Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam analisis dengan spektrofotometri ultraviolet Rohman, 2007, yaitu:
1. Penentuan panjang gelombang serapan maksimum Panjang gelombang yang digunakn untuk analisis kuantitatif adalah panjang
gelombang dimana terjadi absorbansi maksimum. Untuk memperoleh panjang gelombang serapan maksimum dapat diperoleh dengan membuat kurva
hubungan antara absorbansi dengan panjang gelombang dari suatu larutan baku dengan konsentrasi tertentu.
2. Pembuatan kurva kalibrasi Dilakukan dengan membuat seri larutan baku dalam berbagai konsentrasi
kemudian asorbansi tiap konsentrasi di ukur lalu dibuat kurva yang merupakan hubungan antara absorbansi dengan konsentrasi. Kurva kalibrasi yang lurus
menandakan bahwa hukum Lambert-Beer terpenuhi.
3. Pembacaan absorbansi sampel Absorbansi yang terbaca pada spektrofotometer hendaknya antara 0,2 sampai
0,8 atau 15 sampai 70 jika dibaca sebagai transmitan. Hal ini disebabkan karena pada kisaran nilai absorbansi tersebut kesalahan fotometrik yang terjadi
adalah paling minimal.
Spektrofotometer UV-Vis dapat melakukan penentuan terhadap sampel yang berupa larutan, gas, atau uap. Untuk sampel yang berupa larutan perlu
diperhatikan pelarut yang dipakai Mulja dan Suharman, 1995, antara lain:
1. Pelarut yang dipakai tidak mengandung sistem ikatan rangkap terkonjugasi pada struktur molekulnya dan tidak berwarna.
2. Tidak berinteraksi dengan molekul senyawa yang dianalisis. 3. Kemurniannya harus tinggi untuk analisis.
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat
Penelitian ini telah dilaksanakan pada Februari sampai dengan Juni 2016, dengan tahapan kegiatan, yaitu: pengambilan sampel limbah kulit udang dari pengumpul
udang di kecamatan Teluk Betung, Bandar Lampung, analisis glukosamin dilakukan di Laboratorium Biokimia, Universitas Lampung.
B. Alat dan Bahan
Dalam penelitian ini alat-alat yang akan digunakan adalah peralatan gelas Pyrex, termometer, neraca digital Wiggen Houser, Laminar Air Flow, autoclave,
IncubatorMemmer-GermanyINCO2, Shaker Incubator BiosanES-2060, Centrifuge HitachiCF 16 RX II, dan spektrofotometer UV-Vis.
Adapun bahan-bahan yang akan digunakan adalah serbuk kulit udang, glukosamin standar produk WAKO Jepang, kentang, agar for microbiology, dekstrosa,
laktosa, bakto pepton, amonium sulfat NH
4 2
SO
4
, urea, kalium hidrogen sulfat KHSO
4
, besi II sulfat heptahidrat FeSO
4
.7H
2
O, kalsium klorida CaCl
2
.2H
2
O, seng II sulfat heptahidrat ZnSO
4
.7H
2
O, asam sitrat, natrium
sitrat, isolat Mucor miehei, kertas saring, aquades, ninhidrin, NaH
2
PO
4
.7H
2
O dan Na
2
HPO
4
.
C. Prosedur Penelitian
1. Persiapan Sampel
Limbah kulit dan kepala udang dipisahkan dari badannya, dibersihkan dan dicuci dengan menggunakan air. Kulit dan kepala udang direbus selama ± 15 menit, lalu
ditiriskan. Selanjutnya kulit dan kepala udang dijemur dibawah sinar matahari hingga kering, lalu dihancurkan hingga menjadi bubuk halus dan siap digunakan.
2. Pembuatan Media
2.1 Pembuatan Potato Extract
Sebanyak 200 gram kentang dikupas kulitnya lalu dipotong seperti dadu dan direbus dalam 1000 mL akuades selama 1 jam setelah mendidih. Setelah kondisi
tercapai, disaring dengan kertas saring sehingga diperoleh ekstrak kentang yang bening. Ekstrak kentang disimpan dalam botol reagen lalu disterilisasi dengan
autoclave pada suhu 121˚C dan tekanan 2 atm selama 20 menit. Ekstrak kentang yang telah disterilisasi, didinginkan pada suhu kamar kemudian disimpan dalam
lemari pendingin kulkas DZMZ, 2015.
2.2 Media PDA Potato Dextrose Agar dan Pertumbuhan Mucor miehei
pada Media PDA
Sebanyak 100 mL potato extract ditambahkan 4 gram dekstrosa dan 3 gram agar dalam labu Erlenmeyer 250 mL lalu disterilisasikan dengan autoclave pada suhu
121˚C dan tekanan 2 atm selama 20 menit DSMZ, 2015. Setelah itu media PDA ini di-UV selama 10 menit dalam Laminar Air Flow dan dituang ke dalam cawan
petri. Strain jamur Mucor miehei ditumbuhkan kurang lebih selama 5 hari sampai spora jamur ini tumbuh Alves et al., 2005.
2.3 Media PDL Potato Dextrose Liquid dan Pertumbuhan Mucor miehei
pada Media PDL
Sebanyak 100 mL potato extract ditambahkan 4 gram dekstrosa dalam labu Erlenmeyer 250 mL lalu disterilisasikan dengan autoclave pada suhu 121˚C dan
tekanan 2 atm selama 20 menit. Setelah itu media PDL ini di-UV selama 10 menit dalam Laminar Air Flow. Spora kultur 5 hari dipisahkan dan dimasukkan dalam
media PDL dan diletakkan dalam shaker incubator dengan kecepatan 175 rpm pada suhu 30˚C selama ± 5 hari Alves et al., 2005.
3. Larutan Buffer Sitrat pH 4
Sebanyak 0,96 gram asam sitrat dilarutkan dalam 50 mL akuades dalam labu takar 50 mL dan dikocok hingga homogen. Larutan ini merupakan larutan stok A.
Kemudian dilarutkan sebanyak 0,65 gram natrium sitrat dalam 25 mL akuades