Kontaminasi Timbal Pada Tiga Transek Lahan Pertanian Di Kawasan Urban-Industri Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat
KONTAMINASI TIMBAL PADA TIGA TRANSEK LAHAN
PERTANIAN DI KAWASAN URBAN-INDUSTRI CILEUNGSI,
KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT
WIRA ANGGARDA UTAMA
DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kontaminasi Timbal
pada Tiga Transek Lahan Pertanian di Kawasan Urban-Industri Cileungsi,
Kabupaten Bogor, Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2014
Wira Anggarda Utama
NIM A14100089
RINGKASAN
WIRA ANGGARDA UTAMA. Kontaminasi Timbal pada Tiga Transek Lahan
Pertanian di Kawasan Urban-Industri Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Dibimbing oleh UNTUNG SUDADI dan SYAIFUL ANWAR.
Hingga akhir tahun 2012, di kawasan urban-industri Cileungsi, Kabupaten
Bogor, Jawa Barat telah beroperasi 670 industri sedang sampai besar yang
mempekerjakan 187,096 pekerja. Selain industri, 14,569 ha (57.16%) dan 6,369
ha (24.92%) dari total area kawasan ini (25,560 ha) merupakan area permukiman
dan pertanian. Oleh karena itu, lahan pertanian di kawasan ini rentan terhadap
kontaminasi limbah industri dan domestik. Salah satu limbah tersebut adalah
logam berat Timbal (Pb). Penelitian eksplorasi ini bertujuan untuk mengukur
kadar total dan nilai indeks kontaminasi/pencemaran Pb pada lahan pertanian di
kawasan urban-industri Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat pada posisi
transek bagian hulu, tengah dan hilir.
Contoh tanah komposit diambil pada kedalaman 0-10, 10-20 dan 20-30 cm
pada musim hujan November 2013 di 15 titik dengan masing-masing lima titik di
transek A-hulu, B-tengah dan C-hilir. Analisis tanah dilakukan terhadap kadar
total-Pb (Aqua Regia, HClp:HNO3p=3:1, PbAR), pH (H2O 1:1), C-organik
(Walkley & Black) dan tekstur (Pipet). Tingkat kontaminasi/pencemaran Pb
ditetapkan berdasarkan nilai indeks c/p menggunakan prosedur Lacatusu(1998).
Kontaminasi (c/p1) merujuk pada kisaran kadar Pb tanah yang telah mengakibatkan dampak
negatif terhadap komponen lingkungan.
Rataan kadar PbAR (mg/kg) pada musim hujan 2013 di transek C-hilir
(28.52) > B-tengah (25.36) > A-hulu (25.18), namun rataan nilai indeks c/p Pb
pada transek B-tengah (0.34) > A-hulu (0.31) > C-hilir (0.25). Indeks c/p Pb
terendah (0.13, kontaminasi ringan) pada titik B1, sedangkan yang tertinggi (0.76,
kontaminasi sangat berat) pada titik B4. Berdasarkan analisis regresi linier antara
kadar PbAR dengan pH, kadar bahan organik atau kadar klei, kadar PbAR di lokasi
penelitian hanya berkorelasi sangat nyata positif dengan kadar bahan organik
(%BO) dengan nilai p=0.002 menurut persamaan PbAR = 12.1989 + 5.2838*%BO
(n=45). Pada transek A-hulu, PbAR berkorelasi sangat nyata positif dengan bahan
organik (p=0.00005) dan nyata negatif dengan klei (p= 0.0376). Pada transek Btengah, PbAR berkorelasi nyata positif dengan pH (p=0.0137) dan sangat nyata
positif dengan %BO (p=0.0050) dan negatif dengan %Klei (p=0.0002). Pada
transek C-hilir, ketiga faktor tidak berkorelasi dengan PbAR (p>0.05). Kadar PbAR
dan indeks c/p Pb pada musim hujan 2013 lebih rendah daripada musim hujan
tahun 2006.
Kata kunci: indeks c/p, kontaminasi, Pb, transek
SUMMARY
WIRA ANGGARDA UTAMA. Lead Contamination in Three Transects of
Agricultural Land in Cileungsi Urban-industrial Area, Bogor District, West Java.
Supervised by UNTUNG SUDADI and SYAIFUL ANWAR.
Until the end of year 2012, there have been operated in Cileungsi urbanindustrial area, Bogor District, West Java 670 medium-big industries which are
employing 187,096 employees. Beside industries, 14,569 ha (57.16%) and 6,369
ha (24.92%) of the total area (25,560 ha) is occupied by urban and agriculture
areas. Therefore, agriculture lands in this area are susceptible to contamination of
industrialand domestic wastes. One of these wastes is heavy metal lead (Pb). This
exploration research was aimed at to determine total concentration of and
contamination/pollution index values of Pb in agricultural lands in Cileungsi
urban-industrial area, BogorDistrict, West Java at three transects, i.e. upstream,
middle stream, and downstream positions.
Composite soil samples were taken from 0-10, 10-20, and 20-30 cm
depths in rainy season of November 2013 at 15 points with each five points at Aupstream, B-middle stream, and C-downstream transects. Soil analyses were done
on total-Pb concentration (Aqua Regia, HClp:HNO3p=3:1, PbAR), pH (H2O 1:1),
organic-C (Walkley & Black) and texture (Pipet). Contamination/pollution level
of Pb was determined based on c/p index values by using Lacatusu (1998)
procedure. Contamination (c/p1)
refers to soil Pb concentration range that has caused negative impacts on
environmental components.
Average PbAR concentration (mg/kg) in rainy season 2013 at transect Cdownstream (28.52) > B-middle stream (25.36) > A-upstream (25.18), but average
c/p index value of Pb at transect B-middle stream (0.34) > A-upstream (0.31) > Cdownstream (0.25). The lowest c/p index of Pb (0.13, light contamination) was at
B1 point, while the highest (0.76, very heavy contamination) was at B4 point.
Based on results of regression analyses between PbAR and pH, organic matter and
clay content, PbAR in the research location was only positively and very
significantly correlated with organic matter content (%OM) with value of p=0.002
according to equation PbAR = 12.1989 + 5.2838*%OM (n=45). At A-upstream
transect, PbAR was positively and very significantly correlated with organic matter
content (p=0.00005) and negatively and significantly correlated with clay content
(p= 0.0376). At B-middle streamtransect, PbAR was positively and significantly
correlated with pH (p=0.0137) and positively and very significantly correlated
with %OM (p=0.0050) and negatively and very significantly correlated
with %Clay (p=0.0002). At C-downstream transect, all the three factors were not
correlated with PbAR (p>0.05). Concentration of PbAR and c/p index value of Pb at
rainy season 2013 was lower than those of 2006.
Key words: c/p index, contamination, Pb, transect.
KONTAMINASI TIMBAL PADA TIGA TRANSEK LAHAN
PERTANIAN DI KAWASAN URBAN-INDUSTRI CILEUNGSI,
KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT
WIRA ANGGARDA UTAMA
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan
DEPARTEMENILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Sktipsi: Kontaminasi Timbal p ada Tiga Transek Lahan Petianian di
Kawasan Urban-Industri Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat
Nama
: Wira Anggarda Utama
NIM
: A14100089
Disetujui oleh
: .
/
Dr Ir Untung Sudadi, MSc
Pembimbing I
Tanggal Lulus:
Drir
(/-
��
u
Pembimbing II
MSc
PRAKATA
Bismillaahirrahmanirrahim, segala puji bagi Allah Tuhan Pemilik Alam
Semesta, yang berkat segala kehendak-Nya segala sesuatu terjadi, yang berkat
keridhaan-Nya segala hakikat kehidupan ada. Berkat rahmat dan kasih sayangNya penulis dapat menyelesaikan segala urusan duniawi. Shalawat dan salam
semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan
sahabatnya, pemimpin, figur dan pemberi peringatan terakhir bagi umat akhir
jaman. Pada kesempatan yang berkah ini, dengan segala kerendahan hati penulis
ingin mengucapkan terima kasih yang tulus kepada:
1. Bapak dan Ibu tercinta, serta adik-adikku, yang telah memberi do’a,
dukungan dan semangat yang tulus dan suci. Serta belaian kasih sayang
yang mewarnai kehidupan penulis dengan warna yang indah dan baik.
2. Bapak Dr Ir Untung Sudadi, MSc sebagai dosen pembimbing 1, yang
telah dengan ikhlas, bijaksana dan tabah meluruskan dan memberi
tuntunan dan pencerahan yang baik bagi penulis, untuk menjalani
kehidupan yang benar.
3. Bapak Dr Ir Syaiful Anwar, MSc sebagai dosen pembimbing 2, yang
telah bersedia secara ikhlas memandu serta mengarahkan dalam proses
penulisan skripsi ini, serta membentuk jiwa yang kuat bagi penulis.
4. Bapak Dr Ir Arief Hartono, MSc yang bersedia menjadi dosen penguji,
sehingga skripsi ini dapat menjadi lebih baik.
5. Angela Purnamasari beserta keluarga, yang telah memberi makna pada
kehidupan penulis.
6. Seluruh staf Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah dan
Laboratorium Pengembangan Sumberdaya Fisik Lahan, Pak Koyo, Mas
Syaid, Mbak Upi, Bu Yani serta pihak lain yang tidak sempat disebutkan
namanya, terima kasih atas dukungan, bantuan, arahan serta
kesempatannya.
7. Bapak Camat kecamatan Citeureup, Gunung Putri, Kelapa Nunggal dan
Cileungsi dan stafnya, serta staf Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik
yang tidak sempat disebutkan namanya, terima kasih atas kesediaan dan
keikhlasannya dalam memberikan data, sehingga membantu penulis
dalam menyelesaikan skripsi.
8. Teman satu tim, “USD Team”, Bang Alfin, Nunik, Ishlacul, Dinda dan
Ayu yang telah menemani perjuangan keras dan hebat, yang telah
berkontribusi sangat besar dalam penyelesaian penelitian ini. Terima
kasih atas dukungan, semangat, pencerahan, laptop serta doanya.
9. Para “Spartan” Soiler 47, yang telah mengukir kepribadian penulis
dengan persahabatan dan cinta, sehingga menjadi jiwa yang kuat dan
tangguh.
10. Abang dan kakak Soiler senior, yang telah membuat kagum dan
memberi motivasi yang kuat, serta memberi pandangan yang cerah pada
kehidupan penulis.
Penulis berharap skripsi ini mampu memberikan manfaat kepada seluruh
pihak yang mebutuhkan. Serta memberi pencerahan bagi pihak-pihak yang sedang
menimba ilmu. Semoga pihak-pihak lain yang belum sempat disebut namanya
maupun yang sudah, selalu dalam lindungan Tuhan Yang Maha Esa.
Bogor, Juli 2014
Wira Anggarda Utama
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
1
1. Latar Belakang
1
2. Tujuan
4
METODE PENELITIAN
4
3. Tempat dan Waktu
4
4. Bahan dan Alat
5
5. Metode Penelitian
5
Pengamatan lapang dan pengambilan contoh tanah
5
Analisis Tanah
5
Penentuan Tingkat Kontaminasi/Pencemaran Pb dalam Tanah
5
HASIL DAN PEMBAHASAN
7
6. Kadar PbAR dan indeks c/p Pb berdasarkan posisi transek
pada musim hujan 2006 dan 2013
7. Kadar PbAR di tiga transek berdasarkan kedalaman
8. Hubungan PbAR dengan pH, kadarbahan organik dan klei
KESIMPULAN DAN SARAN
7
9
10
12
9. Kesimpulan
12
10. Saran
12
DAFTAR PUSTAKA
12
LAMPIRAN
14
RIWAYAT HIDUP
18
0
DAFTAR TABEL
1. Nilai Interpretasi Kadar Logam Berat dalam Tanah
2. Kriteria Status Nilai Indeks c/p
3. Persamaan Regresi Hubungan PbAR dengan pH, %BO
dan %Klei
4. Persamaan regresi PbAR dengan pH, %BO dan %Klei
pada tiap transek
6
6
10
11
DAFTAR GAMBAR
1. Peta lokasi titik contoh tanah.
2. Kadar PbAR di setiap titik pengamatan pada setiap transek dan
rataannya
3. Nilai indeks c/p Pb di setiap titik pengamatan pada setiap transek
dan rataannya.
4. Kadar PbAR berdasarkan kedalaman.
5. Nilai indeks c/p Pb berdasarkan kedalaman.
6. Hubungan PbAR dengan pH, %BO dan %Klei.
4
7
8
10
10
11
DAFTAR LAMPIRAN
1. Nilai pH, kadar liat, kadar bahan organik, kadar PbAR
dan indeks c/p Pb pada tiga transek di musim hujan
tahun 2013
2. Nilai pH, kadar liat, kadar bahan organik, kadar PbAR
dan indeks c/p Pb pada tiga transek di musim hujan
tahun 2006
14
16
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Manusia memanfaatkan berbagai potensi dari alam untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Pada proses pemanfaatan bahan-bahan alam itu,
manusia menghasilkan limbah yang beberapa di antaranya bersifat
menggangu kestabilan lingkungan. Salah satu zat limbah yang dapat
mengganggu kestabilan lingkungan tersebut adalah logam berat timbal
(plumbum, Pb).
Tidak semua logam berat dalam tanah berbahaya bagi makhluk
hidup. Dampak yang disebabkan oleh suatu logam berat ditentukan oleh
susunan atau bentuk fisiko-kimianya (Chaney dan Giordano 1977). Dalam
tanah, logam berat djumpai dalam bentuk: (1) ion sederhana yang larut
dalam larutan tanah, (2) ion yang mudah dipertukarkan, (3) ion terikat
lemah oleh bahan organik, (4) terjerat dalam struktur kristal mineral oksida,
karbonat atau fosfat dan mineral-mineral sekunder lain, atau (5) ion dalam
kisi-kisi kristal mineral silikat dan mineral primer (Cottenie dan Verloo
1984). Hanya tiga bentuk pertama yang dapat diserap oleh tanaman
sehingga bisa terkonsumsi oleh manusia melalui rantai makanan.
Tanah memiliki kemampuan untuk meretensi, mengadsorpsi atau
menjerap dan mengakumulasikan logam berat yang umumnya kation. Hal
ini dikarenakan adanya fraksi klei dan organik tanah yang memiliki muatan
negatif. Pada tanah-tanah terlapuk sedang sampai lanjut seperti di daerah
Cileungsi, Jawa Barat, muatan kleinya dominan negatif, sehingga mampu
mengikat kation logam berat seperti Pb yang bermuatan positif.
Kemampuan tanah untuk mengikat logam berat ditentukan oleh kadar klei,
kadar air, potensial redoks, pH, kadar bahan organik dan kapasitas tukar
kation (Bohn et al.1979).
Daerah Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat merupakan
kawasan urban-industri yang sedang berkembang pesat. Selain digunakan
sebagai tapak industri, 14,569 ha (57.16%) dan 6,369 ha (24.92%) dari total
area kawasan ini (25,560 ha) merupakan area permukiman dan lahan
pertanian. Sampai tahun 2012, sejumlah 670 industri, dari pabrik semen,
perakitan mobil hingga home industry masih beroperasi di kawasan tersebut
dan memperkerjakan 187,096 orang (Kecamatan Cileungsi Dalam Angka
2013). Berdasarkan Rencana Tata Ruang Kabupaten Bogor, kawasan
tersebut diperuntukkan bagi zona industri. Namun, sejumlah area yang
direncanakan sebagai green zone faktanya masih difungsikan sebagai lahan
pertanian produktif sehingga dijumpai lahan pertanian di sekitar area pabrik
dan industri besar. Aktivitas urban dan industri yang padat tentu
menghasilkan limbah padat, cair dan gas yang dapat merusak lingkungan
dan berpotensi tersebar ke areal di sekitarnya. Jika limbah tersebut masuk ke
rantai makanan, maka akan berdampak negatif terhadap kesehatan
masyarakat di daerah tersebut.
Logam berat yang berada di dalam tanah, baik pada tanah untuk
pertanian maupun tanah untuk pemukiman, dapat bersumber dari proses
2
aktivitas manusia (antropogenik) maupun dari bahan induk tanah tersebut
(geogenik) (Alloway 1995). Menurut Yong (2004), logam berat adalah
unsur yang memiliki nomor atom lebih dari 20, sedangkan menurut Lepp
(1981) logam berat adalah unsur-unsur logam yang memiliki kerapatan jenis
>6 g.cm-3. Beberapa contoh logam berat yang telah diketahui menjadi
ancaman bagi kesehatan manusia adalah Pb, Cd, Hg dan As (Jarup 2003).
Dampak buruk yang disebabkan oleh keberadaan logam berat dalam siklus
hidup manusia baru diketahui baru-baru ini, meski pemanfaatannya sudah
dilakukan sejak lama. Misalnya, logam Pb dulu merupakan campuran bahan
bakar minyak (BBM) sehingga dapat tersebar melalui asap kendaraan
bermotor maupun pabrik (Adriano 1986). Logam-logam berat tersebut
berpotensi terpapar oleh manusia melalui udara, makanan, air konsumsi
maupun tanah sehingga pada akhirnya masuk dan berproses dalam
metabolisme tubuh manusia melalui kontak kulit, sistem pernafasan dan
pencernaan. Kadar logam berat yang telalu banyak di dalam tubuh manusia
akan mempengaruhi metabolisme baik dalam jangka waktu yang lama
maupun singkat (NRCS 2000).
Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan, kontaminasi timbal
lebih menyerang sistem syaraf dibanding sistem organ yang lain. Beberapa
gejala keracunan timbal yang tampak antara lain lemas, mudah mengantuk
dan kurangnya konsentrasi. Masuknya timbal kedalam sistem metabolisme
tubuh manusia akan mengurangi kecepatan impuls untuk bergerak dalam
sistem syaraf dan mengganggu mekanisme perpindahan impuls antar sel
syaraf (WHO 1995). Dampak jangka panjang dari akumulasi timbal pada
tubuh manusia adalah terjadinya kerusakan sistem memori pada otak,
kurangnya sensitifitas kulit dan berkurangnya kemampuan untuk memahami,
serta mengganggu kinerja hemoglobin dalam darah (WHO 1995). Mortada
et al.(2001) menyatakan bahwa selain menyerang sistem syaraf dan
peredaran darah, kontaminasi timbal juga mengganggu kinerja ginjal pada
sistem ekskresi.
Secara alami, sebagian logam berat seperti Cu dan Zn bersifat
esensial bagi tanaman dan berada dalam tanah pada konsentrasi yang tidak
berlebih atau bahkan kurang . Tetapi, sebagai akibat dari aktivitas manusia,
kadar logam berat di tanah dapat mencapai taraf yang membahayakan.
Lacatusu (2000) menyebutkan kisaran kadar logam berat yang belum atau
tidak langsung berdampak negatif pada pertumbuhan dan perkembangan
tanaman serta komponen lingkungan lainnya disebut kontaminasi,
sedangkan kisaran kadar logam berat dalam tanah yang telah menyebabkan
dampak negatif pada sebagian atau seluruh komponen lingkungan disebut
pencemaran. Logam berat yang mencemari tanah berpotensi berpindah ke
tempat dengan elevasi yang lebih rendah melalui erosi dan aliran permukaan
(Vangronsveld & Cunningham 1998 dalam Sudadi 2009)
Yong dan Mulligan (2004) menjelaskan penyebab utama terjadinya
penyebaran pencemar suatu tempat adalah karena: (1) pembuangan limbah
cair yang tak terkontrol, (2) kurangnya manajemen dan kontrol pada
kegiatan yang berhubungan dengan proses kimiawi, (3) saluran pembuangan
limbah cair dan run-off yang tidak cukup dan memadai, (4) tempat
pembuangan zat berbahaya yang kurang baik, (5) adanya run-off dari
3
sumber pencemar tak-tetap (non-point source) dan (6) kegiatan penimbunan
gelap (illicit dumping). Beberapa kegiatan manusia yang secara umum
merupakan sumber kontaminasi logam berat adalah: (1) tambang, (2)
manufaktur, (3) kegiatan pertanian terutama pada kegiatan pemupukan dan
penggunaan pestisida dan (4) aktivitas rumah tangga.
Timbal digunakan sebagai bahan dasar atau campuran pada BBM
dan cat. Tingkat dan ragam aktivitas yang terjadi pada suatu daerah akan
mempengaruhi tingkat pencemaran yang terjadi di daerah tersebut. Pada
kawasan industri seperti Cileungsi yang banyak terdapat pabrik, tingkat
pencemarannya berbeda dengan daerah pedesaan. Hal ini disebabkan oleh
intensitas sumber pencemar yang berbeda. Pabrik-pabrik yang berada di
Cileungsi merupakan pabrik skala besar, seperti pabrik semen dan otomotif,
yang menghasilkan limbah cair, padat serta gas. Di daerah perkotaan dan
industri, sumber kontaminan timbal lebih banyak dibandingkan di daerah
pertanian, karena padatnya transportasi dan gedung-gedung di daerah
perkotaan. Di negara-negara maju seperti Amerika Serikat, tren pencemaran
timbal semakin menurun, karena sudah diterapkan beberapa kebijakan untuk
mengurangi penggunaan timbal pada BBM dan bahan bakar industri (Jarup
2003).
Tidak semua bentuk logam berat di dalam tanah tersedia bagi
tanaman. Hanya logam berat yang larut dalam larutan tanah dan berada pada
area jangkauan akar saja yang mampu masuk kedalam metabolisme
tanaman melalui proses absorpsi oleh akar. Pada taraf tertentu, akumulasi
logam berat pada tanaman tidak mengganggu proses metabolisme tanaman
atau hanya terakumulasi saja di dalam jaringan tanaman tanpa ikut berproses
dalam metabolisme tanaman. Tetapi pada taraf pencemaran tertentu, kadar
logam timbal dapat mempengaruhi proses metabolisme tanaman. Pada taraf
tersebut tanaman akan mengalami gangguan seperti pertumbuhan yang
kerdil. Secara alami, tanaman memiliki kemampuan untuk melakukan
penyerapan hara yang selektif, yaitu mampu menahan unsur-unsur
berbahaya seperti logam berat agar tidak ikut terserap kedalam tajuk
tanaman. Unsur-unsur tersebut hanya terakumulasi dalam zona perakaran.
Tetapi, jika kadar unsur logam berat tersebut telah cukup tinggi, maka
tanaman tidak lagi memiliki kemampuan untuk menahan tingginya kadar
unsur tersebut sehingga pada akhirnya terserap kedalam tajuk tanaman.
Proses-proses alami mampu mempengaruhi kelarutan logam Pb
dalam tanah. Pada dasarnya, tanaman mengabsorpsi unsur-unsur dalam
tanah dalam bentuk larutan, sehingga keberadaan air sangat mempengaruhi
keterserapan unsur logam timbal pada tanaman. Curah hujan, panjang hari,
musim, panjang musim dan evapotranspirasi sangat mempengaruhi
kelarutan logam timbal dalam tanah, karena secara langsung mempengaruhi
kadar air dalam tanah. Banyaknya kadar logam timbal yang terlarut dalam
larutan tanah atau tersedia bagi tanaman juga dipengaruhi oleh faktor tanah.
Beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat kelarutan logam berat timbal
dalam tanah adalah kadar bahan organik, kadar klei, pH serta kapasitas tukar
kation.
4
Tujuan
Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini dilakukan dengan
tujuan untuk mengukur kadar total-Pb dan tingkat kontaminasinya di tiga
transek (hulu, tengah dan hilir) pada kawasan urban-industri Cileungsi,
Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan mengevaluasi pengaruh faktor
pedogenik yaitu pH, kadar klei dan kadar bahan organik.
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu
Pengamatan lapang dan pengambilan contoh tanah dilakukan di
kawasan urban-industri Cileungsi yang mencakup wilayah kecamatan
Citeureup, Gunung Putri, Kelapa Nunggal dan Cileungsi, kabupaten Bogor,
Jawa Barat pada musim hujan November 2013. Titik pengambilan contoh
terbagi menjadi tiga transek (hulu, tengah dan hilir) yang termasuk kedalam
wilayah sub-sub-DAS Cileungsi Tengah. Peta lokasi penelitian disajikan
pada Gambar 1. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium Kimia dan
Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, IPB
pada Februari sampai Mei 2013.
Kontaminasi Pb pada
Tiga Transek Lahan
Pertanian di Kawasan
Urban-Industri
Cileungsi,
Jawa Barat
Gambar 1 Peta lokasi titik contoh tanah.
5
Bahan dan Alat
Bahan kimia yang digunakan adalah untuk analisis kadar total-Pb
tanah (Aqua Regia; HClp:HNO3p=3:1), untuk analisis C-organik (K2Cr2O7,
H2SO4, FeSO4) dan untuk analisis tekstur (H2O2, Na-pirophosphate dan
HCl). Peralatan lapang yang digunakan adalah peta topografi, GPS dan bor
tanah. Peralatan labratorium yang digunakan adalah pH meter, AAS dan
peralatan gelas.
Metode Penelitian
Pengamatan lapang dan pengambilan contoh tanah
Persiapan dilakukan dengan menandai posisi 15 titik-titik
pengamatan yang terbagi menjadi tigaposisi transek (A-hulu, B-tengah dan
C-hilir) pada peta. Pada setiap transek terdapat lima titik pengamatan.
Contoh tanah diambil secara komposit pada kedalaman 0-10, 10-20 dan 2030 cm.
Analisis Tanah
Analisis tanah dilakukan terhadap kadar total-Pb menggunakan Aqua
Regia (HClp:HNO3p=3:1, AAS, PbAR), pH H2O 1:1, C-Organik (Walkley &
Black) dan tekstur (Pipet). Sebelum dianalisis, contoh tanah dikeringudarakan, diayak lolos saringan 2 mm untuk analisis tekstur dan lolos
saringan 0.5 mm untuk analisis kadar PbAR, pH dan C-Organik.
Penentuan Tingkat Kontaminasi/Pencemaran Pb dalam Tanah
Tingkat kontaminasi/pencemaran Pb tanah dievaluasi berdasarkan
nilai indeks c/p menurut prosedur Lacatusu (1998). Sebelum 1998,
interpretasi status kadar logam berat dalam tanah hanya dilakukan dengan
cara perbandingan antara nilai yang diperoleh dari hasil analisis contoh
tanah alami atau yang tidak dipengaruhi oleh tindakan manusia dengan hasil
analisis terhadap contoh tanah yang terkontaminasi/tercemar. Dalam
perkembangan berikutnya, ditetapkan suatu nilai batas maksimum kadar
logam berat dalam tanah yang masih diperbolehkan (maximum allowable
limit, MAL). Pada tahun 1998, Lacatusu mengusulkan satu tahapan
tambahan
untuk
memperbaiki
interpretasi
terhadap
tingkat
kontaminasi/pencemaran logam berat dalam tanah dengan secara langsung
mempertimbangkan karakteristik dasar/spesifik yang mempengaruhi
kapasitas maksimum tanah dalam meretensi logam berat, yaitu kadar bahan
organik dan klei.
Menurut prosedur Lacatusu ini, tingkat
kontaminasi/pencemaran
dibagi
ke
dalam
5
kelas
(dari
terkontaminasi/tercemar sangat ringan sampai sangat berat).
Prosedur Lacatusu dimulai dengan penyusunan rumus untuk
menetapkan nilai rujukan sebagai dasar perhitungan terjadi-tidaknya
kontaminasi logam berat dalam tanah (dinamakan Nilai A). Kemudian
ditetapkan nilai yang menunjukkan tingkat kadar logam berat dalam tanah
pada kisaran batas maksimum yang diperbolehkan (MAL) (Nilai B) dan
tingkat kadar logam berat dalam tanah yang menunjukkan bahwa tindakan
6
dekontaminasi atau pemulihan sudah diperlukan (Nilai C) seperti yang
disajikan pada Tabel 1. Selanjutnya dihitung nilai Indeks
Kontaminasi/Pencemaran (c/p). Indeks ini menunjukkan nisbah antara kadar
logam berat yang secara efektif terukur dalam tanah melalui analisis kimia
dengan nilai rujukan (nilai A dari seri ABC pada Tabel 1) yang diperoleh
dari perhitungan untuk setiap contoh tanah.
Nilai indeks c/p>1 menunjukkan kisaran terjadinya pencemaran dan
nilai indeks c/p C-hilir (0.25). Nilai tersebut mengambarkan bahwa
daerah transek B-tengah lebih terkontaminasi dibandingkan daerah transek
lain. Meskipun kadar PbAR pada transek B-tengah bukan yang tertinggi,
tetapi nilai indeks c/p Pb di transek ini menunjukkan nilai yang tertinggi
dibandingkan dengan transek lain. Hal tersebut karena transek B-tengah
memiliki nilai rujukan A yang paling rendah (85.25), yang mengindikasikan
kemampuan retensi tanah terhadap Pb yang paling rendah, sedangkan pada
bagian A-hulu (85.52) dan C-hilir memiliki nilai rujukan A yang lebih
tinggi (114.23). Berdasarkan pengamatan lapang, areal transek B-tengah
dekat dengan jalan tol dan didominasi pemukiman, sedangkan areal transek
A-hulu sebagian besar penggunaan lahannya adalah permukiman dan
terdapat lebih banyak ruang terbuka hijau dibandingkan transek B-tengah
dan C-hilir.
Kadar PbARdi tiga transek berdasarkan kedalaman
Kedalaman mempengaruhi kadar Pb tanah. Semakin dalam tanah
maka pengaruh geogenik meningkat. Menurut Alloway (1995), kadar Pb
dalam tanah juga dipengaruhi oleh faktor pedogenik. Hasil pelapukan bahan
induk tanah seperti batu napal, batukapur dan batuliat banyak mengandung
Pb. Proses-proses alami seperti hujan mampu menurunkan kadar Pb tanah.
Gambar 4 menunjukkan terjadinya penurunan kadar PbAR dari tahun 2006
ke 2013. Penurunan tertinggi terjadi pada kedalaman 20-30 cm (38.182
mg/kg). Nilai indeks c/p juga mengalami penurunan dari tahun 2006 ke
2013 (Gambar 5). Penurunan nilai indeks c/p Pb pada kedalaman 0-10 cm
(0,17) < 10-20 cm (0.29) < 20-30 cm (0.31). Hal ini mengindikasikan bahwa
dampak negatif dari kontaminasi Pb di lokasi penelitian mengalami
penurunan.
Gambar 4 juga menunjukkan perbedaan pola kadar PbAR pada setiap
kedalaman. Pada tahun 2006, kadar PbAR bertambah dengan kedalaman dan
sebaliknya pada tahun 2013. Hal ini mengindikasikan bahwa pengaruh
bahan induk menurun dengan bertambahnya waktu antara lain akibat proses
alamiah seperti hujan yang mampu mentranslokasikan Pb. Kadar PbAR yang
lebih tinggi pada lapisan tanah yang memiliki kontak langsung dengan
atmosfer (kedalaman 0-10 cm) mengindikasikan dominansi proses deposisi
atmosferik dalam mempengaruhi kadar Pb dalam tanah.
10
100,00
2006
50,00
2013
0,00
0-10 cm
10-20 cm
20-30 cm
Gambar 4 Kadar PbAR berdasarkan kedalaman.
1,00
0,50
2006
0,00
2013
0-10 cm
10-20 cm
20-30 cm
Gambar 5 Nilai indeks c/p Pb berdasarkan kedalaman.
Hubungan PbAR dengan pH, kadar bahan organik dan klei
Fraksi aktif Pb atau yang dapat diserap tanaman bergantung pada
bentuk Pb yang ada di tanah. Bentuk Pb dalam tanah dipengaruhi oleh
faktor alami seperti komposisi mekanik tanah, mineralogi, kadar bahan
organik dan pH larutan tanah (Yaron et al.1996). Pada Gambar 6
ditampilkan grafik hubungan antara PbAR dengan pH, %BO dan %Klei.
Berdasarkan analisis regresi linier yang dilakukan terhadap 45 pasangan
data (n=45) diperoleh hubungan antara faktor-faktor alamiah tanah
(pH, %BO dan %klei) dengan kadar PbAR. Persamaan regresi linier
hubungan tiap-tiap faktor alami tersebut sebagai sumbu X dengan PbAR
sebagai sumbu Y disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Persamaan Regresi Hubungan PbAR dengan pH, %BO dan %Klei
Faktor
alamiah
pH
%BO
%Klei
Persamaan regresi
r
p
n
y = 25.7592 + 0.0903X
y = 12.1989 + 5.2838X
y = 30.8367 - 0.1059X
0.0055
0.5345
-0.2105
0.9715
0.0002
0.1651
45
45
45
Pengaruh pH terhadap kadar PbAR tidak nyata (nilai p>0.05). Bahan
organik merupakan faktor penting yang mempengaruhi mobilitas
kontaminan logam dalam tanah maupun air (Sparks 2003). Hal tersebut
berhubungan dengan kemampuan bahan organik untuk mengkhelat logam
berat sehingga menjadi fraksi non-aktif dalam larutan tanah. Hubungan
antara bahan organik (BO) dengan kadar PbAR menunjukkan nilai r yang
positif dan sangat nyata (0.5345) dengan nilai p=0.0002. Hal tersebut
disebabkan tanah di lokasi penelitian didominasi oleh tanah-tanah yang
memiliki bahan organik yang cukup tinggi.
11
PbAR
60
40
20
0
5,0
5,5
6,0
6,5
7,0
7,5
8,0
pH
PbAR
60
40
20
0
0
1
2
3
4
5
60,00
80,00
100,00
%BO
60
PbAR
40
20
0
0,00
20,00
40,00
%Klei
Gambar 6 Hubungan PbAR dengan pH, %BO dan %Klei.
Mineral sekunder tanah yang mendominasi lokasi penelitian diduga
adalah monmorilonit. Mineral tersebut memiliki muatan negatif yang
mampu menjerap kation-kation seperti Pb. Berdasarkan hasil analisis regresi
diketahui bahwa %klei berbanding terbalik dengan kadar PbAR dengan nilai
r=-0.2105 namun tidak nyata (p=0.1651). Hal tersebut disebabkan adanya
dominasi dari pengaruh bahan organik.
Untuk mengetahui pengaruh posisi transek terhadap hubungan PbAR
dengan faktor tanah maka dilakukan analisis regresi linier berdasarkan
posisi transek (Tabel 5).
Tabel 4. Persamaan regresi PbAR dengan pH, %BO dan %Klei pada tiap
transek
Transek
Hulu
Tengah
Faktor
alamiah
pH
%BO
%Klei
pH
%BO
%Klei
Persamaan regresi
r
p
n
y = -19.3236 + 6.8067X
y = 6.8211 + 6.0785X
y = 32.6709 – 0.2305X
y = -228.2771 + 34.4098X
y = 8.0718 + 6.3272X
y = 44.9254 – 0.6016X
0.4453
0.8543
-0.5402
0.6198
0.6827
-0.8249
0.0962
0.00005
0.0376
0.0137
0.0050
0.0002
15
15
15
15
15
15
12
Hilir
pH
%BO
%Klei
y = 81.8612 – 8.9984X
y = 16.7619 + 5.148X
y = 22.5565 + 0.0964X
-0.2412
0.3458
0.1475
0.3865
0.2068
0.5999
Pada bagian hulu, kadar PbAR berkorelasi sangat nyata positif dengan
kadar bahan organik (p=0.00005) dan berkorelasi nyata negatif dengan
kadar klei (p= 0.0376). Pada transek B-tengah, kadar PbAR secara nyata
berkorelasi positif dengan pH (p=0.0137) dan secara sangat nyata positif
dengan %BO (p=0.0050) dan negatif dengan %Klei (p=0.0002). Pada
transek C-hilir, ketiga faktor tidak berkorelasi dengan PbAR (p>0.05).
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1.
2.
3.
4.
Rataan kadar PbAR (mg/kg) pada musim hujan 2013 di transek C-hilir
(28.52) > B-tengah (25.36) > A-hulu (25.18), namun rataan nilai indeks
c/p Pb pada transek B-tengah (0.34) > A-hulu (0.31) > C-hilir (0.25).
Indeks c/p Pb terendah (0.13, kontaminasi ringan) pada titik B1,
sedangkan yang tertinggi (0.76, kontaminasi sangat berat) pada titik B4.
Rataan kadar PbAR (mg/kg) pada kedalaman 0-10 cm (28,27) > 10-20
cm (27.06) > 20-30 cm (23.74) dengan rataan nilai indeks c/p Pb pada
kedalaman 0-10 cm (0.32) > 10-20 cm (0.31) > 20-30 cm (0.27).
Pada transek hulu, PbAR berkorelasi sangat nyata positif dengan bahan
organik (p=0.00005) dan nyata negatif dengan klei (p= 0.0376). Pada
transek tengah, PbAR berkorelasi nyata positif dengan pH (p=0.0137)
dan sangat nyata positif dengan %BO (p=0.0050) dan negatif
dengan %Klei (p=0.0002). Pada transek hilir, ketiga faktor tidak
berkorelasi dengan PbAR (p>0.05).
Kadar PbAR dan indeks c/p Pb pada musim hujan 2013 lebih rendah
daripada musim hujan tahun 2006.
Saran
Untuk mengeksplorasi kondisi kontaminasi Pb yang lebih menyeluruh,
perlu dilakukan penelitian pada kawasan yang lebih hilir dengan elevasi
tapak yang lebih rendah di DAS yang sama pada musim hujan dan kemarau.
DAFTAR PUSTAKA
Adriano DC. 2000. Trace Elements in Terrestrial Envirnments:
Biogeochemistry, Bioavailability, and Risks of Metals. SpringerVerlag. New York
Alloway BJ. 1995. Heavy Metal in Soil.2nd ed. Blackie Academic &
Professional. London
15
15
15
13
Badan Statistik.2013.Kecamatan Cileungsi dalam Angka 2013.
BohnH, McNeal B, O’Connor G. 1979. Soil Chemistry.John Wiley
Publishing. New York
Chaney RL,GiordanoPM. 1977.Microelements as Related to Plant
Deficiencies and Toxicitiesdalam Sudadi U. 2009. Inaktivasi In Situ
Pencemaran Kadmium dan Plumbum pada Tanah Pertanian
Menggunakan Amelioran dan Pupuk pada Dosis Rasional untuk
Budidaya Tanaman. Disertasi.Institut Pertanian Bogor. Bogor
Cottenie A, Verloo M. 1984. Analytical Diagnosis of Soil Pollution with
Heavy Metals.Fresenius Zietschrift Anal Chem
Jarup L. 2003. British Medical Bulletin.The British Council.Newtownabbey.
UK
Lacatusu R. 1998. Apparising level of soil contamination and pollution with
heavy metals.InHeineke HJ, Eckelmann W, Thomasson AJ, Jones
RJA, Montanarella L, Buckley B. (eds). Land Information System:
Development for Planning the Sustainable Use of Land Resources.
EUR 17729 EN 546p.(1998). European Soil Bureau Res. Report No.4.
Office for Official Publications of The European Communities,
Luxemburg
Lacatusu, R. 2000. Appraising Levels of Soil Contamination with Heavy
Metals.Eur Soil Bureu Res Rep No. 4.Official Publising Eur Comm.
Lepp NW. 1981. Effect of Heavy Metal Pollution.Vol 2.Effect on
Plant.Applied Science Publisher. London
Mortada WI, Sobh MA, El-Defrawy MM, Farahat SE. 2001.Study of Lead
Exposure from Automobile Exhaust as a Risk for Nephrotoxicity
among Traffic Policemen.US National Library of Medicine.Bethesda,
USA
NRCS. 2000. Heavy Metal Soil Contamination. Soil Quality Institute. USA
Republik Indonesia. 2006. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor 05 Tahun 2006. Sekretariat Negara. Jakarta.
Sparks DL. 2003.Enviromental Soil Chemistry.Elsevier. London.
Sudadi U. 2009. Inaktivasi In Situ Pencemaran Kadmium dan Plumbum
pada Tanah Pertanian Menggunakan Amelioran dan Pupuk pada Dosis
Rasional untuk Budidaya Tanaman. Disettasi.Institut Pertanian Bogor.
Bogor
WHO. 1995. Inorganic Lead. Geneva, Switzherland
Yaron B, Calvet R, ProstR. 1996. Soil Pollution Process and
Dynamic.Springer-Verlag. New York
Yong RN, Mulligan CN. 2004. Natural Attenuation of Contaminats in Soils.
Lewis Publisher. Florida
14
LAMPIRAN
Lampiran 1.
Nilai pH, kadar liat, kadar bahan organik, kadar PbAR dan
indeks c/p Pb pada tiga transek di musim hujan tahun 2013
Koordinat
titik (o ’ ”)
Kedalaman
(cm)
1
6 29 10 LS
106 53 27 BT
2
6 29 09 LS
106 53 43 BT
3
6 29 11 LS
106 54 22 BT
4
6 29 11 LS
106 54 22 BT
5
6 29 10 LS
106 55 04 BT
0-10
10-20
20-30
0-10
10-20
20-30
0-10
10-20
20-30
0-10
10-20
20-30
0-10
10-20
20-30
pH
Klei
H2O
(%)
(1:1)
Transek A-Hulu
6,5
10,51
6,5
16,76
6,5
10,40
7,0
17,89
7,0
11,46
7,0
30,27
7,2
25,57
7,1
55,32
6,9
47,67
6,2
37,60
6,4
37,89
6,1
47,34
6,0
43,81
5,9
49,41
6,0
45,61
Bahan
Organik
(%)
PbAR
(mg/kg)
Indeks
c/p
Pb
4,59
4,43
2,79
4,02
3,38
2,31
3,94
3,17
2,53
2,02
1,78
1,42
3,24
3,21
2,49
35.071
35.601
29.932
25.950
23.751
21.650
35.960
28.856
25.095
19.315
17.315
14.326
20.240
25.155
19.481
0,60
0,50
0,47
0,36
0,36
0,26
0,45
0,26
0,25
0,21
0,19
0,14
0,23
0,24
0,19
3,51
2,90
1,99
2,36
2,09
1,59
0,47
0,47
0,61
4,58
3,91
3,40
4,04
4,53
4,56
14.800
13.124
10.010
23.825
20.945
16.770
12.614
16.563
15.448
51.308
49.383
45.547
27.395
34.922
27.820
0,17
0,14
0,09
0,22
0,22
0,17
0,14
0,16
0,15
0,74
0,78
0,76
0,43
0,53
0,40
Transek B-Tengah
6
6 27 44 LS
106 53 27 BT
7
6 27 53 LS
106 53 38 BT
8
6 27 57 LS
106 53 42 BT
9
6 28 11 LS
106 53 54 BT
10
6 28 20 LS
106 54 08 BT
0-10
10-20
20-30
0-10
10-20
20-30
0-10
10-20
20-30
0-10
10-20
20-30
0-10
10-20
20-30
7,0
7,0
6,9
7,3
7,7
7,3
7,4
7,6
7,5
7,6
7,6
7,6
7,3
7,4
7,5
43,64
38,30
51,83
55,65
40,64
43,80
50,69
47,52
51,05
14,91
9,55
6,35
8,61
10,21
14,97
15
Koordinat
titik (o ’ ”)
11
6 28 30 LS
106 55 22 BT
12
6 26 40 LS
106 55 39 BT
13
6 26 44 LS
106 55 54 BT
14
6 26 44 LS
106 55 59 BT
15
6 26 46 LS
106 56 04 BT
Kedalaman
(cm)
0-10
10-20
20-30
0-10
10-20
20-30
0-10
10-20
20-30
0-10
10-20
20-30
0-10
10-20
20-30
pH
Bahan
Klei
H2O
Organik
(%)
(1:1)
(%)
Transek C-Hilir
5,5
5,4
5,4
6,3
6,4
6,2
6,2
6,2
6,2
5,8
5,8
5,6
5,9
5,9
6,0
96,48
91,09
80,59
80,41
76,99
72,27
47,47
39,43
49,35
46,22
58,36
60,10
45,16
36,33
48,90
3,54
3,14
2,62
4,00
2,42
2,59
2,54
1,97
1,53
2,50
2,07
1,80
1,36
1,00
1,20
PbAR
(mg/kg)
Indeks
c/p
Pb
27.090
28.695
21.074
41.131
25.539
20.894
26.109
23.684
18.146
46.259
46.725
55.188
16.979
15.582
14.779
0,20
0,20
0,15
0,31
0,19
0,16
0,29
0,25
0,18
0,47
0,42
0,50
0,17
0,17
0,14
16
Lampiran 2.
Kordinat titik
(o ’ ”)
Nilai pH, kadar liat, kadar bahan organik, kadar PbAR dan
indeks c/p Pb pada tiga transek di musim hujan tahun 2006
Kedalaman
(cm)
pH
H2O
(1:1)
Klei
(%)
Bahan
organik
(%)
PbAR
(mg/kg)
Indeks
c/p
Pb
2,46
1,63
1,62
3,38
2,19
1,18
1,86
1,28
0,91
1,48
1,49
1,09
3,86
2,20
1,98
49,42
65,62
65,28
32,42
45,45
46,36
20,04
72,67
60,52
32,27
49,87
37,32
48,89
58,56
84,35
0,51
0,67
0,61
0,42
0,53
0,47
0,22
0,78
0,59
0,42
0,64
0,44
0,49
0,55
0,71
4,38
3,64
2,96
2,04
0,92
0,64
2,82
2,05
0,88
2,53
1,61
1,34
2,48
2,33
2,24
72,85
78,94
86,50
48,47
42,42
65,23
36,71
51,26
53,92
81,80
65,17
61,42
28,02
48,49
20,73
0,67
0,70
0,77
0,46
0,39
0,56
0,37
0,51
0,50
1,14
0,91
0,78
0,36
0,61
0,26
Transek A-Hulu
1
6 29 10 LS
106 53 27 BT
2
6 29 09 LS
106 53 43 BT
3
6 29 11 LS
106 54 22 BT
4
6 29 11 LS
106 54 22 BT
5
6 29 10 LS
106 55 04 BT
0-10
10-20
20-30
0-10
10-20
20-30
0-10
10-20
20-30
0-10
10-20
20-30
0-10
10-20
20-30
6.9
6.8
6.8
6.8
6.8
6.9
6.7
6.7
6.8
7.2
6.8
6.8
6.6
6.8
6.7
44.45
46.80
56.07
24.14
33.81
46.66
40.36
41.55
51.68
24.48
26.68
34.44
46.86
54.44
67.05
Transek B-Tengah
6
6 27 44 LS
106 53 27 BT
7
6 27 53 LS
106 53 38 BT
8
6 27 57 LS
106 53 42 BT
9
6 28 11 LS
106 53 54 BT
10
6 28 20 LS
106 54 08 BT
0-10
10-20
20-30
0-10
10-20
20-30
0-10
10-20
20-30
0-10
10-20
20-30
0-10
10-20
20-30
6.9
6.9
6.8
6.5
6.6
6.2
7.0
6.8
7.0
7.0
6.9
6.9
6.7
6.9
6.8
54.17
58.83
59.28
52.45
59.22
66.72
46.08
48.44
56.62
19.00
20.14
27.29
25.51
26.67
28.88
17
Kordinat
titik (o ’ ”)
Kedalaman
(cm)
pH
H2o
(1:1)
Klei
(%)
Bahan
organik
(%)
PbAR
(mg/kg)
Indeks
c/p
Pb
3,48
3,46
2,69
2,98
2,35
2,26
1,95
1,84
1,41
1,25
0,88
0,69
2,81
1,69
1,30
37,16
39,86
45,57
46,41
59,02
73,88
42,75
49,68
52,97
36,17
38,96
45,75
61,58
103,32
129,03
0,38
0,39
0,43
0,37
0,45
0,52
0,50
0,53
0,51
0,44
0,46
0,48
0,58
0,88
1,01
Transek C-Hilir
11
6 28 30 LS
106 55 22 BT
12
6 26 40 LS
106 55 39 BT
13
6 26 44 LS
106 55 54 BT
14
6 26 44 LS
106 55 59 BT
15
6 26 46 LS
106 56 04 BT
0-10
10-20
20-30
0-10
10-20
20-30
0-10
10-20
20-30
0-10
10-20
20-30
0-10
10-20
20-30
6.9
6.7
6.6
6.5
6.7
6.2
6.6
6.3
6.4
7.1
6.8
6.4
6.0
5.6
5.4
44.42
49.24
52.22
73.98
78.72
89.24
33.81
41.12
52.22
30.68
34.47
44.12
53.68
65.42
76.07
18
RIWAYAT HIDUP
Penulis bertempat tinggal di perum Surya Praja Permai blok C 8 no. 3
kelurahan Sukahati, Cibinong, Bogor. Lahir pada tanggal 6 Maret 1992.
Putra dari pasangan Bapak Djoko kusnarto dan Ibu Rahajoe martedjo.
Lulus dari SMA Plus Muthahhari pada tahun 2010, setelah itu pada
tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa IPB melalui jalur
UTM. Pada tahun berikutnya penulis diterima menjadi mahasiswa
Departemen Manajemen Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian IPB.
Pada masa kuliah, penulis menjadi anggota HMIT dan Azimuth pada
semester 4, sebagai divisi infokom dan seksi internal. Penulis aktif dalam
kegiatan sponsorship dan publikasi pada acara Seminar Nasional Ilmu
Tanah IPB, Temu Alumni, Workshop Jurnalistik dan Kegiatan kecinta
alaman Biro Lingkungan Hidup Azimuth pada semester 5.
PERTANIAN DI KAWASAN URBAN-INDUSTRI CILEUNGSI,
KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT
WIRA ANGGARDA UTAMA
DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kontaminasi Timbal
pada Tiga Transek Lahan Pertanian di Kawasan Urban-Industri Cileungsi,
Kabupaten Bogor, Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2014
Wira Anggarda Utama
NIM A14100089
RINGKASAN
WIRA ANGGARDA UTAMA. Kontaminasi Timbal pada Tiga Transek Lahan
Pertanian di Kawasan Urban-Industri Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Dibimbing oleh UNTUNG SUDADI dan SYAIFUL ANWAR.
Hingga akhir tahun 2012, di kawasan urban-industri Cileungsi, Kabupaten
Bogor, Jawa Barat telah beroperasi 670 industri sedang sampai besar yang
mempekerjakan 187,096 pekerja. Selain industri, 14,569 ha (57.16%) dan 6,369
ha (24.92%) dari total area kawasan ini (25,560 ha) merupakan area permukiman
dan pertanian. Oleh karena itu, lahan pertanian di kawasan ini rentan terhadap
kontaminasi limbah industri dan domestik. Salah satu limbah tersebut adalah
logam berat Timbal (Pb). Penelitian eksplorasi ini bertujuan untuk mengukur
kadar total dan nilai indeks kontaminasi/pencemaran Pb pada lahan pertanian di
kawasan urban-industri Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat pada posisi
transek bagian hulu, tengah dan hilir.
Contoh tanah komposit diambil pada kedalaman 0-10, 10-20 dan 20-30 cm
pada musim hujan November 2013 di 15 titik dengan masing-masing lima titik di
transek A-hulu, B-tengah dan C-hilir. Analisis tanah dilakukan terhadap kadar
total-Pb (Aqua Regia, HClp:HNO3p=3:1, PbAR), pH (H2O 1:1), C-organik
(Walkley & Black) dan tekstur (Pipet). Tingkat kontaminasi/pencemaran Pb
ditetapkan berdasarkan nilai indeks c/p menggunakan prosedur Lacatusu(1998).
Kontaminasi (c/p1) merujuk pada kisaran kadar Pb tanah yang telah mengakibatkan dampak
negatif terhadap komponen lingkungan.
Rataan kadar PbAR (mg/kg) pada musim hujan 2013 di transek C-hilir
(28.52) > B-tengah (25.36) > A-hulu (25.18), namun rataan nilai indeks c/p Pb
pada transek B-tengah (0.34) > A-hulu (0.31) > C-hilir (0.25). Indeks c/p Pb
terendah (0.13, kontaminasi ringan) pada titik B1, sedangkan yang tertinggi (0.76,
kontaminasi sangat berat) pada titik B4. Berdasarkan analisis regresi linier antara
kadar PbAR dengan pH, kadar bahan organik atau kadar klei, kadar PbAR di lokasi
penelitian hanya berkorelasi sangat nyata positif dengan kadar bahan organik
(%BO) dengan nilai p=0.002 menurut persamaan PbAR = 12.1989 + 5.2838*%BO
(n=45). Pada transek A-hulu, PbAR berkorelasi sangat nyata positif dengan bahan
organik (p=0.00005) dan nyata negatif dengan klei (p= 0.0376). Pada transek Btengah, PbAR berkorelasi nyata positif dengan pH (p=0.0137) dan sangat nyata
positif dengan %BO (p=0.0050) dan negatif dengan %Klei (p=0.0002). Pada
transek C-hilir, ketiga faktor tidak berkorelasi dengan PbAR (p>0.05). Kadar PbAR
dan indeks c/p Pb pada musim hujan 2013 lebih rendah daripada musim hujan
tahun 2006.
Kata kunci: indeks c/p, kontaminasi, Pb, transek
SUMMARY
WIRA ANGGARDA UTAMA. Lead Contamination in Three Transects of
Agricultural Land in Cileungsi Urban-industrial Area, Bogor District, West Java.
Supervised by UNTUNG SUDADI and SYAIFUL ANWAR.
Until the end of year 2012, there have been operated in Cileungsi urbanindustrial area, Bogor District, West Java 670 medium-big industries which are
employing 187,096 employees. Beside industries, 14,569 ha (57.16%) and 6,369
ha (24.92%) of the total area (25,560 ha) is occupied by urban and agriculture
areas. Therefore, agriculture lands in this area are susceptible to contamination of
industrialand domestic wastes. One of these wastes is heavy metal lead (Pb). This
exploration research was aimed at to determine total concentration of and
contamination/pollution index values of Pb in agricultural lands in Cileungsi
urban-industrial area, BogorDistrict, West Java at three transects, i.e. upstream,
middle stream, and downstream positions.
Composite soil samples were taken from 0-10, 10-20, and 20-30 cm
depths in rainy season of November 2013 at 15 points with each five points at Aupstream, B-middle stream, and C-downstream transects. Soil analyses were done
on total-Pb concentration (Aqua Regia, HClp:HNO3p=3:1, PbAR), pH (H2O 1:1),
organic-C (Walkley & Black) and texture (Pipet). Contamination/pollution level
of Pb was determined based on c/p index values by using Lacatusu (1998)
procedure. Contamination (c/p1)
refers to soil Pb concentration range that has caused negative impacts on
environmental components.
Average PbAR concentration (mg/kg) in rainy season 2013 at transect Cdownstream (28.52) > B-middle stream (25.36) > A-upstream (25.18), but average
c/p index value of Pb at transect B-middle stream (0.34) > A-upstream (0.31) > Cdownstream (0.25). The lowest c/p index of Pb (0.13, light contamination) was at
B1 point, while the highest (0.76, very heavy contamination) was at B4 point.
Based on results of regression analyses between PbAR and pH, organic matter and
clay content, PbAR in the research location was only positively and very
significantly correlated with organic matter content (%OM) with value of p=0.002
according to equation PbAR = 12.1989 + 5.2838*%OM (n=45). At A-upstream
transect, PbAR was positively and very significantly correlated with organic matter
content (p=0.00005) and negatively and significantly correlated with clay content
(p= 0.0376). At B-middle streamtransect, PbAR was positively and significantly
correlated with pH (p=0.0137) and positively and very significantly correlated
with %OM (p=0.0050) and negatively and very significantly correlated
with %Clay (p=0.0002). At C-downstream transect, all the three factors were not
correlated with PbAR (p>0.05). Concentration of PbAR and c/p index value of Pb at
rainy season 2013 was lower than those of 2006.
Key words: c/p index, contamination, Pb, transect.
KONTAMINASI TIMBAL PADA TIGA TRANSEK LAHAN
PERTANIAN DI KAWASAN URBAN-INDUSTRI CILEUNGSI,
KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT
WIRA ANGGARDA UTAMA
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan
DEPARTEMENILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Sktipsi: Kontaminasi Timbal p ada Tiga Transek Lahan Petianian di
Kawasan Urban-Industri Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat
Nama
: Wira Anggarda Utama
NIM
: A14100089
Disetujui oleh
: .
/
Dr Ir Untung Sudadi, MSc
Pembimbing I
Tanggal Lulus:
Drir
(/-
��
u
Pembimbing II
MSc
PRAKATA
Bismillaahirrahmanirrahim, segala puji bagi Allah Tuhan Pemilik Alam
Semesta, yang berkat segala kehendak-Nya segala sesuatu terjadi, yang berkat
keridhaan-Nya segala hakikat kehidupan ada. Berkat rahmat dan kasih sayangNya penulis dapat menyelesaikan segala urusan duniawi. Shalawat dan salam
semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan
sahabatnya, pemimpin, figur dan pemberi peringatan terakhir bagi umat akhir
jaman. Pada kesempatan yang berkah ini, dengan segala kerendahan hati penulis
ingin mengucapkan terima kasih yang tulus kepada:
1. Bapak dan Ibu tercinta, serta adik-adikku, yang telah memberi do’a,
dukungan dan semangat yang tulus dan suci. Serta belaian kasih sayang
yang mewarnai kehidupan penulis dengan warna yang indah dan baik.
2. Bapak Dr Ir Untung Sudadi, MSc sebagai dosen pembimbing 1, yang
telah dengan ikhlas, bijaksana dan tabah meluruskan dan memberi
tuntunan dan pencerahan yang baik bagi penulis, untuk menjalani
kehidupan yang benar.
3. Bapak Dr Ir Syaiful Anwar, MSc sebagai dosen pembimbing 2, yang
telah bersedia secara ikhlas memandu serta mengarahkan dalam proses
penulisan skripsi ini, serta membentuk jiwa yang kuat bagi penulis.
4. Bapak Dr Ir Arief Hartono, MSc yang bersedia menjadi dosen penguji,
sehingga skripsi ini dapat menjadi lebih baik.
5. Angela Purnamasari beserta keluarga, yang telah memberi makna pada
kehidupan penulis.
6. Seluruh staf Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah dan
Laboratorium Pengembangan Sumberdaya Fisik Lahan, Pak Koyo, Mas
Syaid, Mbak Upi, Bu Yani serta pihak lain yang tidak sempat disebutkan
namanya, terima kasih atas dukungan, bantuan, arahan serta
kesempatannya.
7. Bapak Camat kecamatan Citeureup, Gunung Putri, Kelapa Nunggal dan
Cileungsi dan stafnya, serta staf Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik
yang tidak sempat disebutkan namanya, terima kasih atas kesediaan dan
keikhlasannya dalam memberikan data, sehingga membantu penulis
dalam menyelesaikan skripsi.
8. Teman satu tim, “USD Team”, Bang Alfin, Nunik, Ishlacul, Dinda dan
Ayu yang telah menemani perjuangan keras dan hebat, yang telah
berkontribusi sangat besar dalam penyelesaian penelitian ini. Terima
kasih atas dukungan, semangat, pencerahan, laptop serta doanya.
9. Para “Spartan” Soiler 47, yang telah mengukir kepribadian penulis
dengan persahabatan dan cinta, sehingga menjadi jiwa yang kuat dan
tangguh.
10. Abang dan kakak Soiler senior, yang telah membuat kagum dan
memberi motivasi yang kuat, serta memberi pandangan yang cerah pada
kehidupan penulis.
Penulis berharap skripsi ini mampu memberikan manfaat kepada seluruh
pihak yang mebutuhkan. Serta memberi pencerahan bagi pihak-pihak yang sedang
menimba ilmu. Semoga pihak-pihak lain yang belum sempat disebut namanya
maupun yang sudah, selalu dalam lindungan Tuhan Yang Maha Esa.
Bogor, Juli 2014
Wira Anggarda Utama
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
1
1. Latar Belakang
1
2. Tujuan
4
METODE PENELITIAN
4
3. Tempat dan Waktu
4
4. Bahan dan Alat
5
5. Metode Penelitian
5
Pengamatan lapang dan pengambilan contoh tanah
5
Analisis Tanah
5
Penentuan Tingkat Kontaminasi/Pencemaran Pb dalam Tanah
5
HASIL DAN PEMBAHASAN
7
6. Kadar PbAR dan indeks c/p Pb berdasarkan posisi transek
pada musim hujan 2006 dan 2013
7. Kadar PbAR di tiga transek berdasarkan kedalaman
8. Hubungan PbAR dengan pH, kadarbahan organik dan klei
KESIMPULAN DAN SARAN
7
9
10
12
9. Kesimpulan
12
10. Saran
12
DAFTAR PUSTAKA
12
LAMPIRAN
14
RIWAYAT HIDUP
18
0
DAFTAR TABEL
1. Nilai Interpretasi Kadar Logam Berat dalam Tanah
2. Kriteria Status Nilai Indeks c/p
3. Persamaan Regresi Hubungan PbAR dengan pH, %BO
dan %Klei
4. Persamaan regresi PbAR dengan pH, %BO dan %Klei
pada tiap transek
6
6
10
11
DAFTAR GAMBAR
1. Peta lokasi titik contoh tanah.
2. Kadar PbAR di setiap titik pengamatan pada setiap transek dan
rataannya
3. Nilai indeks c/p Pb di setiap titik pengamatan pada setiap transek
dan rataannya.
4. Kadar PbAR berdasarkan kedalaman.
5. Nilai indeks c/p Pb berdasarkan kedalaman.
6. Hubungan PbAR dengan pH, %BO dan %Klei.
4
7
8
10
10
11
DAFTAR LAMPIRAN
1. Nilai pH, kadar liat, kadar bahan organik, kadar PbAR
dan indeks c/p Pb pada tiga transek di musim hujan
tahun 2013
2. Nilai pH, kadar liat, kadar bahan organik, kadar PbAR
dan indeks c/p Pb pada tiga transek di musim hujan
tahun 2006
14
16
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Manusia memanfaatkan berbagai potensi dari alam untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Pada proses pemanfaatan bahan-bahan alam itu,
manusia menghasilkan limbah yang beberapa di antaranya bersifat
menggangu kestabilan lingkungan. Salah satu zat limbah yang dapat
mengganggu kestabilan lingkungan tersebut adalah logam berat timbal
(plumbum, Pb).
Tidak semua logam berat dalam tanah berbahaya bagi makhluk
hidup. Dampak yang disebabkan oleh suatu logam berat ditentukan oleh
susunan atau bentuk fisiko-kimianya (Chaney dan Giordano 1977). Dalam
tanah, logam berat djumpai dalam bentuk: (1) ion sederhana yang larut
dalam larutan tanah, (2) ion yang mudah dipertukarkan, (3) ion terikat
lemah oleh bahan organik, (4) terjerat dalam struktur kristal mineral oksida,
karbonat atau fosfat dan mineral-mineral sekunder lain, atau (5) ion dalam
kisi-kisi kristal mineral silikat dan mineral primer (Cottenie dan Verloo
1984). Hanya tiga bentuk pertama yang dapat diserap oleh tanaman
sehingga bisa terkonsumsi oleh manusia melalui rantai makanan.
Tanah memiliki kemampuan untuk meretensi, mengadsorpsi atau
menjerap dan mengakumulasikan logam berat yang umumnya kation. Hal
ini dikarenakan adanya fraksi klei dan organik tanah yang memiliki muatan
negatif. Pada tanah-tanah terlapuk sedang sampai lanjut seperti di daerah
Cileungsi, Jawa Barat, muatan kleinya dominan negatif, sehingga mampu
mengikat kation logam berat seperti Pb yang bermuatan positif.
Kemampuan tanah untuk mengikat logam berat ditentukan oleh kadar klei,
kadar air, potensial redoks, pH, kadar bahan organik dan kapasitas tukar
kation (Bohn et al.1979).
Daerah Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat merupakan
kawasan urban-industri yang sedang berkembang pesat. Selain digunakan
sebagai tapak industri, 14,569 ha (57.16%) dan 6,369 ha (24.92%) dari total
area kawasan ini (25,560 ha) merupakan area permukiman dan lahan
pertanian. Sampai tahun 2012, sejumlah 670 industri, dari pabrik semen,
perakitan mobil hingga home industry masih beroperasi di kawasan tersebut
dan memperkerjakan 187,096 orang (Kecamatan Cileungsi Dalam Angka
2013). Berdasarkan Rencana Tata Ruang Kabupaten Bogor, kawasan
tersebut diperuntukkan bagi zona industri. Namun, sejumlah area yang
direncanakan sebagai green zone faktanya masih difungsikan sebagai lahan
pertanian produktif sehingga dijumpai lahan pertanian di sekitar area pabrik
dan industri besar. Aktivitas urban dan industri yang padat tentu
menghasilkan limbah padat, cair dan gas yang dapat merusak lingkungan
dan berpotensi tersebar ke areal di sekitarnya. Jika limbah tersebut masuk ke
rantai makanan, maka akan berdampak negatif terhadap kesehatan
masyarakat di daerah tersebut.
Logam berat yang berada di dalam tanah, baik pada tanah untuk
pertanian maupun tanah untuk pemukiman, dapat bersumber dari proses
2
aktivitas manusia (antropogenik) maupun dari bahan induk tanah tersebut
(geogenik) (Alloway 1995). Menurut Yong (2004), logam berat adalah
unsur yang memiliki nomor atom lebih dari 20, sedangkan menurut Lepp
(1981) logam berat adalah unsur-unsur logam yang memiliki kerapatan jenis
>6 g.cm-3. Beberapa contoh logam berat yang telah diketahui menjadi
ancaman bagi kesehatan manusia adalah Pb, Cd, Hg dan As (Jarup 2003).
Dampak buruk yang disebabkan oleh keberadaan logam berat dalam siklus
hidup manusia baru diketahui baru-baru ini, meski pemanfaatannya sudah
dilakukan sejak lama. Misalnya, logam Pb dulu merupakan campuran bahan
bakar minyak (BBM) sehingga dapat tersebar melalui asap kendaraan
bermotor maupun pabrik (Adriano 1986). Logam-logam berat tersebut
berpotensi terpapar oleh manusia melalui udara, makanan, air konsumsi
maupun tanah sehingga pada akhirnya masuk dan berproses dalam
metabolisme tubuh manusia melalui kontak kulit, sistem pernafasan dan
pencernaan. Kadar logam berat yang telalu banyak di dalam tubuh manusia
akan mempengaruhi metabolisme baik dalam jangka waktu yang lama
maupun singkat (NRCS 2000).
Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan, kontaminasi timbal
lebih menyerang sistem syaraf dibanding sistem organ yang lain. Beberapa
gejala keracunan timbal yang tampak antara lain lemas, mudah mengantuk
dan kurangnya konsentrasi. Masuknya timbal kedalam sistem metabolisme
tubuh manusia akan mengurangi kecepatan impuls untuk bergerak dalam
sistem syaraf dan mengganggu mekanisme perpindahan impuls antar sel
syaraf (WHO 1995). Dampak jangka panjang dari akumulasi timbal pada
tubuh manusia adalah terjadinya kerusakan sistem memori pada otak,
kurangnya sensitifitas kulit dan berkurangnya kemampuan untuk memahami,
serta mengganggu kinerja hemoglobin dalam darah (WHO 1995). Mortada
et al.(2001) menyatakan bahwa selain menyerang sistem syaraf dan
peredaran darah, kontaminasi timbal juga mengganggu kinerja ginjal pada
sistem ekskresi.
Secara alami, sebagian logam berat seperti Cu dan Zn bersifat
esensial bagi tanaman dan berada dalam tanah pada konsentrasi yang tidak
berlebih atau bahkan kurang . Tetapi, sebagai akibat dari aktivitas manusia,
kadar logam berat di tanah dapat mencapai taraf yang membahayakan.
Lacatusu (2000) menyebutkan kisaran kadar logam berat yang belum atau
tidak langsung berdampak negatif pada pertumbuhan dan perkembangan
tanaman serta komponen lingkungan lainnya disebut kontaminasi,
sedangkan kisaran kadar logam berat dalam tanah yang telah menyebabkan
dampak negatif pada sebagian atau seluruh komponen lingkungan disebut
pencemaran. Logam berat yang mencemari tanah berpotensi berpindah ke
tempat dengan elevasi yang lebih rendah melalui erosi dan aliran permukaan
(Vangronsveld & Cunningham 1998 dalam Sudadi 2009)
Yong dan Mulligan (2004) menjelaskan penyebab utama terjadinya
penyebaran pencemar suatu tempat adalah karena: (1) pembuangan limbah
cair yang tak terkontrol, (2) kurangnya manajemen dan kontrol pada
kegiatan yang berhubungan dengan proses kimiawi, (3) saluran pembuangan
limbah cair dan run-off yang tidak cukup dan memadai, (4) tempat
pembuangan zat berbahaya yang kurang baik, (5) adanya run-off dari
3
sumber pencemar tak-tetap (non-point source) dan (6) kegiatan penimbunan
gelap (illicit dumping). Beberapa kegiatan manusia yang secara umum
merupakan sumber kontaminasi logam berat adalah: (1) tambang, (2)
manufaktur, (3) kegiatan pertanian terutama pada kegiatan pemupukan dan
penggunaan pestisida dan (4) aktivitas rumah tangga.
Timbal digunakan sebagai bahan dasar atau campuran pada BBM
dan cat. Tingkat dan ragam aktivitas yang terjadi pada suatu daerah akan
mempengaruhi tingkat pencemaran yang terjadi di daerah tersebut. Pada
kawasan industri seperti Cileungsi yang banyak terdapat pabrik, tingkat
pencemarannya berbeda dengan daerah pedesaan. Hal ini disebabkan oleh
intensitas sumber pencemar yang berbeda. Pabrik-pabrik yang berada di
Cileungsi merupakan pabrik skala besar, seperti pabrik semen dan otomotif,
yang menghasilkan limbah cair, padat serta gas. Di daerah perkotaan dan
industri, sumber kontaminan timbal lebih banyak dibandingkan di daerah
pertanian, karena padatnya transportasi dan gedung-gedung di daerah
perkotaan. Di negara-negara maju seperti Amerika Serikat, tren pencemaran
timbal semakin menurun, karena sudah diterapkan beberapa kebijakan untuk
mengurangi penggunaan timbal pada BBM dan bahan bakar industri (Jarup
2003).
Tidak semua bentuk logam berat di dalam tanah tersedia bagi
tanaman. Hanya logam berat yang larut dalam larutan tanah dan berada pada
area jangkauan akar saja yang mampu masuk kedalam metabolisme
tanaman melalui proses absorpsi oleh akar. Pada taraf tertentu, akumulasi
logam berat pada tanaman tidak mengganggu proses metabolisme tanaman
atau hanya terakumulasi saja di dalam jaringan tanaman tanpa ikut berproses
dalam metabolisme tanaman. Tetapi pada taraf pencemaran tertentu, kadar
logam timbal dapat mempengaruhi proses metabolisme tanaman. Pada taraf
tersebut tanaman akan mengalami gangguan seperti pertumbuhan yang
kerdil. Secara alami, tanaman memiliki kemampuan untuk melakukan
penyerapan hara yang selektif, yaitu mampu menahan unsur-unsur
berbahaya seperti logam berat agar tidak ikut terserap kedalam tajuk
tanaman. Unsur-unsur tersebut hanya terakumulasi dalam zona perakaran.
Tetapi, jika kadar unsur logam berat tersebut telah cukup tinggi, maka
tanaman tidak lagi memiliki kemampuan untuk menahan tingginya kadar
unsur tersebut sehingga pada akhirnya terserap kedalam tajuk tanaman.
Proses-proses alami mampu mempengaruhi kelarutan logam Pb
dalam tanah. Pada dasarnya, tanaman mengabsorpsi unsur-unsur dalam
tanah dalam bentuk larutan, sehingga keberadaan air sangat mempengaruhi
keterserapan unsur logam timbal pada tanaman. Curah hujan, panjang hari,
musim, panjang musim dan evapotranspirasi sangat mempengaruhi
kelarutan logam timbal dalam tanah, karena secara langsung mempengaruhi
kadar air dalam tanah. Banyaknya kadar logam timbal yang terlarut dalam
larutan tanah atau tersedia bagi tanaman juga dipengaruhi oleh faktor tanah.
Beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat kelarutan logam berat timbal
dalam tanah adalah kadar bahan organik, kadar klei, pH serta kapasitas tukar
kation.
4
Tujuan
Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini dilakukan dengan
tujuan untuk mengukur kadar total-Pb dan tingkat kontaminasinya di tiga
transek (hulu, tengah dan hilir) pada kawasan urban-industri Cileungsi,
Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan mengevaluasi pengaruh faktor
pedogenik yaitu pH, kadar klei dan kadar bahan organik.
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu
Pengamatan lapang dan pengambilan contoh tanah dilakukan di
kawasan urban-industri Cileungsi yang mencakup wilayah kecamatan
Citeureup, Gunung Putri, Kelapa Nunggal dan Cileungsi, kabupaten Bogor,
Jawa Barat pada musim hujan November 2013. Titik pengambilan contoh
terbagi menjadi tiga transek (hulu, tengah dan hilir) yang termasuk kedalam
wilayah sub-sub-DAS Cileungsi Tengah. Peta lokasi penelitian disajikan
pada Gambar 1. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium Kimia dan
Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, IPB
pada Februari sampai Mei 2013.
Kontaminasi Pb pada
Tiga Transek Lahan
Pertanian di Kawasan
Urban-Industri
Cileungsi,
Jawa Barat
Gambar 1 Peta lokasi titik contoh tanah.
5
Bahan dan Alat
Bahan kimia yang digunakan adalah untuk analisis kadar total-Pb
tanah (Aqua Regia; HClp:HNO3p=3:1), untuk analisis C-organik (K2Cr2O7,
H2SO4, FeSO4) dan untuk analisis tekstur (H2O2, Na-pirophosphate dan
HCl). Peralatan lapang yang digunakan adalah peta topografi, GPS dan bor
tanah. Peralatan labratorium yang digunakan adalah pH meter, AAS dan
peralatan gelas.
Metode Penelitian
Pengamatan lapang dan pengambilan contoh tanah
Persiapan dilakukan dengan menandai posisi 15 titik-titik
pengamatan yang terbagi menjadi tigaposisi transek (A-hulu, B-tengah dan
C-hilir) pada peta. Pada setiap transek terdapat lima titik pengamatan.
Contoh tanah diambil secara komposit pada kedalaman 0-10, 10-20 dan 2030 cm.
Analisis Tanah
Analisis tanah dilakukan terhadap kadar total-Pb menggunakan Aqua
Regia (HClp:HNO3p=3:1, AAS, PbAR), pH H2O 1:1, C-Organik (Walkley &
Black) dan tekstur (Pipet). Sebelum dianalisis, contoh tanah dikeringudarakan, diayak lolos saringan 2 mm untuk analisis tekstur dan lolos
saringan 0.5 mm untuk analisis kadar PbAR, pH dan C-Organik.
Penentuan Tingkat Kontaminasi/Pencemaran Pb dalam Tanah
Tingkat kontaminasi/pencemaran Pb tanah dievaluasi berdasarkan
nilai indeks c/p menurut prosedur Lacatusu (1998). Sebelum 1998,
interpretasi status kadar logam berat dalam tanah hanya dilakukan dengan
cara perbandingan antara nilai yang diperoleh dari hasil analisis contoh
tanah alami atau yang tidak dipengaruhi oleh tindakan manusia dengan hasil
analisis terhadap contoh tanah yang terkontaminasi/tercemar. Dalam
perkembangan berikutnya, ditetapkan suatu nilai batas maksimum kadar
logam berat dalam tanah yang masih diperbolehkan (maximum allowable
limit, MAL). Pada tahun 1998, Lacatusu mengusulkan satu tahapan
tambahan
untuk
memperbaiki
interpretasi
terhadap
tingkat
kontaminasi/pencemaran logam berat dalam tanah dengan secara langsung
mempertimbangkan karakteristik dasar/spesifik yang mempengaruhi
kapasitas maksimum tanah dalam meretensi logam berat, yaitu kadar bahan
organik dan klei.
Menurut prosedur Lacatusu ini, tingkat
kontaminasi/pencemaran
dibagi
ke
dalam
5
kelas
(dari
terkontaminasi/tercemar sangat ringan sampai sangat berat).
Prosedur Lacatusu dimulai dengan penyusunan rumus untuk
menetapkan nilai rujukan sebagai dasar perhitungan terjadi-tidaknya
kontaminasi logam berat dalam tanah (dinamakan Nilai A). Kemudian
ditetapkan nilai yang menunjukkan tingkat kadar logam berat dalam tanah
pada kisaran batas maksimum yang diperbolehkan (MAL) (Nilai B) dan
tingkat kadar logam berat dalam tanah yang menunjukkan bahwa tindakan
6
dekontaminasi atau pemulihan sudah diperlukan (Nilai C) seperti yang
disajikan pada Tabel 1. Selanjutnya dihitung nilai Indeks
Kontaminasi/Pencemaran (c/p). Indeks ini menunjukkan nisbah antara kadar
logam berat yang secara efektif terukur dalam tanah melalui analisis kimia
dengan nilai rujukan (nilai A dari seri ABC pada Tabel 1) yang diperoleh
dari perhitungan untuk setiap contoh tanah.
Nilai indeks c/p>1 menunjukkan kisaran terjadinya pencemaran dan
nilai indeks c/p C-hilir (0.25). Nilai tersebut mengambarkan bahwa
daerah transek B-tengah lebih terkontaminasi dibandingkan daerah transek
lain. Meskipun kadar PbAR pada transek B-tengah bukan yang tertinggi,
tetapi nilai indeks c/p Pb di transek ini menunjukkan nilai yang tertinggi
dibandingkan dengan transek lain. Hal tersebut karena transek B-tengah
memiliki nilai rujukan A yang paling rendah (85.25), yang mengindikasikan
kemampuan retensi tanah terhadap Pb yang paling rendah, sedangkan pada
bagian A-hulu (85.52) dan C-hilir memiliki nilai rujukan A yang lebih
tinggi (114.23). Berdasarkan pengamatan lapang, areal transek B-tengah
dekat dengan jalan tol dan didominasi pemukiman, sedangkan areal transek
A-hulu sebagian besar penggunaan lahannya adalah permukiman dan
terdapat lebih banyak ruang terbuka hijau dibandingkan transek B-tengah
dan C-hilir.
Kadar PbARdi tiga transek berdasarkan kedalaman
Kedalaman mempengaruhi kadar Pb tanah. Semakin dalam tanah
maka pengaruh geogenik meningkat. Menurut Alloway (1995), kadar Pb
dalam tanah juga dipengaruhi oleh faktor pedogenik. Hasil pelapukan bahan
induk tanah seperti batu napal, batukapur dan batuliat banyak mengandung
Pb. Proses-proses alami seperti hujan mampu menurunkan kadar Pb tanah.
Gambar 4 menunjukkan terjadinya penurunan kadar PbAR dari tahun 2006
ke 2013. Penurunan tertinggi terjadi pada kedalaman 20-30 cm (38.182
mg/kg). Nilai indeks c/p juga mengalami penurunan dari tahun 2006 ke
2013 (Gambar 5). Penurunan nilai indeks c/p Pb pada kedalaman 0-10 cm
(0,17) < 10-20 cm (0.29) < 20-30 cm (0.31). Hal ini mengindikasikan bahwa
dampak negatif dari kontaminasi Pb di lokasi penelitian mengalami
penurunan.
Gambar 4 juga menunjukkan perbedaan pola kadar PbAR pada setiap
kedalaman. Pada tahun 2006, kadar PbAR bertambah dengan kedalaman dan
sebaliknya pada tahun 2013. Hal ini mengindikasikan bahwa pengaruh
bahan induk menurun dengan bertambahnya waktu antara lain akibat proses
alamiah seperti hujan yang mampu mentranslokasikan Pb. Kadar PbAR yang
lebih tinggi pada lapisan tanah yang memiliki kontak langsung dengan
atmosfer (kedalaman 0-10 cm) mengindikasikan dominansi proses deposisi
atmosferik dalam mempengaruhi kadar Pb dalam tanah.
10
100,00
2006
50,00
2013
0,00
0-10 cm
10-20 cm
20-30 cm
Gambar 4 Kadar PbAR berdasarkan kedalaman.
1,00
0,50
2006
0,00
2013
0-10 cm
10-20 cm
20-30 cm
Gambar 5 Nilai indeks c/p Pb berdasarkan kedalaman.
Hubungan PbAR dengan pH, kadar bahan organik dan klei
Fraksi aktif Pb atau yang dapat diserap tanaman bergantung pada
bentuk Pb yang ada di tanah. Bentuk Pb dalam tanah dipengaruhi oleh
faktor alami seperti komposisi mekanik tanah, mineralogi, kadar bahan
organik dan pH larutan tanah (Yaron et al.1996). Pada Gambar 6
ditampilkan grafik hubungan antara PbAR dengan pH, %BO dan %Klei.
Berdasarkan analisis regresi linier yang dilakukan terhadap 45 pasangan
data (n=45) diperoleh hubungan antara faktor-faktor alamiah tanah
(pH, %BO dan %klei) dengan kadar PbAR. Persamaan regresi linier
hubungan tiap-tiap faktor alami tersebut sebagai sumbu X dengan PbAR
sebagai sumbu Y disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Persamaan Regresi Hubungan PbAR dengan pH, %BO dan %Klei
Faktor
alamiah
pH
%BO
%Klei
Persamaan regresi
r
p
n
y = 25.7592 + 0.0903X
y = 12.1989 + 5.2838X
y = 30.8367 - 0.1059X
0.0055
0.5345
-0.2105
0.9715
0.0002
0.1651
45
45
45
Pengaruh pH terhadap kadar PbAR tidak nyata (nilai p>0.05). Bahan
organik merupakan faktor penting yang mempengaruhi mobilitas
kontaminan logam dalam tanah maupun air (Sparks 2003). Hal tersebut
berhubungan dengan kemampuan bahan organik untuk mengkhelat logam
berat sehingga menjadi fraksi non-aktif dalam larutan tanah. Hubungan
antara bahan organik (BO) dengan kadar PbAR menunjukkan nilai r yang
positif dan sangat nyata (0.5345) dengan nilai p=0.0002. Hal tersebut
disebabkan tanah di lokasi penelitian didominasi oleh tanah-tanah yang
memiliki bahan organik yang cukup tinggi.
11
PbAR
60
40
20
0
5,0
5,5
6,0
6,5
7,0
7,5
8,0
pH
PbAR
60
40
20
0
0
1
2
3
4
5
60,00
80,00
100,00
%BO
60
PbAR
40
20
0
0,00
20,00
40,00
%Klei
Gambar 6 Hubungan PbAR dengan pH, %BO dan %Klei.
Mineral sekunder tanah yang mendominasi lokasi penelitian diduga
adalah monmorilonit. Mineral tersebut memiliki muatan negatif yang
mampu menjerap kation-kation seperti Pb. Berdasarkan hasil analisis regresi
diketahui bahwa %klei berbanding terbalik dengan kadar PbAR dengan nilai
r=-0.2105 namun tidak nyata (p=0.1651). Hal tersebut disebabkan adanya
dominasi dari pengaruh bahan organik.
Untuk mengetahui pengaruh posisi transek terhadap hubungan PbAR
dengan faktor tanah maka dilakukan analisis regresi linier berdasarkan
posisi transek (Tabel 5).
Tabel 4. Persamaan regresi PbAR dengan pH, %BO dan %Klei pada tiap
transek
Transek
Hulu
Tengah
Faktor
alamiah
pH
%BO
%Klei
pH
%BO
%Klei
Persamaan regresi
r
p
n
y = -19.3236 + 6.8067X
y = 6.8211 + 6.0785X
y = 32.6709 – 0.2305X
y = -228.2771 + 34.4098X
y = 8.0718 + 6.3272X
y = 44.9254 – 0.6016X
0.4453
0.8543
-0.5402
0.6198
0.6827
-0.8249
0.0962
0.00005
0.0376
0.0137
0.0050
0.0002
15
15
15
15
15
15
12
Hilir
pH
%BO
%Klei
y = 81.8612 – 8.9984X
y = 16.7619 + 5.148X
y = 22.5565 + 0.0964X
-0.2412
0.3458
0.1475
0.3865
0.2068
0.5999
Pada bagian hulu, kadar PbAR berkorelasi sangat nyata positif dengan
kadar bahan organik (p=0.00005) dan berkorelasi nyata negatif dengan
kadar klei (p= 0.0376). Pada transek B-tengah, kadar PbAR secara nyata
berkorelasi positif dengan pH (p=0.0137) dan secara sangat nyata positif
dengan %BO (p=0.0050) dan negatif dengan %Klei (p=0.0002). Pada
transek C-hilir, ketiga faktor tidak berkorelasi dengan PbAR (p>0.05).
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1.
2.
3.
4.
Rataan kadar PbAR (mg/kg) pada musim hujan 2013 di transek C-hilir
(28.52) > B-tengah (25.36) > A-hulu (25.18), namun rataan nilai indeks
c/p Pb pada transek B-tengah (0.34) > A-hulu (0.31) > C-hilir (0.25).
Indeks c/p Pb terendah (0.13, kontaminasi ringan) pada titik B1,
sedangkan yang tertinggi (0.76, kontaminasi sangat berat) pada titik B4.
Rataan kadar PbAR (mg/kg) pada kedalaman 0-10 cm (28,27) > 10-20
cm (27.06) > 20-30 cm (23.74) dengan rataan nilai indeks c/p Pb pada
kedalaman 0-10 cm (0.32) > 10-20 cm (0.31) > 20-30 cm (0.27).
Pada transek hulu, PbAR berkorelasi sangat nyata positif dengan bahan
organik (p=0.00005) dan nyata negatif dengan klei (p= 0.0376). Pada
transek tengah, PbAR berkorelasi nyata positif dengan pH (p=0.0137)
dan sangat nyata positif dengan %BO (p=0.0050) dan negatif
dengan %Klei (p=0.0002). Pada transek hilir, ketiga faktor tidak
berkorelasi dengan PbAR (p>0.05).
Kadar PbAR dan indeks c/p Pb pada musim hujan 2013 lebih rendah
daripada musim hujan tahun 2006.
Saran
Untuk mengeksplorasi kondisi kontaminasi Pb yang lebih menyeluruh,
perlu dilakukan penelitian pada kawasan yang lebih hilir dengan elevasi
tapak yang lebih rendah di DAS yang sama pada musim hujan dan kemarau.
DAFTAR PUSTAKA
Adriano DC. 2000. Trace Elements in Terrestrial Envirnments:
Biogeochemistry, Bioavailability, and Risks of Metals. SpringerVerlag. New York
Alloway BJ. 1995. Heavy Metal in Soil.2nd ed. Blackie Academic &
Professional. London
15
15
15
13
Badan Statistik.2013.Kecamatan Cileungsi dalam Angka 2013.
BohnH, McNeal B, O’Connor G. 1979. Soil Chemistry.John Wiley
Publishing. New York
Chaney RL,GiordanoPM. 1977.Microelements as Related to Plant
Deficiencies and Toxicitiesdalam Sudadi U. 2009. Inaktivasi In Situ
Pencemaran Kadmium dan Plumbum pada Tanah Pertanian
Menggunakan Amelioran dan Pupuk pada Dosis Rasional untuk
Budidaya Tanaman. Disertasi.Institut Pertanian Bogor. Bogor
Cottenie A, Verloo M. 1984. Analytical Diagnosis of Soil Pollution with
Heavy Metals.Fresenius Zietschrift Anal Chem
Jarup L. 2003. British Medical Bulletin.The British Council.Newtownabbey.
UK
Lacatusu R. 1998. Apparising level of soil contamination and pollution with
heavy metals.InHeineke HJ, Eckelmann W, Thomasson AJ, Jones
RJA, Montanarella L, Buckley B. (eds). Land Information System:
Development for Planning the Sustainable Use of Land Resources.
EUR 17729 EN 546p.(1998). European Soil Bureau Res. Report No.4.
Office for Official Publications of The European Communities,
Luxemburg
Lacatusu, R. 2000. Appraising Levels of Soil Contamination with Heavy
Metals.Eur Soil Bureu Res Rep No. 4.Official Publising Eur Comm.
Lepp NW. 1981. Effect of Heavy Metal Pollution.Vol 2.Effect on
Plant.Applied Science Publisher. London
Mortada WI, Sobh MA, El-Defrawy MM, Farahat SE. 2001.Study of Lead
Exposure from Automobile Exhaust as a Risk for Nephrotoxicity
among Traffic Policemen.US National Library of Medicine.Bethesda,
USA
NRCS. 2000. Heavy Metal Soil Contamination. Soil Quality Institute. USA
Republik Indonesia. 2006. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor 05 Tahun 2006. Sekretariat Negara. Jakarta.
Sparks DL. 2003.Enviromental Soil Chemistry.Elsevier. London.
Sudadi U. 2009. Inaktivasi In Situ Pencemaran Kadmium dan Plumbum
pada Tanah Pertanian Menggunakan Amelioran dan Pupuk pada Dosis
Rasional untuk Budidaya Tanaman. Disettasi.Institut Pertanian Bogor.
Bogor
WHO. 1995. Inorganic Lead. Geneva, Switzherland
Yaron B, Calvet R, ProstR. 1996. Soil Pollution Process and
Dynamic.Springer-Verlag. New York
Yong RN, Mulligan CN. 2004. Natural Attenuation of Contaminats in Soils.
Lewis Publisher. Florida
14
LAMPIRAN
Lampiran 1.
Nilai pH, kadar liat, kadar bahan organik, kadar PbAR dan
indeks c/p Pb pada tiga transek di musim hujan tahun 2013
Koordinat
titik (o ’ ”)
Kedalaman
(cm)
1
6 29 10 LS
106 53 27 BT
2
6 29 09 LS
106 53 43 BT
3
6 29 11 LS
106 54 22 BT
4
6 29 11 LS
106 54 22 BT
5
6 29 10 LS
106 55 04 BT
0-10
10-20
20-30
0-10
10-20
20-30
0-10
10-20
20-30
0-10
10-20
20-30
0-10
10-20
20-30
pH
Klei
H2O
(%)
(1:1)
Transek A-Hulu
6,5
10,51
6,5
16,76
6,5
10,40
7,0
17,89
7,0
11,46
7,0
30,27
7,2
25,57
7,1
55,32
6,9
47,67
6,2
37,60
6,4
37,89
6,1
47,34
6,0
43,81
5,9
49,41
6,0
45,61
Bahan
Organik
(%)
PbAR
(mg/kg)
Indeks
c/p
Pb
4,59
4,43
2,79
4,02
3,38
2,31
3,94
3,17
2,53
2,02
1,78
1,42
3,24
3,21
2,49
35.071
35.601
29.932
25.950
23.751
21.650
35.960
28.856
25.095
19.315
17.315
14.326
20.240
25.155
19.481
0,60
0,50
0,47
0,36
0,36
0,26
0,45
0,26
0,25
0,21
0,19
0,14
0,23
0,24
0,19
3,51
2,90
1,99
2,36
2,09
1,59
0,47
0,47
0,61
4,58
3,91
3,40
4,04
4,53
4,56
14.800
13.124
10.010
23.825
20.945
16.770
12.614
16.563
15.448
51.308
49.383
45.547
27.395
34.922
27.820
0,17
0,14
0,09
0,22
0,22
0,17
0,14
0,16
0,15
0,74
0,78
0,76
0,43
0,53
0,40
Transek B-Tengah
6
6 27 44 LS
106 53 27 BT
7
6 27 53 LS
106 53 38 BT
8
6 27 57 LS
106 53 42 BT
9
6 28 11 LS
106 53 54 BT
10
6 28 20 LS
106 54 08 BT
0-10
10-20
20-30
0-10
10-20
20-30
0-10
10-20
20-30
0-10
10-20
20-30
0-10
10-20
20-30
7,0
7,0
6,9
7,3
7,7
7,3
7,4
7,6
7,5
7,6
7,6
7,6
7,3
7,4
7,5
43,64
38,30
51,83
55,65
40,64
43,80
50,69
47,52
51,05
14,91
9,55
6,35
8,61
10,21
14,97
15
Koordinat
titik (o ’ ”)
11
6 28 30 LS
106 55 22 BT
12
6 26 40 LS
106 55 39 BT
13
6 26 44 LS
106 55 54 BT
14
6 26 44 LS
106 55 59 BT
15
6 26 46 LS
106 56 04 BT
Kedalaman
(cm)
0-10
10-20
20-30
0-10
10-20
20-30
0-10
10-20
20-30
0-10
10-20
20-30
0-10
10-20
20-30
pH
Bahan
Klei
H2O
Organik
(%)
(1:1)
(%)
Transek C-Hilir
5,5
5,4
5,4
6,3
6,4
6,2
6,2
6,2
6,2
5,8
5,8
5,6
5,9
5,9
6,0
96,48
91,09
80,59
80,41
76,99
72,27
47,47
39,43
49,35
46,22
58,36
60,10
45,16
36,33
48,90
3,54
3,14
2,62
4,00
2,42
2,59
2,54
1,97
1,53
2,50
2,07
1,80
1,36
1,00
1,20
PbAR
(mg/kg)
Indeks
c/p
Pb
27.090
28.695
21.074
41.131
25.539
20.894
26.109
23.684
18.146
46.259
46.725
55.188
16.979
15.582
14.779
0,20
0,20
0,15
0,31
0,19
0,16
0,29
0,25
0,18
0,47
0,42
0,50
0,17
0,17
0,14
16
Lampiran 2.
Kordinat titik
(o ’ ”)
Nilai pH, kadar liat, kadar bahan organik, kadar PbAR dan
indeks c/p Pb pada tiga transek di musim hujan tahun 2006
Kedalaman
(cm)
pH
H2O
(1:1)
Klei
(%)
Bahan
organik
(%)
PbAR
(mg/kg)
Indeks
c/p
Pb
2,46
1,63
1,62
3,38
2,19
1,18
1,86
1,28
0,91
1,48
1,49
1,09
3,86
2,20
1,98
49,42
65,62
65,28
32,42
45,45
46,36
20,04
72,67
60,52
32,27
49,87
37,32
48,89
58,56
84,35
0,51
0,67
0,61
0,42
0,53
0,47
0,22
0,78
0,59
0,42
0,64
0,44
0,49
0,55
0,71
4,38
3,64
2,96
2,04
0,92
0,64
2,82
2,05
0,88
2,53
1,61
1,34
2,48
2,33
2,24
72,85
78,94
86,50
48,47
42,42
65,23
36,71
51,26
53,92
81,80
65,17
61,42
28,02
48,49
20,73
0,67
0,70
0,77
0,46
0,39
0,56
0,37
0,51
0,50
1,14
0,91
0,78
0,36
0,61
0,26
Transek A-Hulu
1
6 29 10 LS
106 53 27 BT
2
6 29 09 LS
106 53 43 BT
3
6 29 11 LS
106 54 22 BT
4
6 29 11 LS
106 54 22 BT
5
6 29 10 LS
106 55 04 BT
0-10
10-20
20-30
0-10
10-20
20-30
0-10
10-20
20-30
0-10
10-20
20-30
0-10
10-20
20-30
6.9
6.8
6.8
6.8
6.8
6.9
6.7
6.7
6.8
7.2
6.8
6.8
6.6
6.8
6.7
44.45
46.80
56.07
24.14
33.81
46.66
40.36
41.55
51.68
24.48
26.68
34.44
46.86
54.44
67.05
Transek B-Tengah
6
6 27 44 LS
106 53 27 BT
7
6 27 53 LS
106 53 38 BT
8
6 27 57 LS
106 53 42 BT
9
6 28 11 LS
106 53 54 BT
10
6 28 20 LS
106 54 08 BT
0-10
10-20
20-30
0-10
10-20
20-30
0-10
10-20
20-30
0-10
10-20
20-30
0-10
10-20
20-30
6.9
6.9
6.8
6.5
6.6
6.2
7.0
6.8
7.0
7.0
6.9
6.9
6.7
6.9
6.8
54.17
58.83
59.28
52.45
59.22
66.72
46.08
48.44
56.62
19.00
20.14
27.29
25.51
26.67
28.88
17
Kordinat
titik (o ’ ”)
Kedalaman
(cm)
pH
H2o
(1:1)
Klei
(%)
Bahan
organik
(%)
PbAR
(mg/kg)
Indeks
c/p
Pb
3,48
3,46
2,69
2,98
2,35
2,26
1,95
1,84
1,41
1,25
0,88
0,69
2,81
1,69
1,30
37,16
39,86
45,57
46,41
59,02
73,88
42,75
49,68
52,97
36,17
38,96
45,75
61,58
103,32
129,03
0,38
0,39
0,43
0,37
0,45
0,52
0,50
0,53
0,51
0,44
0,46
0,48
0,58
0,88
1,01
Transek C-Hilir
11
6 28 30 LS
106 55 22 BT
12
6 26 40 LS
106 55 39 BT
13
6 26 44 LS
106 55 54 BT
14
6 26 44 LS
106 55 59 BT
15
6 26 46 LS
106 56 04 BT
0-10
10-20
20-30
0-10
10-20
20-30
0-10
10-20
20-30
0-10
10-20
20-30
0-10
10-20
20-30
6.9
6.7
6.6
6.5
6.7
6.2
6.6
6.3
6.4
7.1
6.8
6.4
6.0
5.6
5.4
44.42
49.24
52.22
73.98
78.72
89.24
33.81
41.12
52.22
30.68
34.47
44.12
53.68
65.42
76.07
18
RIWAYAT HIDUP
Penulis bertempat tinggal di perum Surya Praja Permai blok C 8 no. 3
kelurahan Sukahati, Cibinong, Bogor. Lahir pada tanggal 6 Maret 1992.
Putra dari pasangan Bapak Djoko kusnarto dan Ibu Rahajoe martedjo.
Lulus dari SMA Plus Muthahhari pada tahun 2010, setelah itu pada
tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa IPB melalui jalur
UTM. Pada tahun berikutnya penulis diterima menjadi mahasiswa
Departemen Manajemen Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian IPB.
Pada masa kuliah, penulis menjadi anggota HMIT dan Azimuth pada
semester 4, sebagai divisi infokom dan seksi internal. Penulis aktif dalam
kegiatan sponsorship dan publikasi pada acara Seminar Nasional Ilmu
Tanah IPB, Temu Alumni, Workshop Jurnalistik dan Kegiatan kecinta
alaman Biro Lingkungan Hidup Azimuth pada semester 5.