur berbatasan dengan daerah Ungaran. Sejarah perkembangan geologinya akan bertalian dengan daerah- daerah di sekitarnya Daerah pada zone pegunungan Serayu Utara. Dieng merupakan daerah yang mempunyai potensi bahaya. Karena merupakan kawasan vulkanik aktif dan dapat dikategorikan sebagai gunung api raksasa dengan beberapa kepundan kawah. Setiap kawah yang ada di Dieng memiliki gas beracun yang dapat membahayakan kesehatan masyarakat. Tinggal di kawasan Dieng sangat rawan tetapi banyak masyarakat lebih memilih tinggal di sekitar kawah dengan alasan kondisi tanah yang subur dan dapat dijadikan lahan pertanian dengan produktifitas tinggi serta dekat dengan objek wisata untuk menambah penghasilan. Sementara dari segi kebencanaan lokasi tersebut sangat membahayakan bagi masyarakat. Dilihat dari segi resiko, masyarakat yang tinggal di sekitar kawah Dieng memiliki resiko yang sangat tinggi karena rawan bencana yang disebabkan aktifitas gunung api gerakan tanah. Resiko bahaya masyarakat yang tinggal dekat dengan kawah yang dapat mengeluarkan gas beracun lebih tinggi dari pada masyarakat yang tinggal jauh dari kawah. Selain itu kurangnya sosialisasi bagi warga dan tidak memahami skala bahaya menyebabkan mereka tetap beraktivitas seperti biasanya walaupun daerahnya sudah ditetapkan sebagai daerah berbahaya. Pada tahun 1979 terjadi gempa bumi hebat yang menyebabkan Kawah Sinila meletus. Gempa ini menyebabkan rekahan memanjang hingga mencapai Kawah Timbang sehingga menyebabkan munculnya gas CO 2 dengan konsentrasi tinggi. Gempa dan letusan yang terjadi membuat warga berlarian ke luar rumah untuk menyelamatkan diri. Namun mereka terperangkap gas beracun yang keluar dari Kawah Timbang sehingga sebanyak 149 jiwa warga desa tewas akibat keracunan gas karbondioksida yang terlepas dan menyebar ke wilayah permukiman Sapper tahun 1927. Berdasarkan liputan media online Tempo Jakarta 13 Maret 2013 aktivitas kawah Timbang menunjukkan adanya tanda-tanda peningkatan dengan status Kawah Timbang waspada. Meskipun aktivitas kegempaan kawah Timbang mengalami peningkatan namun tidak membuat warga yang tinggal di sekitar kawah Timbang panik. Tidak semua warga bersedia untuk dievakuasi. Masyarakat mengalami trauma karena pada tahun 1979 ketika kawah Sinila meletus terjadi penjarahan harta benda di pemukiman penduduk yang ditinggal mengungsi. Pusat Vulkanologi sudah memberikan peringatan agar warga tidak beraktifitas dahulu di kawasan yang masih dianggap berbahaya, namun sebagian warga tidak menghiraukan larangan tersebut. Kecerdasan spasial merupakan kemampuan seseorang untuk memahami secara lebih mendalam hubungan antara objek dan ruang. Untuk meminimalisir dampak bencana diperlukan adanya strategicara untuk meningkatkan kecerdasan visual spasial di dalam Masyarakat. Dengan adanya kecerdasan visual spasial diharapkan masyarakat menyadari posisi tempat tinggalnya terhadap kawah-kawah yang ada di Dieng sehingga dapat lebih waspada terhadap dampak bencana gas beracun dan pada akhirnya mampu menurunkan resiko bencana. Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian berjudul “Pengukuran Kecerdasan Visual Spasial Masyarakat Sekitar Kawah Dieng melalui Peta RBI dan Citra Satelit ”.

B. Rumusan Masalah