v. kantong khusus untuk nutrisi parenteral
c penanganan sediaan sitotoksik
Penanganan obat kanker secara aseptis dalam kemasan siap pakai sesuai kebutuhan pasien oleh tenaga farmasi yang terlatih dengan pengendalian pada
keamanan terhadap lingkungan, petugas maupun sediaan obatnya dari efek toksik dan kontaminasi, dengan menggunakan alat pelindung diri, mengamankan pada
saat pencampuran, distribusi, maupun pemberian kepada pasien sampai kepada pembuangan limbahnya. Secara operasional dalam mempersiapkan dan melakukan
harus sesuai prosedur yang ditetapkan dengan alat pelindung diri yang memadai. Kegiatan:
i. melakukan perhitungan dosis secara akurat
ii. melarutkan sediaan obat kanker dengan pelarut yang sesuai
iii. mencampur sediaan obat kanker sesuai dengan protokol pengobatan
iv. mengemas dalam pengemas tertentu
v. membuang limbah sesuai prosedur yang berlaku
Faktor yang perlu diperhatikan: i.
ruangan khusus yang dirancang dengan kondisi yang sesuai ii.
lemari pencampuran biological safety cabinet iii.
HEPA filter iv.
alat pelindung diri v.
sumber daya manusia yang terlatih vi.
cara pemberian obat kanker
j. pemantauan kadar obat dalam darah PKOD
Universitas Sumatera Utara
PKOD dilakukan untuk menginterpretasikan hasil pemeriksaan kadar obat tertentu atas permintaan dari dokter yang merawat karena indeks terapi yang sempit
atau atas usulan dari apoteker kepada dokter. Tujuan: i.
mengetahui kadar obat dalam darah ii.
memberikan rekomendasi pada dokter yang merawat Kegiatan yang dilakukan meliputi:
i. memisahkan serum dan plasma darah
ii. memeriksa kadar obat yang terdapat dalam plasma dengan menggunakan alat
therapeutic drug monitoring iii.
membuat rekomendasi kepada dokter berdasarkan hasil pemeriksaan Faktor-faktor yang peru diperhatikan adalah:
i. alat therapeutic drug monitoringinstrument untuk mengukur kadar obat
ii. reagen sesuai obat yang diperiksa
2.6 Instalasi Central Sterile Supply Department CSSD
Central Sterile Supply Department CSSD atau Instalasi Pusat Pelayanan Sterilisasi merupakan satu unit atau departemen dari rumah sakit yang
menyelenggarakan proses pencucian, pengemasan, sterilisasi terhadap semua alat atau bahan yang membutuhkan kondisi steril.
Rumah sakit sebagai institusi penyedia pelayanan kesehatan berupaya untuk mencegah risiko terjadinya infeksi bagi pasien dan petugas rumah sakit. Salah satu
indikator keberhasilan dalam pelayanan rumah sakit adalah rendahnya angka infeksi nosokomial di rumah sakit. Untuk mencapai keberhasilan tersebut maka
perlu dilakukan pengendalian infeksi di rumah sakit Depkes RI
a
, 2009. Berdirinya CSSD di rumah sakit dilatar belakangi oleh:
Universitas Sumatera Utara
a. besarnya angka kematian akibat infeksi nosokomial.
b. kuman mudah menyebar, mengkontaminasi benda dan menginfeksi manusia di
lingkungan rumah sakit. Adapun tugas CSSD di rumah sakit adalah Depkes RI
a
, 2009: i.
menyiapkan peralatan medis untuk perawatan pasien. ii.
melakukan proses sterilisasi alatbahan. iii.
mendistribusikan alat-alat yang dibutuhkan oleh ruangan perawatan, kamar operasi maupun ruangan lainnya.
iv. memilih peralatan dan bahan yang aman dan efektif serta bermutu.
v. mendokumentasikan setiap aktivitas pembersihan, disinfeksi maupun
sterilisasi sebagai bagian dari program upaya pengendalian mutu. vi.
melakukan penelitian terhadap hasil sterilisasi dalam rangka pencegahan dan pengendalian infeksi bersama dengan panitia pengendalian infeksi
nosokomial. vii.
memberikan penyuluhan tentang hal-hal yang berkaitan dengan sterilisasi. viii.
mengevaluasi hasil sterilisasi. Alur aktivitas fungsional CSSD dimulai dari proses pembilasan,
pembersihandekontaminasi, pengeringan, inspeksi dan pengemasan, memberi label, sterilisasi, penyimpanan sampai proses distribusi Depkes RI
a
, 2009. Lokasi CSSD sebaiknya berdekatan dengan ruangan pemakai alatbahan
steril terbesar di rumah sakit. Dengan pemilihan lokasi seperti ini maka selain meningkatkan pengendalian infeksi dengan meminimalkan resiko kontaminasi
silang, serta meminimalkan lalu lintas transportasi alat steril Depkes RI
a
, 2009. Ketersediaan ruangan CSSD yang memadai merupakan suatu keharusan
untuk keefisienan dan keoptimalan fungsi kerja CSSD. Untuk menghindari
Universitas Sumatera Utara
terjadinya kontaminasi silang dari ruang kotor ke ruang bersih, maka ruangan CSSD dibagi menjadi 5 bagian Depkes RI
a
, 2009: a.
ruang dekontaminasi: terjadi proses penerimaan barang kotor, melakukan dekontaminasi dan pembersihan. Ruang dekontaminasi harus direncanakan,
dipelihara, dan dikontrol untuk mendukung efisiensi proses dekontaminasi dan untuk melindungi pekerja dari benda-benda yang dapat menyebabkan infeksi,
racun dan hal-hal berbahaya lainnya. Sistem ventilasi harus didesain sedemikian rupa sehingga udara di ruang dekontaminasi harus:
i. dihisap keluar atau ke sistem sirkulasi udara yang mempunyai filter.
ii. tekanan udara harus negatif tidak mengkontaminasi udara ruangan lainnya.
iii. tidak dianjurkan menggunakan kipas angin.
b. ruang pengemasan alat: untuk melakukan pengemasan dan penyimpanan
alatbarang bersih. Pada ruang ini dianjurkan ada tempat penyimpanan tertutup. c.
ruang produksi dan prossesing: linen diperiksa, dilipat, dan dikemas untuk persiapan sterilisasi. Selain linen, pada daerah ini dipersiapkan pula bahan-
bahan seperti kain kasa, cotton swab, dan lain-lain. d.
ruang sterilisasi: tempat dimana proses sterilisasi dilakukan. Untuk sterilisasi Etilen Oksida, sebaiknya dibuatkan ruang khusus yang terpisah tetapi masih
dalam satu unit pusat sterilisasi dan dilengkapi exhaust. e.
ruang penyimpanan barang steril. Ruang ini sebaiknya dekat dengan ruang sterilisasi. Apabila digunakan mesin sterilisasi dua pintu, maka pintu belakang
langsung berhubungan dengan ruang penyimpanan. Dinding dan lantai ruangan terbuat dari bahan yang halus, kuat sehingga mudah dibersihkan, alat steril
disimpan pada jarak 19 – 24 cm dari lantai dan minimum 43 cm dari langit- langit serta 5 cm dari dinding serta diupayakan untuk menghindari terjadinya
Universitas Sumatera Utara
penumpukan debu pada kemasan, serta alat-alat steril tidak disimpan dekat wastafel atau saluran pipa lainnya. Akses ke ruang penyimpanan steril
dilakukan oleh petugas pusat sterilisasi yang terlatih, bebas dari penyakit menular dan menggunakan pakaian yang sesuai dengan persyaratan.
Tujuan adanya CSSD di rumah sakit: a.
mencegah infeksi nosokomial dengan menyediakan peralatan yang telah mengalami pensortiran, pencucian dan sterilisasi dengan sempurna.
b. memutuskan mata rantai penyebaran kuman di lingkungan rumah sakit.
c. menyediakan dan menjamin kualitas hasil sterilisasi terhadap produk yang
dihasilkan.
2.7 Instalasi Gas Medis