PERSEPSI SANTRI TERHADAP KETERLIBATAN KYAI DALAM POLITIK (Studi Penelitian di Pondok Pesantren Darul Ulum, Desa Rejoso, Kecamatan Peterongan Kabupaten Jombang)

PERSEPSI SANTRI TERHADAP KETERLIBATAN KYAI
DALAM POLITIK
(Studi Penelitian di Pondok Pesantren Darul Ulum, Desa Rejoso, Kecamatan
Peterongan Kabupaten Jombang)

SKRIPSI
Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana (S-1)
Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Malang

Oleh:
M. Syaifullah Muzaka
08230074

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2012

PERNYATAAN ORISINALITAS


Yang bertanda tangan di bawah ini:

NAMA MAHASISWA

:

M. Syaifullah Muzaka

NIM

:

08230074

JURUSAN

:

Ilmu Pemerintahan


FAKULTAS

:

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (ISIP)

Menyatakan bahwa karya ilmiah (Skripsi) dengan Judul: Persepsi Santri
terhadap Keterlibatan Kyai dalam Politik (Studi Penelitian di Pondok
Pesantren Darul Ulum, Desa Rejoso, Kecamatan Peterongan Kabupaten
Jombang), adalah bukan karya tulis ilmiah (Skripsi) orang lain, baik
sebagian ataupun seluruhnya, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah
saya sebutkan sumbernya dengan benar.
Demikian Surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila
pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapat sanksi sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.

Malang, 03-Agustus- 2012
Yang menyatakan

M. Syaifullah Muzaka


KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberi
petunjuk dan hidayah- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan judul “Persepsi Santri Terhadap Keterlibatan Kyai Dalam Politik
(Studi Penelitian di Pondok Pesantren Darul Ulum, Desa Rejoso, Kecamatan
Peterongan, Kabupaten Jombang)”. Penulisan skripsi ini dilakukan dengan
tujuan untuk memenuhi persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Ilmu
Pemerintahan (S.IP) Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Muhammdiyah Malang.
Penulis menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak, , dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, sangatlah tidak
mudah. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu baik langsung maupun tidak langsung
pada penelitian ini. Secara khusus terimakasih disampaikan kepada :
1. Kedua orang tua tercinta, Bpk. Maghfur, dan Ibuk Sriningsih, atas segala
doa, restu, kasih sayang, dukungan, dorongan, semangat, dan
pengorbanan yang teramat besar dan tiada henti yang selalu diberikan
kepada ananda sehingga ananda bisa sampai ditahap ini.

2. Dr. Wahyudi, M.Si, selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
beserta seluruh jajaran dekanat, atas bimbingannya selama ini.
3. Dr. Tri Sulistiyaningsih, M.Si, selaku ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan
beserta seluruh jajaran staf pengajar, atas bimbingannya selama ini.

4. Drs. Jainuri, M.Si, selaku dosen pembimbing atas semua bimbingan,
motivasi, saran, waktu dan kesabaran yang luar biasa yang telah
diberikan dalam penyusunan skripsi ini, hingga skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik.
5. Drs. Krisno Hadi,

M.Si , selaku kepala Laboratorium

Ilmu

Pemerintahan, atas bimbingann yang diberikan selama ini.
6. Bapak Dr. Asep Nurjaman, M.Si Selaku penguji terima kasih atas
masukan dan kitikandalam perbaikan skripsi ini.
7. Bapak Drs. Imam Hidayat, MM Selaku penguji terima kasih atas
masukan dan kitikandalam perbaikan skripsi ini.

8. Seluruh staf Tata Usaha di Jurusan Ilmu Pemerintahan dan Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik, atas bantuan yang telah diberikan selama saya
menjalani pendidikan.
9. Jajaran pengurus Pondok Pesantren Darul Ulum, Jombang, terimakasih
sudah diperkenankan melakukan penelitian, sehingga penelitian ini dapat
terselesaikan dengan baik.
10. Drs. Salahudin Samaleho, M.Si, atas dukungan dan motivasi yang telah
diberikan.
11. Keluarga besar di Tuban, terimakasih atas segala doanya hingga saat ini.
12. Dita Putri Adityasari, S.Ked. (si GEmbroot), yang selalu setia menemani
dan menjadi penyemangat dalam suka duka.
13. Sahabat sahabat tercinta, atas doa dan dukungan yang telah diberikan.

14. Teman teman seperjuangan di Jurusan Ilmu Pemerintahan, tempat
dimana dapat saling berbagi, dan berdiskusi bersama. Terimakasi untuk
semuanya.
15. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kata
sempurna. Dengan kerendahan hati, penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya

dan mengharapkan saran dan kritik yang membangun. Semoga penelitian ini dapat
menambah wawasan dan bermanfaat, Amin.

Malang, 10 Agustus 2012

Penulis

ABSTRAK

M. Syaifullah Muzaka, 08230074. Persepsi Santri terhadap Keterlibatan Kyai
dalam Politik (Studi Penelitian di Pondok Pesantren Darul Ulum, Desa
Rejoso, Kecamatan Peterongan Kabupaten Jombang). Pembimbing I: Drs.
Jainuri. M.Si. Pembimbing II: Dr. Wahyudi, M.Si
Kata kunci : Persepsi Santri, Keterlibatan Kyai,Politik
Kyai bagi kalangan agama khususnya di Jawa masih sering diperdebatkan
lebih-lebih jika dikaitkan dengan politik. Sebagian kalangan berpendapat bahwa
Kyai seharusnya cukup berperan sebagai pengayom umat terutama dalam
kehidupan beragama. Oleh karena itu lebih tepat jika ia menghindarkan diri dari
kegiatan politik. Ada pula yang mengatakan sebaliknya, tidak ada alasan bagi
Kyai untuk meninggalkan politik praktis, sebab berpolitik merupakan bagian

kehidupan agama itu sendiri. Bahkan pada pemilu 1999 sebagian besar Kyai dari
berbagai pondok pesantren yang ada di Indonesia (khususnya Jawa) secara
terbuka mulai memasuki kancah perpolitikan dengan dalih demi kemaslahatan
ummat. Peran ganda yang dimainkan oleh kyai yang terlibat dalam politik,
memunculkan persepsi terhadap kyai pudar dimata masyarakat dan santrinya.
Secara logis kedekatan politis antara kyai dan pemerintah (pengusa) atau politisi
bertujuan untuk saling menguntungkan. Namun kedekatan politisi yang terjalin ini
akan lebih besar implikasi negatifnya bagi seorang kyai. Seperti kita ketahui
bahwa pemerintah memiliki kekuasaan untuk memaksa siapapun termasuk kyai
untuk mengikuti perintahnya. Politisipun memiliki hasrat yang tinggi dan cara
pula merengkuh kehendaknya secara bebas tanpa terikat norma, termasuk
memaksa kyai. Sedangkan kyai terbatasi oleh norma-norma agama yang
dianutnya. Dengan demikian, maka yang menjadi rumusan masalah dalam
penelitan ini adalah bagaimana persepsi santri terhadap keterlibatan kyai dalam
politik di Pondok Pesantren Darul Ulum, Kecamatan Peterongan Kabupaten
Jombang?
Peneliti menggunakan jenis penelitian deskripstif melalui pendekatan
kualitatif, dengan adanya penelitian tersebut dapat memberikan pemahaman dan
pengertian secara mendalam terhadap persepsi santri terhadap keterlibatan kyai
dalam politik di Pondok Pesantren Darul Ulum, Kecamatan Peterongan

Kabupaten Jombang. Untuk mendukung informasi ditetapkan narasumber terkait
dengan persepsi santri terhadap keterlibatan kyai dalam politik, maka ditentukan
informan santri laki-laki yang menetap di pondok pesantren Darul Ulum yang
sedang manjalankan studi starta 1 (S1) dengan alasan dinilai mengetahui dan
dapat memberikan pandangan secara obyektif. Dalam penelitian ini, penulis
menggunakan dua teknik pengumpulan data berupa wawancara, dan dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukan bahwa; 1) Pemahaman santri terhadap politik
kyai di Pondok Pesantren Darul Ulum, Kecamatan Peterongan Kabupaten
Jombang cukup beragam, ada yang cenderung mendukung kyai berpolitik asalkan
kyai yang terlibat betul-betul menjaga moral dan tetap menjaga nama baik agama

serta mampu mensejahterakan rakyatnya. Namun sebagian santri lebih senang
kalau kyai lebih baik menjadi guru bangsa dan mengembangkan pesantrennya
sesuai dengan kapasitas kemampuan yang dimiliki. tidak setuju kalau kyai terlibat
dalam politik, karena dengan keterlibatannya perannya sebagai pendidik santri
tidak akan lagi terfokus dan cenderung bermain dengan konflik-konflik agar
kelompoknya menang. Ada juga santri yang cenderung kontra atau tidak setuju
kalau kyai terlibat dalam politik, karena dengan keterlibatannya perannya sebagai
pendidik santri tidak akan lagi terfokus dan cenderung bermain dengan konflikkonflik agar kelompoknya menang. 2) Sikap Santri terhadap politik kyai wajarwajar saja karena keterlibatan mereka untuk berperan dalam politik bisa
berdampak positif yang terpenting sama-sama jalan, agama berkembang, negara

juga maju yang pada akhirnya bangsa ini kedepan bisa lebih baik dan sangat
menjanjikan. Kyai selaku pemuka agama Islam harus memerankan sebagai
misionaris Islam yang juga bertugas membawa misi keIslaman dalam dunia
politik. Karena Islam sendiri adalah yang sempurna (kaffah). Selain iti kyai juga
sebagai pewaris kenabian (bagian dari ulul amri) berkewajiban untuk
mengermbangkan misi. Haya saja yang perlu diperhatikan adalah konsekwensi
dalam menjalankan amanat kesilaman yang terkadang tidak bisa dikendalikan
yang akhirnya membingungkan masyarakat. 3) Motivasi kyai terlibat dalam
politik, pertama untuk mendorong umat ke arah yang lebih baik. Kedua
membentuk kerukunan antar umat beragama. Ketiga menjadikan manusia untuk
berbuat bertaubat. Hal ini sebagai bentuk amar makruf nahi mungkar dan tidak
melupakan tugas kyai yang pokok dalam agama yaitu menunjukkan umat tentang
sebuah kebenaran juga termasuk salah satu bagian ijtihad dan ijtihat bagian dari
risalahnya.

Menyetujui,

Dosen Pembimbing I

Drs. Jainuri. M.Si


Dosen Pembimbing II

Dr. Wahyudi, M.Si

ABSTRACT

M. Syaifullah Muzaka, 08230074. Perception Santri of Involvement Kyai in
Politics (Research Studies in Boarding School Darul Ulum, Rejoso Village, Sub
District Peterongan Jombang). Adviser I: Drs. Jainuri. M.Si. Adviser II: Dr.
Wahyudi, M.Si.
Key words: Perception of Santri, Kyai Involvement, Politics
Clerics for religious circles, especially in Java is still much debated
especially if associated with politics. Some have argued that Kyai role as protector
should be enough people, especially in religious life. Therefore, it is more
appropriate if he shy away from political activities. Some are saying the opposite,
there is no reason for Kyai to leave practical politics, because politics is a part of
religious life itself. Even in the 1999 elections largely Kyai of various boarding
schools in Indonesia (especially Java) openly began to enter the political scene
with a pretext for the benefit of the ummah. Dual role played by religious scholars

involved in politics, led to the perception of religious scholars and the public's
eyes faded his santri. Logically political closeness between the clerics and the
government (the entrepreneur) or a politician aiming for mutual benefit. However,
the proximity of established politicians will be more negative implications for a
kyai. As we know that the government has the power to compel anyone to follow
instructions included clerics. Politicians have a high desire to embrace his will and
way too freely without being tied to the norms, including forced the clerics. While
clerics constrained by the norms of their religion. Thus, it is the formulation of the
problem in this research is how the perception of students towards the
involvement of clerics in politics at the Darul Uloom Islamic Boarding School,
District Peterongan Jombang District?
Researchers using this type of research deskripstif through a qualitative
approach, in the presence of such research can provide insight and understanding
in depth the students' perceptions of the involvement of clerics in politics at the
Darul Ulum Islamic Boarding School, District Peterongan Jombang District. To
support the defined resource information related to the perception of students
towards the involvement of clerics in politics, then the informant determined that
male students lived in boarding school Darul Uloom is take starta study 1 (S1) on
the grounds considered to know and be able to give an objective view. In this
study, the authors used two data collection techniques in the form of interviews,
and documentation.
The results showed that: 1) Understanding of students of political clerics at
Darul Ulum Boarding School, District Peterongan Jombang district is quite
diverse, there are likely to support religious scholars involved in politics as long
as the clerics who really maintain morale and keep the good name of religion and
its people can prosper . But some students prefer that religious scholars had better
be a teacher of the nation and develop Boarding School in accordance with the

capacity capabilities. not agree that the clerics involved in politics, because the
involvement role as educator students will no longer focused and tend to play with
these conflicts in order to win their group. There are also students who tend to be
counterproductive or do not agree that the clerics involved in politics, due to its
involvement as an educator role students will no longer focused and tend to play
with these conflicts in order to win their group. 2) Attitudes toward political
clerics Santri perfectly natural because of their involvement in politics could play
an important positive impact equally way, religion developed, the state also
developed that ultimately the future of this nation can be better and very
promising. Kyai as Islamic religious leaders should play as Islamic missionaries
who also served a mission in the world of Islamic politics. Because Islam itself is
a perfect (kaffah). In addition to religious scholars as well as iti the heir of
prophecy (part of ulul amri) is obliged to develop mission. Haya only thing to
note is the consequence in the running Islamic mandate that sometimes can not
control that ultimately confuse the public. 3) Motivation clerics involved in
politics, first to push people into a better direction. The second form interreligious harmony. The third man to make do repent. It is a form of kindness
injunction prohibiting unjust and do not forget that the main task of the religious
clerics are showing people about the truth was also one of ijtihad and ijtihat part
of his treatise.

approve,

Adviser I

Adviser II

Drs. Jainuri. M.Si

Dr. Wahyudi, M.Si

DAFTAR ISI

Lembar Persetujuan ............................................................................................. i
Lembar Pengesahan ............................................................................................ ii
Lembar Pernyataan.............................................................................................. iii
Lembar Persembahan .......................................................................................... iv
Kata pengantar .................................................................................................... v
Abstraksi ............................................................................................................. vi
Daftar Isi.............................................................................................................. vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ............................................................................................ 5
D. Manfaat Penelitian.......................................................................................... 6
E. Definisi Konseptual ........................................................................................ 6
F. Definisi Operasional ....................................................................................... 7
G. Metode Penelitian ........................................................................................... 8
1. Jenis Penelitian ........................................................................................... 8
2. Sumber Data ............................................................................................... 9
3. Subyek Penelitian ....................................................................................... 9
4. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 10
5. Lokasi Penelitian ........................................................................................ 11
6. Analisis Data............................................................................................... 12
BAB II KAJIAN TEORI
A. Persepsi Santri.. .............................................................................................. 14
1. Pengertian Persepsi ................................................................................... 14
2. Faktor yang Mempengaruhi Persepsi ........................................................ 15
3. Proses Terjadinya Persepsi........................................................................ 17
4. Jenis-jenis Persepsi ................................................................................... 18
5. Tujuan dan Fungsi Persepsi ...................................................................... 19
6. Santri ......................................................................................................... 19

B. Kyai . ............................................................................................................. 21
1. Pengertian Kyai ......................................................................................... 21
2. Figur Kyai Dalam Konsep ........................................................................ 23
C. Perilaku Kyai Dalam Politik.......................................................................... 26
1. Keterlibatan Kyai Dalam Politik ............................................................... 26
2. Perkembangan Peran Kyai dalam Politik .................................................. 28
D. Perubahan Persepsi dan Perilaku Politik Masyarakat ................................... 34
BAB III. DESKRIPSI WILAYAH
A. Potensi Wilayah.............................................................................................. 40
1. Letak Geografis ......................................................................................... 40
2. Pembagian wilayah administratif .............................................................. 41
3. Geografi..................................................................................................... 42
4. Penduduk ................................................................................................... 44
5. Pendidikan ................................................................................................. 46
B. Pondok Pesantren Darul Ulum, Desa Rejoso, Kecamatan Peterongan
Kabupaten Jombang ....................................................................................... 47
1. Sejarah ....................................................................................................... 47
2. Periode Baru Fase Pertama (1958- 1985) ................................................. 49
BAB IV. PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA
A. Pendahuluan ................................................................................................... 50
B. Hasil Penelitian ............................................................................................... 51
1. Aspek Kongitif (Pemahaman) ................................................................... 51
2. Aspek Afektif (Perasaan) .......................................................................... 60
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................................... 83
B. Saran ............................................................................................................... 84
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR PUSTAKA

Ali Maschan Moesa, 1999. Kyai Dan Politik, Dalam Wacana Sivil Societi.
LEPKISS, Jakarta
Ali Maschan Moesa, 2006. Agama dan Politik: Study Kontruksi Sosial Kyai
Tentang Nasionalisme Pasca Orde Baru. PPS Unair, Surabaya
Azwar, Saifudin. 2002. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Edisi Ke 2,
Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Azyumardi Azra, 2000. Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi Menuju
Milenium Baru, Jakarta: Kalimah
Bimo, Walgito, 1999. Psikologi Suatu Pengantar, Yogyakarta; PT. Andi Ofset
Chaplin, J.P, 1999 Kamus Lengkap Psikologi (Edisi 5), PT. Raja Grafindo
persada, Jakarta
Duveger Mauricio, 1993. Sosiologi Politik. Gramedia, Jakarta
Effendi, Bakhtiar. 1998. Islam dan Negara Transformasi Pemikiran dan Praktik
Politik Islam di Indonesia. Paramadina. Jakarta
Gulo, W. 2002. Metode Penelitian. Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta
Hamidi. 2002. Metode Penelitian dan Teori Komunikasi. UMM Press. Malang
Hersey, P & Blancard, K, 1992. Menegement Of Organization Behaviour,
Utilitizing Human Resources, New Jersey: Engle Wood Cliffs Prentice
Ibnu Qoyyin Ismail, 1997. Kyai Penghulu Jawa, Perannya di Masa Kolonial.
Gema Insani Press, Jakarta
Jalaludin Rahmad, 2000. Psikologi Komunikasi PT. Rosda Karya, Bandung
Johnson Doyla Paul, 1986. Teori Sosiologi Jilid I. Gramedia, Jakarta
Khoirul Ummatin, 2002. PrilakuPolitik Kyai. Pustaka Belajaar, Yogyakarta
Kuntowijoyo, 1997. Identitas Poltik Islam. Mizan, Yogyakarta
Majalah Bina Pesantren. 2006 “Revitalisasi Pesantren: Pasang Surut Peran dan
Fungsi Pesantren”. Edisi 02

Marijan, Kacung. 1992. Quo Vadis NU. Erlangga. Surabaya
Mauluddin,
Soni.
“Kyai
dalam
kancah
politik
Nasional”
(http//arsip.pontianakpost.com) diakses tanggal 20 Maret 2012.
Miftah, Toha, 2001.Perilaku Oragnisasi, Konsep Dasar dan Aplikasi, PT. Raja
Grafindo, Jakarta
Moleong, Lexy. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Remaja Rosdakaria.
Bandung
Nur Syam. Kyai, Santri, dan Politik (http://nursyam.sunan-ampel.ac.id/?p=17)
diakses 30 Maret 2012
Rakhmat, Jalaluddin. 1995. Metodologi penelitian Komunikasi. Remaja Kosda
Karya. Bandung.
Rakhmat, Jalaluddin. 1999. Psikologi Komunikasi. Remaja Rosdakarya : Bandung
Ramalan Subakti, 1992. Memahami Ilmu politik. Gramedia, Jakarta
Sonhadji, Ahmad. 1994. Teknik Pengumpulan dan Analisa Data dalam Penelitian
Kualitatif (Dalam Buku Penelitian Kualiatif dalam Bidang Ilmu-Ilmu
Sosial Keagamaan). Kalimasahanda Press. Malang
Siti Yulianti, 2004. Revalitas Pesantren: Pasang Surut Peran dan Fungsi
Pesantren. Majalah Bina Pesantren, Edisi 02,2006
Slamet As Yusuf, 1999.Psikologi Umum (Edisi Revisi), Mandar Maju, Bandung
Soekarto, Soerjono. 1990. Sosiologi Ruang Lingkup dan Aplikasinya. Bandung :
Remaja Rosdakarya
Sya’roni, Irham. 2007. (http//irhamku.blogspot.com/207/05/moralitas-politikkyai.html) diakses 22 Maret 2012
Tridayakisni, 2001 Psikologi Sosial, UMM Press, Malang
Turmudi, Endang. 2003. Perselingkuhan Kyai Dan Kekuasaan. LKIS. Yogyakarta
Walgito, Bimo. 1994. Psikologi Suatu Pengantar. Andi Offset. Jakarta
Wahyuni. 2006. Kebijakan Pemerintah Dalam Pelaksanaan Rencana Umum Tata
Ruang Perkotaan di Kota samarinda. Skripsi
Weber,London. Indrawijaya, adam. 2000. Perilaku Organisasi, Bandung : Sinar
Baru Algesindo.

Wirawan, 1995. Teori-teori Psikologi Sosial, Rajawali”, Jakarta
Yosef MJ, 1978. Psikologi Sosial CV Diponegoro, Jakarta
Zamakhsyari, Dhofir. 1985. Tradisi pesantren:Studi tentang pandangan hidup
kyai. LP3S. Jakarta
Zeitlin. 1998. Memahami Kembali Sosiologi, Kritik Terhadap Teori Ssosiologi
Kontempoprer, Penerjemah Anshori dan Juanda. Yogyakarta : Gajah
Mada University Press
Artikel

Sosialita,
2008
http://lenterapena,wordpress.com/pilkada-danperselingkuhan-kyai, diakses 24 Maret 2012

BAHAN WAWANCARA

Nama

:

Tgl wawancara

:

1. Sejak kapan anda mengenyam pendidikan dalam pondok pesantren Darul
Ulum?
2. Bagaimana selama ini anda memahami tentang politik?
3. Apa persepsi anda mengenai keterlibatan kyai dalam politik?
4. Setujukah anda ketika kyai terlibat dalam politik?
5. Sejauh mana kepatuhan anda terhadap politik kyai?
6. Menurut anda apa sebenarnya peran kyai dalam dunia politik?
7. Kyai adalah milik masyarakat bukan milik golongan partai. Bagaimana
menurut anda?
8. Bagaimana selama ini sikap anda terhadap politik kyai?
9. Bagaimana selama ini hubungan anda dengan kyai yang terlibat politik?
10. Menurut anda apa sebenarnya motivasi kyai yang terlibat politik?
11. Menurut anda apa sebenarnya maksud dan tujuan kyai yang terlibat
politik?
12. Apa harapan anda kepada kyai yang terlibat politik?

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Kyai merupakan elemen yang paling esensial dari suatu pesantren.
Keberadaan seorang Kyai dalam lingkungan sebuah pesantren, adalah laksana
jantung dalam kehidupan manusia. Begitu urgen dan esensialnya seorang kyai,
karena dialah pengelola, pengasuh, pemimpin dan terkadang juga pemilik tunggal
sebuah pesantren. Secara ideal, seorang kyai diharapkan berperan sebagai figur
moral dan pemimpin sosial, serta tokoh sentral dalam masyarakatnya, sebab di
bahu merekalah terletak cita-cita dan eksistensi umat. Oleh karena itu ukuran
seorang kyai tidak dapat hanya dilihat dari segi apa yang dilakukannya dan
karakteristik pribadinya saja, tetapi yang penting sejauh mana masyarakat
memberikan pengakuan kepadanya.1
Tetapi sejak reformasi bergulir, politik seolah menjadi keharusan yang
tidak bisa dipisahkan. Kenyataan tersebut menggambarkan bahwa popularitas
dunia politik yang dulu dianggap tabu, sekarang mampu menggoda siapa pun
untuk terjun dan terlibat di dalamnya. Tidak terkecuali dari para partisipasi
muslim, seperti para ulama dan kyai. Kyai dan tokoh pesantren sering kali
menjadi lahan sasaran para politisi dalam membangun basis dukungan politik.
Pada setiap Pemilihan Umum (Pemilu) maupun Pemilihan Kepala Daerah
(pilkada), dimana suara kyai dan santri selalu diperebutkan bukan saja oleh partai1

Effendi, Bakhtiar. 1998. Islam dan Negara Transformasi Pemikiran dan Praktik Politik Islam di Indonesia.
Paramadina.. Jakarta. hal. 42.

1

2

partai politik berbasis Islam saja melainkan juga partai-partai politik berbasis
nasionalis. Dalam upaya meraup simpati dari kalangan Islam yang menjadi
pengikut setia kyai, banyak partai politik yang menempatkan kyai dan tokoh
pesatren pada jajaran pengurus partai dengan harapan dapat menjadi vote getter
dalam pemilu.2
Namun seiring perkembangan zaman, fungsi “sebagian kyai” dalam
sebuah masyarakat mengalami pergeseran peran. Semula kyai sebagai pribadi
yang mencitrakan dirinya sebagai seorang ilmuwan, kini memiliki peran lain
(berperan ganda) yaitu disamping sebagai ilmuwan agama juga politisi. Jika pada
waktu masa lampau pemerintah dan politisi meminta nasihat kepada kyai,
sekarang beramai ramai kyai meminta petunjuk kepada pemerintah dan politisi.
Kecenderungan tampaknya juga terjadi pada arena politik lokal, daerah. Dalam
kasus-kasus pemilihan kepala daerah, kyai dan tokoh pesantren banyak terlibat
dalam upaya membangun dukungan politik bagi calon-calon tertentu. Para calon
kepala daerah sendiri, bupati ataupun gubernur, juga tak henti berupaya
melakukan hal yang sama sebagaimana dilakukan para politisi partai.
Terbelahnya dukungan politik kyai tak terhindarkan lagi dalam
meloloskan calon tertentu dalam proses pilkada. Dalam hal ini kedekatan atau
keberhasilan masing-masing calon meraih dukungan kyai atau tokoh-tokoh
pesantren tertentu menjadi penentu afiliasi dukungan, yang mengakibatkan
dukungan politik kyai terbelah kepada beberapa calon berbeda. Dalam beberapa

2

Nur Syam. Kyai, Santri, dan Politik (http://nursyam.sunan-ampel.ac.id/?p=17) diakses 30 Maret

2012.

3

kasus hal ini bahkan diwarnai ketegangan politik antara tokoh-tokoh partai
berbasis NU dengan mereka yang berada pada jajaran pengurus Ormas.3
Kyai bagi kalangan agama khususnya di Jawa masih sering
diperdebatkan lebih-lebih jika dikaitkan dengan politik. Sebagian kalangan
berpendapat bahwa Kyai seharusnya cukup berperan sebagai pengayom umat
terutama dalam kehidupan beragama. Oleh karena itu lebih tepat jika ia
menghindarkan diri dari kegiatan politik. Ada pula yang mengatakan sebaliknya,
tidak ada alasan bagi Kyai untuk meninggalkan politik praktis, sebab berpolitik
merupakan bagian kehidupan agama itu sendiri. Bahkan pada pemilu 1999
sebagian besar Kyai dari berbagai pondok pesantren yang ada di Indonesia
(khususnya Jawa) secara terbuka mulai memasuki kancah perpolitikan dengan
dalih demi kemaslahatan ummat.
Posisi seorang kyai dalam sebuah masyarakat juga bisa tidak bisa
dilepaskan dari pribadinya sebagi manusia biasa. Sikap wara’ dan zuhud senatiasa
menghiasi pribadinya. Sehingga Nampak dalam kehidupan sehari-hari sebagai
pribadi yang beragama. Namun, tak dapat di sangkal kadang kyai juga bertindak
yang tidak sepenuhnya sesuai dengan aturan agama. Namun kita juga harus
menyadari bahwa kyai juga manusia, tak bisa lepas dari lupa, salah dan dosa.
Seperti Hadist dari imam Bukhori Muslim, yang artinya: Manusia tidak lepas dari
lupa dan dosa.4
Peran ganda yang dimainkan oleh kyai inilah, yang membuat pandangan
seorang kyai pudar dimata masyarakat dan santrinya. Secara logis kedekatan
3

4

Marijan, Kacung. 1992. Quo Vadis NU. Erlangga. Surabaya. hal 28.
Hadist Riwayat, Imam Bukhori Muslim

4

politis antara kyai dan pemerintah (pengusa) atau politisi bertujuan untuk saling
menguntungkan.5 Namun kedekatan politisi yang terjalin ini akan lebih besar
implikasi negatifnya bagi seorang kyai. Seperti kita ketahu bahwa pemerintah
memiliki kekuasaan untuk memaksa siapapun termasuk kyai untuk mengikuti
perintahnya. Politisipun memiliki hasrat yang tinggi dan cara pula merengkuh
kehendaknya secara bebas tanpa terikat norma, termasuk memaksa kyai.
Sedangkan kyai terbatasi oleh norma-norma agama yang dianutnya.
Para kyai dengan kelebihan pengetahuan agama Islam, seringkali kita
lihat sebagai orang yang senantiasa dapat memahami keagungan Tuhan dan
rahasia alam. Hal ini sekurang-kurangnya dapat dilihat dari persepsi para santri
dan masyarakat bahwa seorang kyai adalah pemimpin duniawi dan ukhrawi, atau
dengan kata lain

simbol kekuasaan Tuhan di bumi. Lantaran dengan

kemampuanya yang istimewa dalam memahami kehendak Tuhan. Bahasa lain
yang bisa menggambarkan dari pernyataan tersebut di atas seperti dalam bahasa
santri disebut makrifat.6
Hasilnya dari semua pemaparan di atas terjun atau tidaknya seorang kyai
ke politik sepenuhnya bergantung pada manfaat dan ketahuan diri kyai
menghadapi godaan materi dan pengaruh. Apakah keberadaan dalam peran-peran
politik dapat menciptakan harmoni yang dinamis dan keberpihakan kepada
kepentingan semua kalangan, ataukah justru menciptakan disharmoni yang
keberpihakan terhadap kelompok (partai) atau bahkan

5

untuk kepentingan

Artikel Sosialita, 2008 http://lenterapena,wordpress.com/pilkada-dan-perselingkuhan-kyai, diakses 24 Maret
2012 .
6
Mauluddin, Soni. “Kyai dalam kancah politik Nasional” (http//arsip.pontianakpost.com) diakses tanggal 20
Maret 2012.

5

pribadi.7 Dalam kata lain bahwa kekuasaan kyai cukup kuat untuk mempengaruhi
tindakan sosial dan politik masyarakat. Hal ini karena kyai adalah pemegang
legitimasi keagamaan. Legitimasi keagamaan ini oleh pemerintah atau para elit
politik dapat digunakan untuk melegalkan tindakan-tindakan duniawi mereka.
Otoritas kyai tidak selamanya langgeng. Tidak sedikit kyai yang otoritasnya
hancur akibat berselingkuh dengan penguasa atau memang mabuk kekuasaan.
Pada saat umat sudah tidak percaya lagi terhadap otoritas kyai, saat itu juga umat
secara perlahan akan meninggalkannya.
Dari fakta diatas, keberadaan kyai terbukti bukan hanya menjadi tokoh
panutan sosial bagi lingkungannya dalam kehidupan sehari-hari, melainkan juga
tokoh panutan politik bagi masa pengagumnya. Dengan demikian penulis tertarik
untuk meneliti tentang persepsi santri terhadap keterlibatan kyai dalam politik di
Pondok Pesantren Darul Ulum, Kecamatan Peterongan Kabupaten Jombang.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam
penelitan ini adalah bagaimana persepsi santri terhadap keterlibatan kyai dalam
politik di Pondok Pesantren Darul Ulum, Kecamatan Peterongan Kabupaten
Jombang?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan permasalahan di atas, maka penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui persepsi santri terhadap keterlibatan kyai dalam politik di
Pondok Pesantren Darul Ulum, Kecamatan Peterongan Kabupaten Jombang.
7
Sya’roni, Irham. 2007. (http//irhamku.blogspot.com/207/05/moralitas-politik-kyai.html) diakses 22 Maret
2012.

6

D. Manfaat Penelitian
1. Secara Akademis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat menambah refrensi
dalam bentuk informasi tentang pemikiran politik, khususnya mengenai
persepsi santri terhadap keterlibatan kyai dalam politik sebagai upaya
penigkatan dibidang pengetahuan politik.
b. Sebagai bahan refrensi dan menambah wawasan, khususnya di jurusan
Ilmu Pemerintahan dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang
2. Secara Praktis
Diharapkan dengan penelitian ini dapat memberikan rekomendasi
pemikiran bagi masyarakat dan jajaran elite politik mengenai kebebasan
berpolitik sekaligus pembelajaran demokrasi.
E. Definisi Konseptual
Konsep adalah abstraksi yang dibentuk dengan menggeneralisasikan halhal yang khusus. Kerangka ini berguna untuk menggambarkan konsep-konsep
yang khusus, yang berada dari variable-variabel penelitian yang akan diteliti.8
1. Persepsi adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa atau hubunganhubungan

yang

diperoleh

dengan

menyimpulkan

informasi

dan

menafsirkan pesan. Dalam hal ini persepsi dapat dimaknai sebagai suatu
proses tentang petunjuk-petunjuk dan pengalaman masa lampau

yang

releven diorganisasikan untuk memberikan kepada kita gambaran yang
terstruktur dan bermakna pada suatu situasi tertentu.9
8
9

Rakhmat, Jalaluddin. 1995. Metodologi penelitian Komunikasi. Remaja Kosda Karya. Bandung. hal 12
Rakhmat, Jalaluddin. 1999. Psikologi Komunikasi. Remaja Rosdakarya : Bandung:57

7

2. Santri adalah orang yang menyerahkan diri pada kyai untuk dididik
menjadi muslim ataupun muslimah dan dituntut mematuhi peraturan
pesantren dengan ikhlas, kerelaan dan kesadaran, sehingga ia dapat
memperoleh ilmu yang barokah dan keberhasilan dalam menuntut ilmu.10
3. Kyai pada dasarnya dalam bahasa jawa berasal dari kata “iki wae” yang
bisa diartikan orang dipilih, menunjukkan bahwa kyai adalah special
karena pilihan Allah. Akan tetapi, istilah kyai bisa diterpkan pula ada
selain manusia, yaitu beberapa pusaka kraton jawa misalnya juga bisa
disebut kyai, penting ditambahkan disini bahwa seorang kyai sering
dianugrahi suatu kemampuan yang luar biasa ini biasanya ditentukan
dalam diri kyai bahkan ssebelum ia memulai kekyaianya, yaitu ketika
masih nyantri atau disuatu pesantren dulu.11 Oleh karena itu, dapat
dipahami jika kyai menjadi pemimpin yang kharismatik karena kyai
diyakini sebagai pemegang kekuasaan suci.
4. Politik adalah kegiatan dalam suatu system politik atau Negara yang
menyangkut proses penentuan tujuan dari system tersebut dan bagaimana
melaksanakan tujuannya. Jadi, politik merupakan pembagian dan
penjatahan nilai-nilai secara mengikat.12
F. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan
bagaimana caranya mengukur suatu variabel, atau semacam petunjuk pelaksana
penelitian dengan menggunakan suatu informasi ilmiyah yang membantu peneliti
10
11

12

Zamakhsyari, Dhofir. 1985. Tradisi pesantren:Studi tentang pandangan hidup kyai. LP3S. Jakarta:14
Turmudi, Endang. 2003. Perselingkuhan Kyai Dan Kekuasaan. LKIS. Yogyakarta. hal 97.

http://id.shvoong.com/law-and-politics/politics/1935230-pengertian-politik/

8

lain yang ingin menggunakan variabel yang sama.13 Dengan demikian definisi
operasional dapat dirumuskan secara sederhana dapat dipahami sebagai tahapan
untuk melakukan tahapan untuk melakukan penetapan dari gejala indikator yang
akan dipelajari, sehingga pada akhirnya nanti dapat diperoleh sebuah kerangka
yang jelas mengenai “Persepsi Santri Terhadap Keterlibatan Kyai Dalam Politik”
adapun definisi operasional dalam penelitian ini adalah:
1. Aspek Kognitif (Pemahaman).
a. Pemahaman Santri terhadap Politik Kyai.
b. Pemahaman Santri terhadap peran terhadap kyai dalam politik.
2. Aspek Afektif (Perasaan).
a. Sikap Santri terhadap politik kyai.
b. Hubungan Santri dengan kyai yang terjun dalam poitik.
3. Aspek Motivasi (Perilaku).
a. Perilaku kyai dalam politik.
b. Dasar kyai dalam berpolitik.
G. Metodologi penelitian
1. Jenis Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang mengeksplorasi dan
mengklarifikasi mengenai sesuatu fenomena sosial, dengan jalan
mendiskripsikan sejumlah variabel berkenaan dengan masalah yang
diteliti.14
13
14

Hamidi. 2002. Metode Penelitian dan Teori Komunikasi. UMM Press. Malang. hal. 142.
Walgito, Bimo. 1994. Psikologi Suatu Pengantar. Andi Offset. Jakarta. hal 53.

9

2. Sumber Data
a. Data primer
Data primer dalam penelitian ini adalah data yang langsung
diperoleh di lapangan, baik yang diamati oleh penyusun maupun dalam
bentuk pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh penyusun kepada
narasumber. Dalam hal ini data yang diperoleh dari hasil wawancara
berdasarkan panduan melalui daftar pertanyaan yang dilakukan
penyusun terhadap narasumber dalam hal ini beberapa santri di Pondok
Pesantren Darul ulum Rejoso-Peterongan-Jombang.
b. Data Sekunder
Dalam penelitian sering kali disebut bahwa sumber data diluar
kata-kata dan tindakan adalah sumber data sekunder, walaupun begitu
sumber data ini mempunyai peranan yang sangat penting didalam
suatu penelitin. Sumber data sekunder atau tambahan ini terdiri dari
sumber tertulis dan foto.
3. Subyek Penelitian
Informan penelitian adalah orang yang dimanfaatkan untuk
memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian.15
Karena sebagai subyek yang mampu memberikan informasi yang seluasluasnya, maka dalam penelitian sangat berhati-hati dalam menentukan
informan, agar didapatkan informasi yang lengkap. Untuk mendukung
informasi ditetapkan narasumber terkait dengan persepsi santri terhadap

15

Moleong, Lexy. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Remaja Rosdakaria. Bandung. hal. 90.

10

keterlibatan kyai dalam politik, maka ditentukan informan santri laki-laki
yang menetap di pondok pesantren Darul Ulum yang sedang manjalankan
studi starta 1 (S1) dengan alasan dinilai mengetahui dan dapat memberikan
pandangan secara obyektif.
4. Teknik Pengumpulan Data
Pada prinsipnya pengumpulan data empirik diawali dengan
memahami setting untuk memahami tentang permasalahan yang akan
diteliti. Dalam hal ini peneliti masuk sebagai bagian dari subyek
penelitian. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan dua teknik
pengumpulan data berupa wawancara, dan dokumentasi. Menurut Gulo,
(2002) pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang
dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian.16
a. Wawancara
Teknik pengumpulan data berikutnya yang digunakan adalah
teknik wawancara. Dalam penelitian ini sengaja menggunakan teknik
wawancara mendalam dan terstruktur dengan mengunakan pedoman
wawancara yang merupakan suatu cara pengumpulan data secara
langsung dengan informan, dengan maksud mendapat gambaran
lengkap tentang masalah yang diteliti. Dalam penelitian ini diperlukan
informan yang dianggap memahami masalah yang diteliti, yaitu Santri
Pondok Pesantren Darul ulum.

16

Gulo, W. 2002. Metode Penelitian. Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta. hal 115.

11

Teknik wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu
yang dilakukan oleh dua pihak. Pencatatan data wawancara merupakan
suatu aspek utama yang amat penting dalam wawancara, karena jika
tidak dilakukan dengan semestinya, maka sebagian dari data yang telah
dikumpulkan akan hilang, dan usaha wawancara akan sisa-sia.17
b. Dokumentasi
Teknik dokumentasi merupakan penelusuran dokumen resmi
dalam menjajaki sumber tertulis. Sehingga memperkaya data
disamping

itu

metode

dokumentasi

akan

membantu

dalam

penganalisaan. Sedangkan dokumen digunakan untuk mengacu setiap
tulisan atau masalah penelitian, yaitu dipersiapkan secara khusus untuk
tujuan tertentu.18
Dokumen yang akan dikumpulkan adalah menegani profil
Pondok Pesantren Darul Ulum Desa Rejoso Kecamatan Peterongan
Kabupaten Jombang dan pemberitaan mengenai permasalahan
keterlibatan kyai dalam politik, baik dari artikel, internet serta foto-foto
terkait.
5. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di Pondok Pesantren Darul Ulum
Desa Rejoso Kecamatan Peterongan Kabupaten Jombang karena dilakukan
dengan pendekatan wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi.

17
18

Moleong, Lexy. Op.cit. hal. 15
Sonhadji, Ahmad. 1994. Teknik Pengumpulan dan Analisa Data dalam Penelitian Kualitatif (Dalam Buku
Penelitian Kualiatif dalam Bidang Ilmu-Ilmu Sosial Keagamaan). Kalimasahanda Press. Malang. hal. 74

12

Cara yang dilakukan dengan mendiskripsikan persepsi santri terhadap
keterlibatan kyai dalam politik.
6. Analisis Data
Dalam rangka mancapai hasil penelitian, data yang akan
dikumpulkan perlu dianalisis. Analisis data merupakan tahap yang sangat
menentukan

dalam

keseluruhan

proses

penelitian.

Analisa

data

menyangkut kekuatan analisis dan kemampuan mendiskripsikan situasi
dan konsepsi yang merupakan bagian dari penelitian. Dengan melakukan
analisa data dapat memberikan makna yang berguna dalam memecahkan
permasalahan.19
Analisa data yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah
kualitatif dari penelitian ini maka data akan di analisis dengan
penggambaran keadaan obyek berdasarkan data yang obyektif, sehingga
data-data yang ada dapat disimpulkan setelah dianalisa terlebih dahulu.
Adapun analisis data yang digunakan dalam penelitian ini, meliputi empat
komponen, diantaranya:
1) Pengumpulan data,
2) Reduksi data,
3) Penyajian data,
4) Penarikan kesimpulan atau verifikasi.
Seperti pada konsep analisa data kualitatif tersebut dapat terlihat
pada diagram berikut ini:

19

Moleong, Lexy. Op.cit. hal. 22

13

Gambar 1.1
Komponen analisa data model interaktif
Pengumpulan

Penyajian

data

data

Reduksi
Data

Kesimpulan-kesimpulan
Penarikan/ verifikasi

Sumber: Mathew B. Miles dan A. Michael Huberman, Analisa data Kualitatif dalam Wahyuni.
2006. Kebijakan Pemerintah Dalam Pelaksanaan Rencana Umum Tata Ruang Perkotaan di Kota
samarinda. Skripsi

Keterangan :
a). Pengumpulan data yaitu data pertama atau data mentah yang dikumpulkan
dalam suatu penelitian.
b). Reduksi data adalah suatu bentuk analisis yang mempertegas, memperpendek,
membuat fokus, membuang hal yang tidak penting, dan mengatur data
sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat dilakukan.
c). Penyajian data adalah menyusun informasi dengan cara tertentu sehingga
memungkinkan penarikan kesimpulan atau pengambilan data ini membantu
untuk memahami peristiwa yang terjadi.
d). Kesimpulan-kesimpulan atau verifikasi adalah sebagai langkah terakhir yang
meliputi pemberian makna data yang telah disederhanakan dan disajikan
dengan cara logis dan metodologi konfigurasi yang memungkinkan untuk
diprediksi hubungan sebab akibat melalui hukum empiris.