TA : Rancang Bangun Aplikasi Penyusunan Ransum Kambing Dengan Menggunakan Metode Simultaneous Equation (Studi Kasus di Peternakan Metha Jaya).

(1)

RANCANG BANGUN APLIKASI PENYUSUNAN

RANSUM KAMBING DENGAN MENGGUNAKAN

METODE SIMULTANEOUS EQUATION

(STUDI KASUS DI PETERNAKAN METHA JAYA)

TUGAS AKHIR

Program Studi S1 Sistem Informasi

Oleh:

Wahyu Eko Prasetyo 06.41010.0257

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA & TEKNIK KOMPUTER SURABAYA


(2)

ix DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ...vii

DAFTAR ISI ...ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ...xv

DAFTAR LAMPIRAN...xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 2

1.3 Pembatasan Masalah ... 2

1.4 Tujuan ... 3

1.5 Sistematika Penulisan ... 3

BAB II LANDASAN TEORI ... 5

2.1 Sekilas Peternakan Metha Jaya ... 5

2.2 Pakan...5

2.3 Pemberian Pakan ... 7

2.4 Konsumsi Pakan ... 7

2.5 Konversi dan Efisiensi Pakan ... 8

2.6 Kebutuhan Nutrisi Kambing ... 9

2.6.1 Air ... 9

2.6.2 Protein ... 10


(3)

x

Halaman

2.6.4 Mineral ... 11

2.6.5 Karbohidrat ... 12

2.6.6 Kebutuhan Energi ... 12

2.7 Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH) ... 13

2.8 Konsep Subtitusi Biasa ... 15

2.9 Konsep Simultaneous Equation ... 20

2.10 Konsep Dasar Sistem ... 26

2.11 Konsep Sistem Informasi ... 26

2.11.1 Blok Masukan ... 27

2.11.2 Blok Model ... 27

2.11.3 Blok Keluaran ... 27

2.11.4 Blok Teknologi... 27

2.11.5 Blok Basis Data ... 27

2.11.6 Blok Kendali ... 28

2.12 Analisis Perancangan Sistem ... 28

2.13 System Flow ... 29

2.14 Data Flow Diagram ... 31

2.14.1 Simbol-Simbol DFD………... ... 31

2.14.2 Contex Diagram ……….. ... 32

2.14.3 Data Flow Diagram Level 0 ……….. ... 32

2.14.4 Data Flow Diagram Level 1 ……… ... 33

2.14.5 Entity Rational Diagram ……….. ... 33


(4)

xi

Halaman

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM ... 34

3.1 Analisis Permasalahan dan Analisa Kebutuhan Sistem ... 34

3.1.1 Hasil Observasi ... 34

3.1.2 Hasil Wawancara ... 35

3.1.3 Studi Kepustakaan ... 35

3.2 Model Pengembangan ... 35

3.3 Desain Sistem ... 37

3.3.1 System Flow ... 38

3.3.2 Data Flow Diagram (DFD) ... 40

3.3.3 Entity Relationship Diagram (ERD) ... 45

3.3.4 Struktur Database ... 47

3.3.5 Desain Input/Output ... 50

3.3.6 Desain Uji Coba ... 54

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI ... 62

4.1 Implementasi ... 62

4.2 Kebutuhan Sistem ... 62

4.3 Instalasi Program ... 63

4.4 Menu Utama ... 63

4.5 Menu File ... 64

4.6 Menu Master ... 66

4.7 Menu Transaksi ... 69

4.8 Menu Laporan ... 73


(5)

xii

BAB V PENUTUP ... 85

5.1 Kesimpulan ... 85

5.2 Saran ... 85

DAFTAR PUSTAKA ... 87


(6)

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Ransum merupakan gabungan dari beberapa bahan pakan yang disusun sedemikian rupa dengan formulasi tertentu untuk memenuhi kebutuhan ternak selama satu hari dan tidak mengganggu kesehatan ternak. Ransum dapat dinyatakan berkualitas baik apabila mampu memberikan seluruh kebutuhan nutrien secara tepat, baik jenis, jumlah, serta imbangan nutrien tersebut bagi ternak. Ransum yang berkualitas baik berpengaruh pada proses metabolisme tubuh ternak sehingga ternak dapat menghasilkan daging yang sesuai dengan potensinya. Faktor penting yang harus diperhatikan dalam formulasi ransum kambing adalah kebutuhan protein, energi, serat kasar, kalsium(Ca) dan fhosfor(P). Komponen nutrient tersebut sangat berpengaruh terhadap produksi kambing terutama untuk pertumbuhan dan produksi daging (Anggorodi, 1984).

Peternakan Metha Jaya merupakan sebuah usaha yang bergerak dibidang penggemukan kambing dan berdiri pada tahun 2005. Peternakan Metha Jaya tidak menggunakan pakan konsentrat tetapi menggunakan pakan ransum yang terdiri dari beberapa komposisi. Penyusunan ransum yang tepat merupakan hal yang penting dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi kambing.

Selama ini peternakan Metha Jaya masih menggunakan cara konvensional dalam penyusunan ransum. Hal ini dikarenakan peternakan Metha Jaya masih belum mengetahui cara untuk menghitung fomulasi ransum yang efektif dan efisien


(7)

Dalam penerapanya peternakan Metha Jaya masih kesulitan dalam menyusun ransum yang tepat dan sesuai dengan nutrisi yang dibutuhkan kambing. Oleh karena itu dibutuhkan aplikasi yang mampu memberikan solusi tentang penyusunan ransum yang ekonomis serta dapat menjadikan produktifitas daging lebih maksimal. Aplikasi tersebut akan dibuat dengan menggunakan metode Simultaneous Equation. Langkah pertama menyusun ransum untuk penggemukan kambing adalah menentukan kebutuhan nutrisinya. Penghitungan kebutuhan dilakukan dengan menggunakan sistem subtitusi biasa. Selanjutnya dilakukan formulasi menggunakan metode Simultaneous Equation sehingga akan dihasilkan sebuah susunan bahan pakan yang sesuai dengan kebutuhan nutrisi.

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan yaitu: 1. Bagaimana merancang dan membangun sebuah sistem yang dapat menentukan

kebutuhan nutrisi kambing agar dapat diketahui jumlah dan kadar nutrisi ransum yang akan diproduksi.

2. Bagaimana menerapkan metode Simultaneous Equation untuk menyusun ransum.

1.3Batasan Masalah

Batasan masalah pada permasalahan ini adalah :

1. Membahas kebutuhan nutrisi kambing yang meliputi Berat Kering pakan (BK), Total Digest Nutrient (TDN), Protein Kasar (PK), Kalsium (Ca) dan Fosfor (P)


(8)

2. Sistem mengolah kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan kambing berdasarkan berat badan dan pertambahan berat yang diinginkan.

3. Diasumsikan kondisi kambing dalam keadaan normal, tidak sakit atau cacat. 4. Pertambahan berat badan yang diinginkan ditentukan oleh pemilik.

5. Sistem menentukan porsi komposisi ransum berdasarkan kebutuhan nutrisi dan bahan pakan yang dipakai.

6. Bahan pakan yang dipakai direkomendasi langsung oleh pemilik.

7. Sistem menghitung harga ransum yang diproduksi berdasarkan dari porsi komposisi pakan dan harga bahan pakan.

8. Laporan yang dihasilkan oleh sistem adalah laporan data pakan, laporan data kandang dan laporan data nutrisi.

1.4Tujuan

Tujuan dari pembuatan sistem ini adalah:

1. Menghasilkan sebuah sistem yang dapat menentukan kebutuhan nutrisi kambing agar dapat diketahui jumlah dan kadar nutrisi ransum yang akan diproduksi. 2. Menerapkan metode Simultaneous Equation untuk menyusun ransum yang

ekonomis dan sesuai dengan kebutuhan nutrisi kambing.

1.5Sistematika Penulisan

Sistematika yang digunakan dalam penulisan Tugas Akhir ini dibagi menjadi beberapa Bab dan Sub-Bab. Adapun pembagian Bab ini sebagai berikut :


(9)

Bab ini merupakan pendahuluan dari karya tulis tugas akhir yang membahas mengenai latar belakang, perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan dan sistematika penulisan.

BAB II : LANDASAN TEORI

Berisi landasan teori yang digunakan untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini. Landasan teori pada bab ini membahas tentang teori-teori yang mendukung Rancang Bangun Aplikasi Penyusunan Ransum Kambing Dengan Menggunakan Metode Simultaneous Equation (Studi kasus di Peternakan Metha Jaya).

BAB III : PERANCANGAN SISTEM

Bab ini dijelaskan tentang pembahasan sistem dan perancangan sistem yang meliputi analisis permasalahan, document flow, system flow, hirarki proses input, data flow diagram, entity relationship diagram, struktur tabel dan desain I/O .

BAB IV : IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Bab ini dijelaskan tentang implementasi dari aplikasi yang dibuat secara keseluruhan dan memberikan penjelasan dari rancangan input dan output serta melakukan pengujian terhadap aplikasi yang dibuat antara lain : implementasi sistem, implementasi aplikasi, uji coba fitur dasar sistem.

BAB V : PENUTUP

Bab ini dijelaskan tentang penutup yang berisi kesimpulan setelah program aplikasi selesai dibuat dan saran untuk proses pengembangan selanjutnya.


(10)

5

2.1 Sekilas PeternakanMethaJaya

Peternakan Metha Jaya merupakan sebuah industri yang bergerak pada

bidang penggemukan kambing, perikanan dan perdagangan hasil pertanian. Saat

ini peternakan Metha Jaya memiliki kandang kambing dengn kapasitas ratusan

ekor. Adapun hasil produksi daging kambing rata-rata 0.5 ton/bulan.

Peternakan Metha Jaya berlokasi di desa Bendet kecamatan Diwek

Kabupaten Jombang no. 29. Lokasi ini sangat strategis digunakan untuk

penggemukan kambing dikarenakan suhu udara dan cuaca yang cocok untuk

ternak serta berada pada lahan terbuka dan jauh dari pemukiman penduduk.

2.2 Pakan

Pakan ternak merupakan komponen biaya produksi terbesar dalam suatu

usaha peternakan, oleh karena itu pengetahuan tentang pakan dan pemberiannya

perlu mendapat perhatian khusus. Ransum yang diberikan kepada ternak harus

diformulasikan dengan baik dan semua bahan pakan yang dipergunakan dalam

menyusun ransum harus mendukung produksi yang optimal dan efisien sehingga

usaha yang dilakukan dapat menjadi lebih ekonomis (Chuzaemi dan

Hartutik,1988).

Ransum merupakan gabungan dari beberapa bahan pakan yang disusun

sedemikian rupa dengan formulasi tertentu untuk memenuhi kebutuhan ternak


(11)

dinyatakan berkualitas baik apabila mampu memberikan seluruh kebutuhan

nutrien secara tepat, baik jenis, jumlah, serta imbangan nutrien tersebut bagi

ternak. Ransum yang berkualitas baik berpengaruh pada proses metabolisme

tubuh ternak sehingga ternak dapat menghasilkan daging yang sesuai dengan

potensinya. Faktor penting yang harus diperhatikan dalam formulasi ransum

kambing adalah kebutuhan protein, energi, serat kasar, kalsium(Ca) dan

fhosfor(P). Komponen nutrient tersebut sangat berpengaruh terhadap produksi

kambing terutama untuk pertumbuhan dan produksi daging (Anggorodi, 1984).

Hartadi et al. (1986) menyatakan pakan adalah suatu bahan yang dimakan hewan yang mengandung energi dan zat-zat gizi (atau keduanya) di

dalam bahan tersebut. Pakan adalah bahan yang dimakan dan dicerna oleh seekor

hewan yang mampu menyajikan unsur hara atau nutrien yang penting untuk

perawatan tubuh, pertumbuhan, penggemukan, reproduksi dan produksi. Bahan

pakan dapat dibagi menjadi 2 kelompok yaitu konsentrat dan bahan berserat.

Konsentrat serta bahan berserat merupakan komponen atau penyusun ransum

(Blakely dan Bade, 1994). Menurut Setiawan dan Arsa (2005), pakan merupakan

bahan pakan ternak yang berupa bahan kering dan air. Bahan pakan ini harus

diberikan pada ternak sebagai kebutuhan hidup pokok dan produksi. Dengan

adanya pakan maka proses pertumbuhan, reproduksi dan produksi akan

berlangsung dengan baik. Oleh karena itu, pakan harus terdiri dari zat-zat pakan

yang dibutuhkan ternak berupa protein, lemak, karbohidrat, mineral, vitamin dan


(12)

2.3 Pemberian Pakan

Manajemen pemberian pakan yang baik perlu dipelajari karena

merupakan upaya untuk memperbaiki kualitas pakan yang diberikan. Pemberian

pakan yang tidak memenuhi kebutuhan ternak akan merugikan. Manajemen

pemberian pakan harus memperhatikan penyusunan ransum kebutuhan zat-zat

untuk ternak yang meliputi jenis ternak, berat badan, tingkat pertumbuhan, tingkat

produksi, dan jenis produksi (Chuzaemi dan Hartutik,1988).

Pakan yang diberikan kepada ternak potong sebaiknya pakan yang masih

segar. Bila pakan berada di dalam palungan lebih dari 12 jam maka pakan tersebut

akan menjadi basi, apek dan mudah berjamur. Pakan yang sudah basi akan

menyebabkan pengambilan (intake) pakan oleh ternak berkurang dan hal ini akan

berdampak terhadap menurunnya performa ternak. Setiap terjadi penurunan 1,0 %

akan menyebabkan menurunnya pertambahan bobot badan sebesar 1,5-2,0 %.

Untuk menjamin pakan di dalam palungan selalu segar, lakukan pemberian pakan

minimal 2 kali sehari, bila terdapat sisa pakan dari pemberian sebelumnya harus

dibuang. Idealnya ternak harus sudah diberikan pakan kembali kira -kira setengah

jam setelah pakan pada pemberian sebelumnya habis. Inilah pentingnya menyusun

ransum yang sesuai dengan kebutuhan ternak (Santosa, 2006).

2.4 KonsumsiPakan

Konsumsi pakan adalah banyaknya pakan yang dapat dimakan pada waktu

tertentu. Produksi ternak hanya dapat terjadi apabila konsumsi energi pakan

berada diatas kebutuhan hidup pokok. Keragaman konsumsi pakan disebabkan


(13)

energi, kualitas pakan dan kondisi lingkungan (Soebarinoto et al., 1991). Ternak

ruminansia yang normal (tidak sakit atau sedang bereproduksi) mengkonsumsi

pakan dalam jumlah yang terbatas sesuai dengan kebutuhannya untuk mencukupi

hidup pokok (Siregar, 1996). Tinggi rendah konsumsi pakan pada ternak

ruminansia sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal yaitu : tempat tinggal

(kandang) , palatabilitas, konsumsi nutrisi, bentuk pakan dan faktor internal yaitu :

selera, status fisiologi, bobot tubuh dan produksi ternak itu sendiri (Kartadisastra,

1997).

Menurut Parakkasi (1999), konsumsi adalah faktor yang essensial yang

merupakan dasar untuk hidup pokok dan menentukan produksi. Mulyono dan

Sarwono (2008) meyatakan bahwa konsumsi pakan kambing dinyatakan dalam

bahan kering.

2.5 Konversi dan Efisiensi Pakan

Efisiensi pakan dapat dihitung berdasarkan perbandingan pertambahan

bobot badan (kg) dengan total konsumsi bahan kering (kg) dikalikan 100%.

Efisiensi pakan sangat penting bagi para peternak agar tidak mengalami kerugian

akibat terlalu banyak pakan atau kekurangan pakan (Anggorodi, 1984). Konversi

pakan “Feed Convertion Ratio ” adalah perbandingan atau rasio jumlah pakan

(kg) yang dikonsumsi oleh ternak dengan produk yang dihasilkan (kg) oleh ternak

tersebut. Konversi pakan merupakan petunjuk berapa persen konsumsi pakan

diubah menjadi daging (Blakely dan Bade, 1994). Semakin tinggi nilai konversi

pakan berarti pakan yang digunakan untuk menaikkan bobot badan persatuan


(14)

Siregar (1996) konversi pakan dipengaruhi oleh bangsa ternak, tersedianya zat-zat

pakan ransum dan kesehatan ternak.

2.6 KebutuhanNutrisiKambing

Domba/kambing termasuk dalam golongan ternak ruminansia yang

dicirikan dengan berlambung ganda dan adanya aktifitas mikroorganisme dengan

intensitas yang tinggi pada lambungnya. Hal ini akan mempengaruhi bahan pakan

yang dibutuhkan dan kebutuhan akan zat nutrisinya. Dengan adanya aktifitas

mikroorganisme maka domba/kambing tidak memerlukan protein yang tinggi dan

bahkan bisa memanfaatkan urea sebagai sumber protein.

Nutrisi atau zat makanan adalah senyawa kimia yang terdapat dalam

makanan yang dapat dicerna menjadi senyawa lain yang digunakan untuk

berfungsinya organ fisiologis dalam rangkaian proses perkembangan,

pertumbuhan dan produksi ternak. Zat gizi yang penting adalah air, protein,

lemak, mineral, karbohidrat dan energi.

2.6.1 Air

Air merupakan unsur terpenting dan mutlak dibutuhkan oleh makhluk

hidup. Lebih dari 50% berat badan ternak adalah air. Unsur air mengisi sel-sel

tubuh dengan konsentrasi 7 – 90%. Hasil penelitian menunjukkan ternak lebih tahan tanpa makan dari pada tanpa air.

Fungsi air dalam tubuh:

1. Sebagai pelarut dan media bagi reaksi kimia dalam tubuh

2. Sebagai media transportasi masuknya zat-zat ke dan dari sel tubuh


(15)

2.6.2 Protein

Merupakan unsur yang penting dan dibutuhkan dalam jumlah yang relatif

besar terutama dalam masa pertumbuhan, bunting dan menyusui. Penyusun

protein adalah asam amino, sehingga protein dicirikan dengan kandungan gugus

aminanya (-NH2), walaupun banyak macamnya ada yang mengandung S.

Protein adalah senyawa organik kompleks yang mempunyai berat

molekul tinggi. Ruminansia mendapatkan protein dari 3 sumber, yaitu protein

mikrobia rumen, protein pakan yang lolos dari perombakan mikrobia rumen dan

sebagian kecil dari endogenus (Tillman et al., 1991). Tubuh memerlukan protein

untuk memperbaiki dan menggantikan sel tubuh yang rusak serta untuk produksi.

Protein dalam tubuh diubah menjadi energi jika diperlukan. Protein dapat

diperoleh dari bahan-bahan pakan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan yang

berasal dari biji-bijian (Sugeng, 1998).

Protein didalam tubuh ternak ruminansia, dapat dibedakan menjadi

protein yang dapat disintesis dan protein tidak dapat disintesis. Protein yang

dibutuhkan oleh ternak ruminansia yaitu dalam bentuk PK dan Prdd. Protein kasar

adalah jumlah nitrogen (N) yang terdapat didalam pakan dikalikan dengan 6,25

(Nx6,25), sedangkan Prdd adalah protein pakan yang dicerna dan diserap dalam

saluran pencernaan (Siregar, 1994). Menurut Anggorodi (1994) kekurangan

protein pada kambing dapat menghambat pertumbuhan, sebab fungsi protein

adalah untuk memperbaiki jaringan, pertumbuhan jaringan baru, metabolisme,

sumber energi, pembentukan anti bodi, enzim-enzim dan hormon.

Fungsi protein:


(16)

2. Penting dalam proses pertumbuhan

3. Berperan dalam percepatan reaksi metabolisme dalam tubuh (enzim)

4. Komponen yang penting dalam otot, kulit, rambut/bulu, hormone,

immunoglobulin

2.6.3 Lemak

Berfungsi sebagai penghasil asam-asam lemak dan energi, setelah dicerna

menjadi asam lemak dan gliserol. Pencernaan dan penyerapan lemak pada saluran

pencernaan ternak ruminansia terjadi pada usus halus dengan bantuan

enzim-enzim dari pangkreas dan empedu.

2.6.4 Mineral

Tubuh hewan memerlukan mineral untuk membentuk jaringan tulang dan

urat, untuk memproduksi dan mengganti mineral dalam tubuh yang hilang, serta

untuk memelihara kesehatan (Sugeng, 1998). Mineral berfungsi untuk bahan

pembentuk tulang dan gigi yang menyebabkan adanya jaringan yang keras dan

kuat, memelihara keseimbangan asam basa dalam tubuh, sebagai aktivator system

enzim tertentu, sebagai komponen dari suatu sistem enzim (Tillman et al., 1991).

Mineral harus disediakan dalam perbandingan yang tepat dan dalam jumlah yang

cukup, karena apabila terlalu banyak mineral akan membahayakan tubuh ternak

(Anggorodi, 1994).

Bahan yang berupa abu setelah suatu bahan dipanaskan dalam temperatur

500 ◦C selama 3 jam. Unsure ini dibedakan atas mineral makro dan mineral mikro. Termasuk dalam mineral makro yaitu unsure Ca, Cl, Mg, P, K, Na dan S.


(17)

Mo, Se, dan Zn. Mineral dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit tetapi sangat

esensial karena tubuh tidak mampu mensintesanya sendiri.

2.6.5 Karbohidrat

Unsur nutrisi yang sebagian besar (50-80%) merupakan bagian dari

bahan kering bahan pakan. Strukturnya terdiri dari amilum, selulose, hemiselulose

dan lignin. Peranannya sebagian besar sebagai seumber energi.

2.6.6 Kebutuhan Energi

Energi dalam pakan umumnya berasal dari karbohidrat dan lemak.

Pentingnya energi dalam pakan tercermin dari adanya 2 macam metode

pengukuran yaitu metode pengukuran TDN merupakan sistem ukuran yang paling

tua yang berdasar pada fraksi-fraksi yang tercerna dari sistem Wende serta

sumbangan energinya. Sistem yang kedua adalah sistem kalori berdasar pada

kandungan energi (kalori) pada bahan pakan (Blakely dan Bade, 1998). Menurut

Siregar (1994) TDN adalah jumlah energi dari pakan maupun ransum yang dapat

dicerna. Zat-zat pakan yang dapat menjadi sumber energi yaitu protein, serat

kasar, lemak dan BETN.

Kekurangan energi dapat mengakibatkan terhambatnya pertambahan

bobot badan, penurunan bobot badan dan berkurangnya semua fungsi produksi

dan terjadi kematian bila berlangsung lama (Tillman et al., 1991). Menurut

Parakasi (1999) ternak memanfaatkan energi untuk pertumbuhan dan produksi

setelah kebutuhan hidup pokoknya terpenuhi. Kebutuhan energi akan meningkat

seiring dengan pertambahan bobot badan. Tinggi rendahnya TDN dipengaruhi

oleh beberapa faktor antara lain bobot badan dan konsumsi pakan itu sendiri.


(18)

atau energi merupakan total dari zat pakan yang paling dibutuhkan. Kelebihan

energi akan disimpan dalam bentuk lemak badan, tetapi sebaliknya jika pakan

yang dikonsumsi tidak mencukupi kebutuhan energinya maka lemak tubuh akan

dirombak untuk mencukupi kebutuhan energi untuk hidup pokok ternak yang

tidak tercukupi dari pakan.

2.7 Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH)

Toilehere (1981) menyatakan bahwa pada ternak potong faktor penentu

dalam mencapai produksi daging yang optimal adalah bobot badan lahir dan

pertambahan bobot badan harian. Penampilan dan produksi ternak berupa laju

pertumbuhan dan pertambahan bobot badan harian merupakan hasil nyata dari

pengaruh genetik lingkungan (Astuti,1985). Lebih lanjut dinyatakan bahwa factor

genetik diperlukan untuk mengekspresikan kemampuannya secara penuh dalam

produksi sedangkan lingkungan merupakan faktor pendukung yang memberi

kesempatan untuk berproduksi.

Berdasarkan hasil penelitian Nadeem et al. (1993) diperoleh pertambahan

bobot badan harian kambing sebanyak 41,67 g/hari. Pertambahan bobot badan

ternak adalah peningkatan berat hidup ternak sampai mencapai berat tertentu

(Sugeng, 1998). Faktor-faktor yang mempengaruhi PBBH adalah bobot badan

ternak dan lama pemeliharaan. Bobot badan ternak senantiasa berbanding lurus

dengan tingkat konsumsinya. Semakin tinggi bobot badannya, maka makin tinggi


(19)

Kebutuhan Nutrisi Kambing Berdasarkan Bobot Badan dan Pertambahan

Bobot Badan (Kearl, 1982).

Tabel 2.1. Bobot Badan dan Pertambahan Bobot Badan (Kearl, 1982).

BB (kg) PBB (g) BK (kg) TDN (kg) PK (g) Ca (g) P (g)

10

0 0,32 0,16 17 0,9 0,7

25 0,36 0,21 22 1,2 0,9

50 0,37 0,25 26 1,5 1,2

75 0,35 0,3 31 1,9 1,5

15

0 0,44 0,22 23 1,2 0,9

25 0,45 0,24 25 1,5 1,1

50 0,5 0,31 33 1,9 1,4

75 0,5 0,36 37 2,2 1,7

20

0 0,54 0,27 28 1,5 1,1

25 0,58 0,32 33 1,8 1,3

50 0,6 0,36 38 2,1 1,6

75 0,62 0,41 43 2,4 1,9

100 0,62 0,46 48 2,8 2,1

25

0 0,64 0,32 33 1,8 1,3

25 0,68 0,37 38 2,1 1,5

50 0,71 0,41 43 2,4 1,8

75 0,73 0,46 48 2,7 2,1

100 0,74 0,51 53 3,1 2,3

30

0 0,74 0,37 38 2,1 1,5

25 0,77 0,41 43 2,4 1,7

50 0,8 0,46 48 2,7 2

75 0,83 0,51 53 3,1 2,3

100 0,84 0,56 58 3,4 2,5

125 0,84 0,6 63 3,7 2,7

40

0 0,91 0,46 48 2,5 1,9

25 0,95 0,5 53 2,8 2,1

50 0,98 0,55 58 3,1 2,4

75 1,01 0,6 62 3,5 2,7

100 1,04 0,65 67 3,8 2,9


(20)

Rumus perhitungan pertambahan berat badan:

PBBH = bobot akhir - bobot awal

waktu pengamatan ...(2.1)

2.8 Konsep Subtitusi Biasa

Dalam matematika, subtitusi adalah metode yang umum digunakan untuk

memecahkan persamaan linier simultan. Konsep ini menggunakan prinsip-prinsip

umum bahwa setiap sisi persamaan masih sama dengan yang lain ketika kedua

belah pihak dikalikan (atau dibagi) dengan jumlah yang sama, atau ketika jumlah

yang sama ditambahkan (atau dikurangkan) dari kedua belah pihak. Sebagai

persamaan tumbuh sederhana melalui penghapusan beberapa variabel, variabel

akhirnya akan muncul dalam bentuk sepenuhnya dipecahkan, dan nilai ini

kemudian dapat menjadi "back-diganti" dalam persamaan yang sebelumnya

diperoleh dengan cara menghubungkannya nilai ini dalam untuk variabel.

Biasanya, masing-masing "substitusi balik" kemudian dapat memungkinkan

variabel lain dalam sistem yang harus dipecahkan.

Metode perhitungan subtitusi biasa ini digunakan dalam menghitung

kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan kambing untuk mencapai berat badan yang di

harapkan.

Rumus perhitungan nutrisi dengan menggunakan subtitusi biasa

Jika berat badan berada tepat pada pembulatan Tabel 2.1

BBNT +

( PBBH – PBB ) . ( BBNT – ( BBNT-1))

...(2.2) ( PBB ) – ( PBB-1)


(21)

Jika berat badan berada diantara pembulatan tabel maka di hitung dulu nilai

pembuatan atas dan nilai pembulatan bawah.

Rumusnya :

KNFinal = KNAtas + BB – BBbawah + KNAtas – KNbawah ..(2.3) BBAtas – BBbawah

Keterangan :

PBBH : Pertambahan Berat Badan Harian

BBNT : Nilai Terkait dari tabel (PK, BK, TDN, P, Ca)

BBNT -1 : Nilai Terkait dari tabel (PK, BK, TDN, P, Ca) – 1 PBB : Pertambahan Berat Badan

PBB -1 : Pertambahan Berat Badan -1

KNFinal : Kebutuhan Nutrisi Final

KNAtas : Kebutuhan Nutrisi Nilai Pembulatan Atas

KNBawah : Kebutuhan Nutrisi Nilai Pembulatan Bawah

BBbawah : Berat Badan Pembulatan Bawah

BBAtas : Berat Badan Pembulatan Atas

Sebagai contoh:

Kebutuhan nutrisi terhadap bobot dan pertambahan bobot badan harian,

misalkan dengan bobot badan 12,1 kg dan pertambahan bobot badan harian 110 g

(Brilian Indah Kusumaningrum,2009).

Tabel 2.2 Bobot Badan dan Pertambahan Bobot Badan

BB (kg) PBB (g) BK (kg) TDN (kg) PK (g) Ca (g) P (g)

10

0 0,32 0,16 17 0,9 0,7

25 0,36 0,21 22 1,2 0,9

50 0,37 0,25 26 1,5 1,2


(22)

Lanjutan Tabel 2.2 Bobot Badan dan Pertambahan Bobot Badan

BB (kg) PBB (g) BK (kg) TDN (kg) PK (g) Ca (g) P (g)

15

0 0,44 0,22 23 1,2 0,9

25 0,45 0,24 25 1,5 1,1

50 0,5 0,31 33 1,9 1,4

75 0,5 0,36 37 2,2 1,7

Kebutuhan bahan kering (BK) pada bobot badan 10 kg dan PBBH 110 g

(110-75)/(75-50) = (x-0,35)/(0,35-0,37)

35/25 = (x-0,35)/-0,02

25x-8,75 = -0,7

x = 0,32 kg

Kebutuhan bahan kering (BK) pada bobot badan 15 kg dan PBBH 110 g

(110-75)/(75-50) = (x-0,50)/(0,50-0,50)

35/25 = (x-0,50)/0

x = 0,50 kg

Kebutuhan bahan kering (BK) pada bobot badan 12,1 kg dan PBBH 110 g

= 0,32 + {(12,1-10)/(15-10)} x (0,50-0,32)

= 0,32 + (0,42)(0,18)

= 0,4 kg

Kebutuhan TDN pada bobot badan 10 kg dan PBBH 110 g

(110-75)/(75-50) = (x-0,30)/(0,30-0,25)

35/25 = (x-0,30)/0,05

25x-7,5 = 1,75 x = 0,37 kg Kebutuhan TDN pada bobot badan 15 kg dan PBBH 110 g

(110-75)/(75-50) = (x-0,36)/(0,36-0,31)

35/25 = (x-0,35)/ 0,05


(23)

Kebutuhan TDN pada bobot badan 12,1 kg dan PBBH 110 g

= 0,37+ {(12,1-10)/(15-10)} x (0,43-0,37)

= 0,32 + (0,42)(0,06)  x = 0,4 kg

Kebutuhan Protein Kasar (PK) pada bobot badan 10 kg dan PBBH 110 g

(110-75)/(75-50) = (x-31)/(31-26)

35/25 = (x-31)/ 5

25x-775 = 175

x = 38 g

Kebutuhan Protein Kasar (PK) pada bobot badan 15 kg dan PBBH 110 g

(110-75)/(75-50) = (x-37)/(37-33)

35/25 = (x-37)/4

25x-925 = 140

x = 42,6 g

Kebutuhan Protein Kasar (PK) pada bobot badan 12,1 kg dan PBBH 110 g

= 38 + {(12,1-10)/(15-10)} x (42,6-38)

= 38 + (0,42)(4,6)

= 39,93 g

Kebutuhan kalsium (Ca) pada bobot badan 10 kg dan PBBH 110 g

(110-75)/(75-50) = (x-1,9)/(1,9-1,5)

35/25 = (x-1,9)/0,4

25x-47,5 = 14

x = 2,5 g

Kebutuhan kalsium (Ca) pada bobot badan 15 kg dan PBBH 110 g


(24)

35/25 = (x-2,2)/0,3

25x-55 = 10,5

x = 2,6 g

Kebutuhan kalsium (Ca) pada bobot badan 12,1 kg dan PBBH 110 g

= 2,5 + {(12,1-10)/(15-10)} x (2,6-2,5)

= 2,5 + (0,42)(0,1)

= 2,542 g

Kebutuhan fosfor (P) pada bobot badan 10 kg dan PBBH 110 g

(110-75)/(75-50) = (x-1,5)/(1,5-1,2)

35/25 = (x-1,5)/0,3

25x-37,5 = 10,5

x = 1,9 g

Kebutuhan fosfor (P) pada bobot badan 15 kg dan PBBH 110 g

(110-75)/(75-50) = (x-1,7)/(1,7-1,4) 35/25 = (x-1,7)/0,3

25x-42,5 = 10,5 x = 2,1 g

Kebutuhan fosfor (P) pada bobot badan 12,1 kg dan PBBH 110 g

= 1,9 + {(12,1-10)/(15-10)} x (2,1-1,9) = 1,9 + (0,42)(0,2)

= 1,98 g

Kebutuhan nutrisi terhadap bobot dan pertambahan bobot badan harian,

dengan bobot badan 12,1 kg dan pertambahan bobot badan harian 110 g dapat


(25)

Tabel 2.3 kebutuhan nutrisi

BB (kg) PBB (g) BK (kg) TDN (kg) PK (g) Ca (g) P (g) 12,1 110 0,4 0,4 39,93 2,542 1,98

2.9 Konsep Simultaneous Equation

Persamaan simultan adalah seperangkat persamaan yang mengandung

beberapa variable. Set ini sering disebut sebagai sistem persamaan. Sebuah solusi

untuk sistem persamaan adalah spesifikasi tertentu dari nilai-nilai dari semua

variabel yang secara bersamaan memenuhi semua persamaan. Metode dasar untuk

menyelesaikan sistem persamaan sederhana termasuk metode grafik , dengan

matriks metode, metode substitusi, atau metode eliminasi. Beberapa buku teks

mengacu pada metode eliminasi sebagai metode penambahan, karena melibatkan

penambahan persamaan (atau kelipatan konstan dari persamaan kata) satu sama

lain.

Sebuah himpunan berhingga dari persamaan – persamaan linear dalam variabel- variabel x1,x2,,xn dinamakan sebuah sistem persamaan linear atau sebuah sistem linear dan ditulis dalam bentuk

m n mn m m n n n n b x a x a x a b x a x a x a b x a x a x a                    2 2 1 1 2 2 2 2 2 1 2 1 1 1 2 1 2 1 1 1 ...(2.1)

dengan a dan b yang berindeks bawah menyatakan konstanta – konstanta. Persamaan (2.1) disebut sebuah sistem linear yang terdiri dari m


(26)

Berdasarkan definisi di atas sistem linear berikut 4 9 3 1 3 4 3 2 1 3 2 1         x x x x x x ...(2.2)

mempunyai dua persamaan linear dengan tiga variabel.

Persamaan (2.2) mempunyai solusi x1 1,x2 2,x31 karena nilai – nilai ini memenuhi kedua – dua persamaan. Akan tetapi, x1 1,x2 8,x3 1

bukanlah sebuah solusi karena nilai – nilai ini hanya memenuhi persamaan yang pertama dari kedua persamaan di dalam sistem tersebut. Perlu dicatat bahwa tidak

semua sistem persamaan linear mempunyai solusi misalnya sistem linear berikut

3 4     y x y x

Sebuah sistem persamaan yang tidak mempunyai solusi dikatakan tak

konsisten (inconsistent). Sebaliknya sistem yang mempunyai solusi dinamakan

konsisten (consistent).

Tinjaulah sebuah sistem umum dari dua persamaan linear dalam

bilangan-bilangan yang tak diketahui x dan y:

1 1 1 1 1

2 2 2 2 2

, 0

, 0

a x b y c a b a x b y c a b

  

   ...(2.3)

Kedua persamaan ini memberikan grafik berbentuk garis lurus. Namakan

garis–garis tersebut g1 dan g2 . Dari posisi letak kedua garis, ada tiga

kemungkinan yang dapat dibuat yaitu kedua garis sejajar atau kedua garis

berhimpit/berpotongan di satu titik atau kedua garis berhimpit/berpotongan di


(27)

g1

g2

a.

2

g

g1

b.

g1

g2

c. Gambar 2.1 Garis Persamaan

Dari Gambar 2.1 dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Tidak ada satu titikpun yang yang bersinggungan/berpotongan antara garis g1

dan g2 . Sebagai konsekuensi kondisi ini tidak ada solusi untuk sistem

tersebut.

2. Hanya ada satu titik singgung/potong. Konsekuensi kondisi ini adalah sistem

tersebut persis mempunyai satu solusi.

3. Ada banyak titik singgung/potong yang diberikan kedua garis g1 dan g2. Di

dalam kasus ini maka ada banyak solusi untuk sistem tersebut.

Dari kemungkinan (b) dan (c), titik

 

x,y dikatakan terletak pada garis

1

g dan g2 jika dan hanya jika x dan y memenuhi persamaan-persaman garis

pada persamaan.

Hasil yang sama berlaku untuk sembarang sistem. Singkatnya, ada tiga

kemungkinan yang dapat terjadi di dalam mendapatkan solusi sistem persamaan

linear yaitu sistem mempunyai satu solusi, atau banyak solusi, atau tidak ada

solusi.

Kembali kepada sistem persamaan linear (2.1). Jika semua suku konstan

1, 2, ,

i


(28)

0 0 0 2 2 1 1 2 2 22 1 21 1 2 12 1 11             n mn m m n n n n x a x a x a x a x a x a x a x a x a        ...(2.4)

maka sistem persamaan linear (2.4) dikatakan sebagai Sistem Persamaan linear

Homogen.

Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa tiap–tiap sistem persamaan linear mempunyai satu solusi, atau banyak solusi, atau tidak ada solusi

sama sekali.

Berkenaan dengan konsisten atau tidak konsisten, sistem persamaan (1.4)

adalah sistem yang konsisten, karena x10, x2 0,,xn 0 selalu merupakan sebuah solusi. Solusi tersebut dinamakan solusi trival (trival solution).

Selanjutnya jika ada solusi lain, maka solusi tersebut dinamakan solusi non-trivial

(non-trival solution).

Untuk sebuah sistem persamaan linear homogen salah satu diantara

pernyataan berikut bernilai benar.

1. Sistem tersebut hanya mempunyai pemecahan trivial.

2. Sistem tersebut mempunyai tak terhingga banyaknya pemecahan yang tak

trivial sebagai tambahan kepada pemecahan trivial tersebut.

Pada kasus khusus dimana sebuah sistem homogen dipastikan mempunyai

solusi non-trivial yaitu ketika sistem tersebut memiliki variabel lebih banyak

daripada persamaan

Dalam penerapannya sistem perhitungan penyusunan ransum metode ini

mempunyai kelebihan yaitu dapat menyusun ransum dengan pemenuhan 2 atau


(29)

Sebagai contoh kasus : Susun ransum dengan kandungan Protein Kasar

20% dan Energi sebesar 2,8 Mcal ME/kg ransum.

Tabel 2.4 Bahan Pakan dan Jumlah Nutrisi

Bahan pakan Protein Kasar (%) ME (Mcal) Jumlah

Protein Mix 45 2.59 x

Jagung 8.5 3.37 Y

Bekatul 12.5 2.35 z

Dari data diatas diperoleh 3 persamaan :

a. Jumlah bahan :

x + y + z = 100

b. Kebutuhan PK :

0.45 x + 0.085 y + 0.125 z = 0.20 x 100

c. Kebutuhan ME :

2.59 x + 3.37 y + 2.35 z = 2.8 x 100

Persamaan-persamaan :

1. x + y + z = 100

2. 0.45x + 0.085y + 0.125z = 20

3. 2.59x 3.37 y + 2.35z = 280

(2) 45 x + 8.5 y + 12.5 z = 2000

(3) 45 x + 58.55 y + 40.83 z = 4864.86

(4) - 50.05 y - 28.33 z = - 2864.86

(1) 45 x + 45 y + 45 z = 4500

(2) 45 x + 8.5 y + 12.5 z = 2000


(30)

(4) – 50.05 y – 28.33 z = - 2864.86 (5) – 50.05 y – 44.56 z = - 3428.08

16.23 z = 563.22

z = 34.70

(2) 45 x + 8.5 y +12.5 z = 2000

45 x + 8.5 y = 2000 –(12.5 x 34.7)

45 x + 8.5 y = 1566.25 (6)

(3) 45 x + 58.55 y + 40.83 z = 4864.86

45 x + 58.55 y = 4864.86 – (40.83 x 34.7)

45 x + 58.55 y = 3448.06 (7)

(6) 45 x + 8.5 y = 1566.25

(7) 45 x + 58.55 y = 3448.06

- 50.05 y = - 1881.81

y = 37.60

(1) x + y + z = 100

x + 37.60 + 34.70 = 100

x = 27.70

Jadi ransum tersebut dalam 100 kg tersusun atas :

Tabel 2.5. Porsi Komposisi Ransum.

Bahan pakan Jumlah (kg)

Protein Mix 27.70

Jagung 37.60


(31)

2.10 Konsep Dasar Sistem

Terdapat dua kelompok pendekatan di dalam mendefinisikan sistem, yaitu

yang menekankan pada prosedurnya dan yang menekankan pada komponen atau

elemennya. Pendekatan sistem yang lebih menekankan pada prosedur sistem

adalah sebagai berikut: “Sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu

kegiatan atau untuk menyelesaikan suatu sasaran tertentu (Jogiyanto, 1991:1).” Pendekatan sistem yang merupakan jaringan kerja dari prosedur lebih

menekankan urutan-urutan operasi di dalam sistem. Prosedur (procedure)

didefinisikan oleh Richard F. Neuschel (1976) sebagai berikut: “Prosedur adalah suatu urut-urutan operasi klerikal (tulis-menulis), biasanya melibatkan beberapa

orang di dalam satu atau lebih departemen, yang diterapkan untuk menjamin

penanganan yang seragam dari transaksi-transaksi bisnis yang terjadi.” Pendekatan sistem yang lebih menekankan pada elemen atau komponennya dalam

mendefinisikan sistem, masih menurut Neuschel, adalah sebagai berikut: “Sistem adalah kumpulan dari elemen-elemen yang berinteraksi untuk mencapai suatu

tujuan tertentu.”

2.11 Konsep Sistem Informasi

Sistem informasi didefinisikan oleh Robert A. Leitch dan K. Roscoe Davis

sebagai berikut:

“Sistem informasi adalah suatu sistem di dalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian, mendukung operasi,


(32)

bersifat manajerial dan kegiatan strategi dari suatu organisasi dan menyediakan

pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang diperlukan.”

2.11.1 Blok Masukan

Masukan atau inputmewakili data yang masuk ke dalam sistem informasi.

Masukan disini termasuk metode-metode dan media untuk menangkap data yang

akan dimasukkan, yang dapat berupa dokumen-dokumen dasar.

2.11.2 Blok Model

Blok ini terdiri dari kombinasi prosedur, logika dan model matematik yang

akan memanipulasi data input dan data yang tersimpan di basis data dengan cara

yang sudah ditentukan untuk menghasilkan keluaran yang diinginkan.

2.11.3 Blok Keluaran

Produk dari sistem informasi adalah keluaran yang merupakan informasi

yang berkualitas dan dokumentasi yang berguna untuk semua tingkatan

manajemen serta semua pemakai sistem.

2.11.4 Blok Teknologi

Teknologi merupakan “kotak alat” (toolbox) dalam sistem informasi. Teknologi digunakan untuk menerima input, menjalankan model, menyimpan dan

mengakses data, menghasilkan dan mengirimkan keluaran dan membantu

pengendalian dari sistem secara keseluruhan.

2.11.5 Blok Basis Data

Basis data (database) merupakan kumpulan dari data yang saling

berhubungan satu dengan lainnya, tersimpan di perangkat keras komputer dan

digunakan perangkat lunak untuk memanipulasinya. Data perlu disimpan di dalam


(33)

data perlu diorganisasikan sedemikian rupa, supaya informasi yang dihasilkan

berkualitas. Organisasi basis data yang baik juga berguna untuk efisiensi kapasitas

penyimpannya. Basis data diakses atau dimanipulasi dengan menggunakan

perangkat lunak paket yang disebut dengan DBMS (Database Management

Systems).

2.11.6 Blok Kendali

Banyak hal yang dapat merusak sistem informasi, seperti misalnya

bencana alam, api, temperatur, air, debu, kecurangan-kecurangan,

kegagalan-kegagalan sistem itu sendiri, kesalahan-kesalahan, ketidak-efisienan, sabotase, dan

lain sebagainya. Beberapa pengendalian perlu dirancang dan diterapkan untuk

meyakinkan bahwa hal-hal yang dapat merusak sistem dapat dicegah ataupun bila

terlanjur terjadi kesalahan-kesalahan dapat langsung diatasi.

2.12 Analisis dan Perancangan Sistem

Menurut Kendall (2003), analisis sistem adalah penguraian dari suatu

sistem informasi yang utuh ke dalam bagian-bagian komponennya dengan

maksud untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi permasalahan-permasalahan,

kesempatan-kesempatan, hambatan-hambatan yang terjadi dan

kebutuhan-kebutuhan yang diharapkan sehingga dapat diusulkan perbaikan-perbaikannya.

Tahap analisis sistem dilakukan setelah tahap perencanaan sistem (system

planning) dan sebelum tahap desain sistem (system design). Tahap analisis

merupakan tahap yang kritis dan sangat penting, karena kesalahan di dalam tahap


(34)

Dalam tahap analisis sistem terdapat langkah-langkah dasar yang harus

dilakukan oleh analis sistem sebagai berikut:

1. Identify, yaitu mengidentifikasi masalah.

2. Understand, yaitu memahami kerja dari sistem yang ada.

3. Analyze, yaitu menganalisis sistem.

4. Report, yaitu membuat laporan hasil analisis.

Setelah tahap analisis sistem selesai dilakukan, maka analis sistem telah

mendapatkan gambaran dengan jelas apa yang harus dikerjakan. Tiba waktunya

sekarang bagi analis sistem untuk memikirkan bagaimana membentuk sistem

tersebut. Tahap ini disebut dengan desain sistem.

Analisis dan perancangan sistem dipergunakan untuk menganalisis,

merancang, dan mengimplementasikan peningkatan-peningkatan fungsi bisnis

yang dapat dicapai melalui penggunaan sistem informasi terkomputerisasi.

2.13 System Flow

System flow atau bagan alir sistem merupakan bagan yang menunjukkan

arus pekerjaan secara keseluruhan dari sistem. System flow menunjukkan

urutan-urutan dari prosedur yang ada di dalam sistem dan menunjukkan apa yang

dikerjakan sistem. Simbol-simbol yang digunakan dalam system flow ditunjukkan


(35)

1. Simbol Dokumen

2. Simbol Kegiatan Manual

3. Simbol Simpanan Offline

4. Simbol Proses

5. Simbol Database

6. Simbol Garis Alir

7. Simbol Penghubung ke Halaman yang Sama

8. Simbol Penghubung ke Halaman Lain

Gambar 2.2 Simbol-Simbol Pada System Flow

1. Simbol dokumen

Menunjukkan dokumen input dan output baik untuk proses manual atau

komputer.

2. Simbol kegiatan manual

Menunjukkan pekerjaan manual.

3. Simbol simpanan offline

Menunjukkan file non-komputer yang diarsip.

4. Simbol proses

Menunjukkan kegiatan proses dari operasi program komputer.

5. Simbol database

Menunjukkan tempat untuk menyimpan data hasil operasi komputer.

6. Simbol garis alir

Menunjukkan arus dari proses.

7. Simbol penghubung


(36)

2.14 Data Flow Diagram (DFD)

DFD sering digunakan untuk menggambarkan suatu sistem yang telah ada

atau sistem baru yang akan dikembangkan secara logika tanpa

mempertimbangkan lingkungan fisik dimana data tersebut mengalir. DFD

merupakan alat yang digunakan pada metodologi pengembangan sistem yang

terstruktur dan dapat mengembangkan arus data di dalam sistem dengan

terstruktur dan jelas.

2.14.1 Simbol-simbol yang digunakan dalam DFD

Simbol-simbol yang digunakan dalam DFD adalah :

1. External Entity atau Boundary.

External entity atau kesatuan luar merupakan kesatuan di lingkungan luar

sistem yang dapat berupa orang, organisasi atau sistem lainnya yang

berada di lingkungan luarnya yang akan memberikan input atau menerima

output dari sistem. External entity disimbolkan dengan notasi kotak.

2. Arus Data

Arus Data (data flow) di DFD diberi simbol panah. Arus data ini mengalir

di antara proses, simpanan data (data store) dan kesatuan luar (external

entity). Arus data ini menunjukkan arus data yang dapat berupa masukan

untuk sistem atau hasil dari proses sistem.

3. Proses

Suatu proses adalah kegiatan yang dilakukan oleh orang, mesin, atau

komputer dari hasil suatu arus data yang masuk ke dalam proses untuk

menghasilkan arus data yang akan keluar dari proses. Simbol proses


(37)

4. Simpanan Data

Simpanan data merupakan simpanan dari data yang dapat berupa hal-hal

sebagai berikut, sebagai gambaran:

1. Suatu file atau database di sistem komputer.

2. Suatu arsip atau catatan manual.

3. Suatu kotak tempat data di meja seseorang.

4. Suatu tabel acuan manual.

Simpanan data di DFD disimbolkan dengan sepasang garis horizontal

paralel yang tertutup di salah satu ujungnya.

2.14.2 Context Diagram

Context Diagram merupakan langkah pertama dalam pembuatan DFD.

Pada context diagram dijelaskan sistem apa yang dibuat dan eksternal entity apa

saja yang terlibat. Dalam context diagram harus ada arus data yang masuk dan

arus data yang keluar.

2.14.3 Data Flow Diagram Level 0

DFD level 0 adalah langkah selanjutnya setelah context diagram. Pada

langkah ini, digambarkan proses-proses yang terjadi dalam sistem informasi.

2.14.4 Data Flow Diagram Level 1

DFD Level 1 merupakan penjelasan dari DFD level 0. Pada proses ini

dijelaskan proses apa saja yang dilakukan pada setiap proses yang terdapat di


(38)

2.14.5 Entity Relational Diagram

Entity Relational Diagram (ERD) merupakan penggambaran hubungan

antara beberapa entity yang digunakan untuk merancang database yang akan

diperlukan.

2.15 Konsep Dasar Basis Data

Menurut Yuswanto (2005:2), database merupakan sekumpulan data yang

berisi informasi yang saling berhubungan. Pengertian ini sangat berbeda antara

database Relasional dan Non Relasional. Pada database Non Relasional, sebuah

database hanya merupakan sebuah file.

Menurut Marlinda (2004:1), database adalah suatu susunan/kumpulan data

operasional lengkap dari suatu organisasi/perusahaan yang diorganisir/dikelola

dan disimpan secara terintegrasi dengan menggunakan metode tertentu

menggunakan komputer sehingga mampu menyediakan informasi optimal yang

diperlukan pemakainya.

Penyusunan satu database digunakan untuk mengatasi masalah-masalah

pada penyusunan data yaitu redundansi dan inkonsistensi data, kesulitan

pengaksesan data, isolasi data untuk standarisasi, multiple user (banyak pemakai),

security (masalah keamanan), masalah integrasi (kesatuan), dan masalah data


(39)

34 BAB III

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

3.1 Analisis Permasalahan dan Analisa Kebutuhan Sistem

Ransum merupakan gabungan dari beberapa bahan pakan yang di susun sedemikian rupa dengan formulasi tertentu untuk memenuhi kebutuahan ternak. Komposisi bahan ransum menentukan kebutuhan nutrisi sehingga jika penyusunan ransum bagus maka kebutuhan nutrisi ternak akan terpenuhi. Ada banyak metode dalam penyusunan ransum pakan ternak salah satunya adalah dengan metode simultaneous equation yaitu suatu metode persamaan yang mengandung beberapa variabel yang bisa di gunakan untuk menyusun bahan ransum sesuai dengan kebutuhan nutrisi

Selama ini peternak dalam menghitung kebutuhan gizi kambing masih di hitung dengan cara manual sehingga komposisi penyusunan ransum di rasa kurang optimal , penyusunan ransum berdasarkan ketersediaan bahan pakan yang didasarkan pada kebutuhan gizi ternak, menghitung harga ransum yang diberikan serta dapat melihat record perkembangan bobot ternak.

Untuk menggali informasi tentang permasalahan yang ada, maka dilakukan beberapa tahap berikut, yaitu : observasi terhadap sistem yang berjalan, dan wawancara terhadap operator kandang dan peternak.

3.1.1 Hasil Observasi

Berdasarkan observasi, didapatkan hasil bahwa sistem yang ada memang belum dapat melakukan proses perhitungan kebutuhan gizi serta sering kali peternak bingung untuk menentukan berapa banyak porsi dan komposisi pakan yang akan diberikan. Hal ini dirasa sangat tidak efektif dan efisien.


(40)

3.1.2 Hasil Wawancara

Berdasarkan wawancara dengan peternak didapatkan fakta-fakta berikut: 1. Ketersediaan bahan pakan yang tidak pasti macam dan jenisnya.

2. Peternak merasa kesulitan untuk menentukan berapa banyak pakan yang harus diberikan berdasarkan kebutuhan gizi ternak.

3. Biaya pakan yang membengkak tetapi hasil panen tidak sesuai dengan biaya

yang dikeluarkan.

4. Peternak sering kali mengalami kerugian karena salah dalam manajemen penyusunan/pemberian pakan.

3.1.3 Studi Kepustakaan

Pada langkah ini teori-teori yang menunjang dipelajari agar dapat memberikan kerangka berfikir untuk melakukan penelitian meliputi teori penentuan komposisi pakan ternak sesuai fungsinya, proses perhitungan dengan subsitusi dan perhitungan dengan simultan equation/aljabar linier serta studi literatur yang ada.

3.2 Model Pengembangan

Berikut disajikan block diagram untuk menjelaskan alur proses yang terjadi dalam sistem secara umum dan kemudian proses-proses yang terjadi dalam sistem digambarkan dalam diagram berjenjang.


(41)

Gambar 3.1 Block Diagram Penyusunan Ransum Kambing.

Dalam sistem yang dikembangkan ini terdapat 4 proses yang akan dikerjakan yaitu:

1. Proses perhitungan kebutuhan nutrisi menggunakan metode subsitusi biasa. Dalam proses ini dibutuhkan inputan berupa data berat kambing dan pertambahan berat badan yang direkomendasikan. Setelah itu data diproses dengan menggunakan metode subtitusi biasa. Dari proses ini akan deketahui apasaja kebutuhan nutrisi yang diperlukan untuk mencapai hasil berat badan kambing yang diinginkan. Output dari proses ini adalah laporan kebutuhan nutrisi.

2. Proses perhitungan porsi komposisi pakan menggunakan metode simultaneous

equation.

Dalam proses ini input yang digunakan berupa laporan kebutuhan nutrisi dan data pakan yang di pakai. Setelah itu data-data tersebut di proses dengan menggunakan metode perhitungan simultaneous equation. Dari proses ini dapat diketahui berapa banyak porsi komposisi pakan yang digunakan. Output dari proses ini adalah laporan porsi komposisi ransum.


(42)

3. Proses perhitungan harga ransum.

Dalam proses ini input yang digunakan adalah laporan komposisi ransum, data pakan yang dipakai dan data harga pakan. Setelah itu data-data diproses menggunakan perhitungan aritmatik untuk mengetahui berapa besar biaya yang dikeluarkan untuk menyusun ransum tersebut. Output yang dihasilkan dari proses ini adalah laporan harga ransum.

4. Proses perhitungan pertambahan berat badan harian.

Dalam proses ini input yang digunakan adalah berat badan terakhir, record

berat badan awal dan waktu pengamatan. Mengacu pada buku Penyediaan dan

Pengelolaan Pakan Ternak Ruminansia (Kartadisastra, 1997), untuk menghitung

pertambahan berat badan digunakan rumus :

PBBH =

bobot akhir - bobot awal waktu pengamatan

Output yang dihasilkan dari proses ini adalah laporan pertambahan berat badan kambing.

3.3 Desain Sistem

Desain yang diawali dengan identifikasi/pencarian permasalahan, analisis permasalahan, serta menentukan tujuan dan pengembangan sistem, akan dapat dijadikan acuan dalam mengolah data transaksional yang terjadi ke dalam bentuk-bentuk informasi yang dibutuhkan oleh pengguna.

Desain sistem terdiri dari bagian-bagian sebagai berikut : 1. System Flow

2. Data Flow Diagram (DFD)


(43)

4. Struktur Database

5. Desain Input/Output

3.3.1 System Flow

Penggambaran arus informasi akan dijabarkan pada alur sistem yang akan diimplementasikan dengan komputer berupa penjaluran antara data, proses dan laporan.

Bentuk desain umum aplikasi Rancang Bangun Penyusunan Ransum Kambing Dengan Menggunakan Metode Simultaneous adalah sebagai berikut :


(44)

SISTEM FLOW PENYUSUNAN RANSUM KAMBING

MANAGER SISTEM

OPERATOR

MULAI INPUT DATA LOGIN CEK DATA LOGIN DATA USER DATA BENAR TAMPILAN MENU PROGRAM MENAMPILKAN MENU PROGRAM DATA KARYAWAN DATA PAKAN DATA HARGA PAKAN MENGELOLA DATA MASTER MASTER PAKAN MASTER HARGA PAKAN YA TIDAK MENGELOLA TRANSAKSI DATA KANDANG DATA NUTRISI INPUT DATA MASTER INPUT DATA TRANSAKSI MASTER KANDANG MASTER NUTRISI MUNGHITUNG NUTRISI KEBUTUHAN NUTRISI MEMBUAT LAPORAN MENAMPILKAN LAPORAN CETAK LAPORAN LAPORAN DATA KANDANG LAPORAN DATA PAKAN LAPORAN DATA NUTRISI


(45)

3.3.2 Data Flow Diagram (DFD)

DFD merupakan representasi grafik dalam menggambarkan arus data sistem secara terstruktur dan jelas sehingga dapat menjadi sarana dokumentasi yang baik.

A. Context Diagram

Diagram ini menggambarkan rancangan global/keseluruhan dari proses yang ada pada DFD. Gambar 3.4 berikut ini merupakan tampilan dari context diagram sistem yang dirancang.

HITUNG NUTRISI

KENAIKAN BERAT BADAN DATA KANDANG

DATA HARGA PAKAN

DATA NUTRISI

DATA KARYAWAN

LAPORAN DATA NUTRISI

LAPORAN DATA PAKAN

LAPORAN DATA KANDANG 1

SISTEM INFORMASI PENYUSUNAN RANSUM

+

OPERATOR

MANAGER

Gambar 3.3 ContextDiagram Sistem Informasi Penyusunan Ransum

Pada context diagram terdapat satu buah entitas yang berhubungan dengan sistem yaitu operator. Operator akan berinteraksi dengan sistem dengan


(46)

memberikan masukan kepada sistem berupa data rekomendasi pertambahan berat yang di inginkan, data berat kambing dan data pakan yang dipakai. Sistem akan memproses data-data tersebut dan menghasilkan output berupa laporan kebutuhan nutrisi, dan memberkan laporan kepada manajer laporan data nutrisi, data pakan dan laporan data kandang

B. DFD Level 0

Dari context diagram yang ada, sistem yang terjadi dapat dipecah lagi menjadi beberapa proses, yaitu input data Master, input data transaksi dan proses membuat laporan data Master yang di inputkan adalah sebagai berikut Master

karyawan, Master pakan dan Master nutrisi kemudian transaksi yang dilakukan adalah transaksi data kandang, transaksi kebutuhan nutrisi dan transaksi berat badan kambing setelah melakukan transaksi tersebut maka sistem dapat melakukan proses menghitung kebutuhan nutrisi dan mengatur kebutuhan ransum sehingga bisa ke proses pembuatan laporan. Adapaun laporan yang bisa di sajikan oleh sistem adalah laporan data kandang, laporan kebutuhan nutrisi dan laporan pakan ternak yang di laporkan pada entitas manajer


(47)

LOAD HARGA PAKAN

LOAD KEBUTUHAN NUTRISI

LOAD BERAT BADAN

LOAD KANDANG LOAD NUTRISI

LOAD KARYAWAN

TRANSAKSI NUTRISI

TRANSAKSI BERAT BADAN TRANSAKSI KANDANG MASTER HARGA PAKAN

MASTER NUTRISI MASTER KARYAWAN

LAPORAN DATA PAKAN LAPORAN DATA KANDANG

LAPORAN DATA NUTRISI KENAIKAN BERAT BADAN

HITUNG NUTRISI

DATA KANDANG

DATA HARGA PAKAN DATA NUTRISI

DATA KARYAWAN

MANAGER

OPERATOR

1

INPUT DATA M ASTER

+

2

TRANSAKSI

+

3

LAPORAN

+

1 KARYAWAN

2 NUTRISI 3 HARGA PAKAN

4 KANDANG

5 BERAT BADANKENAIKAN

6 KEBUTUHAN NUTRISI


(48)

C. DFD Level 1 Maintenance Master

Dari DFD Level 1 maintenance Master, proses yang terjadi dapat dipecah lagi menjadi beberapa subproses, yaitu subproses maintenance Master karyawan, maintenance Master nutrisi, maintenance Master harga pakan dan maintenance

Master kambing.

MASTER HARGA PAKAN DATA HARGA PAKAN

MASTER NUTRISI DATA NUTRISI

DATA KARYAWAN MASTER KARYAWAN

OPERATOR

1 KARYAWAN

2 NUTRISI

3 HARGA PAKAN

1 MAINTENANCE

MASTER KARYAWAN

2

MAINTENANCE MASTER NUTRISI

3

MAINTENANCE MASTER PAKAN

Gambar 3.5 DFD Level 1 Maintenance Master

D. DFD Level 1 Transaksi

Dari DFD Level 1 transaksi, proses yang terjadi dapat dipecah lagi menjadi beberapa subproses, yaitu subproses penghitungan proses data kandang, penghitungan berat badan dan perhitungan kebutuhan nutrisi.


(49)

T R AN SAKSI N U T R ISI H ITU N G N U T R ISI

KEN AIKAN BER AT BAD AN

T R AN SAKSI KAN D AN G LOAD KAR YAW AN

D ATA KAN D AN G

LOAD N U TR ISI T R AN SAKSI BER AT BAD AN

OPER AT OR

4 KAN D AN G

5 BER AT BAD ANKEN AIKAN

6 KEBU T U H AN N U T R ISI

1 KAR YAWAN

2 N U T R ISI 1

PR OSES D AT A KAN D AN G

2 PER H IT U N GAN BER AT

BAD AN

3 PER H IT U N GAN

KEBU T U H AN N U T R ISI

Gambar 3.6 DFD Level 1 Transaksi

E. DFD Level 1 Laporan

Dari DFD Level 1 laporan, proses yang terjadi dapat dipecah lagi menjadi beberapa subproses, yaitu subproses membuat laporan pertambahan berat, subproses membuat laporan data kandang, subproses membuat laporan data pakan dan subproses membuat laporan kebutuhan nutrisi.

LOAD H AR GA PAKAN

LAPOR AN D ATA PAKAN

LAPOR AN D ATA N U TR ISI LOAD KEBU TU H AN N U TR ISI

LOAD BER AT BAD AN

LAPOR AN D ATA KAN D AN G LOAD KAN D AN G

M AN AGER 4 KAN D AN G

5 KEN AIKAN BER AT BAD AN

6 KEBU T U H AN N U T R ISI

1 M EM BU AT LAPOR AN

D ATA KAN D AN G

2

M EM BU AT LAPOR AN D ATA PAKAN

3 M EM BU AT LAPOR AN

D ATA N U TR ISI 3 H AR GA PAKAN


(50)

3.3.3 Entity Relationship Diagram (ERD)

ERD Merupakan suatu desain sistem yang digunakan untuk merepresentasikan, menentukan dan mendokumentasikan kebutuhan-kebutuhan

untuk sistem pemrosesan database. ERD juga menyediakan bentuk untuk

menunjukkan struktur keseluruhan data dari pemakai. Dalam perancangan sistem ini telah dibuat ERD yang merupakan lanjutan dari pembuatan desain dengan menggunakan DFD.

Conceptual Data Model (CDM)

DataMasterNutrisi LoadDataDetailNutrisi DataPakanT ernak LoadDataHargaPakan DataHargaPakan DataDetailNutrisi LoadNutrisi LoadDataNutrisi DataKaryawan DataDetailKandang DataNutrisi Kandang IdKandang TglMasuk Status Nutrisi IdNutrisi TglHitung BBTarg et RansumQTY DetailKandang TglSimpan BBRata Karyawan IdKaryawan NamaKaryawan Login Pass word Jabatan MasterNutrisi IdMasterNutrisi BB PBB BK TDN PK CA P DetailNutris i IdDetailNutrisi Porsi Harg a Total Harg aPakan IdhargaPakan TglInput Data PakanTernak IdPakan NamaPakan BK TDN PK CA P Keterangan


(51)

Physical Data Model (PDM)

IDKARYAWA_ = IDKARYAWA_

IDPAKA_ = IDPAKA_

IDKARYAWA_ = IDKARYAWA_

IDPAKA_ = IDPAKA_ IDKARYAWA_ = IDKARYAWA_

ID_UT RISI = ID_UTRISI

IDMAST ER_UTRISI = IDMASTER_UT RISI

IDKARYAWA_ = IDKARYAWA_ IDKA_DA_G = IDKA_DA_G

IDKA_DA_G = IDKA_DA_G IDKA_DA_G = IDKA_DA_G

KA_DA_G IDKA_DA_G varchar(5) TGLMASUK date STATUS varchar(20) _UTRISI ID_UTRISI varchar(5) IDKA_DA_G varchar(5) IDKARYAWA_ varchar(5) IDMASTER_UTRISI varchar(5) TGLHITU_G date BBTARGET integer RA_SUMQTY integer DETAILKA_DA_G IDKA_DA_G varchar(5) TGLSIMPA_ date BBRATA integer KARYAWA_ IDKARYAWA_ varchar(5) IDKA_DA_G varchar(5) _AMAKARYAWA_ varchar(50) LOGI_ varchar(10) PASSWORD varchar(8) JABATA_ varchar(20) MASTER_UTRISI IDMASTER_UTRISI varchar(5) IDKARYAWA_ varchar(5) BB integer PBB integer BK integer TD_ integer PA integer CA integer P integer DETAIL_UTRISI IDDETAIL_UTRISI varchar(5) ID_UTRISI varchar(5) PORSI integer HARGA integer TOTAL integer IDPAKA_ varchar(5) HARGAPAKA_ IDHARGAPAKA_ varchar(5) IDKARYAWA_ varchar(5) TGLI_PUT date DATA varchar(50) IDPAKA_ varchar(5) PAKA_TER_AK IDKARYAWA_ varchar(5) IDPAKA_ varchar(5) _AMAPAKA_ varchar(30) BK integer TD_ integer PK integer CA integer P integer KETERA_GA_ varchar(50)


(52)

3.3.4 Struktur Database

Struktur database menggambarkan data-data yang ada dalam database

beserta tipe dan kegunaannya.

1. Nama Tabel : Karyawan

Primary Key : IDKARYAWAN

Foreign Key : -

Fungsi : Menyimpan data karyawan

Tabel 3.1 Master Karyawan

Field Tipe Ukuran Keterangan

IDKARYAWAN Varchar 11 Kode karyawan

IDKANDANG Varchar 5 Kode kandang

NAMAKARYAWAN Varchar 50 Nama karyawan

LOGIN Varchar 10 Nama user

PASSWORD Varchar 8 Sandi

JABATAN Varchar 20 Posisi pekerjaan

2. Nama Tabel : Kandang

Primary Key : IDKANDANG

Foreign Key : -

Fungsi : menyimpan data kandang

Tabel 3.2 Master Kandang

Field Tipe Ukuran Keterangan

IDKANDANG Varchar 5 Kode kandang

TGLMASUK Date Tanggal masuk

STATUS Varchar 20 Masih/panen

3. Nama Tabel : Nutrisi

Primary Key : IDNUTRISI,

Foreign Key : IDKANDANG, IDKARYAWAN, IDMASTERNUTRISI


(53)

Tabel 3.3 Master Nutrisi

Field Tipe Ukuran Keterangan

IDNUTRISI Varchar 5 Kode nutrisi

IDKANDANG Varchar 5 kode kandang

IDKARYAWAN Varchar 5 kode karyawan

IDMASTERNUTRISI Varchar 5 kode Master nutrisi

TGLHITUNG Date Tanggal hitung

BBTARGET Integer Berat badan yang diharapkan

RANSUMQTY Integer jumlah ransum yang dibuat

4. Nama Tabel : Detail Kandang

Primary Key : IDKANDANG

Foreign Key : -

Fungsi : Menyimpan data detail kandang

Tabel 3.4 Detail Kandang

Field Tipe Ukuran Keterangan

IDKANDANG Varchar 5 Kode kandang

TGLSIMPAN Date Tanggal simpan

BBRATA Integer Berat badan rata-rata

5. Nama Tabel : Detail Nutrisi

Primary Key : IDDETAILNUTRISI

Foreign Key : IDNTRISI

Fungsi : Menyimpan data detail nutrisi

Tabel 3.5 Master Detail Nutrisi

Field Tipe Ukuran Keterangan

IDDETAILNUTRISI Varchar 5 Kode detail nutrisi

IDNUTRISI Varchar 5 kode nutrisi

PORSI Integer Ukuran kompoisi

HARGA Integer harga ranum

TOTAL Integer Banyak ransum yang dibuat


(54)

6. Nama Tabel : Nutrisi

Primary Key : IDMASTERNUTRISI

Foreign Key : IDKARYAWAN

Fungsi : Menyimpan data nutrisi

Tabel 3.6 Master Nutrisi

Field Tipe Ukuran Keterangan

IDMASTERNUTRISI Varchar 5 Kode Master

nutrisi

IDKARYAWAN Varchar 5 Kode karyawan

BB Integer Berat Badan

PBB Integer Pertambahan berat

badan

BK Integer Berat kering

TDN Integer Total digest

Nutrient

PK Integer Protein Kasar

CA Integer Kalsium

P Integer Fospor

7. Nama Tabel : Harga Pakan

Primary Key : IDHARGAPAKAN

Foreign Key : IDKARYAWAN

Fungsi : Menyimpan data harga pakan

Tabel 3.7 Master Harga Pakan

Field Tipe Ukuran Keterangan

IDHRGAPAKAN Varchar 5 Kode harga pakan

IDKARYAWAN Varchar 5 Kode karyawan

TGLINPUT date Tanggal simpan

DATA Varchar 50 Tentang pakan

IDKARYAWAN Varchar 5 Kode karyawan

8. Nama Tabel : Pakan Ternak

Primary Key : IDPAKAN

Foreign Key : IDKARYAWAN


(55)

Tabel 3.8 Master Pakan Ternak

Field Tipe Ukuran Keterangan

IDKARYAWAN Varchar 5 Kode harga pakan

IDPAKAN Varchar 5 Kode karyawan

NAMAPAKAN Varchar 30 Tanggal simpan

BK Integer Berat kering

TDN Integer Total digest Nutrient

PK Integer Protein Kasar

CA Integer Kalsium

P Integer Fospor

KETERANGAN Integer

3.3.5 Desain Input/Output

Desain input/output dapat dibuat sebelum membuat interface yang sesungguhnya. Desain ini dapat digunakan sebagai pembuatan interface program yang sesuai dengan kebutuhan user. Apabila desain ini sudah cukup user friendly

dengan user maka selanjutnya dapat dibuat programnya sehingga apabila program digunakan oleh user, user akan menemukan kemudahan dalam menggunakan program ini. Namun apabila desain yang dibuat kurang diminati oleh user maka desain dapat diubah sebelum bertindak pada pembuatan program. Dalam aplikasi ini terdapat beberapa desain input dan output:

A. Desain Input

Desain input merupakan perancangan desain masukan dari pengguna kepada sistem yang kemudian akan disimpan dalam database.

A.1 Form Master Karyawan

Desain form Master karyawan berfungsi untuk menginputkan data

karyawan dan menampilkan daftar data karyawan, adapun desainnya dapat dilihat pada Gambar 3.10.


(56)

Gambar 3.10 Form Master Karyawan A.2 Form Master Harga Pakan

Desain form Master harga pakan berfungsi untuk menginputkan data harga pakan, adapun desainnya dapat dilihat pada Gambar 3.11.

Gambar 3.11 Form Master Harga Pakan

A.3 Form Master Kebutuhan Nutrisi

Desain form Master kebutuhan nutrisi berfungsi untuk menginputkan data nutrisi yang dibutuhkan oleh kambing dan menampilkan daftar data Master


(57)

Gambar 3.12 Form Master Kebutuhan Nutrisi

A.4 Form Master Pakan

Desain form Master pakan berfungsi untuk menginputkan data pakan beserta kandungannya, adapun desainnya dapat dilihat pada Gambar 3.13.


(58)

B. Desain Output

Desain output adalah bagian dari hasil dari form-form yang akan dibangun untuk mendukung pembuatan program Sistem Informasi Penyusunan Ransum Kambing ini. Berikut adalah desain output tersebut.

B.1 Laporan Data Kandang

Laporan data kandang adalah laporan yang menampilkan data pencatatan pertambahan berat kambing dan tanggal update. Adapun desain laporannya dapat dilihat pada Gambar 3.14.

Gambar 3.14 Laporan Data Kandang

B.2 Laporan Data Pakan

Laporan data pakan adalah laporan yang menampilkan data detail pakan serta harga pakan terakhir. Adapun desain laporannya dapat dilihat pada Gambar 3.15.


(59)

Gambar 3.15 Laporan Data Pakan

B.3 Laporan Data Nutrisi

Laporan data nutrisi adalah laporan yang menampilkan data hasil perhitungan nutrisi dan porsi komposisi serta harga ransum yang tebentuk. Adapun desain laporannya dapat dilihat pada Gambar 3.16.

Gambar 3.16 Laporan Data Nutrisi

3.3.6 Desain Uji Coba

Desain uji coba bertujuan untuk memastikan bahwa aplikasi telah dibuat sesuai dengan kebutuhan atau tujuan yang diharapkan oleh perusahaan. Kekurangan atau kelemahan aplikasi pada tahap ini akan dievaluasi sebelum diimplementasikan secara nyata.


(60)

A. Desain Uji Coba Fitur Dasar Sistem

Desain uji coba fitur dasar sistem ini dilakukan dengan melakukan berbagai percobaan untuk membuktikan bahwa aplikasi yang telah dibuat telah sesuai dengan tujuan.

1). Desain Uji Coba Fitur Login

Proses login dilakukan dengan cara menginputkan username dan

password. Pada aplikasi ini hanya terdapat 3 user yaitu Admin, karyawan dan manajer.

Tabel 3.9 Data testing Fitur Login

Nama Field Data 1 Data 2 Data 3 Data 4

Username wahyu Budi khamid jono

Password Test Budi Khamid Jono

Status Admin Karyawan Manager Admin

Tabel 3.10 Test Case Fitur Login

Test Case

ID

Tujuan Input Output

Diharapkan

1 Deskripsi username,

password yang valid

Memasukkan data 1 (satu), 2 (dua), dan 3 (tiga) seperti pada tabel 3.20

Form Login tertutup dan muncul form utama sesuai

dengan homepage

pada aplikasi web

2 Deskripsi username,

password yang tidak valid

Memasukkan data

username = Wahyu,

password = budi.

Muncul pesan ”Password Salah.”

3 Deskripsi username,

password kosong

Tidak ada Muncul pesan

“User Tidak Dikenali”


(61)

2). Desain Uji Coba Master Karyawan

Master karyawan berfungsi untuk menginputkan data karyawan dan menampilkan daftar data karyawan.

Tabel 3.11 Data Testing Fitur Master Karyawan

Test Case Data 1 Data2

Id Karyawan Karyawan_0001 Karyawan_0003

Jabatan Admin Manager

User Name Wahyu Khamid

Password Test Khamid

Tabel 3.12 Test Case Fitur Master Karyawan

Test

Case ID Tujuan Input Output Diharapkan

4 Tambah data

baru ke form

Master Karyawan

Memasukkan data 1 (satu) dan 2 (dua)

Muncul pesan ”Data berhasil disimpa” dan data muncul ke data

Gridview.

5 Ubah data dari

form data Master Karyawan

Merubah data pada field yang ingin diubah maka

data Karyawan

secara otomatis akan berubah

Muncul pesan ”Data berhasil di ubah data sukses” dan data muncul ke data

Gridview.

6 Tampil data

Karyawan ke dalam field

Menampilkan data

Karyawan sesuai dengan field-fieldnya

Dengan mengklik

Gridview maka data

Gridview yang dituju akan muncul pada fieldnya

3). Desain Uji Coba Master Harga Pakan

Desain form Master harga pakan berfungsi untuk menginputkan data harga pakan.


(62)

Tabel 3.13 Data Testing Fitur Master Harga Pakan

Test Case Data 1 Data2

Id Harga harga20140916_0002 harga20140916_0003

Nama Pakan Gandum Jerami Padi

tanggal Simpan 15-Sep-14 15-Sep-14

Harga 300 500

Tabel 3.14 Test Case Fitur Master Harga Pakan

Test

Case ID Tujuan Input Output Diharapkan

7 Tambah data

baru ke form

Master Harga Pakan

Memasukkan data 1 (satu) dan 2 (dua)

Muncul pesan ”Data berhasil disimpan” dan data muncul ke data

Gridview.

8 Ubah data dari

form data Master Harga Pakan

Merubah data pada field yang ingin diubah maka data

Pakan secara otomatis akan berubah

Muncul pesan ”Data berhasil di ubah data sukses” dan data muncul ke data Gridview.

9 Tampil data Data

Pakan ke dalam field

Menampilkan data

Pakan sesuai dengan field-fieldnya

Dengan mengklik

Gridview maka data

Gridview yang dituju akan muncul pada fieldnya

4). Desain Uji Coba Master Kebutuhan Nutrisi

Desain form Master nutrisi berfungsi untuk menginput data nutrisi. Tabel 3.15 Data Testing Fitur Master Kebutuhan Nutrisi

Test Case Data 1 Data2

ID Kebutuhan

Nutrisi MNutrisi_0031 MNutrisi_0032

BB 10 20

PBB

BK 36 37

TDN 0.16 0.25

PK 17 22

Ca 0.9 0.5


(63)

Tabel 3.16 Test Case Fitur Master Kebutuhan Nutrisi

Test

Case ID Tujuan Input Output Diharapkan

10 Tambah data

baru ke form

Master Kebutuhan Nutrisi

Memasukkan data 1 (satu) dan 2 (dua)

Muncul pesan ”Data berhasil disimpan” dan data muncul ke data

Gridview.

11 Ubah data dari

form data Master Kebutuhan Nutrisi

Merubah data pada field yang ingin diubah maka data

Kebutuhan Nutrisi

secara otomatis akan berubah

Muncul pesan ”Data berhasil di ubah data sukses” dan data muncul ke data Gridview.

12 Tampil data

Master Kebutuhan Nutrisi ke dalam field

Menampilkan data

Kebutuhan Nutrisi

sesuai dengan field-fieldnya

Dengan mengklik

Gridview maka data

Gridview yang dituju akan muncul pada fieldnya

5). Desain Uji Coba Master Pakan

Master pakan berfungsi untuk menginputkan data pakan beserta kandungannya

Tabel 3.17 Data Testing Fitur Master Pakan

Test Case Data 1 Data2

ID Pakan Pakan_0027 Pakan_0026

Nama Pakan 10 20

BK 36 37

TDN 0.16 0.25

PK 17 22

Ca 0.9 0.5


(64)

Tabel 3.18 Test Case Fitur Master Pakan

Test

Case ID Tujuan Input Output Diharapkan

13 Tambah data

baru ke form

Master Pakan

Memasukkan data 1 (satu) dan 2 (dua)

Muncul pesan ”Data berhasil disimpan” dan data muncul ke data

Gridview.

14 Ubah data dari

form data Master Pakan

Merubah data pada field yang ingin diubah maka data

Pakan secara otomatis akan berubah

Muncul pesan ”Data berhasil di ubah data sukses” dan data muncul ke data Gridview.

15 Tampil data

Master Pakan ke dalam field

Menampilkan data

Pakan sesuai dengan field-fieldnya

Dengan mengklik

Gridview maka data

Gridview yang dituju akan muncul pada fieldnya

6). Desain Uji Coba Transaksi Input Kandang

Form input data kandang digunakan untuk menambah kandang atau periode beserta jumlah kambing dan berat kambing.

Tabel 3.19 Data Testing Transaksi Input Kandang

Test Case Data 1 Data2

ID Kandang Kandang20140916_0002 Kandang20140916_0003

tanggal Masuk 11-Sep-14 11-Sep-14

Berat Rata-Rata 18 17

Tabel 3.20 Test Case Transaksi Input Kandang

Test

Case ID Tujuan Input Output Diharapkan

16 Tambah data

baru ke form

Kandang

Memasukkan data 1 (satu) dan 2 (dua)

Muncul pesan ”Data berhasil disimpan” dan data muncul ke data


(1)

83

4.9.2 Perbandingan Hasil Panen Secara Manual dan Sistem

Pada evaluasi yang kedua ini, penulis akan membandingkan perhitungan hasil panen secara manual dengan sistem. Berikut ini data laporan pencatatan perkembangan pertambahan berat badan kambing.

Dilakukan pecobaan selama 1 bulan terhadap dua ekor kambing dengan berat sama yaitu 18 kg dan perlakuan pemeliharaan yang tidak berbeda. kambing yang pertama diberikan ransum dengan penyusunan konvensional dan yang kedua di berikan ransum yang disusun dengan menggunakan aplikasi penyusunan ransum dengan menggunakan metode simultaneous equation. Di dapatkan hasil sebagai berikut :

Hasil perkembangan berat dan biaya yang dikeluarkan untuk kambing pertama bisa di lihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Hasil Pengamatan Konvensional Tanggal

Input

Berat Badan(kg)

bahan Pakan yang di pakai total biaya pakan (Rp) Pertambahan Berat harian (gram) 10 juli

2014 18

dedak halus padi

197 200 jagung kuning

kulit jagung dedak jagung jerami padi kering

bungkil kedelai rendeng kangkung bungkil kelapa 10 agustus 2014


(2)

84 Hasil perkembangan berat dan biaya yang dikeluarkan untuk kambing kedua bisa di lihat pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5 Hasil Pengamatan Sistem Aplikasi Tanggal

Input

Berat Badan

(Kg)

bahan Pakan yang di pakai

total biaya pakan (Rp)

Pertambahan Berat Harian

(gram)

10 juli

2014 18

dedak halus padi

160 768 jagung kuning

kulit jagung dedak jagung jerami padi kering

bungkil kedelai rendeng kangkung

bungkil kelapa 10

agustus 2014

21,5 - - 116,6

Dari perbandingan dua tabel diatas dapat diambil kesimpulan terjadi selisih pada total harga pakan dan pertambahan berat badan antara kambing pertama dan kambing kedua. Ini membuktikan bahwa penyusunan ransum kambing dengan menggunakan metode simultaneous equation lebih efektif dalam meningkatkan pertambahan berat dan lebih efisien dalam biaya pembuatan ransum.


(3)

85 BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil evaluasi rancang bangun penyusunan ransum kambing dengan menggunakan metode simultaneous equation ini dapat diambil beberapa kesimpulan, antara lain:

1. Dengan menggunakan sistem perhitungan subtitusi biasa mampu menghitung kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan oleh kambing dalam mencapai target yang diharapkan peternak.

2. Berdasarkan hasil uji coba, sistem mampu melakukan proses perhitungan porsi komposisi pakan dalam pemenuhan nutrisi yang dibutuhkan kambing berdasarkan dari bahan pakan yang diharapkan oleh peternak.

3. Sistem dapat dengan mudah melakukan proses perhitungan biaya produksi ransum sehingga peternak dapat langsung mengetahui berapa biaya yang harus dikeluarkan dalam meracik ransum yang sempurna.

5.2 Saran

Dalam pengembangan Rancang Bangun Penyusunan Ransum Kambing dengan menggunakan metode simultaneous equation ini, dapat diajukan beberapa saran, yaitu:

1. Sistem yang sudah dibuat perlu diintegrasikan secara penuh ke dalam sistem manajemen peternakan kambing.


(4)

86

2. Desain aplikasi yang saat ini berbasis desktop dapat dikembangkan menjadi berbasis web dan bisa diakses lebih cepat melalui jaringan, sehingga memudahkan dalam pemantauan produksi.


(5)

87

DAFTAR PUSTAKA

Anggorodi, R. 1984. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT. Gramedia, Jakarta.

Astuti, M. 1985. Efek Lokasi Petani Peternak dan Besar Kelompok Ternak yang Dimiliki terhadap Variabilitas Domba di Daerah Istimewa Yogyakarta. Laporan Penelitian. Lembaga Penelitan Universitas Gadjah Mada.

Blakely, J. dan D. H. Bade. 1994. Ilmu Peternakan Cetakan ke -4. Gadjah Mada University Press,Yogyakarta. ( Diterjemahkan oleh B.Srigandono).

Kusumaningrum, Brilian. 2009. Kajian Kualitas Ransum Kambing Peranakan Etawa di Balai Pembibitan dan Budaya Ternak Ruminansia Kendal. Laporan Kerja Praktek. Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro. Semarang

Chuzaemi, S. & Hartutik. 1988. Ilmu Makanan Ternak Khusus Ruminansia. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Malang.

Hartadi, H., S. Reksohadiprodjo dan S. Lebdosukojo. 1980. Tabel-tabel dan Komposisi Bahan Makanan Ternak untuk Indonesia. International Feedstuffs Institute Utah Agricultural Experiment Station Utah State University, Logan.

Hartadi, H., S. Reksohadiprodjo dan A. D. Tillman. 1986. Tabel Komposisi Pakan untuk Indonesia Cetakan ke -2. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Kartadisastra, H. R. 1997. Penyediaan dan Pengelolaan Pakan Ternak Ruminansia. Kanisius, Yogyakarta.

Kearl, L. C. 1982. Nutrient Requirements of Ruminants in Developing Countries. International feedstuffs Institiute Utah Agricultural Experiment Station Utah State University, Logan Utah USA.

Mulyono, S. dan B. Sarwono. 2008. Penggemukan Kambing Potong. Penebar Swadaya, Jakarta.

Nadeem, M. A., A. Ali., A. Azim., and A.G. Khan. 1993. Effect of Feeding Broiler Litter on Growth and Nutrient Utilization by Barbari Goat. AJAS. Vol6 (No.1) : 73-77. Parakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan. Indonesia University Press,

Jakarta.

Santosa, U. 2006. Tata Laksana Pemeliharaan Ternak Sapi Cetakan ke -1. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.


(6)

88

Setiawan, T. dan Arsa, T. 2005. Beternak Kambing Perah Peranakan Ettawa. Penebar Swadaya, Jakarta.

Siregar, S. B. 1994. Ransum Ternak Ruminansia. Penebar Swadaya, Jakarta.

Siregar, S. B. 1995. Sapi Perah, Jenis, Teknik Pemeliharaan dan Analisis Usaha, Penebar Swadaya, Jakarta.

Siregar, S. B. 1996. Penggemukan Sapi cetakan ke-8. Penebar Swadaya. Jakarta.

Soebarinoto, S. Chuzaemi dan Mashudi. 1991. Ilmu Gizi Ruminansia. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Malang.

Sugeng, B. 1998. Sapi Potong. Penebar Swadaya, Jakarta.

Toilehere. 1981. Fisiologi Reproduksi Ternak. Penebar PT. Angkasa, Bandung

Umiyasih, Uum. & Anggraeny, Yenny., 2007. Petunjuk Teknis Ransum seimbang, Strategi Pakan Pada Sapi Potong. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. ISBN : 978-979-8308-70-3.