HUBUNGAN ANTARA SELF ESTEEM DAN KONFLIK PERAN GANDA PADA WANITA BEKERJA Skripsi

  HUBUNGAN ANTARA SELF ESTEEM DAN KONFLIK PERAN GANDA PADA WANITA BEKERJA S k r i p s i

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Progaram Studi Psikologi

  Disusun oleh : Agustina Ika Rustyanti NIM : 049114061

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2011

  

SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA SELF ESTEEM DAN KONFLIK PERAN GANDA

PADA WANITA BEKERJA

Oleh :

Agustina Ika Rustyanti

  

049114061

Telah disetujui oleh :

Pembimbing :

P. Henrietta P.D.A.D.S, S.Psi, M.A Tanggal 27 Juli 2011

  

SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA SELF ESTEEM DAN KONFLIK PERAN GANDA

PADA WANITA BEKERJA

Dipersiapkan dan ditulis oleh :

Agustina Ika Rustyanti

  

NIM : 049114061

Telah dipertahankan didepan Panitia Penguji

Pada tanggal 19 Agustus 2011

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

  

Susunan panitia penguji :

Nama lengkap Tanda Tangan :

  1. P. Henrietta PDADS., S.Psi., M.A. …………………..

  2. Dr. Tjipto Susana, M.Si. …………………..

  3. Sylvia CMYM., S.Psi., M.Si. …………………..

  Yogyakarta, September 2011 Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Dekan Ketika ku hadapi kehidupan ini Jalan mana yang harus ku pilih Ku tahu ku tak mampu ku tahu ku tak sanggup Hanya Kau Tuhan tempat jawabanku

  Aku pun tahu ku tak pernah sendiri Sbab Engkau Allah yang menggendongku TanganMu membelaiku cintaMu memuaskanku Kau mengangkatku ke tempat yang tinggi

  JanjiMu sperti fajar pagi hari Dan tiada pernah terlambat bersinar CintaMu sperti sungai yang mengalir Dan ku tahu betapa dalam kasihMu

  

(Nikita) Ini tanganku Tuhan…Pegang aku dengan tangan kananMu…Ampuni aku sempat meragukanMu…Ampuni aku sempat merasa berjalan sendiri…Ampuni aku sempat lupa bahwa aku punya Tuhan…Yang tak pernah meninggalkanku… Sekarang langkahku tegap…karena aku tahu…dengan siapa aku berjalan…ya…denganMu Tuhan…Tuhan pencipta langit dan bumi…dan aku tahu…kemenangan ada padaku…yang terbaiklah yang selalu Kau berikan… Buat aku mengerti Tuhan…Itulah kemenanganku bersamaMu…

  Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau Janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau Aku akan memegang engkau dengan tangan kananKu yang membawa kemenangan

  Karya sederhana ini kupersembahkan sebagai bentuk syukurku untuk : Tuhan Yesus Kristus Papa Mama tersayang Adikku termanis

  Yulius “suko” Keluarga besarku

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, 23 September 2011 Penulis Agustina Ika Rustyanti

  

HUBUNGAN ANTARA SELF ESTEEM

DAN KONFLIK PERAN GANDA PADA WANITA BEKERJA

AGUSTINA IKA RUSTYANTI

ABSTRAK

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara self esteem dan konflik peran ganda pada wanita bekerja. Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan negatif antara self

  

esteem dan konflik peran ganda pada wanita bekerja. Subjek dalam penelitian merupakan wanita

  dengan peran ganda sebagai ibu rumah tangga dan pekerja yang berjumlah 61 orang. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan 2 buah skala, yaitu skala self esteem dengan hasil uji reliabilitas 0,945 dan skala konflik peran ganda dengan hasil uji reliabilitas 0,957. Hasil analisis data dengan menggunakan teknik korelasi Spearmans’s rho menunjukkan bahwa ada hubungan negatif antara self esteem dan konflik peran ganda pada wanita bekerja dengan hasil koefisien korelasi -0,687. Hal ini berarti semakin tinggi self esteem maka semakin rendah konflik peran ganda yang dialami wanita bekerja, dan sebaliknya semakin rendah self esteem maka semakin tinggi konflik peran ganda yang dialami wanita bekerja. kata kunci : self esteem, konflik peran ganda, wanita bekerja

  

CORRELATION BETWEEN SELF ESTEEM

AND DUAL-ROLE CONFLICT IN WORKING WOMEN

AGUSTINA IKA RUSTYANTI

ABSTRACT

  This research aims to acknowledge the correlation of self esteem and dual-role conflict in

working women. The hypothesis proposed in this research that there was a negative correlation

between self esteem and dual-role conflict in working women. The subjects of this research were

61 women that play their roles as housewives and workers. The method of data collecting in this

research was conducted by using 2 scales, namely self esteem scale and dual-role conflict scale.

The reliability degree for the self esteem degree was 0,945 and as for the dual role conflict scale,

it was 0,957. The result of data analysis, which was done by using Spearman’s rho correlation

technique, indicates that there was a negative correlation between self esteem and dual-role

conflict in working women. The result of correlation coefficient was -0,687. This means that the

higher the self esteem was, the lower possibility of dual-role conflict could happened to working

women. On the opposite, the lower the self esteem was, the higher the possibility of dual-role

conflict could happened to working women.

  keywords: self esteem, dual roles conflict, working women

  

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Agustina Ika Rustyanti Nomor Mahasiswa : 049114061

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

  

HUBUNGAN ANTARA SELF ESTEEM

DAN KONFLIK PERAN GANDA PADA WANITA BEKERJA

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan

kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,

mengalihkan dalam media lain, mengelolanya di internet atau media lain untuk

kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan

royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 23 September 2011 Yang menyatakan, (Agustina Ika Rustyanti)

KATA PENGANTAR

  Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas

berkat dan kasihNya sehingga skripsi ini akhirnya dapat diselesaikan. Skripsi ini

disusun untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Psikologi

dari Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Penulis menyadari berbagai permasalahan dan hambatan yang muncul

pada saat menyusun, melaksanakan dan menyelesaikan penelitian ini. Pelaksanaan

penelitian ini dari awal hingga akhir banyak melibatkan berbagai pihak. Bantuan

dan dukungan yangbersifat moril maupun materiil telah diberikan demi penelitian

ini. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada berbagai

pihak yang telah membantu, yaitu :

  1. Ibu Dr. Christina Siwi Handayani, selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma

  2. Ibu P. Henrietta PDADS, selaku dosen pembimbing. Terima kasih atas bimbingan dan pengertiannya selama ini. Maaf jika selama ini banyak menyusahkan mb etta.

3. Segenap Bapak dan Ibu dosen Fakultas Psikologi yang telah memberikan bekal ilmu yang sangat berharga.

  4. Kedua orangtuaku, Papa dan Mama yang tak hentinya memberi dukungan dan semangat. Terima kasih pula untuk kesabaran yang diberikan kepada

5. Adikku, Iin “Parlina”. Walaupun kita sering bertengkar dan selisih paham, tapi sebenarnya rasa sayangku lebih besar daripada rasa jengkelku.

  Sekarang mungkin kamu masih belum terlalu percaya dengan omonganku tapi suatu saat aku yakin kamu bisa melihat sesuatu yang positif.

  6. Seluruh keluarga besarku, eyang, pakde, bude, mama, mina dan sepupu- sepupuku. Terima kasih untuk semua dukungan kalian serta wejangan yang diberikan untukku guna menjadi manusia yang berhasil dikemudian hari.

  7. Yulius “suko” Eko Hartanto. Terima kasih untuk semua dukungan yang sudah kamu berikan untukku, omelan-omelan, perhatian dan kesabaran khususnya selama pembuatan skripsi ini. Perjuangan di depan masih panjang dan berat. Semoga kita masih bisa bersama melaluinya untuk hasil yang terbaik.

  8. Kak Nana dan Kak Ira. Terima kasih sekali untuk bantuannya memperkenalkanku dengan teman-teman kalian yang akhirnya menjadi subjek penelitianku. Tanpa kalian aku pasti kesulitan memperoleh data- datanya.

  9. Teman-teman seperjuanganku, Lusi, Kaka dan terutama Wulan. Tak terasa proses ini akhirnya kita lalui bersama dan kita hadapi juga bersama. Tawa, senyum bahkan tangis kita bagi bersama. Sungguh kesan yang tidak mudah untuk kulupakan, dan untuk yang terakhir kali tawa bahagia ini harus kita rasakan bersama. (Akhirnya kita bisaaaa!!!)

10. Penghuni kost Canna “Eksklusif”, Fanny, Mb Nur, Henny, Badai, Anne.

  Terima kasih untuk kehangatan dan kenyamanan yang aku dapatkan selama ini. Semoga kita bisa bertemu lagi kelak di kemudian hari.

  11. Keluarga P2TKP beserta seluruh asisten. Sangat senang bisa bertemu dan berdinamika bersama kalian selama ini. Mb Thia dan Mb Diana, terima kasih atas sentilan-sentilan kecil untuk segera menyelesaikan skripsi ini. Aku banyak belajar dari kalian semua. Sukses selalu yah.

  12. Sahabatku Vero, Siska dan Yetty. Walau kalian semua sudah tidak ada disampingku sekarang dan sibuk dengan kehidupan kalian tapi aku tetap merasa kalian dekat denganku. Terima kasih untuk persahabatan yang boleh kurasakan dan tidak akan pernah kulupakan. Ketemu yuk sekali-kali  13. Keluarga GSB (Ane, Henny, Wida, Cik Momo, Angga dan Mb Jean).

  Terima kasih untuk kebersamaannya serta semangat-semangat yang kalian berikan agar segera menyelesaikan skripsi ini. Sangat senang memiliki teman-teman seperti kalian.

  14. Seluruh subjek penelitianku, terima kasih sudah mau meluangkan waktu untuk mengisi angketnya. Tanpa kalian tentunya skripsi ini tidak akan dapat terselesaikan. Terima kasih wanita-wanita super.

  DAFTAR ISI Halaman

HALAMAN JUDUL……………………………………………………………….i

  

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING…………………………………..ii

HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………………iii

HALAMAN MOTO……………………………………………………………...iv

HALAMAN PERSEMBAHAN………………………………………………….vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA…………………………………………vii

ABSTRAK………………………………………………………………………viii

ABSTRACT…………………………………………………………………..…..ix

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI……...………………x

KATA PENGANTAR……………………………………………………………xi

DAFTAR ISI…………………………………………………………………….xiv

DAFTAR TABEL……………………………………………………………...xvii

DAFTAR SKEMA…………………………………………………………….xviii

  

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah…………………………………………...…..1 B. Rumusan Masalah……………………………………………………10 C. Tujuan Penelitian…………………………………………………….10 D. Manfaat Penelitian…………………………………………………...10

BAB II DASAR TEORI.........................................................................................12

A. Konflik Peran Ganda............................................................................12

  2. Jenis-jenis konflik peran…………………………………………13

  3. Sumber masalah wanita berperan ganda…………………………15

  4. Aspek-aspek konflik peran ganda………………………………..17

  5. Dampak konflik peran ganda…………………………………….19

  6. Faktor yang mempengaruhi konflik peran ganda………………...21

  B. Self Esteem ...........................................................................................23

  1. Pengertian self esteem……………………………………………23

  2. Jenis-jenis self esteem……………………………………………25

  3. Aspek-aspek self esteem………………………………………….27

  4. Faktor yang mempengaruhi self esteem………………………….29

  C. Perkembangan Wanita Pada Masa Dewasa Awal……………………31

  D. Dinamika Hubungan Antara Self Esteem dan Konflik Peran Ganda Pada Wanita Bekerja…………………………………………………33 E. Hipotesis……………………………………………………………...36

  

BAB III METODE PENELITIAN.........................................................................38

A. Jenis Penelitian……………………………………………………….38 B. Identifikasi Variabel………………………………………………….38 C. Definisi Operasioal Variabel…………………………………………39 D. Subjek Penelitian……………………………………………………..40 E. Metode dan Alat Pengumpulan Data………………………………...42 F. Validitas dan Reliabilitas…………………………………………….45 G. Analisis Data…………………………………………………………47

  

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.......48

A. Pelaksanaan Penelitian……………………………………………….48 B. Hasil Uji Coba Alat Ukur.....................................................................48

  1. Seleksi Item………………………………………………………48

  2. Reliabilitas………………………………………………………..49

  C. Hasil Penelitian....................................................................................50

  1. Deskripsi subjek penelitian………………………………………50

  2. Deskripsi data penelitian…………………………………………52

  3. Hasil uji asumsi…………………………………………………..54

  4. Hasil uji hipotesis………………………………………………...55

  5. Analisis data tambahan…………………………………………..56

  D. Pembahasan…………………………………………………………..58

  

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................64

A. Kesimpulan…………………………………………………………..64 B. Keterbatasan penelitian………………………………………………64 C. Saran…………………………………………………………………64

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………....66

LAMPIRAN……………………………………………………………………...70

  

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Penyebaran Item Pada Skala Self Esteem………………………..43Tabel 3.2 Penyebaran Item Pada Skala Konflik Peran Ganda……………...45Tabel 4.1 Distribusi Item Skala Self Esteem Setelah Seleksi Item…………49Table 4.2 Distribusi Item Skala Konflik Peran Ganda Setelah Seleksi Item................................................................................................49Tabel 4.3 Gambaran Subjek Penelitian……………………………………..51Tabel 4.4 Data Hasil Penelitian……………………………………………..52Tabel 4.5 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test………………………...54Tabel 4.6 ANOVA Table…………………………………………………...55Tabel 4.7 t-test Pendidikan Terakhir dengan KPG…………………………56

  

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Skema hubungan antara self esteem dan konflik peran ganda pada

wanita bekerja…………………………………………………...37

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki jaman globalisasi seperti sekarang ini, bekerja tidak hanya

  dapat dilakukan oleh kaum pria saja, akan tetapi dapat dilakukan pula oleh wanita. Banyaknya perusahaan, kantor pemerintahan ataupun sektor-sektor usaha lainnya yang membuka kesempatan bagi kaum wanita untuk berperan di dalamnya. Kaum wanita tidak lagi hanya bertugas untuk mengurus rumah tangga saja namun juga memiliki peran untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga, seperti membantu meningkatkan perekonomian keluarga.

  Berdasarkan konsep tradisional, peranan dari wanita selalu dikaitkan dengan rumah, dapur dan anak. Wanita menempati posisi sebagai “konco wingking” sementara pria sebagai kepala keluarga yang memiliki kewajiban mencari sesuap nasi, membanting tulang dan memeras keringat untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga. Akan tetapi tuntutan kebutuhan yang semakin lama semakin mendesak, konsep tradisional tersebut secara perlahan pun mulai bergeser. Perkembangan masyarakat ternyata telah menyebabkan konsep ini tidak bertahan dan muncul perubahan sosial di mana wanita mulai meninggalkan kebiasaannya memilih untuk bekerja (Hardanti, 2002).

  Anaraga (dalam Susan, 2008) mengatakan bahwa bergesernya perkembangan jaman. Apabila dulu wanita sudah merasa puas dan dihargai bila ia memiliki keluarga yang bahagia, suami yang sukses dan anak-anak yang berhasil, namun ternyata hal tersebut tidak lagi cukup dan memuaskan bagi kaum wanita itu sendiri, bahkan seringkali mereka merasa bahwa bekerja di luar rumah dapat memberi kepuasan (Smith dalam Putrianti, 2007). Bahkan mereka dianggap sebagai wanita yang ideal karena memiliki pendidikan tinggi, mempunyai penghasilan dan keluarga.

  Dari tahun ke tahun, jumlah wanita yang bekerja di luar sektor rumah tangga terus meningkat. Berdasarkan data statistik yang diperoleh terlihat bahwa jumlah angkatan kerja wanita pada tahun 2006 mencapai 38,6 juta orang dan meningkat hingga 42,8 juta di tahun 2008. Sementara angkatan kerja laki-laki meningkat dari 67,7 juta di tahun 2006 menjadi 69,1 juta orang pada 2008 (“Partisipasi angkatan kerja”)

  Menurut Hoffman dan Nye (dalam Devintha, 2006), ada beberapa alasan yang mendasari wanita untuk bekerja di luar rumah, yaitu untuk membantu menambah penghasilan suami, untuk mengisi waktu luang karena merasa jenuh di rumah sehingga dapat berkumpul dengan teman-teman, menambah pengalaman serta mendapat pengakuan dari masyarakat. Selain itu, beberapa wanita juga menjadikan bekerja sebagai sarana untuk mencapai prestasi diri sebagai sarana mengembangkan bakat dan karir sesuai dengan pendidikan yang telah mereka peroleh. Hal senada juga dikemukakan oleh Jacinta (dalam Puti, 2007) bahwa kebutuhan finansial, kebutuhan sosial relasional dan aktualisasi diri menjadi motif-motif yang mendasari seseorang untuk bekerja di luar rumah.

  Aktifnya kaum wanita di sektor luar selain urusan rumah tangga secara otomatis menambah peran-peran yang akan dijalaninya dalam kehidupan sehari-hari. Selain peran sebagai seorang istri dan ibu bagi keluarganya, ia juga berperan sebagai seorang pekerja di tempat mereka bekerja. Peran- peran itu memiliki tuntutan dan tanggung jawab yang berbeda pula. Keadaan seperti ini dikenal dengan istilah peran ganda.

  Masyarakat dan lingkungan sekitar wanita bekerja tentunya mengharapkan agar setiap peran yang melekat pada dirinya itu bisa berjalan dengan seimbang dan tidak berat sebelah pada salah satu peran saja. Sebagai seorang pekerja, wanita dituntut untuk memberikan waktu, energi, tenaga, pikiran dan komitmen yang cukup ekstra terhadap pekerjaannya. Walaupun demikian, wanita juga tidak boleh melupakan tugas dan kewajibannya sebagai seorang ibu dan istri yang bertanggung jawab terhadap suami dan anak-anaknya. Hal senada juga diutarakan Shaw dan Costanzo (dalam Kusumaputri & Irawaty, 2008) jika seseorang di dalam melakukan perannya selalu dituntut untuk berperilaku sesuai dengan harapan dan norma yang merupakan pedoman untuk mengatur perilaku individu dalam bermacam- macam situasi sosial.

  Berkembangnya peran-peran yang dimiliki oleh wanita bekerja pada jaman sekarang menuntut setiap wanita yang memiliki peran ganda untuk kedua peran tersebut saling berbenturan dan tidak seimbang dalam usaha pencapaiannya maka akan menimbulkan konflik antara peran-peran tersebut.

  Gordon (1999) mengemukakan munculnya konflik antara pekerjaan dan tugas sebagai seorang istri dan ibu karena umumnya wanita sering mengasumsikan bahwa merawat anak dan mengurus rumah tangga adalah tanggung jawab utama istri dan bukan tanggung jawab bersama antara suami dan istri.

  Konflik peran ganda adalah suatu kejadian sehari-hari dari dua atau lebih peran dimana pemenuhan salah satu pean dapat menghasilkan kesulitan pemenuhan peran yang lain (Katz dan Kahn dalam Azwar & Arinta, 1993). Sementara Greenhause dan Beutell (dalam Voydanoff, 1988) mengatakan bahwa seseorang mengalami konflik peran ganda apabila merasakan ketegangan dalam pekerjaan dan rumah tangganya. Semakin mengkonsentrasikan diri pada pekerjaan, maka akan lebih sulit untuk memenuhi tuntutan dari keluarganya.

  Konflik peran ganda muncul karena peran dengan orientasi berbeda tersebut sama-sama membutuhkan waktu, tenaga dan perhatian sehingga jika peran yang satu dilakukan dengan baik maka peran yang lainnya akan terabaikan. Dengan bekerja di luar rumah bagi wanita membawa pengaruh terhadap kehidupan rumah tangganya, karena dengan bekerja maka waktu yang dipergunakan untuk mengurus urusan rumah tangga menjadi berkurang (Rolland dan Harris dalam Puti, 2007). Kodrat kaum wanita yang sudah ketika memutuskan untuk bekerja ia dihadapkan pada dua peran yang memiliki tuntutan serta tanggung jawab yang besar. Keadaan ini semakin sulit jika wanita tersebut telah memiliki anak, maka cenderung akan muncul perasaan bersalah karena waktu yang digunakan untuk anak menjadi berkurang, perhatiannya terhadap perkembangan dan masalah anak pun cenderung berkurang. Bahkan, Netemeyer, Boles dan McMurrian (1996) mengatakan jika ketegangan yang dialami pada akhirnya dapat menimbulkan rasa tidak puas terhadap perkawinannya.

  Selain membawa pengaruh terhadap kehidupan rumah tangganya, konflik peran yang terjadi juga dapat mempengaruhi dirinya, seperti gejala- gejala yang mungkin dapat dirasakan berupa kecemasan, rasa marah atau depresi. Menurunnya kualitas kesehatan fisik dan lelah secara emosional akibat tuntutan di kedua peran tersebut. Selain itu, apabila ketegangannya berlangsung dalam jangka waktu yang lama dapat menimbulkan berbagai gangguan fisik maupun psikis pada wanita. Beberapa gejala fisik yang dialami antara lain keletihan yang mengakibatkan kehilangan gairah hidup dan menyebabkan berbagai macam gejala gangguan psikosomatik. Gejala lainnya dapat berupa perasaan tegang, cemas, terancam, frustasi, sukar berkonsentrasi pada apa yang dikerjakan, insomnia, kehilangan minat pada seks, kehilangan nafsu makan dan sebagainya (Shaevitz, dalam Hamid, 2005).

  Konflik peran ganda juga dapat berakibat pada menurunnya kinerja yang harus mengurus rumah tangga maka konsentrasi, waktu dan tenaganya sudah terkuras sehingga perannya sebagai pekerja tidak optimal. Selain itu, wanita yang mengalami konflik peran ganda akan lebih sering tidak masuk kerja, prestasi dan kepuasan kerja menurun serta cenderung keluar dari pekerjaan (Kossek & Ozeki, dalam Kusumaputri & Irawaty, 2008). Widyarini (1998) mengungkapkan jika konflik peran ganda yang sering muncul berupa gejala merasa bersalah, gelisah, cemas dan frustasi akan menurunnya kesehatan fisik maupun mental wanita yang berperan ganda. Perasaan bersalah dan gelisah itu diantaranya muncul di saat wanita bekerja meninggalkan anak mereka kepada orang di rumah. Perasaan cemas juga dapat menjadi penghalang bagi wanita menjalankan perannya sebagai pekerja karena khawatir urusan rumah tangga tidak berjalan dengan baik.

  Perasaan-perasaan tersebut jika tidak mampu dikendalikan dengan baik dan berlangsung secara terus menerus bukan tidak mungkin wanita berperan ganda tersebut akan mengalami stres dan depresi. Shaevitz (dalam Puti, 2007) mengutarakan jika peran ganda dapat menimbulkan ketegangan dalam kehidupan sehingga muncul rasa bersalah, frustasi bahkan stres.

  Wanita yang telah berumah tangga dituntut untuk berhasil dalam dua peran yang bertentangan tersebut. Di rumah mereka dituntut untuk selalu siap memberikan bantuan dan tenaga pada urusan keluarga, sementara di tempat kerja mereka diharapkan menjadi seorang yang agresif (Rowatt & Rowatt dalam Azwar & Arinta, 1993). Banyak karyawan wanita yang rumah tangga. Dalam penelitian Moen dan McClain pada tahun 1987 (dalam Azwar & Arinta, 1993) terbukti bahwa wanita yang bekerja full-time menginginkan mempersingkat jam kerjanya untuk mengurangi ketegangan akibat konflik peran antara pekerjaan dan keluarga jika dibandingkan dengan wanita yang bekerja part-time. Keadaan ini sesuai dengan apa yang diungkapkan Barnett dan Baruch (dalam Kusumaputri & Irawaty, 2008) bahwa wanita yang berperan sebagai ibu lebih banyak mengalami konflik peran daripada wanita bekerja yang tidak memiliki anak. Hal ini disebabkan karena perempuan yang bekerja sebagai ibu merasakan peran yang berlebih

(overload) dibandingkan dengan wanita yang bekerja bukan sebagai ibu.

  Terkait dengan konflik peran ganda yang dialami oleh wanita bekerja, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhinya. Menurut Rini (dalam Kusumaputri & Irawaty, 2008) faktor yang dapat mempengaruhi konflik peran ganda adalah faktor internal, eksternal dan relasional. Jika faktor internal merupakan persoalan yang timbul dalam diri pribadi wanita tersebut, maka faktor eksternal berasal dari luar pribadi wanita tersebut seperti dukungan suami, kehadiran anak dan masalah kerja. Beberapa ahli lain juga mengatakan jika jumlah jam kerja pasangan, jumlah dan usia anak, jadwal bekerja maupun dukungan sosial dapat mempengaruhi tingkat konflik peran ganda yang dialami wanita bekerja.

  Kepribadian dari pemegang peran, dalam hal ini wanita berperan ganda, juga mempengaruhi konflik peran ganda. Menurut Getsels dan Guba cara penyesuaian diri yang digunakan untuk menghadapi konflik peran tersebut. Karakteristik wanita yang berkarir secara non tradisional dikatakan memiliki karateristik kepribadian yang mandiri, percaya diri, tegas, stabil secara emosional dan puas dengan kehidupannya. Kepribadian terlihat dari tingkah laku, sikap, nilai, perasaan dan motivasi (Sarbin & Allen dalam Lindsey & Aronson, 1968). Sikap dan nilai terhadap dirinya sendiri umumnya dikenal dengan istilah self esteem.

  Self esteem adalah penilaian yang dibuat individu untuk menggambarkan sikap menerima atau tidak menerima keberadaan dirinya, dan menandakan sampai seberapa jauh individu itu percaya bahwa dirinya mampu, sukses dan berharga (Coopersmith dalam Bracken, 1996). Sementara Rosenberg (dalam Burns, 1982) mengatakan jika self esteem merupakan sikap positif maupun negatif terhadap dirinya sendiri.

  Coopersmith (1967) secara singkat menggambarkan jika self esteem adalah penilaian pribadi yang dilakukan individu terhadap dirinya.

  Seseorang yang mempunyai perasaan baik terhadap dirinya akan cenderung bahagia, sehat, sukses dan mampu menyesuaikan diri. Namun, orang yang menilai dirinya negatif mempunyai kecenderungan khawatir, takut, tidak sehat, depresi, pesimis mengenai masa depan dan cenderung melakukan kesalahan.

  Seseorang dengan tingkat self esteem yang tinggi akan lebih percaya diri dan lebih mampu menjalani kegiatannya dengan berhasil. Hal senada mempunyai high self esteem percaya bahwa dirinya baik, mampu dan berharga, sedangkan individu dengan low self esteem memandang dirinya sebagai orang yang tidak berguna dan tidak berharga.

  Self esteem yang dimiliki wanita bekerja berhubungan erat dengan kehidupan sehari-harinya. Wanita bekerja yang mempunyai penilaian baik terhadap dirinya secara umum akan tampak bahagia, sehat, berhasil dan mampu beradaptasi dengan situasi yang penuh stres (Brehm & Kassin, 1989). Sebaliknya, seorang wanita bekerja yang mempunyai penilaian negatif terhadap dirinya akan tampak cemas, depresi dan pesimis.

  Rasa percaya diri dan perasaan berharga yang diperoleh wanita dari bekerja secara tidak langsung akan meningkatkan self esteem mereka.

  Wanita dengan peran ganda tersebut merasa yakin, mampu dan percaya diri menjalani perannya. Mereka juga mampu menyesuaikan diri sesuai dengan tuntutan setiap perannya. Hal ini membuatnya merasa berharga karena mampu melakukan sesuatu yang berguna dimana lingkungan sekitarnya menghormati dan mendukung keputusannya untuk berperan ganda. Mereka pun memandang secara positif dirinya. Rasa percaya akan kemampuannya untuk menyelesaikan masalah-masalah yang ada akan membuat perannya sebagai ibu dan pekerja menjadi optimal. Tidak adanya ketimpangan di antara peran itu menandakan bahwa wanita bekerja tersebut mampu menjalani tugasnya dengan baik sehingga tidak mengalami masalah dan konflik yang berlebihan akibat peran gandanya tersebut.

  Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti ingin melihat lebih lanjut hubungan antara self esteem dengan konflik peran ganda pada wanita bekerja.

B. Rumusan Masalah

  Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah ada hubungan antara self esteem dengan konflik peran ganda pada wanita bekerja?”

C. Tujuan Penelitian

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara self esteem dengan konflik peran ganda pada wanita bekerja.

D. Manfaat Penelitian

  1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya penelitian ilmu psikologi, khususnya Psikologi Industri dan Organisasi pada umumnya serta Psikologi Wanita pada khususnya tentang konflik peran wanita yang bekerja .

2. Manfaat Praktis

  a. Melalui penelitian ini, diharapkan dapat menjadi informasi bagi wanita berperan ganda terkait dengan hal-hal konflik peran ganda maupun self esteem sehingga dapat menjadi acuan dalam mengatasi permasalahan yang dihadapinya terkait dengan kehidupan peran gandanya.

  b. Selain itu, dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi dan masukan kepada wanita bekerja bahwa self esteem menjadi bagian ketika konflik peran ganda terjadi dalam kehidupannya.

BAB II DASAR TEORI A. Konflik Peran Ganda

1. Pengertian Konflik Peran Ganda

  Konflik peran ganda adalah suatu kejadian sehari-hari dari dua atau lebih peran dimana pemenuhan salah satu peran dapat menghasilkan kesulitan pemenuhan peran yang lain (Katz & Kahn, dalam Azwar & Arinta, 1993). Sementara Greenhause & Beutell (dalam Voydanoff, 1988) mengatakan bahwa seseorang mengalami konflik peran ganda apabila merasakan ketegangan dalam pekerjaan dan rumah tangganya.

  Semakin mengkonsentrasikan diri pada pekerjaan, maka akan lebih sulit untuk memenuhi tuntutan dari keluarganya.

  Menurut Munandar (2001), seseorang akan dikatakan mengalami konflik peran ganda apabila ia mengalami : a) pertentangan antara tugas-tugas yang harus ia lakukan dan tanggung jawab yang dimilikinya, b) tugas-tugas yang harus ia lakukan menurut pandangannya bukan merupakan bagian dari pekerjaannya, c) tuntutan-tuntutan yang bertentangan dari atasan, rekan, bawahan atau orang lain yang dianggap penting dalam dirinya, d) pertentangan dengan nilai-nilai dan keyakinan pribadinya sewaktu melakukan tugas pekerjaannya.

  Peran ganda yang dimaksudkan dalam penelitian ini akan dibatasi pada peran seorang wanita sebagai ibu rumah tangga dan sebagai pekerja. Dengan kata lain, peran ganda yang dimaksudkan disini adalah

peran yang dijalankan wanita di sektor domestik dan sektor publik.

  Berdasarkan definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa konflik peran ganda adalah suatu situasi atau kondisi ketegangan yang dialami wanita yang bekerja dimana pemenuhan pada salah satu peran dapat menghasilkan kesulitan pemenuhan peran yang lain, dalam hal ini antara pekerjaan dan rumah tangganya.

2. Jenis-jenis Konflik Peran

  Menurut Beutell dan Greenhause (dalam Schabracq et. al, 1996) terdapat tiga jenis konflik yang berkaitan dengan konflik peran, antara lain :

a. Time-based conflict (konflik berdasarkan waktu)

  Konflik ini melibatkan pengaturan dan distribusi waktu, energi dan kesempatan-kesempatan antar peran pekerjaan dan keluarga. Di sini, merencanakan atau membuat jadwal akan sulit dan waktu seakan sangat terbatas karena tuntutan dari setiap peran dan tindakan/tingkah laku yang harus dilakukan dalam rangka memenuhi tuntutan tersebut seringkali tidak berjalan secara selaras dan seimbang. Aspek yang tercakup dalam bentuk konflik berdasarkan waktu ini antara lain jam kerja yang panjang atau berlebihan, kekurangan waktu untuk keluarga, jadwal yang tidak bisa diubah semaunya/tidak fleksibel. Wanita yang bekerja seringkali mengalami kelelahan akibat konflik ini, karena kedua peran tersebut memperebutkan sumber daya pribadinya.

  b. Strain-based conflict (konflik berdasarkan tekanan) Konflik ini berkaitan dengan beban atau tekanan yang dialami individu secara berlebihan, atau keadaan emosional dari satu peran yang kemudian mempengaruhi kinerja pada peran yang lain. Tekanan tersebut dapat berupa gejala-gejala stres seperti kelelahan dan mudah marah.

  c. Behaviour-based conflict (konflik berdasarkan perilaku) Konflik ini terjadi karena adanya konsep perilaku yang harus ditampilkan individu dalam setiap peran yang dijalaninya. Oleh karena perbedaan set perilaku tersebut, para wanita seringkali mendapati bahwa sulit untuk mengganti set perilaku karena harus berpindah peran. Sebagai contoh, wanita yang bekerja sebagai manajer harus mempunya set perilaku antara lain harus bersikap rasional, mengambil tanggung jawab, memberi instruksi dan lain sebagainya. Ketika ia pulang ke rumah, ia berganti peran sebagai istri dan seorang ibu sehingga set perilaku yang harus ditampilkan bukan lagi perilaku sebagai pimpinan namun berubah menjadi set perilaku istri dan ibu.

  Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis konflik peran terdiri dari time-based conflict yakni ketika adanya tekanan dari peran-peran yang memerlukan waktu individu sehingga menyebabkan kelelahan atau merasa kehabisan energi dan sumber daya pribadi. Tipe kedua adalah strain-based conflict dimana tekanan dari domain peran yang satu mempengaruhi kinerja di domain yang lain, dan akibatnya individu mengalami gejala-gejala stres. Sementara jenis konflik peran yang terakhir adalah behaviour-based conflict, yakni ketika set perilaku yang dijalani tidak sesuai dengan tuntutan peran karena individu diharuskan mengubah set perilaku dalam waktu yang relatif singkat.

3. Sumber Masalah Wanita Berperan Ganda

  Menurut Hardanti (2002), wanita yang memiliki peran ganda mengalami banyak tekanan dan masalah yang sulit untuk dihindari serta dapat menghambat perkembangan diri. Tiga sumber masalah yang harus dihadapi oleh seorang wanita berperan ganda adalah : a) Wanita dan Lingkungan Sosial Lingkungan sosial dengan aturan atau norma-norma yang masih beranggapan bahwa seorang wanita atau ibu memiliki tugas mengasuh anak dan mengurus rumah tangga akan menjadi penghambat bagi seorang wanita atau ibu yang memiliki keinginan untuk bekerja namun tidak mendapat dukungan dari lingkungan sosial akan mempengaruhi pekerjaan dan dirinya sendiri sehingga dapat mengurangi keyakinan atau kepercayaan dirinya.

  b) Wanita dan Pembagian Kerja Domestik Seorang wanita yang bekerja akan mendapatkan konsekuensi terutama dalam kehidupan keluarganya. Mengurus pekerjaan rumah tangga tidak lagi menjadi tanggung jawab dari pihak wanita (istri) saja, namun juga menjadi tanggung jawab bagi pihak laki-laki (suami). Pada kenyataannya, seorang wanita bekerja tidak dapat lepas dari tanggung jawabnya terhadap pekerjaan rumah tangga. Wanita bekerja tetap harus memikirkan seseorang yang dapat membantu menyelesaikan pekerjaan rumah tangga selama dirinya bekerja.

  Selain masalah pekerjaan rumah tangga, seorang wanita berperan ganda akan merasa bahwa pengasuhan anak adalah masalah terpenting yang harus ditangani. Seorang ibu akan mengalami kesulitan untuk meninggalkan anaknya terutama apabila anak tersebut belum bersekolah. Hal senada juga dikemukakan oleh Staines dan O’connor (dalam Higgins, Duxburry & Lee, 1995) bahwa konflik peran akan lebih besar terjadi terutama bila usia anak- anak mereka masih kecil. Oleh karena itu, banyak ibu bekerja akan mengambil cuti demi mengurus anak hingga anak masuk sekolah. c) Wanita dan Konflik Diri Seorang ibu yang bekerja mudah mengalami konflik diri, dimana satu sisi seorang ibu merasa dibutuhkan di rumah oleh keluarga, namun di sisi lain sulit untuk melepaskan tanggung jawab terhadap pekerjaannya. Oleh karena itu, perasaan bersalah yang muncul dapat mempengaruhi pekerjaannya begitu sebaliknya.

4. Aspek-aspek Konflik Peran Ganda

  Ada 6 aspek yang terdapat dalam konflik peran ganda menurut Sekaran (dalam Arinta, 1993) : a) Pengasuhan anak Terkait dengan sistem pengasuhan yang diterapkan oleh para wanita yang memiliki peran ganda terhadap anak-anak mereka, dan perasaan yang dialami oleh para wanita sebagai ibu ketika harus meninggalkan anak-anak di rumah sementara mereka bekerja.

  b) Bantuan pekerjaan rumah Fokus pada sikap emosional yang dialami wanita, dengan adanya keterlibatan dari pihak lain (suami, ibu mertua, pengasuh) dalam mengurus pekerjaan rumah tangga.

  c) Komunikasi dan interaksi dengan anak dan suami Terkait proses komunikasi dan menjalin relasi interpersonal antara

kaum wanita sebagai istri dengan suami dan anak-anak.

  Terkait dengan banyaknya waktu yang dihabiskan karyawan untuk bekerja serta sistem penjadwalan kerja yang diterapkan oleh perusahaan terhadap karyawan. Hal ini sangat mempengaruhi intensitas pertemuan antara karyawan wanita dengan anak dan suaminya.

  e) Menentukan prioritas Kemampuan wanita untuk menentukan prioritas dalam kehidupan baik untuk keluarga atau pekerjaan. Selain itu juga, wanita diharapkan mampu mengutamakan hal-hal penting sesuai dengan situasi dan kondisi dimana ia berada.

  f) Tekanan karir dan tekanan keluarga Terkait dengan kebijakan perusahaan yang sering memberatkan kaum wanita, membuat jenuh, merasa tidak mampu berkembang. Sementara itu, tekanan keluarga dikaitkan dengan kurangnya motivasi dari suami atau anak-anaknya ketika istri atau ibu memutuskan bekerja. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti melihat ada beberapa kesamaan antara aspek waktu untuk keluarga dengan komunikasi dan interaksi antara anak dan suami sehingga akhirnya kedua aspek tersebut digabung menajdi satu. Dengan demikian terdapat lima aspek yang perlu diperhatikan dalam peran ganda yaitu pengasuhan anak, bantuan pekerjaan rumah, komunikasi-interaksi dan waktu untuk keluarga,