IRIGASI TETES PADA BUDIDAYA TANAMAN CABA

IRIGASI TETES PADA BUDIDAYA TANAMAN CABAI
(Capsicum annum)

OLEH:
TOMI FUSANTO
1000854211007

FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
UNIVERSITAS BATANGHARI
JAMBI
2014

IRIGASI TETES PADA BUDIDAYA TANAMAN CABAI
(Capsicum annum)

KARYA ILMIAH I

OLEH:
TOMI FUSANTO
1000854211007


DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK MENYELESAIKAN
STUDI TINGKAT SARJANA PADA FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BATANGHARI

Mengetahui :
Ketua Program Studi Agroteknologi

(Yulistiati Nengsih SP, MP )

Dosen Pembimbing

(Ir. Nasamsir, MP)

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang tiada henti-hentinya
memberi hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah I yang

berjudul “Irigasi Tetes Pada Budidaya Tanaman Cabai (Capsicum annum)”, yang
merupakan salah satu mata kuliah yang harus diselesaikan pada Fakultas Pertanian
Universitas Batanghari.
Pada kesempatan ini penulis banyak terima kasih kepada Bapak Ir. Nasamsir,
MP. Selaku dosen pembimbing yang telah membantu dalam menyusun Karya Ilmiah
I ini.
Penulis sepenuhnya menyadari bahwa Karya Ilmiah I ini sangat jauh dari
kesempurnaan. Untuk

kritik dan saran sangatlah penulis harapkan guna

kesempurnaan lebih lanjut.
Jambi, Juni 2014

penulis

ii

DAFTAR ISI
Halaman

KATA PENGANTAR ···································································· ii
DAFTAR ISI ·············································································· iii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ v
I.

PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
1.1.
Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2.
Tujuan Penulisan ............................................................................ 2
1.3.
Batasan Masalah............................................................................. 2

II. RUANG LINGKUP DAN MANFAAT IRIGASI TETES ............................. 3
2.1.
Ruang Lingkup Irigasi Tetes ......................................................... 3
2.2.
Keuntungan dan Kerugian Irigasi Tetes ........................................ 7
2.3.

Metode Irigasi Tetes ....................................................................... 8
III. KOMPONEN IRIGASI TETES .................................................................. 10
IV. IRIGASI TETES PADA TANAMAN CABAI ............................................ 14
4.1.
Morfologi Tanaman Cabai ........................................................... 14
4.2.
Syarat Tumbuh Tanaman ............................................................. 15
4.3.
Kadar Air Optimum ..................................................................... 17
4.4.
Distribusi Air Dalam Tanah ......................................................... 19
V. KESIMPULAN ............................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 21

iii

DAFTAR TABEL

No.


Judul

Halaman

1. Kelembaban Tanah Pada Setiap Interval Pemberian Air Pada Tanaman Cabai .. 18
2. Hasil Cabai Pada Berbagai Interval Pemberian Air ............................................. 18

iv

DAFTAR GAMBAR

No.

Judul

Halaman

1.

Irigasi Tetes ..................................................................................................... 6


2.

Komponen Irigasi Tetes................................................................................. 10

v

I.

1.1.

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Bagi negara agraris seperti Indonesia, irigasi adalah prasarana yang cukup

menentukan dalam pembangunan pertanian. Irigasi didefinisikan sebagai usaha
penambahan air pada tanah dengan tujuan memelihara dan menambah kelembaban tanah
sesuai dengan kebutuhan tanaman untuk pertumbuhannya. Jumlah air yang diberikan
tergantung kepada kebutuhan tanaman dan curah hujan di daerah tersebut. Pada prakteknya

penambahan air hanya dilakukan bilamana penambahan air secara alami tidak mencukupi
kebutuhan tanaman (Sumarna, 1998)
Air itu sendiri di dalam tanaman berada dalam keadaan aliran yang kontinyu.
Selama pertumbuhannya tanaman terus-menerus mengabsorpsi air dari tanah dan
mengeluarkan pada saat transpirasi. Ketersediaan air secara langsung mempengaruhi proses
fisiologi yang terjadi di dalam sel-sel tanaman. Adanya defisit air walaupun ringan dapat
menghambat proses fisiologi tersebut, sehingga laju pertumbuhan di bawah normal. Defisit
air yang terus menerus dapat menyebabkan kelayuan pada tanaman yang tidak dapat balik
(irreversible) dan mengakibatkan kematian.
Suatu kenyataan di Indonesia menunjukkan, bahwa dengan perkembangan
teknologi pertanian yang sangat pesat menyebabkan kebutuhan air irigasi menjadi besar,
keadaan dimana air sangat berharga menyebabkan sistem irigasi yang efisien sangat
dibutuhkan (Sumarna, 1998)
Irigasi tetes adalah sistem untuk memasok air (dan pupuk) tersaring ke dalam tanah
melalui pemancar (emitter). Irigasi tetes menggunakan debit kecil dan konstan

serta
1

tekanan rendah. Air akan menyebar di tanah baik ke samping maupun ke bawah karena

gaya kapiler dan gravitasi. Bentuk sebarannya tergantung pada jenis tanah, kelembaban,
permeabilitas tanah dan jenis tanaman. Cocok untuk tanaman buah-buahan dan sayursayuran (Ilyas dan Mansur, 2013)
Sistem irigasi tetes dapat menghemat pemakaian air, karena dapat meminimumkan
kehilangan-kehilangan air yang mungkin terjadi seperti perkolasi, evaporasi dan aliran
permukaan, sehingga memadai untuk diterapkan di daerah pertanian yang mempunyai
sumber air yang terbatas. Irigasi tetes pada umumnya digunakan untuk tanaman-tanaman
bernilai ekonomi tinggi, termasuk tanaman cabai. Hal ini sejalan dengan diperlukannya
biaya awal yang cukup tinggi, akan tetapi untuk biaya produksi selanjutnya akan lebih kecil
karena sistem irigasi tetes dapat menghemat biaya pengadaan peralatan yang biasanya
dapat digunakan untuk beberapa kali musim tanam serta menghemat biaya tenaga kerja
untuk penyiraman, pemupukan dan penyiangan (Sumarna, 1998)
1.2 Tujuan Penulisan
Karya ilmiah ini bertujuan untuk mengetahui manfaat irigasi tetes pada budidaya
tanaman cabai (Capsicum annum).
1.3 Batasan Masalah
Karya ilmiah ini membahas tentang irigasi tetes pada budidaya tanaman cabai,
aspek-aspek yang di bahas adalah tentang komponen irigasi tetes dan manfaat irigasi tetes
pada budidaya tanaman cabai.

2


II.

RUANG LINGKUP IRIGASI DAN MANFAAT IRIGASI TETES

2.1. Ruang Lingkup Irigasi Tetes
Menurut Kartasapoetra dan Sutedjo (1994), irigasi adalah kegiatan penyediaan dan
pengaturan air untuk memenuhi kepentingan pertanian dengan memanfaatkan air yang
berasal dari air permukaan dan air tanah.
Pengaturan irigasi (pengairan pertanian) akan menjangkau beberapa tahapan
pekerjaan atau bidang sebagai berikut:
a. Pengembangan sumber air dan penyediaan air bagi keperluan usaha tani,
b. Penyaluran air irigasi dari sumbernya ke daerah atau lahan-lahan usaha tani,
c. Pembagian dan pemberian air di daerah atau lahan-lahan usaha tani,
d. Pengaliran dan pembuangan air yang melimpah dari daerah pertanian.
Yang kesemuanya mempunyai tujuan utama yaitu membasahi tanah guna
menciptakan keadaan lembab sekitar daerah perakaran agar tanaman tumbuh dengan baik
dengan tercukupi kebutuhan airnya. Selain itu dengan terairinya lahan pertanian dengan
baik akan di peroleh manfaat dan kemudahan sebagai berikut:
a. Pengolahan tanah bagi pertanaman akan mudah dan ringan dalam pelaksanaannya,

b. Tanaman pengganggu (gulma) akan mudah dalam pemberantasannya,
c. Pengaturan temperatur tanah dapat berlangsung sesuai dengan yang dikehendaki
tanaman,
d. Berlangsungnya perbaikan dan peningkatan kesuburan tanah,
e. Sangat berperan dalam memperlancar proses leaching (pencucian) tanah.

3

Menurut Akhmad (2013), dalam perkembangannya irigasi dibagi tiga tipe, yaitu:
a. Irigasi Sistem Gravitatif
Irigasi gravitasi merupakan sistem irigasi yang telah lama dikenal dan diterapkan dalam
kegiatan usaha tani. Dalam sistem irigasi ini, sumber air diambil dari air yang ada di
permukaan bumi yaitu dari sungai, waduk dan danau di dataran tinggi. Pengaturan dan
pembagian air irigasi menuju ke petak-petak yang membutuhkan, dilakukan secara
gravitatif.
b. Irigasi Sistem Pompa
Sistem irigasi dengan pompa bisa dipertimbangkan, apabila pengambilan secara
gravitatif ternyata tidak layak dari segi ekonomi maupun teknik. Cara ini membutuhkan
modal kecil, namun memerlukan biaya ekspoitasi yang besar.
c. Irigasi Pasang Surut

Yang dimaksud dengan sistem irigasi pasang surut adalah suatu tipe irigasi yang
memanfaatkan pengempangan air sungai akibat peristiwa pasang surut air laut. Areal
yang direncanakan untuk tipe irigasi ini adalah areal yang mendapatkan pengaruh
langsung dari peristiwa pasang surut air laut.
Menurut Sudjarwadi (1990) dalam Temang (2013), ditinjau dari proses penyediaan,
pemberian, pengelolaan dan pengaturan air, sistem irigasi dapat dikelompokkan menjadi 3
macam, yaitu:

4

1. Sistem Irigasi Permukaan
Sistem irigasi permukaan terjadi dengan menyebarkan air ke permukaan tanah dan
membiarkan air meresap (infiltrasi) ke dalam tanah. Air dibawa dari sumber lahan
melalui saluran terbuka melalui pipa dengan head rendah.
2. Sistem Irigasi Bawah Permukaan (Sub Surface Irrigation System)
Sistem irigasi bawah permukaan dapat dilakukan dengan meresapkan air ke dalam
tanah di bawah zona perakaran melalui sistem saluran terbuka ataupun dengan
menggunakan pipa porus. Lengas tanah digerakkan oleh gaya kapiler menuju zona
perakaran dan selanjutnya dimanfaatkan oleh tanaman.
3.

Irigasi Dengan Perencanaan (Sprinkle Irrigation)
Irigasi curah atau siraman (sprinkle) menggunakan tekanan untuk membentuk tetesan
air yang mirip hujan ke permukaan lahan pertanian. Disamping untuk memenuhi
kebutuhan air tanaman. Sistem ini dapat pula digunakan untuk mencegah pembekuan,
mengurangi erosi angin, memberikan pupuk dan lain-lain.
Irigasi tetes termasuk salah satu sistem irigasi permukaan (surface irrigation)

dengan cara pemberian air di antara jalur-jalur tanaman. Air diberikan melalui jaringanjaringan pipa di atas permukaan tanah yang dipasang menurut jalur-jalur tanaman. Cara ini
tidak memerlukan pembuatan parit-parit atau selokan-selokan seperti pada sistem irigasi
lainnya, tetapi diperlukan peralatan khusus seperti pipa-pipa (utama, sub-utama dan lateral),
alat penetes, pompa air, saringan, katup-katup, pengontrol tekanan dan umumnya
dilengkapi dengan alat injektor pupuk.
Setiap tanaman secara langsung akan menerima air irigasi melalui penetes yang
dipasang pada pipa lateral dan terletak di atas perakaran tanaman. Permukaan tanah akan
5

menerima air berupa tetesan-tetesan yang debitnya tergantung kepada tekanan yang
diberikan. Tekanan yang diberikan umumnya rendah, dengan mengatur besarnya tekanan
sistem irigasi ini mampu memberikan jumlah serta kecepatan pemberian air yang sesuai
dengan kebutuhan tanaman. Efisiensi pemakaian air dengan sistem irigasi tetes pada
pertanaman sayuran dapat mencapai antara 90-100 persen, bila dilaksanakan dengan cermat,
terampil dan beraturan (Sumarna, 1998)

Gambar 1. irigasi tetes
Pemberian air pada tanaman disesuaikan dengan jenis dan umur tanaman, karena
jenis dan umur tanaman menentukan perkembangan akar yang selanjutnya menentukan
volume daerah perakaran. Pada irigasi tetes, hal ini sangat penting karena pemberian air
hanya mencakup daerah volume perakaran dengan kadar air optimum. Permukaan tanah
tidak seluruhnya dapat dibasahi, akan tetapi hanya di sekeliling tanaman, secara gravitasi
dan kapiler air dari penetes bergerak menembus profil tanah sehingga secara umum
pertumbuhan akar tanaman cenderung terpusat di daerah dimana kondisi untuk
mengabsorpsi air lebih besar. Bila pemberian air kurang dari volume daerah perakaran,
akan menghambat perkembangan akar, Sebaliknya bila melebihi volume daerah perakaran,

6

akan mengurangi efisiensi pemberian air atau terjadi pemborosan pemakaian air (Sumarna,
1998)
2.2. Keuntungan dan Kerugian Irigasi Tetes
Menurut Ilyas dan Mansur (2013), Irigasi Tetes mempunyai kelebihan, yaitu:
1. Efisiensi penggunaan air sangat tinggi karena evaporasi minimum, tidak ada gerakan air
di udara, tidak ada pembasahan daun, tidak ada run off, serta pengairan dibatasi di
sekitar tanaman pokok. Penghematan air 30-50%. Efisiensi mendekati 100%.
2. Respon tanaman terhadap sistem ini lebih baik dalam hal produksi, kualitas, dan
keseragaman produksi.
a. Tidak mengganggu aerasi tanah, dapat dipadu dengan unsur hara, tekanan rendah
sehingga tidak mengganggu keseimbangan kadar lengas,
b. Mengurangi perkembangan serangga, penyakit dan jamur karena air yang diberikan,
c. Penggaraman atau pencucian garam lebih efektif karena ada isolasi lokasi. Gulma
tidak tumbuh tanpa air.
3. Lahan tidak terganggu karena pengolahan tanah, siraman dan lain-lain. Serta,
mengurangi run off dan meningkatkan drainase permukaan.
4. Perencanaan dan konstruksi irigasi tetes murah bila penyumbatan tidak terjadi dan
pemeliharaan emiter minimum.
5. Bisa diletakkan di bawah mulsa plastik, tidak terpengaruh angin, bisa diterapkan di
daerah bergelombang.

7

Sedangkan kelemahan atau kekurangan dari metode irigasi tetes adalah:
1. Memerlukan perawatan yang intensif
Penyumbatan pada penetes merupakan masalah yang sering terjadi pada irigasi tetes,
karena akan mempengaruhi debit dan keseragaman pemberian air. Untuk itu diperlukan
perawatan yang intensif dari jaringan irigasi tetes agar resiko penyumbatan dapat
diperkecil.
2. Penumpukan garam
Bila air yang digunakan mengandung garam yang tinggi dan pada daerah yang kering,
resiko penumpukan garam menjadi tinggi.
3. Membatasi pertumbuhan tanaman
Pemberian air yang terbatas pada irigasi tetes menimbulkan resiko kekurangan air bila
perhitungan kebutuhan air kurang cermat.
4. Keterbatasan biaya dan teknik
Sistem irigasi tetes memerlukan investasi yang tinggi dalam pembangunannya. Selain
itu, diperlukan teknik yang tinggi untuk merancang, mengoperasikan dan memelihara
(Ilyas dan Mansur, 2013)
2.3 Metode Irigasi Tetes
Beberapa metode irigasi tetes, antara lain:
1. Drip Irrigation
Air diaplikasikan ke tanah pada satu titik dalam bentuk tetesan-tetesan melalui emitter
point.

8

2. Subsurface Irrigation
Air diaplikasikan di bawah permukaan tanah menggunakan emiter point maupun line
source.
3. Bubbler Irrigation
Air diaplikasikan ke permukaan tanah dengan aliran kecil.
4. Spray Irrigation
Air diaplikasikan melalui Microsprinkler untuk membuat semprotan kecil di dekat
permukaan tanah (Ilyas dan Mansur, 2013)

9

III.

KOMPONEN IRIGASI TETES

Sistem irigasi tetes di lapangan umumnya terdiri dari jalur utama, pipa pembagi,
pipa lateral, alat aplikasi dan sistem pengontrol.(Ilyas dan Mansur, 2013)
1. Unit utama (head unit)
Unit utama terdiri dari pompa, tangki injeksi, filter (saringan) utama dan komponen
pengendali (pengukur tekanan, pengukur debit dan katup).
2. Pipa utama (main line)
Pipa utama umumnya terbuat dari pipa polyvinylchloride (PVC), galvanized steel atau
besi cord dan berdiameter antara 7,5-25 cm. Pipa utama dapat dipasang di atas atau di
bawah permukaan tanah.
3. Pipa pembagi (sub-main, manifold)
Pipa pembagi dilengkapi dengan filter kedua yang lebih halus (80-100 µm), katub
solenoid, regulator tekanan, pengukur tekanan dan katub pembuang. Pipa sub-utama
terbuat dari pipa PVC atau pipa HDPE (high density polyethylene) dan berdiameter
antara 50-75mm.
4. Pipa Lateral
Pipa lateral merupakan pipa tempat dipasangnya alat aplikasi, umumnya dari pipa
polyethylene (PE). Berdiameter 8-20 mm dan dilengkapi dengan katup pembuang.

10

Gambar 2. Komponen irigasi tetes
Jaringan Pipa pada Irigasi tetes
Pipa yang digunakan pada irigasi tetes terdiri dari pipa utama, pipa sekunder. Pipapipa ini merupakan komponen penting dari irigasi tetes. Tata letak dari irigasi tetes dapat
sangat bervariasi tergantung kepada berbagai faktor seperti luas tanah, bentuk, dan keadaan
topografi. Dalam sistem irigasi tetes tersusun atas pipa dan emitter. Air di alirkan dari pipa
dengan banyak percabangan yang biasanya dari plastik yang berdiameter 12 mm (1-2 inch)
– 25 mm (1 inch)
Ukuran pipa harus cocok dengan pompa yang harus digunakan. Jaringan irigasi
tetes menggunakan pipa PVC (Poly Vinyl Chloride) dan PE (Poly Ethylene). Seluruh pipa
tersebut diatur sedemikian rupa sehingga terdapat pipa utama, pipa sekunder, dan kalau
pipa tersier. Pipa yang digunakan biasanya berukuran 0,5-1 inchi (1,27-2,54 cm) dan pipa
sekunder 0,24-0,5 inchi (0,61-1,27 cm) (Najiyanti dan Danarti, 1993 pada Milala, 2010)
Emiter (Penetes)
Emiter merupakan alat pengeluaran air yang disebut pemancar. Emiter
mengeluarkan dengan cara meneteskan air langsung ke tanah ke dekat tanaman. Daerah
11

yang dibasahi emiter tergantung pada jenis tanah, permeabilitas tanah. Emiter harus
menghasilkan aliran yang relatif kecil dan menghasilkan debit yang menghasilkan konstan.
Penampang aliran perlu relatif lebar untuk mengurangi tersumbatnya emiter (Hansen, dkk.,
1992 pada Milala, 2010).
Fungsi penetes sangat penting dalam suatu sistem irigasi tetes. Air dikeluarkan
melalui penetes dalam debit air yang rendah secara konstan dan kontinyu, kondisi ini
tergantung pada tekanan dalam pipa untuk menghasilkan debit air yang diinginkan.
Karakteristik dari penetes akan menunjukkan debit air yang dapat melewati penetes
tersebut.
Efisiensi sistem irigasi tetes secara langsung tergantung pada air yang dikeluarkan
dari penetes dalam ke seluruhan sistem. Dewasa ini banyak dipasarkan penetes dengan tipe
yang bermacam-macam. Setiap jenis penetes mempunyai desain dan karakteristik tertentu.
Dalam hal ini variasi pembuatan penetes tidak dapat diabaikan, karena berpengaruh
terhadap keseragaman emisi irigasi tetes untuk mencapai tujuan efisiensi. (Sumarna, 1998)
Menurut Sumarna (1998), penetes yang diharapkan untuk irigasi tetes harus
mempunyai persyaratan sebagai berikut :
1) Menghasilkan debit yang rendah, seragam dan konstan untuk setiap kerja tekanan,
2) Mempunyai lubang pengeluaran yang cukup besar untuk mecegah penyumbatan bendabenda asing atau endapan bahan kimia,
3) Harganya murah, kuat dan seragam.
Tekanan
Menurut Erizal (2003) pada Milala (2010) keseragaman pemberian air ditentukan
berdasarkan variasi debit yang dihasilkan emitter. Karena debit merupakan fungsi dari
12

tekanan operasi, maka variasi tekanan operasi merupakan faktor keseragaman aliran. Oleh
karena tekanan berpengaruh pada debit emiter maka semakin besar tinggi air tangki
penampung akan semakin tinggi pula tekanan. Sehingga debit akan semakin besar.
Debit
Debit adalah banyaknya volume air yang mengalir persatuan waktu. Pada irigasi
tetes debit yang diberikan hanya beberapa liter perjam. Umumnya debit rata-rata dari
emiter tersedia dari suplier peralatan. Debit untuk irigasi tetes bergantung dari jenis tanah
dan tanaman. Debit irigasi tetes yang umum digunakan adalah 4 liter per jam, namun ada
beberapa pengolahan pertanian menggunakan debit 2,6,8 liter per jam. Penggunaan debit
berdasarkan jarak tanam dan waktu operasi (Keller dan Bliesner, 1990. Pada Milala (2010)).
Menurut Milala (2010) frekuensi pemberian air dilakukan 6-9 kali sehari tergantung
kondisi cuaca. Pemberian air dilakukan antara 07.00-16.00 WIB dengan selang waktu
sekitar 1 jam. Jumlah air yang diberikan disesuaikan dengan fase pertumbuhan tanaman
dan kondisi tanah. Jika pada fase vegetatif kebutuhan air pengairan dibutuhkan sekitar 200
ml/hari/tanaman, maka pada jarak tanam 60-70 cm, dibutuhkan 4 liter air per jam tiap
luasan 1 hektar.

13

IV.

IRIGASI TETES PADA TANAMAN CABAI

4.1 Morfologi Tanaman Cabai
Tanaman cabai (Capsicum annuum) termasuk dalam kingdom Plantae, Divisi
Magnoliophyta, Kelas Magnoliopsida, Ordo Solanales , Famili Solanaceae, Genus
Capsicum dan Species Capsicum annum L. (Zulfa, 2014)
Tanaman cabai termasuk tanaman berbentuk perdu, berdiri tegak dan bertajuk lebar.
Tanaman ini juga mempunyai banyak cabang dan setiap cabang akan muncul bunga yang
pada akhirnya berkembang menjadi buah. Batang cabai tumbuh tegak berwarna hijau tua
dan berkayu. Batangnya berbentuk silindris, berukuran diameter kecil dengan tajuk daun
lebar dan buah cabai yang lebat. Daun cabai berbentuk lonjong dan di bagian pangkal dan
ujung daun meruncing. Pada permukaan daun bagian atas berwarna hijau tua, sedang
dibagian bawah berwarna hijau muda. Panjang tangkai daunnya berkisar 2-4 cm yang
melekat pada percabangan, sedangkan tulang daunnya berbentuk menyirip (Samadi, 1997).
Akar tanaman cabai tumbuh menyebar dalam tanah terutama akar cabang dan akar
rambut. Bagian ujung akarnya hanya mampu menembus tanah sampai kedalaman 25-30 cm.
Oleh karena itu penggemburan tanah harus dilakukan sampai kedalaman tersebut agar
perkembangan akar lebih sempurna (Samadi, 1997).
Bunga cabai termasuk berkelamin dua, karena pada satu bunga terdapat kepala sari
dan kepala putik. Bunga cabai tersusun dari tangkai bunga, kelopak bunga, mahkota bunga
dan alat kelamin yang meliputi kepala sari dan kepala putik. Mahkota bunganya berwarna
putih dan Jumlah mahkota bunga bervariasi antara 5-6 kelopak bunga. Kepala putik
berwarna kuning kehijauan dan tangkai kepala putiknya berwarna putih. Buah cabai
14

biasanya muncul dari percabangan atau ketiak daun dengan posisi buah menggantung.
Berat cabai sangat bervariasi, yakni berkisar 5-25 gram (Samadi, 1997).
4.2 Syarat Tumbuh Tanaman Cabai
Tanaman cabai mempunyai daya adaptasi yang cukup luas. tanaman ini dapat
diusahakan di daratan rendah maupun dataran tinggi sampai ketinggian 1400 m di atas
permukaan laut, tetapi pertumbuhan di dataran tinggi lebih lambat. Suhu udara yang baik
untuk pertumbuhan tanaman cabai adalah 25-27 0C pada siang hari dan 18-20 0C pada
malam hari (Jaya, 2014)
Curah

hujan

yang

tinggi

atau

iklim

yang

basah

tidak

sesuai

untuk

pertumbuhan tananam cabai. Pada keadaan tersebut tanaman akan mudah terserang
penyakit, terutama yang disebabkan oleh cendawan, yang dapat menyebabkan bunga gugur
dan buah membusuk. Curah hujan yang baik untuk tanaman cabai adalah sekitar 600-1200
mm per tahun. Cahaya matahari sangat dibutuhkan sejak pertumbuhan bibit hingga
tanaman berproduksi. Pada intensitas cahaya yang tinggi dalam waktu yang cukup lama,
masa pembungaan cabai terjadi lebih cepat dan proses pematangan buah juga berlangsung
lebih singkat (Jaya, 2014)
Tanah yang ideal untuk penanaman cabai adalah tanah yang gempur, remah,
mengandung cukup banyak organik, unsur hara dan air, serta bebas dari gulma. Tingkat
kemasaman (Ph) tanah yang sesuai adalah 6-7. Kelembaban tanah dalam keadaan kapasitas
lapang (lembab tetapi tidak becek) dan temperatur tanah antara 24-30 0C sangat mendukung
pertumbuhan tanaman cabai. Temperatur

tanah yang rendah akan menghambat

pengambilan unsur hara oleh akar (Jaya, 2014)
15

Air berfungsi sebagai pelarut dan pengangkut unsur hara ke organ tanaman, air
berperan dalam proses fotosintesis (pemasakan makanan) dan proses respirasi (pernafasan).
Kekurangan air akan menyebabkan tanaman kurus, kerdil, layu dan akhirnya mati. Air yang
diperlukan tanaman berasal dari mata air atau sumber air yang bersih yang membawa
mineral atau unsur hara yang dibutuhkan tanaman, bukan air yang berasal dari suatu daerah
penanaman cabai yang terserang penyakit, karena air ini dapat menyebabkan tanaman cabai
yang sehat akan segera tertular, dan bukan air yang berasal dari limbah pabrik yang
berbahaya bagi tanaman cabai (Tani, 2014)
Air merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat esensial bagi produksi
pertanian, dan air menentukan potensi perluasan areal tanam ekstensifikasi dan intensifikasi
pertanaman, serta kualitas hasil produk (Kurnia, 2004 dalam Purwani, 2012)
Ketersediaan air sangat menentukan keberhasilan produksi tanaman, baik secara
vegetatif maupun generatif. Oleh karena itu, air sangat diperlukan dalam pertumbuhan
tanaman. Kekurangan air pada cabai akan menyebabkan tanaman kerdil, buah menjadi
kerdil dan mudah gugur, maka penggunaan air harus dilakukan seefesien mungkin. Kualitas
air pengairan harus memenuhi syarat kualitas agar tidak berbahaya bagi tanaman yang akan
diairi, karena dalam jangka panjang dapat mempengaruhi kualitas hasil (Setiadi, 1987 dan
Schwab et al, 1981 dalam Purwani, 2012)
Pengairan bertujuan untuk memberikan tambahan air pada air hujan dalam jumlah
yang cukup dan pada waktu di perlukan tanaman. Secara umum, pengairan berguna untuk
mempermudah pengolahan tanah, mengatur suhu tanah dan iklim mikro, membersihkan
atau mencuci tanah dari garam-garam yang larut atau asam-asam tinggi, membersihkan

16

kotoran dalam saluran air dan menggenangi tanah untuk memberantas tanaman pengganggu
dan hama penyakit (Setiadi, 1987 dalam Purnawati, 2012)
Beberapa pertimbangan utama di dalam menentukan berapa banyaknya air yang
akan diberikan (Sumarna, 1998), diantaranya adalah :
4.1. Kadar Air Tanah Optimum
Pemberian air yang cukup adalah yang paling utama dibutuhkan oleh pertumbuhan
tanaman. Setiap tanaman mencoba mengabsorpsi air secukupnya dari tanah untuk
pertumbuhan. Jadi yang terpenting untuk tanaman itu adalah, bahwa air dalam tanah itu
berada dalam keadaan yang mudah diabsorpsi (Sumarna, 1998)
Interval pemberian air sangat berpengaruh terhadap kelembapan tanah, baik untuk
setiap jenis tanaman maupun fase pertumbuhannya (Kurnia, 2002). Apabila air diberikan
setiap hari, kelembapan tanah masih di atas 30% volume, sehingga pemberian air tersebut
tidak efesien (tabel 1). Pemberian air dengan interval 2-4 hari masih memungkinkan
tanaman tumbuh dengan baik, karena kelembapan tanah masih cukup. Namun, pemberian
air setiap 4 hari dapat menurunkan hasil tanaman cukup signifikan (tabel 2) (Kurnia, 2002
dalam Purwani, 2012).
Berbeda dengan fase inisiasi, pemberian air setiap 3 hari pada fase vegetatif dan 5 hari
pada fase generatif menyebabkan perbedaan kelembapan tanah. Semakin bertambah umur
tanaman, kebutuhan air tanaman untuk evapotranspirasi dan perkolasi juga bertambah,
sehingga kelembapan tanah pada fase generatif semakin rendah, karena air yang ada di
dalam tanah digunakan untuk pembungaan dan pembentukan buah atau biji (Purwani,
2012)

17

Tabel 1. Kelembaban Tanah pada Setiap Interval Pemberian Air pada Tanaman
Cabai
Interval pemberian air (% volume)
Fase Pertumbuhan
Setiap hari
2 hari
3 hari
4 hari
5 hari
Fase inisiasi (0 – 10 hari)

32,20

23,10

22,40

21,40

20,10

Fase vegetatif (11 – 45 hari)

32,20

23,10

21,40

19,50

18,60

Fase generatif (45 – 60 hari)

32,20

23,10

22,40

21,40

20

Sumber: Kurnia et al, 2002 dalam Purwani 2012

Tabel 2. Hasil Cabai pada Berbagai Interval Pemberian Air
Jenis tanaman
Cabai (kg/m2)

Interval pemberian air (hari)
2

3

4

5

15,60

13

7

6

Sumber: Kurnia 2002 dalam Purwani 2012

Hasil cabai masih cukup baik sampai interval pemberian air setiap 3 hari, namun bila
interval pemberian air lebih dari 3 hari, hasilnya menurun drastis. Berdasarkan hasil
penelitian tersebut secara umum dapat dinyatakan bahwa interval 2 hari memberikan hasil
yang paling tinggi. Semakin sering air diberikan, semakin cepat pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Namun, bila jumlah air yang diberikan semakin banyak, kelebihan
air menjadi tidak bermanfaat atau tidak efisien (Kurnia 2002 dalam Purwani 2012)
Tanaman cabai merupakan tanaman yang sangat sensitif terhadap kelebihan ataupun
kekurangan air. Jika tanah telah menjadi kering dengan kadar air di bawah limit, maka
tanaman akan kurang mengabsorpsi air sehingga menjadi layu dan lama kelamaan akan
mati. Demikian pula sebaliknya, ternyata pada tanah yang banyak mengandung air akan
menyebabkan aerasi tanah menjadi buruk dan tidak menguntungkan bagi pertumbuhan akar,
akibatnya pertumbuhan tanaman akan kurus dan kerdil. Di samping itu, kebutuhan air

18

untuk tanaman cabai akan sejalan dengan pertumbuhan tanaman lainnya. Untuk fase
vegetatif rata-rata dibutuhkan air pengairan sekitar 200 ml/hari/tanaman, sedangkan untuk
fase generatif sekitar 400 ml/hari/tanaman (Sumarna dan Kusandriani 1992 dalam Sumarna,
1998).
4.2. Distribusi Air dalam Tanah
Besarnya volume tanah yang dapat dibasahi oleh irigasi tetes menentukan
perkembangan perakaran tanaman. Akar tanaman akan tumbuh lebih baik pada tanah yang
lembab dari pada di tanah yang kering, kadangkala akar tanaman tidak dapat menembus
tanah yang kering. Penambahan debit air dan lamanya pemberian air akan semakin
memperluas daerah/volume tanah yang basah. (Sumarna, 1998)
Setiap jenis tanah mempunyai pola pembasahan yang berbeda, tergantung kepada
teksturnya. Pada tanah yang banyak mengandung pasir cenderung terbentuknya pola
infiltrasi yang memanjang ke arah vertikal, sedangkan pada tanah yang banyak
mengandung tanah liat, pola infiltrasi akan melebar ke arah horizontal. (Sumarna, 1998)

19

V.

KESIMPULAN

Air merupakan faktor penting dalam bercocok tanam di mana suatu sistem
pemberian air yang baik secara teratur akan menghasilkan pertumbuhan tanaman yang
optimal. Yang terpenting bagi tanaman bahwa air dalam tanah itu berada dalam keadaan
yang mudah di absorpsi.
Sistem irigasi tetes dapat menghemat pemakaian air, karena dapat meminimumkan
kehilangan-kehilangan air yang mungkin terjadi seperti perkolasi, evaporasi dan aliran
permukaan, sehingga memadai untuk diterapkan di daerah pertanian yang mempunyai
sumber air yang terbatas. Irigasi tetes pada umumnya digunakan untuk tanaman-tanaman
bernilai ekonomi tinggi, termasuk tanaman cabai.
Tanaman cabai merupakan tanaman yang sangat sensitif terhadap kelebihan dan
kekurangan air. Tanah yang banyak mengandung air akan menyebabkan aerasi tanah
menjadi buruk dan tidak mengguntungkan bagi pertumbuhan akar. Tanah yang kering akan
menyebabkan tanaman kurang mengabsorpsi air sehingga menjadi layu dan lama kelamaan
akan mati.
Air pengairan yang digunakan harus memenuhi syarat kualitas agar tidak
mencemari tanah, tanaman dan lingkungan.

20

DAFTAR PUSTAKA
Akhmad,
2013.
Sistem
Irigasi
dan
Klasifikasi
Jaringan
Irigasi.
http://akhmad113.mywapblog.com/sistem-irigasi-dan-klasifikasi-jaringan.xhtml
Ilyas, M. A dan Mansur, M. 2013. Penerapan Irigasi Tetes Pada lahan Perkebunan.
http://Infotaucantik.blogspot.com/2013/05/artikel-teknologi-penerapan-irirgas-tetespada-lahan-perkebunan.html
Jaya, F. 2014. Tanaman Cabai. http://blog.faedahjaya.com/petunjuk-budidaya/tanamancabai
Kartasapoetra, A. G dan Sutedjo, M. M. 1994. Teknologi Pengairan Pertanian (Irigasi).
Bumi Aksara. Jakarta.
Kurnia, U. 2004. Prospek Pengairan Pertanian Tanaman Semusim. Balai Penelitian Litbang
Pertanian. Bogor.
Kusandriani, Y. dan Sumarna A. Respon varietas cabai pada beberapa tingkat kelembaban
tanah. Bul.Penel.Hort.Vol. XXV. No. 1.
Milala, Desnatalia. 2010. Analisis Irigasi Tetes dengan Infus Sebegai Emiter Pada
Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.). Universitas Sumatera Utara. Medan.
Purnawani, D. A. 2012. Pengaruh Pengairan Pada Tanaman Cabai. Politeknik Negeri
Lampung. Lampung.
Samadi, B. 1997. Budidaya Cabai Secara Komersial. Yayasan Pustaka Nusatam,
Yogyakarta.
Sumarna,
A.
1998.
Irigasi
Tetes
pada
http://balitsa.litbang.deptan.go.id/ind/images/isi.../M-09.pd

Budidaya

Cabai.

Temang, Kristo. 2013. Sistem Irigasi Ditinjau Dari Cara Pemberian/Distribusinya ke Lahan.
http://kristotemang.blogspot.com/2013/05/sistem-irigasi-ditinjau-dari-cara.html
Zulfa,
M.G.A.
2014.
klasifikasi
dan
morfologi
tanaman
cabai.
http://kickfahmi.blogspot.com/2013/10/klasifikasi-dan-morfologi-tanaman-cabai.html

21

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

KEPEKAAN ESCHERICHIA COLI UROPATOGENIK TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2008)

2 106 1

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25

PENGARUH BIG FIVE PERSONALITY TERHADAP SIKAP TENTANG KORUPSI PADA MAHASISWA

11 131 124