Hubungan Karakter Wirausaha terhadap Keberhasilan Usaha Tanaman Hias di Kelurahan Meruya Selatan, Kecamatan Kembangan, DKI Jakarta

HUBUNGAN KARAKTER WIRAUSAHA TERHADAP KEBERHASILAN
USAHA TANAMAN HIAS DI KELURAHAN MERUYA SELATAN,
KECAMATAN KEMBANGAN, DKI JAKARTA

YULIANA MAFIROH

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan Karakter
Wirausaha terhadap Keberhasilan Usaha Tanaman Hias di Kelurahan Meruya
Selatan, Kecamatan Kembangan, DKI Jakarta adalah benar karya saya dengan
arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2014

Yuliana Mafiroh
NIM H34100144

ABSTRAK
YULIANA MAFIROH Hubungan Karakter Wirausaha terhadap Keberhasilan
Usaha Tanaman Hias di Kelurahan Meruya Selatan, Kecamatan Kembangan, DKI
Jakarta. Dibimbing oleh BURHANUDDIN.
Kewirausahaan merupakan jawaban dari masalah pengangguran di Jakarta
dan tanaman hias adalah salah satu usaha yang potensial untuk dikembangkan.
Meruya Selatan merupakan salah satu sentra tanaman hias yang dapat dikatakan
cukup berhasil di Jakarta. Masih bertahannya usaha tanaman hias di Meruya
Selatan, bahkan bisa menjadi salah satu sentra tanaman hias di Jakarta, tidak
terlepas dari karakter yang dimiliki oleh pengusaha tanaman hias. Keberhasilan
usaha pada penelitian ini diukur dengan indikator pertumbuhan usaha dan
pendapatan usaha. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui

hubungan antara karakter wirausaha terhadap keberhasilan usaha tanaman hias di
Meruya Selatan. Perhitungan korelasi dianalisis menggunakan alat analisis Rank
Spearman. Hasil analisis menunjukkan bahwa karakter berorientasi masa depan,
inovatif, berani mengambil risiko, bekerja keras, dan percaya diri memiliki nilai
P-value lebih rendah dari taraf nyata (α=10%). Karena itu, dapat dikatakan bahwa
kelima karakter tersebut berhubungan terhadap keberhasilan usaha tanaman hias
di Meruya Selatan. Sedangkan, karakter bertanggung jawab tidak berpengaruh
signifikan terhadap keberhasilan usaha tanaman hias.
Kata kunci: karakter, keberhasilan usaha, usaha tanaman hias, wirausaha.
ABSTRACT
YULIANA MAFIROH Correlations of Entrepreneur Characters and Ornamental
Plants Business Success in Kelurahan Meruya Selatan, Kecamatan Kembangan,
DKI Jakarta. Supervised by BURHANUDDIN.
Entrepreneurship is an answer of unemployement problem in Jakarta and
ornamental plants is one of business that can be developed in Jakarta. Meruya
Selatan is one of area that can be considered as a successful ornamental plants
developer in Jakarta. The continuity of ornamental plants business in Meruya
Selatan even become one of the centers of ornamental plants in Jakarta could not
be separated from the character owned by the businessman. Business scale and
business revenue has become a benchmark of the success. The objective of this

research is to discover the correlation entrepreneur character with the entrepreneur
success that was gathered in Meruya Selatan. The correlation was analyzed using
the Rank Spearman analysis tool. The result for future oriented, innovative, risk
taking, hard working, and confidence are the P-value is lower than the α degree
(α=10%). Furthermore, the result means that those four factors significantly
affected the ornamental plants business success. Meanwhile, responsible is
notsignificantly the ornamental plants business success.
Keywords: business success, character, entrepreneur, ornamental plants business

HUBUNGAN KARAKTER WIRAUSAHA TERHADAP KEBERHASILAN
USAHA TANAMAN HIAS DI KELURAHAN MERUYA SELATAN,
KECAMATAN KEMBANGAN, DKI JAKARTA

YULIANA MAFIROH

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis


DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul
Skripsi
Nama
NIM

: Hubungan Karakter Wirausaha terhadap Keberhasilan Usaha
Tanaman Hias di Kelurahan Meruya Selatan, Kecamatan
Kembangan, DKI Jakarta
: Yuliana Mafiroh
: H34100144

Disetujui oleh


Dr Ir Burhanuddin, MM
Pembimbing Skripsi

Diketahui oleh

Dr Ir Dwi Rachmina, MSi
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah yang
menjadi syarat kelulusan pada Studi Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi
dan Manajemen. Penelitian ini diselesaikan berdasarkan pengamatan langsung di
Kelurahan Meruya Selatan, Kecamatan Kembangan, DKI Jakarta dengan
mengangkat judul Hubungan Karakter Wirausaha terhadap Keberhasilan Usaha
Tanaman Hias di Kelurahan Meruya Selatan, Kecamatan Kembangan, DKI
Jakarta.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Burhanuddin, MM selaku

dosen pembimbing dalam studi penelitian ini. Apresiasi dan rasa terima kasih
penulis sampaikan kepada pengusaha tanaman hias di Meruya Selatan, staf
Kelurahan Meruya Selatan, staf Badan Pusat Statistik, dan juga pihak-pihak yang
telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih pun
disampaikan untuk Ayah, Ibu, seluruh keluarga, serta sahabat atas segala
motivasi, waktu, doa, dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2014

Yuliana Mafiroh

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang


vii
viii
viii
viii
1
1

Perumusan Masalah

4

Tujuan Penelitian

5

Manfaat Penelitian

5

Ruang Lingkup Penelitian


5

TINJAUAN PUSTAKA
Karakter Wirausaha

6
6

Keberhasilan Usaha

7

KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka Pemikiran Operasional
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian

8

8
10
11
11

Jenis dan Sumber Data

11

Metode Pengumpulan Data

13

Metode Penentuan Sampel

13

Metode Analisis Variabel

13


Metode Analisis Data

15

GAMBARAN UMUM
Wilayah Kelurahan Meruya Selatan

17
17

Usaha Tanaman Hias

18

Karakteristik Pengusaha Tanaman Hias Meruya Selatan

18

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakter Wirausaha Pengusaha Tanaman Hias di Meruya Selatan

24
24

Keberhasilan Usaha Tanaman Hias di Meruya Selatan

25

Hubungan Karakter Wirausaha dengan Keberhasilan Usaha

26

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP

31
31
31
32
43

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

Luas panen tanaman pangan dan hortikultura di DKI Jakarta tahun
2009-2012 (ha)
Produksi tanaman pangan dan hortikultura di DKI Jakarta tahun 20092012 (ton)
Produksi tanaman hias di DKI Jakarta tahun 2010-2012 (pohon)
Kategori skor karakter wirausaha dan pertumbuhan usaha
Distribusi pengusaha tanaman hias dan rataan skor keberhasilan usaha
berdasarkan kelompok usia
Distribusi pengusaha tanaman hias dan rataan skor keberhasilan usaha
berdasarkan daerah asal
Distribusi pengusaha tanaman hiasdan rataan skor keberhasilan usaha
berdasarkan tingkat pendidikan
Distribusi pengusaha tanaman hiasdan rataan skor keberhasilan usaha
berdasarkan pengalaman berwirausaha tanaman hias
Distribusi pengusaha tanaman hiasdan rataan skor keberhasilan usaha
berdasarkan luas lahan
Distribusi pengusaha tanaman hiasdan rataan skor keberhasilan usaha
berdasarkan status kepemilikan lahan
Distribusi pengusaha tanaman hiasdan rataan skor keberhasilan usaha
berdasarkan jumlah tenaga kerja
Rataan skor karakter wirausaha tanaman hias di Meruya Selatan
Rataan skor pertumbuhan usaha tanaman hias di Meruya Selatan
Hubungan karakter wirausaha dengan keberhasilan usaha tanaman hias

2
2
3
16
19
20
20
21
22
23
24
25
26
26

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pemikiran operasional penelitian

12

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4

Hasil uji validitas
Hasil uji reliabilitas
Hasil uji korelasi Rank Spearman karakter wirausaha dengan
keberhasilan usaha
Dokumentasi

34
39
40
42

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Suatu negara akan mampu mengembangkan negaranya apabila memiliki
wirausahawan sebanyak 2% dari jumlah penduduknya (Alma 2003). Indonesia
telah tertinggal dalam kuantitas wirausahawan dibandingkan dengan Amerika
yang berjumlah 15% dan Malaysia yang mencapai sekitar 6%. Wirausaha
Indonesia saat ini masih berjumlah sekitar 1.26%1. Karena itu, sudah saatnya kita
dituntut mampu untuk menciptakan lapangan pekerjaan baru melalui
kewirausahaan.
DKI Jakarta merupakan pusat perekonomian dan pemerintahan Indonesia.
Karena itu, DKI Jakarta menjadi kota yang vital bagi kelangsungan Negara.
Masyarakat memanfaatkan peluang pekerjaan yang ada di DKI Jakarta, baik
menjadi buruh maupun wiraswasta. Namun, DKI Jakarta menjadi provinsi dengan
tingkat pengangguran tertinggi kedua setelah Banten dengan angka tingkat
pengangguran terbuka sebesar 9,94% 2 . Hal ini disebabkan tidak sebandingnya
peningkatan jumlah penduduk dengan lapangan pekerjaan yang tersedia.
Kewirausahaan merupakan salah satu jawaban untuk mengurangi jumlah
pengangguran di DKI Jakarta. Dengan adanya semangat kewirausahaan maka
dapat meningkatkan kemandirian masyarakat.
Pemprov DKI Jakarta telah melakukan beberapa cara dalam mengatasi serta
mengurangi jumlah pengangguran. Salah satunya melalui usaha mikro kecil
menengah yang dijalankan Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil Menengah dan
Perdagangan (KUMKMP) DKI Jakarta. Berdasarkan catatan Dinas Tenaga Kerja
dan Transmigrasi (Disnakertrans) DKI Jakarta jumlah pengangguran tahun 2011
berkurang menjadi 555 410 dari jumlah 580 511 di tahun 20103.
Agribisnis merupakan cara pandang pertanian secara modern dimana
sektor pertanian yang meliputi beberapa subsistem dapat dikembangkan melalui
banyak kegiatan usaha mulai dari subsistem hulu hingga subsistem hilir. Pertanian
kini tidak hanya dipandang sebagai kegiatan bercocok tanam namun juga meliputi
berbagai kegiatan yang berhubungan dengan pertanian di berbagai sektor.
Pengembangan UKM di bidang agribisnis memiliki peluang cukup besar karena
semua orang memerlukan produk pertanian yang menyangkut kebutuhan primer,
sekunder maupun tersiernya.
Penerapan kewirausahaan di bidang pertanian nampaknya masih sulit
untuk diterapkan di wilayah DKI Jakarta. Semakin meningkatnya pembangunan
di DKI Jakarta baik untuk pembangunan perumahan, gedung perkantoran maupun
tempat perbelanjaan, semakin mendorong penyempitan lahan bagi pertanian.
Kondisi luas lahan DKI Jakarta mengurangi kemungkinan dalam mengusahakan
produk pertanian seperti tanaman pangan dan hortikultura yang memerlukan lahan
1

http://sindonews.com/read/2013/09/19/34/785269/jumlah-pengusaha-di-indonesia-hanya-1-25
(diacu pada 20 Maret 2014)
2
http://bisnis.com/quicknews/read/20130902/77/160158/10-provinsi-dengan-tingkatpengangguran-tertinggi (diacu pada 20 Maret 2014)
3
http://www.jakarta.go.id/v2/news/2012/09/sektor-umkm-mampu-kurangi-jumlahpengangguran#.U8f6WOJvbqM (diacu pada 5 Juli 2014)

2
khusus pertanian. Penurunan luas lahan pertanian tanaman pangan dapat dilihat
pada Tabel 1.
Tabel 1 Luas panen tanaman pangan dan hortikultura di DKI Jakarta tahun 20092012 (ha)
Jenis Tanaman
2009
2010
2011
2012 Pertumbuhan (%)
Jagung
16
15
12
3
-33.75
Kacang Tanah
9
9
7
1
-35.9
Padi
1 974
2 015
1 723
1 897
-0.77
Ubi Kayu
26
25
15
4
-39.03
Bayam
1 014
1 045
728
377
-25.164
Ketimun
16
12
20
0
-19.44
Terung
10
9
3
0
-58.89
Sumber: Badan Pusat Statistik Indonesia (diolah), 2013

Luas lahan yang digunakan untuk mengusahakan tanaman pangan dan
hortikultura seperti padi, jagung, ubi kayu, kacang tanah, bayam, ketimun, dan
terung mengalami penurunan rata rata dari tahun 2009 hingga tahun 2012.
Penurunan luas panen tanaman pangan dan hortikultura merupakan gambaran
bahwa wilayah DKI Jakarta untuk pertanian semakin berkurang. Penurunan luas
lahan paling besar ialah lahan untuk penanaman terung dengan penurunan sebesar
58.89 persen.
Daya dukung lahan yang semakin berkurang dapat menyebabkan
menurunnya produksi pertanian di DKI Jakarta. Penurunan produksi ketimun
merupakan penurunan produksi tertinggi dibandingkan tanaman pangan lainnya
dari tahun 2009 hingga tahun 2012 yaitu sebesar 75.10 persen. Penurunan
produksi tanaman pangan di DKI Jakarta dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Produksi tanaman pangan dan hortikultura di DKI Jakarta tahun 20092012 (ton)
Jenis Tanaman
2009
2010
2011
2012
Pertumbuhan (%)
Jagung
32
31
23
6
-50.4
Kacang Tanah
9
10
7
1
-35.97
Padi
11 013
11 164
9 516
11 044
-0.02
Ubi Kayu
305
290
176
47
-1.15
Bayam
5 074
5 607
2 552
8 874
67.92
Ketimun
169
73
23
0
-75.10
Terung
95
87
1
0
-69.09
Sumber: Badan Pusat Statistik Indonesia (diolah), 2013

Menurunnya produksi tanaman dapat menurunkan minat petani dalam
berusaha dibidang pertanian on farm. Sehingga petani lebih memilih untuk
berusaha di bidang lain. Namun, tidak semua produksi pertanian mengalami
penurunan. Salah satu usaha di bidang pertanian yang dapat dikembangkan di
wilayah DKI Jakarta yang sempit lahan ialah usaha tanaman hias. Berbeda dengan

3
tanaman pangan dan hortikultura yang membutuhkan lahan luas, tanaman hias
tidak memerlukan lahan yang luas. Tanaman hias dapat ditempatkan di pot atau
poly bag sebagai media tanamnya dan diletakkan di pekarangan rumah baik secara
vertical maupun horizontal. Pada Tabel 3 dapat dilihat peningkatan produksi pada
beberapa jenis tanaman hias di DKI Jakarta. Peningkatan produksi ini dapat
mengindikasikan adanya peluang usaha.
Tabel 3 Produksi tanaman hias di DKI Jakarta tahun 2010-2012 (pohon)
Jenis tanaman
Aglaonema
Anggrek
Anthurium Bunga
Anthuriun Daun
Caladium
Dieffenbachia
Dracaena
Euphorbia
Gladiol
Kamboja Jepang
Mawar
Melati
Monstera
Pakis
Palem
Pedang-Pedangan
Philodendron
Pisang-Pisangan
Soka

2010
29 106
13 055 65
67 463
13 686
8 517
18 626
18 562
28 527
1 669
49 552
26 550
17 298
107
4 877
16 568
41 147
23 858
100 069
39 913

2011
12 822
1 683 623
85 385
4 823
4 940
5 711
16 863
7 530
5 147
26 850
31 841
29 931
396
7 793
40 634
17 349
5 462
25 551
89 563

2012
57 641
211 438
23 419
7 151
2 877
2 833
16 516
44 178
2 503
107 280
46 465
48 417
422
8 532
25 839
28 879
37 383
24 394
36 580

Pertumbuhan (%)
146.80
-29.24
-23.00
-8.25
-41.88
-59.87
-5.61
206.54
78.51
126.87
32.93
67.40
138.33
34.64
54.42
4.31
253.66
-39.50
32.62

Sumber: Badan Pusat Statistik Indonesia (diolah), 2013

Selain melihat dari ketersediaan lahan, gaya hidup masyarakat DKI Jakarta
dapat menjadi peluang usaha tanaman hias. Tanaman hias saat ini dinilai lebih
kepada kegunaannya, ketimbang citranya. Masyarakat mulai menjadikan tanaman
hias sebagai salah satu kebutuhan. Nilai jual tanaman hias tidak lagi berdasarkan
jenis atau spesiesnya yang sedang tren. Tanaman dinilai dari kecantikannya atau
keunikannya. Konsep go green, penghijauan, back to nature, global warming
menjadikan tanaman hias mulai dirasakan sebagai kebutuhan untuk keseimbangan
kehidupan manusia. Badan Antariksa Amerika (NASA) dalam laporannya
mengemukakan bahwa beberapa tanaman mampu menyerap polutan termasuk
tanaman hias. Tanaman tersebut diantaranya aglaonema, dracaena, ficus,
sansevieria, clorophytum, chamaedorea, philodendron, dan anthurium (Budiarto
2012). Kebutuhan ruang terbuka hijau sangat diperlukan untuk keseimbangan
hidup, namun lahan yang dibutuhkan untuk menanam tanaman sangat sempit,
sehingga muncul konsep penanaman secara vertical dan taman atap yang
menggunakan tanaman hias.

4
Kawasan Meruya Selatan, Kecamatan Kembangan, Jakarta Barat
merupakan salah satu kawasan yang sebagian penduduknya mengusahakan
tanaman hias. Para pengusaha tanaman hias memanfaatkan lahan pekarangan
rumahnya sebagai tempat budidaya maupun sebagai tempat transaksi jual beli.
Kawasan ini menjadi salah satu sentra tanaman hias di DKI Jakarta. Selain
menjual tanaman hias, pengusaha tanaman hias di Meruya Selatan juga
membudidayakan tanaman hias dari benih maupun bibit. Berkembangnya usaha
tanaman hias di Meruya Selatan tak lepas dari peran karakter yang dimiliki
pengusahanya. Karena itu, dapat dilihat hubungan antara karakter wirausaha
terhadap keberhasilan usaha tanaman hias di Meruya Selatan.

Perumusan Masalah
Permintaan terhadap tanaman hias dapat dikatakan meningkat seiring
dengan peningkatan produksi tanaman hias di DKI Jakarta. Tanaman hias juga
menjadi kesempatan untuk membangkitkan pertanian di DKI Jakarta yang
semakin modern. Namun, peluang ini tidak sejalan dengan pembangunan di DKI
Jakarta yang terfokus pada bangunan perkantoran, perumahan, dan tempat hiburan.
Terdapat berbagai lokasi pengusahaan tanaman hias di DKI Jakarta, salah satunya
adalah di wilayah Kelurahan Meruya Selatan, Kecamatan Kembangan, Jakarta
Barat. Pengembangan usaha tanaman hias di wilayah ini sudah berlangsung
selama lebih dari tiga puluh tahun dan tetap bertahan di tengah pembangunan DKI
Jakarta yang semakin mendesak lahan pertanian. Usaha budidaya dan transaksi
jual beli dilaksanakan di pekarangan rumah pemilik atau di lahan dekat rumah
pemilik. Sebagian besar pengusaha tanaman hias menjual tanamannya hanya di
lokasi budidaya karena kawasan ini sudah terkenal dengan produk tanaman
hiasnya. Proses pemasaran tanaman hias pun hanya dengan media dari mulut ke
mulut sehingga pembeli dapat datang sendiri ke lokasi penjualan atau memesan
melalui jaringan telepon untuk pembeli yang sudah terpercaya.
Tanaman hias merupakan tanaman yang permintannya dapat tergantung
oleh tren, sehingga pengusaha harus cerdik dalam membaca atau menciptakan tren.
Namun, sebagian besar pengusaha tanaman hias di wilayah Meruya Selatan
merupakan pengusaha yang tidak bisa menciptakan tren, sehingga pengusaha
hanya mengikuti tren yang sedang berkembang. Ketergantungan terhadap tren
inilah yang membuat pendapatan pengusaha tanaman hias di Meruya Selatan
berfluktuasi. Adakalanya suatu tanaman memiliki harga yang sangat tinggi namun
dalam waktu yang sulit ditentukan, tanaman yang sama mengalami penurunan
harga yang signifikan karena sudah tidak tren.
Skala usaha dan tingkat kesuksesan pengusaha tanaman hias di Meruya
Selatan cukup beragam. Keberagaman ini juga dapat dipengaruhi oleh sikap
pengusaha yang cukup individualis. Sebagian besar pengusaha yang
membudidayakan tanaman hias di Meruya Selatan tidak bergabung dalam
kelembagaan yang ada yaitu Gapoktan Kembang Meruya. Ada beberapa
pengusaha yang telah bergabung namun tidak memanfaatkan kesempatan yang
dimiliki dalam Gapoktan tersebut. Meskipun terdapat kendala dalam usaha
tanaman hias, pengusaha tanaman hias tetap dapat menjalankan usahanya dengan
baik. Usaha tanaman hias masih tetap eksis hingga sekarang di tengah

5
pembangunan DKI Jakarta. Masih bertahannya pengusaha tanaman hias tidak
terlepas dari karakter yang dimiliki. Hal ini mengindikasikan adanya karakter
khusus yang ada pada diri pengusaha yang berhubungan dengan keberlangsungan
usaha.
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan, maka perumusan masalah dalam
penelitian ini meliputi:
1. Karakter wirausaha apa yang dimiliki pengusaha tanaman hias di Meruya
Selatan?
2. Bagaimanakah keberhasilan pengusaha tanaman hias di Meruya Selatan
dilihat dari pertumbuhan usaha dan penjualan?
3. Bagaimana hubungan karakter wirausaha terhadap keberhasilan usaha
tanaman hias di Meruya Selatan?

Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada perumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui karakter wirausaha yang dimiliki oleh pengusaha tanaman hias di
Kelurahan Meruya Selatan.
2. Mengetahui tingkat keberhasilan usaha tanaman hias di Meruya Selatan
berdasarkan indikator peningkatan pendapatan dan pertumbuhan usaha.
3. Mengetahui hubungan karakter wirausaha terhadap keberhasilan usaha
tanaman hias di Kelurahan Meruya Selatan.

Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini bagi penulis adalah untuk
melatih kemampuan analisis penulis serta, pengaplikasian konsep-konsep ilmu
pengetahuan yang diterima selama kuliah dengan mengamati gejala praktis yang
terjadi di lapangan. Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi para pengusaha
tanaman hias di wilayah Meruya Selatan untuk mengetahui sejauh mana karakter
yang dimiliki oleh wirausaha berhubungan dengan kesuksesanusaha tanaman hias.
Sedangkan untuk perguruan tinggi dan kalangan akademisi diharapkan penelitian
ini dapat dijadikan sebagai referensi akademik dan bahan kajian atau acuan untuk
penelitian selanjutnya.

Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dibatasi pada kajian keberhasilan pengusaha tanaman hias
berdasarkan indikator pertumbuhan usaha dan pendapatan. Penelitian ini tidak
mengkaji keberhasilan pengusaha tanaman hias terhadap indikator keberhasilan
selain pertumbuhan usaha dan pendapatan. Karakter kewirausahaan yang akan
diteliti meliputi berorientasi masa depan, berani mengambil risiko, inovatif, kerja
keras, percaya diri, dan tanggung jawab. Responden yang di teliti berjumlah 38
pengusaha yang berada di wilayah Meruya Selatan, Kecamatan Kembangan,

6
Jakarta Barat. Penelitian ini menggunakan alat analisis deskriptif dan analisis
korelasi Rank Spearman.

TINJAUAN PUSTAKA
Karakter Wirausaha
Pengusaha memiliki karakter yang berbeda dalam menjalankan usahanya.
Terdapat berbagai karakter yang dapat dimiliki oleh tiap pengusaha. Tagraf (2009)
mengumpulkan berbagai karakter wirausaha yang dibahas dari berbagai sumber.
Terdapat 22 karakter yang membangun wirausaha yaitu pengambilan risiko,
inovatif, orientasi hasil, pengendalian diri, pengambilan keputusan, keinginan
untuk mandiri, jeli melihat peluang, intuitif, visioner, percaya diri, bertanggung
jawab, mengelola sumberdaya, memberi nilai tambah, kecakapan jaringan kerja,
inspiratif, orientasi untuk berkembang, rajin, membangun diri, profesional,
pengalaman, kemampuan untuk menggerakkan aset intangible, dan proaktif.
Karakter yang paling banyak disebutkan oleh berbagai sumber yaitu pengambilan
risiko, inovatif, orientasi hasil, pengendalian diri, pengambilan keputusan, dan
keinginan untuk mandiri.
Darya (2012) mengemukakan bahwa variabel karakter kewirausahaan
meliputi faktor mampu mengatasi kegagalan, mampu mengatasi perubahan,
keinginan berkembang, keinginan untuk unggul, memiliki pengetahuan baru.
Keempat faktor tersebut mempunyai pengaruh signifikan dan positif terhadap
kompetensi usaha dan kinerja Usaha Mikro dan Kecil (UMK) di Kota Balikpapan.
Sedangkan Noviana (2013) menggunakan lima karakter yang dimiliki wirausaha
yang selanjutnya akan dikaitkan dengan keberhasilan usaha. Kelima karakter
tersebut adalah kepemimpinan, pengambilan keputusan, pengambilan risiko,
perencanaan bisnis, dan menggunakan waktu secara efektif. Karakter yang
berpengaruh terhadap keberhasilan pada penelitian Noviana adalah kepemimpinan,
perencanaan bisnis, dan menggunakan waktu secara efektif.
Purwanti (2012) mengungkapkan terdapat pengaruh karakteristik wirausaha
terhadap perkembangan usaha UMKM di desa Dayaan dan Kalilondo Salatiga
secara signifikan. Hasil penelitian menunjukan pengaruh positif, yang berarti
semakin tinggi karakteristik wirausaha maka akan semakin tinggi perkembangan
usaha UMKM di desa Dayaan dan desa Kalilondo Salatiga. Hal ini berarti untuk
meningkatkan perkembangan usaha perlu adanya kemampuan berinovasi,
kemampuan untuk mengelola para karyawan atau tenaga kerja serta mempunyai
keinginan berprestasi dalam memproduksi produk yang dihasilkan.
Penelitian ini akan menggunakan enam karakter wirausaha yaitu orientasi
masa depan, berani mengambil risiko, inovatif, bekerja keras, percaya diri, dan
bertanggung jawab. Karakter orientasi masa depan di adaptasi dari karakter yang
disebut visioner dan jeli melihat peluang Tagraf (2009), dan keinginan
berkembang Darya (2012). Berani mengambil risiko ditinjau dari penelitian
Tagraf dan Noviana yang meneliti karakter pengambilan keputusan. Inovatif
ditinjau dari penelitian Purwanti (2012) yaitukemampuan berinovasi, Tagraf
(2009) yang menyebutkan inovatif dan memberi nilai tambah, dan Darya (2012)

7
yang menyebutkan wirausaha memiliki pengetahuan baru. Karakter bekerja keras
diadaptasi dari karakter rajin (Tagraf 2009) dan mampu mengatasi kegagalan
(Darya 2012). Sedangkan karakter percaya diri dan bertanggung jawab dijelaskan
dalam penelitian Tagraf (2009).
Keberhasilan Usaha
Keberhasilan usaha dapat diukur dengan beberapa indikator. Salah satu
indikator yang dapat terlihat ialah mengenai pendapatan. Keberhasilan usaha pada
Unit Usaha Tahu Serasi Bandungan KWT Damai, Semarang diukur dengan
peningkatan laba (Warnaningsih 2011). Hal ini mengindikasikan peneliti
menggunakan tolok ukur materiil sebagai ukuran keberhasilan usaha. Selain
peningkatan laba, keberhasilan juga dapat dilihat dari R/C total (Kristianto 2009).
Rasio RC total menggambarkan seluruh penerimaan dan pengeluaran dalam usaha
ternak baik tunai maupun tidak tunai. Keberhasilan peternak mitra diukur dengan
melihat nilai rasio RC peternak mitra kemudian membandingkannya dengan nilai
rata-rata rasio RC seluruh peternak mitra. Peternak mitra yangberhasil adalah
peternak mitra yang memiliki nilai rasio RC lebih besar atau sama dengan nilai
rata-rata rasio pendapatan peternak mitra. Sedangkan Dalimunthe (2002)
menambahkan indikator tenaga kerja untuk melihat keberhasilan usaha industri
kecil. Keberhasilan usaha yang memiliki pengaruh signifikan pada penelitiannya
yaitu jumlah tenaga kerja, produktivitas tenaga kerja, jumlah penjualan dan
pertumbuhan penjualan.
Keberhasilan usaha tidak hanya mengenai pendapatan dan laba yang
diperoleh. Noviana (2013) menganalisis keberhasilan peternak sapi perah
berdasarkan empat hal. Keempat hal tersebut ialah kelangsungan usaha,
menyediakan lapangan kerja bagi masyarakat sekitarnya, meningkatkan
kesejahteraan keluarga, dan meningkatkan kualitas hidup bagi pemakai produk.
Indikator keberhasilan tersebut dikembangkan menjadi beberapa pertanyaan yang
menggambarkan adanya pertumbuhan usaha. Selanjutnya pertumbuhan usaha
pada penelitian Setyawati et.al (2013) dijelaskan dalam tiga hal. Pertumbuhan
usaha dibagi kedalam pertumbuhan unit usaha, tenaga kerja, dan aset produksi.
Noviana menghubungkan karakter wirausaha dan faktor teknis dengan
keberhasilan usaha menggunakan alat analisis Rank Spearman dengan taraf nyata
5%, sedangkan Hardian (2011) menggunakan taraf nyata yang lebih besar yaitu
20%.
Penelitian ini mengukur keberhasilan menggunakan dua indikator yaitu
pertumbuhan usaha dan pendapatan. Untuk melihat pertumbuhan usaha digunakan
tolok ukur peningkatan omset, peningkatan jumlah tanaman yang dijual
(Dalimunthe 2002, Kristianto 2009, Warnaningsih 2011), peningkatan jumlah
tenaga kerja (Noviana 2013 dan Setyawati 2013), peningkatan jenis tanaman yang
dibudidayakan, peningkatan jumlah tanaman yang dibudidayakan, kenaikan pajak
yang dibayar, bertambahnya pelanggan tetap, meluasnya jaringan pasar, dan
perluasan lahan (Setyawati 2013). Sedangkan pendapatan diukur dengan data
penjualan (Dalimunthe 2002).

8

KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Wirausaha
Menurut Kasmir (2006), pengertian dari wirausaha adalah orang berjiwa besar
berani mengambil risiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan. Berjiwa
berani mengambil risiko artinya bermental mandiri dan berani memulai usaha, tanpa
diliputi rasa takut atau cemas sekalipun dalam kondisi tidak pasti. Seorang wirausaha
dalam pikirannya selalu berusaha mencari, memanfaatkan, serta menciptakan peluang
usaha yang dapat memberikan keuntungan. Risiko kerugian merupakan hal yang
biasa karena mereka berprinsip bahwa faktor kerugian pasti ada. Bahkan, semakin
besar risiko keuangan yang akan dihadapi, semakin besar pula keuntungan yang dapat
diraih. Tidak ada istilah rugi selama seseorang melakukan usaha dengan penuh
keberanian dan penuh perhitungan.
Menurut Meredith (2000), para wirausaha adalah orang-orang yang
mempunyai kemampuan melihat dan menilai kesempatan-kesempatan bisnis,
mengumpulkan sumber-sumber daya yang dibutuhkan guna mengambil keuntungan
daripadanya dan mengambil tindakan yang tepat guna memastikan sukses. Pengertian
secara agribisnis yaitu wirausaha yang menggerakkan usahanya dalam lingkup basis
pertanian (tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan, dan
kehutanan). Mulai dari subsistem hulu (pembenihan, pupuk, pestisida, vaksin,
alsintan, dan peralatan pertanian lainnya), subsistem usaha tani (kegiatan
menghasilkan produk pertanian primer), subsistem pengolahan (mengolah produk
pertanian primer menjadi barang jadi atau setengah jadi), perdagangan produk primer
maupun hasil akhir, hingga wirausaha yang bergerak di subsistem jasa bagi agribisnis
(asuransi, pergudangan, koperasi, dan lainnya).
Karakter Wirausaha
Karakter mengandung pengertian suatu kualitas positif yang dimiliki
seseorang, sehingga membuatnya menarik dan atraktif. Dalam kamus
Poerwadarminta (Suryana 2010) karakter diartikan sebagai tabiat, watak, sifat
kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain.
Seorang wirausaha memiliki karakter yang khas dibandingkan dengan yang lainnya.
M enurut Longeneckeret al. (2000), Karakter wirausha meliputi:
1. Kebutuhan akan berhasil
2. Keinginan untuk mengambil risiko
3. Percaya diri
4. Keinginan kuat untuk berbisnis
Bygrave (Suryana 2010) mengemukakan beberapa karakter dari wirausaha
yang berhasil, yang dikenal dengan 10 D, yaitu:
1. Dream, seorang wirausaha mempunyai visi bagaimana keinginannya terhadap
masa depan pribadi dan bisnisnya termasuk kemampuan untuk mewujudkan
impiannya.
2. Decisiveness, seorang wirausaha membuat keputusan yang cepat dengan
penuh perhitungan.
3. Doers, keputusan yang telah diambil langsung ditindaklanjuti, dan tidak mau
menunda kesempatan yang dapat dimanfaatkan.

9
4. Determination, melaksanakan kegiatan penuh seksama, tanggung jawab
tinggi, dan tidak mudah menyerah terhadap rintangan.
5. Dedication, dedikasi yang tinggi, bahkan terkadang lebih mementingkan
bisnisnya dibanding keluarganya.
6. Devotion, sangat mencintai bisnis dan produk yang dihasilkan, sehingga
menjadi pendorong mencapai keberhasilan yang efektif dalam menjual dan
menawaran produknya.
7. Details, sangat memerhatikan faktor kritis secara terperinci dan tidak
mengabaikan hal-hal kecil yang dapat menghambat usahanya.
8. Destiny, bertanggung jawab terhadap tujuan yang hendak dicapai, serta tidak
bergantung terhadap orang lain dan memiliki kebebasan.
9. Dollars, motivasinya bukan memeroleh uang dan uang dianggap sebagai
ukuran kesuksesan setelah usahanya berhasil.
10. Distribute, bersedia mendistribusikan kepemilikan bisnis terhadap orang yang
dapat dipercaya, kritis, dan mau diajak untuk meraih kesuksesan dalam
usahanya.
Menurut Nitisusastro (2009) karakter yang harus dimiliki oleh wirausaha
adalah bekerja keras, percaya diri, berorientasi masa depan dan inovatif. Selanjutnya
dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Bekerja keras: Seorang wirausaha termotivasi untuk menyelesaikan pekerjaan
sesuai dengan dorongan naluri dan keinginannya. Mereka mengejar kepuasan
batin, tidak terbatasi oleh dimensi waktu, dan ruang melainkan berorientasi
terhadap hasil kerja atau sesuatu yang ingin dicapai.
2. Percaya diri: pribadi yang mantap, tidak mudah terombang-ambing oleh
pendapat dan saran orang lain, namun saran tersebut tidak ditolak mentahmentah melainkan mempertimbangkan secara kritis. Optimis merupakan
salahsatu ciri dari orang yang memiliki sikap percaya diri.
3. Berorientasi masa depan: seorang wirausaha haruslah perspektif, mempunyai
misi ke depan, apa yang hendak ia lakukan, dan apa yang ingin ia capai.
Faktor kontinuitas harus dijaga dan pandangan harus ditujukan jauh ke depan.
Untuk menghadapi pandangan jauh ke depan, seorang wirausaha akan
menyusun perencanaan dan strategi dengan matang agar langkah-langkah
yang akan dilaksanakan menjadi jelas.
4. Inovatif: inovasi memerlukan pencarian kesempatan baru. Hal tersebut berarti
perbaikan barang dan jasa yang ada, menciptakan barang dan jasa baru, atau
mengombinasikan unsur-unsur produksi yang ada dengan cara baru dan lebih
baik.

Keberhasilan Usaha
Riyanti (2003) menyatakan bahwa unsur terpenting di balik keberhasilan
usaha adalah keterampilan wirausaha untuk mengenali pasar khusus dan
mengembangkan suatu usaha di pasar tersebut. Begitu pula disebutkan bahwa
keberhasilan usaha diukur dari tingkat kemajuan yang dicapai perusahaan dalam
hal akumulasi modal, jumlah produksi, jumlah pelanggan, perbaikan sarana fisik,
perluasan usaha, dan kepuasan karyawan. Keberhasilan seorang wirausaha tidak
semata-mata diukur dalam bentuk uang, tetapi juga melihat kemajuan dalam
proses bisnis internal perusahaan dan kepuasan kerja karyawan. Ukuran
kesuksesan seorang wirausaha antara lain adalah :
1. Kelangsungan usaha.
2. Menyediakan lapangan kerja bagi masyarakat sekitarnya.

10
3. Meningkatkan kesejahteraan keluarga.
4. Meningkatkan kualitas hidup bagi para pemakai produk.
Menurut Day (1990), performance outcomes (keberhasilan) perusahaan
meliputi : (1) satisfaction (kepuasan) artinya semakin banyak pihak-pihak yang
merasa terpuaskan oleh keberadaan perusahaan itu, seperti pelanggan, pemilik
saham, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok dan pemerintah; (2) loyality
(loyalitas), menyangkut kesetiaan pelanggan terhadap produk yang dihasilkan
oleh perusahaan sehingga mereka tidak berpindah dalam pembelian pada produk
perusahaan lain; (3) market share (pangsa pasar), dalam hal ini sejauh mana
perusahaan tersebut mampu untuk terus meningkatkan dan memperluas pangsa
pasarnya bahkan mampu menjadi pemimpin pasar, dan (4) profitability
(peningkatan pendapatan), suatu perusahaan dikatakan berhasil dalam usahanya
dan menunjukkan kinerja yang baik jika secara bertahap terus memperlihatkan
peningkatan profit yang signifikan. Selanjutnya Day menyebutkan bahwa
performance outcomes yang menunjukkan tercapainya pertumbuhan dan
keuntungan dipengaruhi oleh positions of advantage yang meliputi: nilai
pelanggan yang superior dan biaya yang relatif rendah. Selain itu positions of
advantage juga menentukan sources of advantage yang meliputi: keahlian yang
superior, sumber-sumber yang superior dan sistem kendali yang superior. Namun
demikian sources of advantage akan terwujud bila ada investasi terusmenerus
yang diambil dari performance outcomes.
Kerangka Pemikiran Operasional
DKI Jakarta memiliki peluang dalam pengembangan pertanian khususnya
pada tanaman hias. Sempitnya lahan untuk pertanian di DKI Jakarta tidak
memungkinnya lagi untuk mengembangkan pertanian pangan. Dilihat dari kondisi
wilayah Jakarta maka tanaman yang cocok yaitu tanaman hias karena
budidayanya dapat dilakukan di lahan yang sempit, secara vertical, dan
menggunakan pot. Karakterisitik tanaman hias yang umumnya lebih tahan
terhadap cuaca panas pun menjadi kelebihan tanaman hias dibanding tanaman
pangan. Permintaan terhadap tanaman hias pun semakin bertambah, dilihat dari
peningkatan produksi tanaman hias di DKI Jakarta. Tanaman hias pun kini sudah
menjadi hobi atau gaya hidup bagi kalangan tertentu.
Peluang tanaman hias yang cukup besar untuk dikembangkan di DKI
Jakarta harus dapat dimanfaatkan oleh pengusaha tanaman hias. Salah satu
kawasan sentra tanaman hias di DKI Jakartaadalah wilayah Kelurahan Meruya
Selatan, Kecamatan Kembangan, Jakarta Barat. Pengusaha melakukan kegiatan
budidaya sekaligus pemasaran di pekarangan rumahnya ataupun di lahan dekat
rumahnya. Proses pemasaran produknya pun hanya memanfaatkan promosi dari
mulut ke mulut. Meskipun demikian, usaha tanaman hias masih dapat eksis dan
bertahan seiring berkurangnya semangat pertanian di DKI Jakarta.
Masih bertahannya usaha tanaman hias di DKI Jakarta, meskipun
mengalami ketidakpastian tren dan pendapatan, tidak lepas dari peran
pengusahanya. Jika dilihat dari keberagaman lapangan pekerjaan dan banyaknya
variasi usaha yang dapat dijalankan di DKI Jakarta, maka bisa saja pengusaha
tanaman hias beralih pekerjaan. Namun, hal tersebut tidak memudarkan motivasi
pengusaha untuk berwirausaha di bidang tanaman hias. Banyak faktor yang

11
memengaruhi seseorang untuk berwirausaha dan mempengaruhi kesuksesan
wirausaha. Salah satu faktor yang dapat berhubungan dengan kesuksesan
wirausaha adalah karakter yang dimiliki wirausaha. Dalam bisnis serupa dan
dengan modal yang sama dapat berbeda perkembangan bisnisnya tergantung dari
karakter wirausaha dalam mengelola usahanya. Beberapa karakter yang akan
diteliti pada pengusaha tanaman hias di Meruya Selatan yaitu berorientasi masa
depan, berani mengambil risiko, inovatif, kerja keras, percaya diri, dan tanggung
jawab. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh karakter tersebut
berkorelasi dengan keberhasilan usaha tanaman hias di DKI Jakarta. Indikator
keberhasilan usaha yang digunakan pada penelitian ini adalah pertumbuhan skala
usaha dan penjualan. Kerangka pemikiran operasional dalam penelitian ini dapat
dilihat pada Gambar 1.

METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Kembangan, Kota Administratif
Jakarta Barat, DKI Jakarta dengan responden petani tanaman hias yang berada di
wilayah Meruya Selatan. Pemilihan lokasi didasarkan pertimbangan Kelurahan
Meruya Selatan, khususnya di kawasan Kavling DKI merupakan salah satu sentra
tanaman hias di DKI Jakarta. Pemilihan lokasi juga didasari karena pengusaha
tanaman hias di Meruya Selatan tidak hanya menjual tanaman hias namun juga
membudidayakan tanaman hias dari bibit maupun benih. Penelitian ini dilakukan
pada bulan Maret-Mei 2014.

Jenis dan Sumber Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian terdiri atas data primer dan
sekunder. Data Primer dikumpulkan secara langsung melalui observasi tempat
penelitian dan wawancara dengan pemilik usaha tanaman hias di Meruya Selatan
dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner) yang telah disediakan. Data
sekunder diperoleh dari literatur yang memiliki keterkaitan dengan topik yang
diteliti baik dari media cetak maupun media elektronik. Data tersebut berupa data
yang relevan dari Badan Pusat Statistik, serta data keadaan wilayah dari
Kelurahan Meruya Selatan. Data sekunder juga diperoleh dari hasil penelitian
terdahulu yang terkait dengan topik kewirausahaan dan keberhasilan usaha.

12

-

Pertanian merupakan salah satu sektor
usaha
yang
berpotensi
untuk
dikembangkan
Sempitnya lahan untuk pertanian di Jakarta
Permintaan tanaman hias di Jakarta cukup
besar

Pengusaha Tanaman Hias di Meruya Selatan

-

Kawasan Meruya Selatan menjadi salah satu kawasan pengusahaan
tanaman hias yang cukup besar di DKI Jakarta.
Perubahan
gaya hidup masyarakat Jakarta yang mulai
meninggalkan pertanian tidak memudarkan motivasi pengusaha
tanaman hias di kawasan Meruya Selatan.

Karakter wirausaha:
-Berorientasi masa depan
- Pengambilan risiko
- Inovatif
- Kerja keras
- Percaya diri
- Tanggung jawab

Keberhasilan usaha:
- Pertumbuhan usaha
- Pendapatan
(penjualan)

Korelasi karakter wirausaha terhadap keberhasilan usaha
tanaman hias di Meruya Selatan

Gambar 1 Kerangka pemikiran operasional penelitian

13
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi wawancara serta
observasi lapang yang dilakukan oleh peneliti. Penelitian ini menggunakan
bantuan kuisioner dan daftar pertanyaan wawancara yang diberikan kepada
pemilik usaha tanaman hias di Kelurahan Meruya Selatan. Hasil observasi dan
wawancara dapat diperoleh informasi mengenai karakter kewirausahaan yang
dimiliki oleh pengusaha tanaman hias Meruya Selatan dan mengetahui tingkat
keberhasilan usaha.

Metode Penentuan Sampel
Populasi penelitian ini adalah para pelaku usaha tanaman hias di
Kelurahan Meruya Selatan, Kecamatan kembangan, Jakarta Barat. Pemilihan
responden dilakukan dengan metode sensus yaitu teknik pengambilan data dengan
seluruh populasi diselidiki. Populasi penelitian berjumlah 54 orang, namun hanya
38 orang yang dapat dijadikan responden. Sebanyak 16 orang tidak dijadikan
responden penelitian dengan alasan pengusaha merasa tidak mampu menjawab
pertanyaan dan tidak bersedia untuk diwawancarai.

Metode Analisis Variabel
Penelitian ini menganalisis hubungan karakter wirausaha terhadap
keberhasilan usaha. Karakter diartikan sebagai tabiat, watak, sifat kejiwaan,
akhlak, atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain (Suryana
2010). Seorang wirausaha memiliki karakter tertentu dalam menjalankan usaha.
Karakter yang dikaji dalam penelitian ini meliputi enam karakter yaitu orientasi
masa depan, berani mengambil risiko, inovatif, bekerja keras, percaya diri dan
bertanggung jawab. Keenam karakter ini diukur dengan menggunakan kuesioner.
Masing-masing karakter diukur dengan lima pernyataan pada kuesioner dengan
ukuran:
1. Orientasi masa depan merupakan karakter yang diukur dengan melihat visi,
misi dan tujuan yang dimiliki oleh pengusaha. Pengusaha mengetahui apa
yang hendak ia lakukan dan yang ingin dicapai (Nitisuryo 2009). Orientasi
masa depan diukur dari pandangan pengusaha yang menganggap bahwa apa
yang akan terjadi di waktu yang akan datang merupakan kegiatan yang
penting dan dipikirkan dari sekarang.
2. Berani mengambil risiko diukur dari kesediaan pengusaha untuk melakukan
kegiatan dengan risiko yang tinggi dan memandang kegiatan dengan risiko
tinggi dapat mendatangkan keuntungan yang besar pula.
3. Inovatif merupakan karakter yang mencari kesempatan baru (Nitisuryo 2009).
Pengusaha yang inovatif memiliki pengetahuan yang luas dan berdaya cipta
(Saiman 2009). Inovatif diukur dari pencarian informasi mengenai usaha,
teknik budidaya yang berbeda, keunikan jenis tanaman dan meningkatkan
kualitas produk.

14
4. Bekerja keras merupakan karakter yang pantang menyerah (Suryana 2010),
berorientasi pada hasil dan berkeinginan kuat untuk menyelesaikan
pekerjaannya (Nitisuryo 2009).
5. Percaya diri merupakan pribadi yang mantap, tidak mudah terombang-ambing
oleh pendapat dan saran orang lain, namun saran tersebut tidak ditolak
mentah-mentah melainkan mempertimbangkan secara kritis. Optimis
merupakan salahsatu ciri dari orang yang memiliki sikap percaya diri
(Nitisuryo 2009). Pengusaha cenderung cepat alam mengambil keputusan
(Suryana 2010).
6. Bertanggung jawab terhadap segala aktivitas yang dijalankan baik sekarang
maupun yang akan datang. Tanggung jawab tidak hanya pada segi materiil
namun juga moral pada berbagai pihak ( Saiman 2009). Bertanggung jawab
diukur dari kesediaan pengusaha untuk memenuhi kesepakatan dan tanggung
jawab atas kegiatan yang dilakukan tenaga kerja.
Keberhasilan usaha pada penelitian ini diukur dengan dua indikator yaitu
pertumbuhan usaha dan pendapatan. Keberhasilan usaha diukur dari tingkat
kemajuan yang dicapai perusahaan dalam hal akumulasi modal, jumlah produksi,
jumlah pelanggan, perbaikan sarana fisik, perluasan usaha, dan kepuasan
karyawan (Riyanti 2003). Pertumbuhan usaha diukur dengan sembilan pernyataan
yang mengindikasikan adanya pertumbuhan usaha. Sedangkan pendapatan diukur
dengan melihat data penjualan perbulan. Berikut adalah sembilan faktor yang
menjadi indikator pertumbuhan usaha:
1. Peningkatan jumlah tanaman yang dijual
2. Peningkatan jumlah pajak yang harus dibayar
3. Peningkatan omset
4. Peningkatan luas lahan
5. Peningkatan jumlah tenaga kerja
6. Perluasan jaringan pasar
7. Peningkatan jenis tanaman yang dibudidayakan
8. Penambahan jumlah tanaman yang dibudidayakan
9. Peningkatan jumlah pelanggan tetap.
Pada penelitian ini, karakter wirausaha dan keberhasilan usaha dapat diukur
melalui besarnya skor tiap karakter dan unsur keberhasilan usaha yaitu
pertumbuhan usaha. Pernyataan yang diberikan adalah pernyataan tertutup yang
memiliki pilihan jawaban agar dapat memudahkan pedagang untuk menjawabnya.
Sedangkan untuk unsur penjualan digunakan data penjualan per bulan.
Pilihan untuk unsur keberhasilan usaha dibuat dengan jawaban ya/tidak
(diberi angka 1 = ya atau 0 = tidak). Pemberian skor keberhasilan usaha dilakukan
dengan nilai tertinggi 1 = 100 dan terendah 0 = 0. Sedangkan untuk unsur karakter
wirausaha dibuat dengan menggunakan nilai skor 4 skala yang dibuat berjenjang
mulai dari paling rendah (diberi angka 1 = sangat tidak sesuai) hingga paling
tinggi (diberi angka 4 = sangat sesuai). Pemberian skor sikap wirausahan
dilakukan dengan nilai tertinggi adalah 100 dan terendah 25. Skala Likert
menggunakan ukuran ordinal, karenanya hanya dapat membuat ranking, tetapi
tidak dapat diketahui berapa kali satu pengusaha lebih baik atau lebih buruk dari
pedagang lainnya di dalam skala (Nazir 2011).

15

Metode Analisis Data
Analisis data dilakukan secara deskriptif dan kuantitatif. Analisis
deskriptif digunakan untuk menggambarkan karakter kewirausahaan yang ada
pada diri pengusaha tanaman hias Meruya Selatan. Sedangkan analisis kuantitatif
meliputi analisis hubungan antara karakter kewirausahaan dengan tingkat
keberhasilan usaha tanaman hias. Data yang diperoleh akan diolah menggunakan
software Microsoft Excel 2007 dan SPSS 19 for Windows.
Uji Validitas dan Realibilitas
Pernyataan-pernyataan dalam kuisioner yang dipertanyakan kepada
pedagang terlebih dahulu dilakukan pengujian melalui uji validitas dan uji
reliabilitas. Pada penelitian ini uji validitas dan reliabilitas dilakukan terhadap 30
orang pengusaha sebagai pengujian awal kuisioner. Uji validitas menyatakan
bahwa sejauh mana alat pengukur mampu mengukur apa yang diinginkan dari
data sebuah kuisioner (Umar 2005). Dengan kata lain, pengujian validitas
bertujuan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel yang ditanyakan
dapat dipakai sebagai alat ukur. Uji validitas dilakukan dengan menggunakan
software SPSS 19.0 for Windows. Penilaian valid atau tidaknya masing-masing
variabel (pernyataan) dapat dilihat dari nilai Corrected Item-Total Correlation
masing-masing variabel (pernyataan). Suatu variabel dinyatakan valid jika nilai
Corrected Item-Total Correlation > nilai r tabel. Variabel (pernyataan) yang tidak
valid harus dihilangkan dan tidak dipertanyakan kepada pedagang pada saat
pengambilan data dalam penelitian (Wahyono 2009). Seluruh pernyataan yang
diberikan dalam bentuk kuesioner pada pedagang dikatakan valid sehingga
kuesioner digunakan kembali untuk pengolahan data selanjutnya. Hasil uji
validitas dapat di lihat pada Lampiran 1.
Reliabilitas (keandalan) merupakan ukuran suatu kestabilan dan
konsistensi pedagang dalam menjawab hal yang berkaitan dengan konstrukkonstruk pertanyaan yang merupakan dimensi suatu variabel dan disusun dalam
suatu bentuk kuisioner (Nugroho 2005). Reliabilitas adalah suatu nilai yang
menunjukkan konsistensi suatualat pengukur di dalam mengukur gejala yang
sama. Dalam penelitian ini, teknik pengukuran reliabilitas yang digunakan adalah
teknik Cronbach karena skala yangdigunakan dalam penelitian ini adalah skala
Likert Summated Rating. Sama halnya dengan uji validitas, uji reliabilitas juga
dilakukan dengan menggunakan software SPSS 19.0 for Windows. Penilaian
reliabel atau tidaknya masing-masing variabel (pernyataan) dapat dilihat dari nilai
Cronbach’s Alpha. Indikator reliabilitas variabel-variabel (pernyataan-pernyataan)
adalah sebagai berikut:
1. Cronbach’s Alpha 0.00-0.20 = tidak reliabel
2. Cronbach’s Alpha 0.21-0.50 = kurang reliabel
3. Cronbach’s Alpha 0.51-0.60 = cukup reliabel
4. Cronbach’s Alpha 0.61-0.80 = reliabel
5. Cronbach’s Alpha 0.81-1.00 = sangat reliabel
Berdasarkan hasil akhir dari uji reliabilitas menunjukkan bahwa variabel
yang diukur melalui kuisioner memiliki nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0.792
yang dikategorikan reliabel.

16

Analisis Deskriptif
Analisis ini digunakan untuk memberi gambaran secara kualitatif
mengenai karakteristik wirausaha yang dimiliki oleh pengusaha tanaman hias di
Kelurahan Meruya Selatan, Kecamatan Kembangan, Jakarta Barat. Metode
statistik deskriptif digunakan untuk mengolah data kuantitatif dan merumuskan
karakter wirausaha utama pengusaha tanaman hias. Pengolahan data kuantitatif
menggunakan software Microsoft Excel 2007.
Analisis deskriptif menunjukkan distribusi frekuensi pengusaha tanaman
hias di Meruya Selatan berdasarkan usia, jenis kelamin, status pernikahan, daerah
asal, tingkat pendidikan, pengalaman berwirausaha, luas lahan, kepemilikian
lahan, dan jumlah tenaga kerja. Karakteristik usia, pengalaman berwirausaha, luas
lahan, dan jumlah tenaga kerja dibagi kedalam empat kelas dengan interval antar
kelas ditentukan dengan rumus:
i=

R
k

keterangan:
i
: besar interval antar kelas
R
: range (selisih nilai maksimum dan nilai minimum)
k
: jumlah interval kelas
Rumus interval juga digunakan dalam pengkategorian tingkat keberhasilan
dan tingkat karakter wirausaha yang dimiliki oleh pengusaha tanaman hias dengan
jumlah interval kelas sebanyak empat yaitu sangat rendah, rendah, tinggi dan
sangat tinggi. Pengkategorian skor karakter wirausaha dan pertumbuhan usaha
dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Kategori skor karakter wirausaha dan pertumbuhan usaha
Kategori
Range skor karakter wirausaha Range skor pertumbuhan usaha
sangat rendah
25-43.75
0-25
rendah
43.76-62.5
26-50
tinggi
62.6-81.25
51-75
sangat tinggi
81.26-100
76-100
Pengelompokan pengusaha berdasarkan karakteristik individu dan
karakteristik usahanya juga diukur tingkat keberhasilan tiap kelas. Skor
keberhasilan usaha dikonversi ke dalam skala 0-100 dengan rumus:
Skor keberhasilan =
Keterangan:
x
: nilai skor pada kuesioner
x maks : skor maksimum pada kuesioner

x
× 100
xmaks

17
Analisis Korelasi Rank Spearman
Salah satu jenis analisis korelasi adalah analisis korelasi Rank Spearman.
Analisis ini digunakan untuk menentukan korelasi antara variabel-variabel
berdasarkan peringkat sehingga analisis ini disebut sebagai analisis koefisien
korelasi Rank Spearman. Korelasi Rank Spearman digunakan jika pengamatan
dari dua variabel dalam bentuk skala ordinal dan data menyebar normal (Nazir
2011).
Pengukuran karakter wirausaha dan tingkat keberhasilan usaha menggunakan
Skala Likert. Setiap respon responden dihitung berdasarkan skor yang kemudian
dijumlahkan (summated ratting). Hasil penjumlahan skor tersebut merupakan skor
total yang digunakan untuk menafsirkan posisi responden dalam Skala Likert.
Penghitungan Skala Likert menggunakan ukuran ordinal sehingga skor total hanya
dapat dibuat ranking. Skor atau bobot yang