93.46 Analisis Emitter alternatif dalam Sistem Irigasi Tetes pada Budidaya Tanaman Sawi (Brasssica Sp)

91.25 93.46

94.28 20 40 60 80 Awal Tengah Akhir Periode pertumbuhan C u Gambar 2. Grafik keseragaman irigasi Besarnya nilai Cu yang layak untuk irigasi tetes adalah lebih besar dari 90 Sapei, 2003. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan tabung marihot dan emiter alternatif filter rokok mampu memberikan keseragaman disribusi air yang cukup merata pada jaringan irigasi tetes. Perhitungan besarnya nilai koefisien keseragaman irigasi pada setiap periode pertumbuhan dapat dilihat pada Lampiran 4. Efisiensi Penyebaran Irigasi Tetes Pemberian air irigasi adalah distribusi air normal yang merata pada daerah perakaran. Pada hampir seluruh keadaan, makin merata air yang didistribusikan makin baik reaksi tanaman. Efisiensi penyebaran irigasi tetes menggambarkan sampai dimana air didistribusikan oleh jaringan irigasi tetes tersebut secara merata Hansen dkk., 1986. Menurut Sapei 2003, nilai keseragaman aplikasi air merupakan salah satu faktor penentu efisiensi irigasi. Kedalaman penyebaran air dapat diketahui dengan mengukur kedalaman air yang tertampung pada media tanam selama Universitas Sumatera Utara waktu tertentu. Pada peneltian ini efisiensi dihitung setelah air diberikan pada media tanam selama 1 jam, kemudian diukur kedalamannya pada media tanam. Kedalaman penyebaran air pada media tanam sawi dapat dilihat pada Tabel 2 sebagai berikut: Tabel 2. Kedalaman penyebaran air pada tanaman Lateral Kedalaman penyebaran air cm E1 E2 E3 E4 E5 Lateral 1 6,5 4,0 5,5 6,0 5,5 Lateral 2 5,0 6,0 5,5 4,0 6,5 Lateral 3 5,0 5,5 6,0 6,0 5,0 Lateral 4 6,0 4,5 6,0 4,0 5,0 Dari tabel tersebut diketahui bahwa kedalaman penyebaran irigasi tetes relatif seragam pada tiap media tanam. Hasil pengukuran di lapangan menghasilkan nilai efisiensi penyebaran irigasi tetes dengan menggunakan emiter alternatif filter rokok sebesar 88. Hal ini menunjukkan bahwa jaringan irigasi tetes memiliki efisiensi penyebaran yang cukup baik. Perhitungan besarnya nilai efisiensi penyebaran irigasi tetes dapat dilihat pada Lampiran 5. Kebutuhan Air Tanaman Kebutuhan Air Tanaman Teoritis Kebutuhan air tanaman adalah jumlah air yang digunakan untuk memenuhi evapotranspirasi tanaman agar tanaman dapat tumbuh dengan baik Doorenbos and Pruitt, 1984. Kebutuhan air tanaman teoritis dihitung dengan menggunakan metode Blaney and Criddle yang telah diubah pada persamaan 4. Persentase jam siang hari untuk wilayah Medan Polonia 12 27 3 LU diperoleh dari data sekunder. Persentase jam siang pada bulan Februari 2010 Universitas Sumatera Utara adalah sebesar 7,47. Data persentase jam siang Lintang Utara dapat dilihat pada Lampiran 6. Suhu rata-rata pada bulan Februari dan Maret selama periode pertumbuhan tanaman diperoleh dari pengukuran langsung dengan menggunakan termometer setiap hari. Suhu diukur selama 30 hari periode pertumbuhan tanaman. Dari pengukuran di lapangan diperoleh suhu rata-rata pada bulan Februari dan Maret adalah sebesar 90 , 27 C. Data hasil pengukuran suhu harian rata-rata dapat dilihat pada Lampiran 7. Nilai evapotranspirasi ETc tanaman sawi pada setiap periode dapat dilihat pada Tabel 3 sebagai berikut: Tabel 3. Nilai Evapotranspirasi Tanaman ETc pada setiap periode pertumbuhan Periode Kc Evapotranspirasi mmhari Awal 0,40 2,19 Tengah 0,70 4,02 Akhir 0,90 5,17 Periode awal pertumbuhan : 0-10 hari setelah pindah tanam Periode tengah pertumbuhan : 11-20 hari setelah pindah tanam Periode akhir pertumbuhan : 21-30 hari setelah pindah tanam Nilai koefisien tanaman Kc untuk tanaman sawi yaitu: 0,40 untuk periode awal pertumbuhan, 0,70 untuk periode tengah pertumbuhan dan 0,90 untuk periode akhir pertumbuhan Doorenbos and Pruitt, 1984. Sehingga diperoleh nilai evapotranspirasi tanaman sebesar 2,19 mmhari pada awal periode pertumbuhan, 4,02 mmhari pada tengah periode pertumbuhan dan 5,17 mmhari pada akhir periode pertumbuhan. Universitas Sumatera Utara

2.19 4.02