PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KETERLIBATAN KYAI DALAM POLITIK (Studi Kasus di Desa Karang Mangu, Desa Bajing Jowo, Desa Bajing Madura Kecamatan Sarang Kabupaten Rembang)
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak reformasi bergulir, sepak terjang kyai di dunia politik meningkat. Politik seolah menjadi keharusan yang tidak bisa dipisahkan. Kenyataan tesebut menggambarkan bahwa popularitas dunia politik yang dahulu dianggap tabu, sekarang mampu menggoda siapa pun untuk terjun dan terlibat di dalamnya. Tidak terkecuali para ulama dan kyai. Politik kyai berangkat dari dunia sosial dan kultur yang berbeda. Dalam sejarah perpolitikan nasional, politik kyai memiliki karakter yang berbeda-beda. Seperti Dikatakan Agus Hilman, setiap manuver politik para kyai selalu mengandung dua unsur sekaligus, sakral dan profane antara kejujuran, ketulusan dan kekuasaan.1
Posisi seorang kyai dalam sebuah masyarakat juga tidak bisa dilepaskan dari pribadinya sebagai manusia biasa. Sikap wara’ dan zuhud senantiasa menghiasi pribadinya. Sehingga nampak dalam kehidupan sehari-harinya sebagai pribadi yang taat beragama. Namun, Tak dapat disangkal kadang kyai bertindak yang tidak sepenuhnya sesuai dengan aturan agama. Namun kita juga harus menyadari bahwa kyai juga manusia, tak bisa terlepas dari lupa, salah dan dosa. Seperti Hadist dari Imam Bukhori Muslim, yang artinya: Manusia tidak lepas dari lupa dan dosa.2
1
Agus Hilma, 2008. “analis pada Centre for Social Analysis and Transformation (CSAT) di Jakarta” ([email protected]). Jawa Pos Online. April 25
2
(2)
2
Seiring perkembangan zaman, fungsi “sebagian kyai” dalam sebuah masyarakat mengalami pergerseran peran. Semula kyai sebagai pribadi yang mencitrakan dirinya sebagai seorang ilmuwan, kini memiliki peran lain (berperan ganda) yaitu di samping sebagai ilmuwan agama juga sebagai politisi. Jika dahulu kyai menjadi pengontrol kebijakan pemerintah, kini tindak-tanduknya seolah dikontrol (dikendalikan) oleh pemerintah dengan alasan politis. Jika pada waktu yang lampau pemerintah dan politisi meminta nasihat kepada kyai, sekarang beramai-ramai kyai meminta petunjuk kepada pemerintah dan politisi. Apalagi pada saat menjelang pemilihan kepada daerah pemilihan umum seperti contohnya. Istilah lainnya, mereka berselingkuh dengan penguasa dan calon penguasa (politisi) demi kekuasaan.
Peran ganda yang dimainkan oleh kyai inilah, yang membuat pandangan seorang kyai pudar di mata masyarakat dan santrinya. Secara logis kedekatan politis antara kyai dengan pemerintah (penguasa) atau politisi bertujuan untuk saling menguntungkan.3 Namun penulis berpendapat, kedekatan politisi yang terjalin ini akan lebih besar implikasi negatifnya bagi seorang kyai. Seperti kita ketahui bahwa Pemerintah memiliki kekuasaan untuk bisa memaksa siapapun termasuk kyai untuk mengikuti perintahnya. Politisi pun memiliki hasrat yang tinggi dan cara pula untuk merengkuh kehendaknya secara bebas tanpa terikat norma, termasuk memaksa kyai. Sedangkan kyai terbatasi oleh norma-norma agama yang dianutnya. hasilnya kyai akan hanya menjadi permen karet, habis manis sepah dibuang (dilupakan) begitu saja.
3
Artikel Sosialita, 2008. “http://lenterapena.wordpress.com/pilkada-dan-perselingkuhan-kyai/.” April, 13, pada 9:30 am
(3)
3
Para kyai dengan kelebihan pengetahuan agama Islam, seringkali kita lihat sebagai orang yang senantiasa dapat memahami keagungan Tuhan dan rahasia alam. Hal ini sekurang-kurangnya dapat dilihat dari persepsi para santri dan masyarakat bahwa seorang kyai adalah pemimpin duniawi dan ukhrawi, atau dengan kata lain simbol kekuasaan Tuhan di bumi. Lantaran dengan kemampuannya yang istimewa dalam memahami kehendak Tuhan. Bahasa lain yang bisa menggambarkan dari pernyataan tersebut di atas seperti bahasa santri disebut makrifat.4
Politik menurut ajaran Islam jelas bebeda dengan barat, dalam pemikiran politik barat. Disini yang terpenting adalah sistem, bukan individu. Untuk memperjelasnya penulis mencoba menjelaskannya. Pengelolaan kehidupan politik dalam islam lebih berpusat pada kesalehan pribadi, pemimpin, dan masyarakat yang dipimpin, maksudnya adalah pribadi yang mendiami ruang politik (politisi). Karena itu tindakan politik lebih dikaitkan dengan kesalehan individual dan dimensi vertikal sebagai wujud dari kesadaran dan etika berkuasa. Dalam bahasa pakar politik ibnu Miskawaih, politik merupakan pengejawantahan tindakan “Pencucian Moral” (TahdziibuAl-Akhlaq).5
Jadi, pengelolaan awalnya adalah pribadi sebagai basis untuk membangun sistem yang baik. Dalam sejarah al-Farabi dan kelompok Ikhwan al-safa telah merumuskan suatu menejemen politik dalam konsep negara utama (Madina Al-Fadhilah). Berpangkal dari sinilah, reposisi yang hakiki.
4
H. Mauluddin Soni. “Kyai Dalam Kancah Politik Nasional” http://arsip.pontianakpost.com . Jumat, 6 Juni 2003
5
(4)
4
Dalam sistem masyarakat demokrasi, siapa pun berhak untuk mendukung dan berpolitik. Hanya saja, hendaknya tidak semua kyai berpolitik. Kalau kyainya sangat lugu dan sufistik (lebih erat pada sifat keagamannya), serta dipandang lebih bermanfaat bagi masyarakat, alangkah baiknya tetap di dunia pesantren untuk mencetak para ilmuwan-ilmuwan muslim yang unggulan atau menjadi panutan masyarakat dengan semai kesejukannya mengawal moral bangsa.
Hasilnya dari semua pemaparan di atas terjun atau tidaknya seorang kyai ke politik sepenuhnya bergantung pada manfaat dan ketahanan diri kyai menghadapi godaan materi dan pengaruh. Apakah keberadaannya dalam peran-peran politik dapat menciptakan harmoni yang dinamis dan keberpihakan kepada kepentingan semua kalangan, ataukah justru menciptakan disharmoni yang keberpihakan terhadap kelompok (partai) atau bahkan untuk kepentingan pribadi.6
Pengaruh pada politik terkadang memang membuat seseorang kehilangan jati dirinya. Dulu, bisa saja seseorang kyai dalam hal ini menolak bahkan ”mengharamkan” dirinya bersentuhan dengan politik. Namun, karena ada kepentingan semisal materi, pengaruh dan untuk kelancaran birokrasi, maka tak bisa terelakkan lagi keterlibatan kyai dalam politik praktis. Terjun ke politik (kekuasaan) memang besar taruhannya. Bisa jadi agama dan politik bukan lagi pemersatu, tetapi menjadi faktor pemecah persatuan dan persaudaraan. Umat dan agama akan diseret ke politisasi yang menakutkan. Akibatnya, Islam tidak lagi menjadi Islami yang keteladanan moralnya pun tak lagi bisa didapati. Seperti kata
6
Irham Sya’roni, 2007. “http://irhamku.blogspot.com/2007/05/moralitas-politik-kyai.html”. Rabu, May, 24
(5)
5
Agus Hilman, meskipun sangat keras ”Tuhan pun bisa diseret dalam percaturan politik sebagai pembenar segala tindakan”.7
Kalau kita mau mendalami secara dalam sebenarnya, kyai bukan tidak berpolitik. Bisa dikatakan mereka akrab, bahkan menekuni politik. Namun, yang mereka kembangkan adalah politik kebangsaan dan kerakyatan. Komitmen kuat mereka adalah kesatuan bangsa dan pemberdayaan masyarakat melalui dunia pendidikan. Dengan demikian, para kyai dengan segala kearifan mereka tanpa diragukan lagi telah memberikan jasa signifikan bagi pencerahan masyarakat dan bangsa. Mereka telah memberikan sumbangsih yang cukup berharga dalam menanamkan nilai-nilai moralitas kedalam kehidupan publik, termasuk politik yang tidak berorientasi kekuasaan. Karena itu, eksistensi dan kiprah mereka yang tanpa pamrih tersebut harus dihargai. Kita, bangsa dan pemerintah, perlu menghargai mereka bukan dalam bentuk mengiming-imingi pemberian fasilitas dan sejenisnya. Namun, kita mengapresiasi mereka dengan cara mendukung kiprah mereka untuk terus mengabdi dalam dunia pendidikan dan pengembangan masyarakat serta menenemkan politik yang baik.
Sebelum kita melangkah lebih jauh lagi kita telebih dahulu membahas penjelasan dari politik itu sendiri. Politik dalam bahasa arab adalah As Siyasah yang sebenarnya memiliki arti asal sebagai pengembala ternak. Agar muda difahami, bahwa politik berarti mengembangkan amanah umat dan inilah yang dimaksud pengelolaan hidup bermasyarakat dalam agama islam. Sebab politik merupakan bagian dari ibadah. Hubungan antara agama dan politik dalam Islam
7
(6)
6
sudah sangat jelas. Keduanya terkait erat, sekalipun dalam segi pendekatan teknis dan praktis dapat dibedakan.
Agama adalah wahyu dari Allah yang diturunkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, demi kemaslahatan manusia hidup di dunia. Sedangkan persoalan politik adalah bidang wewenang kemanusiaan, khususnya sepanjang menyangkut masalah teknis struktural dan prosedural. Namun dari segi etis tidak dibenarkan untuk lepas sama sekali dari pertimbangan nilai-nilai keagamaan. Seperti kata dari H. Mauluddin Soni, dalam kaitannya dengan pergulatan Islam dengan politik, mengatakan bahwa:
Selain mengajarkan masalah ketuhanan, Islam juga menyediakan konsep-konsep dasar kehidupan sosial politik. Pergulatan Islam dengan politik yang telah berlangsung sejak masa awal kelahirannya, menempatkan politik pada posisi tersendiri dari keseluruhan sejarah Islam. Praktek kesejarahan pada masa nabi dan empat khalifah penggantinya dalam tradisi intelektual Islam dinilai sebagai preseden histories yang paling otentik dan otoritatif untuk menjadikan standar terbaik dalam obyektifikasi nilai-nilai politik Islam.8
Seperti yang kita ketahui bahwa ada beberapa faktor penyebab yang melatar belakangi keterlibatan kyai dalam berpolitik praktis, seperti warga Negara lainnya para kyai juga memiliki hak politik berupa memilih dan dipilih sebagai warga Negara. Dengan indikasi tersebut dapat kita ketahui, adanya beberapa faktor penyebab yang melatarbelakanginya. Pertama, alasan histori yaitu tradisi dari para pendahulunya untuk terbuka kepada elit politik dan pejabat pemerintah, yang beranggapan bahwa pesantren disamping sebagai pusat lembaga dakwah juga sebagai (penyambung) fasilisator berbagai kepentingan kelompok ataupun elemen politik lainnya. Kedua, alasan teologis, dimana bagi sebagian pesantren
8
(7)
7
beranggapan bahwa politik bisa dijadikan sebagai salah satu alat perjuangan untuk mempermudah dakwah dan pengembangan pesantrennya yang tetap berlandasan bagi kepentingan umum, bukan kepentingan kelompok (keluarga besar kyai itu sendiri), maka bagi mereka politik pada hakikatnya adalah seni dalam mengambil keputusannya untuk kemaslahatan umat (publik).
Memang salah satu fungsi vital partai politik adalah untuk mendapatkan kekuasaan, karena tanpa kekuasaan kita sulit untuk menciptakan kehidupan berbangsa dan bernegara yang adil, demokratis, aman dan sejahtera. Ketiga, faktor strategis pragmatis, dimana yang diharapkan dari aspek ini agar pesantren mempunyai kekuatan dan jaringan dengan penguasa untuk mempermudah pengembangan pesantren tersebut, lebih-lebih pesantren yang mempunyai basis masa kulturnya yang kuat, artinya dengan tawaran yang sangat menggiurkan dalam konteks dukung-mendukung, maka harus ada tawar-menawar politik dalam membangun konrak politik dalam pengertian yang lebih sederhana.
Ketiga aspek di atas lebih didasarkan dari salah satu tugas utama lembaga pesantren yaitu sebagai pelayan kemasyarakatan (public cervice) yang berbasis keagamaan serta dituntut tidak hanya mendengar keluh kesah masyarakat akan tetapi pesantren juga dituntut menyampaikan aspirasi masyarakat tersebut kehadapan penguasa (umara’), sehingga pada akhirnya pesantren berfungsi sebagai penyambung (fasilitator) kedua belah pihak untuk saling berkomunikasi.
Sebagai upaya untuk menyingkap pertanyaan tersebut diatas, penulis mencoba untuk memberikan gambaran dan pemotretan terhadap arah perjuangan politik kyai yang ada, sehingga diharapkan dapat sedikit memberikan jawaban
(8)
8
atas pernyataan mengenai konstribusi politik yang diberikan oleh para kyai dalam kaitanya dengan melakukan perubahan dan pembangunan bangsa.
Islam dan politik laksana dua sisi berbeda dalam mata uang, di satu sisi islam menganjurkan keluhuran budi, kejujuran, kesederhanaan hidup, tolong menolong, dan berbagai sikap kemasyarakatan lainnya. Sedangkan politik seperti umumnya berlaku, mengabsahkan sikap lugas, berlaku arogan, sikut kiri kanan, bahkan membunuh kekuasan oposisi untuk mengamankan posisi, seperti kata Machiavelli dalam bukunya “The Prince” yang berbunyi: tidak ada kawan abadi, yang ada hanya kepentinan abadi. Akan tetapi permasalannya adalah kita sebagai umat Islam harus mengaplikasikan prinsip-prinsip Islam dalam kehidupan nyata.
Dimata masyarakat keberadaan kyai atau ustadz dianggap membawa berkah dan kebaikan. Kyai bukan hanya merupakan seorang tokoh panutan sosial keseharian, melainkan juga seorang tokoh panutan ilmu (intellectual leader) yang bersedia mengajar dan mewariskan pengetahuannya secara tradisional kapanpun, dimanapun dan setiap waktu, bahkan seiring waktu saat ini sebagian besar kyai juga menjadi panutan masyarakat dalam kaitannya dengan peyikapan-penyikapan politis, bahkan seperti dalam sejumlah kasus Pilkada (Pemilihan Kepala Daerah) di Kabupaten Rembang pada Tahun 2006 lalu, banyak kyai-kyai yang notabennya memiliki massa yang signifikan saling menunjukkan dukungan terhadap pasangan calon bupati dan wakil bupati yang dicalonkannya. Dari fakta diatas, keberadaan kyai terbukti bukan hanya menjadi tokoh panutan sosial bagi lingkungannya dalam kehidupan sehari-hari, melainkan juga tokoh panutan politik bagi masa pengagumnya.
(9)
9
Partisipasi kyai dalam hal ini tidak bisa dilepaskan dari dampak diberlakukannya Undang-Undang Otonomi Daerah yang memberi peluang lebih besar terhadap partisipasi kyai dan masyarakat untuk terlibat langsung dalam politik praktis sebagai wujud demokratisasi dalam kehidupan bernegara.9 Dalam kata lain bahwa keterlibatan kyai sebagai tokoh masyarakat sangat memeberi peluang pada seorang kyai tersebut untuk mencapai target politiknya dengan bermodal massa kultural yang dia miliki, artinya kesempatan untuk mendapatkan dukungan sangatlah muda terutama jika dikaitkan dengan sifat masyarakat santri yang paternalistik, ini semakin merpermudah seorang kyai untuk memanfaatkan massa kulturalnya.
Memang suara ormas besar seperti NU dan Muhammadiyah gampang menjadi pusat perhatian dan rebutan banyak pihak. Meminjam istilah KH Mustofa Bisri, sering kali Nu dan Muhammadiyah terlampau ge-er (gade rumongso). Jika NU dan Muhammadiyah terus terlibat aksi dukung mendukung dan bahkan lebih mempertegas sikap partisipasinya, tradisi yang kurang baik akan terlangsung. Pada akhirnya, sangat mungkin orang akan ingin menjadi pengurus NU dan Muhammadiyah, hanya menjadi amanah itu sebagai batu loncatan untuk lebih mempermudah untuk menggapai tangga kekuasaan. Sejarah membuktikan, hal ini hanya meperboros energi umat. Jika dukungan itu memperoleh hasil, imbalan yang diberikan pada organisasi lebih kecil dibandingkan dengan apa yang dinikmati oleh penguasanya. Sebaliknya, jika gagal maka hukuman secara psikologis dan moral, umumnya akan banyak dibebankan pada warganya. Tanpa
9
(10)
10
dukung mendukung pun warga NU dan Muhammadiyah terbukti bisa berkiprah maksimal.
Hadirnya permasalahan sosial yang telah berkembang ditengah-tengah masyarakat saat ini, dimana persoalan budaya, ekonomi, politik, hukum dan agama sudah menjadi persoalan publik yang harus segera disikapi oleh kalangan elit agama. Dengan gerakan-gerakan baik yang sruktural (memakai media politik) dan non strktural dengan memakai media kurtural berupa pesantren atau media dakwah lainnya adalah bermuara pada upaya untuk merespon realitas masyarakat yang berkembang. Hal yang menjadi motifasi kyai dalam melakukan aktivitas politiknya lebih didasari atas sebuah pemahaman politik yang dipahami sebagai salah satu media da’wah dalam melakukan perubahan-perubahan nilai-niai yang tersaji ditengah-tengah masyarakat.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana persepsi masyarakat terhadap keterlibatan kyai dalam politik di Desa Karang Mangu, Desa Bajing Jowo, Desa Bajing Madura Kecamatan Sarang Kabupaten Rembang?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan permasalahan di atas, maka penelitian ini betujuan untuk mendeskripsikan persepsi masyarakat terhadap keterlibatan kyai dalam politik di Desa Karang Mangu, Desa Bajing Jowo, Desa Bajing Madura Kecamatan Sarang Kabupaten Rembang.
(11)
11 D. Manfaat Penelitian
Penelitian yang membahas persepsi masyarakat terhadap keterlibatan kyai dalam politik, diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Secara Akademis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat menambah referensi dalam bentuk informasi tentang pemikiran politik, khususnya mengenai persepsi masyarakat terhadap keterlibatan kyai dalam politik sebagai upaya peningkatan dibidang pengetahuan politik b. Sebagai prasyarat dalam menempuh gelar kesarjanaan S1 Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang sekaligus sebagai bahan referensi FISIP, khususnya jurusan Ilmu Pemerintahan dan temen-temen mahasiswa yang ingin meneliti masalah yang sama. c. Menambah wawasan dan membuka cakrawala berfikir tentang disiplin
ilmu-ilmu sosial dan politik.
2. Secara Praktis
a. Memberikan manfaat bagi peneliti itu sendiri guna mendapatkan standarisasi dari disiplin ilmu yang diperoleh dibangku kuliah.
b. Untuk menjadi refrensi atau acuan dari prilaku politik kyai, serta diharapkan menghasilkan penyikapan obyektif bagi masyarakat luas.
(12)
12 E. Definisi Konseptual
Konsep adalah abstraksi yang dibentuk dengan menggeneralisasi hal-hal yang khusus. Kerangka ini berguna untuk menggambarkan konsep-konsep yang khusus, yang berbeda dari variable-variabel penelitian yang akan diteliti.10
Untuk itu dalam memperjelas penguraian lebih lanjut dalam penulisan ini, maka perlu dilakukan penjelasan mengenai beberapa pengertian atau istilah yang berkaitan dalam upaya menyeragaman pemahaman terhadap pokok pembahasan. Hal ini dimaksudkan untuk menciptakan keseragaman atau kesamaan pemahaman terhadap pengertian masing-masing konsep yang terkandung dalam pengertian tersebut, serta untuk menghindari kesalah pahaman dari penelitian ini. Beberapa konsep yang mempunyai arti terbatas dan memiliki definisi masing- masing.
1) Persepsi Masyarakat
Persepsi adalah proses penerimaan rangsangan sebagai gejala diluar kita melalui kelima indra, kemudian diinterpretasikan sehingga menyebabkan kita menjadi subyek dari pengalaman tadi, sehingga kita mempunyai pengertian terhadap lingkungan.11
Menurut Dimyati Mahmud, persepsi adalah penerimaan stimulus lewat alat indra untuk kemudian menafsirkannya di dalam otak. Penerimaan stimulus tersebut berupa sikap terhadap pengetahuan yang didapat untuk selanjutnya ditafsirkan kedalam otak, berupa pendapat atau tanggapan12. Pendapat lain mengatakan bahwa persepsi adalah suatu proses yang didahului oleh pengindraan yaitu merupakan proses yang
10
Jalaludi Rachmat, 1995, “Metodologi Penelitian Komunikasi”. Remaja Kosda Karya, hal, 12
11
Irwanto, dkk, 1996. “Psikologi Umum Panduan Mahasiswa”. Gramedia, Jakarta, hal. 71
12
(13)
13
berwujud diterimanya stimulus oleh individu melalui alat resektor. Kemudian stimulus diteruskan ke pusat susunan syaraf otak dan terjadilah proses psikologis sehingga individu menyadari apa yang dilihat dan didengar melalui persepsi. Jadi proses persepsi tersebut hasilnya adalah penelitian subyektif individu terhadap obyek berdasarkan rangsangan yang diterimanya baik dari rangsangan atau pesan yang diterima dapat menimbulkan kesamaan sikap tentang sesuatu dan penilaian tentang baik dan buruk, tinggi rendah maupun positif atau negative.13
Setelah kita memahami pengertian persepsi, maka yang perlu dijelaskan lagi adalah pengertian masyarakat. Masyarakat adalah anggota suatu kelompok besar atu kecil yang hidup bersama sedemikian rupa, sehingga mereka merasakan bahwa sekelompok tersebut memenuhi kepentingan yang utama. Menurut Robert Maciver “Masyarakat adalah suatu hubungan-hubungan yang ditertibkan”. Sedangkan menurut Hasan Sadily, Masyarakat adalah golongan besar atau kecil terdiri dari beberapa manusia yang dengan sendirinya bertalian secara golongan atau saling mempengarui satu sama lainnya.
Maka yang dimaksud dengan persepsi masyarakat, yaitu pengetahuan, sikap, pendapat, pandangan atau tanggapan dan penilaian dari sekelompok orang akan sebuah hal yang didapat melalui indra. Maksudnya apabila dalam masyarakat ada sesuatu yang kurang sesuai
13
(14)
14
dengan kebiasaan masyarakat, maka akan timbul anggapan yang bermacam-macam, bisa dianggap baik dan bisa dianggap kurang baik. 2) Kyai
Kyai pada dasarnya dalam bahasa jawa dapat dipakai dalam beberapa hal. Semua itu digunakan untuk menunjukkan sesuatu atau seseorang yang memiliki kualitas di atas rata-rata. Seorang kyai berkata sesuai apa yang diingimkannya. Ada pendapat yang mengatakan bahwa kyai berasal dari kata “iki wae” yang biasa diartikan orang dipilih, menunjukkan bahwa kyai adalah spesial karena pilihan Allah. Akan tetapi, istilah kyai bisa diterapkan pula pada selain manusia, yaitu beberpa pusaka keraton Jawa misalnya juga bisa disebut kyai. Termasuk salah satunya keris atau kerbau. Selanjutnya istilah kyai secara umum dan semantik berkaitan dan kadang dipakai untuk menyebut orang suci Islam.
Penting ditambahkan disini bahwa seorang kyai sering dianugerahi suatu kemampuan yang luar biasa, yang jarang terjadi pada umat muslim awam. Kemampuan luar biasa ini biasanya ditentukan dalam diri kyai bahkan sebelum ia memulai kekyiaiannya, yaitu ketika masih nyantri atau di suatu pesantren dulu14. Perlu diketahui bahwa seorang calon kyai sering kali mempunyai apa yang sering kali disebut “ilmu laduni”, pengetahuan yang diperoleh tanpa belajar. Oleh karena itu, dapat dipahami jika kyai menjadi pemimpin yang kharismatik karena kyai diyakini sebagai pemegang kekuasaan suci.
14
(15)
15 F. Definisi Operasional
Definisi oprasional adalah suatu proses dimana seorang peneliti mengidentifikasi observasi empiris yang dipandang perlu, dan dapat menjadi sebuah indikator-indikator terhadap sebuah konsep.15
Sedangkan definisi opersional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya mengukur suatu Variabel16. Dari definisi tersebut, definisi operasional dapat dirumuskan secara sederhana dapat dipahami sebagai tahapan untuk melakukan penetapan dari gejala indikator yang akan dipelajari, sehingga pada akhirnya nantinya dapat diperoleh sebuah kerangka yang jelas mengenai variabel-variabel penelitian yang sesuai dengan judul penelitian diatas, yaitu Persepsi Masyarakat Terhadap Keterlibatan Kyai Dalam Politik. Yang pada akhirnya dapat dirumuskan beberapa indikator atas sebuah persepsi, adapun aspek analisi terhadap konsep Persepsi Masyarakat terhadap tiga aspek:
a) Aspek Kongitif (Pemahaman).
Pemahaman Masyarakat terhadap politik kyai
Pemahaman Masyarakat terhadap peran kyai dalam politik b) Aspek Afektif (Perasaan).
Sikap Masyarakat terhadap politik kyai
Hubungan Masyarakat dengan kyai yang terlibat dalam politik c) Aspek Motivasi (Prilaku).
Perilaku kyai dalam politik.
Dasar kyai dalam berpolitik.
15
Mulyono TW. “Tahap-Tahap Penelitian Sosial”. UGM, Jogyakarta, ha, 11
16
(16)
16 G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Sebagai wujud dari sebuah penelitian ilmiah, maka untuk mencapainya kami menggunakan sebuah metode, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif disebut juga penelitian teksomonik, yang dimaksudkan untuk mengekplorasi dan mengklasifikasi mengenai sesuatu fenomena atau kenyataan sosial, dengan jalan mendiskripsikan sejumlah variabel yang berkenanaan dengan masalah dan unit yang diteliti.17
2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sarang Kabupaten Rembang, di mana kecamatan tersebut terdapat banyak hal-hal yang berkait dengan apa yang akan peneliti teliti, hal ini penulis lakukan karena menurut penulis untuk mendapatkan hasil penelitian yang obyektif diperlukan obyek yang setandar, dengan itu obyek penelitiannya pada masyarakat kecamatan Sarang kabupaten Rembang.
3. Subjek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah pihak-pihak yang dianggap dapat memberikan informasi dalam penulisan skripsi ini. Mulai dari wawancara (interview) secara langsung dan quesioner berbentuk angket pertanyaan. Adapun pihak-pihak yang dimaksud mewakili dari tiap-tiap Desa yang
17
(17)
17
akan peneliti jadikan sebagai subjek penelitian, pihak-pihak tersebut adalah :
a. Kepala Desa : 3 orang b. Tokoh Masyarakat : 3 orang c. Masyarakat dari berbagai profesi : 6 orang 4. Sumber Data
a. Data Primer
Data primer dalam penelitian ini adalah data yang langsung diperoleh di lapangan, baik yang diamati oleh penyusun maupun dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh penulis kepada narasumber. Dalam hal ini data yang diperoleh dari hasil wawancara berdasarkan panduan melalui daftar pertanyaan yang dilakukan penyusun terhadap narasumber dalam hal ini adalah beberapa masyarakat di Kecamatan Sarang Kabupaten Rembang.
b.Data Sekunder
Dalam penelitian sering kali disebut bahwa sumber data diluar kata-kata dan tindakan adalah sumber data sekunder, walaupun begitu sumber data ini pun mempunyai peranan yang sangat penting didalam suatu penelitian. Sumber data sekunder atau tambahan ini terdiri dari sumber tertulis, foto dan surat kabar dan lain sebagainya.
5. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penellitian ini, penulis menggunakan tiga teknik pengumpulan data yaitu:
(18)
18 a. Teknik Interview
Interview yang sering disebut juga wawancara atau quesioner lisan, adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh Pewancara (Interview) untuk memperoleh informasi dari Terwawancara (Interviewner). Hal ini dilakukan untuk mendapatkan data yang riil yang ada di lapangan.
b.Observasi
Sering kali orang mengartika observasi adalah sebagai satu proses wawasan yang sempit, yaitu memperhatikan sesuatu dengan menggunakan mata. Didalam pengertian psikologis, observasi atau yang disebut pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu obyek dengan menggunakan seluruh alat indera. Jadi mengobsevasi dapat dilakukan melalui penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba, dan pengecap. Dengan kata lain, apa yang dikatakan ini sebenarnya adalah sebuah pengamatan secara langsung.
6. Analisa Data
Analisa data merupakan bagian yang sangat penting pada suatu penelitian, sebab pada analisa akan mengungkapkan hasil dari penelitian itu sendiri. Analisa data itu sendiri adalah proses penyerdahanaan data kedalam bentuk yang muda dipahami dan diinterprestasikan. Menurut Patton dalam Lexy J. Moleong analisis data merupakan proses mengatur
(19)
19
urutan data, mengkordinasikannya kedalam suatu pola kategori dan satuan uraian dasar18.
Analisa data yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah kualitatif. Dari penelitian ini maka data akan dianalisis dengan penggambaran keadaan obyek berdasarkan data yang obyektif, sehingga data-data yang ada dapat disimpulkan setelah dianalisa terlebih dahulu. Adapun tahapan-tahapan dalam menganalisa data adalah sebagai berikut:
1. Reduksi Data
Merupakan bentuk analisis yang mempertegas, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu-perlu dan mengatur data sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat ditarik dan diverifikasikan.
2. Penyajian Data
Sekumpulan informasi yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan, penyajian data biasanya berupa kata-kata, tabel dan lain sebagainya.
3. Menarik Kesimpulan
Menganalisis dan menguji kebenaran validitas data yang ada. Hasil analisis data dapat diartikan sebagai proses pemeriksaan terhadap alur analisis data untuk mengetahui proses munculnya kesimpulan penelitian.
18
Lexy, J. Moleong, 2003. “Metode Penelitian Kualitatif”. PT. Remaja Rosdakarya, Bandung. Hal 103
(20)
PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KETERLIBATAN
KYAI DALAM POLITIK
(Studi Kasus di Desa Karang Mangu, Desa Bajing Jowo, Desa Bajing Madura Kecamatan Sarang Kabupaten Rembang)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang Sebagai Persyaratan untuk
Mendapatkan Gelar Sarjana (S-1)
Disusun oleh: Abdul Mujib
04230064
JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
(21)
BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI Nama : Abdul Mujib
NIM : 04230064
Jurusan : Ilmu Pemerintahan Program Studi: Strata. 1 (S-1)
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (ISIP)
Judul Skripsi : Persepsi masyarakat terhadap keterlibatan kyai dalam politik (Studi Kasus di Desa Karang Mangu, Desa Bajing Jowo, Desa Bajing Madura Kecamatan Sarang Kabupaten Rembang).
Pembimbing : 1. Drs. Jainuri, M.Si
2. Drs. Asep Nurjaman, M.Si
Tanggal Bimbingan Paraf Pembimbing Keterangan
I II
Tanggal 10-07-2010 Revisi Bab I /Proposal
Tanggal 15-07-2010 ACC Bab I
Tanggal 19-07-2010 Seminar
Tanggal 12-08-2010 Revisi Bab II/III
Tanggal 10-09-2010 ACC Bab II/III
Tanggal 18-03-2011 Bimbingan Bab IV/V
Tanggal 22-03-2011 Revisi Bab IV/V
Tanggal 16-04-2011 ACC Bab IV dan V
Tanggal 17-04-2011 ACC ujian
Malang, 18-04-2011
Mengetahui,
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
(Drs. Jainuri, M.Si) (Drs. Asep Nurjaman, M.Si)
Dekan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
(22)
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN
Nama : Abdul Mujib NIM : 04230064
Jurusan : Ilmu Pemerintahan Program Studi: Strata. 1 (S-1)
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (ISIP)
Judul Skripsi : Persepsi masyarakat terhadap keterlibatan kyai dalam politik (Studi Kasus di Desa Karang Mangu, Desa Bajing Jowo, Desa Bajing Madura Kecamatan Sarang Kabupaten Rembang)
Telah dipertahankan di depan dewan penguji dan dinyatakan diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan (S.IP)
Pada tanggal: 30-April- 2011 Dihadapan Dewan Penguji
1. Prof. H.M. Mas’ud Said. Ph.D (...)
2. Drs. H.Achmadur.Rifa’i, M.Si (...)
3. Drs. Jainuri, M.Si (...)
4. Drs. Asep Nurjaman, M.Si (...)
Mengetahui, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
(23)
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang hanya dengan ridho dan rahmat-Nyalah peneliti dapat menyelesaikan penelitian dengan judul persepsi masyarakat terhadap keterlibatan kyai dalam politik (Studi Kasus di Desa Karang Mangu, Desa Bajing Jowo, Desa Bajing Madura
Kecamatan Sarang Kabupaten Rembang) dengan lancar.
Hasil dari penelitian ini peneliti harapkan dapat menjadi masukan bagi Mahasiswa-Mahasiswi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik berikutnya dalam meneliti fenomena-fenomena terkini, yang tentunya peneliti harapkan harus lebih baik dari penelitian ini.
Dalam Penyusunan Penelitian ini tentunya tidak akan lepas dari segala kekurangan dan kelemahan yang tidak dengan sengaja atau kesadaran. Oleh karenanya dalam perbaikan dan penyempurnaan kedepan, alangkah baiknya saran dan kritik yang membangun dari pihak-pihak yang tertarik terhadap hal ini sangat berarti bagi peneliti.
Dalam kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada para pihak yang telah memberikan bantuan dan dorongan kepada peneliti, sehingga penelitian ini bisa peneliti selesaikan tepat pada waktunya.
1. Kedua orang tuaku, karena pengorbanan dan motivasinya, sehingga kami dapat menyelesaikan perkuliahan sekaligus penulisan skripsi ini.
(24)
2. Bapak Drs. Jainuri, M.Si, kepada beliau kami sampaikan terima kasih dan rasa simpati saya atas motivasi dan pengorbanannya dalam penyelesaian skripsi ini.
3. Bapak Drs. Asep Nurjaman, M.Si, kepada beliau juga kami sampaikan banyak terimakasi atas pengorbanan dan waktu yang diberikan dalam proses bimbingan skripsi
4. Bapak Prof. H.M. Mas’ud Said. Ph.D, selaku penguji terimakasi atas masukan yang diberikan dalam perbaikan skripsi ini
5. Bapak Drs. H.Achmadur.Rifa’i, M.Si, selaku penguji terimakasi atas masukan dan kritikan dalam perbaikan skripsi ini
6. Teman-teman seperjuangan di jurusan Ilmu Pemerintahan angkatan 2004.
thanks friends for all.
Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan seluruh pihak-pihak yang telah memberikan bantuan dan dorongan kepada peneliti, sehingga penelitian ini dapat terselesaikan dengan sempurna, Amin.
Akhirnya peneliti berharap penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi siapapun yang membacanya khususnya bagi mahasiswa Ilmu Pemerintahan dan kalangan yang tertarik dengan kajian politik.
Wassalamu’alaikum, Wr. Wb
Malang, 30-April- 2011
(25)
PERNYATAAN ORISINALITAS
Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Abdul Mujib NIM : 04230064
Jurusan : Ilmu Pemerintahan Program Studi : Strata. 1 (S-1)
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (ISIP)
Menyatakan bahwa karya ilmiah (Skripsi) dengan Judul:
PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KETERLIBATAN KYAI DALAM POLITIK
Adalah bukan karya tulis ilmiah (Skripsi) orang lain, baik sebagian ataupun seluruhnya, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah saya sebutkan sumbernya dengan benar.
Demikian Surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapat sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Malang, 30-April- 2011 Yang menyatakan
Abdul Mujib
(26)
ABSTRAKSI
Abdul Mujib, 04230064. Universitas Muhammadiyah Malang. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jurusan Ilmu Pemerintahan. “Persepsi masyarakat terhadap keterlibatan kyai dalam politik (Studi Kasus di Desa Karang Mangu, Desa Bajing Jowo, Desa Bajing Madura Kecamatan Sarang Kabupaten Rembang)”, Pembimbing I: Drs. Jainuri, M.Si; Pembimbing II: Drs. Asep Nurjaman, M.Si.
Hadirnya permasalahan sosial yang telah berkembang ditengah-tengah masyarakat saat ini, dimana persoalan budaya, ekonomi, politik, hukum dan agama sudah menjadi persoalan publik yang harus segera disikapi oleh kalangan elit agama. Dengan gerakan-gerakan baik yang sruktural (memakai media politik) dan non strktural dengan memakai media kurtural berupa pesantren atau media dakwah lainnya adalah bermuara pada upaya untuk merespon realitas masyarakat yang berkembang. Hal yang menjadi motifasi kyai dalam melakukan aktivitas politiknya lebih didasari atas sebuah pemahaman politik yang dipahami sebagai salah satu media da’wah dalam melakukan perubahan-perubahan nilai-niai yang tersaji ditengah-tengah masyarakat. Dimata masyarakat keberadaan kyai atau ustadz dianggap membawa berkah dan kebaikan. Kyai bukan hanya merupakan seorang tokoh panutan sosial keseharian, melainkan juga seorang tokoh panutan ilmu yang bersedia mengajar dan mewariskan pengetahuannya secara tradisional kapanpun, dimanapun dan setiap waktu, bahkan seiring waktu saat ini sebagian besar kyai juga menjadi panutan masyarakat dalam kaitannya dengan peyikapan-penyikapan politis, bahkan seperti dalam sejumlah kasus Pilkada (Pemilihan Kepala Daerah) di Kabupaten Rembang pada Tahun 2006 lalu, banyak kyai-kyai yang notabennya memiliki massa yang signifikan saling menunjukkan dukungan terhadap pasangan calon bupati dan wakil bupati yang dicalonkannya. Dari fakta diatas, keberadaan kyai terbukti bukan hanya menjadi tokoh panutan sosial bagi lingkungannya dalam kehidupan sehari-hari, melainkan juga tokoh panutan politik bagi masa pengagumnya.
Dari uraian latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana persepsi masyarakat terhadap keterlibatan kyai dalam politik di Desa Karang Mangu, Desa Bajing Jowo, Desa Bajing Madura Kecamatan Sarang Kabupaten Rembang?
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui: Observasi dan wawancara serta dokumentasi. Setelah dilakukan pemeriksaan keabsahanya, data dianalisis dengan cara penyajian data sekaligus dianalisis dan penarikan kesimpulan.
Dari hasil data yang diperoleh (1). Bahwa Pemahaman masyarakat Kecamatan Sarang, khususnya di Desa Karang Mangu, Desa Bajing Jowo, Desa Bajing Madura terhadap keterlibatan kyai dalam politik memang sangat beragam. Sebagian masyarakat menganggap bahwa keterlibatan kyai dalam politik memiliki tujuan untuk kemaslahatan umat. Oleh karena itu banyak yang menaruh
(27)
kekhawatiran dengan keterlibatan kyai dalam politik. Karena dalam pandangan masyarakat sudah terlanjur memiliki persepsi negatif terhadap politik. Namun bagaimanapun juga kyai sangat dibutuhkan untuk mengawal sebuah kebijakan yang bertentangan dengan agama atau sebaliknya. Karena bagaimanapun juga negara kita ini membutuhkan sosok figur yang dapat membangun sebuah negara yang mensejahterakan rakyat dan keadilan. Bagi yang kontra terhadap keterlibatan kyai dalam politik terlihat pada statemennya bahwa peran kyai dalam berpolitik cenderung negatif karena tidak seharusnya kyai melibatkan diri dalam politik praktis yang pada akhirnya akan melunturkan kharismatik sosok kyai. Karena kenyataannya tidak sedikit kyai yang terlibat dalam politik hanya perhatian pada kelompoknya saja. (2) Masalah perasaan masyarakat terhadap keterlibatan kyai dalam politik cenderung negatif, karena selama ini memang sudah jadi dilema, sebab para kyai yang terlibat dalam urusan politik itu pada akhirnya kebanyakan mementingkan duniawinya ketimbang akhiratnya. Selain itu juga masyarakat tidak setuju jika kyai terlibat dalam politik, karena bukan bidangnya mereka manganggap kyai dan politik sama sekali tidak bisa diterima, karena kebanyakan para kyai hanya dijadikan sabagai penggembira saja bukan sebagai panutan bagi umat. Hubungan masyarakat dan kyai yang ada di Kecamatan Sarang cukup harmonis, hanya saja terbentur oleh kondisi yang tidak memungkinkan untuk berkomunikasi secara langsung karena berbagai kepentingan oleh sang kyai. Masyarakat kesulitan untuk berkomunikasi langsung dengan kalangan ini, fakta di lapangan adalah untuk menyampaikan sesuatu terkadang masyarakat harus melewati staf-staf khusus (pembisik) yang terbuka kemungkinan untuk memiliki persepsi berbeda dari kyainya sendiri. (3) Dasar keterlibatan kyai dalam politik adalah untuk mendorong umat ke arah yang lebih baik dan membentuk kerukunan antar umat beragama sekaligus menjadikan manusia untuk berbuat bertaubat. Hal tersebut merupakan tindakan amar makruf nahi mungkar dan tidak sampai melupakan tugas kyai yang pokok dalam agama yaitu menunjukkan umat tentang sebuah kebenaran. Hal ini tentu mencerminkan perilaku ajaran rasulullah. Maka, ketika kyai berpolitik, ia mengemban misi risalah Nabi. Atas dasar ini, tentunya kyai tidak boleh salah, sebab berpolitik termasuk salah satu bagian ijtihad dan ijtihat bagian dari risalahnya.
Meyetujui,
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
(28)
ABSTRACT
Abdul Mujib, 04230064. Muhammadiyah University of Malang. Faculty of Social and Political Sciences, Department of Government. "The perception of society towards the involvement of clerics in politics (Case Study in the village of Karang Mangu, Bajing Jowo, Bajing Madura, Sub-district Sarang, Regency of Rembang)", Advisor I: Drs. Jainuri, M. Si; Advisors II: Drs. Asep Nurjaman, M.Si.
The presence of social problems that have developed in the midst of today's society, where issues of culture, economics, politics, law and religion has become a public issue that must be addressed by the religious elite. With movements both sruktural (political media use) and non strktural kurtural media using a boarding or other propaganda media is led to the attempt to respond to evolving community realities. It is a motivation clerics in doing more political activity based on an understanding of politics which is understood as a medium of proselytizing in the make changes value’s presented in the midst of society. Eyes of the public presence of clerics or cleric thought to bring blessings and goodness. Clerics not only is an everyday social role models, but also a science role models who are willing to teach and pass on traditional knowledge anytime, anywhere and any time, even as time is currently largely clerics also became a role model of society in relation to political attitude, even as in some cases elections (Election of Regional Head) in Rembang in the year 2006, many religious scholars, clerics who most have a significant mass of each show support for candidates that regent and deputy regent nominated. From the above facts, the existence of religious scholars not only proved to be a social role model for the environment in everyday life, but also a role model for future political admirers.
From the description above background, so that the formulation of the problem in this research is how the public perception of the involvement of clerics in politics in the village of Karang Mangu, Bajing Jowo, Bajing Madura, Sub-district Sarang, Regency of Rembang?
This research was conducted using a qualitative approach with descriptive methods. Technique of data collecting is done through: Observations and interviews and documentation. After validity examination, data were analyzed by way of presenting the data at once analyzed and conclusion.
From the data obtained (1). That understanding, Sarang society, especially in the village of Karang Mangu, Bajing Jowo, Bajing Madura against the involvement of clerics in politics is very diverse. Most people assume that the involvement of clerics in politics has a purpose to benefit the people. Therefore many who put the concerns with the involvement of clerics in politics. Because in the view of people already have negative perceptions of politics. However clerics are needed to escort a policy that is contrary to religion or vice versa. Because after all our country takes the figure of a figure who can build a country prosper
(29)
the people and justice. For the cons of the involvement of clerics in politics seen in a statement that the role of clerics in politics tend to be negative because clerics should not involve themselves in practical politics that will ultimately release the charismatic figure of clerics. Because in fact not a few clerics who engage in politics only attention to the group alone. (2) The problem of the involvement of the community feeling of clerics in politics tend to be negative, as long as it's been a dilemma, because the clerics involved in political affairs is ultimately most concerned with worldly rather than akhiratnya. In addition, people do not agree if the clerics involved in politics, because it is not their field clerics and political assume totally unacceptable, because most of the clerics were just the cheerleaders sabagai just not as a role model for people. Public relations and clerics who are quite harmonious, Sarang, it's just hit by a condition that is not possible to communicate directly because of various interests by the clerics. Society difficulty to communicate directly with these circles, the facts on the ground is to convey something people sometimes have to pass a special staff (prompter), which opens the possibility to have different perceptions of clerics own. (3) Primary involvement of clerics in politics is to encourage people towards a better and establish inter-religious harmony as well as making man to do repent. It is an act of kindness amar makruf nahi mungkar and not to forget that the main task of religious scholars in religion that is showing people about the truth. This certainly reflects the behavior of the teachings of the prophet. So, when clerics politics, he has the mission of the Prophet treatise. On this basis, of course clerics should not be mistaken, because politics is one of ijtihad and ijtihat part of his message.
Approved,
Advisors I Advisors II
(30)
DAFTAR ISI
Lembar Persetujuan ... i
Lembar Pengesahan ... ii
Lembar Pernyataan ... iii
Lembar Persembahan ... iv
Kata pengantar ... v
Abstraksi ... vi
Daftar Isi ... vii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 10
C. Tujuan Penelitian ... 10
D. Manfaat Penelitian ... 11
E. Definisi Konseptual ... 12
F. Definisi Operasional ... 15
G. Metode Penelitian ... 16
1. Jenis Penelitian ... 16
2. Lokasi Penelitian ... 16
3. Subyek Penelitian ... 16
4. Sumber Data ... 17
5. Teknik Pengumpulan Data ... 17
6. Teknik Analisa Data ... 18
BAB II KAJIAN TEORI A. Pengertian Persepsi Masyarakat.. ... 20
1. Persepsi Masyarakat ... 20
2. Faktor yang Mempengaruhi Persepsi di Masyarakat ... 22
3. Proses Terjadinya Persepsi ... 24
4. Jenis-jenis Persepsi ... 25
(31)
B. Kyai ... 27
1. Pengertian Kyai ... 27
2. Figur Kyai Dalam Konsep ... 29
3. Perilaku Kyai Dalam Politik ... 32
4. Perkembangan Peran Kyai ... 34
C. Perubahan Persepsi dan Perilaku Politik Masyarakat ... 40
BAB III. DESKRIPSI WILAYAH A. Potensi Wilayah ... 47
1. Kondisi Geografis Kabupaten Rembang ... 47
2. Kecamatan Sarang... 48
3. Desa Karangmangu ... 49
4. Desa Bajingjowo ... 51
5. Desa Bajingmeduro ... 52
BAB IV. PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA A. Aspek Kongitif (Pemahaman) ... 55
1. Pemahaman Masyarakat terhadap Politik Kyai ... 55
2. Pemahaman Masyarakat terhadap Peran Kyai dalam Politik ... 60
B. Aspek Afektif (Perasaan)... 90
1. Sikap Masyarakat terhadap Politik Kyai ... 65
2. Hubungan Masyarakat dengan Kyai yang Terlibat dalam Politik ... 69
C. Aspek Motivasi (Perilaku) ... 74
1. Perilaku Kyai dalam Politik ... 74
2. Dasar Kyai dalam Berpolitik ... 79
BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan ... 86
B. Saran ... 88 DAFTAR PUSTAKA
(32)
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Syani, 1994. “Sosiologi Skematika, Teori dan Terapan”, Bumi Aksara, Jakarta
Ali Maschan Moesa, 1999. “Kyai Dan Politik, Dalam Wacana Sivil Societi”. LEPKISS, Jakarta
___________, 2006. “Agama dan Politik: Study Kontruksi Sosial Kyai Tentang Nasionalisme Pasca Orde Baru”. PPS Unair, Surabaya
Azwar, Saifudin. 2002. “Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya”. Edisi Ke 2, Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Bimo Walgito, 1994. “Psikologi Suatu Pengantar”. Andi Offset, jogyakarta Chaplin, J.P, 1999. “Kamus Lengkap Psikologi (Edisi 5)”, PT. Raja Grafindo
persada, Jakarta,
Duveger Mauricio, 1993. “Sosiologi Politik”. Gramedia, Jakarta
Endang Turmudi. 2003, “Perselingkuhan Kyai Dan Kekuasaan”, LKIS, Yogyakarta
Hersey, P & Blancard, K, 1992. “Menegement Of Organization Behaviour,
Utilitizing Human Resources”, New Jersey: Engle Wood Cliffs Prentice
Ibnu Qoyyin Ismail, 1997. “Kyai Penghulu Jawa, Perannya di Masa Kolonial”. Gema Insani Press, Jakarta
Irwanto, dkk, 1996. “Psikologi Umum Panduan Mahasiswa”. Gramedia, Jakarta Khoirul Ummatin, 2002. “PrilakuPolitik Kyai”. Pustaka Belajaar, Yogyakarta Kuntowijoyo, 1997. “Identitas Poltik Islam”. Mizan, Yogyakarta
Jalaludi Rachmat, 1995, “Metodologi Penelitian Komunikasi”. Remaja Kosda Karya
Johnson Doyla Paul, 1986. “Teori Sosiologi Jilid I”. Gramedia, Jakarta
Lexy, J. Moleong, 2003. “Metode Penelitian Kualitatif”. PT. Remaja Rosdakarya, Bandung
(33)
Mahmud Dimyati, 1990. “Psikologi Suatu Pengantar”, BPEE, Yogyakarta
Mas’ud Said, 2005. “Arah Baru Otonomi Daerah di Indonesia”. UMM Pres, Malang
Mulyono TW. “Tahap-Tahap Penelitian Sosial”. UGM, Jogyakarta
Miftah, Toha, “Prilaku Oragnisasi, Konsep Dasar dan Aplikasi”, PT. Raja Grafindo, Jakarta
Nasikun J. 1991. “Kerangka Konseptual Perumusan Indikator Kesejahteraan Keluarga dalam Seminar Dampak Industri dan Penggeseran Peran Perempuan Terhadap Kestabilan dan Kesejahteraan Keluarga”. Penerbit Jurusan Sosiologi FISIPOL UGM Yogyakarta. Makalah tidak diterbitkan
Ramalan Subakti, 1992. “Memahami Ilmu politik”. Gramedia, Jakarta Sofyan Efendi dkk, 1989. “Metodologi Penelitian Survei”. LP3ES, Jakarta Soelaeman, Munandar, 2001. “Ilmu Sosial Dasar”, Reifika Aditama, Bandung Soekamto, Soerjono, 1978. “Sosiologi Suatu Pengantar”, Rajawali Press, Jakarta ___________. 1990. “Sosiologi Ruang Lingkup dan Aplikasinya”. Bandung :
Remaja Rosdakarya
Siti Yulianti, 2004. “Revalitas Pesantren: Pasang Surut Peran dan Fungsi Pesantren”. Majalah Bina Pesantren, Edisi 02,2006
Slamet As Yusuf, 1999.”Psikologi Umum (Edisi Revisi)”, Mandar Maju Tridayakisni, 2001 .“Psikologi Sosial”, UMM Press, Malang
Weber,London. Indrawijaya, adam. 2000. “Perilaku Organisasi”, Bandung: Sinar Baru Algesindo
Wirawan, 1995. “Teori-teori Psikologi Sosial”,Rajawali”, Jakarta Yosef MJ, 1978. “Psikologi Sosial” CV Diponegoro, Jakarta
Zainal Arifin Thoha. “Runtuhnya Singgasana Kyai” Kutub Pres, Jakarta
Zeitlin. 1998. “Memahami Kembali Sosiologi, Kritik Terhadap Teori Ssosiologi Kontempoprer”, Penerjemah Anshori dan Juanda. Yogyakarta : Gajah Mada University Press
(34)
Sumber lain:
Agus Hilma, 2008. “analis pada Centre for Social Analysis and Transformation (CSAT) di Jakarta” ([email protected]). Jawa Pos Online.
April 25
Artikel Sosialita, 2008. “http://lenterapena.wordpress.com/pilkada-dan-perselingkuhan-kyai/.” April, 13, pada 9:30 am
H. Mauluddin Soni. “Kyai Dalam Kancah Politik Nasional” http://arsip.pontianakpost.com . Jumat, 6 Juni 2003
Irham Sya’roni, 2007. “http://irhamku.blogspot.com/2007/05/moralitas-politik-kyai.html”. Rabu, May, 24
Majalah Bina Pesantren. “Revitalisasi Pesantren: Pasang Surut Peran dan Fungsi Pesantren”. Edisi 02, 2006
(35)
LAMPIRAN 1
Hasil pemilu 2004 Desa Karang Mangu
No Partai Jumlah %
1 PPP 1.103 29,8
2 P. Demokrat 791 21,3
3 PKB 40 30,3
4 P. Golkar 1.124 11,0
5 PAN 171 4,6
6 PBB 53 1,4
7 PKS 23 0,6
8 Golput 27 0,7
Jumlah 3.701 100%
Sumber: KPUD Kabupaten Rembang, 2004
Hasil pemilu 2009 Desa Karang Mangu
No Partai Jumlah %
1 PPP 1.703 44,1
2 P. Demokrat 971 25,1
3 PKB 603 15,6
4 P. Golkar 315 8,1
5 PAN 102 2,6
6 PBB 10 0,2
7 P.Hanura 56 1,4
8 P. Gerindra 23 0,5
9 PKS 71 1,8
10 Golput 5 0,1
Jumlah 3.859 100%
(36)
LAMPIRAN 2
Hasil pemilu 2004 Desa Bajing Jowo
No Partai Jumlah %
1 PPP 831 32,9
2 P. Demokrat 230 9,1
3 PKB 601 23,8
4 P. Golkar 618 24,5
5 PAN 15 0,5
6 PBB 209 8,2
7 PKS 5 0,1
8 Golput 11 0,4
Jumlah 2.520 100%
Sumber: KPUD Kabupaten Rembang, 2004
Hasil pemilu 2009 Desa Bajing Jowo
No Partai Jumlah %
1 PPP 1.957 72,2
2 P. Demokrat 625 23,0
3 PKB 315 11,6
4 P. Golkar 203 7,4
5 PAN 30 1,0
6 PBB 12 0,4
7 P.Hanura 92 1,4
8 P. Gerindra 78 2,8
9 PKS 25 0,9
10 Golput 272 10,0
Jumlah 2.709 100%
(37)
LAMPIRAN 3
Hasil pemilu 2004 Desa Bajing Madura
No Partai Jumlah %
1 PPP 497 39,1
2 P. Demokrat 115 9,0
3 PKB 90 7,4
4 P. Golkar 436 34,3
5 PDIP 104 8,1
6 PBB 23 1,8
7 Golput 5 0,3
Jumlah 1.270 100%
Sumber: KPUD Kabupaten Rembang, 2004
Hasil pemilu 2009 Desa Bajing Madura
No Partai Jumlah %
1 PPP 593 45,9
2 P. Demokrat 212 16,4
3 PKB 220 17,5
4 P. Golkar 215 16,6
5 PBB 10 0,7
6 P.Hanura 5 0,3
7 PDIP 20 1,5
8 Golput 15 1,1
Jumlah 1.290 100%
(1)
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Syani, 1994. “Sosiologi Skematika, Teori dan Terapan”, Bumi Aksara, Jakarta
Ali Maschan Moesa, 1999. “Kyai Dan Politik, Dalam Wacana Sivil Societi”. LEPKISS, Jakarta
___________, 2006. “Agama dan Politik: Study Kontruksi Sosial Kyai Tentang Nasionalisme Pasca Orde Baru”. PPS Unair, Surabaya
Azwar, Saifudin. 2002. “Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya”. Edisi Ke 2, Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Bimo Walgito, 1994. “Psikologi Suatu Pengantar”. Andi Offset, jogyakarta Chaplin, J.P, 1999. “Kamus Lengkap Psikologi (Edisi 5)”, PT. Raja Grafindo
persada, Jakarta,
Duveger Mauricio, 1993. “Sosiologi Politik”. Gramedia, Jakarta
Endang Turmudi. 2003, “Perselingkuhan Kyai Dan Kekuasaan”, LKIS, Yogyakarta
Hersey, P & Blancard, K, 1992. “Menegement Of Organization Behaviour, Utilitizing Human Resources”, New Jersey: Engle Wood Cliffs Prentice
Ibnu Qoyyin Ismail, 1997. “Kyai Penghulu Jawa, Perannya di Masa Kolonial”. Gema Insani Press, Jakarta
Irwanto, dkk, 1996. “Psikologi Umum Panduan Mahasiswa”. Gramedia, Jakarta Khoirul Ummatin, 2002. “PrilakuPolitik Kyai”. Pustaka Belajaar, Yogyakarta Kuntowijoyo, 1997. “Identitas Poltik Islam”. Mizan, Yogyakarta
Jalaludi Rachmat, 1995, “Metodologi Penelitian Komunikasi”. Remaja Kosda Karya
Johnson Doyla Paul, 1986. “Teori Sosiologi Jilid I”. Gramedia, Jakarta
Lexy, J. Moleong, 2003. “Metode Penelitian Kualitatif”. PT. Remaja Rosdakarya, Bandung
(2)
Mahmud Dimyati, 1990. “Psikologi Suatu Pengantar”, BPEE, Yogyakarta
Mas’ud Said, 2005. “Arah Baru Otonomi Daerah di Indonesia”. UMM Pres, Malang
Mulyono TW. “Tahap-Tahap Penelitian Sosial”. UGM, Jogyakarta
Miftah, Toha, “Prilaku Oragnisasi, Konsep Dasar dan Aplikasi”, PT. Raja Grafindo, Jakarta
Nasikun J. 1991. “Kerangka Konseptual Perumusan Indikator Kesejahteraan Keluarga dalam Seminar Dampak Industri dan Penggeseran Peran Perempuan Terhadap Kestabilan dan Kesejahteraan Keluarga”. Penerbit Jurusan Sosiologi FISIPOL UGM Yogyakarta. Makalah tidak diterbitkan
Ramalan Subakti, 1992. “Memahami Ilmu politik”. Gramedia, Jakarta Sofyan Efendi dkk, 1989. “Metodologi Penelitian Survei”. LP3ES, Jakarta Soelaeman, Munandar, 2001. “Ilmu Sosial Dasar”, Reifika Aditama, Bandung Soekamto, Soerjono, 1978. “Sosiologi Suatu Pengantar”, Rajawali Press, Jakarta ___________. 1990. “Sosiologi Ruang Lingkup dan Aplikasinya”. Bandung :
Remaja Rosdakarya
Siti Yulianti, 2004. “Revalitas Pesantren: Pasang Surut Peran dan Fungsi Pesantren”. Majalah Bina Pesantren, Edisi 02,2006
Slamet As Yusuf, 1999.”Psikologi Umum (Edisi Revisi)”, Mandar Maju Tridayakisni, 2001 .“Psikologi Sosial”, UMM Press, Malang
Weber,London. Indrawijaya, adam. 2000. “Perilaku Organisasi”, Bandung: Sinar Baru Algesindo
Wirawan, 1995. “Teori-teori Psikologi Sosial”, Rajawali”, Jakarta Yosef MJ, 1978. “Psikologi Sosial” CV Diponegoro, Jakarta
Zainal Arifin Thoha. “Runtuhnya Singgasana Kyai” Kutub Pres, Jakarta
Zeitlin. 1998. “Memahami Kembali Sosiologi, Kritik Terhadap Teori Ssosiologi Kontempoprer”, Penerjemah Anshori dan Juanda. Yogyakarta : Gajah Mada University Press
(3)
Sumber lain:
Agus Hilma, 2008. “analis pada Centre for Social Analysis and Transformation (CSAT) di Jakarta” ([email protected]). Jawa Pos Online. April 25
Artikel Sosialita, 2008. “http://lenterapena.wordpress.com/pilkada-dan-perselingkuhan-kyai/.” April, 13, pada 9:30 am
H. Mauluddin Soni. “Kyai Dalam Kancah Politik Nasional” http://arsip.pontianakpost.com . Jumat, 6 Juni 2003
Irham Sya’roni, 2007. “http://irhamku.blogspot.com/2007/05/moralitas-politik-kyai.html”. Rabu, May, 24
Majalah Bina Pesantren. “Revitalisasi Pesantren: Pasang Surut Peran dan Fungsi Pesantren”. Edisi 02, 2006
(4)
LAMPIRAN 1
Hasil pemilu 2004 Desa Karang Mangu
No Partai Jumlah %
1 PPP 1.103 29,8
2 P. Demokrat 791 21,3
3 PKB 40 30,3
4 P. Golkar 1.124 11,0
5 PAN 171 4,6
6 PBB 53 1,4
7 PKS 23 0,6
8 Golput 27 0,7
Jumlah 3.701 100%
Sumber: KPUD Kabupaten Rembang, 2004
Hasil pemilu 2009 Desa Karang Mangu
No Partai Jumlah %
1 PPP 1.703 44,1
2 P. Demokrat 971 25,1
3 PKB 603 15,6
4 P. Golkar 315 8,1
5 PAN 102 2,6
6 PBB 10 0,2
7 P.Hanura 56 1,4
8 P. Gerindra 23 0,5
9 PKS 71 1,8
10 Golput 5 0,1
Jumlah 3.859 100%
(5)
LAMPIRAN 2
Hasil pemilu 2004 Desa Bajing Jowo
No Partai Jumlah %
1 PPP 831 32,9
2 P. Demokrat 230 9,1
3 PKB 601 23,8
4 P. Golkar 618 24,5
5 PAN 15 0,5
6 PBB 209 8,2
7 PKS 5 0,1
8 Golput 11 0,4
Jumlah 2.520 100%
Sumber: KPUD Kabupaten Rembang, 2004
Hasil pemilu 2009 Desa Bajing Jowo
No Partai Jumlah %
1 PPP 1.957 72,2
2 P. Demokrat 625 23,0
3 PKB 315 11,6
4 P. Golkar 203 7,4
5 PAN 30 1,0
6 PBB 12 0,4
7 P.Hanura 92 1,4
8 P. Gerindra 78 2,8
9 PKS 25 0,9
10 Golput 272 10,0
Jumlah 2.709 100%
(6)
LAMPIRAN 3
Hasil pemilu 2004 Desa Bajing Madura
No Partai Jumlah %
1 PPP 497 39,1
2 P. Demokrat 115 9,0
3 PKB 90 7,4
4 P. Golkar 436 34,3
5 PDIP 104 8,1
6 PBB 23 1,8
7 Golput 5 0,3
Jumlah 1.270 100%
Sumber: KPUD Kabupaten Rembang, 2004
Hasil pemilu 2009 Desa Bajing Madura
No Partai Jumlah %
1 PPP 593 45,9
2 P. Demokrat 212 16,4
3 PKB 220 17,5
4 P. Golkar 215 16,6
5 PBB 10 0,7
6 P.Hanura 5 0,3
7 PDIP 20 1,5
8 Golput 15 1,1
Jumlah 1.290 100%