PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL WIRAUSAHA TERHADAP KEBERHASILAN USAHA.

(1)

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL WIRAUSAHA TERHADAP KEBERHASILAN USAHA

(Survei pada Pengusaha Kain di Sentra Industri Kain Cigondewah Bandung)

SKRI PS I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menempuh Ujian Sidang Skripsi Sarjana Program Studi Pendidikan Manajemen Bisnis

Oleh

Yusdian Frizi Herm ana 0906006

PRO GRAM ST UDI PE NDIDI KAN MANAJE ME N BIS NIS FAKULTAS PE NDI DI KAN E KONO MI DAN BIS NIS

UNI VE RSITAS PE NDI DI KAN I NDO NESIA 2013


(2)

Pengaruh Kecerdasan Emosional

WirausahaTerhadap Keberhasilan

Usaha

(Survei pada Pengusaha Kain di Sentra

Industri Kain Cigondewah Bandung)

Oleh

YusdianFrizi Hermana

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis

© Yusdian Frizi Hermana 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

November 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL WIRAUSAHA TERHADAP KEBERHASILAN USAHA

(Surevi Pada PengusahaKain di Sentra IndustriKainCigondewahBandung) Skripsi ini Disetujui dan Disahkan oleh:

Pembimbing

Dr. B Lena Nuryanti, M.Pd NIP. 19610709 198703 2 001

Mengetahui,

Dekan Fakultas

Pendidikan Ekonomi dan Bisnis Universitas Pendidikan Indonesia

Ketua Program Studi Pendidikan Manajemen Bisnis

Dr. H. Edi Suryadi, M.S. NIP. 19600412 198603 1 002

Dr. Lili Adi Wibowo, S.Sos, S.Pd, M.M. NIP. 19690404 199903 1 001

Tanggung Jawab Yuridis Ada Pada Penulis

YusdianFrizi Hermana NIM. 0906006


(4)

ABSTRAK

Yusdian Frizi Hermana (0906006), “Pengaruh Kecerdasan Emosional Wirausaha Terhadap Keberhasilan Usaha (Survei pada Pengusaha Kain di Sentra Industri Kain Cigondewah Bandung). Di bawah bimbingan Dr. B Lena Nuryanti, M.Pd.

Industri kecil merupakan salah satu penggerak utama dalam perekonomian Indonesia dan memiliki daya saing yang cukup tinggi. Sehingga sector ini diharapkan akan mampu menjadi pendorong, pemicu, dan sekaligus sebagai penggerak pembangunan ekonomi Nasional. Para pengusaha sebagai penggerak industry kecil diharapkan mampu mencapai keberhasilan pada usahanya. Keberhasilan usaha dirasakan sangat penting demi kelangsungan usaha kedepannya. Agar keberhasilan usaha dapat terwujud, maka diperlukan kemampuan kecerdasan emosional wirausaha pada setiap pengusaha sebagai bekal menuju keberhasilan usaha.

Penelitian ini bertujuan 1) untuk memperoleh temuan mengenai kecerdasan emosional wirausaha pengusaha 2) untuk memperoleh temuan mengenai keberhasila nusaha pengusaha 3) untuk memperoleh temuan mengenai pengaruh mengenai pengaruh kecerdasan emosional wirausaha terhadap keberhasilan usaha pengusaha. Objek penelitian ini adalah pengusaha kain di Sentra Industri Kain Cigondewah Bandung. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kecerdasan emosional wirausaha (X) terhadap keberhasilan usaha (Y). Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif, verifikatif dan explanatory survey menggunakan angket dengan teknik simple random sampling serta jumlah sampel sebanyak 74 responden. Teknik analisa data yang digunakan adalah regresi linier sederhana dengan alat bantu software computer statistical package for social scienes (SPSS) 21. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini menyatakan bahwa kecerdasan emosional wirausaha berpengaruh terhadap keberhasilan usaha pengusaha sebesar 59,40%. Berdasarkan hasil penelitian terhadap pengujian hipotesis dapat diketahui bahwa kecerdasan emosional wirausaha memiliki pengaruh positif terhadap keberhasilan usaha.


(5)

ABSTRACT

YusdianFrizi Hermana (0906006), "The Effect of Entrepreneur Emotional

Intelligence to Business Success (Survey on Fabrics Entrepreneur in Fabrics Industry Centers Cigondewah, Bandung).Under the guidance of Dr. BLena

Nuryanti, M.Pd.

Small industry is one of the main drivers of the Indonesian economy and have a fairly high competitiveness. So that this sector is expected to be able to drive, trigger, and at the same time as driving national economic development. The small entrepreneurs as the driving industry is expected to achieve success in business. Perceived success of the business is critical to the future sustainability of the business. In order for business success can be realized, it is necessary entrepreneurial skills of emotional intelligence on each entrepreneur as a preparation towards the success of the business.

This study aims 1) to obtain findings on entrepreneur emotional intelligence 2) to obtain discovery regarding the success of the business entrepreneurs 3) to obtain the effect of the entrepreneur emotional intelligence on the success of business entrepreneurs. Object of this study is the fabric entrepreneur in Fabrics Industry Centers Cigondewah, Bandung. The independent variable in this study is entrepreneur emotional intelligence (X) to business success (Y). This type of research is descriptive, verificative, and explanatory survey using a questionnaire with simple random sampling techniques and sample size of 74 respondents. Data analysis technique used is simple linear regression with computer software tools statistical package for social scienes (SPSS) 21. The results obtained in this study stated that entrepreneur emotional intelligence leads to successful business entrepreneurs at 59.40 %. Based on the results of the study to test the hypothesis it is known that entrepreneur emotional intelligence has a positive affect on the success of the business.


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ……….. i

ABSTRACT ………... ii

KATA PENGANTAR ……… iii

UCAPAN TERIMA KASIH ……….. iv

DAFTAR ISI ………... viii

DAFTAR TABEL ……….. xii

DAFTAR GAMBAR ………... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ……….. xvii

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Penelitian ………... 1

1.2Identifikasi Masalah ………... 15

1.3Rumusan Masalah ………... 16

1.4Tujuan Penelitian ……….... 16

1.5Kegunaan Penelitian ………... 17

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka ……….... 18

2.1.1 Konsep Kecerdasan Emosional Wirausaha ….……... 18

2.1.1.1 Kecerdasan Emosional Wirausaha dalam Kewirausahaan .………..………….. 18

2.1.1.2 Pengertian Emosi …………..………... 21

2.1.1.3 Pengertian Kecerdasan Emosional Wirausaha ……….…………... 23

2.1.1.4 Dimensi Kecerdasan Emosional Wirausaha. 28 2.1.2 Konsep Keberhasilan Usaha ………... 32


(7)

2.1.2.2 Pengertian Keberhasilan Usaha …………... 32

2.1.2.3 Dimensi Keberhasilan Usaha ……….. 39

2.1.3 Pengaruh Kecerdasan Emosional Wirausaha Terhadap Keberhasilan Usaha ……… 44

2.1.4 Orisinalitas Penelitian ……….. 48

2.2 Kerangka Pemikiran ………51

2.3 Hipotesis ……… 56

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian ……….. 57

3.2 Metode Penelitian ………... 58

3.2.1 Jenis dan Metode Penelitian ……… 58

3.2.2 Operasional Variabel ……….. 59

3.2.3 Jenis dan Sumber Data ……….... 65

3.2.4 Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel …. 66 3.2.4.1 Populasi ……… 66

3.2.4.2 Sampel ………. 67

3.2.4.3 Teknik Penarikan Sampel ……… 68

3.2.5 Teknik Pengumpulan Data ………. 69

3.2.6 Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas …………. 71

3.2.6.1 Hasil Pengujian Validitas ………. 72

3.2.6.2 Hasil Pengujian Reliabilitas ………. 78

3.2.7 Teknik Analisis Data ………... 80

3.2.7.1 Analisis Data Deskriptif ………... 82

3.2.7.2 Analisis Data Verifikatif ……….. 83

3.2.7.3 Koefisien Determinasi ……….. 85

3.2.7.4 Pengujian Hipotesis ……….. 86

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil dan Identitas Sentra Industri Kain Cigondewah ……….. 88

4.1.1 Sejarah Industri Kain Cigondewah ………. 88

4.1.2 Identitas Sentra Industri Kain Cigondewah ………… 91


(8)

4.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 92 4.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ……… 93 4.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

Terakhir ……….. 94 4.2.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama

Berdirinya Usaha ………. 95 4.2.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Pernah

Mengikuti Seminar Kewirausahaan ……….. 96 4.2.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Pernah

Mengikuti Pameran UKM ……….. 97 4.3 Tanggapan Responden Terhadap Kecerdasan Emosional

Wirausaha ………. 98

4.3.1 Tanggapan Responden Terhadap Kesadaran Diri … 98 4.3.2 Tanggapan Responden Terhadap Pengaturan Diri .. 102 4.3.3 Tanggapan Responden Terhadap Motivasi ……….. 106 4.3.4 Tanggapan Responden Terhadap Empati …………. 110 4.3.5 Tanggapan Responden Terhadap Keterampilan

Sosial ……….. 114

4.4 Tanggapan Responden Terhadap Keberhasilan Usaha ……... 118 4.4.1 Tanggapan Responden Terhadap Laba ……… 118 4.4.2 Tanggapan Responden Terhadap Produktivitas ….. 121 4.4.3 Tanggapan Responden Terhadap Daya Saing …….. 125 4.4.4 Tanggapan Responden Terhadap Kompetensi ……. 129 4.4.5 Tanggapan Responden Terhadap Terbangunnya

Citra yang Baik ……….. 132 4.5 Pengujian Hipotesis Pengaruh Kecerdasna Emosional

Wirausaha Terhadap Keberhasilan Usaha ……….. 135 4.5.1 Analisis Regresi Linier Sederhana ………. 138 4.5.2 Koefisien Determinasi ……… 140 4.5.3 Pengaruh Kecerdasn Emosional Wirausaha Terhadap Keberhasilan Usaha ………. 141


(9)

4.6 Pembahasan ……… 143 4.6.1 Pembahasan Kecerdasan Emosional Wirausaha …… 143 4.6.2 Pembahasan Keberhasilan Usaha ……….. 146 4.6.3 Pembahasan Kecerdasan Emosional Wirausaha

Terhadap Keberhasilan Usaha ……….. 149 4.7 Implikasi Hasil Penelitian ………. 151

4.7.1 Implikasi Hasil Temuan Bersifat Empirik

Deskriptif ……… 151 4.7.2 Temuan Penelitian bersifat Verifikatif ……….. 151 4.7.3 Temuan Penelitian Bersifat Teoritik ………. 152 4.7.4 Implikasi Hasil Temuan Bersifat Empiris …………. 152 4.8 Implikasi Penelitian Terhadap Perkembangan Pendidikan

Manajemen Bisnis ………. 153 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1 Kesimpulan ……… 156

5.2 Rekomendasi ………. 158

DAFTAR PUSTAKA ……….. 160 LAMPIRAN


(10)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Krisis global sudah empat tahun terakhir berjalan namun kondisi perekonomian global tetap rapuh, pertumbuhan di Negara-negara yang berpendapatan tinggi juga masih lemah.Laporan yang dirilis oleh Global Economic Prospects Bank Dunia menyebut Negara-negara berkembang perlu meningkatkan potensi pertumbuhan ekonomi yang mereka miliki. Negara-negara ini juga perlu melindungi diri dari berbagai resiko yang bisa muncul akibat Zona Euro dan kebijakan fiskal di Amerika Serikat. (sumber: www.worldbank.org, diakses 19:10, 16 Januari 2013).

Indonesia sebagai Negara berkembang di Asia tenggara mendapatkan dampak dari krisis global tersebut, kondisi ekonomi eksternal dan sejumlah faktor internal membuat perekonomian Indonesia tahun 2013 masih belum pasti. Dari sisi internal, keengganan pemerintah menekan subsidi bahan bakar minyak membuat pembangunan infrastruktur terhambat sehingga biaya logistik membengkak. Dari sisi eksternal, pelambatan ekonomi kawasan euroakan menurunkan permintaan dan harga komoditas.

Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Ahmad Erani Yustika menyebutkan, Indef memproyeksikan pertumbuhan ekonomi nasional tahun 2013 berkisar 6,3 persen sampai 6,5 persen. Perkiraan itu lebih rendah daripada asumsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)


(11)

2013 yang sebesar 6,8 persen (sumber: www.kompas.com,diakses 19:15, 16 Januari 2013).

Kontribusi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di pulau Jawa terhadap PDRB 33 Provinsi dapat dilihat pada Gambar 1.1.

Sumber: BPS Jawa Barat Tahun 2013 GAMBAR 1.1

KONTRIBUSI PDRB PROVINSI-PROVINSI DI PULAU JAWA TERHADAP TOTAL PDRB 33 PROVINSI TAHUN 2012 (PERSEN)

Berdasarkan Gambar 1.1 peranan PDRB pulau Jawa terhadap total PDRB 33 Provinsi relatif tidak mengalami perubahan yang signifikan dengan kisaran sekitar 58 persen. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa perekonomian pulau Jawa merupakan kontributor utama dalam perekonomian nasional (Sumber: Badan Pusat Statistik Tahun 2013).

Jawa Barat merupakan salah satu provinsi yang memiliki peranan relatif besar pada perekonomian, baik untuk pulau Jawa maupun Nasional.Tahun 2012, peranan perekonomian Jawa Barat terhadap perekonomian Nasional adalah 14

Luar Jawa 42% DKI

Jakarta 17% Jawa Barat

14% Jawa Tengah

8% DI Yogyakarta

1%

Jawa Timur 15% Banten

3%


(12)

persen. Sementara itu, peranan perekonomian Pulau Jawa terhadap perekonomian Nasional adalah 57,62 persen.

Dengan demikian, dapat diketahui besarnya peranan perekonomian Jawa Barat terhadap perekonomian Pulau Jawa yaitu 24,41 persen. Informasi tersebut menunjukkan pentingnya perekonomian Jawa Barat dalam menggerakkan perekonomian Pulau Jawa maupun Nasional.

Kondisi Industri merupakan gambaran dari kondisi perekonomian suatu Negara.Untuk mengetahui kondisi laju pertumbuhan industri Nasional khususnya industri pengolahan Non Migas dapat dilihat pada Tabel 1.1.

TABEL 1.1

LAJU PERTUMBUHAN INDUSTRI PENGOLAHAN NON MIGAS (KUMULATIF) (DALAM %)

No Lapangan Usaha 2008 2009 2010 2011 2012 1. Makanan, Minuman dan

Tembakau

2,34 11,22 2,78 9,19 8,18 2. Tekstil, Brg. Kulit & Alas Kaki -3,64 0,59 1,77 7,52 1,41 3. Brg. Kayu & Hasil hutan

lainnya

3,45 -1,38 -3,47 0,35 -0,86 4. Kertas dan Barang cetakan -1,48 6,33 1,67 1,49 0,5 5. Pupuk, Kimia & Barang dari

karet

4,46 1,64 4,70 3,95 9,19 6. Semen & Brg. Galian bukan

logam

-1,49 -0,51 2,18 7,19 6,11 7. Logam Dasar Besi & Baja -2,05 -4,23 2,38 13,06 5,57 8. Alat Angkat., Mesin &

Peralatannya

9,79 -2,87 10,38 6,99 6,22 9. Barang lainnya -0,96 3,19 3,00 1,82 4,21

Pertumbuhan Industri Pengolahan Non Migas

4,05 2,56 5,12 6,83 6,13 Pertumbuhan PDB 6,01 4,63 6,19 6,46 6,31

Sumber: Kementrian Perindustrian (Kemenperin) Republik Indonesia

Berdasarkan Tabel 1.1 pertumbuhan industri pengolahan non migas dapat dilihat selama lima tahun terakhir terus mengalami peningkatan, walaupun pada Tahun 2012 mengalami sedikit penurunan dibandingkan dengan Tahun 2011.


(13)

Meskipun hal tersebut bukan suatu masalah besar, tetapi jika dibiarkan atau tidak ada upaya peningkatan maka laju pertumbuhan industri akan terus menurun setiap tahunnya.

Industri kecil merupakan salah satu penggerak utama dalam perekonomian Indonesia dan memiliki daya saing yang cukup tinggi. Sehingga sektor ini diharapkan akan mampu menjadi pendorong, pemicu, dan sekaligus sebagai penggerak pembangunan ekonomi Nasional.

Keberadaan sentra industri kecil khususnya di tengah perekonomian Negara yang sedang berkembang merupakan tulang punggung perekonomian masyarakat, sebab kegiatan utama dari industri kecil menyentuh langsung kebutuhan hidup masyarakat. Namun pada sisi lain, industri kecil dilihat sebagai suatu kegiatan usaha yang kurang profesional, modal terbatas, manajemen sederhana, kemampuan dan keterampilan terbatas, menggunakan teknologi yang serba sederhana, sehingga berdampak pada kerapuhan usahanya.

Pemerintah mendorong usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) untuk terus tumbuh sehingga bisa lebih banyak menyerap tenaga kerja.UMKM diharapkan semakin berperan dalam menekan angka pengangguran.Menteri Koperasi dan UKM Syarif Hasan mengungkapkan, pertumbuhan UMKM di Indonesia meningkat pesat dua tahun terakhir. Bila dua tahun lalu jumlah UMKM berkisar 52,8 juta unit usaha, di tahun 2010 berjumlah 53,8 juta dan pada 2011 sudah bertambah menjadi 55,2 juta unit.

Jumlah UMKM yang terus meningkat ini diharapkan bisa sebanding dengan penyerapan tenaga kerja.Sebagai catatan, rata-rata UMKM bisa menyerap


(14)

3–5 tenaga kerja.Dengan adanya penambahan sekitar 3 juta unit UMKM, dalam dua tahun terakhir, jumlah tenaga yang terserap bertambah 15 juta orang. (www.depkop.go.id, diakses 19:50, 19 April 2013).

Secara nasional misi industri kecil diarahkan untuk memenuhi misi sosial, sedangkan kebijaksanaan regional Jawa Barat dititikberatkan pada usaha-usaha kooperatif dan pengembangan tujuan-tujuan wilayah pembangunan (Bachtiar Hasan, 2003:18).

Sumber: Badan Pusat Stratistik (BPS) Jawa Barat2012 GAMBAR 1.2

PERBANDINGAN PERTUMBUHAN PRODUKSI MIKRO DAN KECIL PROVINSI JAWA BARAT DAN NASIONAL TAHUN 2012 (Q-TO-Q)

Pada tingkat nasional produksi Industri Mikro dan Kecil mengalami pertumbuhan pada triwulan III Tahun 2012 sebesar 5,29 persen. Pertumbuhan pada triwulan ini lebih tinggi dibandingkan dengan petumbuhan pada triwulan sebelumnya yang tumbuh negatif 3,35 persen.

Adapun di Jawa Barat produksi Industri Mikro dan Kecil ini mengalami pertumbuhan positif sebesar 5,08 persen pada triwulan III tahun 2012 setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh negatif 6,38 persen.Hal tersebut menunjukan bahwa


(15)

perindustrian khususnya untuk mikro dan kecilbaik nasional maupun provinsi jawa barat dalam kondisi pertumbuhan yang baik.

Sumber: BPS Nasional 2012

GAMBAR 1.3

PERBANDINGAN PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MIKRO DAN KECIL PROVINSI JAWA BARAT DAN NASIONAL DI BERBAGAI

SEKTOR INDUSTRI TAHUN 2012

Berdasarkan Gambar 1.3 terdapat tiga jenis industri manufaktur mikro dan kecil di Jawa Barat yang tumbuh positif yaitu industri tekstil (4,78%), industri komputer, barang elektronik dan optik (4,22%), dan industri pengolahan tembakau (3,06%), dibandingkan dengan nasional industri tekstil (-3,79%), industri komputer, barang elektronik dan optik (-1,33%), dan industri pengolahan tembakau (-5,28%).Industri tekstil merupakan industri yang mengalami pertumbuhan paling tinggi dibandingkan dengan industri lainnya.

Sektor Usaha Kecil dan Menengah di Jawa Barat menjadi penyumbang terbesar bagi Produk Domestik Regional Bruto Jawa Barat yakni mencapai 62,3 persen. Menurut Kepala Dinas Koperasi dan UKM Jawa Barat Wawan HermawanJumlah UKM di Jawa Barat mencapai 8,2 juta, terbesar di Indonesia.


(16)

Dan berkontribusi ke PDRB secara keseluruhan mengungguli usaha berskala besar (Sumber :http://www.antarajawabarat.com, diakses 09:00, 2 April 2013).

Kota Bandung merupakan kota metropolitan yang berada di propinsi Jawa Barat yang saat ini dijadikan sebagai lahan bisnis oleh para investor baik lokal maupun asing, terdapat beberapa kawasan sentra industri dan perdagangan yang tersebar diberbagai kecamatan namun hanya beberapa yang keberadaannya telah cukup dikenal masyarakat baik lokal, nasional maupun regional dan juga telah lama menjadi tujuan wisata belanja.

Kawasan-kawasan sentra tersebut memberikan andil dalam pemasukan kas daerah. Menjadi salah satu kota metropolitan di Indonesia, Kota Bandung harus bersifat terbuka serta memiliki berbagai peran dan fungsi, berbagai tantangan sekaligus ancaman terhadap pemberlakuan pasar bebas mengharuskan Kota Bandung menjadi menjadi kota yang memiliki daya saing paling kompetitif dibanding kota-kota lainnya dengan memanfaatkan secara optimal dan sinergis berbagai potensi dan daya tarik yang dimiliki dalam era pasar bebas (Sumber: www.bandung.go.id, diakses 20:00, 18 Januari 2013).

Ada tujuh kawasan yang sudah terkenal diantaranya, sentra industri jeans Cihampelas, sentra industri tahu dan tempe Cibuntu, sentra industri boneka Sukamulya, sentra industri kain rajut Binongjati, sentra industri kaos Jalan Suci, sentra industri sepatu Cibaduyut dan sentra industri kain Cigondewah. Dapat dilihat pada Tabel 1.2.


(17)

TABEL 1.2

TUJUH KAWASAN OPTIMALISASI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN BANDUNG

Kawasan/Lokasi Jenis Industri

Cihampelas Jeans

Cibuntu Tahu dan Tempe Sukamulya Boneka

Binongjati Kain rajut Jalan Suci Kaos Cibaduyut Sepatu Cigondewah Kain

Sumber: www.bandung.go.id, diakses 20:00, 18 Januari 2013

Data dari Tabel 1.2 menunjukan tujuh kawasan optimalisasi perindustrian dan perdagangan di Bandung kawasan tersebut telah cukup dikenal oleh masyarakat baik lokal, nasional maupun regional dan juga telah lama menjadi tujuan wisata belanja.

Berkaitan dengan kondisi industri tekstil yang mengalami pertumbuhan positif paling tinggi, penulis dalam hal ini menitikberatkan kepada penelitian sentra kain Cigondewah.Sentra kain di Cigondewah ini terdapat dua komoditi pertama komoditi konveksi, kedua komoditi perdagangan kain. Untuk komoditi konveksi, barang yang jual yaitu pakaian jadi, mulai dari kaos, celana hingga jaket.Sedangkan untuk komoditi perdagangan kain, barang yang dijual bersifat homogen atau sejenis.

TABEL 1.3

SENTRA INDUSTRI CIGONDEWAH

Nama Industri Komoditi Omset (perhari)

Tenaga Kerja

Unit Usaha Sentra Kain Perdagangan

Kain

401.650.000 567 313 Sentra Konveksi Konveksi 483.000 116 43

Sumber: Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disperindag) Kota Bandung Tahun 2013


(18)

Berdasarkan Tabel 1.3 omset pada komoditi perdagangan kain jumlahnya lebih besar daripada komoditi konveksi yang memang disebabkan oleh unit usaha konveksi yang hanya berjumlah 43 unit serta jumlah tenaga kerja 116 orang.Penulis dalam hal ini menitikberatkan pada komoditi perdagangan kain karena selain jumlah omsetnya lebih besar, jumlah unit usaha serta tenaga kerjanya juga lebih banyak.

Beberapa tahun yang lalu kawasan ini ramai dikunjungi untuk pembelian kain.Namun ketatnya persaingan tekstil serta derasnya impor tekstil menjadikan serangkaian persoalan yang membuat Cigondewah mulai melemah. Hal tersebut diakibatkan oleh berkurangnya pembeli yang datang dari dalam dan luar Kota Bandung. Dampak melemahnya transaksi itu beberapa toko mengalami kemunduran usahanya bahkan ada yang sampai tutup.

Sepinya pembeli di Cigondewah juga sangat dipengaruhi berdirinya grosir-grosir kain di Bandung.Seperti di ITC Kebon Kelapa, Pasar Baru dan King Shopping Centre.Di tempat-tempat tersebut selain lengkap jenis kainnya, juga tempatnya lebih mudah dijangkau sehingga pembeli lebih memilih tempat-tempat tersebut daripada Cigondewah.

Selain itu, ditambah lagi dengan kondisi para pelaku industri yang kurang menunjukan kepedulian terhadap usaha yang dijalaninya. Hal tersebut dialami oleh para pengusaha kain di Cigondewah.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bandung, didapatkan data pendapatan yang diperoleh dari


(19)

tahun 2010 sampai dengan tahun 2012. Data pendapatan usaha pada pengusaha kain di Sentra Industi KainCigondewah dapat dilihat pada Tabel 1.4.

TABEL 1.4

TOTAL PENDAPATAN USAHA PENGUSAHA KAIN DI KAWASAN CIGONDEWAH TIGA TAHUN TERAKHIR (2010-2012)

Tahun Laba (Rupiah)

2010 144.568.500.000 2011 133.624.000.000 2012 119.772.000.000

Sumber: Disperindag Kota Bandung 2013 (data diolah) Adapun grafik perkembangan total laba pengusaha kain di Kawasan Tekstil Cigondewah dapat dilihat pada Gambar 1.4.

Sumber: Disperindag Kota Bandung 2013 (data diolah) GAMBAR 1.4

PERKEMBANGAN TOTAL LABA PENGUSAHA KAIN DI CIGONDEWAH TAHUN 2010-2012

Berdasarkan Tabel 1.4 yang diambil dari data perkembangan pendapatan usaha dari para pengusaha kain di Cigondewah, bahwa para pengusaha memiliki pendapatan yang cenderung menurun, jika dijumlahkan dari 313 pengusaha pada dalam 3 tahun terakhir terjadi penurunan. Penurunan tersebut terjadi pada 281 pengusaha kain, sedangkan pada 32 pengusaha lainnya mengalami kenaikan. Adapun data dari 281 pengusaha kain tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.5.

0 50.000.000.000 100.000.000.000 150.000.000.000 200.000.000.000

2010 2011 2012

Laba


(20)

TABEL 1.5

TOTAL PENDAPATAN USAHA 281 PENGUSAHA KAIN DI KAWASAN CIGONDEWAH (2010-2012)

Tahun Laba (Rupiah)

2010 127.831.500.000

2011 117.391.000.000

2012 101.952.000.000

Sumber: Disperindag Kota Bandung 2013 (data diolah)

Berdasarkan data-data tersebut menunjukkan ancaman bagi para pengusaha kain khususnya di Kawasan Tekstil Cigondewah dimasa yang akan datang. Jika tidak ada upaya perbaikan, bukan tidak mungkin akan terjadi kebangkrutan dari usaha kain tersebut. Perkembangan pendapatan usaha memang menjadi ukuran atau indikator sejauh mana keberhasilan suatu usaha.

Henry Faizal Noor (2007:397), mengungkapkan bahwa “Keberhasilan usaha pada hakikatnya adalah keberhasilan dari bisnis dalam mencapai

tujuannya”. Jadi, dapat diketahui bahwa indikator dari keberhasilan usaha suatu perusahaan adalah laba/pendapatan usaha.

Bachtiar Hasan (2003:19) mengemukakan masalah yang dihadapi industri kecil merupakan masalah klasik sebagai berikut:

1. Masalah kurangnya keterampilan dan jangkauan menggunakan kesempatan yang meliputi kewiraswastaan, pengelolaan usaha dan organisasi

2. Masalah kurangnya pengetahuan pemasaran dan sempitnya daerah pemasaran

3. Langkanya modal

4. Masalah teknis dan teknologi, yang meliputi dan pengetahuan produksi, kualitas, pengembangan dan peragaman produk.

Lemahnya sistem informasi industri yang dimiliki, masalah perburuhan serta produktivitas tenaga kerja yang masih rendah merupakan penyebab dari masalah yang dialami para pengusaha di Cigondewah. Tingkat pendidikan


(21)

pengusaha dan karyawan rata-rata sebatas lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) bahkan ada yang tidak lulus Sekolah Dasar (SD) sehingga mempengaruhi kecakapan dalam menghadapi konsumen.

Berdasarkan uraian di atas, banyak sekali yang mempengaruhi turunnya pendapatan pengusaha kain. Adapun faktor utama yaitu para pengusaha di Cigondewah kurang peka terhadap aspek internalnya, yakni mulai dari kesadaran diri,orang yang memiliki keyakinan yang lebih tentang perasaannya adalah pribadi yang handal bagi kehidupan mereka karena memiliki kepekaan yang lebih tinggi akan perasaan mereka yang sesungguhnya atas pengambilan keputusan masalah-masalah yang dihadapi.

Selanjutnya, pengelolaan atau pengaturan diri yaitu kemampuan mengelola emosi untuk merubah situasi bagi kebaikan diri, kemudian motivasi diri merupakan kemampuan untuk menyadari menghadapi kegagalan dan berusaha bangkit kembali agar meraih keberhasilan, empati yaitu kemampuan untuk merasakan bagaimana perasaan orang lain dalam hal ini pengusaha harus mengetahui apa keinginan konsumen, dan yang terakhir keterampilan sosial merupakan kemampuan menangani emosi orang lain dapat dilakukan dengan berkomunikasi. Komunikasi yang baik dapat mempengaruhi perasaan, pikiran dan perilaku konsumen.

Aspek-aspek internal yang sudah dijelaskan merupakan bagian atau dapat disebut indikator dari kecerdasan emosional seseorang. Menurut seorang Psikolog Israel yaitu Reuven Bar-On, menurut Bar-On dalam Rabindra Kumar Pradhan dan Papri Nath (2012:95) orang dengan kecerdasan emosional yang tinggi dapat


(22)

mengelola stres, bertahan dalam ketidakpastian dan memulihkan kesehatan serta kesejahteraan. Semua itu adalah kemampuan yang diperlukan bagi seseorang untuk menjadi seorang pengusaha yang sukses.

TABEL 1.6

IMPLIKASI KECERDASAN EMOSIONAL WIRAUSAHA

SEGI IMPLIKASI

Pengaturan diri, aspek ini dapat diamati dari sifat dapat dipercaya, kewaspadaan, adaptasi, dan inovasi

Kemampuan beradaptasi dengan pekembangan teknologi serta masih belum dilakukan oleh semua para pengusaha kain Cigondewah, dapat dilihat dari belum memanfaatkan perkembangan teknologi jaringan internet untuk melakukan kegiatan pemasaran, selain itu dengan pembukuan yang masih belum terurus rapi. Kewaspadaan terhadap pesaing lain juga masih kurang dapat dilihat dan tidak ada upaya inovasi dari aspek pemasaran sejauh ini masih word of

mouth.

Motivasi, dapat dilihat dari dorongan untuk menjadi lebih baik, komitmen, inisiatif, dan optimis

Upaya dorongan yang dilakukan oleh pengusaha kain Cigondewah berupa motivasi terus dilakukan, hanya saja untuk inisiatif masih kurang, dapat dilihat masih belum memanfaatkan peluang yang ada disaat sedang membumingnya jual beli melalui media internet diantaranya

Kaskus, atau juga media sosial lainnya.

Empati, dapat dilihati dari segi orientasi pelayanan, memahami orang lain, mengembangkan orang lain, mengatasi keragaman, dan kesadaran politis

Kemampuan pengusaha kain Cigondewah dalam mengembangkan melalui mentoring pekerja intensitasnya masih kurang, disebabkan para pengusaha kebanyakan memiliki kesibukan lain. Melalui mentoring dapat membantu pekerja bekerja lebih baik.

Pelayanan ketika ada pesanan dari konsumen, terkendala oleh sulitnya mendapatkan barang karena waktu distribusi tidak tentu.

Keterampilan sosial, dapat dilihat dari pengaruh, komunikasi, kepemimpinan, mengelola perubahan, manajemen konflik, pengikat jaringan, kolaborasi dan kooperatif, dan kemampuan tim

Keterampilan sosial dalam berkomunikasi untuk mempengaruhi pelanggan merupakan unsur yang sangat penting bagi penjualan karena dapat menjalin koneksi atau jaringan pribadi sehingga pelanggan akan terus kembali berbelanja kain di tempat usahanya mengingat banyaknya pesaing. Berdasarkan hasil


(23)

pengamatan masih kurangnya upaya komunikasi yang dilakukan oleh penjual, ke arah mempengaruhi pelanggannya.

Sumber: Hasil wawancara kepada pengusaha kain Cigondewah Bandung (2013) Berdasarkan hasil wawancara dengan para pengusaha, maka dapat diketahui penyebab dari menurunnya pendapatan sehingga berdampak pada kemerosotan usaha di sentra kain Cigondewah cukup banyak terutama dilihat dari kecerdasan emosionalnya, diantaranya dapat dilihat dari segi kepribadian, kemampuan komunikasi, mengatur hubungan pemasaran, keahlian dalam mengatur keuangan, dan mengatur hubungan dengan pelanggan.

Sebaiknya seseorang memiliki kecerdasan emosional yang baik dalam berwirausaha, terutama di dunia UKM karena pengusaha berhadapan langsung dengan konsumen. Adapun hubungan kecerdasan emosional dengan keberhasilan usaha menurut Cherniss dalam Erin B. McLaughlin (2012:32) menjelaskan sebagai berikut :

“kecerdasan emosional di tempat kerja bertumpu pada keyakinan bahwa kecerdasan emosional memainkan peran penting dalam inovasi, efisiensi, produktivitas, pengembangan bakat, penjualan, pendapatan, kualitas layanan, loyalitas pelanggan, perekrutan karyawan dan retensi, komitmen karyawan, moral, kesehatan dan hasil kepuasan, dan klien atau pelajar.” Berdasarkan pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional seseorang memiliki peranan penting dalam memfasilitasi keberhasilan usaha, termasuk untuk meningkatkan pendapatanan yang menjadi ukuran keberhasilan suatu usaha atau bisnis dalam memahami dan mengelola emosi mereka sendiri maupun emosi orang lain.

Berdasarkan hasil pra penelitian, pengusaha kain Cigondewah menunjukan bahwa jumlah pendapatan usaha pada 3 tahun terakhir mengalami penurunan,


(24)

sehingga hal tersebut menunjukan kerapuhan pada usahanya. Dengan memiliki kecerdasan emosional yang baik pada setiap pengusaha meliputi pengelolaan diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial akan berdampak sukses pada usaha yang dijalaninya.

Dengan demikian perlu diadakannya suatu penelitian yang dapat mengetahui apakah terdapat pengaruh kecerdasan emosional wirausaha terhadap keberhasilan usaha “Pengaruh Kecerdasan Emosional Wirausaha Terhadap Keberhasilan Usaha (Survei pada Pengusaha Kain di Sentra Industri Kain Cigondewah Bandung)”.

1.2. Identifikasi Masalah

Sentra industri kain di Cigondewah Bandung pada tiga tahun terakhir menunjukan penurunan pada pendapatan usahanya.Adapun faktor utama yaitu para pengusaha di Cigondewah kurang peka terhadap aspek internalnya, yakni mulai dari kesadaran diri,orang yang memiliki keyakinan yang lebihtentang perasaannya adalah pribadi yang handal bagi kehidupan mereka karena memilikikepekaan yang lebih tinggi akan perasaan mereka yang sesungguhnya atas pengambilan keputusan masalah-masalah yang dihadapi.

Aspek-aspek internal yang sudah dijelaskan merupakan bagian atau dapat disebut indikator dari kecerdasan emosional seseorang. Menurut seorang Psikolog Israel yaitu Reuven Bar-On dalamRabindra Kumar Pradhan dan Papri Nath (2012:95)orang dengan kecerdasan emosional yang tinggi dapat mengelola stres, bertahan dalam ketidakpastian dan memulihkan kesehatan serta kesejahteraan.


(25)

Semua itu adalah kemampuan yang diperlukan bagi seseorang untuk menjadi seorang pengusaha yang sukses.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka yang menjadi masalah penelitian ini diidentifikasi masalah ke dalam tema sentral sebagai berikut :

Sentra Industri Kain Cigondewah Bandung merupakan pusat grosir penjualan bahan kain terbesear di Bandung dengan unit usaha berjumlah 313. Keberhasilan usaha pada pengusaha kain di Sentra Industri Kain Cigondewah Bandung masih rendah. Hal tersebut dapat dilihat dari pendapatan usaha mengalami penurunan selama tiga tahun terakhir. Faktor psikologi wirausaha pada pengusaha akan mempengaruhi keberhasilan usaha pengusaha. Dengan membangun kecerdasan emosional yang baik pada pengusaha dapat mengatasi hambatan usaha. Maka dari itu aspek kecerdasan emosional wirausaha pada pengusaha diharapkan dapat meningkatkan keberhasilan usaha dapat dilihat dari segi pertumbuhan pendapatan, jumlah tempat usaha, jumlah tenaga kerja, dan kompetensi pengusaha.

1.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan dalam latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana kecerdasan emosional wirausaha pada pengusaha kain Cigondewah

2. Bagaimana keberhasilan usaha pada pengusaha kain Cigondewah 3. Bagaimana pengaruh kecerdasan emosional terhadap keberhasilan

usaha pada pengusaha di sentra industri kain Cigondewah.

1.4. Tujuan Penelitian

1. Untuk memperoleh temuan mengenai kecerdasan emosional wirausaha pengusaha di sentra industri kain Cigondewah


(26)

2. Untuk memperoleh temuan mengenai keberhasilan usaha pengusaha di sentra industri kain Cigondewah

3. Untuk memperoleh temuan mengenai pengaruh kecerdasan emosional wirausaha terhadap keberhasilan usaha pengusaha di sentra industri kain Cigondewah.

1.5. Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan Akademis

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi bagi ilmu ekonomi dan bisnis, khususnya kewirausahaan serta ilmu psikologi.Selain itu, penelitian ini diharapkan menambah pengetahuan penulis dan dapat sebagai alat untuk mentranformasikan ilmu yang didapat perkuliahan dengan kenyataan yang ada di lapangan.

2. Kegunaan Praktis

Dapat dijadikan sumbangan atau masukan yang berarti bagi masyarakat dalam rangka menambah pengetahuan untuk menumbuhkan jiwa wirausaha pada setiap pengusaha agar berperilaku seorang wirausaha sehingga berdampak pada usaha yang semakin maju.


(27)

BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1Objek Penelitian

Objek penelitian merupakan sumber informasi yang akan diteliti oleh peneliti. Penelitian ini menganalisis bagaimana Kecerdasan Emosional Wirausaha terhadap Keberhasilan Usaha. Adapun yang menjadi variabel bebas (independent variable) adalah Kecerdasan Emosional Wirausaha (X) yang terdiri dari kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati, dan keterampilan sosial. Variabel dependent (terikat) adalah Keberhasilan Usaha (Y) dengan indikatornya yang terdiri dari laba usaha, produktivitas, daya saing, kompetensi, dan terbangunnya citra yang baik.

Alasan yang mendasari penulis melakukan penelitian mengenai keberhasilan usaha para pengusaha kain yaitu dalam rangka meningkatkan pengetahuan agar bisnis yang dijalani mengalami kemajuan. Berdasarkan hal tersebut perlu diteliti juga mengenai kecerdasan emosional wirausaha sebagai faktor penyebab dari kesuksesan seseorang khususnya bagi para pengusaha kain di Cigondewah Bandung.

Penelitian ini dilakukan dalam kurun waktu kurang dari satu tahun maka metode yang digunakan adalah crosss sectional method. Menurut Husein Umar (2008:45) pendekatan crosss sectional method yaitu metode penelitian dengan cara memperbaiki objek dalam kurun waktu tertentu atau tidak berkesinambungan dalam jangka panjang.


(28)

3.2Metode Penelitian

Menurut Sugiyono (2011:2) metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat empat kata kunci yang perlu diperhatikan yaitu, cara ilmiah, data, tujuan, dan kegunaan.

3.2.1 Jenis dan Metode yang Digunakan

Berdasarkan variabel-variabel yang diteliti maka jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dan verifikatif. Menurut Naresh K. Malhotra (2005:93) mengemukakan penelitian deskriptif adalah satu jenis riset konklusif yang mempunyai tujuan utama menguraikan sesuatu.

Melalui jenis penelitian deskriptif maka dapat diperoleh gambaran mengenai kecerdasan emosional wirausaha serta pandangan responden terhadap keberhasilan usaha pengusaha kain di sentra industrI kain Cigondewah Bandung.

Adapun penelitian verifikatif menurut Suharsimi Arikunto (2006:8), “Pada

dasarnya ingin menguji kebenaran dari suatu hipotesis yang dilaksanakan melalui

pengumpulan data di lapangan”. Penelitian verifikatif pada dasarnya menguji kebenaran suatu hipotesis yang dilakukan melalui pengumpulan data di lapangan. Jadi, dalam hal ini penelitian verifikatif bertujuan untuk mengetahui pengaruh kecerdasan emosional terhadap keberhasilan usaha.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei.

Menurut Sherri L. Jackson (2012:20) “Survey method questioning individuals on a topic or topics then describing their response”. Metode survei merupakan


(29)

mempertanyakan individu pada sebuah topik atau seberapa topik kemudian menggambarkan tanggapan mereka.

Menurut Kerlinger (2000:660) “penelitian survei mengkaji populasi yng besar maupun yang kecil dengan menyeleksi serta mengkaji sampel yang dipilih dari populasi itu untuk menemukan isidensi, distribusi, interelasi relatif dari variabel-variabel sosiologi dan psikologi”.

3.2.2 Operasional Variabel

Pengertian operasional variabel menurut Asep Hermawan (2006:118) berpendapat “Operasionalisasi variabel adalah bagaimana caranya kita mengukur

suatu variabel”. Operasional variabel menjabarkan variabel ke dalam konsep menurut para ahli, indikator, ukuran, dan skala sehingga memungkinkan bagi suatu variabel untuk diukur.

Variabel dalam dalam penelitian ini meliputi dua variabel inti yang akan diteliti, yaitu variabel dependen dan variabel independen.

1. Variebel Independen (Bebas)

Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat) (Sugiyono, 2011:39). Variabel independen yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah Kecerdasan Emosional Wirausaha terdiri dari 5 (lima) dimensi meliputi: kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati, dan keterampilan sosial.


(30)

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2011:39). Variabel dependen yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah Keberhasilan Usaha terdiri dari 5 (lima) dimensi meliputi: laba, produktivitas, daya saing, kompetensi, dan terbangunnya citra yang baik.

Jenis skala pengukuran yang digunakan yaitu menggunakan skala interval. Menurut Riduwan (2012:85) skala interval adalah skala yang menunjukkan jarak antara satu data dengan data yang lain dan mempunyai bobot yang sama.

Sedangkan untuk pengukuran skala sikap penulis menggunakan skala diferensial semantik. Menurut Riduwan (2012:92) skala diferensial semantik atau skala perbedaan semantik berisikan serangkaian karakteristik bipolar (dua kutub), seperti; panas-dingin; popular-tidak popular; baik-tidak baik dan sebagainya.

Penjabaran operasionalisasi variebel-variabel yang akan diteliti dapat dilihat pada Tabel 3.1 di bawah ini.

TABEL 3.1

OPERASIONAL VARIABEL PENELITIAN Variabel/

Subvariabel

Konsep Indikator Ukuran Skala No. Item

1 2 3 4 5 6

Kecerdasan Emosional Wirausaha Kecerdasan emosional wirausaha, secara langsung berkaitan dengan kegiatan kewirausahaan juga, kegiatan tersebut

Kesadaran diri: Mengetahui apa yang kita rasakan pada suatu saat, dan

menggunakannya untuk memandu pengambilan keputusan diri sendiri, memiliki tolok ukur yang

Tingkat kepercayaan diri

Interval 1

Tingkat penilaian diri


(31)

meliputi

negosiasi yang sukses,

memilih mitra yang unggul, dan

mempekerjaka n karyawan berkualitas terbaik. Dengan demikin, kecerdasan emosional seorang pengusaha, khususnya akurasi mereka dalam

mengamati orang lain (pesaing), sehingga akan berhubungan positif dengan keberhasilan usaha. (Erin B. McLaughlin, 2012:66)

realistis atas kemampuan diri dan kepercayaan diri yang kuat (Goleman,

2000:513)

Tingkat kesadaran emosi

Interval 3,4

Pengaturan diri: Menangani emosi kita sedemikian sehingga

berdampak positif kepada

pelaksanaan tugas; peka terhadap kata hati dan sanggup menunda

kenikmatan sebelum

tercapainya suatu sasaran; mampu pulih kembali dari tekanan emosi. (Goleman, 2000:514) Tingkat kemampuan mengendali kan emosi

Interval 5

Tingkat kemudahan menerima dan terbuka terhadap perubahan-perubahan baru

Interval 6

Tingkat kemampuan bertanggung jawab terhadap pekerjaan

Interval 7,8

Motivasi: Menggunakan hasrat kita yang paling dalam untuk

menggerakkan dan menuntun kita menuju sasaran,

membantu kita mengambil

inisiatif dan bertindak sangat efektif, dan untuk bertahan

menghadapi kegagalan dan

Tingkat dorongan prestasi

Interval 9,10 Tingkat

inisiatif untuk bertindak

Interval 11

Tingkat optimisme kegigihan dalam memperjuan gkan sasaran


(32)

frustasi. (Goleman, 2000:514)

Empati: kemampuan untuk memahami perasaan dan pikiran orang lain, kemampuan untuk melihat dunia dari sudut pandang orang lain. Reuvan Bar-On (Stein & Book, 2002:39) Tingkat kemampuan memahami minat konsumen

Interval 13, 14

Tingkat kemampuan melayani konsumen

Interval 15

Tingkat kemampuan menumbuhk an peluang melalui pergaulan

Interval 16

Keterampilan Sosial:

Menangani emosi dengan baik ketika

berhubungan dengan orang lain dan dengan cermat membaca situasi dan jaringan sosial; berinteraksi dengan lancar; menggunakan keterampilan-keterampilan ini untuk

mempengaruhi dan memimpin, bermusyawarah dan

menyelesaikan perselisihan, dan

Tingkat kemampuan berkomunik asi

Interval 17

Tingkat manajemen konflik

Interval 18 Tingkat

kemampuan memimpin pegawai

Interval 19

Tingkat efektivitas bekerja dalam tim


(33)

untuk bekerja sama dan bekerja dalam tim. (Goleman,

2000:514)

Keberhasilan Usaha

Keberhasilan Usaha pada hakikatnya adalah keberhasilan dari bisnis dalam

mencapai tujuannya (Henry Faizal Noor,

2007:397)

Laba: selisih antara pendapatan dengan biaya. (Henry Faizal Noor, 2007:398)

Tingkat kenaikan laba

Interval 21, 22, 23

Produktivitas dan Efisiensi: Istilah yang digunakan untuk mengukur

kemampuan produksi suatu usaha atau suatu faktor produksi. (Henry Faizal Noor, 2007:398)

Tingkat volume penjualan

Interval 24 Tingkat

ketercapaian target penjualan

Interval 25, 26

Tingkat keterampila n pegawai

Interval 27 Tingkat

kesesuaian waktu

Interval 28 Daya saing:

kemampuan atau ketangguhan dalam bersaing untuk merebut perhatian dan loyalitas

konsumen.

(Henry Faizal Noor, 2007:400)

Tingkat jumlah pelanggan

Interval 29 Tingkat

peningkatan jumlah cabang atau tempat usaha

Interval 30

Tingkat perluasan bentuk usaha

Interval 31, 32 Kompetensi:

Merupakan

akumulasi dari pengetahuan, hasil penelitian, dan pengalaman

Tingkat frekuensi pengawasan pada

karyawan

Interval 33


(34)

secara kuantitatif dalam bidangnya sehingga dapat menghasilkan inovasi sesuai dengan tuntutan zaman. (Henry Faizal Noor, 2007:402) kemampuan mencatat pembukuan Tingkat pengelolaan modal dan pemasaran

Interval 35, 36,

Terbangunnya citra yang baik: Citra baik

perusahaan menjadi dua yaitu, trust internal dan trust external. Trust internal adalah amanah atau trust dari segenap orang yang ada dalam perusahaan. Sedangkan trust esternal adalah timbulnya rasa amanah atau percaya dari segenap stakeholder perusahaan, baik itu konsumen, pemasok, pemerintah, maupun masyarakat luas, bahkan juga pesaing. (Henry Faizal Noor, 2007:408) Tingkat volume pesanan produk

Interval 37, 38

Tingkat rendahnya komplain


(35)

3.2.3 Jenis dan Sumber Data

Sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini dikelompokkan ke dalam dua kelompok data yaitu:

1. Data primer

Data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data (Sugiyono, 2011:137). Data dalam peneilitan ini diperoleh dari pengusaha kain di Cigondewah mengenai kecerdasan emosional wirausaha dan keberhasilan usaha berupa kuesioner. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah seluruh data yang diperoleh dari kuesioner yang disebarkan kepada sejumlah pengusaha kain yang sesuai dengan target sasaran dan dianggap mewakili seluruh populasi penelitian, yaitu pengusaha kain.

2. Data sekunder

Sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen (Sugiyono, 2011:137). Data yang diperoleh dari sumber-sumber informasi yang mendukung dalam penelitian ini adalah jurnal, artikel, situs internet, buku-buku dan literatur-literatur yang ada hubungannya dengan masalah yang sedang diteliti serta dokumen-dokumen, laporan-laporan yang ada di dalam lembaga yang bersangkutan.

TABEL 3.2 SUMBER DATA

No. Data Jenis Data Sumber Data 1. Kontribusi PDRB

Provinsi-provinsi di Pulau Jawa Terhadap Total PDRB 33

Sekunder Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat


(36)

Provinsi

2. Laju Pertumbuhan Industri Pengolahan Non Migas (Kimulatif) (Dalam %)

Sekunder Kementrian Perindustrian (Kemenperin) 3. Perbandingan Pertumbuhan

Produksi Mikro Nasional dan Jawa Barat

Sekunder Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat

4. Perbandingan Pertumbuhan Produksi Mikro Nasional dan Jawa Barat Berbagai Sektor Industri

Sekunder Badan Pusat Statistik (BPS) Nasional

5. Tujuh Kawasan

Optimalisasi Perindustrian dan Perdagangan Bandung

Sekunder www.bandung.go.id

6. Sentra Industri Cigondewah Sekunder Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disperindag) Kota Bandung

7. Total Pendapatan Usaha Pengusaha Kain di Kawasan Cigondewah Tiga Tahun Terakhir

Sekunder Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disperindag) Kota Bandung dan Pra penelitian

8. Perkembangan Total Laba

Pengusaha Kain

Cigondewah Tiga Tahun Terakhir

Sekunder Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disperindag) Kota Bandung dan Pra penelitian

Sumber: Hasil pengolahan data 2010-2012

3.2.4 Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel 3.2.4.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Riduwan dan Engkos Achmad Kuncoro, 2012:37).

Populasi dalam penelitian ini adalah totalitas pengusaha kain di sentra industri kain Cigondewah Bandung. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel


(37)

TABEL 3.3

SENTRA INDUSTRI KAIN CIGONDEWAH Nama Industri Komoditi Omset

(perhari)

Tenaga Kerja

Unit Usaha Sentra Kain Perdagangan

Kain

401.650.000 567 313

Sentra Konveksi Konveksi 483.000 116 43

Sumber: Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disperindag) Kota Bandung Tahun 2012

Berdasarkan Tabel 3.3 populasi pengusaha kain sebanyak 313 pengusaha, akan tetapi hanya 281 yang akan diambil dikarenakan 32 pengusaha lainnya mengalami kenaikan pendapatan usaha sehingga tidak perlu diteliti.

3.2.4.2 Sampel

Sampel merupakan sebagian dari ciri-ciri atau keadaan tertentu yang dimiliki oleh populasi. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Riduwan (2012:56) “Sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai ciri-ciri atau keadaan tertentu yang akan diteliti”.

Tujuan dari penggunaan sampel ini untuk mempermudah penelitian yaitu dengan mengambil sebagian objek dari populasi yang memiliki paluang yang sama untuk menjadi sampel, sehingga sampel tersebut dapat mewakili populasi yang diteliti.

Penulis dalam penelitian ini tidak mungkin dapat meneliti populasi atau secara keseluruhan. Hal tersebut disebabkan beberapa faktor, yaitu :

1. Keterbatasan biaya 2. Keterbatasan tenaga


(38)

Berdasarkan pertimbangan di atas, maka peneliti diperkenankan mengambil sebagian dari objek populasi yang ditentukan, dengan catatan bagian yang terambil tersebut mewakili yang lain yang tidak diteliti.

Untuk menentukan ukuran sampel digunakan rumus dari Taro Yamane (Riduwan, 2012:65), yaitu ukuran sampel merupakan perbandingan dari ukuran populasi dengan persentase kelonggaran ketidaktelitian, karena kesalahan dalam pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir atau diinginkan, maka taraf kesalahan yang ditetapkan adalah sebesar 10%. Adapun rumusnya adalah :

n = N N.d2+1 Keterangan : n = Jumlah Sampel N = Jumlah Populasi d2 = Presisi yang ditetapkan n = 281

281.0,12 +1

n = 73,75 74 responden

Berdasarkan perhitungan, maka diperoleh jumlah sampel atau jumlah sampel minimum sebesar 74 orang/pengusaha responden.

3.2.4.3 Teknik Penarikan Sampel

Teknik pengambilan sampel merupakan untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, sehingga dapat diperoleh nilai karakteristik.


(39)

sampel atau teknik sampling adalah suatu cara mengambil sampel yang

representatif dari populasi”.

Teknik penarikan sampel pada penelitian ini penulis menggunakan teknik Simple Random Sampling. Menurut Riduwan (2012:58) Simple random sampling adalah cara pengambilan sampel dan anggota populasi dengan menggunakan acak tanpa memperhatikan strata (tingkatan) dalam anggota populasi tersebut.

Adapun langkah-langkah dalam menentukan sampel dengan menggunakan teknik simple random sampling sebagai berikut :

1. Menentukan populasi dengan menginventarisasi pengusaha kain di Cigondewah Bandung. Dalam penelitian ini, populasi berjumlah 281 pengusaha.

2. Menentukan ukuran sampel dari besarnya populasi, yaitu sebesar 74 responden (hasil perhitungan menggunakan rumus Taro Yamane).

3.2.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujun utama penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. (Sugiyono, 2011:224).

Sumber data dalam penelitian ini, penulis berusaha mengumpulkan data dengan menggunakan berbagai teknik, meliputi :


(40)

Menurut Riduwan (2012:74) “wawancara adalah suatu cara pengumpulan

data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari

sumbernya.” wawancara dilakukan sebagai teknik komunikasi langsung tatap muka kepada setiap pengusaha dan bagian pemasaran Kawasan Tekstil Cigondewah (KTC).

2. Observasi

Sutrisno Hadi dalam Sugiyono (2011:145) mengemukakan bahwa, observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua di antara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.

Observasi dalam penelitian ini dilakukan dengan cara meninjau serta melakukan pengamatan secara langsung terhadap objek yang diteliti yaitu di Sentra Industri Kain Cigondewah Bandung.

3. Angket (kuesioner)

Sugiyono (2011:142) menyatakan bahwa, kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner dalam penelitian ini berisi pernyataan mengenai identitas responden dan pertanyaan yang berhubungan dengan variabel penelitian yaitu kecerdasan emosional wirausaha serta keberhasilan usaha. Kuesioner ditujukan kepada pengusaha kain di Cigondewah Bandung.


(41)

4. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan meupakan usaha pengumpulan informasi yang berhubungan dengan teori-teori yang ada kaitannya dengan masalah dan variabel yang diteliti yaitu kecerdasan emosional wiarusaha dan keberhasilan usaha. Studi kepustakaan tersebut diperoleh dari berbagai sumber, yaitu: 1) perpustakaan, 2) skripsi, tesis, disterasi, 3) jurnal-jurnal asing maupun Nasional, 4) buku-buku asing maupun Indonesia, 5) media elektronik (internet), serta 6) artikel dan lain sebagainya.

Selain itu, dengan cara memanfaatkan data hasil olahan dinas perindustrian setempat ataupun nasional yang kemudian diolah untuk digunakan dalam penelitian, data yang sudah dikumpulkan untuk kemudian dipelajari kembali.

3.2.6 Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas

Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama (Sugiyono, 2011:121). Dengan menggunakan instrumen yang valid dan reliabel dalam pengumpulan data, maka diharapkan hasil penelitian akan menjadi valid dan reliabel (Sugiyono, 2011:122).

Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Atau seandainya hasilnya


(42)

berubah-ubah, perubahan yang terjadi dapat dikatakan tidak berarti (Suharsimi Arikunto, 2009:86).

Penelitian ini menggunakan data interval, yaitu data yang menunjukkan jarak antara satu data dengan data yang lain dan mempunyai bobot yang sama (Riduwan, 2012:85).

Uji validitas dan reliabilitas pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan alat bantu software komputer program SPSS (Statistical Product for Service Solutions) 21.0.

3.2.6.1 Hasil Pengujian Validitas

Validitas merupakan sebuah kata benda, sedangkan valid merupakan kata sifat. Sebuah data atau informasi dapat dikatakan valid apabila sesuai dengan keadaan senyatanya. Jika data yang dihasilkan dari sebuah instrumen tersebut valid, karena dapat memberikan gambaran tentang data secara benar sesuai dengan kenyataan atau keadaan sesungguhnya (Suharsimi Arikunto, 2009:58).

Menurut Sherri L. Jackson (2012:85) “Validity is an indication of whether the instrument measuring what it claims to measure”. Validitas adalah indikasi apakah instrumen mengukur apa yang dikatakannya untuk diukur. Suharsimi Arikunto (2006:168) mengemukakan pengertian validitas sebagai berikut:

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrument. Suatu instrument yang valid atau sahih mempunyai validitas yang tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas yang rendah.


(43)

Adapun untuk menguji validitas alat ukur, terlebih dahulu dicari nilai korelasi antara bagian-bagian dari alat ukur secara keseluruhan dengan cara mengkorelasikan setiap butir alat ukur dengan skor keseluruhan yang merupakan jumlah setiap skor butir.

Untuk menghitung validitas alat ukur digunakan rumus korelasi product moment seperti berikut.

∑ ∑ ∑

√{ ∑ ∑ } { ∑ ∑ }

(Suharsimi Arikunto, 2009:72) Keterangan:

rXY = Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y X = Skor yang diperoleh subjek seluruh item

Y = Skor total

∑ = Jumlah skor dalam distribusi X ∑ = Jumlah skor dalam distribusi Y

∑ = Jumlah kuadrat dalam skor distribusi X ∑ = Jumlah kuadrat dalam skor distribusi Y n = Banyaknya responden

Besarnya koefisien korelasi diinterpretasikan dengan menggunakan Tabel 3.4 sebagai berikut.

TABEL 3.4

INTERPRESTASI KOEFISIEN KORELASI NILAI r Interval Koefisien Interprestasi

Antara 0,800 – 1,00 Sangat kuat Antara 0,600 – 0,799 Kuat


(44)

Antara 0,200 – 0,399 Rendah

Antara 0,000 – 0,199 Sangat Rendah

Sumber: Riduwan dan Engkos Achmad Kuncoro (2012:62)

Teknik perhitungan yang digunakan untuk menganalisa tes ini adalah teknik korelasi biasa, yakni korelasi antara skor-skor tes yang divalidasikan dengan skor-skor tes tolak ukurnya dari peserta yang sama. Selanjutnya perlu diuji apakah koefisien validitas tersebut signifikan terhadap taraf signifikan tertentu, artinya adanya koefesien validitas tersebut bukan karena faktor kebetulan, diuji dengan rumus statistis t sebagai berikut:

√ (Riduwan, 2012:98) Keterangan :

thitung = Nilai t hitung r = Koefisien korelasi

r2 = Kuadrat koefisien korelasi n = Banyaknya responden

Dengan keputusan pengujian validitas menggunakan kriteria sebagai berikut ;

a. Nilai thitung dibandingkan dengan nilai ttabel dengan α = 0,05 dan dk = n-2. b. Jika thitung > ttabel maka item pertanyaan dikatakan valid.


(45)

Keputusan pengujian validitas responden menggunakan taraf signifikansi sebagai berikut:

a. Item pertanyaan-pertanyaan responden penelitian dikatakan valid jika rhitung lebih besar atau sama dengan rtabel atau rhitung≥ rtabel.

b. Item pertanyaan-pertanyaan responden penelitian dikatakan tidak valid jika rhitung lebih kecil dari rtabel atau rhitung < rtabel.

c. Berdasarkan jumlah angket yang diuji sebanyak 30 responden dengan tingkat kesalahan 5% dan derajat kebebasan (dk) n-2 (30-2=28), maka didapati nilai rtabel sebesar 0,374.

TABEL 3.5

HASIL PENGUJIAN VALIDITAS VARIABEL KECERDASAN EMOSIONAL WIRAUSAHA (X)

No Pernyataan rhitung rtabel Ket. 1. Bapak/Ibu percaya mampu membuat usaha kain

menjadi sukses

0,538 0,374 Valid 2. Bapak/Ibu yakin dengan kemampuan sendiri

dalam mengembangkan usaha

0,455 0,374 Valid 3. Bapak/Ibu mampu mengenali emosi diri sendiri

dan efeknya dalam menjalankan usaha

0,636 0,374 Valid 4. Bapak/Ibu mampu mengendalikan emosi dalam

situasi usaha sedang terpuruk

0,616 0,374 Valid 5. Bapak/Ibu mampu mengendalikan perasaan

cemas ketika ada tekanan/masalah

0,469 0,374 Valid 6. Bapak/Ibu mudah menerima dan terbuka

terhadap perubahan-perubahan baru

0,618 0,374 Valid 7. Bapak/Ibu mampu bertanggung jawab atas

kinerja pribadi

0,619 0,374 Valid 8. Bapak/Ibu mampu memimpin karyawan 0,741 0,374 Valid 9. Bapak/Ibu terdorong untuk tetap berusaha

dengan keras ketika mengalami kegagalan

0,550 0,374 Valid 10. Bapak/Ibu selalu siap memanfaatkan setiap

kesempatan

0,673 0,374 Valid 11. Bapak/Ibu mampu berinisiatif dalam mencari

solusi pada kejadian kegiatan usaha yang diluar perencanaan

0,665 0,374 Valid 12 Bapak/Ibu mampu berusaha untuk menjadi

lebih baik dalam mengembangkan usaha


(46)

No Pernyataan rhitung rtabel Ket. 13. Bapak/Ibu mampu memahami produk kain

yang sedang diminati oleh pelanggan

0,762 0,374 Valid 14. Bapak/Ibu mengetahui harga produk yang

cocok sehingga dapat bersaing dengan pengusaha lain

0,684 0,374 Valid 15. Bapak/Ibu mampu melayani pelanggan dengan

baik

0,693 0,374 Valid 16. Bapak/Ibu mampu menumbuhkan peluang

melalui pergaulan dengan bermacam-macam orang/pelanggan

0,410 0,374 Valid

17. Bapak/Ibu mampu berkomunikasi secara baik dengan pegawai

0,706 0,374 Valid 18. Bapak/Ibu mampu bernegosiasi dan

memecahkan silang pendapat ketika ada masalah

0,606 0,374 Valid 19. Bapak/Ibu mampu membangkitkan inspirasi

dan memandu pegawai

0,639 0,374 Valid 20. Bapak/Ibu mampu bekerjasama dengan pegawai

secara baik dalam memperjuangkan tujuan usaha agar lebih maju

0,556 0,374 Valid Sumber: Hasil Pengolahan Data 2013

Berdasarkan Tabel 3.5 pada instrumen variabel kecerdasan emosional wirausaha dapat diketahui bahwa nilai tertinggi terdapat pada item pernyataan mampu memahami produk kain yang sedang diminati oleh pelanggan bernilai 0,762 sehingga dapat dirafsirkan bahwa indeks korelasinya kuat sedangkan nilai terendah terdapat pada item pernyataan mampu menumbuhkan peluang melalui pergaulan dengan bermacam-macam orang/pelanggan yang bernilai 0,410 sehingga dapat ditafsirkan bahwa indeks korelasinya cukup kuat.

Hasil uji coba instrumen penelitian untuk variabel Keberhasilan Usaha (Y) dapat dilihat pada Tabel 3.6.


(47)

TABEL 3.6

HASIL PENGUJIAN VALIDITAS VARIABEL KEBERHASILAN USAHA (Y)

No Pernyataan rhitung rtabel Ket. 21. Usaha kain Bapak/Ibu mengalami peningkatan

laba

0,747 0,374 Valid 22. Bapak/Ibu yakin dengan usaha yang telah

dilakukan sekarang mampu meningkatkan laba usaha

0,729 0,374 Valid 23. Bapak/Ibu mampu berusaha untuk menjadi

lebih baik dalam meningkatkan pendapatan usaha

0,745 0,374 Valid 24. Usaha kain Bapak/Ibu mengalami peningkatan

volume penjualan

0,633 0,374 Valid 25. Usaha kain Bapak/Ibu mampu tercapai target

penjualan pada usaha kain

0,429 0,374 Valid 26. Bapak/Ibu menggunakan bahan baku sesuai

dengan kebutuhan penjualan

0,750 0,374 Valid 27. Bapak/Ibu memiliki tenaga kerja yang terampil

dalam penjualan

0,652 0,374 Valid 28. Pelanggan Bapak/Ibu mendapatkan kain tepat

waktu/sesuai dengan pesanan

0,455 0,374 Valid 29. Usaha kain Bapak/Ibu mengalami peningkatan

jumlah pelanggan selama tiga tahun terakhir

0,595 0,374 Valid 30. Usaha kain Bapak/Ibu mengalami peningkatan

jumlah cabang atau tempat usaha

0,616 0,374 Valid 31. Usaha Bapak/Ibu mengalami peningkatan

jumlah daerah pemasaran usaha

0,732 0,374 Valid 32. Usaha Bapak/Ibu mengalami peningkatan

perluasan bentuk usaha selain kain

0,465 0,374 Valid 33. Bapak/Ibu sering melakukan pengawasan pada

karyawan dalam melayani konsumen

0,476 0,374 Valid 34. Bapak/Ibu mampu mencatat pembukuan setiap

aktivitas usaha

0,658 0,374 Valid 35. Bapak/Ibu mampu melakukan strategi

pemasaran

0,548 0,374 Valid 36. Bapak/Ibu mampu mengelola modal dengan

baik

0,713 0,374 Valid 37. Terdapat banyak pesanan kain dari konsumen

Bapak/Ibu dalam per hari

0,659 0,374 Valid 38. Bapak/Ibu yakin pelanggan akan selalu

membeli kain di tempat usaha kain Bapak/Ibu

0,664 0,374 Valid 39. Sedikit pelanggan yang komplain pada

Bapak/Ibu

0,391 0,374 Valid Sumber: Hasil Pengolahan Data 2013


(48)

Berdasarkan hasil uji coba instrumen penelitian pada Tabel 3.5 untuk variabel keberhasilan usaha berdasarkan hasil perhitungan validitas item instrumen yang dilakukan dengan bantuan program SPSS 21 for windows. Menunjukkan bahwa item-item pernyataan dalam kuesioner valid karena skor rhitung lebih besar jika dibandingkan dengan rtabel yang bernilai 0,374.

Berdasarkan Tabel 3.5 pada instrumen keberhasilan usaha dapat diketahui bawah nilai tertinggi terdapat pada item pernyataan menggunakan bahan baku sesuai dengan kebutuhan penjualan yang bernilai 0,750 sehingga dapat ditafsirkan bahwa indeks korelasinya kuat. Sedangkan nilai terendah terdapat pada item pernyataan sedikitnya pelanggan yang komplain dengan nilai 0,391 sehingga dapat ditafsirkan bahwa indeks korelasinya rendah.

3.2.6.2 Hasil Pengujian Reliabilitas

Menurut Sugiyono (2011:121) instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Sherri L. Jackson (2012:81) “Reliability is

indication of consistency or stability of a measuring instrument”. Reliabilitas adalah indikasi dari konsistensi atau stabilitas dari sebuah alat ukur.

Suharsimi Arikunto (2006:178) mengemukakan pernyataan tentang reliabilitas sebagai berikut:

Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk dapat digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Reliabilitas menunjuk pada tingkat keterandalan sesuatu.


(49)

Apabila suatu instrumen dapat dipercaya, maka data yang dihasilkan tersebut dapat dipercaya. Pengujian reliabilitas kuesioner penelitian dilakukan dengan rumus cronbach alpha. Rumus cronbach alpha digunakan untuk mencari reliablitas instrumen yang skornya bukan 1 dan 0, misalnya angket atau soal berbentuk uraian.

[ ] [ ] (Suharsimi Arikunto, 2006:196) Keterangan :

r11 = Reliabilitas instrumen k = Banyaknya butir pertanyaan

= Varians total ∑ = Jumlah varian butir

Jumlah varians butir dapat dicari dengan cara mencari nilai varians t butir, kemudian dijumlahkan, seperti berikut.

∑ ∑

(Suharsimi Arikunto, 2006:184) Keterangan :

N = Jumlah sampel = Nilai varians


(50)

Keputusan uji reliabilitas ditentukan dengan ketentuan sebagai berikut : 1. Jika koefisien internal seluruh item (r11) > rtabeldengan α = 5% dan derajat

kebebasan (dk=n-2) maka item pertanyaan dikatakan reliabel.

2. Jika koefisien internal seluruh item (r11) < rtabeldengan α = 5% dan derajat kebebasan (dk=n-2) maka item pertanyaan dikatakan tidak reliabel.

Berdasarkan hasil pengujian realibilitas instrumen yang dilakukan dengan program SPSS 21 for windows diketahui bahwa semua variabel reliabel, hal ini disebabkan rhitung lebih besar dibandingkan rtabel yang bernilai 0,374, hal ini dapat dilihat dalam Tabel 3.7 berikut ini.

TABEL 3.7

HASIL PENGUJIAN RELIABILITAS

No Pernyataan rhitung rtabel Keterangan 1. Kecerdasan Emosional Wirausaha 0,931 0,374 Reliabel

2. Keberhasilan Usaha 0,925 0,374 Reliabel

Sumber: Hasil Pengolahan Data 2013 3.2.7 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan sudah jelas, yaitu diarahkan untuk menjawab rumusan masalah atau menguji hipotesis yang telah dirumuskan dalam proposal penelitian. Menurut Bogdan yang dikutip oleh Sugiyono (2011:244).

Data analysis is the process of systematically searching and arranging the interview transcripts, fieldnotes, and other materials that you accumulate to increase your own understanding of them and to enable you to present what you have discovered to others. Analisis data adalah proses mencari dan menyususun secara sistematis data diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.

Alat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah berbentuk angket. Angket disusun oleh penulis berdasarkan variabel yang terdapat dalam


(51)

seluruh responden terkumpul. Kegiatan analisis data dalam penelitian dilakukan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut.

1. Menyusun data

Kegiatan menyusun data dilakukan untuk memeriksa kelengkapan data, kelengkapan identitas responden, dan isian data yang sesuai dengan tujuan penelitian.

2. Menyeleksi data untuk memeriksa kesempurnaan dan kebenaran data yang terkumpul.

3. Tabulasi data

Penelitian ini melakukan tabulasi data dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Memberi skor pada tiap item

Dalam penelitian ini, pernyataan dari angket terdiri dari 7 kategori sebagai berikut:

TABEL 3.8

SKOR ALTERNATIF JAWABAN POSITIF DAN NEGATIF Alternatif

Jawaban

Setuju/Baik Rentang Jawaban Tidak Setuju/ Tidak Baik 7 6 5 4 3 2 1

Positif 7 6 5 4 3 2 1

Negatif 1 2 3 4 3 2 1

Sumber: Modifikasi dari Husein Umar (2008:99) b. Menjumlahkan skor pada setiap item

c. Menyusun ranking skor pada setiap variabel penelitian

4. Menganalisis dan menafsirkan hasil perhitungan berdasarkan angka-angka yang diperoleh dari perhitungan statistik.


(52)

Skala pengukuran dalam penelitian ini menggunakan skala semantic differential. Skala ini dikembangkan oleh Osgood dan digunakan untuk mengukur sikap, hanya bentuknya tidak pilihan ganda maupun checklist, tetapi tersusun

dalam satu garis kontinum yang jawaban “sangat positifnya’ terletak di bagian kanan garis, dan jawaban yang “sangat negatif” terletak di bagian kiri garis, atau

sebaliknya (Sugiyono, 2011:97).

3.2.7.1 Analisis Data Deskriptif

Analisis deskriptif dapat digunakan untuk mencari kuatnya hubungan antara variabel melalui analisis korelasi, melakukan prediksi dengan analisis regresi dan membuat perbandingan dengan membandingkan rata-rata data sampel atau populasi. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif untuk mendeskripsikan variabel-variabel penelitian, antara lain:

1. Analisis deskriptif variabel X (Kecerdasan Emosional Wirausaha)

Variabel X berfokus pada penelitian terhadap kecerdasan emosional wirausaha yang meliputi kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati, dan keterampilan sosial.

2. Analisis deskriptif variabel Y (Kebehasilan Usaha)

Variabel Y berfokus pada penelitian terhadap keberhasilan usaha yang meliputi laba, produktivitas, daya saing, kompetensi, dan terbangunnya citra yang baik.


(53)

Untuk mengkategorikan hasil perhitungan, digunakan kriteria penafsiran persentase yang diambil dari 0% sampai 100%. Penafsiran pengolahan data tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.8 sebagai berikut:

TABEL 3.9

KRITERIA PENAFSIRAN HASIL PERHITUNGAN RESPONDEN No Kriteria Penafsiran Keterangan

1 0% Tidak Seorangpun

2 1% - 25% Sebagian Kecil

3 26% - 49% Hampir Setengahnya

4 50% Setengahnya

5 51% - 75% Sebagian Besar

6 76% - 99% Hampir Seluruhnya

7 100% Seluruhnya

Sumber: Moch Ali (1985:184) 3.2.7.2 Analisis Data Verifikatif

Teknik analisis data yang digunkan untuk melihat pengaruh Kecerdasan Emosional Wirausaha (X) terhadap Keberhasilan Usaha (Y) yaitu menggunakan analisis regresi sederhana dan analisis korelasi karena penelitian ini hanya menganalisis dua variabel.

Teknik analisis data yang dipergunakan untuk mengetahui hubungan kausial dalam penelitian ini adalah teknik analisis regresi sederhana. Analisis ini digunakan untuk menentukan seberapa kuatnya pengaruh variabel independen (X) yaitu Kecerdasan Emosional Wirausaha terhadap variabel dependen (Y) yaitu Keberhasilan Usaha.


(54)

Analisis Regresi Linier Sederhana

Analisis ini digunakan untuk mempelajari hubungan fungsional antara variabel sehingga yang diperoleh dapat menaksir variabel yang satu (variabel dependent) apabila yang lainnya diketahui, dengan rumus :

̇ ̇ (Riduwan, 2012:148) Keterangan :

Ỳ = Subyek variabel terikat yang diproyeksikan.

X = Variabel bebas yang mempunyai nilai tertentu untuk diprediksikan a = Nilai konstanta harga Y jika X = 0

b = Nilai arah sebagai penentu ramalan (prediksi) yang menunjukkan nilai peningkatan (+) atau nilai penurunan (-) variabel Y.

Dengan ketentuan untuk nilai a dan b masing-masing adalah sebagai berikut:

∑ ∑ ∑ ∑

∑ ∑ ∑

Sugiyono (2009:262) Keterangan :

Y = Keberhasilan Usaha

X = Kecerdasan Emosional Wirausaha a = Bilangan Konstan


(55)

n = Lamanya Periode

X dikatakan mempengaruhi Y, jika berubahnya nilai X akan menyebabkan adanya perubahan nilai Y, artinya naik turunnya X akan membuat nilai Y juga naik turun, dengan demikian nilai Y ini akan bervariasi. Namun nilai Y bervariasi tersebut tidak semata-mata disebabkan oleh X karena masih ada faktor lain yang menyebabkannya.

3.2.7.3 Koefisien Determinasi

Untuk menentukan besar kecilnya sumbangan variabel X terhadap Y dapat ditentukan dengan rumus koefisien determinan. Koefisien determinasi adalah kuadrat dari koefisien korelasi yang dikalikan dengan 100% (Riduwan dan Engkos Achmad Kuncoro (2012:223).

Dengan rumus sebagai berikut :

(Riduwan, 2012:139) Keterangan :

KD = Nilai Koefisien Determinan r = Nilai Koefisien Korelasi 100% = Konstanta

Selanjutnya untuk mengetahui sejauh mana pengaruh kecerdasan emosional wirausaha terhadap keberhasilan usaha digunakan pedoman


(56)

interprestasi koefisien penentu. Sehingga dibuat pedoman interprestasi koefisien penentu dalam Tabel 3.10.

TABEL 3.10

PEDOMAN UNTUK MEMBERIKAN INTERPRESTASI KOEFISIEN DETERMINASI

Interval Koefisien Tingkat Pengaruh 0-20% Sangat Lemah

21%-40% Lemah 41%-60% Sedang 61%-80% Kuat

81%-100% Sangat Kuat Sumber: Riduwan (2012:89)

3.2.7.4 Pengujian Hipotesis

Analisis data yang terakhir adalah melakukan pengujian terhadap hipotesis yang diajukan. Secara statistik, hipotesis yang akan diuji berada pada α = 0,05 dengan derajat kebebasan (dk = n-2) serta pada uji satu pihak, yaitu pihak kanan. Hipotesis akan diuji pada penelitian ini dapat ditulis sebagai berikut :

H0 : ρ < 0, artinya tidak terdapat pengaruh yang positif dari kecerdasan emosional wirausaha terhadap keberhasilan usaha.

Ha : ρ > 0, artinya terdapat pengaruh yang positif dari kecerdasan emosional wirausaha terhadap keberhasilan usaha.

Untuk mengetahui apakah penilaian yang dilakukan akan menerima atau menolak hipotesis, maka digunakan uji t, yang dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :

√ (Riduwan, 2012:139)


(57)

Keterangan : thitung = Nilai t

r = Nilai Koefisien Korelasi n = Jumlah sampel

Kriteria pengambilan keputusan pengujian hipotesis secara statistik dalam rangka pengambilan keputusan penerimaan atau penolakan hipotesis menurut Sugiyono (2011:185) adalah sebagai berikut :

1. Jika thitung < ttabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak 2. Jika thitung > ttabel, maka Ho ditolak dah Ha diterima.

Adapun untuk membantu dalam pengolahan data dan pengujian hipotesis, dapat menggunakan bantuan perangkat lunak SPSS (Statistical Product for Service Solution) 21.0 dan dibantu software microsoft excel.


(1)

5.2 Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian, maka penulis merekomendasikan beberapa hal mengenai kecerdasan emosional wirausaha terhadap keberhasilan usaha pada pengusaha kain Cigondewah Bandung, yaitu :

1. Pengusaha harus lebih mampu memaksimalkan kemampuan kecerdasan emosional wirausaha. Pengaturan diri merupakan indikator terendah dalam kecerdasan emosional wirausaha dibandingkan dengan indikator lainnya. Indikator yang belum optimal ini perlu mendapatkan perhatian lebih dari pengusaha khususnya kemampuan dalam mengenali emosi diri sendiri dan efeknya dalam menjalankan usaha. Menurut Erin B. McLaughlin emosi berinteraksi dengan proses kognitif dan perilaku. Emosi dapat mempengaruhi penilaian, kreativitas, daya ingat, proses berpikir, dan perilaku yang jelas dalam kewirausahaan. Pengaturan diri akan mempengaruhi kualitas dimensi lainnya karena pengaturan diri khususnya mengendalikan emosi memberikan tuntunan tentang bagaimana proses perilaku dan proses berpikir pengusaha dalam menjalankan usahanya. Mengutip pernyataan Erin B. McLaughlin upaya yang dilakukan dalam pengaturan diri ini adalah dengan lebih meningkatkan kemampuan dalam mengenali emosi sendiri dan efeknya dalam menjalankan usaha sehingga akan berujung pada keberhasilan usaha.

2. Dalam indikator keberhasilan usaha, indikator kompetensi merupakan indikator yang paling rendah dibandingkan dengan indikator lainnya. Khususnya pada kemampuan mengelola modal dengan baik oleh pengusaha dalam menjalankan usaha. Hal tersebut harus dapat diantisipasi dengan meningkatkan kemampuan


(2)

159

kecerdasan emosional pada setiap pengusaha, upaya tersebut dapat dilakukan dengan cara mengikuti kegiatan-kegiatan seminar dan pelatihan kewirausahaan maupun berinteraksi berbagi pengalaman dengan sesama pengusaha sehingga akan berdampak kesuksesan pada usahanya.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Asep Hermawan. 2006. Kiat Praktis Menulis Skripsi, Tesis, Disertasi. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Bachtiar Hasan. 2003. Manajemen Industri. Ed.3. Bandung: Ramadhan Citra. Buchari Alma. 2011. Kewirausahaan. Bandung: Alfabeta.

Carson, Mark. 2012. Entrepreneurship: teori, jejaring, sejarah. Alih Bahasa: Benri Sjah. Jakarta: Rajawali Pers.

Cooper, Robert K. dan Sawaf, Ayunan. 2002. Executive EQ: Kecerdasan Emosional dalam Kepemimpinan dan Organisasi. Alih Bahasa: Ales Tri Kantjono Widodo. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Dani Ronnie M. 2006. The Power of Emotional & Adversity Quotient for Teachers. Jakarta: Hikmah.

Goleman, Daniel. 2000. Working with Emotional Intelligence: Kecerdasan Emosi untuk Mencapai Puncak Prestasi. Alih Bahasa: Alex Tri Kantjono Widodo. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

. 2004. Emotional Intelligence. Alih Bahasa: T. Hermaya. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Hendro. 2011. Dasar-dasar Kewirausahaan. Jakarta: Erlangga.

Henry Faizal Noor. 2008. Ekonomi Manajerial. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Husein Umar. 2008. Metode Riset Bisnis. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Jackson, Sherri L. 2012. Research Method: A Modular Approach 2nd edition.

Wadsworth/Cengange Learning.

Kerlinger, Fred N. 2000. Asas-asas Penelitian Humanioral. Yogyakarta: FE UGM.

Malholtra, Naresh K. 2005. Riset Pemasaran. Jakarta: Indeks Kelompok Gramedia.


(4)

161

Moch. Ali. 1985. Penelitian Pendidikan Prosedur dan Strategi. Bandung: Angkasa.

P. B. Riyanti. 2003. Kewirausahaan Dari Sudut Pandang Psikologi Kepribadian. Jakarta: Grasindo.

Riduwan. 2012. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta.

Riduwan dan Engkos Achmad Kuncoro. 2012. Cara menggunakan dan Memaknai Analisis Jalur (Path Analysis). Bandung: Alfabeta.

Stein, Steven J. dan Book, Howard E. 2002. Ledakan EQ: 15 Prinsip Dasar Kecerdasan Emosional Meraih Sukses. Alih Bahasa: Trinada Rainy Januarsari. Bandung: Kaifa.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.

. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suharsimi Arikunto. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

. 2006. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Suryana. 2011. Kewirausahaan. Jakarta: Salemba Empat.

Yuyus Suryana dan Kartib Bayu. 2011. Kewirauasahaan: Pendekatan Karakteristik Wirausahawan Sukses. Jakarta: Kencana.

MTD Training. 2010. Emotional Intelligence. Ventus Publishing ApS. E-book. www.bookboon.com.

Jurnal, Skripsi, Tesis, Disertasi :

Boren, Amy E. 2010. Emotional Intelligence: The secret of successful entrepreneurship?. Agricultural Leadership, Education &

Communication Department. University of Nebraska – Lincoln.

Dwisani Rahmayani. 2012. Pengaruh Kompetensi Pengusaha Terhadap Keberhasilan Usaha. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.


(5)

Dynna Widyawati. 2012. Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Efektivitas Komunikasi Antar Pegawai Pada Bagian Tata Usaha Puslitbang Tekmira Bandung. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Hamati, Karim. 2011. The Role of Emotional vs. Successful Intelligence in New

Venture Creation. John Molson School of Business. Concordia University. Montreal, Quebec, Canada.

Hienerth, Christoph dan Keßler, Alexander. 2011. Measuring Success in Family Business: The Concept of Configurational Fit. Family Business. Review, 19 (2). pp. 115-134. Vienna University of Economics and Business Administration.

Md. Aminul Islam, Mohammad Aktaruzzaman Khan, Abu Zafar Muhammad Obaidullah, M. Syed Alam. 2011. Effect of Entrepreneur and Firm Characteristics on the Business Success of Small and Medium Enterpries (SMEs) in Bangladesh. International Journal of Business and Management Vol. 6, No. 3.Canadian Center of Science and Education.

McLaughlin, Erin B. 2012. An Emotional Business: The Role of Emotional Intelligence in Entrepreneurial Success. Dissertation Prepared for the Degree of Doctor Philosophy. University Of North Texas.

Melissa S. Cardon, Maw-Der Foo, Dean Shepherd, dan Johan Wiklund. 2012. Exploring the Heart: Entrepreneurial Emotion Is a Hot Topic. Baylor University. DOI: 10.1111/j. 1540-6520.

Perez, Esther Hormiga dan Canino, Rosa M. Batista. 2009. The Importance of the Entrepreneur’s Perception of “Success”. Review of International Comparative Management Vol 10, Issue 5.

Pradhan, Rabindra Kumar dan Nath, Papri. 2012. Perception of Entrepreneurial Orientation and Emotional Intelligence: A Study on India’s Future Techno-Manager. Global Business Review 13(1) 89 – 108. Los Angeles, London, New Delhi, Singapore, Washington DC. SAGE Shoney, Linda dan Gulbro, Robert D. 2004. Small Business Success: A Review of

The Literature. Athens State College.

SumberLain :

Badan Pusat Statistik (BPS)


(6)

163

www.bandung.go.id, diakses 20:00, 18 Januari 2013 www.kemenperin.go.id, diakses 19:3025 Maret 2013 www.worldbank.org,diakses19:10 16 Januari 2013 www.kompas.com,diakses19:15 16 Januari 2013 www.depkop.go.id, diakses 19:50, 19 April 2013 www.antarajawabarat.com, diakses 09:09, 2 April 2013.