Kontaminasi Tembaga Pada Empat Tipe Penggunaan Lahan Pertanian Di Kawasan Urban-Industri Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
KONTAMINASI TEMBAGA PADA EMPAT TIPE PENGGUNAAN
LAHAN PERTANIAN DI KAWASAN URBAN-INDUSTRI
CILEUNGSI, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT
ISHLACHUL MUASYAROH
DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kontaminasi Tembaga
pada Empat Tipe Penggunaan Lahan Pertanian di Kawasan Urban-Industri
Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2014
Ishlachul Muasyaroh
NIM A14100103
RINGKASAN
ISHLACHUL MUASYAROH. Kontaminasi Tembaga pada Empat Tipe Penggunaan Lahan Pertanian di Kawasan Urban-Industri Cileungsi, Kabupaten Bogor,
Jawa Barat. Dibimbing oleh UNTUNG SUDADI dan ARIEF HARTONO.
Lahan pertanian di kawasan urban-industri rentan terhadap kontaminasi
logam berat. Salah satunya adalah tembaga (Cu) yang juga merupakan hara
esensial bagi tumbuhan. Bila kadar dalam tanah dan serapannya oleh tumbuhan
berlebihan maka akan dapat menimbulkan fitotoksisitas. Penelitian ini bertujuan
menetapkan kadar total-Cu dan tingkat kontaminasi/pencemarannya pada tanah
pertanian di kawasan urban-industri Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat
dengan mengevaluasi pengaruh kedalaman tanah, waktu, pH, kadar bahan organik
dan kadar klei pada empat tipe penggunaan lahan.
Lokasi penelitian meliputi wilayah kecamatan Citeureup, Gunung Putri,
Kelapa Nunggal dan Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Contoh tanah
komposit diambil di 15 titik pada kedalaman 0-10, 10-20 dan 20-30 cm yang
mewakili empat tipe penggunaan lahan pertanian (pekarangan, lahan kering,
sawah tadah hujan dan kebun campuran) pada musim hujan 2013. Analisis tanah
dilakukan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah
dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian IPB terhadap total-Cu (Aqua Regia;
HClp:HNO p=3:1; CuAR), pH H O 1:1, C-organik (Walkley & Black) dan tekstur
(Pipet). Tingkat kontaminasi/pencemaran Cu tanah dievaluasi berdasarkan nilai
indeks c/p menurut prosedur Lacatusu (2000). Kontaminasi (c/p 1) merujuk pada kisaran kadar Cu tanah
yang telah mengakibatkan dampak negatif terhadap komponen lingkungan.
Pada kedalaman 0-30 cm tanpa membedakan tipe penggunaan lahan, kadar
klei berpengaruh nyata positif terhadap kadar CuAR. Kadar CuAR (mg/kg) pada
kedalaman 0-10 cm (39.55) > 10-20 cm (38.45) > 20-30 cm (36.78) mengindikasikan bahwa sumber kontaminasi Cu adalah proses antropogenik. Indeks c/p Cu
pada kedalaman 0-30 cm (0.60-1.50) menunjukkan tanah terkontaminasi berat
sampai tercemar sangat ringan oleh Cu. Rataan indeks c/p Cu pada kedalaman 010 cm (0.99) > 10-20 cm (0.98) > 20-30 cm (0.94) yang telah mendekati nilai 1.00
menunjukkan besarnya peluang terjadinya fitoksisitas Cu. Kadar CuAR (mg/kg) di
kebun campuran (54.66) > pekarangan (45.29) > sawah tadah hujan (27.19) >
lahan kering (25.89), namun indeks c/p Cu di pekarangan (1.44) > kebun
campuran (1.03) > sawah tadah hujan (0.74) > lahan kering (0.66). Di lahan
pekarangan, pH, kadar bahan organik dan klei tidak berpengaruh nyata terhadap
kadar CuAR. Di lahan kering dan sawah tadah hujan, kadar CuAR menurun secara
nyata dengan meningkatnya kadar bahan organik yang mengindikasikan
peningkatan pembentukan Cu-organik larut dan tranlokasinya. Di kebun
campuran, kadar bahan organik dan klei berpengaruh nyata positif terhadap kadar
CuAR yang mengindikasikan peningkatan retensi Cu oleh koloid organik dan
mineral klei tanah. Kadar CuAR dan indeks c/p Cu pada musim hujan 2013
menurun dibandingkan pada musim hujan 2006.
Kata kunci: Cu tanah, indeks c/p, kontaminasi/pencemaran, penggunaan lahan.
SUMMARY
ISHLACHUL MUASYAROH. Copper Contamination in Four Agricultural
Land-use Types in Cileungsi Urban-Industrial Area, Bogor District, West Java.
Supervised by UNTUNG SUDADI and ARIEF HARTONO.
Agricultural lands in an urban-industrial area are susceptible to heavy
metals contamination. One of these heavy metals is copper (Cu). It is also an
essential nutrient for plant and animal. When its content in soil and its absorption
by plant is excessive, it may cause phytotoxicity. This research was aimed at to
determine the total-Cu content and its contamination/pollution level in
agricultural soils at the Cileungsi urban-industrial area, Bogor district, West Java
by evaluating the effects of soil depth, time, soil pH, clay and organic matter
content in four land-use types.
The research area covers the region of Citeureup, Gunung Putri, Kelapa
Nunggal and Cileungsi sub-districts, Bogor district, West Java. Composite soil
samples were taken on the rainy season of November 2013 from 15 points at 0-10,
10-20 and 20-30 cm depths that representing home yard, up land, rainfed paddy
field, and mixed farmland land-use types. Soil analyses were carried out at the
Soil Chemistry and Fertility Laboratory, Department of Soil Science and Land
Resource, Faculty of Agriculture, IPB on total-Cu (Aqua Regia; HClp:HNO3p=
3:1; CuAR), pH H2O 1:1, organic-C (Walkley & Black) and texture (Pipet). Soil
Cu contamination/pollution level was evaluated based on the c/p index value
according to the Lacatusu (2000) procedure. Contamination (c/p1) referred to the soil Cu concentrations
range that have resulted in negative impacts on the environmental components.
Without differentiating land use type, the clay content at 0-30 cm soil depth
significantly and positively affected CuAR concentration. The CuAR concentration
(mg/kg) at soil depths of 0-10 cm (39.55) > 10-20 cm (38.45) > 20-30 cm (36.78),
indicating that the sources of Cu contamination were of anthropogenic processes.
The Cu c/p index value at 0-30 cm soil depth (0.60-1.50) showed that the soils
were heavily contaminated to very lightly polluted with Cu. The average Cu c/p
index values at soil depths of 0-10 cm (0.99) > 10-20 cm (0.98) > 20-30 cm (0.94)
that have approached 1.00 indicated the high probability of Cu phytotoxicity. The
CuAR concentration (mg/kg) measured at mixed farmland (54.66) > home yard
(45.29) > rainfed paddy field (27.19) > up land (25.89), while the Cu c/p index at
home yard (1.44) > mixed farm land (1.03) > rainfed paddy field (0.74) > up land
(0.66). At the home yard, soil pH, organic matter and clay content did not
significantly affect CuAR. At the up land and rainfed paddy field, the CuAR was
significantly decreasing with the increasing soil organic matter content, indicating
an increase in soluble organic-Cu formation and translocation. At the mixed farm
land, the soil organic matter and clay content were significantly and positively
affecting CuAR, indicating an increase in Cu retention by the soil organic colloids
and clay minerals. The CuAR concentration and Cu c/p index values at the rainy
season of 2013 were decreasing as compared to those of 2006.
Key words: c/p index, contamination/pollution, land use types, soil Cu.
KONTAMINASI TEMBAGA PADA EMPAT TIPE PENGGUNAAN
LAHAN PERTANIAN DI KAWASAN URBAN-INDUSTRI
CILEUNGSI, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT
ISHLACHUL MUASYAROH
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan
DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PRAKATA
Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul “Kontaminasi Tembaga pada Empat Tipe Penggunaan Lahan
Pertanian di Kawasan Urban-Industri Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat”
yang merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pertanian
pada Program Studi Manajemen Sumberdaya Lahan, Deparemen Ilmu Tanah dan
Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Shalawat serta
salam tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat
dan umatNya sampai hari akhir. Skripsi ini merupakan hasil eksplorasi lapang dan
analisis laboratorium yang dilaksanakan sejak November 2013 sampai Mei 2014.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar
besarnya kepada:
1. Bapak Dr Ir Untung Sudadi, MSc sebagai dosen pembimbing I dan
dosen pembimbing akademik yang telah memberikan pengarahan,
saran dan motivasi kepada penulis selama masa perkuliahan,
pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi.
2. Bapak Dr Ir Arief Hartono, MScAgr sebagai dosen pembimbing II,
atas saran dan bimbingan dalam penulisan skripsi.
3. Bapak Dr Ir Darmawan, MSc atas kesediaannya sebagai dosen penguji
skripsi.
4. Kementerian Agama RI yang telah memberikan beasiswa melalui
Program Beasiswa Santri Berprestasi (PBSB) selama menempuh S1 di
Institut Pertanian Bogor.
5. Kedua orang tua tercinta, Bapak Harsono dan Ibu Toyipah, kakak
Choirul Mu’minin, SPd.I atas doa, dukungan dan kasih sayangnya
sehingga dapat mengantarkan penulis ke masa akhir kuliah.
6. USD Team (Abang Alfin, Wira, Nunik, Dinda dan Ayu) atas
kebersamaan dan kekompakannya selama peaksanaan penelitian dan
penulisan skripsi.
7. Keluarga besar Community of Santri Scholars of Ministry of Religious
Affairs (CSS MoRA) Institut Pertanian Bogor dan Soilers 47.
8. Dosen dan seluruh staf Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah,
Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan IPB atas ilmu dan
dukungannya selama masa perkuliahan hingga penulis menyelesaikan
studi.
9. Semua pihak yang telah memberikan bantuannya, baik secara langsung
maupun tidak langsung.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
yang membutuhkan.
Bogor, Agustus 2014
Ishlachul Muasyaroh
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
1
TINJAUAN PUSTAKA
1
Kontaminasi dan Pencemaran Logam Berat dalam Tanah
1
Tembaga
2
METODE
3
Deskripsi Lokasi Penelitian
3
Tempat dan Waktu Penelitian
4
Bahan dan Alat
4
Metode Penelitian
4
HASIL DAN PEMBAHASAN
6
Pengaruh pH, Bahan Organik dan Klei terhadap CuAR
6
Pengaruh Kedalaman terhadap CuAR dan Indeks c/p
7
Pengaruh Tipe Penggunaan Lahan terhadap CuAR dan Indeks c/p
8
Pengaruh pH, Bahan Organik dan Klei terhadap CuAR pada Kedalaman
0-30 cm berdasarkan Tipe Penggunaan Lahan
9
Pengaruh pH, Bahan Organik dan Klei terhadap CuAR pada Empat Tipe
Penggunaan Lahan berdasarkan Kedalaman
11
KESIMPULAN DAN SARAN
12
Kesimpulan
12
Saran
12
DAFTAR PUSTAKA
12
LAMPIRAN
15
RIWAYAT HIDUP
220
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
Nilai interpretasi kadar total-Cu tanah menurut Lacatusu (2000)
Kriteria status kontaminasi/pencemaran logam berat dalam tanah
berdasarkan nilai indeks c/p menurut prosedur Lacatusu (2000)
Persamaan regresi linier hubungan antara kadar CuAR (Y) dengan pH,
kadar bahan organik atau kadar klei (X) pada kedalaman 0-30
berdasarkan tipe penggunaan lahan
Persamaan regresi linier hubungan antara kadar CuAR (Y) dengan pH,
kadar bahan organik atau kadar klei (X) pada empat tipe penggunaan
lahan berdasarkan kedalaman
5
5
10
11
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
Peta penggunaan lahan di lokasi penelitian
Pengaruh pH, kadar bahan organik dan kadar klei terhadap CuAR
Pengaruh kedalaman tanah terhadap kadar CuAR dan indeks c/p Cu
Pengaruh tipe penggunaan lahan terhadap kadar CuAR dan indeks c/p
Perbandingan tingkat kontaminasi Cu pada empat tipe penggunaan
lahan di musim hujan 2006 dan 2013
4
6
8
9
10
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
Titik contoh pada pekarangan, pH H2O, kadar klei, bahan organik,
dan CuAR dan indeks c/p Cu pada musim hujan 2013
Titik contoh pada lahan kering, pH H2O, kadar klei, bahan organik,
dan CuAR dan indeks c/p Cu pada musim hujan 2013
Titik contoh pada sawah tadah hujan, pH H2O, kadar klei, bahan
organik, dan CuAR dan indeks c/p Cu pada musim hujan 2013
Titik contoh pada kebun campuran, pH H2O, kadar klei, bahan
organik, dan CuAR dan indeks c/p Cu pada musim hujan 2013
Kadar minimum, maksimum dan rataan total-Cu serta nilai rataan,
minimum dan maksimum indeks c/p Cu berdasarkan penggunaan
lahan pada musim hujan 2013
15
16
17
18
19
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) didefinisikan sebagai limbah
yang dalam jumlah dan kadar tertentu berbahaya bagi manusia, hewan, tanaman,
dan lingkungan. Termasuk ke dalam kategori ini adalah limbah yang mengandung
logam berat. Logam berat didefinisikan sebagai unsur-unsur logam dengan
kerapatan jenis >6 g.cm-3 (Lepp 1981).
Lahan pertanian di kawasan urban-industri rentan terhadap kontaminasi
logam berat. Salah satunya adalah oleh tembaga (Cu) yang juga merupakan hara
esensial mikro bagi tumbuhan dan hewan. Tembaga merupakan komponen utama
dalam beberapa enzim oksidase (Saeni 1997). Namun, bila berada dalam bentuk
kimia yang dapat diserap tanaman dan kadarnya berlebihan, Cu tanah dapat
terserap tanaman, menimbulkan fitotoksisitas dan selanjutnya memasuki rantai
makanan. Gejala toksisitas Cu pada manusia dikenal dengan penyakit Wilson.
Ditemukan pertama kali pada tahun 1912, penyakit ini disebabkan oleh akumulasi
Cu pada organ hati (Alloway 2005).
Kontaminasi merujuk pada kisaran kadar logam berat dalam tanah yang
belum atau tidak akan segera mengakibatkan dampak negatif terhadap komponen
lingkungan, sedangkan pencemaran merujuk pada kisaran kadar logam berat
dalam tanah yang telah mengakibatkan dampak negatif terhadap sebagian atau
seluruh komponen lingkungan (Lacatusu 2000). Sumber kontaminan/pencemar
Cu tanah antara lain adalah industri-industri tembaga (industri metalurgi, tekstil,
elektronika, dan cat anti karat), pembakaran batubara, kayu, dan minyak bumi,
serta pembuangan limbah di area permukiman/perkotaan (Effendi 2000; Lahuddin
2007).
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan mengeksplorasi kadar total dan tingkat kontaminasi/pencemaran Cu pada tanah pertanian di kawasan urban-industri Cileungsi,
Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan mengevaluasi pengaruh pH, kadar bahan
organik, kadar klei, kedalaman tanah, dan waktu pada empat tipe penggunaan
lahan.
TINJAUAN PUSTAKA
Kontaminasi dan Pencemaran Logam Berat dalam tanah
Kontaminasi dan pencemaran logam berat merupakan salah satu proses
penyebab degradasi sumberdaya tanah yang dapat mengakibatkan menurunnya
mutu dan fungsi ekologis tanah (Blum 1993). Istilah kontaminasi tanah merujuk
pada kisaran kadar kontaminan termasuk logam berat yang terukur dalam tanah
yang belum atau tidak akan segera memberikan pengaruh negatif terhadap
2
pertumbuhan dan perkembangan tanaman atau komponen lingkungan lainnya.
Istilah pencemaran tanah merujuk pada kisaran kadar bahan pencemar termasuk
logam berat yang terukur dalam tanah yang telah menyebabkan pengaruh negatif
terhadap beberapa atau keseluruhan komponen lingkungan (Lacatusu 2000).
Logam berat didefinisikan sebagai unsur-unsur logam dengan kerapatan
jenis >6 g.cm-3(Lepp 1981). Unsur-unsur logam berat yang berpotensi
menimbulkan pencemaran pada lingkungan adalah besi (Fe), arsen (As), kadmium
(Cd), timbal (Pb), merkuri (Hg), nikel (Ni), krom (Cr), seng (Zn) dan tembaga
(Cu) (Saeni 2002). Namun, sebagian dari logam-logam berat merupakan hara
esensial mikro bagi tanaman dan hewan, diantaranya Zn, Cu dan Mn yang
merupakan hara esensial bagi tumbuhan dan Co, Mn, Cu dan Zn bagi hewan
ternak (Alloway 1995).
Tembaga
Sumber
Tembaga merupakan hara esensial mikro untuk tanaman dan hewan. Unsur
ini diperlukan pada berbagai sistem enzim. Oleh karena itu harus selalu
terkandung dalam makanan dan pakan. Namun, tetap harus diperhatikan agar Cu
yang masuk dalam jaringan kadarnya tidak kurang dan juga tidak berlebih (Saeni
1997). Sumber Cu dalam tanah dapat berasal dari proses alami maupun proses
antropogenik. Proses alami berasal dari pelapukan geokimia yang menghasilkan
batuan dan mineral dengan kadar Cu yang berbeda-beda. Kadar Cu pada batuan
beku basa 100-200 ppm, pada batuan metamorfik dan sedimen 30-40 ppm dan
pada batuan beku masam 10-20 ppm (Aubert & Pinta 1977). Pada batuan beku
dalam (granit dan basalt) terkandung 10-100 ppm Cu (Lindsay 1979), sedangkan
proses antropogenik dapat berasal dari aktivitas industri seperti industri metalurgi,
tekstil, dan elektronika, serta sebagai bahan cat anti karat (Effendi 2000). Bahkan
dalam bidang pertanian, garam tembaga (tembaga sulfat/CuSO4) digunakan
sebagai pembasmi jamur dan siput (Darmono 1995).
Hubungan Sifat Kimia Tanah terhadap Cu
Tisdale dan Nelson (1975) menyebutkan bahwa perilaku Cu dalam tanah
dipengaruhi oleh KTK, tekstur, bahan organik dan pH tanah. Makin halus tanah,
maka makin banyak total Cu dalam tanah. Krauskopf (1972) menerangkan bahwa
mineral liat mempunyai kapasitas jerapan yang berbeda terhadap logam berat.
Tembaga dijerap oleh mineral liat menurut deret: montmorilonit > ilit > kaolinit.
Pada pH agak tinggi Cu berbentuk ion kupri (Cu2+) dan tidak mengendap.
Pada pH yang lebih tinggi bentuk Cu(OH)+ lebih dominan dalam larutan tanah.
Akan tetapi pada pH alkalis terjadi pengendapan Cu seperti bentuk CuO, Cu2O
atau Cu(OH)2. Sebaliknya pada pH yang sangat rendah sering diendapkan oleh
adanya H2S dan membentuk CuS atau Cu2S. Tanah akan mengikat Cu dengan
kuat pada pH 7-8. Sebaliknya ikatan ini semakin melemah dengan menurunnya
pH (Afrida et al. 2013).
Bahan organik merupakan sistem kompleks yang dinamis, berasal dari sisa
tanaman dan binatang yang terdapat dalam tanah yang terus-menerus mengalami
perubahan bentuk karena dipengaruhi oleh faktor fisik, kimia dan biologi.
Komponen-komponen yang menyusun bahan organik adalah karbohidrat, selulosa,
3
protein, lignin, lemak dan asam-asam organik, seperti asam humik, fluvik, serta
alkohol dan aldehida (Kononova 1966). Komponen-komponen organik dalam
tanah merupakan agen-agen aktif untuk proses pengkelatan logam berat dan
kelarutan logam-logam tersebut bergantung kepada kekuatan mengikat dan
mobilitas kelat yang terbentuk. logam-logam berat dikelat oleh bahan-bahan
organik tanah dengan urutan Cu > Cd > Zn > Pb dan pengaruh ini sangat
tergantung pada pH dan jenis mineral dalam tanah (Singh dan Steiness 1990).
Toksisitas terhadap Organisme
Gejala toksisitas Cu pada manusia dikenal dengan penyakit Wilson,
ditemukan pertama tahun 1912. Penyakit ini disebabkan oleh akumulasi Cu pada
organ hati (Alloway 2005). Sedangkan kerkurangan Cu akan menyebabkan
anemia karena Cu diperlukan untuk absorpsi dan mobilisasi Fe, yang diperlukan
untuk pembuatan hemoglobin (Whitten et Al. 1992). Sedangkan toksisitas Cu
pada tanaman padi yaitu batang tanaman padi menjadi berwarna coklat kehitaman
sampai dengan coklat ringan dan tanaman padi menjadi mudah rebah (Rokhmah
2008 ).
METODE
Deskripsi Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian merupakan kawasan urban dan industri yang meliputi
wilayah kecamatan Citeureup, Gunung Putri, Kelapa Nunggal dan Cileungsi,
kabupaten Bogor, Jawa Barat. Jenis industri yang beroperasi meliputi industri
makanan minuman dan tembakau, pakaian jadi dan kulit, kayu dan barang-barang
dari kayu, kertas; percetakan dan penerbitan, kimia; petroleum, batu bara, karet
dan barang-barang dari plastik, bahan galian bukan logam, logam dasar, barang
dari logam mesin dan peralatannya, pengelolahan lainnya.
Tempat dan Waktu Penelitian
Pengamatan lapang dan pengambilan contoh tanah dilakukan di 15 titik
yang mewakili empat tipe penggunaan lahan pertanian (pekarangan, lahan kering,
sawah tadah hujan, dan kebun campuran) di kawasan urban-industri Cileungsi,
Kabupaten Bogor, Jawa Barat pada November dan Desember 2013. Analisis tanah
dilakukan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah
dan Sumber-daya Lahan, Fakultas Pertanian IPB pada Februari sampai Mei 2014.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan yaitu 45 contoh tanah dan bahan-bahan kimia HNO
pekat dan HCl pekat untuk analisis kadar total Cu (Aqua Regia), K2Cr2O7, H2SO4,
dan FeSO4 untuk analisis bahan organik, Natrium pirofosfat, H2O2,, dan HCl
untuk analisis tekstur. Alat yang digunakan adalah peta topografi, GPS, peralatan
pengambilan contoh tanah, neraca analitik, pH meter, AAS, dan alat-alat gelas
lainnya.
4
Gambar 1 Peta penggunaan lahan di lokasi penelitian
Metode Penelitian
Pengambilan contoh tanah
Pengambilan contoh tanah dilakukan di 15 titik yang mewakili tipe
penggunaan lahan dominan yaitu lahan kering, sawah tadah hujan, kebun
campuran dan pekarangan di kawasan urban-industri Cileungsi, Kabupaten Bogor.
Contoh tanah diambil secara komposit pada kedalaman 0-10, 10-20 dan 20-30 cm.
Analisis Tanah
Analisis tanah dilakukan terhadap kadar total-Cu (Aqua Regia;
HClp:HNO p 3:1), pH H O 1:1, C-organik (Walkley & Black) dan tekstur (pipet).
Contoh tanah dikeringudarakan, dihaluskan dan disaring lolos saringan 2 mm
untuk analisis tekstur dan lolos saringan 0.5 mm untuk anaisis total-Cu, pH, dan
C-organik.
Penentuan Tingkat Kontaminasi/Pencemaran Cu dalam Tanah
Tingkat kontaminasi/pencemaran Cu tanah dievaluasi berdasarkan nilai
indeks c/p menurut Lacatusu (2000). Kontaminasi merujuk pada kisaran kadar Cu
dalam tanah yang belum atau tidak akan segera mengakibatkan dampak negatif
terhadap komponen lingkungan, sedangkan pencemaran merujuk pada kisaran
kadar Cu dalam tanah yang telah mengakibatkan dampak negatif terhadap
sebagian atau seluruh komponen lingkungan
Prosedur dimulai dengan perhitungan nilai rujukan (Nilai A) berdasarkan
rumus (Tabel 1) sebagai dasar evaluasi terjadi tidaknya kontaminasi/pencemaran.
5
Pada Tabel 1 juga disajikan nilai yang menunjukkan kadar Cu tanah pada kisaran
batas maksimum yang diperbolehkan (Maximum Allowable Limit, MAL) (Nilai
B) dan kadar Cu tanah yang menunjukkan telah perlunya dilakukan tindakan
remediasi (Nilai C). Selanjutnya dihitung nilai indeks kontaminasi/pencemaran
(c/p) yang merupakan nisbah antara kadar total-Cu untuk setiap contoh tanah
dengan nilai A dari seri ABC pada Tabel 1. Nilai indeks c/p >1 menunjukkan
terjadinya pencemaran dan nilai indeks c/p 16.0
Makna
pencemaran sangat ringan
pencemaran ringan
pencemaran sedang
pencemaran berat
pencemaran sangat berat
Analisis Data
Data nilai indeks c/p yang menunjukkan tingkat kontaminasi/pencemaran
logam berat diinterpretasikan secara deskriptif berdasarkan sifat kimia tanah,
kedalaman lapisan tanah, tipe penggunaan lahan dan musim. Pengaruh sifat kimia
tanah yaitu pH, bahan organik dan klei, kedalaman lapisan tanah dan tipe
penggunaan lahan terhadap kadar total logam berat Cu dievaluasi berdasarkan
hasil analisis regresi dan korelasi linier sederhana. Analisis dilakukan
menggunakan perangkat lunak STATISTICA 7 yang melibatkan parameter faktor
sifat kimia tanah, kedalaman lapisan tanah dan tipe penggunaan lahan sebagai
peubah bebas (sumbu X) dan kadar total logam berat sebagai peubah tak bebas
(sumbu Y) menurut persamaan umum Y = a + bX.
6
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh pH, Bahan Organik dan Klei terhadap CuAR
Pada Gambar 2 disajikan pengaruh atau hubungan linier antara pH, kadar
bahan organik dan kadar klei terhadap CuAR. Dalam analisis regresi linier ini
digunakan seluruh pasangan data (n=45).
CuAR (mg/kg) = 50.0227 - 1.956 pH; r = -0.0944; p = 0.5373
80
60
40
20
0
5
5.5
6
6.5
7
7.5 pH
8
CuAR (mg/kg) = 33.194 + 1.4427 BO; r = 0.1176; p = 0.4417
80
60
40
20
0
0
1
2
3
4
5 BO (%) 6
CuAR (mg/kg) = 28.7951 + 0.1957 Klei; r = 0.3074; p = 0.0400
80
60
40
20
0
0
20
40
60
80 Klei (%)100
Gambar 2 Pengaruh pH, kadar bahan organik dan kadar klei terhadap CuAR
Nilai p = 0.54 dan 0.44 pada persamaan regresi linier hubungan antara pH
dan kadar bahan organik terhadap CuAR di lokasi penelitian tanpa membedakan
tipe penggunaan lahan menunjukkan korelasi yang tidak nyata, sedangkan nilai p
= 0.04 menunjukkan korelasi yang nyata antara kadar klei dengan CuAR. Artinya,
secara umum pH dan kadar bahan organik tidak berpengaruh nyata, sedangkan
kadar klei berpengaruh nyata terhadap CuAR tanah di lokasi penelitian.
Nilai koefisien persamaan regresi antara pH dengan CuAR yang bertanda
negatif (-1.956) menunjukkan bahwa peningkatan pH cenderung menurunkan
CuAR atau penurunan pH cenderung meningkatkan CuAR. Dengan meningkatnya
pH maka kation-kation logam berubah menjadi bentuk-bentuk hidroksida atau
7
oksida (Soepardi 1983). Hal ini terjadi karena naiknya pH tanah meningkatkan
muatan negatif pada permukaan mineral klei yang bermuatan tidak tetap, sehingga
kation-kation logam menjadi senyawa yang mengendap (Lindsay 1979). Namun,
mekanisme pergerakan Cu ini tidak berpengaruh terhadap kadar Cu AR. Dalam hal
ini, kadar Cu yang rendah pada pH tinggi mencerminkan penurunan pembebasan
Cu dari pelarutan mineral, serta peningkatan pengkomplekan Cu oleh bahan
organik sebagai Cu terkelat (Lepp 1981).
Nilai koefisien persamaan regresi antara kadar bahan organik dan klei
dengan CuAR yang bertanda positif (1.443 dan 0.196) menunjukkan bahwa
peningkatan kadar bahan organik cenderung akan meningkatkan kadar CuAR dan
peningkatan kadar klei secara nyata meningkatkan kadar CuAR. Hal ini
dikarenakan adanya bahan organik dan klei dalam tanah akan menyebabkan
pengkelatan kation-kation logam seperti Cu. Proses-proses kimia yang terjadi
dalam tanah sebagian besar dilakukan oleh penyusun tanah yang jumlahnya relatif
sedikit, yaitu klei dan humus. Bentuk koloidal, baik klei maupun bahan organik,
merupakan pusat kegiatan dalam tanah di mana terjadi reaksi-reaksi pertukaran
ion (Soepardi 1983).
Pengaruh Kedalaman terhadap CuAR dan Indeks c/p
Gambar 3 menjelaskan pengaruh kedalaman (0-10, 10-20 dan 20-30 cm)
terhadap rataan kadar CuAR dan nilai indeks c/p Cu tanah pada lahan pekarangan,
lahan kering, sawah tadah hujan dan kebun campuran. Juga disajikan pengaruh
kedalaman terhadap CuAR dan indeks c/p Cu tanah secara keseluruhan di lokasi
penelitian.
Kadar CuAR pada lahan pekarangan dan kebun campuran menurun dengan
kedalaman. Hal ini menunjukkan bahwa sumber Cu pada kedua penggunaan lahan
tersebut berasal dari aktivitas antropogenik. Kadar CuAR pada lahan sawah tadah
hujan dan lahan kering terakumulasi pada kedalaman 10-20 cm. Hal ini
menunjukkan bahwa pada areal yang terbuka seperti lahan kering dan sawah tadah
hujan, Cu mudah ditransportasikan dari lapisan atas ke lapisan bawah. Selain itu,
Cu dan Zn bersifat lebih larut dibandingkan Fe, Mn dan Al pada tanah yang aerob
(Bohn et al. 1979). Namun, secara keseluruhan di lokasi penelitian kadar CuAR
menurun dengan kedalaman. Rataan CuAR pada kedalaman 0-10 cm (39.545
mg/kg) > kedalaman 10-20 cm (38.452 mg/kg) > kedalaman 20-30 cm (36.778
mg/kg). Kadar CuAR tertinggi terdapat pada lapisan 0-10 cm yang menunjukkan
bahwa sumber Cu berasal dari proses antropogenik.
Secara umum, kisaran nilai indeks c/p Cu tanah pada kedalaman 0-30 cm
di lokasi penelitian adalah 0.60 sampai 1.50 yang menurut prosedur Lacatusu
(2000) menunjukkan kondisi atau tingkat kontaminasi berat sampai pencemaran
sangat ringan. Jika dikaji per kedalaman, maka indeks c/p Cu pada kedalaman 010 cm (0.99) > 10-20 cm (0.98) > 20-30 cm (0.94). Artinya, pada kedalaman 0-30
cm telah terjadi kontaminasi Cu pada tingkat sangat berat yang menunjukkan
tingginya peluang terjadinya pencemaran tanah dan fitoksisitas Cu yang dapat
mengakibatkan gangguan kesehatan hewan dan manusia melalui rantai makanan.
CuAR (mg/kg)
8
70
60
50
40
30
20
10
0
Indeks c/p
0-10 cm
10-20 cm
20-30 cm
Kebun
Campuran
59.170
53.463
51.350
1.60
1.40
1.20
1.00
0.80
0.60
0.40
0.20
0.00
pekarangan
0-10 cm
10-20 cm
20-30 cm
1.47
1.35
1.50
47.935
45.069
42.868
Sawah Tadah
Hujan
25.964
28.081
27.522
kebun
campuran
1.13
1.03
0.95
sawah tadah
hujan
0.74
0.80
0.70
Pekarangan
Lahan
Kering
25.111
27.197
25.372
Rataan total
39.545
38.452
36.778
lahan kering
rataan total
0.62
0.77
0.60
0.99
0.98
0.94
Gambar 3 Pengaruh kedalaman tanah terhadap kadar CuAR dan indeks c/p Cu
Pengaruh Tipe Penggunaan Lahan terhadap CuAR dan Indeks c/p
Gambar 4 menjelaskan pengaruh tipe penggunaan lahan terhadap rataan
kadar CuAR dan nilai indeks c/p Cu tanah. Kadar CuAR pada kebun campuran
(54.661 mg/kg) > pekarangan (45.291 mg/kg) > sawah tadah hujan (27.189
mg/kg) > lahan kering (25.893 mg/kg). Pada penggunaan lahan kebun campuran
dan pekarangan, sumber Cu adalah aktivitas industri di lokasi penelitian,
sedangkan pada sawah tadah hujan dan lahan kering disebabkan oleh aktivitas
pertanian seperti penggunaan air irigasi dan pupuk P (TSP atau SP-36) yang
mengandung Cu sehingga dapat meningkatkan kadar Cu dalam tanah
(Setyaningrum 2011). Menurut Alloway (1995), pupuk P mengandung 1-300 mg
Cu/kg. Kadar CuAR yang lebih rendah pada sawah tadah hujan dan lahan kering
juga terkait dengan tingkat pencucian Cu ke lapisan yang lebih dalam pada areal
yang terbuka.
9
CuAR (mg/kg)
60
50
40
30
20
10
0
Rataan
kebun
campuran
54.661
45.291
sawah tadah
hujan
27.189
kebun
campuran
1.03
sawah tadah
hujan
0.74
pekarangan
lahan kering
25.893
Indeks c/p
2
1
0
pekarangan
Rataan
1.44
lahan kering
0.66
Gambar 4 Pengaruh tipe penggunaan lahan terhadap kadar CuAR dan indeks c/p
Nilai indeks c/p pada lahan pekarangan (1.44) > kebun campuran (1.03) >
sawah tadah hujan (0.74) > lahan kering (0.66). Hal ini menunjukkan status Cu
tanah menurut prosedur Lacatusu (2000) dari kontaminasi berat sampai
pencemaran sangat ringan. Kadar CuAR pada kebun campuran lebih tinggi
daripada pekarangan. Namun, indeks c/p pada pekarangan lebih tinggi daripada
kebun campuran. Hal ini dikarenakan nilai indeks c/p merupakan nisbah antara
kadar CuAR untuk setiap contoh tanah dengan nilai A (pada Tabel 1) yang
ditentukan oleh kadar bahan organik dan klei. Kadar bahan organik dan klei pada
kebun campuran (2.67% dan 62.96%, Tabel 7) lebih besar daripada pada
pekarangan (3.58% dan 35.56%, Tabel 4). Hal ini berarti bahwa tanah pada kebun
campuran meretensi Cu lebih besar dibandingkan pada lahan pekarangan
dikarenakan semakin tinggi kadar klei dan bahan organik maka semakin tinggi
kadar kation logam berat Cu yang dapat diretensi tanah.
Pengaruh pH, Bahan Organik dan Klei terhadap CuAR pada
Kedalaman 0-30 cm berdasarkan Tipe Penggunaan Lahan
Pada Tabel 3 disajikan hubungan linier antara pH, kadar bahan organik
dan klei terhadap CuAR pada kedalaman 0-30 cm berdasarkan tipe penggunaan
lahan. Pada pekarangan, baik pH, kadar bahan organik maupun klei tidak
bepengaruh nyata terhadap CuAR karena nilai p>0.05. Pada lahan kering dan
sawah tadah hujan, kadar CuAR secara nyata menurun dengan meningkatnya kadar
bahan organik tanah (p 10-20 cm (38.45) > 20-30 cm (36.78) yang
menunjukkan bahwa sumber Cu berasal dari proses antropogenik.
Indeks c/p Cu pada kedalaman 0-30 cm (0.60 - 1.50) menunjukkan tanah
telah terkontaminasi berat sampai tercemar sangat ringan oleh Cu. Indeks c/p
Cu pada 0-10 cm (0.99) > 10-20 cm (0.98) > 20-30 cm (0.94) menunjukkan
tingginya peluang terjadinya pencemaran tanah dan fitoksisitas Cu.
Kadar CuAR (mg/kg) di kebun campuran (54.66) > pekarangan (45.29) >
sawah tadah hujan (27.19) > lahan kering (25.89). Indeks c/p di pekarangan
(1.44) > kebun campuran (1.03) > sawah tadah hujan (0.74) > lahan kering
(0.66).
Pada kedalaman 0-30 cm, pH, kadar bahan organik dan klei tidak bepengaruh
nyata terhadap CuAR di lahan pekarangan. Pada lahan kering dan sawah tadah
hujan, kadar CuAR secara nyata menurun dengan meningkatnya kadar bahan
organik tanah. Pada kebun campuran, kadar bahan organik dan klei berpengaruh nyata positif terhadap CuAR.
Kadar CuAR dan indeks c/p Cu pada keempat tipe penggunaan lahan pada
musim hujan 2013 menurun dibandingkan 2006. Kadar CuAR di pekarangan,
lahan kering, sawah tadah hujan, dan kebun campuran berturut-turut menurun
30.17%, 19.80%, 13.64%, dan 5.90%.
Saran
1.
2.
Perlu dilakukan penelitian serupa pada musim kemarau
Perlu diakukan penelitian serupa di wilayah pertanian di kawasan urbanindustri seperti semarang, Surabaya, Tangerang dll
DAFTAR PUSTAKA
Afrida YY, Indrawati, Refilda. 2013. Penentuan Kandungan Unsur Hara Mikro
(Zn, Cu, dan Pb) di dalam Kompos yang dibuat dari Sampah Tanaman
Pekarangan dan Aplikasinya pada Tanaman Tomat (Solanum
Lycopersicum Mill). J Kimia. 2(1):38.
Alloway BJ. 1995. Heavy Metals in Soils. Second Edition. Blackie Academic &
Professional. An Imprint of Chapman & Hall. Glasgow.
13
Aubert H, Pinta M. 1997. Trace Element in Soils. Elsevier Sci. Publ. Co. New
York.
Blum WEH. 1993. Soil protection concept of Council of Europe and intergrated
soil research, in H.J.P Eijsacker and T. Harmers (eds): Intergrated Soil and
Sediment Research: A Basic for Proper Protection. Kluwer Acad. Publ.
Darmono. 1995. Logam dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. Jakarta (ID): UIPress.
Effendi H. 2000. Telaahan Kualitas Air: Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan
Lingkungan Perairan. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Firaningsih E. 2007. Eksplorasi Tingkat Kontaminasi Logam Berat pada Empat
Tipe Penggunan Lahan di Sub-Das Cileungsi Tengah, Kabupaten Bogor.
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor
Kononova MM. 1966. Soil Organic Matter. Its Nature and Role in Soil Formation
and in Soil Fertility. Pergamon Press. Oxford, London, Idinburgh, New
york, Toronto, Sydney, Paris, Braunschweig.
Krauskopf KB. Geochemistry of micronutrient In Mortvedt, J.J., P.M. Giardano
and W.L. Lindsay (ed). Micronutrient in Agriculture. Soil Sci. Soc. Amer.
Inc. Madison, Wisconsin, USA.
Lacatusu R. 2000. Appraising levels of soil contamination and pollution with
heavy metals. Eur Soil Bureau Res. Report No. 4. Office for Official
Publication of The European Communities, Luxemburg.
Lahuddin. 2007. Aspek Unsur Mikro dalam Kesuburan Tanah. Medan (ID):
Universitas Sumatera Utara.
Lindsay WL. 1979. Chemical Equilibria in Soils. John Wiley & Sons. New York.
Lepp NW. 1981. Effect of Heavy Metal Pollution. Vol2. Effect of Heavy Metal on
Plant. Polythechnic. Liverpool UK. Applied Science Publ. London and
New Jersey.
Rokhmah F. 2008. Pengaruh Toksisitas Cu terhadap Pertumbuhan dan Produksi
Padi (Oryza Sativa L.) serta Upaya Perbaikannya dengan Pupuk Penawar
Racun. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Saeni MS. 1997. Penentuan Tingkat Pencemaran Logam Berat dengan Analisis
Rambut. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
________. 2002. Kimia Logam Berat [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Singh BL, Steinnes E. 1990. Soil and water contamination by heavy metals. In Lai
R, Stewart BA (eds). Soil Processes and Water Quality. Lewis Publishers.
London.
Setyaningrum A. 2011. Evaluasi Tingkat Kontaminasi Cu, Zn, Pb Dan Cd pada
Lahan Sawah di Kota Tangerang Provinsi Banten. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Soepardi G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Bogor : Institut Pertanian Bogor.
Tisdale LM, Nelson FR. 1975. Soil Fertility and Fertilizers. McMillan Publ. Co.
inc., New York.
Whitten KW. Garley KD, Davis RE. 1992. General Chemistry Saunders. College
Publishing. USA.
Yaron BR, Calvert R, Prost R. 1996. Soil Pollution: Processes and Dynamics.
Spinger-Verlag Berlin Heidelberg. Germany.
14
LAMPIRAN
15
Lampiran 1. Titik contoh pada pekarangan, pH H2O, kadar klei dan bahan organik, kadar CuAR dan indeks c/p Cu pada musim hujan
November 2013
Titik Contoh
Koordinat
(o ' ")
1
6 29 10 LS
106 53 27 BT
3
6 29 11
106 54 11
9
6 28 11
106 53 54
12
06 26 40.7
106 55 40.4
Rataan
Kedalaman
pH H2O
Klei
Bahan Organik
CuAR
(cm)
0-10
10-20
20-30
0-10
10-20
20-30
0-10
10-20
20-30
0-10
10-20
20-30
(1:1)
6.5
6.5
6.5
7.2
7.1
6.9
7.6
7.6
7.6
6.3
6.4
6.2
(%)
10.51
16.76
10.40
25.57
55.32
47.67
14.91
9.55
6.35
80.41
76.99
72.27
35.56
(%)
5.15
4.43
2.79
3.94
3.17
2.53
4.58
3.91
3.40
4.00
2.42
2.59
3.58
(mg/kg)
46.035
49.563
54.924
43.903
43.347
44.659
50.159
48.978
45.695
51.643
38.389
26.194
45.29
Indeks c/p Cu
1.89
1.79
2.40
1.34
0.87
0.99
1.88
2.12
2.19
0.79
0.61
0.44
1.44
15
16
16
Lampiran 2. Titik contoh pada lahan kering, pH H2O, kadar klei dan bahan organik, kadar CuAR dan indeks c/p Cu pada musim hujan
November 2013
Titik Contoh
Koordinat
(o ' ")
2
6 29 09 LS
106 53 43 BT
5
6 29 02.7
106 55 16.6
7
6 27 56.7
106 53 45.6
13
6 26 45.6
106 55 51.2
15
6 26 43.4
106 55 57.9
Rataan
Kedalaman
pH H2O
Klei
Bahan Organik
CuAR
(cm)
0-10
10-20
20-30
0-10
10-20
20-30
0-10
10-20
20-30
0-10
10-20
20-30
0-10
10-20
20-30
(1:1)
7.0
7.0
7.0
6.0
5.9
6.0
7.3
7.7
7.3
6.2
6.2
6.2
5.9
5.9
6.0
(%)
17.89
11.46
30.27
43.81
49.41
45.61
55.65
40.64
43.80
47.47
39.43
49.35
45.16
36.33
48.90
40.35
(%)
4.02
3.38
2.31
3.24
3.21
2.49
2.36
2.09
1.59
2.54
1.97
1.53
1.36
1.00
1.20
2.29
(mg/kg)
24.625
25.420
23.369
16.252
13.597
15.292
34.000
30.299
26.530
18.147
32.794
28.260
32.529
33.873
33.412
25.89
Indeks c/p Cu
0.87
1.06
0.68
0.38
0.29
0.35
0.68
0.75
0.63
0.40
0.82
0.62
0.76
0.91
0.74
0.66
17
Lampiran 3. Titik contoh pada Sawah tadah hujan, pH H2O, kadar klei dan bahan organik, kadar CuAR dan indeks c/p Cu pada musim
hujan November 2013
Titik Contoh
Koordinat
(o ' ")
4
6 29 11 LS
106 54 22 BT
8
6 28 00
106 53 43.1
10
6 28 21.4
106 54 07.1
Rataan
Kedalaman
pH H2O
Klei
Bahan Organik
CuAR
(cm)
0-10
10-20
20-30
0-10
10-20
20-30
0-10
10-20
20-30
(1:1)
6.2
6.4
6.1
7.4
7.6
7.5
7.3
7.4
7.5
(%)
37.60
37.89
47.34
50.69
47.52
51.05
8.61
10.21
14.97
33.99
(%)
2.02
1.78
1.42
0.47
0.47
0.61
4.04
4.53
4.56
2.21
(mg/kg)
21.282
19.872
18.290
37.920
42.839
45.702
18.690
21.531
18.575
27.19
Indeks c/p Cu
0.55
0.51
0.41
0.83
0.98
0.99
0.83
0.90
0.70
0.74
17
18
18
Lampiran 4. Titik contoh pada Kebun campuran, pH H2O, kadar klei dan bahan organik, kadar CuAR dan indeks c/p Cu pada musim hujan
November 2013
Titik Contoh
Koordinat
(o ' ")
6
6 27 41.7 LS
106 53 28.1 BT
11
6 26 30.7
106 55 22.8
14
6 26 45.4
106 56 02.9
Rataan
Kedalaman
pH H2O
Klei
Bahan Organik
CuAR
(cm)
0-10
10-20
20-30
0-10
10-20
20-30
0-10
10-20
20-30
(1:1)
7.0
7.0
6.9
5.5
5.4
5.4
5.8
5.8
5.6
(%)
43.64
38.30
51.83
96.48
91.09
80.59
46.22
58.36
60.10
62.96
(%)
3.51
2.90
1.99
3.54
3.14
2.62
2.50
2.07
1.80
2.67
(mg/kg)
56.773
49.422
50.455
70.931
60.215
54.982
49.807
50.753
48.612
54.66
Indeks c/p Cu
1.31
1.24
1.07
0.95
0.84
0.85
1.13
0.99
0.93
1.03
19
Lampiran 5. Kadar minimum, maksimum dan rataan pseudo-total Cu serta nilai
rataan, minimum dan maksimum indeks c/p Cu berdasarkan
penggunaan lahan pada musim hujan November
Penggunaan
Lahan
Pekarangan
Lahan Kering
Sawah Tadah
Hujan
Kebun
Campuran
Min
Maks
Rataan
Min
Maks
Status*
Rataan
Status*
26.19
13.60
(mg/kg)
CuAR
54.92
45.29
34.00
25.89
0.44
0.29
2.40
1.06
c/p Cu
KS-CR
KS-CSR
1.44
0.66
CSR
KB
18.29
45.70
27.19
0.41
0.99
KS-KSB
0.74
KB
48.61
70.93
54.66
0.84
1.31
KSB-CSR
1.03
CSR
*CR Tercemar Ringan, CSR Tercemar Sangat Ringan, KR Kontaminasi Ringan, KS Kontaminasi
Sedang, KB Kontaminasi Berat, KSB Kontaminasi Sangat Berat
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sidoarjo pada tanggal 18 November 1992 dari ayah
Harsono dan ibu Toyipah. Penulis adalah putri kedua dari dua bersaudara. Tahun
2010 penulis lulus dari MA AKSELERASI AMANATUL UMMAH Mojokerto
dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor
(IPB) melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah Kementerian Agama dan diterima di
Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi anggota Himpuan
Mahasiswa Ilmu Tanah (HMIT) dan Community of Santri Scholars of Ministry of
Religious Affairs (CSS MoRA). Penulis pernah mengikuti kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan oleh HMIT dan CSS MoRA sebagai panitia.
LAHAN PERTANIAN DI KAWASAN URBAN-INDUSTRI
CILEUNGSI, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT
ISHLACHUL MUASYAROH
DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kontaminasi Tembaga
pada Empat Tipe Penggunaan Lahan Pertanian di Kawasan Urban-Industri
Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2014
Ishlachul Muasyaroh
NIM A14100103
RINGKASAN
ISHLACHUL MUASYAROH. Kontaminasi Tembaga pada Empat Tipe Penggunaan Lahan Pertanian di Kawasan Urban-Industri Cileungsi, Kabupaten Bogor,
Jawa Barat. Dibimbing oleh UNTUNG SUDADI dan ARIEF HARTONO.
Lahan pertanian di kawasan urban-industri rentan terhadap kontaminasi
logam berat. Salah satunya adalah tembaga (Cu) yang juga merupakan hara
esensial bagi tumbuhan. Bila kadar dalam tanah dan serapannya oleh tumbuhan
berlebihan maka akan dapat menimbulkan fitotoksisitas. Penelitian ini bertujuan
menetapkan kadar total-Cu dan tingkat kontaminasi/pencemarannya pada tanah
pertanian di kawasan urban-industri Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat
dengan mengevaluasi pengaruh kedalaman tanah, waktu, pH, kadar bahan organik
dan kadar klei pada empat tipe penggunaan lahan.
Lokasi penelitian meliputi wilayah kecamatan Citeureup, Gunung Putri,
Kelapa Nunggal dan Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Contoh tanah
komposit diambil di 15 titik pada kedalaman 0-10, 10-20 dan 20-30 cm yang
mewakili empat tipe penggunaan lahan pertanian (pekarangan, lahan kering,
sawah tadah hujan dan kebun campuran) pada musim hujan 2013. Analisis tanah
dilakukan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah
dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian IPB terhadap total-Cu (Aqua Regia;
HClp:HNO p=3:1; CuAR), pH H O 1:1, C-organik (Walkley & Black) dan tekstur
(Pipet). Tingkat kontaminasi/pencemaran Cu tanah dievaluasi berdasarkan nilai
indeks c/p menurut prosedur Lacatusu (2000). Kontaminasi (c/p 1) merujuk pada kisaran kadar Cu tanah
yang telah mengakibatkan dampak negatif terhadap komponen lingkungan.
Pada kedalaman 0-30 cm tanpa membedakan tipe penggunaan lahan, kadar
klei berpengaruh nyata positif terhadap kadar CuAR. Kadar CuAR (mg/kg) pada
kedalaman 0-10 cm (39.55) > 10-20 cm (38.45) > 20-30 cm (36.78) mengindikasikan bahwa sumber kontaminasi Cu adalah proses antropogenik. Indeks c/p Cu
pada kedalaman 0-30 cm (0.60-1.50) menunjukkan tanah terkontaminasi berat
sampai tercemar sangat ringan oleh Cu. Rataan indeks c/p Cu pada kedalaman 010 cm (0.99) > 10-20 cm (0.98) > 20-30 cm (0.94) yang telah mendekati nilai 1.00
menunjukkan besarnya peluang terjadinya fitoksisitas Cu. Kadar CuAR (mg/kg) di
kebun campuran (54.66) > pekarangan (45.29) > sawah tadah hujan (27.19) >
lahan kering (25.89), namun indeks c/p Cu di pekarangan (1.44) > kebun
campuran (1.03) > sawah tadah hujan (0.74) > lahan kering (0.66). Di lahan
pekarangan, pH, kadar bahan organik dan klei tidak berpengaruh nyata terhadap
kadar CuAR. Di lahan kering dan sawah tadah hujan, kadar CuAR menurun secara
nyata dengan meningkatnya kadar bahan organik yang mengindikasikan
peningkatan pembentukan Cu-organik larut dan tranlokasinya. Di kebun
campuran, kadar bahan organik dan klei berpengaruh nyata positif terhadap kadar
CuAR yang mengindikasikan peningkatan retensi Cu oleh koloid organik dan
mineral klei tanah. Kadar CuAR dan indeks c/p Cu pada musim hujan 2013
menurun dibandingkan pada musim hujan 2006.
Kata kunci: Cu tanah, indeks c/p, kontaminasi/pencemaran, penggunaan lahan.
SUMMARY
ISHLACHUL MUASYAROH. Copper Contamination in Four Agricultural
Land-use Types in Cileungsi Urban-Industrial Area, Bogor District, West Java.
Supervised by UNTUNG SUDADI and ARIEF HARTONO.
Agricultural lands in an urban-industrial area are susceptible to heavy
metals contamination. One of these heavy metals is copper (Cu). It is also an
essential nutrient for plant and animal. When its content in soil and its absorption
by plant is excessive, it may cause phytotoxicity. This research was aimed at to
determine the total-Cu content and its contamination/pollution level in
agricultural soils at the Cileungsi urban-industrial area, Bogor district, West Java
by evaluating the effects of soil depth, time, soil pH, clay and organic matter
content in four land-use types.
The research area covers the region of Citeureup, Gunung Putri, Kelapa
Nunggal and Cileungsi sub-districts, Bogor district, West Java. Composite soil
samples were taken on the rainy season of November 2013 from 15 points at 0-10,
10-20 and 20-30 cm depths that representing home yard, up land, rainfed paddy
field, and mixed farmland land-use types. Soil analyses were carried out at the
Soil Chemistry and Fertility Laboratory, Department of Soil Science and Land
Resource, Faculty of Agriculture, IPB on total-Cu (Aqua Regia; HClp:HNO3p=
3:1; CuAR), pH H2O 1:1, organic-C (Walkley & Black) and texture (Pipet). Soil
Cu contamination/pollution level was evaluated based on the c/p index value
according to the Lacatusu (2000) procedure. Contamination (c/p1) referred to the soil Cu concentrations
range that have resulted in negative impacts on the environmental components.
Without differentiating land use type, the clay content at 0-30 cm soil depth
significantly and positively affected CuAR concentration. The CuAR concentration
(mg/kg) at soil depths of 0-10 cm (39.55) > 10-20 cm (38.45) > 20-30 cm (36.78),
indicating that the sources of Cu contamination were of anthropogenic processes.
The Cu c/p index value at 0-30 cm soil depth (0.60-1.50) showed that the soils
were heavily contaminated to very lightly polluted with Cu. The average Cu c/p
index values at soil depths of 0-10 cm (0.99) > 10-20 cm (0.98) > 20-30 cm (0.94)
that have approached 1.00 indicated the high probability of Cu phytotoxicity. The
CuAR concentration (mg/kg) measured at mixed farmland (54.66) > home yard
(45.29) > rainfed paddy field (27.19) > up land (25.89), while the Cu c/p index at
home yard (1.44) > mixed farm land (1.03) > rainfed paddy field (0.74) > up land
(0.66). At the home yard, soil pH, organic matter and clay content did not
significantly affect CuAR. At the up land and rainfed paddy field, the CuAR was
significantly decreasing with the increasing soil organic matter content, indicating
an increase in soluble organic-Cu formation and translocation. At the mixed farm
land, the soil organic matter and clay content were significantly and positively
affecting CuAR, indicating an increase in Cu retention by the soil organic colloids
and clay minerals. The CuAR concentration and Cu c/p index values at the rainy
season of 2013 were decreasing as compared to those of 2006.
Key words: c/p index, contamination/pollution, land use types, soil Cu.
KONTAMINASI TEMBAGA PADA EMPAT TIPE PENGGUNAAN
LAHAN PERTANIAN DI KAWASAN URBAN-INDUSTRI
CILEUNGSI, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT
ISHLACHUL MUASYAROH
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan
DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PRAKATA
Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul “Kontaminasi Tembaga pada Empat Tipe Penggunaan Lahan
Pertanian di Kawasan Urban-Industri Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat”
yang merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pertanian
pada Program Studi Manajemen Sumberdaya Lahan, Deparemen Ilmu Tanah dan
Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Shalawat serta
salam tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat
dan umatNya sampai hari akhir. Skripsi ini merupakan hasil eksplorasi lapang dan
analisis laboratorium yang dilaksanakan sejak November 2013 sampai Mei 2014.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar
besarnya kepada:
1. Bapak Dr Ir Untung Sudadi, MSc sebagai dosen pembimbing I dan
dosen pembimbing akademik yang telah memberikan pengarahan,
saran dan motivasi kepada penulis selama masa perkuliahan,
pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi.
2. Bapak Dr Ir Arief Hartono, MScAgr sebagai dosen pembimbing II,
atas saran dan bimbingan dalam penulisan skripsi.
3. Bapak Dr Ir Darmawan, MSc atas kesediaannya sebagai dosen penguji
skripsi.
4. Kementerian Agama RI yang telah memberikan beasiswa melalui
Program Beasiswa Santri Berprestasi (PBSB) selama menempuh S1 di
Institut Pertanian Bogor.
5. Kedua orang tua tercinta, Bapak Harsono dan Ibu Toyipah, kakak
Choirul Mu’minin, SPd.I atas doa, dukungan dan kasih sayangnya
sehingga dapat mengantarkan penulis ke masa akhir kuliah.
6. USD Team (Abang Alfin, Wira, Nunik, Dinda dan Ayu) atas
kebersamaan dan kekompakannya selama peaksanaan penelitian dan
penulisan skripsi.
7. Keluarga besar Community of Santri Scholars of Ministry of Religious
Affairs (CSS MoRA) Institut Pertanian Bogor dan Soilers 47.
8. Dosen dan seluruh staf Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah,
Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan IPB atas ilmu dan
dukungannya selama masa perkuliahan hingga penulis menyelesaikan
studi.
9. Semua pihak yang telah memberikan bantuannya, baik secara langsung
maupun tidak langsung.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
yang membutuhkan.
Bogor, Agustus 2014
Ishlachul Muasyaroh
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
1
TINJAUAN PUSTAKA
1
Kontaminasi dan Pencemaran Logam Berat dalam Tanah
1
Tembaga
2
METODE
3
Deskripsi Lokasi Penelitian
3
Tempat dan Waktu Penelitian
4
Bahan dan Alat
4
Metode Penelitian
4
HASIL DAN PEMBAHASAN
6
Pengaruh pH, Bahan Organik dan Klei terhadap CuAR
6
Pengaruh Kedalaman terhadap CuAR dan Indeks c/p
7
Pengaruh Tipe Penggunaan Lahan terhadap CuAR dan Indeks c/p
8
Pengaruh pH, Bahan Organik dan Klei terhadap CuAR pada Kedalaman
0-30 cm berdasarkan Tipe Penggunaan Lahan
9
Pengaruh pH, Bahan Organik dan Klei terhadap CuAR pada Empat Tipe
Penggunaan Lahan berdasarkan Kedalaman
11
KESIMPULAN DAN SARAN
12
Kesimpulan
12
Saran
12
DAFTAR PUSTAKA
12
LAMPIRAN
15
RIWAYAT HIDUP
220
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
Nilai interpretasi kadar total-Cu tanah menurut Lacatusu (2000)
Kriteria status kontaminasi/pencemaran logam berat dalam tanah
berdasarkan nilai indeks c/p menurut prosedur Lacatusu (2000)
Persamaan regresi linier hubungan antara kadar CuAR (Y) dengan pH,
kadar bahan organik atau kadar klei (X) pada kedalaman 0-30
berdasarkan tipe penggunaan lahan
Persamaan regresi linier hubungan antara kadar CuAR (Y) dengan pH,
kadar bahan organik atau kadar klei (X) pada empat tipe penggunaan
lahan berdasarkan kedalaman
5
5
10
11
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
Peta penggunaan lahan di lokasi penelitian
Pengaruh pH, kadar bahan organik dan kadar klei terhadap CuAR
Pengaruh kedalaman tanah terhadap kadar CuAR dan indeks c/p Cu
Pengaruh tipe penggunaan lahan terhadap kadar CuAR dan indeks c/p
Perbandingan tingkat kontaminasi Cu pada empat tipe penggunaan
lahan di musim hujan 2006 dan 2013
4
6
8
9
10
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
Titik contoh pada pekarangan, pH H2O, kadar klei, bahan organik,
dan CuAR dan indeks c/p Cu pada musim hujan 2013
Titik contoh pada lahan kering, pH H2O, kadar klei, bahan organik,
dan CuAR dan indeks c/p Cu pada musim hujan 2013
Titik contoh pada sawah tadah hujan, pH H2O, kadar klei, bahan
organik, dan CuAR dan indeks c/p Cu pada musim hujan 2013
Titik contoh pada kebun campuran, pH H2O, kadar klei, bahan
organik, dan CuAR dan indeks c/p Cu pada musim hujan 2013
Kadar minimum, maksimum dan rataan total-Cu serta nilai rataan,
minimum dan maksimum indeks c/p Cu berdasarkan penggunaan
lahan pada musim hujan 2013
15
16
17
18
19
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) didefinisikan sebagai limbah
yang dalam jumlah dan kadar tertentu berbahaya bagi manusia, hewan, tanaman,
dan lingkungan. Termasuk ke dalam kategori ini adalah limbah yang mengandung
logam berat. Logam berat didefinisikan sebagai unsur-unsur logam dengan
kerapatan jenis >6 g.cm-3 (Lepp 1981).
Lahan pertanian di kawasan urban-industri rentan terhadap kontaminasi
logam berat. Salah satunya adalah oleh tembaga (Cu) yang juga merupakan hara
esensial mikro bagi tumbuhan dan hewan. Tembaga merupakan komponen utama
dalam beberapa enzim oksidase (Saeni 1997). Namun, bila berada dalam bentuk
kimia yang dapat diserap tanaman dan kadarnya berlebihan, Cu tanah dapat
terserap tanaman, menimbulkan fitotoksisitas dan selanjutnya memasuki rantai
makanan. Gejala toksisitas Cu pada manusia dikenal dengan penyakit Wilson.
Ditemukan pertama kali pada tahun 1912, penyakit ini disebabkan oleh akumulasi
Cu pada organ hati (Alloway 2005).
Kontaminasi merujuk pada kisaran kadar logam berat dalam tanah yang
belum atau tidak akan segera mengakibatkan dampak negatif terhadap komponen
lingkungan, sedangkan pencemaran merujuk pada kisaran kadar logam berat
dalam tanah yang telah mengakibatkan dampak negatif terhadap sebagian atau
seluruh komponen lingkungan (Lacatusu 2000). Sumber kontaminan/pencemar
Cu tanah antara lain adalah industri-industri tembaga (industri metalurgi, tekstil,
elektronika, dan cat anti karat), pembakaran batubara, kayu, dan minyak bumi,
serta pembuangan limbah di area permukiman/perkotaan (Effendi 2000; Lahuddin
2007).
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan mengeksplorasi kadar total dan tingkat kontaminasi/pencemaran Cu pada tanah pertanian di kawasan urban-industri Cileungsi,
Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan mengevaluasi pengaruh pH, kadar bahan
organik, kadar klei, kedalaman tanah, dan waktu pada empat tipe penggunaan
lahan.
TINJAUAN PUSTAKA
Kontaminasi dan Pencemaran Logam Berat dalam tanah
Kontaminasi dan pencemaran logam berat merupakan salah satu proses
penyebab degradasi sumberdaya tanah yang dapat mengakibatkan menurunnya
mutu dan fungsi ekologis tanah (Blum 1993). Istilah kontaminasi tanah merujuk
pada kisaran kadar kontaminan termasuk logam berat yang terukur dalam tanah
yang belum atau tidak akan segera memberikan pengaruh negatif terhadap
2
pertumbuhan dan perkembangan tanaman atau komponen lingkungan lainnya.
Istilah pencemaran tanah merujuk pada kisaran kadar bahan pencemar termasuk
logam berat yang terukur dalam tanah yang telah menyebabkan pengaruh negatif
terhadap beberapa atau keseluruhan komponen lingkungan (Lacatusu 2000).
Logam berat didefinisikan sebagai unsur-unsur logam dengan kerapatan
jenis >6 g.cm-3(Lepp 1981). Unsur-unsur logam berat yang berpotensi
menimbulkan pencemaran pada lingkungan adalah besi (Fe), arsen (As), kadmium
(Cd), timbal (Pb), merkuri (Hg), nikel (Ni), krom (Cr), seng (Zn) dan tembaga
(Cu) (Saeni 2002). Namun, sebagian dari logam-logam berat merupakan hara
esensial mikro bagi tanaman dan hewan, diantaranya Zn, Cu dan Mn yang
merupakan hara esensial bagi tumbuhan dan Co, Mn, Cu dan Zn bagi hewan
ternak (Alloway 1995).
Tembaga
Sumber
Tembaga merupakan hara esensial mikro untuk tanaman dan hewan. Unsur
ini diperlukan pada berbagai sistem enzim. Oleh karena itu harus selalu
terkandung dalam makanan dan pakan. Namun, tetap harus diperhatikan agar Cu
yang masuk dalam jaringan kadarnya tidak kurang dan juga tidak berlebih (Saeni
1997). Sumber Cu dalam tanah dapat berasal dari proses alami maupun proses
antropogenik. Proses alami berasal dari pelapukan geokimia yang menghasilkan
batuan dan mineral dengan kadar Cu yang berbeda-beda. Kadar Cu pada batuan
beku basa 100-200 ppm, pada batuan metamorfik dan sedimen 30-40 ppm dan
pada batuan beku masam 10-20 ppm (Aubert & Pinta 1977). Pada batuan beku
dalam (granit dan basalt) terkandung 10-100 ppm Cu (Lindsay 1979), sedangkan
proses antropogenik dapat berasal dari aktivitas industri seperti industri metalurgi,
tekstil, dan elektronika, serta sebagai bahan cat anti karat (Effendi 2000). Bahkan
dalam bidang pertanian, garam tembaga (tembaga sulfat/CuSO4) digunakan
sebagai pembasmi jamur dan siput (Darmono 1995).
Hubungan Sifat Kimia Tanah terhadap Cu
Tisdale dan Nelson (1975) menyebutkan bahwa perilaku Cu dalam tanah
dipengaruhi oleh KTK, tekstur, bahan organik dan pH tanah. Makin halus tanah,
maka makin banyak total Cu dalam tanah. Krauskopf (1972) menerangkan bahwa
mineral liat mempunyai kapasitas jerapan yang berbeda terhadap logam berat.
Tembaga dijerap oleh mineral liat menurut deret: montmorilonit > ilit > kaolinit.
Pada pH agak tinggi Cu berbentuk ion kupri (Cu2+) dan tidak mengendap.
Pada pH yang lebih tinggi bentuk Cu(OH)+ lebih dominan dalam larutan tanah.
Akan tetapi pada pH alkalis terjadi pengendapan Cu seperti bentuk CuO, Cu2O
atau Cu(OH)2. Sebaliknya pada pH yang sangat rendah sering diendapkan oleh
adanya H2S dan membentuk CuS atau Cu2S. Tanah akan mengikat Cu dengan
kuat pada pH 7-8. Sebaliknya ikatan ini semakin melemah dengan menurunnya
pH (Afrida et al. 2013).
Bahan organik merupakan sistem kompleks yang dinamis, berasal dari sisa
tanaman dan binatang yang terdapat dalam tanah yang terus-menerus mengalami
perubahan bentuk karena dipengaruhi oleh faktor fisik, kimia dan biologi.
Komponen-komponen yang menyusun bahan organik adalah karbohidrat, selulosa,
3
protein, lignin, lemak dan asam-asam organik, seperti asam humik, fluvik, serta
alkohol dan aldehida (Kononova 1966). Komponen-komponen organik dalam
tanah merupakan agen-agen aktif untuk proses pengkelatan logam berat dan
kelarutan logam-logam tersebut bergantung kepada kekuatan mengikat dan
mobilitas kelat yang terbentuk. logam-logam berat dikelat oleh bahan-bahan
organik tanah dengan urutan Cu > Cd > Zn > Pb dan pengaruh ini sangat
tergantung pada pH dan jenis mineral dalam tanah (Singh dan Steiness 1990).
Toksisitas terhadap Organisme
Gejala toksisitas Cu pada manusia dikenal dengan penyakit Wilson,
ditemukan pertama tahun 1912. Penyakit ini disebabkan oleh akumulasi Cu pada
organ hati (Alloway 2005). Sedangkan kerkurangan Cu akan menyebabkan
anemia karena Cu diperlukan untuk absorpsi dan mobilisasi Fe, yang diperlukan
untuk pembuatan hemoglobin (Whitten et Al. 1992). Sedangkan toksisitas Cu
pada tanaman padi yaitu batang tanaman padi menjadi berwarna coklat kehitaman
sampai dengan coklat ringan dan tanaman padi menjadi mudah rebah (Rokhmah
2008 ).
METODE
Deskripsi Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian merupakan kawasan urban dan industri yang meliputi
wilayah kecamatan Citeureup, Gunung Putri, Kelapa Nunggal dan Cileungsi,
kabupaten Bogor, Jawa Barat. Jenis industri yang beroperasi meliputi industri
makanan minuman dan tembakau, pakaian jadi dan kulit, kayu dan barang-barang
dari kayu, kertas; percetakan dan penerbitan, kimia; petroleum, batu bara, karet
dan barang-barang dari plastik, bahan galian bukan logam, logam dasar, barang
dari logam mesin dan peralatannya, pengelolahan lainnya.
Tempat dan Waktu Penelitian
Pengamatan lapang dan pengambilan contoh tanah dilakukan di 15 titik
yang mewakili empat tipe penggunaan lahan pertanian (pekarangan, lahan kering,
sawah tadah hujan, dan kebun campuran) di kawasan urban-industri Cileungsi,
Kabupaten Bogor, Jawa Barat pada November dan Desember 2013. Analisis tanah
dilakukan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah
dan Sumber-daya Lahan, Fakultas Pertanian IPB pada Februari sampai Mei 2014.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan yaitu 45 contoh tanah dan bahan-bahan kimia HNO
pekat dan HCl pekat untuk analisis kadar total Cu (Aqua Regia), K2Cr2O7, H2SO4,
dan FeSO4 untuk analisis bahan organik, Natrium pirofosfat, H2O2,, dan HCl
untuk analisis tekstur. Alat yang digunakan adalah peta topografi, GPS, peralatan
pengambilan contoh tanah, neraca analitik, pH meter, AAS, dan alat-alat gelas
lainnya.
4
Gambar 1 Peta penggunaan lahan di lokasi penelitian
Metode Penelitian
Pengambilan contoh tanah
Pengambilan contoh tanah dilakukan di 15 titik yang mewakili tipe
penggunaan lahan dominan yaitu lahan kering, sawah tadah hujan, kebun
campuran dan pekarangan di kawasan urban-industri Cileungsi, Kabupaten Bogor.
Contoh tanah diambil secara komposit pada kedalaman 0-10, 10-20 dan 20-30 cm.
Analisis Tanah
Analisis tanah dilakukan terhadap kadar total-Cu (Aqua Regia;
HClp:HNO p 3:1), pH H O 1:1, C-organik (Walkley & Black) dan tekstur (pipet).
Contoh tanah dikeringudarakan, dihaluskan dan disaring lolos saringan 2 mm
untuk analisis tekstur dan lolos saringan 0.5 mm untuk anaisis total-Cu, pH, dan
C-organik.
Penentuan Tingkat Kontaminasi/Pencemaran Cu dalam Tanah
Tingkat kontaminasi/pencemaran Cu tanah dievaluasi berdasarkan nilai
indeks c/p menurut Lacatusu (2000). Kontaminasi merujuk pada kisaran kadar Cu
dalam tanah yang belum atau tidak akan segera mengakibatkan dampak negatif
terhadap komponen lingkungan, sedangkan pencemaran merujuk pada kisaran
kadar Cu dalam tanah yang telah mengakibatkan dampak negatif terhadap
sebagian atau seluruh komponen lingkungan
Prosedur dimulai dengan perhitungan nilai rujukan (Nilai A) berdasarkan
rumus (Tabel 1) sebagai dasar evaluasi terjadi tidaknya kontaminasi/pencemaran.
5
Pada Tabel 1 juga disajikan nilai yang menunjukkan kadar Cu tanah pada kisaran
batas maksimum yang diperbolehkan (Maximum Allowable Limit, MAL) (Nilai
B) dan kadar Cu tanah yang menunjukkan telah perlunya dilakukan tindakan
remediasi (Nilai C). Selanjutnya dihitung nilai indeks kontaminasi/pencemaran
(c/p) yang merupakan nisbah antara kadar total-Cu untuk setiap contoh tanah
dengan nilai A dari seri ABC pada Tabel 1. Nilai indeks c/p >1 menunjukkan
terjadinya pencemaran dan nilai indeks c/p 16.0
Makna
pencemaran sangat ringan
pencemaran ringan
pencemaran sedang
pencemaran berat
pencemaran sangat berat
Analisis Data
Data nilai indeks c/p yang menunjukkan tingkat kontaminasi/pencemaran
logam berat diinterpretasikan secara deskriptif berdasarkan sifat kimia tanah,
kedalaman lapisan tanah, tipe penggunaan lahan dan musim. Pengaruh sifat kimia
tanah yaitu pH, bahan organik dan klei, kedalaman lapisan tanah dan tipe
penggunaan lahan terhadap kadar total logam berat Cu dievaluasi berdasarkan
hasil analisis regresi dan korelasi linier sederhana. Analisis dilakukan
menggunakan perangkat lunak STATISTICA 7 yang melibatkan parameter faktor
sifat kimia tanah, kedalaman lapisan tanah dan tipe penggunaan lahan sebagai
peubah bebas (sumbu X) dan kadar total logam berat sebagai peubah tak bebas
(sumbu Y) menurut persamaan umum Y = a + bX.
6
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh pH, Bahan Organik dan Klei terhadap CuAR
Pada Gambar 2 disajikan pengaruh atau hubungan linier antara pH, kadar
bahan organik dan kadar klei terhadap CuAR. Dalam analisis regresi linier ini
digunakan seluruh pasangan data (n=45).
CuAR (mg/kg) = 50.0227 - 1.956 pH; r = -0.0944; p = 0.5373
80
60
40
20
0
5
5.5
6
6.5
7
7.5 pH
8
CuAR (mg/kg) = 33.194 + 1.4427 BO; r = 0.1176; p = 0.4417
80
60
40
20
0
0
1
2
3
4
5 BO (%) 6
CuAR (mg/kg) = 28.7951 + 0.1957 Klei; r = 0.3074; p = 0.0400
80
60
40
20
0
0
20
40
60
80 Klei (%)100
Gambar 2 Pengaruh pH, kadar bahan organik dan kadar klei terhadap CuAR
Nilai p = 0.54 dan 0.44 pada persamaan regresi linier hubungan antara pH
dan kadar bahan organik terhadap CuAR di lokasi penelitian tanpa membedakan
tipe penggunaan lahan menunjukkan korelasi yang tidak nyata, sedangkan nilai p
= 0.04 menunjukkan korelasi yang nyata antara kadar klei dengan CuAR. Artinya,
secara umum pH dan kadar bahan organik tidak berpengaruh nyata, sedangkan
kadar klei berpengaruh nyata terhadap CuAR tanah di lokasi penelitian.
Nilai koefisien persamaan regresi antara pH dengan CuAR yang bertanda
negatif (-1.956) menunjukkan bahwa peningkatan pH cenderung menurunkan
CuAR atau penurunan pH cenderung meningkatkan CuAR. Dengan meningkatnya
pH maka kation-kation logam berubah menjadi bentuk-bentuk hidroksida atau
7
oksida (Soepardi 1983). Hal ini terjadi karena naiknya pH tanah meningkatkan
muatan negatif pada permukaan mineral klei yang bermuatan tidak tetap, sehingga
kation-kation logam menjadi senyawa yang mengendap (Lindsay 1979). Namun,
mekanisme pergerakan Cu ini tidak berpengaruh terhadap kadar Cu AR. Dalam hal
ini, kadar Cu yang rendah pada pH tinggi mencerminkan penurunan pembebasan
Cu dari pelarutan mineral, serta peningkatan pengkomplekan Cu oleh bahan
organik sebagai Cu terkelat (Lepp 1981).
Nilai koefisien persamaan regresi antara kadar bahan organik dan klei
dengan CuAR yang bertanda positif (1.443 dan 0.196) menunjukkan bahwa
peningkatan kadar bahan organik cenderung akan meningkatkan kadar CuAR dan
peningkatan kadar klei secara nyata meningkatkan kadar CuAR. Hal ini
dikarenakan adanya bahan organik dan klei dalam tanah akan menyebabkan
pengkelatan kation-kation logam seperti Cu. Proses-proses kimia yang terjadi
dalam tanah sebagian besar dilakukan oleh penyusun tanah yang jumlahnya relatif
sedikit, yaitu klei dan humus. Bentuk koloidal, baik klei maupun bahan organik,
merupakan pusat kegiatan dalam tanah di mana terjadi reaksi-reaksi pertukaran
ion (Soepardi 1983).
Pengaruh Kedalaman terhadap CuAR dan Indeks c/p
Gambar 3 menjelaskan pengaruh kedalaman (0-10, 10-20 dan 20-30 cm)
terhadap rataan kadar CuAR dan nilai indeks c/p Cu tanah pada lahan pekarangan,
lahan kering, sawah tadah hujan dan kebun campuran. Juga disajikan pengaruh
kedalaman terhadap CuAR dan indeks c/p Cu tanah secara keseluruhan di lokasi
penelitian.
Kadar CuAR pada lahan pekarangan dan kebun campuran menurun dengan
kedalaman. Hal ini menunjukkan bahwa sumber Cu pada kedua penggunaan lahan
tersebut berasal dari aktivitas antropogenik. Kadar CuAR pada lahan sawah tadah
hujan dan lahan kering terakumulasi pada kedalaman 10-20 cm. Hal ini
menunjukkan bahwa pada areal yang terbuka seperti lahan kering dan sawah tadah
hujan, Cu mudah ditransportasikan dari lapisan atas ke lapisan bawah. Selain itu,
Cu dan Zn bersifat lebih larut dibandingkan Fe, Mn dan Al pada tanah yang aerob
(Bohn et al. 1979). Namun, secara keseluruhan di lokasi penelitian kadar CuAR
menurun dengan kedalaman. Rataan CuAR pada kedalaman 0-10 cm (39.545
mg/kg) > kedalaman 10-20 cm (38.452 mg/kg) > kedalaman 20-30 cm (36.778
mg/kg). Kadar CuAR tertinggi terdapat pada lapisan 0-10 cm yang menunjukkan
bahwa sumber Cu berasal dari proses antropogenik.
Secara umum, kisaran nilai indeks c/p Cu tanah pada kedalaman 0-30 cm
di lokasi penelitian adalah 0.60 sampai 1.50 yang menurut prosedur Lacatusu
(2000) menunjukkan kondisi atau tingkat kontaminasi berat sampai pencemaran
sangat ringan. Jika dikaji per kedalaman, maka indeks c/p Cu pada kedalaman 010 cm (0.99) > 10-20 cm (0.98) > 20-30 cm (0.94). Artinya, pada kedalaman 0-30
cm telah terjadi kontaminasi Cu pada tingkat sangat berat yang menunjukkan
tingginya peluang terjadinya pencemaran tanah dan fitoksisitas Cu yang dapat
mengakibatkan gangguan kesehatan hewan dan manusia melalui rantai makanan.
CuAR (mg/kg)
8
70
60
50
40
30
20
10
0
Indeks c/p
0-10 cm
10-20 cm
20-30 cm
Kebun
Campuran
59.170
53.463
51.350
1.60
1.40
1.20
1.00
0.80
0.60
0.40
0.20
0.00
pekarangan
0-10 cm
10-20 cm
20-30 cm
1.47
1.35
1.50
47.935
45.069
42.868
Sawah Tadah
Hujan
25.964
28.081
27.522
kebun
campuran
1.13
1.03
0.95
sawah tadah
hujan
0.74
0.80
0.70
Pekarangan
Lahan
Kering
25.111
27.197
25.372
Rataan total
39.545
38.452
36.778
lahan kering
rataan total
0.62
0.77
0.60
0.99
0.98
0.94
Gambar 3 Pengaruh kedalaman tanah terhadap kadar CuAR dan indeks c/p Cu
Pengaruh Tipe Penggunaan Lahan terhadap CuAR dan Indeks c/p
Gambar 4 menjelaskan pengaruh tipe penggunaan lahan terhadap rataan
kadar CuAR dan nilai indeks c/p Cu tanah. Kadar CuAR pada kebun campuran
(54.661 mg/kg) > pekarangan (45.291 mg/kg) > sawah tadah hujan (27.189
mg/kg) > lahan kering (25.893 mg/kg). Pada penggunaan lahan kebun campuran
dan pekarangan, sumber Cu adalah aktivitas industri di lokasi penelitian,
sedangkan pada sawah tadah hujan dan lahan kering disebabkan oleh aktivitas
pertanian seperti penggunaan air irigasi dan pupuk P (TSP atau SP-36) yang
mengandung Cu sehingga dapat meningkatkan kadar Cu dalam tanah
(Setyaningrum 2011). Menurut Alloway (1995), pupuk P mengandung 1-300 mg
Cu/kg. Kadar CuAR yang lebih rendah pada sawah tadah hujan dan lahan kering
juga terkait dengan tingkat pencucian Cu ke lapisan yang lebih dalam pada areal
yang terbuka.
9
CuAR (mg/kg)
60
50
40
30
20
10
0
Rataan
kebun
campuran
54.661
45.291
sawah tadah
hujan
27.189
kebun
campuran
1.03
sawah tadah
hujan
0.74
pekarangan
lahan kering
25.893
Indeks c/p
2
1
0
pekarangan
Rataan
1.44
lahan kering
0.66
Gambar 4 Pengaruh tipe penggunaan lahan terhadap kadar CuAR dan indeks c/p
Nilai indeks c/p pada lahan pekarangan (1.44) > kebun campuran (1.03) >
sawah tadah hujan (0.74) > lahan kering (0.66). Hal ini menunjukkan status Cu
tanah menurut prosedur Lacatusu (2000) dari kontaminasi berat sampai
pencemaran sangat ringan. Kadar CuAR pada kebun campuran lebih tinggi
daripada pekarangan. Namun, indeks c/p pada pekarangan lebih tinggi daripada
kebun campuran. Hal ini dikarenakan nilai indeks c/p merupakan nisbah antara
kadar CuAR untuk setiap contoh tanah dengan nilai A (pada Tabel 1) yang
ditentukan oleh kadar bahan organik dan klei. Kadar bahan organik dan klei pada
kebun campuran (2.67% dan 62.96%, Tabel 7) lebih besar daripada pada
pekarangan (3.58% dan 35.56%, Tabel 4). Hal ini berarti bahwa tanah pada kebun
campuran meretensi Cu lebih besar dibandingkan pada lahan pekarangan
dikarenakan semakin tinggi kadar klei dan bahan organik maka semakin tinggi
kadar kation logam berat Cu yang dapat diretensi tanah.
Pengaruh pH, Bahan Organik dan Klei terhadap CuAR pada
Kedalaman 0-30 cm berdasarkan Tipe Penggunaan Lahan
Pada Tabel 3 disajikan hubungan linier antara pH, kadar bahan organik
dan klei terhadap CuAR pada kedalaman 0-30 cm berdasarkan tipe penggunaan
lahan. Pada pekarangan, baik pH, kadar bahan organik maupun klei tidak
bepengaruh nyata terhadap CuAR karena nilai p>0.05. Pada lahan kering dan
sawah tadah hujan, kadar CuAR secara nyata menurun dengan meningkatnya kadar
bahan organik tanah (p 10-20 cm (38.45) > 20-30 cm (36.78) yang
menunjukkan bahwa sumber Cu berasal dari proses antropogenik.
Indeks c/p Cu pada kedalaman 0-30 cm (0.60 - 1.50) menunjukkan tanah
telah terkontaminasi berat sampai tercemar sangat ringan oleh Cu. Indeks c/p
Cu pada 0-10 cm (0.99) > 10-20 cm (0.98) > 20-30 cm (0.94) menunjukkan
tingginya peluang terjadinya pencemaran tanah dan fitoksisitas Cu.
Kadar CuAR (mg/kg) di kebun campuran (54.66) > pekarangan (45.29) >
sawah tadah hujan (27.19) > lahan kering (25.89). Indeks c/p di pekarangan
(1.44) > kebun campuran (1.03) > sawah tadah hujan (0.74) > lahan kering
(0.66).
Pada kedalaman 0-30 cm, pH, kadar bahan organik dan klei tidak bepengaruh
nyata terhadap CuAR di lahan pekarangan. Pada lahan kering dan sawah tadah
hujan, kadar CuAR secara nyata menurun dengan meningkatnya kadar bahan
organik tanah. Pada kebun campuran, kadar bahan organik dan klei berpengaruh nyata positif terhadap CuAR.
Kadar CuAR dan indeks c/p Cu pada keempat tipe penggunaan lahan pada
musim hujan 2013 menurun dibandingkan 2006. Kadar CuAR di pekarangan,
lahan kering, sawah tadah hujan, dan kebun campuran berturut-turut menurun
30.17%, 19.80%, 13.64%, dan 5.90%.
Saran
1.
2.
Perlu dilakukan penelitian serupa pada musim kemarau
Perlu diakukan penelitian serupa di wilayah pertanian di kawasan urbanindustri seperti semarang, Surabaya, Tangerang dll
DAFTAR PUSTAKA
Afrida YY, Indrawati, Refilda. 2013. Penentuan Kandungan Unsur Hara Mikro
(Zn, Cu, dan Pb) di dalam Kompos yang dibuat dari Sampah Tanaman
Pekarangan dan Aplikasinya pada Tanaman Tomat (Solanum
Lycopersicum Mill). J Kimia. 2(1):38.
Alloway BJ. 1995. Heavy Metals in Soils. Second Edition. Blackie Academic &
Professional. An Imprint of Chapman & Hall. Glasgow.
13
Aubert H, Pinta M. 1997. Trace Element in Soils. Elsevier Sci. Publ. Co. New
York.
Blum WEH. 1993. Soil protection concept of Council of Europe and intergrated
soil research, in H.J.P Eijsacker and T. Harmers (eds): Intergrated Soil and
Sediment Research: A Basic for Proper Protection. Kluwer Acad. Publ.
Darmono. 1995. Logam dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. Jakarta (ID): UIPress.
Effendi H. 2000. Telaahan Kualitas Air: Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan
Lingkungan Perairan. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Firaningsih E. 2007. Eksplorasi Tingkat Kontaminasi Logam Berat pada Empat
Tipe Penggunan Lahan di Sub-Das Cileungsi Tengah, Kabupaten Bogor.
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor
Kononova MM. 1966. Soil Organic Matter. Its Nature and Role in Soil Formation
and in Soil Fertility. Pergamon Press. Oxford, London, Idinburgh, New
york, Toronto, Sydney, Paris, Braunschweig.
Krauskopf KB. Geochemistry of micronutrient In Mortvedt, J.J., P.M. Giardano
and W.L. Lindsay (ed). Micronutrient in Agriculture. Soil Sci. Soc. Amer.
Inc. Madison, Wisconsin, USA.
Lacatusu R. 2000. Appraising levels of soil contamination and pollution with
heavy metals. Eur Soil Bureau Res. Report No. 4. Office for Official
Publication of The European Communities, Luxemburg.
Lahuddin. 2007. Aspek Unsur Mikro dalam Kesuburan Tanah. Medan (ID):
Universitas Sumatera Utara.
Lindsay WL. 1979. Chemical Equilibria in Soils. John Wiley & Sons. New York.
Lepp NW. 1981. Effect of Heavy Metal Pollution. Vol2. Effect of Heavy Metal on
Plant. Polythechnic. Liverpool UK. Applied Science Publ. London and
New Jersey.
Rokhmah F. 2008. Pengaruh Toksisitas Cu terhadap Pertumbuhan dan Produksi
Padi (Oryza Sativa L.) serta Upaya Perbaikannya dengan Pupuk Penawar
Racun. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Saeni MS. 1997. Penentuan Tingkat Pencemaran Logam Berat dengan Analisis
Rambut. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
________. 2002. Kimia Logam Berat [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Singh BL, Steinnes E. 1990. Soil and water contamination by heavy metals. In Lai
R, Stewart BA (eds). Soil Processes and Water Quality. Lewis Publishers.
London.
Setyaningrum A. 2011. Evaluasi Tingkat Kontaminasi Cu, Zn, Pb Dan Cd pada
Lahan Sawah di Kota Tangerang Provinsi Banten. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Soepardi G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Bogor : Institut Pertanian Bogor.
Tisdale LM, Nelson FR. 1975. Soil Fertility and Fertilizers. McMillan Publ. Co.
inc., New York.
Whitten KW. Garley KD, Davis RE. 1992. General Chemistry Saunders. College
Publishing. USA.
Yaron BR, Calvert R, Prost R. 1996. Soil Pollution: Processes and Dynamics.
Spinger-Verlag Berlin Heidelberg. Germany.
14
LAMPIRAN
15
Lampiran 1. Titik contoh pada pekarangan, pH H2O, kadar klei dan bahan organik, kadar CuAR dan indeks c/p Cu pada musim hujan
November 2013
Titik Contoh
Koordinat
(o ' ")
1
6 29 10 LS
106 53 27 BT
3
6 29 11
106 54 11
9
6 28 11
106 53 54
12
06 26 40.7
106 55 40.4
Rataan
Kedalaman
pH H2O
Klei
Bahan Organik
CuAR
(cm)
0-10
10-20
20-30
0-10
10-20
20-30
0-10
10-20
20-30
0-10
10-20
20-30
(1:1)
6.5
6.5
6.5
7.2
7.1
6.9
7.6
7.6
7.6
6.3
6.4
6.2
(%)
10.51
16.76
10.40
25.57
55.32
47.67
14.91
9.55
6.35
80.41
76.99
72.27
35.56
(%)
5.15
4.43
2.79
3.94
3.17
2.53
4.58
3.91
3.40
4.00
2.42
2.59
3.58
(mg/kg)
46.035
49.563
54.924
43.903
43.347
44.659
50.159
48.978
45.695
51.643
38.389
26.194
45.29
Indeks c/p Cu
1.89
1.79
2.40
1.34
0.87
0.99
1.88
2.12
2.19
0.79
0.61
0.44
1.44
15
16
16
Lampiran 2. Titik contoh pada lahan kering, pH H2O, kadar klei dan bahan organik, kadar CuAR dan indeks c/p Cu pada musim hujan
November 2013
Titik Contoh
Koordinat
(o ' ")
2
6 29 09 LS
106 53 43 BT
5
6 29 02.7
106 55 16.6
7
6 27 56.7
106 53 45.6
13
6 26 45.6
106 55 51.2
15
6 26 43.4
106 55 57.9
Rataan
Kedalaman
pH H2O
Klei
Bahan Organik
CuAR
(cm)
0-10
10-20
20-30
0-10
10-20
20-30
0-10
10-20
20-30
0-10
10-20
20-30
0-10
10-20
20-30
(1:1)
7.0
7.0
7.0
6.0
5.9
6.0
7.3
7.7
7.3
6.2
6.2
6.2
5.9
5.9
6.0
(%)
17.89
11.46
30.27
43.81
49.41
45.61
55.65
40.64
43.80
47.47
39.43
49.35
45.16
36.33
48.90
40.35
(%)
4.02
3.38
2.31
3.24
3.21
2.49
2.36
2.09
1.59
2.54
1.97
1.53
1.36
1.00
1.20
2.29
(mg/kg)
24.625
25.420
23.369
16.252
13.597
15.292
34.000
30.299
26.530
18.147
32.794
28.260
32.529
33.873
33.412
25.89
Indeks c/p Cu
0.87
1.06
0.68
0.38
0.29
0.35
0.68
0.75
0.63
0.40
0.82
0.62
0.76
0.91
0.74
0.66
17
Lampiran 3. Titik contoh pada Sawah tadah hujan, pH H2O, kadar klei dan bahan organik, kadar CuAR dan indeks c/p Cu pada musim
hujan November 2013
Titik Contoh
Koordinat
(o ' ")
4
6 29 11 LS
106 54 22 BT
8
6 28 00
106 53 43.1
10
6 28 21.4
106 54 07.1
Rataan
Kedalaman
pH H2O
Klei
Bahan Organik
CuAR
(cm)
0-10
10-20
20-30
0-10
10-20
20-30
0-10
10-20
20-30
(1:1)
6.2
6.4
6.1
7.4
7.6
7.5
7.3
7.4
7.5
(%)
37.60
37.89
47.34
50.69
47.52
51.05
8.61
10.21
14.97
33.99
(%)
2.02
1.78
1.42
0.47
0.47
0.61
4.04
4.53
4.56
2.21
(mg/kg)
21.282
19.872
18.290
37.920
42.839
45.702
18.690
21.531
18.575
27.19
Indeks c/p Cu
0.55
0.51
0.41
0.83
0.98
0.99
0.83
0.90
0.70
0.74
17
18
18
Lampiran 4. Titik contoh pada Kebun campuran, pH H2O, kadar klei dan bahan organik, kadar CuAR dan indeks c/p Cu pada musim hujan
November 2013
Titik Contoh
Koordinat
(o ' ")
6
6 27 41.7 LS
106 53 28.1 BT
11
6 26 30.7
106 55 22.8
14
6 26 45.4
106 56 02.9
Rataan
Kedalaman
pH H2O
Klei
Bahan Organik
CuAR
(cm)
0-10
10-20
20-30
0-10
10-20
20-30
0-10
10-20
20-30
(1:1)
7.0
7.0
6.9
5.5
5.4
5.4
5.8
5.8
5.6
(%)
43.64
38.30
51.83
96.48
91.09
80.59
46.22
58.36
60.10
62.96
(%)
3.51
2.90
1.99
3.54
3.14
2.62
2.50
2.07
1.80
2.67
(mg/kg)
56.773
49.422
50.455
70.931
60.215
54.982
49.807
50.753
48.612
54.66
Indeks c/p Cu
1.31
1.24
1.07
0.95
0.84
0.85
1.13
0.99
0.93
1.03
19
Lampiran 5. Kadar minimum, maksimum dan rataan pseudo-total Cu serta nilai
rataan, minimum dan maksimum indeks c/p Cu berdasarkan
penggunaan lahan pada musim hujan November
Penggunaan
Lahan
Pekarangan
Lahan Kering
Sawah Tadah
Hujan
Kebun
Campuran
Min
Maks
Rataan
Min
Maks
Status*
Rataan
Status*
26.19
13.60
(mg/kg)
CuAR
54.92
45.29
34.00
25.89
0.44
0.29
2.40
1.06
c/p Cu
KS-CR
KS-CSR
1.44
0.66
CSR
KB
18.29
45.70
27.19
0.41
0.99
KS-KSB
0.74
KB
48.61
70.93
54.66
0.84
1.31
KSB-CSR
1.03
CSR
*CR Tercemar Ringan, CSR Tercemar Sangat Ringan, KR Kontaminasi Ringan, KS Kontaminasi
Sedang, KB Kontaminasi Berat, KSB Kontaminasi Sangat Berat
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sidoarjo pada tanggal 18 November 1992 dari ayah
Harsono dan ibu Toyipah. Penulis adalah putri kedua dari dua bersaudara. Tahun
2010 penulis lulus dari MA AKSELERASI AMANATUL UMMAH Mojokerto
dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor
(IPB) melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah Kementerian Agama dan diterima di
Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi anggota Himpuan
Mahasiswa Ilmu Tanah (HMIT) dan Community of Santri Scholars of Ministry of
Religious Affairs (CSS MoRA). Penulis pernah mengikuti kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan oleh HMIT dan CSS MoRA sebagai panitia.