UJI EFEK ANTIFUNGI FRAKSI n-HEKSANA, ETIL ASETAT, DAN ETANOL BIJI JINTAN HITAM (Nigella sativa L.) TERHADAP PERTUMBUHAN Candida albicans SECARA IN VITRO

SKRIPSI
MUHAMAD ZULKIPLI HARDI

UJI EFEK ANTIFUNGI FRAKSI n-HEKSANA, ETIL
ASETAT, DAN ETANOL BIJI JINTAN HITAM
(Nigella sativa L.) TERHADAP PERTUMBUHAN
Candida albicans SECARA IN VITRO

PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2012

SKRIPSI
MUHAMAD ZULKIPLI HARDI

UJI EFEK ANTIFUNGI FRAKSI n-HEKSANA, ETIL
ASETAT, DAN ETANOL BIJI JINTAN HITAM
(Nigella sativa L.) TERHADAP PERTUMBUHAN
Candida albicans SECARA IN VITRO


PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2012
i

Lembar Pengesahan

UJI EFEK ANTIFUNGI FRAKSI n-HEKSANA, ETIL ASETAT,
DAN ETANOL BIJI JINTAN HITAM (Nigella sativa L.)
TERHADAP PERTUMBUHAN Candida albicans
SECARA IN VITRO

SKRIPSI
Dibuat untuk memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Farmasi pada
Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Malang
2012

Oleh:

MUHAMAD ZULKIPLI HARDI
NIM : 08040024

Disetujui Oleh:

Pembimbing I

Pembimbing II

Ahmad Shobrun Jamil, S.Si.,MP.
NIP UMM. 11309070469

Drs. Herra Studiawan, MS, Apt.
NIP. 195703101986011001

ii

Lembar Pengujian

UJI EFEK ANTIFUNGI FRAKSI n-HEKSANA, ETIL ASETAT,

DAN ETANOL BIJI JINTAN HITAM (Nigella sativa L.)
TERHADAP PERTUMBUHAN Candida albicans
SECARA IN VITRO

SKRIPSI
Telah diuji dan dipertahankan di depan tim penguji
pada tanggal 10 Juli 2012

Oleh:
MUHAMAD ZULKIPLI HARDI
08040024

Tim Penguji :
Penguji I

Penguji II

Ahmad Shobrun Jamil, S. Si, MP.

Drs. Herra Studiawan, MS, Apt.

Penguji III

Penguji IV

Siti Rofida, S.Si., Apt.

Engrid Juni A., S.Farm., Apt.

iii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum, Wr. Wb
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul
“Uji Efek Antifungi Fraksi n-Heksana, Etil asetat, dan Etanol Biji Jintan
Hitam (Nigella sativa L.) terhadap Pertumbuhan Candida albicans Secara In
Vitro” Untuk memenuhi salah satu persyaratan akademik dalam menyelesaikan
Program Sarjana Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Malang.

Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada manusia pilihan, dan
panutan yang baik dalam segala hal dalam menjalani kehidupan yaitu Nabi kita
Muhammad SAW, yang telah membimbing kita menuju sebuah cahaya kebenaran
yakni agama Islam serta yang kita harapkan syafa’atnya di hari akhir nanti. Amin.
Dalam proses penyusunan skripsi ini penulis tidak terlepas dari berbagai
hambatan dan kesulitan. Namun berkat bimbingan dan bantuan berbagai pihak,
penulis dapat menyelesaikannya. Untuk itu, penulis menyampaikan rasa terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1.

Tri Lestari H.,M. Kep., Sp.Mat selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan,
Universitas Muhammadiyah Malang.

2.

Dra. Uswatun Chasanah, Apt., M.Kes. selaku Ketua Program Studi Farmasi
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Malang.

3.


Drs. Herra Studiawan, MS, Apt., selaku dosen pembimbing I, yang dengan
segala kesabaran, nasehat, kebijaksanaan dan ketelatenan beliau, telah
membimbing penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
Tugas akhir ini.

4.

Ahmad Shobrun Jamil, S.Si., M.P. selaku dosen pembimbing II atas
dukungan, bimbingan, arahan dan bantuan yang telah diberikan.

iv

5.

Siti Rofida, S.Si., Apt. selaku dosen penguji atas semua saran dan kritik
yang diberikan agar skripsi ini menjadi lebih baik.

6.

Engrid Juni A., S.Farm., Apt. selaku dosen penguji atas semua saran dan

kritik yang diberikan agar skripsi ini menjadi lebih baik.

7.

Dra. Lilik Yusetyani, Apt., SpFRS selaku kepala laboratorium program
studi farmasi.

8.

dr. Hawin Nurdiana, M.Kes. selaku kepala laboratium Biomedik PPD UMM
yang telah memberikan izin untuk menggunakan laboratorium.

9.

Yang tercinta Ibu (Hj. Halimah) dan Bapak (H. Rahiman) yang tidak terkira
jasanya dalam mendidik peneliti dari kecil hingga dewasa dengan penuh
kasih sayang, serta doa yang selalu dipanjatkan untuk kesuksesan anakanaknya sehingga peneliti dapat menyelesaikan studinya dengan baik.

10.


Kakak tercinta Susilawati Anggraini dan adikku Sukron Yasin yang telah
memberi dorongan pada peneliti agar lebih semangat dari awal hingga akhir
dalam menyelesaikan penelitian skripsi ini.

11.

Fela Mufidah, atas semangat, dukungan dan arahan serta kasih sayang dan
perhatiannya selama ini kepada peneliti agar peneliti dapat menyelesaikan
skripsi ini.

12.

Bayu Prasaja, sahabatku serta teman seperjuanganku dalam penelitian dari
awal sampai akhir, Anna Tresia teman curhatku, atas nasehat dan saran yang
telah diberikan.

13.

Teman sebimbingan lainnya Wawan Andriansyah, Eva Anggreani, Dahniar
Tawainella, Astri Ariani, dan Prisca Yuniar Mayasari, atas kerja sama dan

pengertian selama penyusunan dan penyelesaian skripsi ini.

14.

Laboran-laboran Laboratorium program studi farmasi dan Laboratorium
Biomedik, Mbak Susi, Mas Ferdy, Mas Sigit, Mas Fendy, Mbak Fat, Pak
Joko atas segala bentuk bantuan dan kerja samanya selama penelitian.

15.

Teman-teman farmasi angkatan ’08 atas motivasi dan semangatnya yang
tidak bisa penulis tulis satu per satu.

16.

Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah
memberikan bantuannya, baik moril maupun material.

v


Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan pada
penyusunan tugas akhir ini. sehingga penulis sangat mengharapkan masukan dari
berbagai pihak. Semoga tugas akhir ini dapat memberikan manfaat bagi penulis
dan pembaca, menjadi sumbangan yang berguna bagi perkembangan ilmu
pengetahuan serta dapat bermanfaat bagi semua pihak. Amiin...
Wassalamu’alaikum,Wr. Wb
Malang, 10 Juli 2012
Penulis,

Muhamad Zulkipli Hardi

vi

RINGKASAN

Kandidosis adalah penyakit jamur, yang bersifat akut atau subakut
disebabkan oleh spesies Candida, biasanya oleh spesies Candida albicans dan
dapat mengenai mulut, vagina, kulit, kuku, brongki, atau paru, kadang-kadang
dapat menyebabkan septikemia, endokarditis, atau meningitis. Lebih dari 150
spesies Candida telah diidentifikasi. Sebanyak paling sedikit 70 % infeksi

Candida pada manusia disebabkan oleh Candida albicans, sisanya disebabkan
oleh C. tropicalis, C. parapsilosis, C. guillermondii, C. kruzei, dan beberapa
spesies Candida yang lebih jarang. Akhir-akhir ini, tren dalam menggunakan
tanaman obat tradisional (herbal) sebagai pilihan pengobatan dan diet makanan
sehari-hari kembali mengemuka karena obat tradisional terbukti relatif aman
asalkan cara penggunaannya benar dengan dosis yang tepat dan dengan indikasi
yang tepat pula dan jarang sekali menimbulkan efek samping. Salah satu tanaman
berkhasiat obat yang saat ini menjadi fenomena dalam pengobatan alternatif
adalah habbatussauda atau jintan hitam.
Nigella sativa adalah salah satu ramuan tradisional yang sering
dimanfaatkan dan dikenal juga dengan sifat penyembuhan. Tanaman ini telah
dikenal sejak ribuan tahun lalu dan telah digunakan secara luas oleh masyarakat
india dan timur tengah untuk mengobati berbagai macam penyakit sakit kepala,
batuk, sakit perut, diare, asma, rematik, dan penyakit lainnya. Salah satu
kandungan jintan hitam adalah minyak volatil. Komponen utama minyak volatil,
adalah timokuinon, timohidrokuinon, ditimokuinon, dan timol terbukti mampu
menghambat pertumbuhan bakteri dan fungi. Kandungan kimia dari ekstrak biji
jintan hitam (Nigella sativa) tersebut diantaranya yang paling utama adalah
thymoquinone, thymohydroquinone, dithymoquinone, thymol, carvacrol,
nigellicine, nigellidine, nigellimine-N-oxide dan alpha-hedrin.
Berdasarkan hal di atas, maka pada penelitian ini dilakukan uji efek
antifungi fraksi n-heksana, etil asetat dan etanol biji jintan hitam (Nigella sativa
L.) terhadap pertumbuhan jamur Candida albicans secara in vitro. Pemilihan tiga
jenis pelarut yang berbeda diharapkan akan memberikan aktivitas yang berbeda,
dikarenakan zat yang terlarut di masing-masing pelarut pun berbeda-beda. Untuk
mengetahui efek antifungi dari biji jintan hitam dilakukan penentuan konsentrasi
hambat minimum (KHM) menggunakan metode difusi cakram pada masingmasing fraksi, serta dilakukan skrining fitokimia. Metode ini mengukur area
(zona) jernih di sekitar cakram kertas yang menunjukkan tidak adanya
pertumbuhan mikroba. Prinsip metode ini adalah bahan tanaman (ekstrak)
dijenuhkan ke dalam kertas saring (cakram kertas). Cakram kertas yang
mengandung bahan tanaman (ekstrak) tertentu ditanam pada media perbenihan
agar padat yang telah dicampur dengan mikroba yang diuji, kemudian
diinkubasikan 37°C selama 18-24 jam.
Pada penelitian ini konsentrasi masing-masing fraksi biji jintan hitam yang
digunakan adalah 6 konsentrasi, yaitu 15,625 mg/ml; 31,25 mg/ml; 62,5 mg/ml;
125 mg/ml; 250 mg/ml; dan 500 mg/ml. Hasil yang dicapai pada penelitian ini
adalah fraksi n-heksana, etil asetat dan etanol biji jintan hitam pada konsentrasi
terendah (15,625 mg/ml) hingga konsentrasi tertinggi (500 mg/ml) tidak dapat

vii

menghambat pertumbuhan Candida albicans. Hal ini ditunjukkan dengan tidak
terbentuknya zona hambat (zona jernih) di sekitar cakram kertas yang ditetesi oleh
tiap konsentrasi masing-masing fraksi. Jadi fraksi fraksi n-heksana, etil asetat dan
etanol biji jintan hitam tidak memberikan kadar hambat minimum (KHM)
terhadap pertumbuhan Candida albicans. Walaupun fraksi-fraksi tersebut tidak
memberikan kadar hambat minimum (KHM), tetapi fraksi-fraksi tersebut
memiliki aktivitas antifungi terhadap pertumbuhan Candida albicans. Hal ini
didapatkan dari data penghitungan jumlah sel jamur Candida albicans secara
langsung menggunakan metode Total Cell Count dengan haemocytometer. Hasil
yang diperoleh dengan metode ini adalah fraksi n-heksana, etil asetat, dan etanol
biji jintan hitam memiliki aktivitas antifungi terhadap jamur Candida albicans.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah fraksi n-heksana, etil asetat, dan etanol biji
jintan hitam memiliki aktivitas antifungi terhadap jamur Candida albicans, tetapi
aktivitas yang diperoleh tidak potensial karena kadar hambat minimum dari
fraksi-fraksi tersebut sangat kecil, hal ini terlihat dengan pemberian dosis tinggi
15,625-500 mg/ml dari fraksi-fraksi tersebut tetap tidak memberikan kadar
hambat minimal terhadap pertumbuhan jamur Candida albicans.

,

viii

ABSTRAK
UJI EFEK ANTIFUNGI FRAKSI n-HEKSANA, ETIL ASETAT, DAN
ETANOL BIJI JINTAN HITAM (Nigella sativa L.) TERHADAP
PERTUMBUHAN Candida albicans SECARA IN VITRO
Biji jintan hitam (Nigella sativa) mengandung thymoquinone dan
thymohidroquinone yang diketahui mempunyai efek antifungi terhadap
pertumbuhan dermatofita. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek
antifungi fraksi n-heksana, etil asetat, dan etanol biji jintan hitam (Nigella sativa)
terhadap pertumbuhan Candida albicans secara in vitro. Jenis penelitian ini
adalah eksperimental laboratorium. Metode yang digunakan adalah Metode difusi
cakram. Kemudian dilanjutkan dengan penghitungan jumlah sel jamur dengan
metode total cell count. Sampel penelitian yang digunakan adalah biakan Candida
albicans murni. Perlakuan terhadap Candida albicans diuji dengan 3 fraksi; fraksi
n-heksana, etil asetat, dan etanol biji jintan hitam. Tiap fraksi biji jintan hitam
dibuat 6 konsentrasi yaitu, 15,625 mg/ml; 31,25 mg/ml; 62,5; 125 mg/ml; 250
mg/ml, dan 500 mg/ml. Untuk uji efek antifungi dengan metode difusi cakram
tidak memberikan kadar hambat minimal (KHM). Sehingga penelitian ini
dilanjutkan dengan penghitungan langsung jumlah sel jamur Candida albicans
dengan metode total cell count. Dari data penghitungan tersebut didapatkan data
bahwa fraksi n-heksana, etil asetat, dan etanol biji jintan hitam memiliki aktivitas
antifungi, tetapi aktivitas yang diberikan terhadap jamur Candida albicans tidak
potensial karena kadar hambat minimum dari fraksi-fraksi tersebut sangat kecil,
hal ini terlihat dengan pemberian dosis tinggi 15,625-500 mg/ml dari fraksi-fraksi
tersebut tetap tidak memberikan kadar hambat miminal terhadap pertumbuhan
jamur Candida albicans. Data yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan uji
One Way ANOVA dilanjutkan dengan metode DUNCAN menggunakan
Statistical Product and Services Sollution (SPSS) 18.0.
Kata kunci: Fraksi n-heksana, etil asetat, dan etanol biji jintan hitam, antifungi,
KHM, Candida albicans.

ix

ABSTRACT
ANTIFUNGAL TEST OF BLACK CUMIN SEEDS (Nigella sativa L.)
EXTRACT WITH n-HEXANE, ETHYL ACETATE, AND ETHANOL ON
GROWTH OF Candida albicans IN VITRO
Black cumin seeds (Nigella sativa) contains thymoquinone and
thymohidroquinone which has fuction as an antifungal. This aims of study is to
determine the effect of Black cumin seeds (Nigella sativa) extract (with nheksane, ethyl acetat, and ethanol fraction) on growth of Candida albicans in
vitro. The study is experimental riset. The method used is disc diffusion method.
Then proceed with the calculation of the amount of yeast cells by the method of
total cell count.The object of the study is Candida albicans.. Treatment with
Candida albicans were tested with three fractions: n-hexane fraction, ethyl
acetate, and ethanol black cumin seeds. Each of fraction black cumin seeds
divided 6 concentrations are, 15.625 mg/ml; 31.25 mg/ml; 62.5; 125 mg/ml, 250
mg/ml, and 500 mg/ml. Antifungal effect of Nigella sativa extract by disc
diffusion method does not provide a minimum inhibitory contrentration (MIC).
This study followed by a direct calculation of the amount of Candida albicans
yeast cells by the method of total cell count. The calculation of result obtained
that black cumin seeds extract with n-hexane, ethyl acetate, and ethanol fractions
have antifungal activity, but activity against Candida albicans is not potential
because minimum inhibitory concentration of these fractions is very small, it is
seen by giving high doses 15.625-500 mg/ml of fractions are still not giving
minimum inhibitory contrentration on growth of Candida albicans.The data
obtained were statistically analyzed with One Way ANOVA test followed by
DUNCAN method using the Statistical Product and Services sollution (SPSS)
18.0.
Keywords: Black cumin seeds extract with n-heksane, ethyl acetat, and ethanol,
antifungal, MIC, Candida albicans.

x

DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR . .............................................................................. iv
RINGKASAN . ..........................................................................................vii
ABSTRAK . ................................................................................................ ix
DAFTAR ISI . ............................................................................................. xi
DAFTAR TABEL. ..................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR . .............................................................................. xvi
DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................xvii
BAB I. PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1
2.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 4
3.3 Tujuan Penelitian ......................................................................... 5
4.4 Hipotesis ...................................................................................... 5
5.5 Manfaat Penelitian ........................................................................ 5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 6
2.1. Tinjauan Tentang Tanaman Jintan Hitam (Nigella sativa L.) .... 6
2.1.1. Taksonomi Tanaman Jintan Hitam (Nigella sativa L) ...... 6
2.1.2. Nama dan Sinonim ........................................................... 7
2.1.3. Morfologi Tanaman Jintan Hitam (Nigella sativa L.) ...... 7
2.1.4. Kandungan Kimia Biji Jintan Hitam
(Nigella sativa L.) ............................................................. 8
2.1.5. Kandungan Kimia Jintan Hitam yang Memiliki Efek
Antifungi ......................................................................... 10
2.1.6. Khasiat Biji Jintan Hitam (Nigella sativa L.) .................. 12
2.1.7. Aktivitas Antifungi Jintan Hitam (Nigella sativa L.) ...... 14
2.2. Tinjauan Tentang Jamur Candida albicans .............................. 15
2.2.1. Taksonomi Jamur Candida albicans .............................. 15

xi

2.2.2. Tinjauan Umum Jamur Candida albicans ....................... 15
2.2.3. Morfologi dan Identifikasi .............................................. 16
2.2.4. Struktur Antigen .............................................................. 17
2.2.5. Patogenesis dan Patologi ................................................. 17
2.2.6. Manifestasi Klinik ........................................................... 18
2.2.7. Tes Diagnostik Laboratorium ......................................... 20
2.2.8. Imunitas ........................................................................... 20
2.2.9. Pengobatan ...................................................................... 21
2.3. Metode Ekstraksi ....................................................................... 21
2.3.1. Cara Dingin ..................................................................... 22
2.3.2. Cara Panas ...................................................................... 22
2.3.3. Maserasi ........................................................................... 23
2.3.4. Fraksinasi ........................................................................ 23
2.4. Uji Kepekaan Antimikroba Secara In Vitro............................... 24
2.4.1. Metode Dilusi .................................................................. 24
2.4.2. Metode Difusi Cakram .................................................... 24
2.4.3. Metode Bioautografik ..................................................... 25
2.4.4. Pengukuran Jumlah Pertumbuhan Mikroorganisme
Secara Langsung dengan Metode Total Cell Count......... 26
2.5. Kromatografi Lapis Tipis (KLT) ............................................... 27
2.5.1. Fase Diam ........................................................................ 27
2.5.2. Fase Gerak ....................................................................... 27
BAB III. KERANGKA KONSEPTUAL .................................................. 29
BAB IV. METODE PENELITIAN .......................................................... 31
4.1. Jenis Penelitian .......................................................................... 31
4.2. Lokasi Penelitian ....................................................................... 31
4.3. Waktu Penelitian........................................................................ 31
4.4. Instrumen Penelitian ................................................................. 31
4.5. Variabel Penelitian .................................................................... 32
4.5.1. Variabel Bebas ................................................................ 32
4.5.2. Variabel Tergantung ....................................................... 32
4.6. Sterilisasi Alat ........................................................................... 32
xii

4.6.1. Sterilisasi Kering ............................................................ 33
4.6.2. Sterilisasi Basah ............................................................... 33
4.7. Definisi Operasional ................................................................. 33
4.8. Prosedur Penelitian ................................................................... 34
4.8.1. Persiapan Jamur Uji ........................................................ 34
4.8.1.1. Kultur Pada Media Selektif SDA ................................. 34
4.8.1.2. Preparasi Jamur ........................................................... 34
4.8.2. Pembuatan Fraksi n-Heksana, Etil Asetat,
dan Etanol Biji Jintan Hitam ............................................ 35
4.8.3. Pembuatan konsentrasi Fraksi n-Heksana, Etil Asetat,
dan Etanol untuk Metode Dilusi Tabung.......................... 36
4.8.4. Pengujian Bahan Antifungi untuk Metode
Dilusi Tabung .................................................................. 36
4.8.5. Pembuatan konsentrasi Fraksi n-Heksana, Etil Asetat,
dan Etanol untuk Metode Difusi Cakram........................ 37
4.8.6. pengujian Bahan Antifungi Untuk Metode
Difusi Cakram ................................................................. 37
4.8.7. Pembuatan Konsentrasi Fraksi n-Heksana, Etil asetat,
dan Etanol untuk Metode Hitung Langsung (Metode
Total Cell Count) .......................................................... 38
4.8.8. Penghitungan Jumlah Sel Jamur dengan
Metode Hitung Langsung (Metode Total Cell Count) ..... 39
4.8.9. Pengamatan Konsentrasi Efektif Bahan Uji .................... 39
4.9. Identifikasi Kandungan Kimia Ekstrak .................................... 40
4.9.1. Identifikasi Alkaloid ....................................................... 40
4.9.2. Identifikasi Terpenoid .................................................... 40
4.9.3. Identifikasi Glikosida Saponin ....................................... 41
4.9.3.1. Uji Buih ....................................................................... 41
4.9.3.2. Identifikasi Sapogenin Steroid/Triterpenoid
Secara KLT ................................................................. 41
4.9.4. Identifikasi Polifenol ...................................................... 42
4.9.5. Identifikasi Flavonoid ..................................................... 42

xiii

4.10. Bagan Alur Penelitian ............................................................. 43
4.11. Pengumpulan Data .................................................................. 48
4.12. Analisis Data ........................................................................... 48
BAB V. HASIL PENELITIAN ................................................................ 50
5.1. Hasil Penelitian ......................................................................... 50
5.1.1. Hasil Pembuatan Ekstrak ................................................ 50
5.1.2. Hasil Uji dengan Metode Dilusi Tabung Fraksi
Biji Jintan hitam ............................................................. 51
5.1.3. Penentuan Konsentrasi Zona Hambat Fraksi Biji
Jintan hitam dengan Metode Difusi Cakram .................... 52
5.1.3.1. Zona Hambat Fraksi n-Heksana Jintan hitam .............. 53
5.1.3.2. Zona Hambat Fraksi Etil asetat Jintan hitam ............... 54
5.1.3.3. Zona Hambat Fraksi Etanol Jintan hitam .................... 55
5.1.3.4. Jumlah Sel Jamur Candida albicans per ml dengan
Metode

Hitung

Langsung

Menggunakan

Haemocytometer (Metode Total Cell Count).............. 56
5.1.4. Hasil Skirining Fitokimia Fraksi Jintan hitam
dengan KLT ................................................................. 56
5.1.4.1. Alkaloid ....................................................................... 57
5.1.4.2. Glikosida Saponin ....................................................... 58
5.1.4.3. Terpenoid ..................................................................... 58
5.1.4.4. Polifenol ...................................................................... 59
5.1.4.5. Flavonoid ..................................................................... 60
5.2. Analisis Data ............................................................................. 61
5.2.1. One-Way Anova ............................................................. 61
BAB VI. PEMBAHASAN ........................................................................ 64
BAN VII. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................ 72
7.1. Kesimpulan ............................................................................... 72
7.2. Saran

..................................................................................... 72

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 73

xiv

DAFTAR TABEL
Tabel

Halaman

II.I. Komposisi asam lemak yang terkandung dalam fixed oil dari
Nigella Sativa L. ................................................................................. 9
II.2. Komposisi kimia dari struktur volatile oil (minyak atsiri)
Nigella sativa L .................................................................................. 9
II.3. Kandungan timokuinon dan hasil ekstrak untuk ekstrak
dengan pelarut yang berbeda dari biji jintan hitam ......................... 12
V.1. Hasil maserasi serbuk tanaman Jintan hitam (Nigella sativa L) ...... 50
V.2. Hasil Uji Dilusi Tabung pada Perlakuan dengan Fraksi
Etanol Jinten Hitam ......................................................................... 51
V.3. Hasil Pengukuran Diameter Zona Hambat Fraksi n-Heksana
Jintan hitam terhadap Pertumbuhan Candida albicans ................... 53
V.4. Hasil Pengukuran Diameter Zona Hambat Fraksi Etil asetat
Jintan hitam terhadap Pertumbuhan Candida albicans ................... 54
V.5. Hasil Pengukuran Diameter Zona Hambat Fraksi Etanol
Jintan hitam terhadap Pertumbuhan Candida albicans .................... 55
V.6. Hasil Skrining Fitokimia ................................................................... 61

xv

DAFTAR GAMBAR
Gambar

Halaman

2.1. Nigella sativa Linn ............................................................................... 6
2.2. Struktur kimia Thymoquinone ............................................................ 10
2.3. Struktur kimia Carvacrol ................................................................... 11
2.4. Struktur Kimia Thymol ....................................................................... 11
2.5. Candida albicans ............................................................................... 15
3.1. Skema Kerangka Konseptual ............................................................. 30
4.1. Proses Pembuatan Fraksi n-Heksana, Etil Asetat, dan Etanol
Biji Jintan Hitam ................................................................................ 43
4.2. Preparasi Jamur Uji ............................................................................ 44
4.3. Proses Pembuatan Konsentrasi Fraksi Jintan hitam dengan
Metode Dilusi Tabung ....................................................................... 44
4.4. Prosedur Pengujian Bahan Antifungi dengan Metode Dilusi Tabung 45
4.5. Proses Pembuatan Konsentrasi Fraksi Jintan hitam dengan
Metode Difusi Cakram ...................................................................... 46
4.6. Prosedur Pengujian Bahan Antifungi dengan Metode
Difusi Cakram .................................................................................... 47
4.7. Prosedur Penghitungan Jumlah Sel Jamur dengan
Metode Total Ceel Count .................................................................... 48
5.1. Hasil Dilusi Tabung pada Perlakuan dengan Fraksi Etanol
Jintan Hitam ........................................................................................ 52
5.2. Hasil Uji Difusi Cakram Fraksi n-Heksana ....................................... 53
5.3. Hasil Uji Difusi Cakram Fraksi Etil asetat ......................................... 55
5.4. Hasil Uji Difusi Cakram Fraksi Etanol .............................................. 56
5.5. Hasil Uji KLT senyawa alkaloid fraksi etanol jintan hitam ............... 58
5.6. Hasil Uji KLT senyawa terpenoid fraksi n-heksana jintan hitam ...... 59
5.7. Hasil Uji KLT senyawa polifenol fraksi etanol jintan hitam ............. 59
5.8. Hasil Uji KLT senyawa flavonoid fraksi n-heksana
dan etil asetat jintan hitam ................................................................. 60

xvi

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran

Halaman

1. Analisis Data .................................................................................. 78
2. Gambar Hasil Penelitian dan Alat Penelitian ................................. 80
3. Determinasi Tanaman Jintan hitam (Nigella sativa L.) ................. 91
4. Daftar Riwayat Hidup .................................................................... 92
5. Surat Pernyataan ............................................................................ 93

xvii

DAFTAR PUSTAKA

Abad, Maria Jose., Ansuategui, Maria., (2007). Active Antifungi Substances
From Natural Sources. ARKIVOC. 7 : 122.
Al-Jabre, S., Al-Akloby, O.M., Al-Qurashi, A.R., Akhtar, N., Al-Dossary, A., and
Randhawa, M.A. (2003). Thymoquinone, an Active Principle of Nigella
sativa, Inhibited Aspergillus niger. Pakistan J. Med Res, 42 (3) : 102-104.
Al-Jabre S, Al-Aklobi OM, Al-Qurashi AR, Akhtar N, Randhawa MA. (2003).
Thymoquinone, an active principle of Nigella sativa, inhibited Fusarium
solani. Pakistan J Med Res, 44 (1) : 1-3.
Bennet JE. (1996). Antimicrobial agents: antifungal agents. Di dalam: Goodman
and Gilmans the pharmacological basis of theurapetics. Edisi ke-9. New
York : McGraw-Hill Companies.
Brooks. G.F., Carrol.K.C., Buttel.J.S., & Morse.S.A. (2007).
Microbiology. Edisi 24, Mc Graw Hill : 642-5.

Medical

Departemen Kesehatan RI. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi IV, Jakarta :
Depkes RI ; Hal : 1159.
Departemen Kesehatan RI. (1995). Materia Medika Indonesia. Jilid VI, Jakarta
: Depkes RI ; Hal. 143-147.
Ditjen POM. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat.
Jakarta : Depkes RI ; Hal. 82-84.
Dzen SM, Roekistiningsih, Santoso S, Winarsih S, Sumarno, Islam S,
Noorhamdani AS, Murwani S, Santosaningsih D. (2003). Bakteriologi
Medik, Bayumedia Publishing, Malang, 111-112, 122-123, 223-234, 232.
El Gazzar M., El Mezayen R., Nicolls M.R., Marecki J. C., Dreskin S.C.,
Nomiyama, H. (2006). Antiinflammatory Effect of Thymoquinone in Mouse
Model
of
Allergic
lung
Inflammation.
International
Immunopharmacology. 6 (7): 1135-1142.
El-Tahir, Kamal El-Din, Backeet, Dana M. (2006). The Black Seed Nigella sativa
Linnaeus-A Mine for multi Cures : A Plea For Urgent Clinical Evalution of
Its Volatile Oil. J T U Med Sc. 1 (1): 1-19.

xviii

Hadioetomo, Sri Ratna. (1993). Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek.
PT.Gramedia : Jakarta.
Halawani, Eman. (2009). Antibacterial Activity of Thymoquinone and
Thymohydroquinone of Nigella sativa L. and Their Interaction with Some
Antibiotics. Advances in Biological Research : 3 (5-6) : 148-152.
Hanafi,M.S., and Hatem M.E. (1991). Studies On The Anti-Microbial of The
Nigella Sativa. Ethnopharmacol J. 34 (2-3): 275-8.
Hartadi. (1990). Penyakit menular seksual. Semarang: Balai Penerbit UNDIP :
71-3
Hendrik. (2007). Habbatus Sauda', Thibbun Nabawi Dalam Menangani
Berbagai Penyakit dan Memelihara Kesehatan Tubuh. Jawa Tengah:
Pustaka Al- Ummat: 94-7; 120-1.
Hutapea, J.R. (1994). Inventaris Tanaman Obat Indonesia (III), Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Hal : 163.
Indriati, Gusti & Khaerati. (2009). Peluang Budidaya dan Manfaat Jintan Hitam
(Nigella sativa). Dalam Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman
Industri. Vol. 15 ; Hal : 23-25.
Jawetz E, Melnick J, & Alderberg E. (1996). Mikrobiologi Kedokteran.
Diterjemahkan oleh Edi Nugroho & Maulana RF. Edisi 20, Jakarta, EGC,
1996 : 627-9.
Jawetz E, Melnick J, & Alderberg E. (2007). Mikrobiologi Kedokteran.
Diterjemahkan oleh Huriawati Hartanto. Edisi 23, Jakarta, EGC : 170, 658660.
Katzung BG. (2004). Basic and clinical pharmacology. Edisi ke 9. New York :
Mc Graw-Hill : 795-7.
Kristianingsih. (2005). Isolasi dan Identifikasi Senyawa Triterpenoid dari Akar
Tanaman Kedondong Laut (Polyscias fruticosa). Malang: Jurusan Kimia
FMIPA Universitas Brawijaya.

Kumar, Suresh, T.V., Negi, P.S., Sankar, Udaya, K., 2010. Antibacterial Activity
of Nigella sativa L. Seed Extract. British Journal of Pharmacology and
Toxicology, 1(2), pp. 96-100.

xix

Kumara, S.S., Huat B.T. (2001). Extraction, Isolation, and Characterization of
Antitumour Principle, Alpha-Hedrin, From Seeds of Nigella Sativa. Planta
Med. 67:29-32.
Kuswadji. (1999). Kandidosis. Dalam : Djuanda Adji, Hamzah Mochtar, Aisyah
Siti. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Edisi Ketiga, Jakarta, FK UI :
103-6.
List PH and Schmidt PC. (1989). Phytopharmaceutical Technology. Germany;
CRC Press Inc., pp 107-112.
Maraqa, Anwar., Al-Sharo’a., Farah, Husni., Elbjeirami, W.M., Shakyai, A.K.,
Sallal, Abdul K.J. (2007). Effect of Nigella sativa Extract and Oil On
Aflatoxin Production by Aspergillus Flavus.Turk J Biol. 31:155-159.
Mashhadian, N.V., Rakhshandeh, H. (2005). Antibacterial and antifungal effects
of nigella sativa extracts against S. aureus, P. aureginosa, and C. albicans.
Pak J Med Sci 21(1): 47-52
Maenza JR, Merz WG, Romagnoli MJ, Keruly JC, Moore RD, Gallant JE. (1997).
Infection due to fluconazole-resistant Candida in patients with AIDS:
prevalence and microbiology. Clin. Infect. Dis. 24: 28–34.
Mbarek L, Mouse H, Elabbadi N, et al.(2007). Anti-tumor properties of blackseed
(Nigella sativa L.) extracts. Braz J Med Biol Res. 40(6): 839-47.
Minarti.(2010). Penapisan Kimia Senyawa Alkaloid dalam Ekstrak Daun Johar
(Cassia Siamea Lamk.). Prosiding Seminar Tantangan Penelitian Kimia.
Moghaddasi, Sharrif. (2011). Nigella Sativa Treditional Usages (Black Seed).
Adv. Environ. Biol., 5(1): 5-16.
Moretti, A., D’Antuono, L.F., and Elementi, S. (2004) Essential Oils of Nigella
sativa L. and Nigella damascene L. Seed. Journal of Essential Oil
Research.
Nagi A. ALHaj, Mariana NS, Norfarrah MA, Hana FZ, Ahmad B, Siddig I et al.
(2010). Characterization of Nigella Sativa L. Essential Oil-Loaded Solid
Lipid Nanoparticles. American J Pharmacology and Toxicology ; 5(1):5257.
N. Ilaiyaraja, F. Khanum. (2010). Nigella sativa L : A Review of Therapeutic
Applications. Journal of Herbal Medicine and Toxicology 4 (2) : 1-8.

xx

Nanik Fauziah. (2006). Isolasi dan Uji Aktifitas Inhibitor Xantin Oxidase
Senyawa Flavonoid Dari Kulit Batang Saccopetalum horsfleldii Benn.
library@lib.unair.ac.ic
Nickavar, Bahman., Mojab, Faraz., Javidnia, Katoyun., Amoli, Mohammad Ali
Roodgar. (2003). Chemical Composition of The Fixed and Volatile Oils of
Nigella sativa L. From Iran. Naturforsch. 58c, 629-631.
O.A. Abu-Zinadah. (2009). Using Nigella sativa oil to Treat and Heal Chemical
Induced Wound of Rabbit Skin. J.K.A.U. 21(2) : 335-346.
Ozmen, A., G. Basbulbul and T. Aydin, (2007). Antimitotic and antibacterial
effects of the Nigella sativa L. Seed. Caryologia, 60: 270 –272.
Pinto E., Pina-Vaz C., Salgueiro L., Gonc alves M.J., Salgueiro L., Oliveira S.C.,
et al. (2006). Antifungi activity of the essential oil of Thymus pulegioides
on Candida, Aspergillus and dermatophyte species. Journal of Medical
Microbiology. 55, 1367–1303.
Purwoko,Tjahjadi. (2007). Fisologi Mikroba. Bumi Aksara : Jakarta.
Randhawa, M.A., Al-Ghamdi, M.S. (2002). A review of pharmacotherapeutic
effects of Nigella sativa. Pakistan Medical Research Journal 41: 2
Rios J.J., Recio M.C. and Villae, A., (1988). Screening Methods for Natural
Products with Antimicrobial Activity : A Review of The Literature Journal
of Etnopharmacology. Vol. 23. Elsifier Scientific Publisher Ireland Ltd,
pp. 127-149.
Rusdi. (1990). Tetumbuhan Sebagai Sumber Bahan Obat. Padang: Pusat
Penelitian Universitas Andalas.
Salgueiro L.R., Cavaleiro C., Pinto E., Pina-Vaz C., Rodrigues A.G., Palmeira A.
(2003). Chemical composition and antifungi activity ofthe essential oil of
Origanum virens on Candida species. Planta Medica. 69:871–874.
Sastrohamidjojo, H. (2007). Kromatografi. Yogyakarta: UGM Press.

Simatupang, Maria Magdalena. (2009). Candida albicans.USU Repository.
Stahl, Egon. (1985). Analisis Obat Secara Kromatografi dan Spektroskopi.
Bandung: ITB.

xxi

Stanford T. Shulman, William P. Mackendrik, Julie Kim Stamos. (1998)
Panduan Penyakit Infeksi dan Terapi Antimikroba Pada Anak.
Diterjemahkan oleh Melfiawati Setio. Jakarta : EGC : 384-7.
Suryo, Joko. (2010). Herbal Penyembuh Gangguan Sistem Pernapasan.
Yogyakarta : Mizan Publika. Hal : 98-100.
Voigt, R. (1995). Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Penerjemah : Soendani,
Noerono. S. Edisi kelima. Yogyakarta : Gajah mada University Press : Hal.
329, 572-573.
Yulianti, Sufrida & Junaedi, Edi. (2006). Sembuhkan Penyakit Dengan
Habbatus Sauda’ (Jinten Hitam). Jakarta: Agromedia Pustaka.
Zuridah, H., Fairuz, A.R.M., Zakri, A.H.Z., and Rahim, M.N.A. (2008). In vitro
Antibacterial Activity of Nigella sativa Againts Staphylococcus aureus,
Pseudomonas aeurogenosa, Klebsiella pneumoniae, Escherichia coli, and
Bacillus cereus. Asian J. Plant Sci., : 1-3.

xxii

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Kandidosis adalah penyakit jamur, yang bersifat akut atau subakut

disebabkan oleh spesies Candida, biasanya oleh spesies Candida albicans dan
dapat mengenai mulut, vagina, kulit, kuku, brongki, atau paru, kadang-kadang
dapat menyebabkan septikemia, endokarditis, atau meningitis (Kuswadji, 1999).
Candida albicans merupakan bagian dari flora normal kulit, saluran pernapasan
kulit bagian bawah dan saluran kelamin wanita (Stanford et al, 1998).
Candida telah muncul sebagai salah satu infeksi nosokomial yang penting.
Infeksi Candida dapat terjadi apabila ada faktor predisposisi baik endogen
maupun eksogen (Simatupang, 2009). Faktor prediposisi dari infeksi dengan
spesies Candida meliputi terapi antibiotik atau kortikosteroid, gangguan fungsi sel
T, diabetes, neutropenia, dan peralatan yang menembus sawar fisik (Stanford et
al, 1998).
Infeksi Candida pertama kali didapatkan di dalam mulut sebagai thrush
yang dilaporkan oleh FRANCOIS VALLEIX (1836). LANGERBACH (1839)
menemukan jamur penyebab thrush, kemudian BERHOUT (1923) memberi nama
organisme tersebut sebagai Kandida (Kuswadji, 1999).
Lebih dari 150 spesies Candida telah diidentifikasi. Sebanyak paling sedikit
70 % infeksi Candida pada manusia disebabkan oleh Candida albicans, sisanya
disebabkan oleh C. tropicalis, C. parapsilosis, C. guillermondii, C. kruzei, dan
beberapa spesies Candida yang lebih jarang (Jawetz et al., 1996).
Ketokonazol merupakan salah satu agen antifungi yang sering digunakan
dalam pengobatan kandidiasis. Cara kerja dari ketokonazol meliputi beberapa
mekanisme, tetapi yang paling utama adalah dengan menghambat sintesis
ergosterol (Bennet, 1996). Ketokonazol dalam pengobatan kandidiasis digunakan
dalam sediaan oral karena absorbsinya cukup baik. Selain itu juga digunakan
secara topikal. Ketokonazol merupakan obat antifungi yang efektif untuk Candida
albicans (Hartadi, 1990). Walaupun begitu, pemakaian ketokonazol pada

1

2

penderita gangguan hepar tidak dianjurkan, karena bersifat hepatotoksik
(Katzung, 2004). Dan juga laporan-laporan mengenai resistensi terhadap agen
antifungi yang ada terus bermunculan (Maenza, 1997).
Penyebaran multi drug-resistan terhadap jamur dan berkurangnya jumlah
obat yang tersedia menyebabkan perlunya menemukan zat aktif antijamur yang
baru dan senyawa yang menghambat mekanisme resisten dari jamur. Hal ini
menyebabkan dilakukannya penelitian terapi alternatif, khususnya di kalangan
tanaman obat dan senyawa yang diisolasi dari tanaman tersebut bisa digunakan
untuk antijamur. Dalam sumber-sumber alam, serangkaian molekul dengan
aktivitas antijamur terhadap strain berbeda dari jamur telah ditemukan (Abad et
al, 2007). Hal ini memicu adanya kebutuhan untuk mencari agen-agen pengobatan
yang baru dengan aktivitas antifungi yang lebih baik dengan toksisitas yang lebih
rendah yang diperoleh dari alam.
Akhir-akhir ini, tren dalam menggunakan tanaman obat tradisional (herbal)
sebagai pilihan pengobatan dan diet makanan sehari-hari kembali mengemuka
karena obat tradisional terbukti relatif aman asalkan cara penggunaannya benar
dengan dosis yang tepat dan dengan indikasi yang tepat pula dan jarang sekali
menimbulkan efek samping (Nanik et al, 2006). Salah satu tanaman berkhasiat
obat yang saat ini menjadi fenomena dalam pengobatan alternatif adalah
habbatussauda atau jintan hitam (Nigella sativa) (Yulianti & Junaidi, 2006).
Nigella sativa adalah salah satu ramuan tradisional yang sering dimanfaatkan dan
dikenal juga dengan sifat penyembuhan (Ilaiyaraja & Khanum, 2010).
Jintan hitam, habbatussauda, atau biji jintan hitam (Nigella sativa L.) telah
dikenal sejak ribuan tahun lalu dan telah digunakan secara luas oleh masyarakat
india dan timur tengah untuk mengobati berbagai macam penyakit (Yulianti &
Junaidi, 2006) sakit kepala, batuk, sakit perut, diare, asma, rematik, dan penyakit
lainnya (Nagi et al, 2010). Ibnu Sina dalam The Canon of Medicina menyatakan
bahwa jintan hitam dapat menstimulasi energi di tubuh dan membantu
penyembuhan dari kelelahan atau atau kurang semangat. Keterangan Ibnu Sina
tersebut sangat beralasan karena Nabi Muhammad SAW telah merekomendasikan
jintan

hitam

atau

habbatussauda,

“Gunakanlah

habbatussauda,

karena

sesungguhnya di dalamnya terdapat obat bagi semua penyakit, kecuali kematian”.

3

(HR Abu Salamah dari Abu Hurairah ra.). kalimat “Gunakanlah habbatussauda”
bisa diartikan Nabi Muhammad menganjurkan menggunakan tanaman ini secara
konsisten dalam mengatasi problem kesehatan (Yulianti & Junaidi, 2006).
Berdasarkan penelitian, jintan hitam bermanfaat sebagai antioksidan,
antikanker, antikolesterol, antihistamin, analgesik, antibiotik, imunomodulator,
dan sebagainya (Rhandawa & Al-Ghamdi, 2002). Para ilmuwan di eropa barubaru ini menyatakan bahwa jintan hitam (Black seed) bekerja sebagai antimikroba
dan antimikotika (Hendrik, 2007).
Salah satu kandungan jintan hitam adalah minyak volatil. Komponen utama
minyak volatil, adalah timokuinon, timohidrokuinon, ditimokuinon, dan timol
terbukti mampu menghambat pertumbuhan bakteri dan fungi (Mashhadian &
Rakhshandeh, 2005; Al-Jabre et al., 2003). Kandungan kimia dari ekstrak biji
jinten hitam (Nigella sativa) tersebut diantaranya yang paling utama adalah
thymoquinone (Nickavar et al., 2003), thymohydroquinone, dithymoquinone,
thymol, carvacrol, nigellicine, nigellidine, nigellimine-N-oxide dan alpha-hedrin
(Al-Jabre et al., 2003).
Thymoquinone

senyawa

golongan

monoterpenoid

keton

ini

dapat

meningkatkan sistem imun penderita asma bronkial akibat alergi, disamping
khasiat utamanya sebagai antialergi dan antiinflamasi (El Gazzar et al., 2006).
Sedangkan

Thymohidroquinone

memiliki

efek

antibakterial

terhadap

Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa and Escherichia coli (Hanafi et
al, 1991) . Selain itu, dalam sebuah penelitian biji jintan hitam juga dapat
menghambat pertumbuhan Candida albicans (Mashhadian & Rakhshandeh,
2005), Aspergillus niger (Al-Jabre et al, 2003), dan Aspergillus flavus (Maraqa et
al, 2007).
Berdasarkan uraian di atas, maka dianggap perlu dilakukan penelitian untuk
membuktikan efek antifungi dari fraksi n-heksana, etil asetat, dan etanol biji jintan
hitam dalam menghambat pertumbuhan Candida albicans secara in vitro.
Pada penelitian ini akan digunakan tiga macam pelarut, yaitu : n-heksana,
etil asetat, dan etanol. Ketiga macam pelarut diharapkan bisa melarutkan
kandungan antimikroba dan antifungi yang terdapat dalam biji jintan hitam
(timokuinon, timohidrokuinon). Masing-masing pelarut yang digunakan memiliki

4

tingkat kepolaran yang berbeda, n-heksana bersifat nonpolar, etil asetat bersifat
semipolar, dan etanol yang bersifat polar. Dengan adanya tingkat kepolaran yang
berbeda-beda pada tiap pelarut ini maka, diharapkan zat-zat aktif (khususnya zat
antimikroba dan antifungi) yang terkandung pada biji jintan hitam lebih banyak
yang terlarut. Zat yang tidak bisa terlarut pada pelarut tertentu maka diharapkan
akan terlarut oleh pelarut yang lain. Dan juga dapat membandingkan fraksi mana
yang lebih efektif dalam melarutkan zat antimikroba dan antifungi pada biji jintan
hitam.
Pada penelitian ini untuk uji kepekaan antimikroba atau antifungi secara in
vitro akan digunakan Metode Difusi Cakram. Metode ini mengukur area (zona)
jernih di sekitar cakram kertas yang menunjukkan tidak adanya pertumbuhan
mikroba (Dzen et al, 2003). Prinsip metode ini adalah bahan tanaman (ekstrak)
dijenuhkan ke dalam kertas saring (cakram kertas). Cakram kertas yang
mengandung bahan tanaman (ekstrak) tertentu ditanam pada media perbenihan
agar padat yang telah dicampur dengan mikroba yang diuji, kemudian
diinkubasikan 37°C selama 18-24 jam. Selanjutnya diamati adanya area (zona)
jernih di sekitar cakram kertas yang menunjukkan tidak adanya pertumbuhan
mikroba (Dzen et al, 2003). Pada metode ini digunakan cara Joan-Stokes yaitu
dengan cara membandingkan radius zona hambatan yang terjadi antara mikroba
Kontrol yang sudah diketahui kepekaannya terhadap obat tersebut dengan isolat
mikroba yang diuji.
Jika suatu ekstrak masih menunjukkan aktivitas antimikroba atau antifungi
pada konsentrasi 1000 ppm dapat dikategorikan sangat potensial. Sedangkan zat
murni yang tidak menunjukkan aktivitas pada konsentrasi 100 ppm dapat
dipandang sebagai kurang bermanfaat secara klinik (Rios et al, 1998). Dengan
demikian dapat dideskripsikan bahwa ekstrak biji tanaman jintan hitam memiliki
aktivitas antimikroba atau antifungi yang kuat atau tidak.
1.2

Rumusan Masalah
Apakah Fraksi n-heksana, etil asetat, dan etanol dari biji jintan hitam

(Nigella sativa L.) mempunyai efek antifungi terhadap pertumbuhan Candida
albicans secara in vitro ?

5

1.3

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini, antara lain adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui efek antifungi dari Fraksi n-heksana, etil asetat, dan
etanol biji jintan hitam (Nigella sativa) terhadap pertumbuhan Candida
albicans secara in vitro.
2. Untuk mengetahui kadar hambat minimum (KHM) dari fraksi n-heksana,
etil asetat, dan etanol biji jintan hitam (Nigella sativa) dalam menghambat
pertumbuhan Candida albicans secara in vitro.
1.4

Hipotesis
Fraksi n-heksana, etil asetat, dan etanol biji jintan hitam (Nigella sativa L.)

memiliki efek antifungi terhadap pertumbuhan Candida albicans secara in vitro.
1.5

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain

sebagai berikut :
1. Aspek Teoritik
a. Menjadi data adanya konsentrasi yang efektif dari fraksi biji jintan hitam
(Nigella sativa) dalam menghambat pertumbuhan Candida albicans secara
in vitro dengan adanya bukti-bukti empiris dalam penelitian ini.
b. Menjadi data adanya perbedaan efek antifungi fraksi biji jintan hitam
(Nigella sativa) pada berbagai konsentrasi terhadap pertumbuha Candida
albicans secara in vitro.
2. Aspek aplikatif
a. Memberikan informasi ilmiah kepada masyarakat ilmiah pada khususnya
dan masyarakat luas pada umumnya tentang manfaat fraksi biji jintan
hitam (Nigella sativa) yang dapat digunakan sebagai antifungi.
b. Membuka peluang kemungkinan pembuatan obat pencegah Kandidiasis
dari fraksi biji jintan hitam (Nigella sativa).