Pengaruh Pola Komunikasi Keluarga, Parental Yielding, dan Perilaku Pembelian Orangtua pada Perilaku Pembelian yang Kompulsif.

(1)

ABSTRACT

Compulsive buying behavior is a consumer behavior that buying products continuously caused by a condition that was unpleasant and compulsive buying behavior has a negative effects to its insured. There are some factors that could affect everyone to be come a compulsive buying, one of them is the family factor. Due to those thing, This to research is trying to identify variables that affect compulsive buying behavior. The variables that used is, family communication path (concept and social oriented), parental yielding, and parental buying behavior. The respondents in this research are college students of Maranatha Christian University. Multiple-regression model is used in this research. Results of this research show that family communication path (concept and social oriented), and parental yielding didn’t affect to compulsive buying behavior, meanwhile the parental buying behavior positively affect to compulsive buying behavior.

Keyword: Family communication path (concept and social oriented), parental yielding, and parental buying behavior, and compulsive buying behavior.


(2)

ABSTRAK

Perilaku pembelian yang kompulsif merupakan perilaku konsumen yang membeli barang secara terus-menerus diakibatkan dari adanya suatu kondisi yang tidak menyenangkan dan perilaku pembelian yang kompulsif memiliki dampak yang negatif bagi para penderitanya. Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi setiap orang memiliki perilaku pembelian yang kompulsif, salah satunya yaitu faktor keluarga. Berkenaan dengan hal tersebut, maka penelitian ini mencoba untuk mengidentifikasi variabel yang memperngaruhi pembelian yang kompulsif. Adapun variabel yang digunakan meliputi pola komunikasi keluarga (orientasi konsep dan sosial), parental yielding, dan perilaku pembelian orangtua. Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Kristen Maranatha. model regresi berganda digunakan dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan pola komunikasi keluarga berorientasi konsep dan sosial serta parental yielding tidak berpengaruh pada perilaku pembelian yang kompulsif, sementara perilaku pembelian orangtua memiliki pengaruh yang positif terhadap perilaku pembelian yang kompulsif.

Kata kunci: Pola komunikasi keluarga (orientasi konsep dan sosial), parental yielding,dan perilaku pembelian orangtua dan perilaku pembelian yang kompulsif.


(3)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... iii

SURAT PERNYATAAN MENGADAKAN PENELITIAN TIDAK MENGGUNAKAN PERUSAHAAN ...iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRACT ... vii

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

1.5 Lingkup Penelitian ... 5

BAB II LANDASAN TEORI ... 6

2.1 Perilaku Pembelian yang Kompulsif (Compulsive Buying) ... 6 2.2 Pengaruh Keluarga pada Perilaku Pembelian yang Kompulsif 9


(4)

2.3.1 Pola Komunikasi Keluarga ... 12

2.3.2Parental Yielding ... 14

2.3.3 Perilaku Pembelian Orangtua ... 16

2.4 Hipotesis Penelitian ... 17

2.4.1 Pola Komunikasi Keluarga (Orientasi konsep dan sosial) ... 17

2.4.2Parental yielding... 17

2.4.3 Perilaku Pembelian Orangtua ... 17

2.5 Model Penelitian ... 18

BAB III METODE PENELITIAN ... 19

3.1 Desain Penelitian ... 19

3.2 Populasi dan Sampel ... 20

3.3 Teknik Pengambilan Sampel... 20

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 21

3.5 Definisi Operasional Variabel ... 22

3.5.1 Pola Komunikasi Keluarga Berorientasi Konsep ... 22

3.5.2 Pola Komunikasi Keluarga Berorientasi Sosial ... 23

3.5.3Parental Yielding ... 23

3.5.4 Perilaku Pembelian Orangtua ... 24

3.5.5 Perilaku Pembelian yang Kompulsif ... 24

3.6 Uji Validitas ... 25

3.7 Reliabilitas ... 33

3.8 Uji Pengaruh Variabel “X” pada Variabel “Y” ... 35


(5)

4.2 Hasil pengujian Regresi ... 39

4.3 Pengujian Hipotesis ... 40

4.3.1 Pengujian Hipotesis Pola Komunikasi Keluarga (Orientasi Konsep) ... 41

4.3.2 Pengujian Hipotesis Pola Komunikasi Keluarga (Orientasi Sosial) ... 42

4.3.3 Pengujian HipotesisParental Yielding ... 43

4.3.4 Pengujian Hipotesis Perilaku Pembelian Orangtua ... 44

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 46

5.1 Kesimpulan ... 46

5.2 Pola Komunikasi Keluarga ... 47

5.3 Parental Yielding ... 48

5.4 Perilaku Pembelian Orangtua ... 48

5.5 Implikasi Penelitian ... 49

5.5.1 Bagi Akademisi ... 49

5.5.2 Bagi Pemasar ... 50

5.5.3 Bagi Konsumen ... 51

5.6 Keterbatasan Penelitian ... 53


(6)

DAFTAR GAMBAR

Halaman BAB II Gambar 2.1 Model Penelitian Pola Komunikasi

Keluarga (Orientasi Konsep dan Sosial), Parental Yielding, dan Perilaku Pembelian


(7)

DAFTAR TABEL

Halaman

BAB III Tabel 3.1 Skala Compulsive Buying (Skala Modifikasi) ... 25

Tabel 3.2 KMO and Bartlett’s Test Awal ... 26

Tabel 3.3 Anti-image Matrices Awal ... 27

Tabel 3.4 Rotated Component Matrixa Awal ... 28

Tabel 3.5 KMO and Bartlett’s Test Akhir ... 30

Tabel 3.6 Anti-image Matrices Akhir ... 31

Tabel 3.7 Rotated Component Matrixa Akhir ... 32

Tabel 3.8 Hasil Pengujian Reliabilitas ... 34

BAB IV Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 36

Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 37

Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Uang Saku Per Bulan ... 38

Tabel 4.4 Model Summary ... 39

Tabel 4.5 ANOVAb………39


(8)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 KUESIONER

LAMPIRAN 2 KARAKTERISTIK RESPONDEN LAMPIRAN 3 UJI VALIDITAS & RELIABILITAS LAMPIRAN 4 UJI REGRESI


(9)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Berbelanja merupakan suatu aktivitas yang biasa dilakukan oleh setiap orang karena mengingat adanya suatu kebutuhan yang harus dipenuhi. Namun, di samping itu terdapat suatu perilaku konsumen yang selalu melakukan pembelian secara berulang-ulang akan suatu produk yang sebenarnya tidak mereka perlukan, hal ini dikarenakan konsumen tersebut merasa bahwa dengan berbelanja mereka dapat melupakan semua peristiwa yang tidak menyenangkan, perilaku inilah yang disebut sebagai perilaku pembelian yang kompulsif (compulsive buying). Menurut hasil studi di Amerika, perilaku pembelian kompulsif (compulsive buying) pertama kali ditemukan tahun 1915, yang sampai saat ini perilaku pembelian yang kompulsif terus berkembang dalam masyarakat. Perilaku pembelian kompulsif merupakan perilaku yang dilakukan secara berulang-ulang sebagai suatu akibat dari peristiwa yang tidak menyenangkan (Faber dan O’Guinn 1989). Perilaku pembelian yang kompulsif memberikan dampak negatif bagi para penderitanya, meskipun adanya dampak positif dari perilaku pembelian yang kompulsif namun hanya bersifat sementara, karena dampak positif tersebut merupakan suatu kepuasan seseorang yang bukan pada suatu produk yang didapatnya namun kepuasan dari hasratnya yaitu dari proses


(10)

suatu pembelian yang dilakukan. Dampak negatif dari perilaku pembelian yang kompulsif antara lain kebangkrutan, hutang yang menumpuk, dan keretakan rumah tangga (Gwin et al., 2005; Benson, 2000; Dittmar, 2004 dalam Dittmar 2005). O’Guinn dan Faber (1989) mengungkapkan bahwa yang menjadi motivasi utama terjadinya pembelian kompulsif adalah pencarian terhadap manfaat psikologis dari proses pembelian tersebut, bukan pada produk yang dibeli.

Perilaku pembelian yang kompulsif cenderung dimotivasi dari adanya dorongan hati yang begitu kuat untuk selalu melakukan pembelian dari dalam diri seseorang (misalnya kegelisahan), dan dengan berbelanja atau menghambur-hamburkan uang merupakan “pelarian” yang dianggap mampu membuat seseorang keluar dari masalahnya.

Faktor keluarga memegang peranan yang sangat penting dalam pembentukan perilaku pembelian yang kompulsif, yaitu dengan pola komunikasi keluarga (berorientasi konsep dan sosial), parental yielding, dan perilaku pembelian orangtua dapat memengaruhi timbulnya perilaku pembelian yang kompulsif. Sejumlah penelitian dilakukan di Amerika Serikat dengan didasarkan pada asumsi bahwa metode ataupun pendekatan orangtua dalam membesarkan anak dapat membentuk sikap dan perilaku yang kompulsif (Rindlefleich et al., 1997; Roberts et al., 2003). Pertama, Pola komunikasi keluarga berorientasi konsep di mana orangtua tipe ini sangat menghargai pendapat anak-anak mereka dan mendorong anak-anak mereka untuk memperhatikan berbagai alternatif yang ada sebelum membuat suatu keputusan. Pola komunikasi keluarga berorientasi sosial, orangtua cenderung


(11)

mendorong anak untuk dapat menghargai pendapat orang lain sehingga kepuasan dari pembelian yang dilakukan oleh anak didasarkan pada persepsi orang lain. Kedua, parental yielding, orangtua tipe ini memberikan kebebasan pada anaknya dan selalu memberikan apapun yang menjadi permintaan anak untuk mengganti waktu yang hilang bersama anak karena kesibukannya, atau mengganti rasa ketidaknyamanan, rasa diabaikan pada anak akibat adanya kekacauan dalam keluarga. Ketiga, perilaku pembelian orangtua, orangtua tipe ini seringkali menggunakan uang atau hadiah lainnya sebagai indikasi penghargaan akan sesuatu sebagai ganti rasa sayang dari orangtua pada anak.

Berdasarkan uraian di atas, salah satu faktor yang memengaruhi timbulnya perilaku pembelian yang kompulsif (compulsive buying) dalam diri seseorang adalah faktor dari keluarga. Maka, peneliti tertarik untuk meneliti Pengaruh Faktor Keluarga pada Perilaku Pembelian Yang Kompulsif.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka peneliti membuat rumusan masalah sebagai berikut: “Apakah pola komunikasi keluarga (berorientasi konsep dan social), parental yielding, dan perilaku pembelian orangtua berpengaruh pada perilaku pembelian yang kompulsif?”


(12)

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh pola komunikasi keluarga (berorientasi konsep dan sosial), parental yielding, dan perilaku pembelian orangtua berpengaruh pada perilaku pembelian yang kompulsif.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat khususnya bagi penulis sendiri, dan untuk umum, yaitu:

1. Memberikan kontribusi yang positif dengan memberikan informasi berupa bukti empiris bagi kalangan akademisi maupun praktisi mengenai pengaruh pola komunikasi keluarga, parental yielding, dan perilaku pembelian orang tua pada perilaku pembelian yang kompulsif.

2. Memberikan perhatian bagi perusahaan bahwa dengan adanya perilaku pembelian yang kompulsif (compulsive buying) untuk tidak memanfaatkan kondisi tersebut dan tetap memperhatikan etika dalam pemasaran.


(13)

1.5. Lingkup Penelitian

Penelitian ini berfokus pada pengaruh pola komunikasi keluarga (berorientasi konsep dan sosial),parental yielding,dan perilaku pembelian orang tua pada perilaku pembelian yang kompulsif.

Sebagai responden penelitian ini adalah mahasiswa S1 Universitas Kristen Maranatha Bandung dikarenakan adanya akses untuk mendapatkan informasi dari responden.


(14)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan pemahaman peran keluarga pada perilaku pembelian yang kompulsif dengan cara menguji pola komunikasi keluarga (orientasi konsep dan sosial), parental yielding, dan perilaku pembelian orangtua pada perilaku pembelian yang kompulsif. Perilaku kompulsif menjadi topik bahasan yang menarik baik saat ini maupun beberapa tahun yang lalu. perilaku yang kompulsif ataushopaholic telah direalisasikan ke dalam bentuk film maupun majalah yang membahas bagaimana perilaku wanita dan pria dalam berbelanja.

Kita sadari bahwa kita berada di dalam lingkungan masyarakat yang hidup berdasarkan kekayaan mereka, masyarakat yang suka membelanjakan uang mereka untuk menunjukkan seberapa kekayaan yang mereka miliki atau untuk meningkatkan rasa percaya diri mereka, kegiatan berbelanja mereka memang biasa mereka lakukan untuk membuang stress mereka sehingga pada akhirnya mereka melampiaskan rasa ketidakpuasan atau ketidaksenangan mereka atas suatu kondisi tertentu dengan pergi berbelanja. Bagaimana dengan masyarakat yang tidak memiliki uang yang cukup untuk memenuhi kebutuhannya? Terkadang mereka memaksakan diri menghutang untuk berbelanja yang dianggap sebagai suatu perilaku untuk memuaskan diri mereka


(15)

sendiri dan menganggapnya sebagai hobi. Mereka tidak akan berhenti berbelanja manganggap bahwa dengan berbelanja mereka menemukan kenikmatan untuk diri mereka sendiri.

Berdasarkan pada hasil analisis yang diperoleh bahwa peran keluarga dalam membentuk perilaku pembelian yang kompulsif tidaklah secara signifikan didukung. Hal ini didasarkan pada nilai R Square (R²) yang kecil. Akan tetapi, hasil penelitian ini mendukung temuan pada penelitian Gwin et al. (2004). Gwin et al (2004) menemukan bahwa keluarga memegang peranan penting, dalam hal ini orangtua dalam pembentukkan karakter anak. Adanya ketidakpastian dan masalah dalam keluarga dapat memepengaruhi perkembangan anak, yang nantinya dapat merakibat anak memiliki sifat yang negatif. Penelitian terdahulu mengindikasikan bahwa lingkungan keluarga dimana seseorang dibesarkan dapat mengarah pada perilaku pembelian yang kompulsif sebagai salah satu cara untuk mendapatkan kepuasan (Gwin et al., 2004).

5.2. Pola komunikasi Keluarga

Pengujian terhadap pola komunikasi keluarga berorientasi pada konsep konsisten dengan penelitian sebelumnya oleh Gwin et al. (2004), yang menyatakan bahwa pola komunikasi keluarga berorientasi konsep tidak secara signifikan berpengaruh pada perilaku pembelian yang kompulsif atau memiliki arah pengaruh yang negatif. Hal ini berarti bahwa semakin meningkatnya pola komunikasi


(16)

kemungkinan terjadinya perilaku pembelian yang kompulsif pada anak. Pola komunikasi berorientasi sosial ditemukan memiliki pengaruh yang negatif yang mengarah pada perilaku pembelian yang kompulsif terhadap anak. Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Swin et al. (2004) bahwa pola komunikasi berorientasi sosial memiliki pengaruh terhadap perilaku pembelian yang kompulsif.

5.3. Parental Yielding

Parental yielding di dalam penelitian ini menunjukkan tidak memiliki pengaruh yang positif pada perilaku pembelian yang kompulsif.

5.4. Perilaku Pembelian Orangtua

Perilaku pembelian orangtua (parental buying behavior) memiliki pengaruh positif pada perilaku pembelian yang kompulsif. Gwin et al. (2004) menyatakan bahwa para pembelian yang dilakukan orangtua mereka sebagai faktor yang signifikan dalam pembentukan perilaku pembelian yang kompulsif dalam diri mereka. Elliot (1994), seperti dikutip dalam Gwin et al. (2004), menyatakan bahwa perilaku adiktif merupakan perilaku yang dihasilkan dari adanya adaptasi dan pembelajaran.


(17)

5.6. Implikasi Penelitian

Penderita gangguan obsesif kompulsif dapat ditandai dengan kebiasaan melakukan sesuatu secara berulang. Pikiran yang berulang akan sulit ditepis, inilah yang disebut obsesi. Bila pikiran yang berulang diwujudkan dalam bentuk tindakan yang sebenarnya tidak perlu, inilah yang disebut dengan kompulsif (www.kompas.com). Pada perusahaan, perilaku pembelian yang kompulsif merupakan tema penelitian yang penting untuk mendalami perilaku pembelian konsumen. Penelitian ini memberikan implikasi bagi akademisi dan praktisi.

5.6.1. Bagi Akademisi

Penelitian ini menyajikan fakta bahwa perilaku pembelian yang kompulsif merupakan masalah yang tidak terjadi hanya di negara maju saja namun terjadi di negara berkembang seperti Indonesia. Penelitian ini memberikan informasi kepada masyarakat mengenai pengaruh keluarga pada compulsive buying serta memberikan pemahaman bagi akademisi mengenai perilaku pembelian yang kompulsif.

Konsumen yang memiliki perilaku pembelian yang kompulsif dapat mencari informasi mengenai perilaku pembelian yang kompulsif dengan menggunakan salah satu media penyedia informasi, yaitu melalui internet. Konsumen dapat menemukan suatu solusi atau cara untuk mengatasi perilaku keranjingan dalam berbelanja, banyak site yang menawarkan bantuan untuk


(18)

konsumen untuk mengubah penyakit kecanduan belanja yang disebabkan pola berbelanja yang menyimpang dengan cara medis dan melalui terapi oleh para profesional.

5.6.2. Bagi Pemasar

Bagi pemasar, hasil penelitian ini dapat melengkapi informasi yang ada terkait dengan perilaku pembelian yang kompulsif. Penelitian ini dapat membantu pemasar untuk memasarkan produknya secara spesifik pada konsumen yang memiliki perilaku kompulsif. Produk-produk fashion dapat menjadi andalan bagi para pemasar untuk menarik konsumen yang kompulsif, namun perlu diperhatikan perilaku ini bukanlah perilaku yang positif sehingga pemasar perlu memperhatikan kondisi psikologis dari para konsumen dalam memasarkan produknya.

Begitu banyaknya tekanan yang dialami setiap orang baik di karenakan tekanan dalam pekerjaan, masalah dalam keluarga, banyaknya persaingan kerja menimbulkan rasa kekhawatiran yang mengakibatkan bahwa dengan berbelanja dipandang konsumen sebagai cara yang ampuh dalam merefleksikan diri, dan biasanya diwujudkan denga malalui aktivitas berbelanja secara berlebihan.

Menurut Dittmar (2005), kasus perilaku pembelian yang kompulsif banyak ditemukan pada produk-produk fashion. Menurut Gwin et al. (2004) menyatakan bahwa dari sisi sosiologikal, perilaku pembelian yang kompulsif dapat muncul dari media televisi, yang salah satunya adalah iklan. Sehingga


(19)

mengakibatkan konsumen terus-menerus malakukan pembelian secara kompulsif (Dittmar, 2005). Pemasar diharapkan tidak hanya memasarkan produk berdasarkan nilai ekstrinsik saja seperti nilai-nilai seperti materialisme, gengsi, kekayaan dan sebagainya, namun pemasar diharapkan memasarkan produk yang memiliki nilai intrinsik, yang menawarkan nilai-nilai yang berguna bagi konsumen.

5.6.3. Bagi Konsumen

Bagi konsumen, hasil penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai perilaku pembelian yang kompulsif. Konsumen diharapkan dapat lebih bijaksana dalam memilih produk yang akan mereka konsumsi, dengan labih memperhatikan pada fungsi produk tersebut, dan diharapkan konsumen dapat lebih berhati-hati dengan penawaran-penawaran promosi yang cenderung lebih menawarkan nilai-nilai materialisme.

Berbelanja merupakan aktivitas yang wajar untuk dilakukan jika memang konsumen sudah menganggarkan dana untuk hal tersebut, jika hobi berbelanja, ini merupakan hal yang dapat menimbulkan masalah jika dilakukan secara tidak terkendali. Biasanya orang yang berperilaku kompulsif atai shopaholic akan merasakan kenikamatan dalam berbelanja, mereka akan berbelanja secara gila-gilaan tanpa memperhatikan fungsi dari produk yang mereka beli, terutama pada saat ia sedang tertekan secara emosional.


(20)

anak yang memiliki perilaku pembelian kompulsif akan menyembunyikan barang yang mereka beli dari keluarganya dengan alasan takut dimarahi orangtuanya karena terlalu sering berbelanja, dan berbohong mengenai berapa uang yang telah mereka habiskan untuk berbelanja.

Bila penyimpangan ini tidak segera ditangani, dapat menyebabkan depresi gangguan psikis lainnya. Dengan kesabaran serta bantuan dari orang-orang terdekat dan pihak profesional, seorang-orangcompulsive buyer dapat kembali mengendalikan hidupnya setelah diketahui penyebab kebiasaan belanja yang sulit diatasi ini. Dalam hal ini, peneliti memberikan sejumlah masukan yang dapat diterapkan oleh paracompulsive buyer sebagai upaya untuk mengurangi kemungkinan terjadinya pembelian yang kompulsif, yakni:

1. Membuat daftar belanja sebelum pergi ke pusat-pusat perbelanjaan. Belilah barang-barang yang sudah tertera dalam daftar belanja tersebut.

2. Menghindari rekreasi belanja. Hampir semua mal menyediakan arena bermain, toko-toko fashion, tempat makan dan supermarket untuk berbelanja kebutuhan rumah tangga. Ada hal yang tidak terduga yang dapat terjadi jika konsumen berrekreasi sambil belanja bersama keluarga, misalnya anak menangis ingin mainan. Dengan demikian, daftar belanja yang telah dibuat sebelumnya mungkin tidak akan dipatuhi, misalnya membeli barang yang tidak tercantum dalam daftar belanjaan.


(21)

3. Membedakan kebutuhan dan keinginan. Konsumen harus mulai belajar membedakan kebutuhan untuk berpakaian dan keinginan untuk memakai pakaian model terbaru dari perancang terkenal.

4. Mengontrol diri dalam berbelanja, sebaiknya jangan pergi berbelanja sendirian tapi disertai teman atau orang terdekat untuk mengontrol berbelanja secara berlebihan.

5.5. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan penelitian, antara lain sebagai berikut:

1. Penelitian ini hanya menggunakan responden yangmerupakan mahasiswa S1 Universitas Kristen Maranatha.

2. Penelitian ini tidak memperhitungkan penjelasan tentang tidak signifikannya pengaruh keluarga pada compulsive buying. Didasarkan pada asumsi dari peneliti bahwa sebagian besar responden tidak tinggal bersama keluarga, sehingga asumsi tersebut merupakan keterbatasan dalam penelitian.

5.6. Saran

Saran untuk penelitian mendatang:

1. Sebaiknya responden lebih bervariasi sehingga variabel penelitian dapat dijelaskan lebih baik lagi.


(22)

bersama orangtua atau tidak, karena faktor yang mempengaruhi adalah keluarga.


(23)

(24)

DAFTAR PUSTAKA

Black, D.W.; S Repertinger; G.R. Gaffney; and J. Gabel (1998), “Family History and Psychiatric Comorbidity in Person With Compulsive Buying, “ American Journal of Psychiatry, 155, 960-963.

Caruanan, Albert and Rosella Vassallo (2003), “Children’s perception of their influences over purchases: the role of parental communication patterns,” Journal of Consumer Marketing, vol.20, No.1, 55-66.

Delaney R., Kristen (2005), “effects of Parental Styles on Peer Socialization in College Students,” Initial Forays into Psychological Science John Brown University, Vol.1, 9-13.

Dittmar, Helga (2005), “Compulsive Buying— A Growing Concern? An Examination of Gender, Age, and Endorsement Of Materialistic Values As Predictors, “British Journal of Psyhology, 96, 467-491.

Dotson, Michael F. and Eva M. Hyatt (2005), “Major Influences Factors in Children Consumer Socialization,” Journal of Comsumer Marketing, Vol.22, No.1, 35-42.

D’ Astous, Alain (1990), “An Inquiry Into The Compulsive Side of ‘Normal’ Consumers.”Journal of Consumer Policy, 13, 15-31.

Elliot, R. (1994), “Compulsive Consumption: Function and Fragmentation in Postmodernity,”Journal of Consumer Policy, 17, 159-179.

Kotler, Philip (2000),Marketing Management, the millennium edition, New Jersey: Prentice Hall International, Inc.

Faber, Ronald J.; and Thomas C. O’Guinn (1989), “Compulsive Buying: A Phenomenological Exploration,” journal of Consumer Research, 16 (September), 147-157.

Faber, Ronald J.; and Thomas C. O’Guinn (1992), “A Clinical Screener for Compulsive Buying, “Journal of Consumer Research, December, 459-469. Gwin, Carol F.; James A. Roberts; and Carlos R. Martinez (2004), “Does Family

Matter? Family Influences On Compulsive Buying In Mexico, “Marketing Management Journal, Spring, 45-62.


(25)

Gwin, Carol F.; James A. Roberts; and Carlos R. Martinez (2005), “Nature Vs Nurture: The Role Of Family In Compulsive Buying, “Marketing Management Journal, Spring, 95-107.

Moschis, George P (1985), “The Role of Family Communication in Consumer Socialization of Children and Adolescents,” Journal of Consumer Research, Vol.11 (March), 898-913.

Mutia, Winza R (2008), “ Pengaruh Pola Komunikasi Keluarga, Parental Buying, dan Perilaku Pembelian Orangtua pada Perilaku Pembelian yang Kompulsif.” Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Tidak dipublikasikan.

Rindfleisch, Aric; James E. Burroughs; and Frank Denton (1997), “Family Structure, Materialism, and Compulsive Consumption, “Journal of Consumer Research, 23 (March), 312-325.

Roberts, James A. (1998), “Compulsive Buying Among College Students: An Investigation of Its Antecedents, Consequences, and Implications For Public Policy,”The Journal of Consumer Affairs, 32:2, 295-319.

Roberts, James A. and Chris manolis (2000), “Baby Boomers and Busters:an Exploratory Investigation of Attitudes Toward Marketing, Advertising and Consumerism,”Journal of Consumer Marketing, vol.17, No.6, 481-499. Schehorn, G; L.A, Reisch; and L.A. Raab (1990), “Addictive Buying in West

Germany: An Empirical Study,”Journal of Consumer Policy, 13, 355-387. Sekaran, Uma (2000), Research Methods For Business, 3rd ed, New York: John

Wiley & Sons. Inc.

Solomon, M.R. (2002),Consumer Behavior, Eaglewood Cliffs, NJ., Prentice-hall.

www.kompas.com www.google.com


(1)

anak yang memiliki perilaku pembelian kompulsif akan menyembunyikan barang yang mereka beli dari keluarganya dengan alasan takut dimarahi orangtuanya karena terlalu sering berbelanja, dan berbohong mengenai berapa uang yang telah mereka habiskan untuk berbelanja.

Bila penyimpangan ini tidak segera ditangani, dapat menyebabkan depresi gangguan psikis lainnya. Dengan kesabaran serta bantuan dari orang-orang terdekat dan pihak profesional, seorang-orangcompulsive buyer dapat kembali mengendalikan hidupnya setelah diketahui penyebab kebiasaan belanja yang sulit diatasi ini. Dalam hal ini, peneliti memberikan sejumlah masukan yang dapat diterapkan oleh paracompulsive buyer sebagai upaya untuk mengurangi kemungkinan terjadinya pembelian yang kompulsif, yakni:

1. Membuat daftar belanja sebelum pergi ke pusat-pusat perbelanjaan. Belilah barang-barang yang sudah tertera dalam daftar belanja tersebut.

2. Menghindari rekreasi belanja. Hampir semua mal menyediakan arena bermain, toko-toko fashion, tempat makan dan supermarket untuk berbelanja kebutuhan rumah tangga. Ada hal yang tidak terduga yang dapat terjadi jika konsumen berrekreasi sambil belanja bersama keluarga, misalnya anak menangis ingin mainan. Dengan demikian, daftar belanja yang telah dibuat sebelumnya mungkin tidak akan dipatuhi, misalnya membeli barang yang tidak tercantum dalam daftar belanjaan.


(2)

3. Membedakan kebutuhan dan keinginan. Konsumen harus mulai belajar membedakan kebutuhan untuk berpakaian dan keinginan untuk memakai pakaian model terbaru dari perancang terkenal.

4. Mengontrol diri dalam berbelanja, sebaiknya jangan pergi berbelanja sendirian tapi disertai teman atau orang terdekat untuk mengontrol berbelanja secara berlebihan.

5.5. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan penelitian, antara lain sebagai berikut:

1. Penelitian ini hanya menggunakan responden yangmerupakan mahasiswa S1 Universitas Kristen Maranatha.

2. Penelitian ini tidak memperhitungkan penjelasan tentang tidak signifikannya pengaruh keluarga pada compulsive buying. Didasarkan pada asumsi dari peneliti bahwa sebagian besar responden tidak tinggal bersama keluarga, sehingga asumsi tersebut merupakan keterbatasan dalam penelitian.

5.6. Saran

Saran untuk penelitian mendatang:

1. Sebaiknya responden lebih bervariasi sehingga variabel penelitian dapat dijelaskan lebih baik lagi.


(3)

bersama orangtua atau tidak, karena faktor yang mempengaruhi adalah keluarga.


(4)

(5)

DAFTAR PUSTAKA

Black, D.W.; S Repertinger; G.R. Gaffney; and J. Gabel (1998), “Family History and Psychiatric Comorbidity in Person With Compulsive Buying, “ American Journal of Psychiatry, 155, 960-963.

Caruanan, Albert and Rosella Vassallo (2003), “Children’s perception of their influences over purchases: the role of parental communication patterns,”

Journal of Consumer Marketing, vol.20, No.1, 55-66.

Delaney R., Kristen (2005), “effects of Parental Styles on Peer Socialization in College Students,” Initial Forays into Psychological Science John Brown University, Vol.1, 9-13.

Dittmar, Helga (2005), “Compulsive Buying— A Growing Concern? An Examination of Gender, Age, and Endorsement Of Materialistic Values As Predictors, “British Journal of Psyhology, 96, 467-491.

Dotson, Michael F. and Eva M. Hyatt (2005), “Major Influences Factors in Children Consumer Socialization,” Journal of Comsumer Marketing, Vol.22, No.1, 35-42.

D’ Astous, Alain (1990), “An Inquiry Into The Compulsive Side of ‘Normal’ Consumers.”Journal of Consumer Policy, 13, 15-31.

Elliot, R. (1994), “Compulsive Consumption: Function and Fragmentation in Postmodernity,”Journal of Consumer Policy, 17, 159-179.

Kotler, Philip (2000),Marketing Management, the millennium edition, New Jersey: Prentice Hall International, Inc.

Faber, Ronald J.; and Thomas C. O’Guinn (1989), “Compulsive Buying: A Phenomenological Exploration,” journal of Consumer Research, 16 (September), 147-157.

Faber, Ronald J.; and Thomas C. O’Guinn (1992), “A Clinical Screener for Compulsive Buying, “Journal of Consumer Research, December, 459-469. Gwin, Carol F.; James A. Roberts; and Carlos R. Martinez (2004), “Does Family

Matter? Family Influences On Compulsive Buying In Mexico, “Marketing Management Journal, Spring, 45-62.


(6)

Gwin, Carol F.; James A. Roberts; and Carlos R. Martinez (2005), “Nature Vs Nurture: The Role Of Family In Compulsive Buying, “Marketing Management Journal, Spring, 95-107.

Moschis, George P (1985), “The Role of Family Communication in Consumer Socialization of Children and Adolescents,” Journal of Consumer Research, Vol.11 (March), 898-913.

Mutia, Winza R (2008), “ Pengaruh Pola Komunikasi Keluarga, Parental Buying, dan Perilaku Pembelian Orangtua pada Perilaku Pembelian yang Kompulsif.” Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Tidak dipublikasikan.

Rindfleisch, Aric; James E. Burroughs; and Frank Denton (1997), “Family Structure, Materialism, and Compulsive Consumption, “Journal of Consumer Research, 23 (March), 312-325.

Roberts, James A. (1998), “Compulsive Buying Among College Students: An Investigation of Its Antecedents, Consequences, and Implications For Public Policy,”The Journal of Consumer Affairs, 32:2, 295-319.

Roberts, James A. and Chris manolis (2000), “Baby Boomers and Busters:an Exploratory Investigation of Attitudes Toward Marketing, Advertising and Consumerism,”Journal of Consumer Marketing, vol.17, No.6, 481-499. Schehorn, G; L.A, Reisch; and L.A. Raab (1990), “Addictive Buying in West

Germany: An Empirical Study,”Journal of Consumer Policy, 13, 355-387. Sekaran, Uma (2000), Research Methods For Business, 3rd ed, New York: John

Wiley & Sons. Inc.

Solomon, M.R. (2002),Consumer Behavior, Eaglewood Cliffs, NJ., Prentice-hall.

www.kompas.com www.google.com