Self-Esteem, Money Attitude, Perilaku Penggunaan Kartu Kredit, Dan Perilaku Pembelian Kompulsif Pada Wanita Bekerja

SELF-ESTEEM, MONEY ATTITUDE, PERILAKU
PENGGUNAAN KARTU KREDIT, DAN PERILAKU
PEMBELIAN KOMPULSIF PADA WANITA BEKERJA

AMBAR SUSAN ROSIFA

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Self-Esteem, Money
Attitude, Perilaku Penggunaan Kartu Kredit, dan Perilaku Pembelian Kompulsif
pada Wanita Bekerja adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2015
Ambar Susan Rosifa
NIM I24110013

ABSTRAK

AMBAR SUSAN ROSIFA. Self-Esteem, Money Attitude, Perilaku Penggunaan
Kartu Kredit, dan Perilaku Pembelian Kompulsif pada Wanita Bekerja. Dibimbing
oleh MEGAWATI SIMANJUNTAK.
Perilaku pembelian kompulsif dianggap menjadi suatu hal yang tidak
terkendali atau limit keuangan yang tidak terkontrol dan merupakan fenomena
perilaku pembelian baru yang telah dialami oleh konsumen di berbagai negara di
dunia. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis self-esteem, money attitude,
dan perilaku penggunaan kartu kredit terhadap perilaku pembelian kompulsif pada
wanita bekerja. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan metode
survey elektronik (e-survey) yang melibatkan 60 wanita bekerja pengguna kartu
kredit yang berdomisili di wilayah Jabodetabek. Penelitian ini menggunakan

analisis korelasi Pearson dan regresi linier berganda. Hasil penelitian
menunjukkan power prestige, anxiety, retention-time, dan perilaku penggunaan
kartu kredit berhubungan nyata dengan perilaku pembelian kompulsif. Lama
pendidikan berpengaruh negatif nyata, dan anxiety berpengaruh positif nyata
terhadap perilaku penggunaan kartu kredit. Selain itu, retention-time berpengaruh
negatif nyata dan perilaku penggunaan kartu kredit berpengaruh positif nyata
terhadap perilaku pembelian kompulsif.
Kata kunci: kartu kredit, money attitude, perilaku pembelian kompulsif, selfesteem
AMBAR SUSAN ROSIFA. Self-Esteem, Money Attitude, Credit Card Usage
Behavior, and Compulsive Buying Behavior toward Working Women. Supervised
by MEGAWATI SIMANJUNTAK.
Compulsive buying behavior is considered as a problem if it’s not controlled
or uncontrolled financial limit and it is a new phenomenon purchasing behavior
that has been experienced by the consumers in many countries. The aim of this
study was to analyze the self-esteem, money attitude, and the credit card usage
behavior on compulsive buying behavior of working women. The study used
cross sectional design with electronic survey methods (e-survey) involved 60
working women that used credit card where located in Jabodetabek areas. Pearson
correlation and multiple analysis regression were used as statistic tool. The result
indicated that power prestige, anxiety, retention-time, and credit card usage

behavior significantly correlated with compulsive buying behavior. The credit
card usage behavior negatively was influenced by length of education and
positively influenced by anxiety. Compulsive buying behavior was influenced
negatively by the retention-time and positively influenced by credit card usage
behavior.
Keywords: credit card, compulsive buying behavior, money attitude, self-esteem

SELF-ESTEEM, MONEY ATTITUDE, PERILAKU
PENGGUNAAN KARTU KREDIT, DAN PERILAKU
PEMBELIAN KOMPULSIF PADA WANITA BEKERJA

AMBAR SUSAN ROSIFA
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Judul Skripsi : Self-Esteem, Money Attitude, Perilaku Penggunaan Kartu Kredit,
dan Perilaku Pembelian Kompulsif pada Wanita Bekerja
Nama
: Ambar Susan Rosifa
NIM
: I24110013

Disetujui oleh

Dr Megawati Simanjuntak, SP MSi
Pembimbing

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Ujang Sumarwan, MSc
Ketua Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen


Tanggal Pengesahan:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya, sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Topik yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2015 ini adalah perilaku
pembelian kompulsif, dengan judul “Self-Esteem, Money Attitude, Perilaku
Penggunaan Kartu Kredit, dan Perilaku Pembelian Kompulsif pada Wanita
Bekerja”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Megawati Simanjuntak,
SP, MSi selaku pembimbing skripsi, Ir. Retnaningsih, MSi selaku dosen penguji 1,
Nur Islamiyah. S.Psi, M.Psi selaku dosen penguji 2, dan Alfiasari, SP, MSi selaku
pembimbing akademik, serta seluruh dosen dan staf Departemen Ilmu Keluarga
dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Ucapan
terima kasih juga disampaikan kepada Suryanto, SH (ayah), Maemunah (ibu),
Jihan Isriyatun Laela (kakak), Moh. Rizky Ilham Makky (adik), serta seluruh
keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Tidak lupa kepada Galih
Meilandika, Nayla Humaeda, Nikita Yulia, Dwi Kurniati, Meilia Rachmawati,
teman-teman KKP, PKP, keluarga Pondok Nuansa Sakinah, teman-teman satu
bimbingan skripsi (Iffahsari Musyrifah, Ulfah Mubarokah, Yustia Tafarani, dan

Diana Hartatin), serta teman-teman IKK 48 atas seluruh bantuan dan
dukungannya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2015
Ambar Susan Rosifa

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

viii

DAFTAR GAMBAR

viii

DAFTAR LAMPIRAN

viii


PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

2

Tujuan Penelitian

3

Manfaat Penelitian

4


TINJAUAN PUSTAKA

4

Kartu Kredit

4

Self-Esteem

4

Money Attitude

5

Perilaku Pembelian Kompulsif

5


KERANGKA PEMIKIRAN

6

METODE

8

Desain dan Waktu Penelitian

8

Teknik Pengambilan Contoh

8

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

9


Pengolahan dan Analisis Data

10

Definisi Operasional

12

HASIL DAN PEMBAHASAN

13

Hasil

13

Pembahasan

24


SIMPULAN DAN SARAN

27

Simpulan

27

Saran

27

DAFTAR PUSTAKA

27

LAMPIRAN

31

RIWAYAT HIDUP

34

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

Jenis variabel, skala data, dan kategori data yang diambil
Sebaran wanita bekerja berdasarkan usia
Sebaran wanita bekerja berdasarkan lama pendidikan
Sebaran wanita bekerja berdasarkan pendapatan per bulan
Sebaran wanita bekerja berdasarkan pengeluaran per bulan
Sebaran wanita bekerja berdasarkan status pernikahan
Sebaran wanita bekerja berdasarkan besar keluarga
Rata-rata skor jawaban wanita bekerja berdasarkan kategori self-esteem
Sebaran wanita bekerja berdasarkan kategori self-esteem
Rata-rata skor money attitude dan dimensinya
Rata-rata skor jawaban wanita bekerja pada item money attitude
Sebaran wanita bekerja berdasarkan kategori money attitude
Sebaran wanita bekerja berdasarkan perilaku penggunaan kartu kredit
Rata-rata skor jawaban wanita bekerja berdasarkan kategori
penggunaan kartu kredit
Sebaran wanita bekerja berdasarkan penggunaan kartu kredit
Rata-rata skor jawaban wanita bekerja berdasarkan kategori perilaku
pembelian kompulsif
Sebaran wanita bekerja berdasarkan perilaku pembelian kompulsif
Hasil analisis regresi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku
penggunaan kartu kredit
Hasil analisis regresi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku
pembelian kompulsif

15
16
17
18
19

9
13
13
14
14
14
15
15
15
16
16
18
18
19
20
20
21
22
23

DAFTAR GAMBAR
1

Kerangka pemikiran penelitian self-esteem, money attitude, perilaku
penggunaan kartu kredit, dan perilaku pembelian kompulsif pada
wanita bekerja

8

DAFTAR LAMPIRAN
1
2

Jumlah butir pernyataan, nilai reliabilitas, dan validitas variabel
penelitian
Hubungan antara karakteristik individu, self-esteem, money attitude,
perilaku penggunaan kartu kredit, dan perilaku pembelian kompulsif

32
33

43

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penggunaan kartu pembayaran elektronik, termasuk kartu kredit, di
Indonesia mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Bank Indonesia (2014)
mencatat jumlah transaksi belanja dengan sistem pembayaran menggunaan kartu
kredit mengalami kenaikan dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2014 sebesar
tiga persen. Dengan peningkatan tersebut, maka dapat dilihat ada kecenderungan
peningkatan kegiatan berbelanja di masyarakat khususnya pada pengguna kartu
kredit. Menurut Goldsmith (2010), manajemen sumberdaya keluarga adalah
proses menggunakan sumber daya yang dilakukan individu atau keluarga untuk
mencapai tujuan. Manajemen melibatkan banyak elemen yang saling berinteraksi,
diantaranya: masalah, kebutuhan, keinginan, nilai-nilai, pengambilan keputusan,
perencanaan, pelaksanaan, komunikasi, dan umpan balik (feedback). Kontribusi
yang unik dari manajemen adalah pengetahuan dalam pengambilan keputusan dan
pelaksanaan. Salah satu manajemen yang penting diterapkan pada keluarga adalah
manajemen keuangan (management finance). Pada manajemen keuangan,
pengelolaan kredit (managing credit) merupakan masalah terbesar yang dimiliki
individu dan keluarga. Berdasarkan sudut pandang finansial, salah satu
permasalahan kartu kredit adalah pembayaran kartu kredit biasanya lebih besar
dibandingkan dengan pemasukan individu. Penggunaan kartu kredit membuat
berbelanja menjadi lebih nyaman serta dapat mengurangi pencurian dan resiko
kehilangan uang dibandingkan dengan berbelanja dengan uang tunai. Faktorfaktor yang memotivasi pengguna kartu kredit dalam menggunakan kartu kredit
terdiri dari dua faktor yaitu: faktor keunggulan yang berisikan variabel praktis,
diskon khusus dan reward, serta faktor kemudahan yang berisikan variabel
cadangan uang, fasilitas dan kemudahan, serta beli sekarang dan membayar
kemudian (Sulistyawaty 2010).
Terdapat beberapa tempat yang sering dikunjungi oleh masyarakat untuk
berbelanja, diantaranya pasar tradisional, super market, pusat perbelanjaan, dan
mall. Menurut Solomon (2002) pusat perbelanjaan telah menggantikan sarana
berkumpul tradisional. Banyak orang yang tinggal di daerah rural dan sub-urban
hampir tidak memiliki tempat berkumpul. Oleh karena itu, dapat dirasakan saat ini
bahwa kegiatan pergi ke pusat perbelanjaan pada karakteristik konsumen tertentu
merupakan kegiatan yang rutin. Trend berbelanja saat ini bukan hanya dilakukan
atas dasar kebutuhan, tetapi juga karena faktor mencari kesenangan (refreshing).
Kecenderungan orang berbelanja menunjukkan semakin terkaitnya seseorang
dengan nilai materialisme yang mempunyai hubungan konsisten dengan perilaku
pembelian secara kompulsif (Putri 2012).
Belanja pada pembeli kompulsif merupakan simbol yang kuat, yaitu sebagai
peran emosional khususnya bagi wanita. Hal ini membantu pembeli kompulsif
untuk menangani sejumlah faktor diantaranya kebosanan, stres, rendahnya selfesteem, dan depresi (Ergin 2010). Self-esteem secara signifikan memengaruhi
perilaku pembelian kompulsif (Kothari dan Mallik 2015; Dlugokencka 2013;
Abednego 2014). Seorang pembeli kompulsif, memiliki harga diri yang relatif
lebih rendah dibandingkan dengan bukan pembeli kompulsif (Kothari dan Mallik

2

2015). Salah satu karakteristik pembeli kompulsif adalah kurangnya pengendalian
diri yang seringkali mengalami kesulitan finansial akibat berbelanja diluar
kemampuannya. Pembeli kompulsif dalam berbelanja tidak fokus mencari harga
yang lebih rendah, melainkan untuk melarikan diri dari perasaan internal yang
negatif, dan memiliki keyakinan bahwa produk mahal akan memberikan status
dan gengsi (Putri 2012).
Memahami sikap terhadap uang merupakan hal yang sangat penting karena
sikap ini membentuk perilaku manusia (Durvasula dan Lysonski 2007). Sikap
terhadap uang berdampak pada perilaku pembelian kompulsif pada konsumen
(Roberts dan Jones 2001; Hafez, El Sahn, dan Farrag 2013; Durvasula dan
Lysonski 2007; Al-Amoodi 2006). Studi yang dilakukan Al-Amoodi (2006) juga
menyatakan bahwa penggunaan kartu kredit berhubungan positif terhadap
perilaku pembelian kompulsif. Kirana (2014) juga menyatakan bahwa semakin
rendah self-esteem seseorang, semakin tinggi perilaku konsumtif pengguna kartu
kredit. Hal tersebut sesuai dengan Omar, Rahim, Wel, dan Alam (2013) yang
menyatakan bahwa perilaku pembelian kompulsif yang tinggi dan rendahnya selfesteem meningkatkan kecenderungan orang dewasa yang telah bekerja dalam
menyalahgunakan kartu kredit. Penjelasan di atas menunjukkan bahwa banyak
penelitian yang menghubungkan money attitude, materialisme, pembelian
impulsif, dan self-esteem dengan perilaku pembelian kompulsif. Namun, belum
ada penelitian yang spesifik menghubungkan self-esteem dan money attitude
dengan perilaku pembelian kompulsif pada pengguna kartu kredit.

Perumusan Masalah
Dewasa ini, kartu kredit merupakan salah satu produk perbankan yang telah
diterima masyarakat luas sebagai alat pembayaran non-tunai dengan berbagai
kemudahan yang ditawarkan kepada pemegang kartu (cardholder). Seorang
konsumen dapat terus menggunakan kartu kreditnya untuk membeli barang/jasa
atau mengambil uang tunai sampai batas kreditnya (credit line) tercapai (Jalil
2007). Melalui mekanisme kredit, konsumen dapat mengonsumsi produk dan jasa
kapanpun tanpa harus menunggu mempunyai uang yang cukup. Hal tersebut akan
meningkatkan daya beli konsumen, sehingga konsumen yang memperoleh sumber
kredit akan memiliki peluang untuk meningkatkan konsumsi berbagai produk dan
jasa yang berakibat pada perilaku konsumsi yang negatif. Penelitian Cankaya,
Ucal, dan O’Neil (2011) pada mahasiswa Turki menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan yang signifikan antara laki-laki dan perempuan dalam kepemilikan
kartu kredit. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa laki-laki memiliki lebih
banyak kartu kredit dibandingkan dengan perempuan. Studi yang dilakukan
Manchanda (2012) menyebutkan bahwa wanita bekerja lebih berniat dan lebih
rentan melakukan pembelian kompulsif dibandingkan dengan bukan wanita
bekerja.
Perilaku konsumsi negatif salah satunya adalah perilaku pembelian
kompulsif. Seorang pembeli kompulsif akan menggunakan kartu kredit untuk
memenuhi keinginannya jika tidak memiliki cukup uang. Oleh karena itu,
penggunaan kartu kredit mendorong kecenderungan perilaku pembelian kompulsif.
Hal ini umum bagi pembeli kompulsif untuk sering pergi berbelanja dan

3

mengumpulkan sejumlah besar barang yang tidak diinginkan (Shafii 2008). Omar
et al. (2013) menunjukkan bahwa budget constraint, pembelian impulsif, dan
materialisme berkontribusi terhadap perilaku pembelian kompulsif pada pengguna
kartu kredit. Selain itu, rendahnya self-esteem dan perilaku pembelian kompulsif
yang tinggi meningkatkan kecenderungan penyalahgunaan kartu kredit. Perilaku
pembelian kompulsif di Amerika Serikat dan Australia telah memberikan
kontribusi bagi jumlah pengajuan kebangkrutan individu dan hutang kartu kredit
(Roberts dan Jones 2001; Phau dan Woo 2008).
Budaya konsumsi merupakan budaya di mana sebagian besar orang
mengonsumsi, mengejar, dan menampilkan barang dan jasa yang dihargai karena
alasan tertentu seperti status (power), iri dan selalu mencari kesenangan (Roberts
dan Jones 2001). Secara spesifik, uang telah dianggap sebagai bahasa umum
dalam budaya konsumen. Sikap terhadap uang telah memengaruhi semua bidang
kehidupan seseorang yang meliputi kebiasaan menabung, berbelanja, kinerja suatu
pekerjaan, ideologi politik, beramal, dan sikap terhadap lingkungan (Hafez, El
Sahn, dan Farrag 2013). Berdasarkan pemaparan tersebut, maka permasalahan
yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah:
1.
Bagaimana karakteristik individu, self-esteem, money attitude, perilaku
penggunaan kartu kredit, dan perilaku pembelian kompulsif pada wanita
bekerja?
2.
Bagaimana hubungan karakteristik individu, self-esteem, money attitude,
dan perilaku penggunaan kartu kredit dengan perilaku pembelian kompulsif
pada wanita bekerja?
3.
Bagaimana pengaruh karakteristik individu, self-esteem, dan money attitude
terhadap perilaku penggunaan kartu kredit pada wanita bekerja?
4.
Bagaimana pengaruh self-esteem, money attitude, dan perilaku penggunaan
kartu kredit terhadap perilaku pembelian kompulsif pada wanita bekerja?

Tujuan Penelitian
Tujuan umum
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh self-esteem, money
attitude, dan perilaku penggunaan kartu kredit terhadap perilaku pembelian
kompulsif.
Tujuan khusus
1.
Mengidentifikasi karakteristik individu, self-esteem, money attitude,
perilaku penggunaan kartu kredit, dan perilaku pembelian kompulsif pada
wanita bekerja.
2.
Menganalisis hubungan karakteristik individu, self-esteem, money attitude
dan perilaku penggunaan kartu kredit dengan perilaku pembelian kompulsif
pada wanita bekerja.
3.
Menganalisis pengaruh karakteristik individu, self-esteem, dan money
attitude terhadap perilaku penggunaan kartu kredit pada wanita bekerja.
4.
Menganalisis pengaruh, self-esteem, money attitude, dan perilaku
penggunaan kartu kredit terhadap perilaku pembelian kompulsif pada wanita
bekerja.

4

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah wawasan dan
pemahaman mengenai perilaku belanja kompulsif. Selain itu, bagi institusi
pendidikan dan konsumen secara luas, penelitian ini diharapkan dapat menambah
pengetahuan dan perbendaharaan penelitian di bidang perilaku konsumen dan
meningkatkan kesadaran konsumen akan bahaya dari perilaku pembelian
kompulsif khususnya pada pengguna kartu kredit. Bagi pemerintah (Bank
Indonesia dan Otorisasi Jasa Keuangan), penelitian ini diharapkan dapat dijadikan
referensi dalam merumuskan kebijakan yang terkait dengan perlindungan
konsumen.

TINJAUAN PUSTAKA
Kartu Kredit
Menurut Bank Indonesia (2004) kartu kredit adalah alat pembayaran dengan
menggunakan kartu yang dapat digunakan untuk melakukan pembayaran atas
kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi, termasuk transaksi
pembelanjaan dan atau untuk melakukan penarikan tunai dimana kewajiban
pembayaran pemegang kartu dipenuhi terlebih dahulu oleh penerbit atau acquirer,
dan pemegang kartu berkewajiban melakukan pelunasan kewajiban pembayaran
tersebut pada waktu yang disepakati baik secara sekaligus ataupun secara
angsuran. Dengan kata lain, pengguna kartu kredit merupakan seseorang yang
yang melakukan kegiatan transaksi ekonomi pada saat tidak memiliki uang, yaitu
berbelanja dengan cara berhutang karena konsumen diperkenankan membayar
dengan cara mencicil dengan sejumlah minimum tertentu (Jalil 2014).
Menurut Shafii (2008), sebuah kartu kredit memungkinkan konsumen untuk
membeli produk atau jasa tanpa uang tunai dan membayar dikemudian hari.
Mereka kemudian menerima fasilitas kredit dengan jumlah tertentu. Konsumen
dapat menggunakan kartu untuk melakukan pembelian dari merchant yang
berpartisipasi sampai mencapai batas kredit. Menurut Al-moodi (2006), membeli
barang dengan kartu kredit akan mendorong seseorang untuk membeli secara
besar-besaran yang mendorong peningkatan hutang.
Self-Esteem
Menurut Rosenberg (1979) dalam Omar et al. (2013) self-esteem adalah
evaluasi diri seseorang terhadap kualitas atau keberhargaan diri sebagai manusia
dan merupakan tingkatan positif dari konsep diri. Menurut Dlugokencka (2013),
self-esteem memiliki efek negatif pada perilaku pembelian kompulsif. Self-esteem
adalah faktor pembangun psikologis yang penting karena merupakan komponen
utama dari setiap pengalaman individu, hal tersebut mengacu pada cara orangorang merasakan dirinya sendiri yang mencerminkan dan memengaruhi mereka
secara terus-menerus untuk melakukan transaksi dengan lingkungan dan orangorang yang ditemui di dalamnya (Kernis 2003). Salah satu pengukuran mengenai

5

self-esteem yaitu Rosenberg Self-Esteem Scale (Rosenberg 1965 dalam Mannarini
2010) yang mengukur sepuluh item dengan skala Likert dengan empat skala
jawaban dari sangat setuju hingga sangat tidak setuju. Pengukuran tersebut
dikembangkan dengan menggunakan sampel Siswa Menengah Pertama (High
School Juniors) dan Siswa Menengah Atas (High School Seniors) yang dipilih
secara random dari sepuluh sekolah di New York.
Money Attitude
Sikap terhadap uang merupakan hal yang akan berdampak pada semua
bidang kehidupan seseorang yang meliputi kebiasaan menabung, berbelanja,
kinerja suatu pekerjaan, ideologi politik, bersedekah, dan sikap terhadap
lingkungan (Phau dan Woo 2008). Durvasula dan Lysonksi (2007)
mengklasifikasikan sikap seseorang terhadap uang kedalam tiga kelompok
konsumen. Pertama, orang-orang yang melihat uang sebagai alat untuk
mendapatkan kekuasaan (power-prestige). Kedua, orang-orang yang
menunjukkan kecurigaan dan ketidakpercayaan ketika berhadapan dengan uang
(distrust), dan ketiga adalah konsumen yang menganggap uang sebagai sumber
kecemasan dan sebagai pelindung dari kecemasan (anxiety).
Lejoyeux, Benhaim, Betizeau, Lequen, dan Lohnhardt (2011) menjelaskan
bahwa power-prestige (kekuasaan) merupakan kecenderungan untuk
menggunakan uang untuk memengaruhi dan mengesankan orang lain. Retentiontime (retensi waktu) menilai kecenderungan untuk perencanaan keuangan secara
cermat. Distrust (ketidakpercayaan) merupakan perasaan ragu-ragu, curiga, dan
sikap ragu-ragu terhadap situasi yang melibatkan uang. Anxiety (kecemasan)
adalah bagaimana uang dapat dilihat sebagai sumber kecemasan.
Perilaku Pembelian Kompulsif
Perilaku pembelian kompulsif merupakan suatu hal kronis dimana
konsumen merasa tidak mampu untuk menghentikan atau secara signifikan
memoderasi perilaku (Al-Amoodi 2006). Fenomena compulsive buying behavior
saat ini memiliki hubungan terhadap depresi, perasaan cemas, dan rendahnya selfesteem (Lejoyeux et al. 2011; Roberts dan Jones 2001). Seseorang dengan
compulsive buying behavior disorder lebih sering merasakan sesuatu yang tak
tertahankan, mengganggu dan sering merasakan dorongan yang tidak masuk akal
untuk melakukan pembelian. Hal ini menjadi sesuatu yang umum bagi pembeli
kompulsif untuk sering pergi berbelanja dan mengumpulkan sejumlah besar
barang yang tidak diinginkan (Shafii 2008).
Pembeli kompulsif menggunakan kegiatan belanja sebagai sarana untuk
melepaskan stres dan rendah diri, selain itu pembeli kompulsif memiliki
kecenderungan kuat untuk membeli barang sebagai self-gifts (Lejoyeux et al.
2011). Pembeli kompulsif cenderung untuk membeli barang-barang meningkatkan
harga diri mereka. Seorang pembeli kompulsif lebih melekat pada kegiatan
“membeli” itu sendiri dibandingkan dengan kegiatan menggunakan atau memiliki
barang yang telah dibeli. Menurut Ergin (2010), gender merupakan prediktor yang
signifikan dalam pembelian kompulsif. Konsumen wanita lebih terpengaruh untuk

6

melakukan pembelian tidak terencana pada grocery items, pakaian, dan aksesoris,
sedangkan konsumen laki-laki lebih terpengaruh pada kategori pakaian, elektronik,
dan barang penunjang hobi seperti alat memancing, game komputer, dan lain-lain.

KERANGKA PEMIKIRAN
Variabel usia, total pendapatan, pengeluaran, dan tabungan rata-rata per
bulan, lama bekerja, dan pekerjaan lain memiliki hubungan yang nyata terhadap
kepemilikan kartu kredit, dan laki-laki memiliki peluang 7.29 kali lebih besar
untuk memiliki kartu kredit daripada wanita (Jalil 2007). Hal tersebut didukung
oleh Rita dan Kusumawati (2011) yang menyatakan bahwa pengguna kartu kredit
lebih dominan berusia ≥ 40 tahun dan berjenis kelamin laki-laki. Berdasarkan
studi yang dilakukan Dittmar (2005), Li, Unger, dan Bi (2014), Verheij (2014),
dan Black (2007), gender berpengaruh positif nyata terhadap pembelian kompulsif
dengan wanita cenderung lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Studi yang
dilakukan Manchanda (2012) menyebutkan bahwa wanita bekerja lebih berniat
dan lebih rentan melakukan pembelian kompulsif dibandingkan dengan bukan
wanita bekerja. Penelitian Dittmar (2005), Ergin (2010), dan Saleem dan Salaria
(2010) menyatakan bahwa usia berpengaruh nyata terhadap perilaku pembelian
kompulsif dan sebagian besar yang terpengaruh adalah konsumen muda. Verheij
(2014) menyatakan bahwa usia memiliki dampak positif namun tidak memiliki
hubungan yang nyata terhadap perilaku pembelian kompulsif.
Studi yang dilakukan Dittmar (2005) yang menyatakan bahwa pendidikan
dan variabel finansial (pendapatan dan pengeluaran individu) tidak berhubungan
myata terhadap perilaku pembelian kompulsif. Namun hal tersebut tidak sesuai
dengan Verheij (2014) yang menyatakan bahwa pendidikan dan pendapatan
memiliki hubungan nyata terhadap pembelian kompulsif, semakin tinggi
pendidikan maka semakin tinggi peluang seseorang untuk menjadi pembeli
kompulsif. Tingkat pendidikan mempunyai pengaruh dalam pengambilan
keputusan seseorang, karena melalui pendidikan seseorang dapat memperoleh
pengetahuan dan pemahaman dalam bentuk sikap dan keterampilan (Rita dan
Kusumawati 2011). Depresi, perasaan cemas, dan rendahnya self-esteem
memengaruhi pembeli kompulsif pada hubungan personalnya (Roberts dan Jones
2001; Lejoyeux et al. 2011). Menurut Kirana (2014) terdapat empat dimensi selfesteem yaitu power, significance, virtue, dan competence yang berpengaruh
negatif terhadap perilaku konsumtif penggunaan kartu kredit, jadi semakin rendah
self-esteem seseorang, semakin tinggi perilaku konsumtif pengguna.
Seseorang memiliki nilai yang tinggi pada faktor kegunaan uang sebagai
alat untuk memengaruhi dan memberi kesan pada orang lain dan sebagai simbol
kesuksesan (Roberts dan Jones 2001). Phau dan Woo (2008), Roberts dan Jones
(2001), dan Hafez, El Sahn, dan Farrag (2013) menunjukkan variabel money
attitude yaitu power prestige berhubungan secara nyata pada perilaku pembelian
kompulsif. Phau dan Woo (2008) menunjukkan tiga dimensi lain dari money
attitude, yaitu anxiety, distrust, dan retention-time tidak berhubungan secara nyata
terhadap perilaku pembelian kompulsif. Namun hal tersebut bertentangan dengan
Lejoyeux et al. (2011) yang menunjukkan bahwa distrust memiliki signifikansi
tinggi terhadap pembelian kompulsif, Hafez, El Sahn, dan Farrag (2013), Roberts

7

dan Jones (2001) yang menunjukkan bahwa anxiety juga berhubungan nyata
terhadap perilaku pembelian kompulsif.
Studi Omar et al. (2013) dan Phau dan Woo (2008) menunjukkan bahwa
masyarakat Malaysia dan Australia sebagian besar hanya memiliki satu kartu
kredit. Selanjutnya Omar et al. (2013) menyimpulkan masyarakat Malaysia
menggunakan kartu kredit sekali dalam seminggu (36.7%), dan tujuan
penggunaan kartu kredit terbesar adalah untuk berbelanja (52.7%), selain itu
untuk berbelanja kebutuhan makan dan minum (groceries), bisnis, alasan personal,
dan hiburan.
Berdasarkan berbagai kajian empiris di atas, disusun sebuah kerangka
berpikir penelitian yang menduga bahwa karakteristik individu (usia, lama
pendidikan, pendapatan per bulan, pengeluaran per bulan, status pernikahan, dan
besar keluarga), self-esteem, money attitude (power prestige, anxiety, distrust, dan
retention-time), dan perilaku penggunaan kartu kredit (jumlah kartu kredit yang
dimiliki, frekuensi penggunaan kartu kredit, tujuan penggunaan kartu kredit, jenis
kartu kredit yang digunakan, teknik pembayaran ke bank, dan penggunaan kartu
kredit) berhubungan dengan perilaku pembelian kompulsif. Karakteristik individu
(usia, lama pendidikan, pendapatan per bulan, status pernikahan, dan besar
keluarga), self-esteem, dan money attitude (power prestige, anxiety, distrust, dan
retention-time) memengaruhi perilaku penggunaan kartu kredit. Self-esteem,
money attitude (power prestige, anxiety, distrust, dan retention-time), dan perilaku
penggunaan kartu kredit memengaruhi perilaku pembelian kompulsif. Kerangka
pemikiran penelitian disajikan pada Gambar 1.
Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.

H0 :

H1 :

2.

H0 :

H1 :

3.

H0 :

H1 :

Tidak terdapat hubungan yang nyata antara karakteristik individu,
self-esteem, money attitude, dan perilaku penggunaan kartu kredit
dengan perilaku pembelian kompulsif pada wanita bekerja.
Terdapat hubungan yang nyata antara karakteristik individu, selfesteem, money attitude, dan perilaku penggunaan kartu kredit
dengan dengan perilaku pembelian kompulsif pada wanita bekerja
Tidak terdapat pengaruh yang nyata antara karakteristik individu,
self-esteem, dan money attitude terhadap perilaku penggunaan kartu
kredit pada wanita bekerja.
Terdapat pengaruh yang nyata antara karakteristik individu, selfesteem, dan money attitude terhadap perilaku penggunaan kartu
kredit pada wanita bekerja.
Tidak terdapat pengaruh yang nyata antara self-esteem, money
attitude, dan perilaku penggunaan kartu kredit terhadap perilaku
pembelian kompulsif pada wanita bekerja.
Terdapat pengaruh yang nyata antara self-esteem, money attitude,
dan perilaku penggunaan kartu kredit terhadap pembelian kompulsif
pada wanita bekerja.

8

Karakteristik
Individu
- Usia
- Lama
pendidikan
- Pendapatan
per bulan
- Pengeluaran
per bulan
- Status
pernikahan
- Besar
keluarga

-

-

-

Money
Attitude
Power
prestige
Anxiety
Distrust
Retentiontime

-

-

-

Self-Esteem
-

Perilaku
Penggunaan
Kartu Kredit
Jumlah kartu
kredit yang
dimiliki
Frekuensi
penggunaan
kartu kredit
Tujuan
penggunaan
kartu kredit
Jenis kartu
kredit yang
digunakan
Teknik
pembayaran
ke bank
Penggunaan
kartu kredit

Perilaku
Pembelian
Kompulsif

Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian pengaruh self-esteem, money attitude,
perilaku penggunaan kartu kredit, dan perilaku pembelian kompulsif
pada wanita bekerja.

METODE
Desain dan Waktu Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional study, yaitu penelitian
dilakukan dalam kurun waktu tertentu pada objek yang berbeda dan tidak
berkelanjutan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei.
Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni 2015 yang meliputi
penyusunan proposal penelitian, pengambilan data, pengolahan data, analisis data,
dan pelaporan hasil penelitian.
Teknik Pengambilan Contoh
Contoh dalam penelitian ini adalah wanita bekerja yang berdomisili di
wilayah Jabodetabek dan menggunakan kartu kredit yang tersebar di Jakarta,

9

Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode survei elektronik (e-survey) dengan menggunakan media
internet dengan 60 responden yang berpartisipasi dalam survei. Kuesioner
penelitian dibuat menggunakan Google Forms dari Google Drive, responden
dapat mengisi kuesioner secara online melalui internet dan hasilnya dapat dilihat
secara otomatis oleh peneliti. Link kuesioner penelitian dibuat, diinformasikan,
dan disebarluaskan melalui komunitas-komunitas di media sosial seperti
Facebook, WhatsApp, Line, dan BBM, seperti komunitas pengguna kartu kredit,
alumni, organisasi, dan lain-lain.
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh melalui self-report dengan media kuesioner
online. Variabel-variabel pada penelitian ini antara lain karakteristik individu
(usia, lama pendidikan, pendapatan per bulan, pengeluaran per bulan, status
pernikahan, dan besar keluarga), self-esteem, money attitude, perilaku penggunaan
kartu kredit, dan perilaku pembelian kompulsif. Data sekunder yang digunakan
berupa data penggunaan kartu pembayaran elektronik (Bank Indonesia 2014),
jurnal, buku, dan literatur lainnya yang mendukung penelitian ini. Data yang
digunakan pada penelitian ini disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Jenis variabel, skala data, dan kategori data yang diambil

1.

Variabel
Karakteristik Individu

Skala Data

Keterangan/Kategori







Rasio
Rasio
Rasio
Rasio
Nominal

Tahun
Tahun
Rupiah/bulan
Rupiah/bulan
[1] Belum menikah
[2] Menikah

Rasio
Ordinal

Orang
Skala dengan empat penilaian:
[1] Sangat Tidak Setuju
(STS)
[2] Tidak Setuju (TS)
[3] Setuju (S)
[4] Sangat Setuju (SS)
Skala dengan empat penilaian:
[1] Sangat Tidak Setuju
(STS)
[2] Tidak Setuju (TS)
[3] Setuju (S)
[4] Sangat Setuju (SS)

Usia
Lama pendidikan
Pendapatan per bulan
Pengeluaran per bulan
Status pernikahan

 Besar keluarga
2. Self-Esteem

3.

Money Attitude

4.

Perilaku Penggunaan Kartu Kredit
 Jumlah kartu kredit yang dimiliki
 Frekuensi penggunaan kartu
kredit

Lanjutan Tabel 1

Ordinal

Rasio
Rasio

Buah
Kali per minggu/ bulan/ tahun

10

5.

Variabel
 Tujuan penggunaan kartu kredit

Skala Data
Nominal

Keterangan/Kategori
[1] Bisnis
[2] Berbelanja (barang
tertentu)
[3] Berbelanja bulanan
[4] Hiburan
[5] Alasan personal
[6] Pendidikan
[7] Lainnya
[1] Visa
[2] Mastercard
[3] AMEX
[4] JCB
[5] Lainnya
[1] Mencicil
[2] Melunasi

 Jenis kartu kredit yang digunakan

Nominal

 Metode pembayaran ke bank

Nominal

 Penggunaan kartu kredit

Ordinal

Rating scale 1 sampai 7

Perilaku Pembelian Kompulsif

Ordinal

Rating scale 1 sampai 7

Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh diolah melalui proses mengedit, coding data,
memasukkan data, dan analisis data. Pengolahan data ini dilakukan dengan
menggunakan program Microsoft Excel dan Statistical Product and Service
Solution (SPSS) for Windows. Instrumen yang dibuat harus diuji reliabilitas dan
validitasnya. Uji reliabilitas dilakukan untuk menguji konsistensi instrumen,
sedangkan uji validitas dilakukan untuk menguji keabsahan dari penelitian ini.
Instrumen variabel self-esteem memiliki cronbach alpha sebesar 0.840 dengan 9
pertanyaan valid, variabel money attitude, nilai cronbach alpha sebesar 0.887
dengan 9 pertanyaan valid untuk power prestige; 0.620 dengan 5 pertanyaan valid
untuk anxiety; 0.527 dengan 6 pertanyaan valid untuk distrust, dan 0.860 dengan
7 pertanyaan valid untuk retention time, sedangkan nilai cronbach alpha variabel
penggunaan kartu kredit sebesar 0.673 dengan 11 pertanyaan valid, serta perilaku
pembelian kompulsif sebesar 0.809 dengan 16 pertanyaan valid (dapat dilihat
pada Lampiran 1).
Data dan informasi dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dan
inferensia. Analisis statistik deskriptif yang digunakan meliputi frekuensi, ratarata, standar deviasi, nilai minimum, dan nilai maksimum dan analisis inferensia
yang digunakan meliputi uji korelasi Pearson dan uji regresi linier berganda.
Analisis deskriptif ini digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik individu
(usia, lama pendidikan, pendapatan individu per bulan, pengeluaran total per
bulan, status pernikahan, dan besar keluarga), self-esteem, money attitude,
perilaku penggunaan kartu kredit (jumlah kartu kredit yang dimiliki, frekuensi
penggunaan kartu kredit, tujuan penggunaan kartu kredit, jenis kartu kredit yang
digunakan, metode pembayaran ke bank, dan penggunaan kartu kredit), dan
perilaku pembelian kompulsif.
Variabel-variabel yang diteliti pada penelitian ini diberi skor penilaian
sesuai skala yang digunakan untuk masing-masing variabel. Variabel self-esteem
diukur melalui pernyataan-pernyataan menggunakan skala Rosenberg (1965)

11

yang diacu pada Mannarini (2010) dengan empat skala penilaian yaitu “sangat
tidak setuju” yang diberi skor penilaian satu, “tidak setuju” yang diberi skor dua,
“setuju” dengan skor penilaian tiga, atau “sangat setuju” yang diberi skor
penilaian empat. Variabel money attitude diukur melalui pernyataan-pernyataan
dengan menggunakan Money Attitude Scale (MAS) oleh Yamauchi dan Templer
(1982) dengan empat skala penilaian yaitu “sangat tidak setuju” yang diberi skor
penilaian satu, “tidak setuju” yang diberi skor dua, “setuju” dengan skor penilaian
tiga, atau “sangat setuju” yang diberi skor penilaian empat. Penggunaan kartu
kredit diukur menggunakan skala penggunaan kartu kredit (credit card use scale)
Robert dan Jones (2001) dengan skala Likert satu sampai tujuh, dengan dua
penilaian yaitu skor satu untuk pilihan jawaban “tidak pernah” sampai dengan
skor tujuh “selalu”, dan skor satu untuk pilihan jawaban “sangat tidak setuju”
sampai dengan skor tujuh “sangat setuju”.
Skala yang digunakan untuk variabel perilaku pembelian kompulsif diukur
melalui pernyataan-pernyataan yang telah dimodifikasi dari skala Faber dan
O’Guinn (1992), Edward (1993), dan Richmond (2008) dalam Ridgway, Kinney,
dan Monroe (2010). Variabel perilaku pembelian kompulsif diukur dengan skala
Likert satu sampai tujuh, dengan dua penilaian yaitu skor satu untuk pilihan
jawaban “tidak pernah” sampai dengan skor tujuh “selalu”, dan skor satu untuk
pilihan jawaban “sangat tidak setuju” sampai dengan skor tujuh “sangat setuju”.
Skor dari setiap pernyataan selanjutnya dikompositkan berdasarkan masingmasing variabel. Setelah itu, skor total dari setiap variabel diindeks menjadi skala
0-100 dengan menggunakan rumus:
Indeks =

Keterangan:
Indeks
Nilai aktual
Nilai maksimal
Nilai minimal

x 100

= skala nilai 0-100
= nilai yang diperoleh contoh
= nilai tertinggi yang seharusnya dapat diperoleh
contoh
= nilai terendah yang seharusnya dapat diperoleh
contoh

Indeks dari setiap variabel kemudian dikategorikan ke dalam empat kategori
yakni sangat rendah (skor ≤ 25), rendah (25 < skor ≤ 50), tinggi (50 < skor ≤ 75),
dan sangat tinggi (skor > 75). Selain analisis deskriptif, dalam pengolahan data ini
juga digunakan analisis statistik inferensia. Analisis inferensia yang digunakan
meliputi uji korelasi Pearson dan uji regresi linear berganda. Uji korelasi Pearson
digunakan untuk menganalisis hubungan karakteristik individu, self-esteem,
money attitude, dan perilaku penggunaan kartu kredit dengan perilaku pembelian
kompulsif. Uji regresi linear berganda digunakan untuk menganalisis pengaruh
karakteristik individu, self-esteem dan money attitude (power prestige, anxiety,
distrust, dan retention-time) terhadap perilaku penggunaan kartu kredit pada
wanita bekerja. Model persamaan regresi linear berganda adalah sebagai berikut:
Y1 = a+ β1x1+ β2x2 + β3x3 + β4d1 + β5x4 + β6x5 + β7x6 + β8x7 + β6x8 + ε

12

Keterangan :
Y1
= perilaku penggunaan kartu kredit
a
= konstanta
β
= koefisien regresi (unstandardized coeficient)
x1
= usia (tahun)
x2
= pendapatan per bulan (rupiah)
x3
= besar keluarga (orang)
d1
= status pernikahan (0=belum menikah; 1= menikah)
x4
= self-esteem (indeks)
x5
= power prestige (indeks)
x6
= anxiety (indeks)
x7
= distrust (indeks)
x8
= retention-time (indeks)
ε
= galat
Uji regresi linear berganda juga digunakan untuk menganalisis pengaruh
self-esteem, money attitude (power prestige, anxiety, distrust, dan retention-time)
dan perilaku penggunaan kartu kredit terhadap perilaku pembelian kompulsif pada
wanita bekerja. Model persamaan regresi linear berganda adalah sebagai berikut:
Y2 = a+ β1x1+ β2x2 + β3x3 + β4x4 + β5x5 + β6x6 +ε
Keterangan :
Y2
= perilaku pembelian kompulsif
a
= konstanta
β
= koefisien regresi (unstandardized coeficient)
x1
= self-esteem (indeks)
x2
= power prestige (indeks)
x3
= anxiety (indeks)
x4
= distrust (indeks)
x5
= retention-time (indeks)
x6
= perilaku penggunaan kartu kredit (indeks)
ε
= galat
Definisi Operasional
Contoh adalah seorang wanita bekerja yang berdomisili di sekitar Jabodetabek
yang menggunakan kartu kredit.
Self-esteem adalah penilaian pribadi atas kelayakan diri yang dinyatakan dalam
sikap wanita bekerja pada dirinya.
Money attitude adalah sikap wanita bekerja terhadap uang yang berdampak pada
kehidupan wanita bekerja yang terbagi menjadi empat dimensi, yaitu
power-prestige, anxiety, distrust, dan retention-time.
Power prestige adalah sikap wanita bekerja yang melihat uang sebagai alat
untuk mendapatkan kekuasaan.
Anxiety adalah sikap wanita bekerja yang menganggap uang sebagai
sumber kecemasan.
Distrust adalah sikap wanita bekerja yang menunjukkan kecurigaan dan
ketidakpercayaan ketika berhadapan dengan uang.

13

Retention-time adalah sikap wanita bekerja yang cenderung melakukan
perencanaan keuangan secara cermat untuk masa depan.
Perilaku penggunaan kartu kredit adalah perilaku wanita bekerja yang terkait
penggunaan kartu kredit yang meliputi jumlah kartu kredit yang dimiliki,
frekuensi penggunaan kartu kredit, tujuan penggunaan kartu kredit, jenis
kartu kredit yang digunakan, metode pembayaran ke bank, dan
penggunaan kartu kredit.
Perilaku pembelian kompulsif adalah perilaku pembelian yang dimiliki wanita
bekerja karena faktor intrinsik berupa stres, kecemasan, dan dorongan
yang kuat untuk melakukan pembelian yang tidak direncanakan.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Karakteristik Wanita Bekerja
Tabel 2 menunjukkan bahwa lebih dari separuh (70%) wanita bekerja
tergolong ke dalam kategori dewasa muda dengan rata-rata usia 35 tahun. Usia
wanita bekerja dikelompokkan ke dalam tiga kategori yaitu dewasa muda, madya,
dan akhir yang disesuaikan berdasarkan Hurlock (1980).
Tabel 2 Sebaran wanita bekerja berdasarkan usia
Usia (tahun)

Persentase
(%)
70.0

Min-max (tahun)

Rataan±Sd

Dewasa muda (18-40)

Jumlah
(n)
42

Dewasa madya (41-60)
Dewasa akhir (>60)

17
1

28.3
1.7

23-65

35.01±10.76

Tabel 3 menunjukkan lama pendidikan sebagian besar (86.7%) wanita
bekerja berada pada jenjang sarjana. Selain itu, sebesar 8.3 persen lama
pendidikan wanita bekerja berada pada jenjang tamat SMA. Rata-rata lama
pendidikan wanita bekerja sebesar 16.18 tahun.
Tabel 3 Sebaran wanita bekerja berdasarkan lama pendidikan
Lama pendidikan
Tidak tamat SD (7 orang)

Jumlah
(n)

Persentase
(%)

Min-max (orang)

Rata-rata±Sd

47
12
1

78.3
20.0
1.7

1-10

3.8±1.2

Self-Esteem
Self-esteem adalah evaluasi diri seseorang terhadap kualitas atau
keberhargaan diri sebagai manusia. Rata-rata skor jawaban wanita bekerja
berdasarkan variabel self-esteem dijelaskan pada Tabel 8. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa dari 9 pernyataan self-esteem, rata-rata skor pilihan jawaban
wanita bekerja berada pada selang pilihan jawaban 3 (setuju) dari skala pilihan
jawaban 1 (sangat tidak setuju) sampai 4 (sangat setuju). Hal ini menunjukkan
bahwa wanita bekerja memiliki self-esteem tinggi. Rata-rata skor tertinggi dimiliki
pernyataan nomor 7 yaitu “terkadang merasa tidak berguna” yang merupakan
pernyataan dengan skor yang diinvers. Hal ini berarti wanita bekerja merasa
dirinya telah berguna.
Tabel 8 Rata-rata skor jawaban wanita bekerja berdasarkan kategori self-esteem
No

Pernyataan Self-Esteem

1
2

Merasa bahwa saya memiliki kualitas yang baik dalam berbagai hal
Mampu mengerjakan suatu hal dengan baik seperti yang dilakukan oleh
sebagian besar orang
Merasa menjadi seseorang yang layak, setidaknya pada situasi yang sama
dengan orang lain
Secara keseluruhan, puas dengan diri sendiri
Terkadang merasa tidak baik sama sekali*
Merasa tidak memiliki sesuatu yang dibanggakan*
Terkadang merasa tidak berguna*
Lebih cenderung merasa gagal*
Bersikap baik terhadap diri sendiri

3
4
5
6
7
8
9

Rata-rata
(skala 1-4)
3.10
3.18
3.13
3.11
3.20
3.30
3.36
3.35
3.26

Keterangan: *skor diinvers

Sebesar 70 persen wanita bekerja memiliki self-esteem dengan kategori
tinggi. Sisanya, 30 persen wanita bekerja memiliki self-esteem dengan kategori
sangat tinggi dengan rata-rata skor self-esteem wanita bekerja adalah 74.13 (Tabel
9).
Tabel 9 Sebaran wanita bekerja berdasarkan kategori self-esteem
Kategori self-esteem
Sangat rendah (skor ≤25)
Rendah (25