Perkembangan Populasi Tiga Hama Utama pada Tanaman Jagung (Zea mays L.)

PERKEMBANGAN POPULASI TIGA HAMA UTAMA
PADA TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.)

AZKA MILLATINASSILMI

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

vii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perkembangan
Populasi Tiga Hama Utama pada Tanaman Jagung (Zea mays L.) adalah benar
karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukkan dalam bentuk
apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir

skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, 2014
Azka Millatinassilmi
NIM A34090090

ABSTRAK

AZKA MILLATINASSILMI. Perkembangan Populasi Tiga Hama Utama pada
Tanaman Jagung (Zea mays L.). Dibimbing oleh I WAYAN WINASA
Jagung merupakan tanaman serealia penting sebagai sumber karbohidrat
bagi jutaan penduduk di dunia. Jagung juga merupakan bagian terbesar dari menu
masyarakat negara berkembang. Hama utama yang sering menjadi masalah dalam
budidaya jagung adalah Rhopalosiphum maidis Fitch (Hemiptera: Aphididae),
Ostrinia furnacalis Guenee (Lepidoptera: Pyralidae) dan Helicoverpa armigera
Hubner (Lepidoptera: Noctuidae). Penelitian bertujuan untuk mengetahui
perkembangan populasi dan serangan kutudaun R. maidis, O. furnacalis dan
H. armigera di pertanaman jagung. Pengamatan ketiga jenis hama ini dilakukan

pada 10 petak pertanaman jagung, masing-masing petak berukuran 4 m x 5 m.
Pengamatan dilakukan pada fase vegetatif dan generatif tanaman jagung. Hasil
pengamatan menunjukkan bahwa kerapatan populasi kutudaun R. maidis
mencapai puncaknya pada umur tanaman jagung 49 HST, sedangkan musuh
alaminya dari famili Coccinellidae mencapai puncak populasi pada umur tanaman
65 HST. Larva O. furnacalis dan H. armigera mulai ditemukan pada tongkol
jagung pada umur tanaman 59 HST. Gejala serangan kedua jenis hama ini dapat
dibedakan, yaitu O. furnacalis membuat lubang gerekan memanjang pada ujung
tongkol, sedangkan H. armigera gerekannya menyebar pada ujung tongkol dan
memakan biji jagung pada ujung tongkol tersebut. Intensitas kerusakan yang
ditimbulkan oleh O. furnacalis dan H. armigera pada tongkol jagung relatif
rendah sehingga tidak berpengaruh nyata terhadap produksi. Produksi jagung dari
batang yang terserang O. furnacalis tidak berbeda nyata dengan produksi dari
batang yang sehat.
Kata kunci: jagung, tongkol, Helicoverpa armigera, Ostrinia furnacalis,
Rhopalosiphum maidis

ABSTRACT

AZKA MILLATINASSILMI. Development of Population Three Mayor Pest on

Maize (Zea mays L.). Supervised by I WAYAN WINASA.
Corn is an important cereal crops as a carbohydrate source for millions
people in the world. That also a biggest part of people menu in developing
countries. The main pests of the often problem in the cultivation corn are
Rhopalosiphum maidis Fitch (Hemiptera: Aphididae), Ostrinia furnacalis Guenee
(Lepidoptera: Pyralidae) and Helicoverpa armigera Hubner (Lepidoptera:
Noctuidae). The aims of this study is to determine population growth and attack of
aphids R. maidis, O. furnacalis, H. armigera on corn plantation. Observation of
three types pests implemented on 10 plots of planting corn, each plot measuring
4 m x 5 m. Observations were made on vegetative and generative plant of maize.
The observations result indicate that the population density of aphids R. maidis
peaked at the age of 49 days after planting, while the natural enemies of the
family Coccinellidae reach peak population at the age of plants 65 days after
planting. Larvae O. furnacalis and H. armigera start found on corn cobs at age 59
days after planting. The both of pest attack symptoms can be distinguished,
O. furnacalis make holes on the ends of cob and elongate, while H. armigera
borer on tip of the corn cob and eat the kernel on the ends of the corn cob. The
intensity of damage result by O. furnacalis and H. armigera on corn cobs is low
and didn't give real effect to production. Production of corn, from the stem were
attacked by O. furnacalis is not significantly different with the production of

healthy stems.
Keywords: cob, corn, Helicoverpa armigera, Ostrinia furnacalis, Rhopalosiphum
maidis

©

Hak Cipta milik IPB, tahun 2014
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk
kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,
penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak
merugikan kepentingan yang wajar IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya
tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.

PERKEMBANGAN POPULASI TIGA HAMA UTAMA PADA
TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.)


AZKA MILLATINASSILMI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Proteksi Tanaman

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi

: Perkembangan Populasi Tiga Hama Utama pada Tanaman
Jagung (Zea mays L.)
Nama Mahasiswa : Azka Millatinassilmi
NIM

: A34090090

Disetujui oleh

Dr. Ir. I Wayan Winasa, M.Si
Dosen Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Abdjad Asih Nawangsih, M.Si
Ketua Departemen Proteksi Tanaman

Tanggal Lulus:

Judul Skripsi

: Perkembangan Populasi Tiga Hama Utama pada Tanaman
Jagung (Zea mays L.)
Nama Mahasiswa : Azka Millatinassilmi
NIM

: A34090090

Disetujui oleh

Dr. Ir. I Wayan Winasa, M.Si
Dosen Pembimbing

Tanggal Lulus:

1 0 FEB

201 4

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang
berjudul “Perkembangan Populasi Tiga Hama Utama pada Tanaman Jagung
(Zea Mays L.)” sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Pertanian
pada Departemen Proteksi Tanaman Institut Pertanian Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Ir. I Wayan Winasa, M.Si. selaku

dosen pembimbing, Dr. Efi Toding Tondok, SP. M.Sc. selaku penguji tamu,
Dr. Ir. Sri Hendrastuti Hidayat, M.Sc. selaku dosen pembimbing akademik, serta
seluruh dosen-dosen Departemen Proteksi Tanaman yang telah banyak
memberikan ilmu, arahan, motivasi, dan bimbingan selama penulis mengikuti
studi di Departemen Proteksi Tanaman.
Terima kasih kepada Ayahanda M. Fauzi Sutopo dan Ibunda Nur’aini
Fathony tercinta, serta seluruh keluarga penulis yang telah banyak mencurahkan
tenaga, pikiran, dan doa untuk penulis.
Terima kasih kepada Pak Bony yang memberi semangat serta izin dalam
pengamatan di lahannya, Pak Wawan dan rekan-rekan di Laboratorium Ekologi
atas dukungan, saran, dan semangat yang diberikan.
Terima kasih kepada seluruh teman-teman Proteksi Tanaman 46, seluruh
adik serta kakak tingkat yang tidak bisa disebutkan satu persatu atas persahabatan
dan kebersamaannya selama ini dan telah membantu penulis dalam menyelesaikan
tugas akhir ini.
Penulis berharap semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Bogor, 2014

Azka Millatinassilmi


DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
Latar Belakang ............................................................................................ 1
Tujuan Penelitian ......................................................................................... 3
Manfaat Penelitian ....................................................................................... 3
BAHAN DAN METODE ................................................................................... 4
Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................................... 4
Alat dan Bahan ............................................................................................ 4
Metode ........................................................................................................ 4
Lahan Pengamatan .................................................................................. 4
Pengamatan Kutudaun Rhopalosiphum maidis dan Musuh Alaminya ...... 4
Pengamatan Perkembangan Serangan Ostrinia furnacalis dan

Helicoverpa armigera pada Tongkol Jagung ............................................ 4
Pengamatan Intensitas Serangan Ostrinia furnacalis dan
Helicoverpa armigera pada Tongkol Jagung ........................................... 4
Pengaruh Serangan Ostrinia furnacalis terhadap Produksi Jagung ........... 5
Pengolahan Data ..................................................................................... 5
HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................... 6
Perkembangan Populasi Rhopalosiphum maidis........................................... 6
Serangan Ostrinia furnacalis pada Tanaman Jagung .................................... 7
Serangan Helicoverpa armigera pada Tongkol Jagung ................................ 9
Intensitas Serangan Ostrinia furnacalis dan Helicoverpa armigera
pada Tanaman Jagung ................................................................................ 12
Pengaruh Serangan Ostrinia furnacalis terhadap Produksi ......................... 13
SIMPULAN...................................................................................................... 14
Simpulan dan Saran ................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 15
LAMPIRAN ..................................................................................................... 17
RIWAYAT HIDUP .......................................................................................... 19

DAFTAR TABEL


1 Kerapatan populasi kutudaun R. maidis pada tanaman jagung ....................... 66
2 Intensitas serangan O. furnacalis dan H. armigera ........................................ 12
3 Bobot kering tongkol jagung dari batang yang terserang dan tidak terserang
O. furnacalis................................................................................................. 13

DAFTAR GAMBAR

1 Hubungan populasi R. maidis dengan kelimpahan Coccinellidae .................... 7
2 Telur O. furnacalis yang ditemukan di lapangan ............................................ 8
3 Serangan larva O. furnacalis pada tongkol jagung .......................................... 8
4 Perkembangan serangan larva O. furnacalis di pertanaman jagung ................ 9
5 Peletakkan pupa O. furnacalis pada tongkol jagung ....................................... 9
6 Perkembangan populasi telur H. armigera di pertanaman jagung ................. 10
7 Telur H. armigera pada rambut jagung ........................................................ 10
8 Perkembangan populasi larva H. armigera di pertanaman jagung................. 11
9 Larva H. armigera berada di area tongkol .................................................... 11
10 Predator yang ditemukan pada tanaman jagung ............................................ 12
11 Gejala serangan O. furnacalis (a) dan gejala serangan H. armigera (b) ........ 13
12 Tongkol sehat (a), tongkol terserang O. furnacalis (b), dan tongkol terserang
H. armigera (c) ............................................................................................ 13

DAFTAR LAMPIRAN

1 Data curah hujan harian pada bulan Mei dan Juni 2013 di Darmaga Bogor .. 18

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Jagung merupakan tanaman serealia penting sebagai sumber karbohidrat
bagi jutaan penduduk di dunia. Jagung juga merupakan bagian terbesar dari menu
masyarakat negara berkembang. Selain itu, jagung banyak dibudidayakan karena
perawatannya mudah dan dapat ditanam hampir di semua jenis tanah, serta dapat
dijadikan bahan pangan dan pakan (Adnan et al. 2005).
Pemerintah Indonesia telah menetapkan swasembada jagung pada tahun
2014 (Anggoro 2013). Berdasarkan data BPS (2012), produksi jagung di
Indonesia selama lima tahun terakhir terus mengalami peningkatan. Pada tahun
2008 sebesar 16.31 juta ton, dan tahun 2009 sebesar 17.62 juta ton. Produksi
jagung ini terus mengalami peningkatan dan hingga tahun 2012 telah mencapai
19.39 juta ton.
Salah satu kendala dalam budidaya jagung adalah adanya serangan hama.
Tanaman jagung merupakan salah satu tanaman yang dapat diserang hama selama
masa pertumbuhannya, yaitu mulai fase bibit, vegetatif sampai generatif. Hama
yang biasa ditemukan pada tanaman jagung fase bibit adalah lalat bibit
(Atherigona sp.). Hama lain yang ditemukan selama fase vegetatif sampai
generatif adalah penggerek batang (Ostrinia furnacalis Guenee), penggerek
tongkol (Helicoverpa armigera Hubner), pemakan daun (Spodoptera litura
Fabricius dan Mythimna separata Walker.), kutudaun (Rhopalosiphum maidis
Fitch), belalang dan tikus (Kalshoven 1981; Subandi et al. 1988; Swastika et al.
2004). Dari semua jenis hama yang ditemukan pada tanaman jagung, hama yang
dominan adalah kutudaun R. maidis (Hemiptera: Aphididae), penggerek batang O.
furnacalis (Lepidoptera: Pyralidae) dan penggerek tongkol jagung H. armigera
(Lepidoptera: Noctuidae).
Kutudaun R. maidis umumnya membentuk koloni dalam jumlah besar pada
tanaman jagung. Imago memiliki panjang tubuh berukuran sekitar 0.9 sampai 2.4
mm (Blackman dan Eastop 2000). Sebagian populasi kutudaun tidak memiliki
sayap. Kutudaun akan bersayap apabila populasi dalam satu koloninya sangat
padat. Sayap kutudaun berfungsi untuk terbang atau berpindah ke tempat lain
untuk membentuk koloni baru (Miyazaki 1987). Imago berkembang biak secara
partenogenesis (Kalshoven 1981). Nimfa membutuhkan waktu selama 4 sampai 6
hari untuk menjadi imago, sedangkan imago kutudaun dapat hidup selama 4
sampai 12 hari (Bayhan 2009). Kutudaun merusak tanaman dengan menusukkan
stiletnya pada daun, menyebabkan warna dan bentuk daun tidak normal,
pertumbuhan tanaman terhambat atau kerdil yang pada akhirnya tanaman
mengering (Pabbage et al. 2007). Kehilangan hasil yang disebabkan serangan
kutudaun mencapai 16 sampai 78% (Said et al. 2011). Pencegahan kehilangan
hasil akibat serangan kutudaun R. maidis dapat dilakukan melalui beberapa cara
pengendalian diantaranya dengan pemanfaatan musuh alami dan penggunaan
insektisida.
Hama penggerek batang O. furnacalis termasuk ke dalam ordo Lepidoptera
dan famili Pyralidae. Imago betina O. furnacalis dapat meletakkan telur 300
sampai 500 butir dan umumnya meletakkan telur secara berkelompok di

2
permukaan bawah daun. Bentuknya menyerupai sisik ikan dengan ukuran
kelompok telur yang berbeda-beda. Jumlah butir telur antara 5 sampai 90 butir
atau bahkan lebih dari 100 butir (Kalshoven 1981). Larva membutuhkan waktu
selama 17 sampai 30 hari, dan masa stadia pupa 6 sampai 9 hari. Imago dewasa
yang keluar dari pupa pada malam hari akan langsung kawin dan imago betina
meletakkan telur pada malam yang sama. Umur imago selama 7 sampai 11 hari
(Said et al. 2011). Hama penggerek batang O. furnacalis menimbulkan gejala
serangan berupa lubang kecil pada daun, lubang gerekan pada batang, dan
rusaknya tongkol jagung (Pabbage et al. 2007). Kehilangan hasil akibat serangan
O. furnacalis mencapai 20 sampai 80%. Besarnya kehilangan hasil dipengaruhi
oleh kepadatan populasi larva O. furnacalis serta umur tanaman saat terserang
(Nonci 2004). Kehilangan hasil terbesar terjadi bila serangan tinggi pada fase
reproduktif (Kalshoven 1981).
Penggerek tongkol jagung H. armigera termasuk serangga yang bersifat
polifag (Kalshoven 1981). Selain menyerang tanaman jagung H. armigera juga
dapat menyerang tanaman tomat, kedelai, kapas, tembakau dan sorgum. Imago
betina H. armigera meletakkan telur pada rambut-rambut jagung dan mampu
bertelur rata-rata 730 butir dengan masa oviposisi 10 sampai 25 hari (Kalshoven
1981). Larva terdiri atas 5 sampai 7 instar, tetapi umumnya 6 instar dengan
pergantian kulit (moulting) disetiap instarnya 2 sampai 4 hari. Periode
perkembangan larva sangat bergantung pada suhu dan kualitas makanannya.
Khususnya pada jagung, masa perkembangan larva pada suhu 24oC sampai 27oC
adalah 12 sampai 21 hari. Larva bersifat kanibal dan mengalami masa prapupa
selama 1 sampai 4 hari. Masa prapupa dan pupa biasanya terjadi di dalam tanah
dan kedalamannya bergantung pada kekerasan tanah (Pabbage et al. 2007).
Gejala serangan larva H. armigera dimulai pada saat pembentukan tongkol jagung
dan apabila kelobotnya dibuka di dalamnya ditemukan larva H. armigera. Larva
masuk ke dalam tongkol muda dan memakan biji-biji jagung, karena larva hidup
di dalam tongkol, biasanya serangan serangga ini sulit diketahui dan sulit
dikendalikan dengan insektisida disebabkan ditutupi oleh kelobot (Sarwono et al.
2003). Akibat dari serangan hama penggerek tongkol H. armigera kehilangan
hasil pada tanaman jagung dapat mencapai 80% (Tenrirawe 2007).
Berdasarkan penelitian Fitriani (2009) pada tanaman jagung manis, hama
yang dapat menurunkan produksi jagung didominasi oleh O. furnacalis dan H.
armigera. Namun, menurut sebagian petani keberadaan hama ini pada pertanaman
jagung dianggap tidak berpengaruh terhadap produksi.
Faktor pembatas utama dalam budidaya jagung adalah gangguan organisme
pengganggu tanaman (OPT), oleh karena itu harus dilakukan pengendalian.
Selama ini pengendalian yang biasa dilakukan oleh petani adalah dengan
menggunakan insektisida sintetik karena pengendalian dengan insektisida
dianggap lebih praktis dan cepat. Hingga saat ini ketergantungan petani terhadap
insektisida sintetik masih sangat tinggi. Dampak negatif yang disebabkan
penggunaan insektisida sintetik antara lain dapat berpengaruh terhadap kesehatan
manusia, pencemaran lingkungan, matinya organisme yang menguntungkan
misalnya musuh alami dari organisme pengganggu tanaman (OPT), terjadinya
serangan hama sekunder, munculnya resistensi serangga hama, dan terjadinya
resurgensi serangga hama (Sunarno 2012).

3
Penelitian ini menjadi penting dilakukan, karena dengan mengetahui
perkembangan populasi kutudaun R. maidis, O. furnacalis, dan H. armigera serta
kerusakan yang ditimbulkan pada tanaman jagung akan mempermudah dalam
menentukan strategi pengendalian hama ini.
Tujuan Penelitian
Penelitian bertujuan untuk mengetahui perkembangan populasi dan serangan
kutudaun Rhopalosiphum maidis, Ostrinia furnacalis dan Helicoverpa armigera
di pertanaman jagung.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah memberikan informasi
berupa perkembangan populasi dan serangan kutudaun Rhopalosiphum maidis,
Ostrinia furnacalis, dan Helicoverpa armigera sehingga dapat digunakan sebagai
dasar untuk menentukan strategi pengendalian hama ini.

4

BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di pertanaman jagung di Kelurahan Situgede,
Kecamatan Bogor Barat, Bogor. Identifikasi hama dilakukan di Laboratorium
Ekologi Serangga, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor. Penelitian ini berlangsung mulai bulan Mei 2013 sampai Juli
2013.
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: kamera, lup,
timbangan, mikroskop, lampu, handcounter, pertanaman jagung, alat tulis,
kantong plastik, ajir, kertas label.
Metode
Lahan Pengamatan
Luas lahan pertanaman jagung yang digunakan sebagai tempat pengamatan
seluas 650 m2 dan dibagi menjadi 25 petak dengan ukuran masing-masing petak
4 m x 5 m. Dari 25 petak diambil 10 petak sebagai petak pengamatan. Pada setiap
petak pengamatan diambil 10 tanaman contoh, sehingga total tanaman contoh
yang diamati sebanyak 100 tanaman. Letak tanaman contoh ditentukan secara
sistematis dengan pola persebaran Z/N. Varietas yang ditanam adalah varietas
Pioneer Hibrida P 27. Setiap lubang ditanami 1 sampai 2 biji jagung dengan jarak
tanam 40 cm x 60 cm.
Pengamatan Kutudaun Rhopalosiphum maidis dan Musuh Alaminya
Pengamatan populasi R. maidis dan musuh alaminya Coccinellidae
dilakukan sejak tanaman fase vegetatif hingga fase generatif. Pengamatan
kutudaun dilakukan pada bagian daun atau kelobot tongkol jagung, sedangkan
Coccinellidae diamati pada setiap tanaman contoh. Selain Coccinellidae diamati
juga predator lain yang ditemukan pada tanaman jagung.
Pengamatan Perkembangan Serangan Ostrinia furnacalis dan Helicoverpa
armigera pada Tongkol Jagung
Pengamatan perkembangan populasi O. furnacalis dan H. armigera dimulai
pada fase vegetatif sejak tanaman berumur 28 HST hingga 49 HST dengan selang
waktu 7 hari, selanjutnya sejak bunga betina keluar diamati lebih sering dengan
selang waktu 3 hari mulai sejak tanaman berumur 56 HST hingga 80 HST.
Pengamatan populasi telur dan larva diamati langsung pada semua tongkol
tanaman contoh.

5
Pengamatan Intensitas Serangan Ostrinia furnacalis dan Helicoverpa
armigera pada Batang dan Tongkol Jagung
Serangan O. furnacalis dan H. armigera pada batang dan tongkol jagung
diamati pada seluruh petak tanaman contoh. Pengamatan serangan larva
O. furnacalis dan H. armigera pada batang dan tongkol jagung dilakukan dengan
menghitung intensitas serangan pada batang dan tongkol jagung dengan
menggunakan rumus berikut:

Pengaruh Serangan Ostrinia furnacalis terhadap Produksi Jagung
Setiap petak contoh diambil secara acak 10 tanaman yang batangnya
terserang O. furnacalis dan 10 tanaman yang tidak terserang. Selanjutnya semua
tongkol dari batang terserang dan tidak terserang dipanen. Hasil panen dijemur
beberapa hari sampai tongkol kering. Semua tongkol dipisahkan dengan
kelobotnya selanjutnya ditimbang.
Pengolahan Data
Data yang diperoleh dari hasil pengamatan diolah menggunakan Microsoft
Excell 2007 dan SPSS versi 18. Untuk membandingkan tongkol dari batang
terserang dan tidak terserang O. furnacalis digunakan uji t dengan taraf nyata 5%.

6

HASIL DAN PEMBAHASAN
Perkembangan Populasi Rhopalosiphum maidis
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kutudaun R. maidis mulai ditemukan
pada tanaman jagung umur 28 hari setelah tanam (HST). Kutudaun pertama kali
ditemukan berada di bawah helai daun terakhir dan pada saat itu tanaman sudah
memasuki fase vegetatif. Kerapatan populasi kutudaun mulai meningkat pada
umur tanaman 42 HST dengan rata-rata 1.69 ekor per tanaman. Populasi kutudaun
mencapai puncaknya pada umur tanaman 49 HST, yaitu saat tanaman memasuki
fase generatif yang ditandai dengan munculnya bunga jantan dan bunga betina
pada tajuk tanaman. Kerapatan populasi kutudaun pada umur tanaman 49 HST
mencapai rata-rata sebesar 20.03 ekor per tanaman (Tabel 1).
Tabel 1 Kerapatan populasi kutudaun R. maidis pada tanaman jagung
Umur Tanaman (HST)
Populasi rata-rata ± SD
28
0.01 ± 0.10
35
0.00 ± 0.00
42
1.69 ± 7.97
49
20.03 ± 54.06
56
10.74 ± 39.74
59
2.36 ± 6.12
62
3.20 ± 21.20
65
0.16 ± 0.73
68
1.25 ± 7.58
71
1.45 ± 7.28
74
8.68 ± 20.14
77
5.44 ± 14.22
80
3.40 ± 12.74
Pada umur tanaman 56 HST populasi kutudaun mengalami penurunan dan
populasi terendah terjadi pada umur tanaman 65 HST, yaitu rata-rata 0.16 ekor per
tanaman. Penurunan populasi kutudaun ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor
seperti curah hujan, ketersediaan makanan, dan musuh alami. Selain itu, menurut
Khalsoven (1981) punurunan populasi juga disebabkan sebagian imago kutudaun
membentuk sayap dan terbang ke pertanaman lain yang menyediakan sumber
makanan lebih baik dan jumlahnya mencukupi.
Musuh alami dari kutudaun R. maidis yang ditemukan di lapangan yaitu
kumbang predator Coccinellidae. Larva dan imago Coccinellidae tersebut
dilaporkan memangsa kutudaun (Kalshoven 1981). Hasil pengamatan di lapangan
menunjukkan bahwa keberadaan musuh alami seperti Coccinellidae memiliki
pengaruh terhadap dinamika populasi dari hama kutudaun. Berdasarkan pada data
tersebut, maka dapat dikatakan bahwa penurunan populasi kutudaun yang cukup
tinggi dari rata-rata sebesar 200.3 ekor per 10 tanaman pada 49 HST menjadi ratarata sebesar 1.60 ekor per 10 tanaman pada 65 HST dipengaruhi oleh populasi
predator Coccinellidae yang meningkat, dari 8.00 ekor per 10 tanaman pada 49

7
HST menjadi 15.60 ekor per 10 tanaman pada 65 HST (Gambar 1). Kemampuan
memangsa dari predator Coccinellidae cukup tinggi, salah satunya Coccinellidae
dari spesies Menochilus sexmaculatus F. (Coleoptera: Coccinellidae). Hasil
penelitian Radiyanto et al. (2011) menyatakan bahwa kemampuan memangsa
stadia dewasa M. sexmaculatus lebih baik dibanding stadia larva. Stadia betina
dewasa M. sexmaculatus memiliki kemampuan memangsa maksimum pada
berbagai stadium nimfa kutudaun R. maidis sebanyak 300 ekor selama 24 jam.

Populasi R. maidis
(ekor/ 10 tanaman)

250
200

Rhopalosiphum
maidis

150
100
50
0

Kelimpahan
Coccinellidae
(ekor/ 10 tanaman)

28 35 42 49 56 59 62 65 68 71 74 77 80
20
15

Coccinellidae

10
5
0
28 35 42 49 56 59 62 65 68 71 74 77 80

Umur Tanaman (HST)
Gambar 1 Hubungan populasi R. maidis dengan kelimpahan Coccinellidae
Serangan Ostrinia furnacalis pada Tanaman Jagung
Telur penggerek batang O. furnacalis ditemukan setelah tanaman memasuki
fase generatif yaitu pada umur 49 hari setelah tanam (HST) yang ditandai dengan
munculnya bunga jantan. Namun, hasil penelitian Nonci dan Baco (1991)
serangan O. furnacalis sebelum tanaman berumur 4 minggu dapat menyebabkan
tanaman jagung rusak total, sedangkan serangan pada tanaman yang berumur 6
minggu, saat bunga betina belum dibuahi dapat menyebabkan tanaman gagal
berbuah. Telur diletakkan secara berkelompok pada permukaan atas daun
(Gambar 2). Hasil penelitian Abdullah (2005) menunjukkan bahwa sekitar 99.5%
kelompok telur diletakkan pada permukaan bawah daun dan Nafus dan Schreiner
(1987) menyatakan hanya 0.6% diletakkan di permukaan atas daun.

8

Gambar 2 Telur O. furnacalis yang ditemukan di lapangan
Pada umur 56 HST serangan larva O. furnacalis ditemukan pada batang,
sedangkan pada tongkol belum ditemukan. Serangan pada tongkol ditemukan
pada umur tanaman 59 HST dengan kerapatan rata-rata 7.20 ekor per 10 tanaman
(Gambar 4). Sama halnya dengan penelitian Nafus dan Schreiner (1987)
menunjukkan sebelum pollen menyebar, maka larva instar muda (instar I sampai
III) akan berpindah dari bunga jantan ke bagian kelobot atau ujung tongkol dan
larva instar tua (instar IV sampai VI) memakan tongkol dan bulir jagung setelah
masa rambut jagung kering. Pengamatan berikutnya pada umur 62 HST populasi
larva O. furnacalis mengalami peningkatan dan mencapai puncak serangan, yaitu
rata-rata 9.60 ekor per 10 tanaman. Serangan larva O. furnacalis di tongkol jagung
terdapat pada bagian rambut-rambut tongkol hingga ujung tongkol. Gejala
serangan O. furnacalis menyebabkan ujung tongkol menjadi gundul tanpa rambutrambut dan terdapat bekas gerekan memanjang pada ujung tongkol tersebut
(Gambar 3).

Gambar 3 Serangan larva O. furnacalis pada tongkol jagung
Pada umur tanaman 65 HST populasi larva O. furnacalis mengalami
penurunan hampir setengahnya dari rata-rata populasi sebelumnya, yaitu sebesar
4.50 ekor per 10 tanaman. Pengamatan selanjutnya menunjukkan populasi larva
terus mengalami penurunan dan sampai umur tanaman 80 HST populasi rata-rata
hanya mencapai 0.10 ekor per 10 tanaman (Gambar 4). Penurunan populasi larva
ini disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya karena peran musuh alami dan
sebagian larva telah membentuk pupa. Salah satu predator larva O. furnacalis
adalah cecopet (Dermaptera). Dari hasil pengamatan di lapangan ditemukan
cecopet, namun populasinya relatif rendah (Gambar 10). Euborellia annulata
(Dermaptera) dikenal sebagai predator larva O. furnacalis pada tanaman jagung
(Suasaard 2010).

9

Rata-rata larva
O. furnacalis
(ekor/ 10 tanaman)

10
8
6
4
2
0
56

59

62 65 68 71 74 77 80
Umur Tanaman (HST)
Gambar 4 Perkembangan serangan larva O. furnacalis di pertanaman
jagung
Pupa O. furnacalis mulai ditemukan pada umur tanaman 77 HST dan 80
HST dengan kerapatan rata-rata 0.30 per 10 tanaman dan 0.60 per 10 tanaman.
Pupa ditemukan di dalam kelobot jagung, di ujung tongkol yang terselimuti bekas
gerekan (frash), dan di luar kelobot dari tongkol jagung (Gambar 5). Pengamatan
Abdullah (2005) menemukan bahwa pupa dapat dijumpai pada berbagai bagian
tanaman jagung, seperti di dalam liang gerek, pada batang di dekat lubang gerek,
pada rambut tongkol dan di bagian dalam kelobot tongkol.

Gambar 5 Pupa O. furnacalis pada tongkol jagung
Serangan Helicoverpa armigera pada Tongkol Jagung
Peletakkan telur oleh imago betina H. armigera mempunyai kaitan erat
dengan pembungaan jagung. Telur pertama kali ditemukan pada saat tanaman
mulai membentuk bunga betina dan keluar rambut-rambut pada tongkol, yaitu
pada umur 56 HST dengan kerapatan telur rata-rata 1.6 butir per 10 tanaman
(Gambar 6). Telur diletakkan oleh imago betina di rambut-rambut jagung secara
terpisah satu persatu (Gambar 7). Dalam satu tongkol bisa diletakkan 2 sampai 3
butir telur pada rambut-rambut jagung. Populasi telur H. armigera terus menurun
pada umur tanaman 59 HST sampai 65 HST karena semakin bertambahnya umur
tanaman sehingga rambut-rambut tongkol mulai mengering, dengan perubahan
warna rambut menjadi coklat tua sehingga tidak menarik bagi imago betina untuk
meletakkan telur. Pada saat pengamatan pada umur 62 HST ditemukan telur H.
armigera yang terparasit dengan ciri-ciri warna telur berubah menjadi hitam.
Menurut Nurindah dan Sujak (2006) jenis parasitoid yang dominan memarasit
telur H. armigera pada tanaman jagung adalah genus Trichogramma dan
Trichogrammatoidea (Hymenoptera: Trichogrammatidae), dari spesies

10
Trichogramma achaea Nagaraja, Trichogramma chilotraeae Nagaraja, dan
Trichogramma guamensis Nagaraja.

Rata-rata telur
H. armigera
(butir/ 10 tanaman)

2
1.5
1
0.5
0
56

59

62 65 68 71 74
Umur Tanaman (HST)

77

80

Gambar 6 Perkembangan populasi telur H. armigera di pertanaman jagung

Gambar 7 Telur H. armigera pada rambut jagung
Pada umur tanaman 59 HST mulai ditemukan adanya larva H. armigera
pada tongkol jagung dengan kerapatan 0.6 ekor per 10 tanaman (Gambar 8).
Kerapatan populasi larva penggerek tongkol H. armigera selama pengamatan
sampai umur tanaman 80 HST selalu rendah (Gambar 8). Pada umur tanaman 59
HST dan 62 HST larva yang ditemukan umumnya berukuran kecil (instar I dan II),
dan pada pengamatan berikutnya 65 HST sampai 77 HST larva yang ditemukan
mulai bertambah besar dan hanya 1 ekor larva dalam satu tongkol. Pengamatan
pada umur tanaman 80 HST sebagian besar larva yang ditemukan berukuran besar
(instar akhir) dan siap untuk berpupa dengan kerapatan larva sangat rendah karena
sebagian besar larva sudah meninggalkan tongkol untuk berpupa di dalam tanah.
H. armigera membentuk pupa dalam tanah pada kedalaman mencapai 10 cm
(DPI&F 2005).

11

Rata-rata larva
H. armigera
(ekor/10 tanaman)

2
1.5
1

0.5
0
56

59

62 65 68 71 74 77 80
Umur Tanaman (HST)
Gambar 8 Perkembangan populasi larva H. armigera di pertanaman jagung
Gejala serangan larva H. armigera terlihat pada bagian ujung tongkol.
Larva memakan biji jagung yang sedang berkembang dan menggerek ujung
tongkol (Gambar 9). Larva tersebut dapat menggerek hingga 9 cm ke dalam
tongkol hingga paling dalam mencapai 15 cm (Archer dan Bynum 1994).

Gambar 9 Larva H. armigera berada di area tongkol
Musuh alami yang ditemukan selama pengamatan selain Coccinellidae
adalah predator, diantaranya laba-laba, Reduviidae, Mantodea, Dermaptera,
Staphylinidae, dan Tettigoniidae.
Musuh alami yang dominan pada pertanaman jagung adalah laba-laba dari
famili Lycosidae, Oxyopidae, dan Tetragnathidae sedangkan populasi predator
lainnya cenderung rendah (Gambar 10). Laba-laba merupakan agens pengendali
hayati yang potensial terhadap banyak jenis serangga hama. Abdullah (2005)
mengemukakan bahwa adanya laba-laba di pertanaman jagung berhubungan
dengan kelimpahan larva dari famili Lepidoptera, dan kelimpahan Tettigoniidae
juga berhubungan dengan kelimpahan dari famili Hemiptera.
Hasil penelitian Abdullah (2005) menyatakan predator dari Ordo
Dermaptera memangsa larva dan pupa O. furnacalis. Namun, dalam pengamatan
di lapangan predator Dermaptera baru ditemukan pada saat tanaman berumur 80
HST. Predator dari famili Staphylinidae dapat memangsa berbagai jenis serangga
dari famili Lepidoptera dan Hemiptera. Taulu dan Rauf (2000) mengemukakan
bahwa Staphylinidae mampu mengonsumsi sekitar 15 telur H. armigera per hari.
Namun, di lapangan predator Staphylinidae hanya ditemukan saat tanaman
berumur 49 HST dan 74 HST.

Kelimpahan
predator
(ekor/ 10 tanaman)

12
4.5
4
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0

Laba-Laba
Staphylinidae
Mantodea
Dermaptera
Reduviidae
Tettigoniidae
28 35 42 49 56 59 62 65 68 71 74 77 80

Umur Tanaman (HST)
Gambar 10 Predator yang ditemukan pada tanaman jagung
Intensitas Serangan Ostrinia furnacalis dan Helicoverpa armigera
pada Tanaman Jagung
Berdasarkan hasil pengamatan saat menjelang panen menunjukkan bahwa
intensitas serangan larva O. furnacalis pada batang sebesar 54.92% dan pada
tongkol 16.23% (Tabel 2). Hal ini menunjukkan bahwa O. furnacalis merupakan
hama utama yang menyerang pada bagian batang jagung namun juga dapat
menyerang tongkol. Intensitas serangan H. armigera pada tongkol jagung sangat
rendah hanya 1.61% (Tabel 2). Jika serangannya tinggi, Archer dan Bynum
(1994) menyatakan bahwa serangan ini dapat menurunkan kualitas dan
mengakibatkan perubahan warna pada biji jagung pada saat diolah. Perbedaan
gejala serangan dari kedua hama ini pada tongkol terlihat sangat jelas. Gejala
serangan yang disebabkan oleh O. furnacalis dengan ciri khusus membuat lubang
gerekan yang memanjang pada ujung tongkol, sedangkan H. armigera gerekannya
menyebar pada ujung tongkol dan memakan biji jagung pada bagian ujung
tongkol tersebut (Gambar 11). Hasil pengamatan juga memperlihatkan bahwa
serangan O. furnacalis dan H. armigera tidak berpengaruh banyak terhadap
kehilangan hasil biji jagung (Gambar 12). Hasil wawancara dengan petani di
lapangan juga menyebutkan bahwa kehilangan hasil yang disebabkan oleh kedua
hama ini tidak nyata karena kerusakan yang ditimbulkan hanya pada bagian ujung
tongkol.
Tabel 2 Intensitas serangan O. furnacalis dan H. armigera
Intensitas Serangan (%)
Jenis Hama
Batang
Tongkol
Ostrinia furnacalis
Helicoverpa armigera

54.92

16.23
1.61

13

(a)

(b)

Gambar 11 Gejala serangan O. furnacalis (a) dan gejala serangan H. armigera (b)

(a)

(b)

(c)

Gambar 12 Tongkol sehat (a), tongkol terserang O. furnacalis (b), dan
tongkol terserang H. armigera (c)
Pengaruh Serangan Ostrinia furnacalis terhadap Produksi
Hasil pengamatan terhadap tongkol jagung yang dihasilkan dari batang
terserang O. furnacalis dan tidak terserang menunjukkan tidak berbeda nyata
(Tabel 3). Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Nafus dan Schreiner
(1991) bahwa gerekan O. furnacalis pada batang tidak berpengaruh nyata
terhadap penurunan hasil tanaman jagung.
Tabel 3 Bobot kering tongkol jagung dari batang yang terserang dan tidak
terserang O. furnacalis
Bobot tongkol (kg/ tanaman)
Tongkol jagung
(Rataan ± SD)
Terserang
0.126 ± 0.046 a
Tidak terserang
0.121 ± 0.045 a
a

Angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan
uji t pada taraf nyata (α = 5%)

14

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Kerapatan populasi kutudaun R. maidis mencapai puncaknya pada umur
tanaman jagung 49 HST, sedangkan musuh alaminya Coccinellidae mencapai
puncak populasi pada umur tanaman 65 HST.
Larva O. furnacalis dan H. armigera mulai ditemukan pada tongkol jagung
pada umur tanaman 59 HST. Gejala serangan kedua jenis hama ini dapat
dibedakan, yaitu O. furnacalis membuat lubang gerekan memanjang pada ujung
tongkol, sedangkan H. armigera gerekannya menyebar pada ujung tongkol dan
memakan biji jagung pada ujung tongkol tersebut.
Kerusakan yang ditimbulkan oleh O. furnacalis dan H. armigera pada
tongkol jagung relatif rendah sehingga tidak berpengaruh nyata terhadap produksi.
Produksi jagung dari batang yang terserang O. furnacalis tidak berbeda nyata
dengan produksi dari batang yang sehat.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap pengaruh serangan ketiga
jenis hama ini pada tanaman jagung pada lokasi dan musim tanam yang berbeda –
beda untuk mendapatkan informasi yang lebih lengkap sebagai dasar untuk
menyusun strategi pengendaliannya.

15

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah T. 2005. Kajian komunitas artropda dan serangan penggerek jagung asia,
Ostrinia furnacalis Guenee (Lepidoptera: Pyralidae), pada pertanaman
jagung [disertasi]. Bogor (ID): Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Adnan AM, Said YM, Nonci N. 2005. Peranan pengendalian hayati dalam
pengendalian hama jagung di Indonesia. Di dalam: Prosiding Seminar
Nasional Jagung. Maros (ID): Balai Penelitian Tanaman Serelia. hlm 505512.
Anggoro UK. 2013. Asyiknya Bertani: Menuju Swasembada Padi, Jagung dan
Kedelai 2014 [Audio]. Jakarta (ID): Kementrian Pertanian Republik
Indonesia. Audio rekaman 1 full acara. [diunduh 2013 Okt 11]. Tersedia
pada:http://pusdatin.setjen.deptan.go.id/ditjentp/berita-menuju-swasembadapadi-jagung-dan-kedelai-2014.html
Archer TL dan Bynum ED. 1994. Corn earworm (Lepidoptera: Noctuidae)
biology on food corn on the high plains. Entomol Soc Am. 23(2): 343-348.
Bayhan E. 2009. Impact of certain corn cultivars on some biological parameters of
Rhopalosiphum maidis (Fitch) (Hemiptera: Aphididae). African J Biotech.
8(5): 785-788.
Blackman RL, Eastop VF. 2000. Aphids on the World’s Crop: an Identification
and Information Guide. 2nd edition. Chichster (GB): Wiley.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. Tanaman pangan [Internet]. Jakarta (ID):
Badan Pusat Statistik Republik Indonesia. [diunduh 2013 April 2]. Tersedia
pada: http://www.bps.go.id/tnmn_pgn.php?kat=3
[DPI&F] Departement of Primary Industries and Fisheries. 2005. Understanding
Helicoverpa Ecology and Biology in Southern Queensland: Know the
Enemy to Manage it Better. Queensland (AU): Australian Government:
Cotton Research and Development Corporation.
Miyazaki M. 1987. Morphology and systematics. Di dalam: Minks AK, Harrewijn
P, editor. Aphids: Ther Biology, Natural Enemies and Control. Amstterdam:
Elsevier. hlm 4-8.
Kalshoven LGE. 1981. The Pests of Crops in Indonesia. Laan PA van der,
penerjemah. Jakarta (ID): Ichtiar Baru-Van Hoeve. Terjemahan dari: De
Plagen van de Culruurgewassen in Indonesia.
Nafus DM dan Schreiner IH. 1987. Location of Ostrinia furnacalis Guenee eggs
and larvae an sweet corn in relation to plants growth. J Econ Entomol.
84(2): 411-416.
Nafus DM dan Schreiner IH. 1991. Review of biology and control of the Asian
corn Borer, Ostrinia furnacalis (Lepidoptera: Pyralidae). Trop Pest Manag.
37(1): 41-56.
Nonci N dan Baco D. 1991. Pertumbuhan penggerek jagung Ostrinia furnacalis
(Guenee) pada berbagai tingkat umur tanaman jagung. Agrikam. 6(3): 95101.
Nonci N. 2004. Biologi dan musuh alami penggerek batang Ostrinia furnacalis
Guenee (Lepidoptera: Pyralidae) pada tanaman jagung. J Litbang Pertanian.
23(1): 8-14.

16
Nurindah dan Sujak. 2006. Keanekaragaman spesies parasitoid telur Helicoverpa
armigera (Hubner) pada sistem tanam monokultur dan polikultur kapas.
J Entomol Indonesia. 3(2): 84-93.
Pabbage MS, Adnan AM, Nonci N. 2007. Pengelolaan hama prapanen jagung. Di
dalam: Sumarno, Suyamto, Widjono A, Hermanto, Kasim H, editor.
Jagung: Teknik Produksi dan Pengembangan. Bogor (ID): Badan Litbang
Pertanian. hlm 274-304.
Radiyanto I, Rahayuningtias S, Widhianingtyas E. 2011. Kemampuan
pemangsaan Menochilus sexmaculatus F. (Coleoptera: Coccinellidae)
terhadap Rhopalosiphum maidis Fitch. (Homoptera: Aphididae). J Entomol
Indonesia. 8(1): 1-7.
Said MY, Soenartiningsih, Tenrirawe A, Adnan AM, Wakman W, Talanca AH,
Syafruddin. 2011. Petunjuk Lapang: Hama, Penyakit, Hara pada Jagung.
Bogor (ID): Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Sarwono, Pikukuh B, Sukarno R, Korlina E, Jumadi. 2003. Serangan Ulat
penggerek tongkol Helicoverpa armigera pada beberapa galur jagung.
Agrosains. 5(2): 28-33.
Suasaard W. 2010. Natural enemies of important insect pests of field crops and
utilization as biological control agents in Thailand. Di dalam: Proceedings
of International seminar on Enhancement of Functional Biodiversity
Relevant to Sustainable Food Production in ASPAC; 2010 Nov 8-12;
Tsukuba, Japan. Bangkok (TH): National Biological Control Research
Center.
Subandi, Manwan I, Blumenschein A. 1988. National Coordinated Research
Program on Corn. Bogor (ID): Central Research Institute for Food Crops,
Agency for Agricultural Research and Development.
Sunarno. 2012. Pengendalian hayati (biologi control) sebagai salah satu
komponen Pengendalian Hama Terpadu (PHT). J Uniera. 1(2): 1-12.
Swastika, Dewa KS, Kasim F, Sudana W, Hendayani R, Suhariyanto K, Gerpacio
V, Pingali PL. 2004. Maize in Indonesia: Production System, Constrains,
and Research Priorities [Internet]. Mexico City (MX): International Maize
and Wheat Improvement Center. [diunduh 2013 April 29]. Tersedia pada:
http://balitsereal.litbang.deptan.go.id/ind/images/stories/min.pdf
Taulu LA, Rauf A. 2000. Kompleks artropoda penghuni tajuk kedelai. Di dalam:
Prosiding Simposium Keanekaragaman Hayati Athropoda pada Sistem
Produksi Pertanian; 2000 Okt 16-18; Cipayung. Bogor (ID): PEI.
Tenrirawe A. 2007. Penyebaran dan pengendalian hama penggerek batang
(Ostrinia furnacalis Guenee) dan penggerek tongkol (Helicoverpa
armigera Hubner) pada tanaman jagung [abstrak]. Di dalam: Prosiding
Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI dan PPI XVIII Komda Sul-Sel;
2007 Nov 24; Makassar. Maros (ID): Balai Penelitian Tanaman Serelia. hlm
271-274.

17

LAMPIRAN

18
Lampiran 1 Data curah hujan harian pada bulan Mei dan Juni 2013 di Darmaga
Bogor
Umur Tanaman
Umur Tanaman
Tanggal
Mei
Juni
(HST)
(HST)
1
22
53
TTU
2
23
85.9
54
3
24
55
4
25
TTU
56
5
26
57
1.1
6
27
58
1.0
7
28
59
1.0
8
29
5.0
60
9
30
6.6
61
2.7
10
31
11.7
62
0.8
11
32
95.6
63
11.5
12
33
73
64
4.3
13
34
0.1
65
0.5
14
35
66
0.3
15
36
67
16
37
TTU
68
17
38
0.4
69
TTU
18
39
29.1
70
0.2
19
40
71
TTU
20
41
7.2
72
TTU
21
42
73
22
43
TTU
74
TTU
23
44
TTU
75
24
45
4.5
76
25
46
3.
77
26
47
0.3
78
27
48
7.0
79
36.5
28
49
4.6
80
2.3
29
50
TTU
81
30
51
41.2
82
0.1
31
52
23.5
Sumber: Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Darmaga Bogor
Keterangan: (