Peraturan Tentang Tindak Pidana Pembunuhan

b Diikuti, disertai, dan didahului dengan tindak pidana lain c Untuk menyiapkanmemudahkan pelaksanaan dari tindak pidana yang akan, sedang atau telah dilakukan d Untuk menjamin tidak dapat dipidananya diri sendiri atau lainnya peserta dalam tindak pidana yang bersangkutan e Untuk dapat menjamin tetap dapat dikuasainya benda yang telah diperoleh secara melawan hukum, dalam ia mereka kepergok pada waktu melaksanakan tindak pidana c. Pembunuhan Berencana Tindak pidana ini diatur dalam Pasal 340 KUHP, yang menyebutkan sebagai berikut : “Barangsiapa dengan sengaja dan dengan direncanakan terlebih dahulu merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan berencana, dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara selama waktu tertentu paling lama dua puluh tahun.” Dari rumusan tersebut, maka unsur-unsur pembunuhan berencana adalah sebagai berikut: 1 Unsur subyektif: a Dilakukan dengan sengaja b Direncanakan terlebih dahulu 2 Unsur obyektif : menghilangkan nyawa orang lain. Jika unsur-unsur di atas telah terpenuhi, dan seorang pelaku sadar dan sengaja akan timbulnya suatu akibat tetapi ia tidak membatalkan niatnya, maka ia dapat dikenai Pasal 340 KUHP. d. Pembunuhan yang Dilakukan dengan Permintaan yang Sangat dan Tegas oleh Korban Sendiri Jenis kejahatan ini mempunyai unsur khusus, atas permintaan yang tegas uitdrukkelijk dan sungguh-sungguh nyata ernstig. Tidak cukup hanya dengan persetujuan belaka, karena hal itu tidak memenuhi perumusan Pasal 344 KUHP: “barangsiapa yang merampas jiwa orang lain atas permintaan yang sangat tegas dan sungguh-sungguh, orang itu dipidana dengan penjara paling tinggi dua belas tahun” 2. Pembunuhan yang di lakukan dengan tidak sengaja Tindak pidana yang dilakukan dengan tidak sengaja merupakan bentuk kejahatan yang akibatnya tidak dikehendaki oleh pelaku. Kejahatan ini diatur dalam Pasal 359 KUHP, yang rumusannya sebagai berikut: “Barangsiapa karena kealpaannya menyebabkan matinya orang lain, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau kurungan paling lama satu tahun.”

D. Tindak Pidana Pembunuhan Berencana

Tindak pidana pembunuhan berencana diatur oleh Pasal 340 KUHP yang bunyinya sebagai berikut: “Barangsiapa dengan sengaja dan dengan rencana lebih dahulu menghilangkan nyawa orang lain dihukum karena salahnya pembunuhan berencana, dengan hukuman mati atau hukuman seumur hidup atau penjara sementara selama- lamanya dua puluh tahun.” Pengertian “dengan rencana lebih dahulu” menurut M.v.T. pembentukan Pasal 340 diutarakan, antara lain: “dengan rencana lebih dahulu” diperlukan saat pemikiran dengan tenang. Untuk itu sudah cukup si pelaku berpikir sebentar saja sebelum atau pada waktu ia menyadari apa yang dilakukannya.” M. H. Tirtaamidjaja mengutarakan “direncanakan lebih dahulu” antara lain sebagai berikut: “bahwa ada suatu jangka waktu, bagaimanapun pendeknya untuk mempertimbangkan, untuk berpikir dengan tenang.” 31 Beberapa unsur dalam pembunuhan berencana sebagaimana diatur dalam pasal di atas adalah sebagai berikut: 1. “Barangsiapa” merupakan suatu istilah orang yang melakukan; 2. Dengan sengaja, yang berarti mengandung unsur kesengajaan dolus; 3. “Dengan rencana lebih dahulu” diperlukan saat pemikiran dengan tenang. Untuk itu sudah cukup si pelaku berpikir sebentar saja sebelum atau pada waktu ia menyadari apa yang dilakukannya ”; 4. Menghilangkan nyawa orang lain berarti perbuatan yang mengakibatkan hilangnya nyawa seseorang. 31 Leden Marpaung, 2000, Tindak Pidana Terhadap Nyawa dan Tubuh, Jakarta: Sinar Grafika, hlm 31

E. Pertimbangan Hakim dalam Menjatuhkan Pidana

Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka dalam ketentuan ini mengandung pengertian bahwa kekuasaan kehakiman bebas dari segala campur tangan pihak kekuasaan ekstra yudisial, kecuali hal-hal sebagaimana disebut dalam Undang-undang Dasar 1945. Kebebasan dalam melaksanakan wewenang yudisial bersifat tidak mutlak karena tugas hakim alah menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila, sehingga putusannya mencerminkan rasa keadilan rakyat Indonesia. Hakim dalam pemeriksaan suatu perkara juga memerlukan adanya pembuktian, dimana hasil dari pembuktian itu kan digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam memutus perkara. Pembuktian merupakan tahap yang paling penting dalam pemeriksaan di persidangan. Pembuktian bertujuan untuk memperoleh kepastian bahwa suatu peristiwafakta yang diajukan itu benar-benar terjadi, guna mendapatkan putusan hakim yang benar dan adil. Hakim tidak dapat menjatuhkan suatu putusan sebelum nyata baginya bahwa peristiwafakta tersebut benar-benar terjadi, yakni dibuktikan kebenaranya, sehingga nampak adanya hubungan hukum antara para pihak. Seorang hakim diwajibkan untuk menegakkan hukum dan keadilan dengan tidak memihak. Hakim dalam memberi suatu keadilan harus menelaah terlebih dahulu tentang kebenaran peristiwa yang diajukan kepadanya kemudian memberi penilaian terhadap peristiwa tersebut dan menghubungkannya dengan hukum yang berlaku. Setelah itu hakim baru dapat menjatuhkan putusan terhadap peristiwa tersebut.