Perancangan Aplikasi Indeks Surat Kabar Beranotasi Berbasis Visual Basic: Studi Kasus Surat Kabar di Perpustakaan Pascasarjana Universitas Negeri Padang

(1)

Perancangan Aplikasi Indeks Surat Kabar Beranotasi Berbasis Visual Basic: Studi Kasus Surat Kabar di Perpustakaan Pascasarjana Universitas Negeri

Padang

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan studi untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) dalam bidang Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi

OLEH: SELVI REVILA

130723018

DEPARTEMEN ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2015


(2)

i ABSTRAK

Revila, Selvi. 2015. Perancangan Aplikasi Indeks Surat Kabar Beranotasi Berbasis Visual Basic. Medan: Departemen Studi Ilmu perpustakaan dan Informasi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Penelitian ini dilakukan di Perpustakaan Pascasarjana Universitas Negeri Padang Provinsi Sumatera Barat. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengungkapkan cara perancangan aplikasi indeks surat kabar. Perancangan aplikasi indeks surat kabar dilakukan dengan menggunakan program Visual Basic. Data diperoleh dari Kliping Surat Kabar Perpustakaan PPs UNP tahun 2002 dan 2003 sebanyak 290 artikel.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, sedangkan metode penelitiannya menggunakan metode deskriptif. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan informan yang dipilih secara purposive sampling serta dengan melakukan kajian pustaka terhadap literatur yang terkait dengan proses transformasi digital naskah kuno Minangkabau di Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, sedangkan metode penelitiannya menggunakan metode deskriptif. Teknik pengambilan data purposive sampling dilakukan melalui wawancara yang berjumlah 4 orang yaitu 1 orang pustakawan dan 3 orang pemustaka. Berdasarkan hasil dari wawancara disimpulkan bahwa dengan adanya perancangan aplikasi indeks surat kabar lebih mudah dan cepat dalam melakukan pencarian artikel surat kabar. Perancangan aplikasi indeks surat kabar menggunakan anotasi. Indeks surat kabar dapat ditelusuri melalui judul, nama surat kabar, subjek, dan tanggal terbit.


(3)

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah Subhanahu wa Taala yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga skripsi dengan judul Perancangan Aplikasi Indeks Surat Kabar Beranotasi Berbasis Visual Basic dapat diselesaikan dengan baik.

Dalam pelaksanaan penulisan skripsi ini penulis mendapatkan banyak bantuan dan masukan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada:

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Irawaty Kahar, M.Pd selaku Ketua Program Studi Ilmu Perpustakaan dan informasi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Himma Dewiyana, S.T., M.Hum. selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.

4. Ibu Himma Dewiyana, S.T., M.Hum. selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.

5. Bapak Dr. A. Ridwan Siregar, M.Lib. selaku penguji I yang telah memberikan saran dan masukan.

6. Ibu Laila Hadri Nasution, S.Sos, MP selaku dosen penguji II yang telah memberikan saran dan masukan.


(4)

iii

7. Seluruh staff pengajar yang telah memberikan ilmu kepada penulis dan pegawai administrasi di Departemen Studi Perpustakaan dan Informasi. 8. Kakak Evi Handayani, S.I.P selaku Pustakawan Perpustakaan PPs UNP. 9. Teristimewa untuk kedua orang tua yang telah memberikan bantuan serta

dukungan terhadap penulis.

10. Teman-teman seperjuangan stambuk 2013 ekstensi.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Karena itu penulis mengharapkan kritikan dan saran kepada pembaca. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Medan, Agustus 2015 Penulis

Selvi Revila 130723018


(5)

iv DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK……… ... i

KATA PENGANTAR……….ii

DAFTAR ISI...……….iv

DAFTAR GAMBAR………...………….……….vii

DAFTAR TABEL……….………..viii

DAFTAR LAMPIRAN………..………ix

BAB I PENDAHULUAN………...1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

1.5. Ruang Lingkup ... 6

BAB II TINJAUAN TEORI ... 7

2.1. Analisis dan Perancangan Sistem Informasi ... 7

2.1.1. Pengertian Analisis Sistem ... 7

2.1.2. Perancangan Sistem……….7

2.1.3.PengembanganSistemInformasi.………...9

2.1.4. Model Prototype..……….………..12

2.1.5. Flowchart………17


(6)

v

2.2.1. Pengertian Indeks...19

2.2.2. Tujuan Pengindeksan ... 20

2.2.3. Fungsi Indeks ... 21

2.2.4. Jenis Indeks... 22

2.2.5. Bahsa yang digunakan dalam pembuatan indeks ... 23

2.2.6. Syarat Pembuatan Indeks... 24

2.2.7. Langkah dalam pembuatan indeks ... 25

2.2.8. Peraturan-peraturan dalam pembuatan indeks ... 26

2.3. Surat Kabar... 26

2.3.1. Pengertian Surat Kabar ... 26

2.3.2. Syarat Surat Kabar ... 29

2.3.3. Kekuatan dan Kelemahan Surat Kabar ... 30

2.4. Database ... 32

2.4.1 Pengertian Database ... 32

2.4.2. Perangkat Desain Database ... 33

2.4.3. Tahapan Rancangan Database... 34

2.5. Visual Basic ... 36

2.5.1. Pengertian Visual Basic ... 36

2.5.2. Kelebihan Visual Basic ... 38

BAB III METODE PENELITIAN ... 40

3.1. Gambaran Umum ... 40

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 40

3.3. Pendekatan dan Metode yang digunakan ... 40

3.4. Data dan Sumber data... 41

3.5. Proses Pengumpulan Data ... 42

3.5.1. Penentuan Informasi ... 42

3.5.2. Pengumpulan Data ... 42


(7)

vi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 45

4.1. Sejarah Program Pascasarjana Universitas Negeri Padang ... 45

4.1.1. Visi………..46

4.1.2. Misi……….46

4.1.3. Tujuan PPS UNP...……….46

4.2. Evaluasi Aplikasi Indesk Surat Kabar ... 48

4.2.1. Evaluasi Kesahihan (Validitas) Aplikasi Indeks Surat Kabar Oleh Pustakawan ... 49

4.2.2. Evalusai Kepraktisan (Practicality) Aplikasi Indeks Surat Kabar Oleh Pemustaka ... 58

4.2.2.1. Aplikasi Indeks Surat Kabar ... 58

4.2.2.2. Kemudahan Penggunaan Aplikasi Indeks Surat Kabar ... 62

4.2.2.3. Efisiensi dan Efektivitas Waktu Penggunaan Aplikasi Indeks Surat Kabar ... 67

4.3. Perancangan Aplikasi Indeks Surat Kabar Berbasis Visual Basic ... 70

4.3.1. Interface Microsoft Visual Basic 2010 ... 71

4.3.2. Start Page Visual Basic 2010 ... 72

4.3.3. Kotak Dialog New Project ... 73

4.3.4. Form Windows Application ... 74

4.3.5. Toolbox ... 75

4.3.6. Textbox ... 76

4.3.7. Tampilan Form Design ... 77

4.3.8. Properties Windows ... 78

4.3.9. Label ... 79

4.3.10. Button ... 83

4.3.11. Code Editor ... 85

4.3.12. Output Window ... 86

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN... 89

5.1. Kesimpulan ... 89

5.2. Saran ... 89

DAFTAR PUSTAKA ... 91


(8)

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Pengembangan Sistem SDLC ... 9

Gambar 2 Pengembangan Sistem Waterfall ... 15

Gambar 3 Pengembangan Sistem Prototyping ... 15

Gambar 4 Pengembangan Sistem Spiral ... 16

Gambar 5 Pengembangan Sistem 4 GT.. ... 16

Gambar 6 Interface Microsoft Visual Basic 2010 ... 71

Gambar 7 Start Page Visual Basic 2010 ... 72

Gambar 8 Kotak Dialog New Project ... 73

Gambar 9 Form Windows Application ... 74

Gambar 10 Toolbox ... 75

Gambar 11 Textbox ... 76

Gambar 12 Tampilan Form Design ... 77

Gambar 13 Propertis Windows ... 78

Gambar 14 Label ... 79

Gambar 15 Tampilan Form Design Label1 ... 80

Gambar 16 Tampilan Label1.text = kode ... 81

Gambar 17 Tampilan Form Design Kode ... 82

Gambar 18 Button ... 83

Gambar 19 Tampilan Form Design Button1 ... 84

Gambar 20 Code Editor ... 85


(9)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Koran ... 35

Tabel 2 Artikel ... 36

Tabel 3 Jawaban Informan untuk Pertanyaan A.1 ... 59

Tabel 4 Jawaban Informan untuk Pertanyaan A.2 ... 60

Tabel 5 Jawaban Informan untuk Pertanyaan B.1 ... 62

Tabel 6 Jawaban Informan untuk Pertanyaan B.2 ... 64

Tabel 7 Jawaban Informan untuk Pertanyaan B.3 ... 64

Tabel 8 Jawaban Informan untuk Pertanyaan B.4 ... 65

Tabel 9 Jawaban Informan untuk Pertanyaan B.5 ... 66

Tabel 10 Jawaban Informan untuk Pertanyaan B.6 ... 67

Tabel 11 Jawaban Informan untuk Pertanyaan C.1 ... 68


(10)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lampiran Pedoman Wawancara Pustakawan ... 94

Lampiran 2 Lampiran Pedoman Wawancara Pemustaka ... 95

Lampiran 3 Lampiran Transkip Wawancara dengan Informan1 ... 96

Lampiran 4 Lampiran Transkip Wawancara dengan Informan II ... 99

Lampiran 5 Lampiran Transkrip Wawancara dengan Informan III ... 101


(11)

i ABSTRAK

Revila, Selvi. 2015. Perancangan Aplikasi Indeks Surat Kabar Beranotasi Berbasis Visual Basic. Medan: Departemen Studi Ilmu perpustakaan dan Informasi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Penelitian ini dilakukan di Perpustakaan Pascasarjana Universitas Negeri Padang Provinsi Sumatera Barat. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengungkapkan cara perancangan aplikasi indeks surat kabar. Perancangan aplikasi indeks surat kabar dilakukan dengan menggunakan program Visual Basic. Data diperoleh dari Kliping Surat Kabar Perpustakaan PPs UNP tahun 2002 dan 2003 sebanyak 290 artikel.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, sedangkan metode penelitiannya menggunakan metode deskriptif. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan informan yang dipilih secara purposive sampling serta dengan melakukan kajian pustaka terhadap literatur yang terkait dengan proses transformasi digital naskah kuno Minangkabau di Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, sedangkan metode penelitiannya menggunakan metode deskriptif. Teknik pengambilan data purposive sampling dilakukan melalui wawancara yang berjumlah 4 orang yaitu 1 orang pustakawan dan 3 orang pemustaka. Berdasarkan hasil dari wawancara disimpulkan bahwa dengan adanya perancangan aplikasi indeks surat kabar lebih mudah dan cepat dalam melakukan pencarian artikel surat kabar. Perancangan aplikasi indeks surat kabar menggunakan anotasi. Indeks surat kabar dapat ditelusuri melalui judul, nama surat kabar, subjek, dan tanggal terbit.


(12)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Zaman ini disebut era informasi di saat terjadi ledakan informasi. Ledakan informasi berarti jumlah informasi yang dipindahkan dan dibutuhkan sangatlah besar dalam waktu yang singkat, termasuk informasi tercetak dalam berbagai bentuk buku ataupun majalah. Begitu pula, informasi noncetak, misalnya informasi elektronik juga semakin banyak dan mudah diperoleh. Artinya, informasi tidak hanya diperoleh melalui buku, artikel, ataupun majalah saja, informasi juga bisa didapat dari media elektronik, media cetak seperti surat kabar serta internet.

Internet adalah salah satu media dari informasi elektronik. Pada umumnya orang menggunakan internet sebagai alat untuk mencari informasi yang diinginkan dengan menggunakan mesin pencari (search engine), seperti Google. Pada mesin pencari Google begitu banyak informasi yang dapat ditelusuri. Dengan satu istilah pencarian (kata kunci) akan diperoleh ratusan ribu hasil yang ditampilkan di layar komputer.

Di balik kemudahan tersebut, untuk mendapatkan informasi yang diinginkan menjadi sulit karena tidak semua hasil pencarian itu sesuai dengan keinginan pencari informasi. Akibatnya, pencari informasi harus membaca secara satu per satu dari ratusan ribu informasi hasil pencarian itu. Tentu saja, pencari informasi membutuhkan waktu yang lama untuk mendapatkan informasi yang


(13)

2

dicarinya. Keadaan yang sama juga berlaku pada informasi tercetak. Buku-buku, majalah, surat kabar, dan sumber informasi tercetak lainnya diterbitkan dalam jumlah yang banyak seperti surat kabar, yang terbit setiap hari, dua kali seminggu, setiap minggu, atau setiap bulan, sehingga tidak terhitung jumlahnya.

Kesulitan yang disebabkan oleh peningkatan jumlah sumber informasi yang luar biasa itu menimbulkan peningkatan kebutuhan akan alat bantu untuk menelusur informasi. Dengan alat bantu, informasi diharapkan dapat ditemukan secara mudah, serta sesuai dengan kebutuhan pencari informasi. Bersamaan dengan itu, alat bantu juga diperlukan agar sumber informasi dapat ditemukan melalui berbagai titik sibak (access point), misalnya melalui judul, pengarang, penerbit, tahun terbit, subyek, kata kunci, dan sebagainya. Salah satu alat bantu dimaksud adalah indeks.

Indeks adalah salah satu sarana penelusuran literatur. Indeks memberi petunjuk tentang karya tulis yang telah diterbitkan dalam berbagai majalah atau dokumen bentuk lain mengenai subyek tertentu. Indeks merupakan alat penunjuk atau penunjukan dalam menemukan informasi yang dicari.

Sebagai alat bantu penelusuran, indeks juga diperlukan dalam menemukan surat kabar yang memuat artikel tentang (subyek), judul, atau pengarang. Pada surat kabar, menemukan satu artikel di antara ratusan artikel yang diterbitkan dalam puluhan surat kabar pada satu hari saja sudah cukup sulit. Kesulitan itu akan meningkat ketika satu artikel harus dicari di antara puluhan, bahkan ratusan ribu artikel surat kabar yang berbeda-beda dalam satu tahun, dua tahun, atau puluhan tahun pula.


(14)

3

Surat kabar merupakan salah satu terbitan berupa lembaran-lembaran yang diterbitkan setiap hari dan informasinya berisi berita, pengumuman, laporan, pemikiran yang aktual, atau hal-hal yang perlu diketahui masyarakat secara cepat. Surat kabar merupakan sarana komunikasi secara tertulis. Surat kabar mampu menyampaikan sesuatu setiap saat kepada pembacanya mengenai perkembangan masyarakat pada umumnya yang dapat mempengaruhi kehidupan modern pada saat ini.

Penyimpanan surat kabar seringkali kurang diperhatikan oleh banyak orang karena terbuat dari kertas yang mudah digunakan untuk keperluan lain atau dibuang setelah dibaca. Padahal, surat kabar yang telah lama diterbitkan sebenarnya masih memiliki informasi yang dibutuhkan oleh orang-orang seperti ahli atau praktisi hukum, sejarawan, atau politikus. Misalnya, berita tentang kenaikan BBM yang pernah dilakukan pada masa jabatan Presiden Megawati Soekarnoputri yang dicari untuk mengetahui frekuensi kenaikan BBM di masa pemerintahan mantan presiden itu. Oleh karena itu, surat kabar seringkali dikumpulkan dalam bentuk kliping di perpustakaan-perpustakaan.

Surat kabar adalah lembaran-lembaran kertas yang berisi tentang informasi-informasi terkini. Surat kabar pada saat sekarang ini tidak digunakan karena bahan untuk membuat surat kabar tersebut terbuat dari kertas yang mudah dicari. Pada umumnya surat kabar yang telah dibaca, dibuang begitu saja. Padahal surat kabar juga berisi informasi-informasi yang sangat penting.

Di Perpustakaan Pascasarjana (PPs) Universitas Negeri Padang (UNP), artikel surat kabar tahun 2002 dan 2003 disimpan dalam bentuk kliping. Kliping


(15)

4

surat kabar tersebut disusun berdasarkan abjad judul artikel. Sejumlah surat kabar yang artikelnya dikliping itu adalah Kompas, Singgalang, Republika, Media Indonesia, Harian Haluan, dan Ganto. Kliping surat kabar tersebut dibuat agar dapat mempermudah seseorang dalam mencari informasi yang pernah dimuat dalam surat kabar dengan jumlah 290 artikel surat kabar.

Akan tetapi apabila hanya dengan menggunakan kliping surat kabar tidak begitu cukup untuk mendapatkan informasi. Salah satu alasannya adalah susunan artikel berdasarkan abjad judulnya, padahal sangat sedikit orang yang mampu mengingat judul artikel surat kabar. Apabila hanya bisa ditelusur melalui judul artikel, sedangkan pemustaka yang membutuhkan artikel tersebut hanya ingat pokok masalah atau subyek atau salah satu kata di dalam judul artikel, maka akan sulit untuk menemukan satu di antara sekian banyak artikel yang terdapat di dalam kliping itu. Oleh sebab itu dibutuhkan suatu alat bantu penelusuran informasi, yakni indeks surat kabar. Indeks surat kabar tersebut dapat menambah titik sibak, sehingga artikel di dalam kliping dapat ditelusuri melalui judul, subyek, dan salah satu kata yang terdapat di dalam judul. Indeks surat kabar yang telah digunakan untuk menelusuri informasi yang terdapat di dalam artikel surat kabar sangatlah mudah akan tetapi masih ditemukan kesulitan-kesulitan dalam menelusuri informasi yang diinginkan oleh pengguna karena informasi yang terdapat di dalam artikel surat kabar tersebut kurang tepat. Untuk itu, agar informasi yang dicari di dalam artikel surat kabar menjadi lebih mudah dan tepat untuk ditemukan oleh pengguna maka digunakanlah indeks anotasi.


(16)

5

Indeks anotasi merupakan catatan atau ringkasan uraian singkat yang berkaitan dengan artikel. Anotasi dibuat agar dapat memberikan gambaran mengenai isi artikel. Hal ini dilakukan karena sebuah judul kurang menjelaskan isi secara keseluruhan. Anotasi juga dapat mempermudah pengguna dalam menemukan informasi yang di inginkan dalam sebuah artikel tersebut.

Salah satu perangkat lunak database yang dapat mengolah kata cukup banyak dan familiar dipakai oleh pengguna komputer, sehingga relatif mudah untuk digunakan adalah visual basic.net 2010 (VB.Net). Visual basic.net 2010 untuk membuat indeks surat kabar yang dapat digunakan untuk menelusur artikel di dalam kliping yang jumlahnya ratusan.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dirumuskan masalah tentang bagaimana perancangan aplikasi indeks surat kabar beranotasi berbasis visual basic pada Perpustakaan PPs UNP.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penulisan ini adalah untuk merancang aplikasi indeks surat kabar beranotasi berbasis visual basic pada Perpustakaan PPs UNP.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Bagi Perpustakaan PPs UNP dapat mempermudah pemustaka dalam menemukan informasi yang akan dicari di dalam indeks surat kabar tersebut.


(17)

6

2. Bagi Pustakawan dapat mempermudah pekerjaan dalam pembuatan indeks surat kabar dengan menggunakan program visual basic

3. Bagi Penelitian lainnya adalah mempermudah seseorang dalam mencari informasi seperti hukum, sejarawan, dan politik pada surat kabar ini menjadi mudah dan cepat dengan menggunakan alat seperti indeks.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah merancang aplikasi untuk kliping Surat Kabar Perpustakaan PPs UNP dengan menggunakan program visual basic meliputi tahapan analisis yaitu identifikasi kebutuhan sistem, rancangan aplikasi, dan evaluasi.


(18)

7 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Analisis dan Perancangan Sistem Informasi 2.1.1. Pengertian Analisis Sistem

Menurut Jogiyanto (2001, 129), analisis sistem adalah penguraian dari suatu sistem informasi yang utuh ke dalam bagian-bagian komponennya dan dengan maksud untuk mengidentifikasi dan meng permasalah-permasalahan, kesempatan-kesempatan, hambatan-hambatan yang terjadi dan kebutuhan yang diharapkan sehingga dapat diusulkan perbaikan-perbaikannya.

Menurut Mc Leod (2008, 538-543) analisis sistem adalah suatu studi dari sistem yang telah ada dengan tujuan untuk merancang sistem yang baru atau memperbaiki kekurangan dari sistem yang telah ada.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa analisis sistem adalah suatu sistem informasi yang telah ada dengan tujuan untuk meng dan merancang sistem baru agar dapat memperbaiki kekurangan dari sistem yang telah ada.

2.1.2. Perancangan Sistem

Menurut Scoot (2001, 534), perancangan sistem adalah menentukan bagaimana mencapai sasaran yang ditetapkan yang melibatkan pembentukan (configuring) perangkat lunak dan komponen perangkat keras sistem dimana setelah pemasangan sistem akan memenuhi spesifikasi yang dibuat pada akhir fase analisis sistem.


(19)

8

Perancangan sistem informasi yang logik adalah peralatan antarmuka pengguna. Antarmuka menghubungkan pemakaian dengan sistem, jadi perannya benar–benar sangat penting. Contoh dari antarmuka pemakai adalah keyboard (untuk mengetik pertanyaan dan jawaban), menu–menu pada layar (untuk mendatangkan perintah pemakai), serta berbagai jenis Graphical user interface (GUIs) yang menggunakan mouse atau cukup dengan sentuhan pada layar. Tahap perancangan juga mencakup perancangan file – file atau basisdata yang bisa menyimpan data – data yang diperlukan oleh pembuat keputusan. Basisdata yang disusun dengan baik adalah dasar dari seluruh sistem informasi. Dalam tahap ini, penganalisis juga bekerja sama dengan pemakai untuk merancang output (baik pada layar maupun hasil cetakannya). (Kendall 2002, 13)

Perancangan sistem dapat didefenisikan sebagai penggambaran, perencanaan dan pembuatan sketsa atau pengaturan dari beberapa elemen yang terpisah kedalam suatu kesatuan yang utuh dan berfungsi. Perancangan sistem menentukan bagaimana suatu sistem akan dibentuk. (Husni, 1997)

Perancangan sistem mempunyai dua tujuan utama yaitu : 1. Untuk memenuhi kebutuhan kepada para pemakai sistem.

2. Untuk memberikan gambaran yang jelas dan merancang bangun yang lengkap kepada pemprogram komputer dan ahli-ahli teknik lainnya.


(20)

9

Untuk mencapai tujuan ini, haruslah dapat mencapai sasaran – sasaran sebagai

berikut :

1. Perancangan sistem harus berguna, mudah dipahami dan nantinya mudah digunakan.

2. Perancangan sistem harus dapat mendukung tujuan utama perusahaan 3. Perancangan sistem harus efisien dan efektif untuk dapat mendukung

pengolahan transaksi.

2.1.3. Pengembangan Sistem Informasi

Secara konseptual siklus pengembangan sebuah sistem informasi berdasarkan siklus hidup pengembangan sistem (System Development Life Cycles). Siklus hidup pengembangan sistem merupakan penerapan pendekatan sistem untuk mengembangkan dan menggunakan sistem berbasis komputer (M.C.Leod, 2004).

Menurut Kendall & Kendall (2006, 10) SDLC (System Development Life Cycle) adalah fase-fase pendekatan yang dilakukan untuk menganalisis dan merancang sistem informasi.

Jaadi, dapat disimpulkan bahwa siklus hidup pengembangan sistem (System Development Life Cycles) adalah suatu penerapan pendekatan yang dilakukan untuk mengembangkan, menganalisis, serta merancang sistem informasi dengan menggunakan sistem berbasis komputer.


(21)

10

Gambar 1 Pengembangan Sistem SDLC Kendall & Kendall (2006, 10)

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada SDLC antara lain adalah: Kendall & Kendall (2006, 10)

1. Mengidentifikasi masalah, kesempatan, dan tujuan.

Pada kegiatan pertama ini, analis sistem harus mengetahui masalah apa saja yang terjadi, kesempatan, dan tujuan pembuatan sistem tersebut. Mengidentifikasi tujuan merupakan salah satu komponen yang penting karena analis sistem harus mengetahui apa yang ingin dicapai oleh perusahaan tersebut. Selain itu, analis sistem juga harus mengetahui bila ada aspek-aspek aplikasi sistem informasi yang dapat digunakan untuk membantu mencapai tujuan perusahaan dengan merumuskan masalah yang spesifik atau kesempatan. Keluaran dari tahap ini


(22)

11

adalah laporan kelayakan yang berisikan definisi masalah dan rangkuman dari tujuan. Orang-orang yang terlibat dalam fase ini adalah pengguna, analis sistem, dan manajer.

2. Menentukan kebutuhan informasi.

Fase berikutnya adalah menentukan informasi apa saja yang dibutuhkan. Cara-cara yang digunakan untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan adalah seperti wawancara, membuat sampel dan menginvestigasi hard data, dan kuesioner. Orang-orang yang ikut serta dalam tahap ini adalah analisis sistem dan pengguna (manajer operasi dan pegawai). Analis sistem harus mengetahui detail dari sistem yang sudah berjalan sekarang, siapa saja orang yang terlibat (who), apa jenis aktivitas bisnisnya (what), dimana pekerjaan ini akan dilakukan (where), waktunya (timing), dan bagaimana prosedur yang sekarang dijalankan (how). Inti dalam fase ini adalah analis sistem harus bisa mengetahui bgagaimana fungsi bisnis yang sudah berjalan dan mempunya informasi yang lengkap atas orang, tujuan, data, dan prosedur yang bersangkutan.

3. Menganalisis kebutuhan sistem.

Dalam fase ini, analis sistem harus mengetahui kebutuhan sistem yang akan dibuat. Alat yang digunakan dalam fase ini adalah data flow diagram untuk menggambarkan masukkan, proses, dan keluaran fungsi bisnis dalam bentuk grafis yang terstruktur. Dari data flow diagram, dapat dibuat data dictionary yang berisikan daftar-daftar data yang akan digunakan dalam sistem dan spesifikasinya.


(23)

12 4. Mendesain sistem yang direkomendasikan.

Dalam fase ini, analis sistem menggunakan informasi yang sudah dikumpulkan sebelumnya untuk membuat desain sistem informasi. Bagian desain sistem informasi ini adalah pembuatan user interface, pembuatan sistem basis data, pendesainan hasil keluaran dari sistem. Terakhir analis sistem harus mendesain pengendalian dan prosedur backup untuk melindungi sistem dan data. 5. Pengembangan dan pendokumentasian piranti lunak.

Pada fase kelima ini, analis sistem bekerja dengan programmer untuk membuat piranti lunak yang dibutuhkan. Pada fase ini, analis sistem juga harus bekerja dengan user untuk mengembangkan pendokumentasian software efektif yang meliputi prosedur manual, bantuan langsung melalui internet, situs web. Dokumentasi memberikan informasi kepada pengguna tentang bagaimana cara menggunakan piranti lunak tersebut dan apa yang harus dilakukan apabila piranti lunak tersebut mengalami masalah.

6. Testing dan perawatan dari sistem.

Sebelum sistem dapat digunakan, sistem yang sudah dibuat harus dites terlebih dahulu. Hal ini dilakukan untuk mengurangi biaya yang akan dikeluarkan sebelum sistem tersebut diimplementasikan kepada pengguna. Perawatan kepada sistem dimulai dari fase ini. Perawatan sistem bisa berupa update program yang bisa dilakukan melalui web.

7. Implementasi dan sistem.

Fase terakhir dari pengembangan sistem. Analis sistem harus membantu mengimplementasikan sistem tersebut. Fase ini meliputi pelatihan user untuk bisa


(24)

13

menggunakan sistem. Selain itu, analis sistem harus melakukan migrasi dari sistem yang lama ke sistem yang baru. Hal ini meliputi perubahan data dari format yang lama ke format yang baru, pembuatan sistem basis data, memenuhi kebutuhan sistem.

2.1.4. Model Pengembangan Sistem Informasi 1) Prototype

Menurut Kadir (2003) ”Prototype merupakan suatu model dalam pengembangan sistem yang menggunakan pendekatan untuk membuat suatu program dengan cepat dan bertahap sehingga segera dapat di oleh pemakai”. Bagi sistem berskala kecil, prototyping dapat menggantikan siklus hidup pengembangan sistem, bagi sistem berskala besar atau sistem yang mempengaruhi unit organisasi yang besar, prototyping dipadukan dengan SDLC (Leod, 2004).

Prototype bukan merupakan software yang sesungguhnya. Teknik prototyping melibatkan suatu proses iterasi yang berfokus pada penyempurnaan prototype berdasarkan persyaratan yang diminta oleh pemakai. Kerja sama antara pemakai dan analis sistem serta uji coba prototype akan menghasilkan desain yang sempurna dan mempermudah pengembangan sistem (Kadir, 2003).

Dapat disimpulkan bahwa prototype adalah pengembangan sistem yang digunakan untuk membuat suatu program dengan cepat dan bertahap sehingga dapat di serta kerjasama antara pemakai dan analisis sistem menghasilkan suatu desain yang sempurna dan mempermudah pengembangan sistem.


(25)

14

Gambar 2 Pengembangan Sistem Prototyping (Jogiyanto, 2003)

Menurut Lucas (2000) sasaran prototype adalah sebagai berikut:

a. Mengurangi waktu sebelum pemakai melihat sesuatu yang kongkret dari usaha pengembangan sistem.

b. Menyediakan umpan balik yang cepat dari pemakai ke pengembang. c. Membantu menggambarkan kebutuhan pemakai dengan sedikit kesalahan. d. Meningkatkan pemahaman pengembang dan pemakai terhadap sasaran yang

seharusnya dicapai oleh sistem.

e. Menjadikan keterlibatan pemakai sangat berarti dalam analisis dan desain sistem.


(26)

15

Kelebihan pengembangan sistem penggunaan prototyping, antara lain: 1. Pendefinisian kebutuhan pemakai menjadi lebih baik karena keterlibatan

pemakai yang lebih intensif.

2. Meningkatkan kepuasan pemakai dan mengurangi resiko pemakai tidak menggunakan sistem, mengingat keterlibatan pemakai sangat tinggi sehingga sistem memenuhi kebutuhan mereka lebih baik.

3. Mempersingkat waktu pengembangan.

4. Memperkecil kesalahan disebabkan pada setiap versi prototype, kesalahan segera terdeteksi oleh pemakai.

5. Pemakai memiliki kesempatan yang lebih banyak dalam meminta perubahan. 6. Menghemat biaya.

Kelemahan penggunaan prototyping dalam pengembangan sistem, antara lain : a. Ketidaksadaran user bahwa ini hanya suatu model awal bukan model akhir. b. Pengembang kadang-kadang membuat implementasi yang sembarangan.

c. Kemungkinan dokumentasi terabaikan karena pengembang lebih berkonsentrasi pada pengujian dan pembuatan prototype.

d. Mengingat target waktu yang pendek, ada kemungkinan sistem yang dibuat tidak lengkap dan bahkan sistem kurang teruji.

e. Jika terlalu banyak proses pengulangan dalam membuat prototype, ada kemungkinan pemakai menjadi jenuh dan memberikan reaksi yang negatif. f. Apabila tidak terkelola dengan baik, prototype menjadi tidak pernah berakhir.


(27)

16 2) Waterfall

Contoh pengembangan sistem Waterfall

Model air terjun (waterfall) adalah suatu proses pembuatan sistem informasi secara terstruktur dan berurutan dimulai dari penentuan masalah, analisa kebutuhan, perancangan implementasi, integrasi, uji coba sistem, penempatan dan pemeliharaan (Wahana, 2005).

Gambar 3 Pengembangan Sistem Waterfall simbong mangiwa (2008)

Pemodelan ini menyangkut aktivitas berikut: simbong mangiwa (2008) 1. Rekayasa dan Pemodelan Sistem/Informasi (System/Information

Engineering and Modeling). Tahap ini juga kadang disebut dengan Project Definition.

2. Analisis Kebutuhan Perangkat Lunak (Software Requirements Analysis). Proses pengumpulan kebutuhan diintensifkan ke perangkat lunak. Hasilnya harus didokumentasikan dan di-review ke pelanggan.


(28)

17

3. Desain (Design). Proses desain mengubah kebutuhan-kebutuhan menjadi bentuk karakteristik yang dimengerti perangkat lunak sebelum dimulai penulisan program.

4. Penulisan Program (Coding). Desain tersebut diubah menjadi bentuk yang dimengerti mesin komputer, maka dilakukan langkah penulisan program.

5. Testing. Setelah kode program selesai dibuat dan program dapat berjalan selanjutnya testing dapat dimulai. Testing difokuskan pada logika internal dari perangkat lunak, fungsi eksternal, dan mencari segala kemungkinan kesalahan.

6. Support/Maintenance. Perangkat lunak setelah diberikan kepada pelanggan akan dapat ditemui error ketika dijalankan di lingkungan pelanggan. Pemeliharaan ini dapat berpengaruh pada semua langkah yang dilakukan sebelumnya.

Kelebihan dari pengembangan sistem waterfall adalah metode ini masih lebih baik digunakan walaupun sudah tergolong kuno, daripada menggunakan pendekatan asal-asalan. Selain itu, metode ini juga masih masuk akal jika kebutuhan sudah diketahui dengan baik.


(29)

18

Kekurangan dari pengembangan sistem waterfall sebagai berikut: 1. Pada kenyataannya jarang mengikuti urutan sekuensial seperti pada

teori. Iterasi sering terjadi dapat menyebabkan masalah baru.

2. Sulit bagi pelanggan untuk menentukan semua kebutuhan sacara eksplisit.

3. Pelanggan harus sabar karena pembuatan perangkat lunak akan dimulai ketika tahap desain sudah selesai sedangkan pada tahap sebelum desain bisa membutuhkan waktu yang lama.

4. Kesalahan di awal tahap berakibat sangat fatal pada tahap berikutnya.

3) Spiral

Model spiral adalah model proses software yang evolusioner yang merangkai sifat iteratif dari prototipe dengan cara control dan aspek sistematis dari model sekuensial linier. (Roger S Pressman, 2002)


(30)

19

Gambar 4 Pengembangan Sistem Spiral simbong mangiwa (2008)

Ada beberapa tahapan dalam pengembangan sistem spiral diantaranya: simbong mangiwa (2008).

1. Customer Communication: Komunikasi antara pengembang dengan pelanggan.

2. Planning: Penentuan tujuan, alternative, dan batasan.

3. Risk Analysis: Analisa alternatif dan identifikasi atau pemecahan resiko.

4. Engineering: Pengembangan level berikutnya dari produk.

5. Construction and Release: Testing, instalasi, dan menyediakan support termasuk dengan training pada user dan pembuatan dokumentasi. 6. Customer Evalution: Penilaian terhadap hasil engineering.


(31)

20

Kelebihan dari pengembangan sistem model spiral ini adalah pendekatan yang paling realistik untuk sistem skala besar. Metode ini menggunakan pendekatan evolusioner, sehingga pelanggan dan pengembang dapat mengerti dan bereaksi terhadap suatu resiko yang akan terjadi. Model ini membutuhkan konsiderasi langsung terhadap resiko teknis, sehingga diharapkan dapat mengurangi terjadinya resiko yang lebih besar. Pada setiap fase evolusi bisa digunakan prototyping. simbong mangiwa (2008).

Kekurangan dari pengembangan sistem model spiral ini akan sangat sulit untuk meyakinkan pelanggan besar, bahwa pendekatan evolusioner ini dapat diatur. Hal ini membutuhkan keahlian tersendiri. Selain itu, jika resiko utama tidak ditemukan, maka masalah bisa muncul kemudian. Sehingga membutuhkan kemampuan manajemen dan perkiraan resiko (risk assessment) yang cukup tinggi. simbong mangiwa (2008).

4) 4 GT

Istilah Fourth Generation Technique (4GT) meliputi seperangkat peralatan software yang memungkinkan seorang developer software menerapkan beberapa karakteristik software pada tingkat yang tinggi, yang kemudian menghasilkan source code dan object code secara otomatis sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan developer.


(32)

21

Gambar 5 Pengembangan Sistem

4 GT ( Fourth Generation Tehnique Paradigm) Keterangan daari gambar:

1. Model 4GT untuk software engineering dimulai dengan rangkaian pengumpulan kebutuhan. Idealnya, seorang customer menjelaskan kebutuhan-kebutuhan yang selanjutnya diterjemahkan ke dalam prototype. Tetapi ini tidak dapat dilakukan karena customer tidak yakin dengan apa yang diperlukan, tidak jelas dalam menetapkan fakta-fakta yang diketahui dan tidak dapat menentukan informasi yang diinginkan oleh peralatan 4GT.

2. Untuk aplikasi kecil adalah mungkin bergerak langsung dari langkah pengumpulan kebutuhan ke implementasi yang menggunakan bahasa non prosedur fourth generation (generasi ke 4). Tetapi untuk proyek besar, pengembangan strategi desain sistem tetap diperlukan, sekalipun kita menggunakan 4GL. Penggunaan 4GT tanpa desain untuk proyek besar akan menyebabkan masalah yang sama yang ditemui dalam pengembangan software yang menggunakan pendekatan konvensional.


(33)

22

3. Implementasi yang menggunakan 4GL memungkinkan developer software menjelaskan hasil yang diinginkan yang kemudian diterjemahkan ke dalam bentuk source code dan object code secara otomatis.

4. Langkah yang terakhir adalah mengubah implementasi 4GT ke dalam sebuah product. Selanjutnya developer harus melakukan pengetesan , pengembangan dokumentasi dan pelaksanaan semua aktifitas lainnya yang diwujudkan dalam model software engineering.

2.1.5. Flowchart

Menurut Suyanto (2004,18) bahwa aplikasi flowchart menggambarkan tahapan proses suatu sistem. Adapun penjelasan dalam buku jogiyanto (2001, 795) bahwa bagan alir adalah bagan (chart) yang menunjukan alir (flow) di dalam program atau prosedur sistem secara logika. Bagan alir digunakan terutama untuk alat bantu komunikasi dan dokumentasi. Ada lima bagan alir diantaranya:

1. Bagan Alir Sistem (system flowchart) merupakan bagan yang menunjukan arus pekerjaan secara keseluruhan dari sistem.

2. Bagan Alir Dokumen (document flowchart) disebut juga bagan alir formulir (form flowchart) merupakan bagan alir yang menunjukan arus dari laporan dan fomulir termasuk tembusan-tembusannya.

3. Bagan Alir Skematik (schematic flowchart) bagan alir yang menggambarkan prosedur di dalam sistem dengan menggunakan symbol-simbol bagan alir sistem dan gambar-gambar computer serta peralatan lainnya yang digunakan oleh sistem.


(34)

23

4. Bagan Alir Program (program flowchart) merupakan bagan yang menjelaskan secara rinci langkah-langkah dari proses program.

5. Bagan Alir Proses (process flowchart) merupakan bagan alir yang banyak digunakan di teknik untuk menggambarkan proses dalam suatu prosedur. Simbol-simbol flowchart

Simbol Input/Output

Digunakan untuk mewakili data input/output.

Simbol Proses

Digunakan untuk mewakili suatu proses.

Simbol Garis Alir (flow line flowchart) Digunakan untuk menunjukan arus dari proses.

Simbol Penghubung (connector symbol)

Digunakan untuk menunjukan sambungan dari bagan alir yang terputus dihalaman yang masih sama atau dihalaman lainnya.

Simbol Keputusan (decision symbol)

Digunakan untuk suatu penyeleksian kondisi di dalam program.


(35)

24

Simbol Proses Terdefinisi (predefined proses symbol) Digunakan untuk menunjukan suatu operasi yang rinciannya ditunjukan ditempat lain.

Simbol Persiapan (preparation symbol)

Digunakan untuk memberi nilai awal suatu besaran.

Simbol Titik Terminator

Digunakan untuk menunjukan awal dan akhir dari suatu proses.

2.2. Indeks

2.2.1. Pengertian Indeks

Kata indeks berasal dari bahasa Inggris index yang berasal dari kata indicate yang berarti menunjukkan. Mustafa (1994, 129) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan indeks adalah salah satu sarana penelusuran literatur.

Trimo (1997, 150) juga menyatakan bahwa indeks merupakan suatu daftar artikel-artikel dalam bidang atau subjek tertentu dari harian-harian, majalah-majalah, naskah-naskah dan sejenisnya. Lasa (1998, 58) menyatakan bahwa kata indeks berasal dari bahasa Latin indicare yang berarti menunjukkan.

Menurut Silvana (2002, 15), indeks adalah daftar sejumlah entri, topik, nama pengarang, tempat yang terdapat dalam sebuah atau beberapa buku, majalah


(36)

25

yang disusun secara alfabetis. Sedangkan Sulistyo-Basuki (2004, 163) mengemukakan indeks adalah nama, subjek, kata kunci atau topik lain yang disusun menurut urutan tertentu untuk memudahkan proses balik dokumen atau informasi.

Jadi dapat disimpulkan indeks merupakan daftar yang sistematis yang mengandung istilah atau frasa yang menyatakan nama pengarang, judul, konsep dan lain sebagainya yang dilengkapi dengan petunjuk dimana istilah tersebut ditemukan serta disusun berdasarkan alfabetis sebagai salah satu alat penelusuran informasi.

2.2.2. Tujuan Pengindeksan

Menurut Sulistyo-Basuki (1992, 96), tujuan pengindeksan ialah menjawab pertanyaan pemakai mengenai tujuan sebuah dokumen serta apa manfaatnya baginya. Untuk menjawab pertanyaan tersebut biasanya pengindeks mengingat tajuk umum berupa subjek, ancangan, cara, waktu, dan ruang.

Tujuan indeks menurut Silvana (2002, 16) dapat diuraikan sebagai berikut:

a) Memudahkan pengguna merujuk pada informasi yang dibutuhkan;

b) Pengguna dapat mengetahui dan menggunakan dimana informasi yang dibutuhkan itu berada;

c) Membuat daftar yang lain susunannya dengan daftar isi;


(37)

26

e) Untuk dapat menemukan kembali rekaman atau dokumen yang dikelola dan disimpan melalui proses. indexing

Jadi dapat disimpulkan indeks bertujuan untuk memudahkan, mengetahui, serta menggunakan informasi yang dibutuhkan dengan membuat susunannya seperti daftar isi agar pengguna tidak perlu membaca semua isi buku yang ada. Indeks juga bertujuan untuk menemukan kembali informasi, rekaman, atau dokumen yang telah dikelola dan disimpan melalui proses pengindeksan.

2.2.3. Fungsi Indeks

Fungsi indeks menurut Sulistyo-Basuki (1992, 93) adalah sebagai sarana pilih atau temu balik bagi kepentingan pemakai. Lasa (1994, 55) menguraikan fungsi indeks sebagai berikut: a) petunjuk yang memberikan pengarahan kepada pembaca bahwa informasi yang lebih lengkap dapat ditemukan pada sumber yang ditunjuk itu. Dengan bantuan indeks ini, suatu subjek, nama orang, nama tempat dapat segera ditemukan dengan tepat; b) mengungkapkan suatu masalah secara lengkap dan detail.

Fungsi indeks juga diuraikan Lasa (1998, 59) sebagai berikut: a) pencapaian efisiensi dalam penelusuran literatur; b) memberikan informasi yang lebih lengkap, rinci dan informasi yang gayut; c) pemanfaatan informasi seoptimal mungkin; d) menganalisa, memerinci dan meringkas isi naskah menjadi unit-unit yang lebih kecil.


(38)

27

Menurut Silvana (2002, 21), fungsi utama mengindeks majalah adalah memberi layanan kepada pengguna untuk memudahkan mencari artikel-artikel yang diperlukan dan menjadi jembatan antara penerbit dengan konsumen dalam memperoleh keinginan atas istilah-istilah tersebut.

2.2.4. Jenis Indeks

Lasa (1998, 59) menguraikan jenis indeks sebagai berikut:

a) indeks beranotasi, yaitu indeks yang memuat data bibliografis dan menyajikan uraian singkat isinya. Hal ini dilakukan sebab sebuah judul terkadang kurang mencerminkan isi secara keseluruhan;

b) indeks analitik, merupakan indeks yang susunannya bukan berdasarkan abjad secara murni, melainkan berdasarkan subjek karya tulis yang dibagi dalam beberapa tajuk utama. Dimana tajuk utama tersebut dapat dibagi lagi jika diperlukan;

c) indeks relatif, yaitu indeks berabjad untuk sebuah skema klasifikasi yang semua berhubungan dan aspek subjeknya disatukan dibawah satu entri indeks;

d) indeks kumulatif, merupakan indeks kumulasi yang berarti indeks yang dibuat dari waktu ke waktu dengan menggabungkan indeks-indeks yang telah diterbitkan secara terpisah menjadi satu susunan;

e) indeks artikel, berita surat kabar, majalah. Merupakan indeks untuk satu volume majalah atau lebih, indeks subjek untuk sekelompok


(39)

28

majalah yang biasanya diterbitkan secara kumulatif pada selang waktu yang pendek.

Menurut Silvana (2002, 17), ada dua jenis indeks, yaitu:

1) Indeks buku, yang mencakup isi buku tersebut dan kumpulan buku atau katalog buku;

2) Indeks majalah, yang mencakup per-artikel dan kumpulan majalah atau katalog majalah.

2.2.5. Bahasa yang digunakan dalam pembuatan indeks

Silvana (2002, 18) menjelaskan bahasa yang digunakan dalam pembuatan indeks yang meliputi:

1) Controlled indexing language (bahasa indeks terkendali), merupakan kata atau istilah yang terdapat pada daftar tajuk subjek, seperti searslist of subject heading, library congress of subject heading, theasaurus;

2) Free indexing language (bahasa indeks bebas), merupakan kata atau istilah yang sesuai dengan subjek dipergunakan dalam istilah indeks. Free indexing language merupakan bahasa yang dikenal dalam indeks komputer;


(40)

29

3) Natural indexing language (bahasa indeks alami), merupakan pemakaian kata atau istilah sesuai dengan bahasa yang digunakan oleh pengarang atau dokumen tersebut.

Sulistyo-Basuki (2004, 238) juga menjelaskan bahasa indeks sebagai berikut:

1) Bahasa indeks menggunakan kosakata yang dapat dipahami pemakai. Bila pemakai adalah umum bahasa indeks harus mendekati bahasa sehari-hari dan mudah dipelajari;

2) Pada sistem mekanisasi, format, sintaksis dan kosakata bahasa indeks harus setara dengan komputer, bahasa indeks memerlukan ketentuan yang lebih baik dibandingkan dengan sistem nonmekanis;

3) Bahasa indeks hendaknya cukup deskriptif sehingga menghasilkan temu balik yang tepat, namun bahasa indeks tidak perlu terlalu terinci sehingga menghambat penelusuran;

4) Bahasa indeks yang dirancang secara baik harus berisi ketentuan modifikasi karena bahasa dan penggunaan dokumen berubah.

2.2.6. Syarat Pembuatan Indeks

Menurut Silvana (2002, 17) syarat pembuat indeks adalah sebagai berikut:

a) Harus tahu subjek indeks buku itu atau apa ilmu yang dibahas harus dipahami;


(41)

30

b) Memilki pikiran yang runtun atau konsisten;

c) Memiliki pengetahuan yang luas;

d) Harus cermat dan teliti;

e) Memilki pengetahuan cara mengindeks;

f) Memahami komputer dan luas pengetahuan bahasanya;

g) Kata atau istilah yang dipahami dalam indeks didasarkan pada kata atau istilah yang baku.

2.2.7. Langkah-langkah dalam pembuatan indeks

Sulistyo-Basuki (1992, 95) menjabarkan langkah-langkah penyusunan indeks mencakup:

a) Pengamatan awal terhadap dokumen;

b) Identifikasi subjek utama;

c) Identifikasi elemen yang di deskripsikan ekstraksi istilah berkaitan;

d) Verifikasi relevansi istilah-istilah tersebut;

e) Konversi istilah dari bahasa sehari-hari ke bahasa dokumenter (bila diperlukan);


(42)

31

g) Pengaturan deskripsi sesuai dengan ketentuan formal yang dianut oleh sistem informasi bersangkutan.

2.2.8. Peraturan-peraturan dalalam pembuatan indeks

Lasa (1994, 67) menyatakan ada beberapa peraturan yang perlu diperhatikan dalam pembuatan indeks. Peraturan tersebut yaitu:

a) Memilih tajuk yang spesifik dan populer; b) Entri disusun berdasarkan abjad;

c) Sesuatu yang diindeks merupakan sesuatu yang akan dimanfaatkan pemustaka;

d) Penggunaan ejaan baik dalam bentuk tunggal ataupun jamak harus konsisten atau sesuai aturan;

e) Bila perlu bisa menggunakan tajuk gabungan seperti Bank and Banking; f) Penulisan nama orang hendaknya selengkap mungkin;

g) Membuat rujukan dari subjek utama ke subjek atau bagian yang berkaitan;

h) Untuk pembuatan indeks di bidang sejarah dan biografi sebaiknya dengan sistem kronologis.

2.3. Surat Kabar

2.3.1. Pengertian Surat Kabar

Surat kabar merupakan salah satu ragam dari ruang lingkup jurnalisme cetak. Surat kabar adalah lembaran tercetak yang memuat laporan yang terjadi di masyarakat dengan ciri-ciri terbit secara periodik, bersifat umum, isinya termasa


(43)

32

dan aktual mengenai apa saja dan dimana saja di seluruh dunia untuk diketahui pembaca Effendy (2005, 241).

Menurut Komaruddin (2006, 250) surat kabar yaitu:

1) Kertas yang dicetak dan di distribusikan, biasanya harian atau mingguan serta berisi berita, opini, karangan dan iklan;

2) Suatu alat komunikasi tertulis yang berisi berita, tajuk rencana, artikel, reportase, kadang-kadang disertai dengan tulisan hasil kesenian gambar, karikatur, surat pembaca dan iklan.

Lasa (1994, 98) menjelaskan bahwa surat kabar merupakan terbitan yang menitikberatkan pada penyampaian berita yang mengandung informasi keilmuan yang perlu dikelola dengan baik.

Jadi dapat disimpulkan bahwa surat kabar merupakan salah satu alat komunikasi tertulis dalam bentuk tercetak berisi tentang berita, opini, iklan, karikatur, artikel, surat pembaca, tulisan hasil kesenian, laporan yang terjadi di masyarakat gambar tajuk rencana, iklan, surat pembaca dan informasi yang lainnya. Surat kabar biasanya diterbitkan secara harian atau mingguan.

Di Indonesia, surat kabar sering disebut juga dengan istilah koran. Dalam berbagai kamus memang sulit ditemukan asal bahasa dari koran ini. Namun dari penelitian seksama, bahasa yang mendekati kata “koran” adalah “Quran” dari bahasa Arab yang berarti bacaan. Selain itu, ada juga kata yang cukup dekat pada


(44)

33

kata “koran” yaitu “Courantos”, merupakan sebuah buletin yang terbit di Jerman pada abad ke-16 masehi.

Selain itu, kata koran juga berasal dari dari bahasa Belanda yaitu “krant”, dan dari bahasa Prancis, “Courant”. Adapun defenisinya yakni suatu penerbitan yang ringan dan mudah dibuang, biasanya dicetak pada kertas berbiaya rendah yang disebut kertas koran, yang berisi berita-berita terkini dalam berbagai topik. Topiknya bisa berupa politik, kriminal, olahraga, tajuk rencana, ekonomi, sosial dan sebagainya. Surat kabar juga biasa berisi kartun, TTS, dan hiburan lainnya Sumadiria (2006, 5).

Surat kabar dikembangkan untuk bidang-bidang tertentu, misalnya berita untuk industri tertentu, penggemar olahraga tertentu, penggemar seni atau partisipan kegiatan tertentu. Jenis surat kabar umum biasanya diterbitkan setiap hari, kecuali pada hari-hari libur. Surat kabar sore juga umum di beberapa negara. Selain itu, juga terdapat surat kabar mingguan yang biasanya lebih kecil dan kurang prestisius dibandingkan dengan surat kabar harian dan isinya biasanya lebih bersifat hiburan.

Surat kabar atau koran adalah barang cetakan yang berisi berita, informasi dan pendidikan yang terbit secara kontiniu yang biasanya harian. Surat kabar merupakan salah satu bentuk media cetak yang tidak dijilid, dalam ukuran normal dan tiap halaman terdiri 9 kolom. Ada yang terbit 8 halaman, 12 halaman, 16 halaman dan ada yang lebih dari jumlah itu.


(45)

34 2.3.2. Syarat-syarat Surat Kabar

Menurut Karl (dalam Soehoet 2003, 11), surat kabar dapat dilihat dari syaratnya. Adapun syarat tersebut, yakni:

a. Publisitas, artinya surat kabar diterbitkan untuk publik, untuk masyarakat umum, atau untuk siapa saja,

b. Periodisitas, artinya surat kabar tersebut terbit pada waktu yang telah ditentukan sebelumnya,

c. Aktualitas, artinya isinya aktual, belum pernah dimuat sebelumnya, d. Universalitas, artinya isi surat kabar tidak mengenai satu persoalan

saja.

e. Kontinuitas, artinya isi surat kabar berkesinambungan.

Komunikasi dalam surat kabar bersifat irreversible. Sekali pesan, termasuk penjulukan, disampaikan kepada khalayak pemirsa, maka amat sulit bagi siapa pun untuk meniadakan sama sekali efeknya. Maka, jika seseorang diberitakan secara negatif, difitnah misalnya, pemberitaan itu sulit untuk mengembalikan citra si korban ke citra semula, meskipun pihak wartawan atau TV memohon maaf atas kekhilafan mereka Mulyana (2000, 73).

Surat kabar harian adalah jenis media cetak yang terbit setiap hari, kecuali pada hari-hari tertentu, misalnya libur nasional. Jenis surat kabar ini dibagi lagi menjadi surat kabar harian nasional, surat kabar harian daerah, dan surat kabar


(46)

35

harian lokal. Berita yang disampaikan adalah jenis berita news atau informasi terkini dan disampaikan dengan sistem straight news atau apa adanya.

2.3.3. Kekuatan dan Kelemahan Surat Kabar

a. Kekuatan surat kabar : Kasali (1993).

1. Market Coverrage Surat kabar dapat menjangkau daerah-daerah perkotaaan sesuai dengan cakupan pasarnya (nasional, regional, atau lokal)

2. Comparison Shopping (catalog value) Keuntungan kedua menyangkut kebiasaan-kebiasaan konsumen membawa surat kabar senagai referensi untuk memilih barang sewaktu berbelanja. Informasi sekelebat yang diberikan oleh radio dan televisi, dimuat secara tertulis pada surat kabar yang dapat dibawa kemana-mana.

3. Positive Consumer Attitudes. Konsumen umumnya memandang surat kabar memuat hal-hal actual yang perlu segera diketahui khalayak pembacanya.

4. Flexibility Pengiklan dapat bebas memilih pasar mana (dalam cangkupan geografis) yang akan diprioritaskan. Dengan demikian ia dapat memilih media mana yang cocok. Kecuali pada surat kabar nasional yang biasanya harus dilakukan pesanan enam bulan sebelumnya. Koran-koran lokal umumnya sangat fleksibel dalam memuat iklan, baik permintaan mendadak yang berkaitan dengan


(47)

36

ukuran, frekuensi pemuatan, maupun penggunaan warna (spot colour atau full colour)

b. Kelemahan surat kabar

1. Short Life Span

Sekalipun jangkauannya bersifat massal, surat kabar dibaca orang dalam tempo yang singkat sekali, umumnya tidak lebih dari lima belas menit, dan mereka hanya membaca sekali saja. Surat kabar juga cepat basi, hanya berusia 24 jam.

2. Clutter

Isi yang dipaksakan di halaman surat kabar yang tidak punya manajemen redaksi dan tata letak yang baik bias mengacaukan mata dan daya serap pembaca. Orang akan membaca dengan pikiran kusut . informasi berlebihan yang dimuat oleh redaksi dan pemasang iklan dapat melemahkan pengaruh sebuah iklan.

3. Limited Coverage of Certain Groups

Sekalipun surat kabar memiliki sirkulasi yang luas, beberapa kelompok pasar tertentu tetap tidak dapat dilayani dengan baik. Sebagai contoh, surat kabar tidak dapat menjangkau pembaca yang berusia dibawah 20 tahun. Demikian juga pembaca dengan bahasa yang berbeda. Dan umumnya surat kabar adalah acuan bagi pria.


(48)

37 4. Product That Don’t Fit

Beberapa produk tidak dapat diiklankan dengan baik di surat kabar. Terutama produk yang tidak ditujukan untuk umum, atau yang menuntut peragaan untuk merebut tingkat emosi pembaca yang tinggi akan sulit masuk dalam surat kabar. Demikian pula produk tertentu yang dapat dianggap melanggar kesusilaan.

2.4. Database

2.4.1. Pengertian Database

Database atau basis data adalah koleksi dari data-data yang terorganisasi dengan cara sedemikian rupa sehingga mudah dalam disimpan dan dimanipulasi (diperbaharui, dicari, diolah dengan perhitungan-perhitungan tertentu, serta dihapus) Nugroho (2004, 41).

Teori lain menyatakan basis data adalah kumpulan data (elementer) yang secara logik berkaitan dalam mempresentasikan fenomena (fakta) secara terstruktur di dalam domain tertentu untuk mendukung aplikasi dalam sistem tertentu. Heriyanto (2004, 4).

Terdapat beberapa aturan yang harus dipatuhi pada file database atau basis data agar dapat memenuhi kriteria sebagai suatu basis data, yaitu: Kadir (1999).

1. Kerangkapan data, yaitu munculnya data-data yang sama secara berulang-ulang pada file basis data,


(49)

38

2. Inkonsistensi data, yaitu munculnya data yang tidak konsisten pada field yang sama untuk beberapa file dengan kunci yang sama,

3. Data terisolasi, disebabkan oleh pemakaian beberapa file basis data. Program aplikasi tidak dapat mengakses file tertentu dalam sistem basis data tersebut, kecuali program aplikasi dirubah atau ditambah sehingga seolah-olah ada file yang terpisah atau terisolasi terhadap file yang lain,

4. Keamanan data, berhubungan dengan masalah keamanan data dalam sistem basis data. Pada prinsipnya file basis data hanya boleh digunakan oleh pemakai tertentu yang mempunya wewenang untuk mengakses,

5. Integrasi data, berhubungan dengan unjuk kerja sistem agar dapat melakukan kendali atau kontrol pada semua bagian sistem sehingga sistem selalu beroperasi dalam pengendalian penuh. Heriyanto (2004, 4)

2.4.2. Perangkat Desain Database

1. Entity Relationship Diagram (ERD)

Entity relationship (ER) data model didasarkan pada persepsi terhadap dunia nyata yang tersusun atas kumpulan objek-objek dasar yang disebut entitas dan hubungan antar objek Simarmata & Paryudi (2006, 59).


(50)

39 2. Pemetaan kardinalitas

Pemetaan kardinalitas menyatakan jumlah entitas di mana entitas lain dapat dihubungkan ke entitas tersebut melalui sebuah himpunan relasi.

a. One to One

Sebuah entitas pada A berhubungan dengan paling banyak satu entitas pada B dan sebuah entitas pada B berhubungan dengan paling banyak satu entitas pada A.

b. One to Many/ Many to One

Sebuah entitas pada A berhubungan dengan lebih dari satu entitas pada B dan sebuah entitas pada B berhubungan dengan paling banyak satu entitas pada A atau sebaliknya (Many to One).

c. Many To Many

Sebuah entitas pada A berhubungan dengan lebih dari satu entitas pada B dan sebuah entitas pada B berhubungan dengan lebih dari satu entitas pada A.

2.4.3. Tahapan Rancangan Database

Menurut Connolly (2002), rancangan database dibangun dengan tiga tahap utama, yang disebut konseptual, logikal, dan perancangan fisik.


(51)

40

1. Conceptual database design adalah proses membangun sebuah model data dari informasi yang diperoleh dalam sebuah organisasi, tapi bebas dari semua pertimbangan fisik.

2. Logical database design adalah proses membangun sebuah model informasi yang digunakan dalam sebuah perusahaan yang berdasarkan pada sebuah model data yang spesifik, tapi bebas dari halaman yang berkaitan dengan DBMS dan petimbangan fisik lainnya.

3. Physical database design adalah proses pembuatan deskripsi dari suatu implementasi basis data pada secondary storage (media penyimpanan), halaman ini mendeskripsikan hubungan utama, organisasi file dan indeks yang digunakan untuk mencapai efisiensi akses ke dalam data dan hubungan integritas contraint (assosiated integrity constrains) yang lainnya dari halaman yang berkaitan dengan keamanan (security measure).

Tabel 1 Koran

krn_id krn_nama krn_jenis KRN0001 harian haluan Harian KRN0002 Singgalang Harian

KRN0003 Kompas Harian

KRN0004 media Indonesia Mingguan KRN0005 Republika Bulanan


(52)

41

Tabel 2 Artikel art_ id art_ Koran art_ judul art_ tanggal art_ halaman art_ keyword

ART0001 KRN0001

guru-guru masih

bingung:… 12/23/2003 5

guru, pendidikan ART0002 KRN0002

guru juga

bertugas… 11/29/2003 10

guru, pendidikan ART0003 KRN0003

kejujuran

moralitas… 5/27/2002 4 Moralitas ART0004 KRN0004

etika

mahasiswa… 12/4/2002 16

etika, mahasiswa ART0005 KRN0005

bacaan yang

pas… 12/31/2002 7 Bacaan

ART0006 KRN0006

memulihkan citra

pendidikan 7/8/2003 8

citra, pendidikan ART0007 KRN0007

lemahnya

pengelolaan… 2/5/2002 4 Pengelolaan

ART0008 KRN0008

kurikulum perlu

dirombak 4/18/2002 16 Kurikulum ART0009 KRN0009 jika ebtanas… 1/29/2002 9 Ebtanas

ART0010 KRN0010

"guru sejati" dan

pendidikan… 2/19/2002 5 guru sejati

2.5. Visual Basic

2.5.1. Sejarah Visual Basic

Pada zaman dahalu ada sebuah bahasa pemprograman yang diberi nama Basic (Beginner’s All-purpose Symbolic Instruction Code). Sesuai dengan namanya, Basic ditujukan sebagai bahasa yang paling sederhana bagi mereka yang tidak terlalu familiar dengan dunia pemrograman.


(53)

42

Pada tahun 1991 Microsoft mengeluarkan Visual Basic, pengembangan dari Basic yang berubah dari sisi pembuatan antarmukanya. Visual Basic sampai sekarang masih menjadi salah satu bahasa pemrograman terpopuler di dunia.

Pada akhir tahun 1991, Teknologi.Net diumumkan. Microsoft memosisikan teknologi tersebut sebagai platform untuk membangun XML Web Services memungkinkan aplikasi tipe apa pun dapat berjalan pada system komputer dengan tipe manapun dan dapat mengambil data yang tersimpan pada server dengan tipe apa pun melalui internet.

Visual Basic.Net adalah Visual Basic yang direkayasa kembali untuk digunakan pada platform.Net sehingga aplikasi yang dibuat menggunakan Visual Basic.Net dapat berjalan pada sistem komputer apa pun, dan dapat mengambil data dari server dengan tipe apa pun asalkan terinstall.Net Framework. Hidayatullah ( 2014, 3)

Berikut ini perkembangan Visual Basic.Net: a. Visual Basic.Net 2002 (VB 7.0)

b. Visual Basic.Net 2003 (VB 7.1) c. Visual Basic.Net 2005 (VB 8.0) d. Visual Basic.Net 2008 (VB 9.0) e. Visual Basic.Net 2010 (VB 10.0) f. Visual Basic.Net 2012 (VB 11.0) g. Visual Basic.Net 2010


(54)

43

2.5.2. Kelebihan Visual Basic (VB) antara lain Hidayatullah ( 2014, 7 ): 1. Sederhana dan mudah dipahami

Seperti pada VB, bahasa yang digunakan pada VB.Net sangat sederhana sehingga lebih mudah dipahami bagi mereka yang masih awam terhadap dunia pemrograman.

2. Mendukung GUI

VB.NET bisa membuat software dengan antarmuka grafis yang lebih user friendley

3. Menyederhanakan deployment

VB.Net mengatasi deployment dari aplikasi berbasis windows yaitu DLL HELL dan registrasi COM (Component Object Model). Selain itu tersedia wizard yang memudahkan dalam pembuatan file setup.

4. Menyederhanakan pengembangan perangkat lunak

Ketika terjadi kesalahan penulisan kode dari sisi sintaks (bahasa), maka Vb.Net langsung menuliskan kesalahannya pada bagian message windows sehingga programmer dapat memperbaiki kode dengan lebih memperbaiki kode dengan lebih cepat.

5. Mendukung penuh OOP

Memiliki fitur bahasa pemrograman berorientasi objek seperti inheritance (pewarisan), encapsulation (pembungkusan), dan polymorphism (banyak bentuk).


(55)

44

6. Mempermudah pengembangan aplikasi berbasis Web

Disediakan desainer form web dan layanan web XML sehingga memungkinkan suatu aplikasi “berkomunikasi” dengan aplikasi lainnya dari berbagai platform menggunakan protocol internet terbuka.

7. Migrasi ke VB.Net dapat dilakukan dengan mudah

Apabila sudah mengembangkan aplikasi di VB, maka konversi ke VB.Net dapat dijalankan dengan mudah.

8. Banyak digunakan oleh programmer-programmer di seluruh dunia. Salah satu keuntungannya adalah jika kita memilih masalah atau pertanyaan, maka kita bias tanyakan kepada programmer-programmer lain di seluruh dunia melalui forum-forum di internet.


(56)

45 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Gambaran Umum

Di Perpustakaan Pascasarjana (PPs) Universitas Negeri Padang (UNP), artikel surat kabar tahun 2002 dan 2003 dalam bentuk kliping surat kabar disusun berdasarkan abjad judul artikel. Surat kabar yang artikelnya dikliping adalah Kompas, Singgalang, Republika, Media Indonesia, Harian Haluan, dan Ganto. Kliping surat kabar tersebut dibuat agar dapat mempermudah seseorang dalam mencari informasi yang pernah dimuat dalam surat kabar dengan jumlah 290 artikel surat kabar.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Perpustakaan Pascasarjana UNP Padang yang berlokasi Jl. Prof. Dr. Hamka Air Tawar Padang, Sumatera Barat. 3.3. Pendekatan dan Metode yang Digunakan

Menurut Sugiyono (2013, 13) “metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Menurut Azwar (2004, 6) penelitian deskriptif dilakukan dengan menganalisis hanya sampai pada taraf deskriptif yaitu menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematik sehingga dapat lebih mudah dipahami dan disimpulkan. Sedangkan penelitian dengan pendekatan kualitatif menurut Bodgan dan Taylor yang


(57)

46

dikutip Basrowi (2008, 21) merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati.

“Penelitian kualitatif bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang sifatnya umum terhadap kenyataan sosial dari perspektif partisipan” Basrowi (2008, 23). Pendekatan kualitatif dalam penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan suatu uraian mendalam tentang ucapan, tulisan, dan atau prilaku yang dapat dimati dari suatu individu, kelompok, atau suatu organisasi.

3.4 Data dan Sumber data

Data adalah fakta-fakta tentang segala sesuatu di dunia nyata yang dapat direkam dan disimpan pada media komputer Nugroho (2011, 5).

Sumber data adalah segala sesuatu yang dapat memberikan informasi mengenai data.

Berdasarkan sumbernya, data dibedakan menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder.

1. Data primer yaitu data yang dibuat oleh peneliti untuk maksud khusus menyelesaikan permasalahan yang sedang ditanganinya. Data dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung dari sumber pertama atau tempat objek penelitian dilakukan yaitu observasi.

2. Data sekunder yaitu data yang telah dikumpulkan untuk maksud selain menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi. Data ini dapat ditemukan dengan cepat. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data sekunder adalah literatur, artikel, jurnal serta situs di internet yang


(58)

47

berkenaan dengan penelitian yang dilakukan. yaitu wawancara dan studi pustaka.

3.5. Proses Pengumpulan Data 3.5.1. Penentuan Informan

Purposive sampling merupakan teknik pengambilan sampel bukan didasarkan atas strata, random, atau daerah tetapi dilakukan dengan cara mengambil subjek didasarkan atas adanya tujuan tertentu Arikunto (1998, 127). Pada penelitian ini, penulis mengambil 4 orang yang menjadi purposive sample yaitu 1 orang pustakawan untuk mengetahui analisis kebutuhan sistem aplikasi indeks surat kabar dan 3 orang pemustaka sebagai pengguna aplikasi yang dapat dipakai dalam menelusur artikel surat kabar.

3.5.2. Pengumpulan Data

Ada 3 metode pengumpulan data yang digunakan yaitu: 1. Metode Observasi

a. Pengertian Observasi merupakan teknik pengumpulan data, dimana peneliti melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan Ridwan (2004, 104).

b. Pada dasarnya teknik observasi digunakan untuk melihat dan mengamati perubahan fenomena–fenomena sosial yang tumbuh dan berkembang yang kemudian dapat dilakukan perubahan atas


(59)

48

penilaian tersebut, bagi pelaksana observaser untuk melihat obyek moment tertentu, sehingga mampu memisahkan antara yang diperlukan dengan yang tidak diperlukan. Margono (2007, 159).

2. Metode Wawancara

Wawancara adalah suatu proses interaksi dan komunikasi verbal dengan tujuan mendapatkan informasi penting yang diinginkan. Wawancara juga merupakan alat pengumpul informasi dengan cara mengajukan pertanyaan secara lisan dan dijawab secara lisan pula melalui kontak langsung dengan tatap muka. Wawancara ini dilakukan terhadap seseorang (pustakawan) untuk mendapatkan informasi dan memiliki pengetahuan terkait dalam permasalahan penelitian.

Berdasarkan jenisnya, wawancara terbagi menjadi 2 yaitu: 1) wawancara terstruktur adalah wawancara yang dilakukan untuk memberikan sebuah pertanyaan dan alternatif jawaban telah ditetapkan terlebih dahulu, serta jawaban lebih mudah untuk dikelompokkan dan dianalisis, 2) wawancara tak berstruktur adalah wawancara yang bersifat informal, luwes, dan disesuaikan dengan subjek dan suasana. c. Metode Studi Pustaka

Metode ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data dari kliping surat kabar di Perpustakan Pascasarjana UNP Padang terkait dengan objek permasalah.


(60)

49 3.6. Teknik Analisis Data

Metode analisis yang digunakan adalah metode Object Oriented Analysis (OOA). Menurut Utomo (2011, 55), tujuan dari OOA adalah untuk membangun serangkaian model yang mendisriksipan software komputer supaya dapat menjalankan serangkaian kebutuhan yang di definisikan pengguna.

OOA yaitu, metode yang digunakan untuk menganalisa sistem, dengan metode ini dapat mempresentasikan sebuah permasalahan dalam dunia nyata kedalam object-object, khususnya dalam pegembangan perangkat lunak, agar dalam pelaksanaannya kita mendapatkan berbagai keuntungan dan kelebihan.

Teknik Analisis Data Meliputi

a. Mengelompokan data berdasarkan variabel dan jenis data b. Mentabulasi data berdasarkan variabel data

c. Menyajikan data setiap variabel yang diteliti d. Mengolah data setiap variabel yang diteliti

e. Membuat ERD berdasarkan klasifikasi yaitu One to Many, dan Many to Many

f. Membuat rancangan dan desain database dengan menggunakan visual basic


(61)

50 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Sejarah Program Pascasarjana Universitas Negeri Padang

Penyelenggaraan Program Pascasarjana Universitas Negeri Padang dirintis sejak tahun 1981, dengan nama Kegiatan Pengumpul Kredit (KPK) Fakultas Pascasarjana IKIP Jakarta. Tahun 1992 Program Pascasarjana Universitas Negeri Padang berdiri sendiri menyelenggarakan satu program studi, dengan SK. Dirjen Pendidikan Tinggi No.517/DIKTI/KEP/1992.

Selanjutnya tahun akademik 1996/1997 program studi tersebut berkembang menjadi lima program studi. Tahun akademik 2002 dibuka program studi Non kependidikan Ilmu Lingkungan dengan SK. Dirjen Pendidikan Tinggi No.3202/D/T/2002. Sejak tahun 2003 Program Pascasarjana Universitas Negeri Padang membuka program doktor (S3) Ilmu Kependidikan dengan SK Dirjen Pendidikan Tinggi No.940/D/T/2003.

Dewasa ini Program Pascasarjana Universitas Negeri Padang telah memiliki 6 Program Studi Magister (S-2) Kependidikan dengan 18 Konsentrasi, Program Studi Magister (S-2) Non-Kependidikan Ilmu Lingkungan dan Program Doktor (S-3) Ilmu Pendidikan dengan 7 Orientasi.


(62)

51 4.1.1. VISI

Pusat keunggulan dalam pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dalam kajian kependidikan, keilmuan, teknologi dan seni (IPTEKS) dilandasi oleh iman dan taqwa.

4.1.2. MISI

Menghasilkan lulusan dalam berbagai bidang kajian dan IPTEKS yang mempunyai kompetensi dan komitmen untuk mengembangkan dan menerapkan ilmu dan keterampilan yang dimiliki demi kemaslahatan kemanusian, bangsa dan negara.

4.1.3. TUJUAN PPS UNP

1. Tujuan khusus Program Studi Magister (S-2) Kependidikan adalah dihasilkannya ilmuwan tingkat magister dalam bidang kependidikan yang mampu melaksanakan analisis dan praktik kependidikan, dalam bidang studi atau konsentrasi masing-masing, melalui kegiatan pengelolaan pengajaran, bimbingan, dan/atau latihan, serta penelitian.

2. Tujuan khusus Program Studi Magister (S-2) Non-Kependidikan Ilmu Lingkungan, adalah: dihasilkannya ilmuwan tingkat magister dalam bidang ilmu lingkungan yang mampu melaksanakan analisis dan praktik pengembangan lingkungan, serta penelitian.

3. Tujuan khusus Program Doktor (S-3) Ilmu Pendidikan adalah dihasilkannya sarjana purna Ilmu Pendidikan yang memiliki:


(63)

52

a. wawasan dan kemampuan keilmuwan pendidikan secarakomprehensif dan terintegrasi,

b. kemampuan analisis kajian teoretik ilmu pendidikan secara komprehensif dan terintegrasi,

c. kemampuan analisis situasi dan kondisi kependidikan yang bersifat lintas pencabangan kependidikan,

d. kemampuan analisis kebijakan, perencanaan dan operasionalisasi kegiatan kependidikan secara komprehensif dan terintegrasi,

e. kemampuan mendorong pengembangan berbagai pencabangan kependidikan dengan mengacu kepada kaidah-kaidah keilmuwan pendidikan secara komprehensif dan terintegrasi.


(64)

53

4.2. Analisis Kebutuhan Sistem Aplikasi Indeks Surat Kabar

Analisis kebutuhan sistem dilakukan dengan cara wawancara kepada satu orang Pustakawan PPs UNP dan tiga orang pemustaka Perpustakaan PPs UNP, yakni mahasiswa PPs UNP jenjang studi strata 2 (S2). Wawancara dilakukan pada hari Rabu, 15 April 2015 terhadap pustakawan dan pemustaka itu. Hasil wawancara terdapat pada lampiran, yaitu Lampiran 3, Lampiran 4, Lampiran 5, dan Lampiran 6.

Dalam wawancara dengan pustakawan diajukan tiga kelompok pertanyaan, yaitu (1) kelayakan penggunaan aplikasi indeks surat kabar, (2) penyajian aplikasi indeks surat kabar, dan (3) aspek teknis aplikasi indeks surat kabar. Untuk setiap kelompok pertanyaan diajukan dua pertanyaan. Dengan demikian, jumlah pertanyaan di dalam wawancara dengan pustakawan adalah enam pertanyaan.

Dalam wawancara dengan pemustaka untuk mengetahui kemudahan aplikasi yang dapat dipakai dalam menelusur artikel surat kabar diajukan tiga kelompok pertanyaan, yaitu (1) manfaat aplikasi indeks surat kabar, (2) kemudahan penggunaan aplikasi indeks surat kabar, dan (3) efisiensi dan efektivitas waktu penggunaan aplikasi indeks surat kabar. Kelompok pertanyaan tentang manfaat aplikasi indeks surat kabar terdiri atas dua pertanyaan. Kelompok pertanyaan tentang kemudahan penggunaan aplikasi indeks surat kabar terdiri atas enam pertanyaan. Kelompok pertanyaan tentang efisiensi dan efektivitas waktu


(65)

54

penggunaan aplikasi indeks surat kabar terdiri atas dua pertanyaan. Jadi jumlah pertanyaan untuk pemustaka adalah sepuluh pertanyaan.

4.2.1. Analisis Kebutuhan Aplikasi Indeks Surat Kabar Oleh Pustakawan Ada tiga kelompok pertanyaan yang diajukan kepada pustakawan untuk mengetahui kebutuhan aplikasi indeks surat kabar berbasis VB.Net ini. Ketiga kelompok pertanyaan itu adalah: (1) kelayakan penggunaan aplikasi, (2) penyajian aplikasi, dan (3) aspek teknis aplikasi.

A. Kelayakan Penggunaan Aplikasi Indeks Surat Kabar

Perpustakaan PPs UNP memiliki kliping surat kabar yang disusun berdasarkan tanggal terbit surat kabar itu. Kliping itu dibuat berdasarkan prinsip bahwa artikel surat kabar merupakan sumber informasi yang perlu dikelola agar dapat dimanfaatkan. Pembuatan kliping sesuai dengan pernyatan Lasa (1994, 98) bahwa surat kabar mengandung informasi keilmuan yang perlu dikelola dengan baik.

Untuk menemukan artikel surat kabar, pemustaka menggunakan tanggal terbit, artinya pemustaka harus mengetahui tanggal terbit surat kabar. Kalau pemustaka tidak mengetahui tanggal terbit itu, maka artikel surat kabar akan sangat sulit untuk ditemukan dan tentu saja memakan waktu yang tidak sedikit. Akibatnya, pemustaka jarang menggunakan kliping surat kabar atau jarang mencari artikel surat kabar yang dimiliki oleh Perpustakaan PPs UNP.

Menurut Informan I (Wawancara, tanggal 15 April 2015), untuk mempermudah penemuan artikel surat kabar, dulu pernah dibuat indeks artikel


(66)

55

surat kabar tercetak. Akan tetapi, ketika surat kabar bertambah dan kliping baru juga dibuat, indeks artikel surat kabar itu tidak diperbaharui. Alasannya adalah untuk memperbaharui indeks tentu pustakawan harus menyusun ulang indeks dan mencetak ulang. Penyusunan dan pencetakan ulang memerlukan tenaga, biaya, dan waktu. Secara lengkap jawaban Informan I tentang hal itu adalah sebagai berikut (Lampiran 3, Jawaban Pertanyaan A.1).

Dulu ada tapi dalam bentuk tercetak. Dan sekarang indeks tercetak itu tidak jelas keberadaannya sekaligus hanya memuat indeks untuk surat kabar yang lama karena kami tidak memperbaharuinya, maklum pekerjaan kami yang lain cukup menyita waktu sedangkan untuk menambah indeksnya kami harus menyusun ulang dan mencetaknya kembali, butuh waktu dan biaya yang tak sedikit sedangkan pekerjaan kami banyak.

Ketika ditanyakan kepada Informan I tentang kemungkinan penggunaan aplikasi indeks surat kabar berbentuk elektronik yang dirancang dengan menggunakan VB.Net, Informan I menyatakan (Lampiran 3, Jawaban Pertanyaan A.1), “Bisa karena aplikasi indeks surat kabar ini dapat membantu untuk memudahkan pemustaka dalam menemukan artikel surat kabar yang digunakan pada saat sekarang".

Dengan menggunakan aplikasi indeks surat kabar berbasis VB.Net ini, pemustaka dapat mencari artikel surat kabar yang dibutuhkannya tanpa harus mengetahui tanggal terbit surat kabar itu karena artikel dapat dicari berdasarkan tanggal terbit, subjek, judul, dan nama surat kabar. Hal ini dinyatakan oleh Informan I ketika menjawab pertanyaan A.2 (Lampiran 3) sebagai berikut.


(67)

56

Kalau pakai indeks yang Adik buat ini tentu lebih mudah karena bisa mencari melalui tanggal terbit, subjek, judul, dan nama surat kabar. Jadi lebih cepat dan mudah. Mereka tidak pula harus mencari melalui tanggal saja tapi bisa yang lain seperti subjek. Hal inilah yang dapat membantu mempermudah mereka serta mempercepat penelusuran.

Jadi, aplikasi indeks surat kabar berbasis VB.Net yang dirancang ini dapat dimanfaatkan sebagai sarana pilih atau temu balik bagi kepentingan pemakai sesuai dengan pernyataan Sulistyo-Basuki (1992, 93) dan Lasa (1994, 55). Dapat ditambahkan, aplikasi surat kabar berbasis VB.Net dengan mudah dapat diperbaharui (ditambah dengan artikel surat kabar yang baru) dan pustakawan tidak perlu menyusun ulang tanggal terbit, subjek, judul, dan nama surat kabar yang ditambahkan itu, seperti yang dinyatakan Informan I (Lampiran 3, Jawaban Pertanyaan A.1), “... dan saya juga bisa menambahkan artikel-artikel surat kabar yang baru ke dalam komputer dengan mudah sehingga semakin lama jumlah artikel yang ada dalam komputer ini akan semakin banyak. Tentu kliping yang kami buat dapat dimanfaatkan oleh pemustaka”. Selain itu, karena menggunakan komputer, maka pencarian artikel surat kabar dapat dilakukan dengan cepat dalam hitungan detik saja.

Aplikasi indeks surat kabar berbasis VB.Net juga dilengkapi dengan anotasi. Dalam indeks elektronik ini tidak hanya terdapat data tentang artikel surat kabar, tapi juga dilengkapi isi ringkas dari artikel tersebut. Dengan adanya anotasi, pemustaka dapat menentukan apakah artikel yang ditemukan sesuai dengan yang dibutuhkannya. Tentang hal itu Informan I menyatakan (Lampiran 3,


(1)

89 Lampiran 4

Transkrip Wawancara dengan Informan II Nama Informan : Rina Suryani

Pekerjaan : Mahasiswa Pascasarjana (S2) UNP Program Studi : Bimbingan dan Konseling

Tempat : Ruang perpustakaan PPs UNP Tanggal Wawancara : Rabu, 15 April 2015

Pukul : 11.20 WIB

A. Manfaat Aplikasi Indeks Surat Kabar

1. Pertanyaan: Apakah aplikasi indeks surat kabar berbasis Visual Basic ini dapat membantu Anda dalam mencari artikel surat kabar? Jawab : Dulu saya malas mencari artikel surat kabar ke kliping karena

artikelnya banyak dan susah mencarinya. Dengan indeks ini tentu tidak begitu, lebih cepat dan membantu sekali untuk menemukan artikel aslinya dengan cepat.

2. Pertanyaan: Bagaimana pendapat Anda tentang adanya isi ringkas atau anotasi artikel surat kabar di layar komputer?

Jawab : Sangat membantu mahasiswa untuk menentukan kesesuaian isi artikel dengan kebutuhannya tanpa harus membaca artikel surat kabar yang ada di dalam kliping.

B. Kemudahan Penggunaan Aplikasi Indeks Surat Kabar

1. Pertanyaan: Apakah Anda merasa lebih mudah menemukan artikel surat kabar dengan menggunakan Aplikasi Indeks Surat Kabar ini? Jawab : Ya, lebih mudah dengan indeks ini, hanya sekali klik dan

indeksnya bisa dicari melalui berbagai cara, misalnya subjek, nama surat kabar dan sebagainya.

2. Pertanyaan: Apakah Anda merasa sulit menggunakan indeks ini?

Jawab : Sebaliknya saya malah menganggap jauh lebih mudah, sehingga tidak perlu petunjuk dari orang lain.

3. Pertanyaan: Cukup jelaskah pengertian kata-kata atau kalimat yang digunakan di dalam indeks?

Jawab : Kata-kata dan kalimat dalam indeks ini singkat dan jelas, seperti program komputer pada umumnya.


(2)

90

4. Pertanyaan: Waktu pertama kali memakai indeks ini, apakah Anda merasa perlu petunjuk atau bantuan dari pustakawan?

Jawab : Tidak perlu. Pada tombol-tombolnya kan ada teks yang mengandung arti kegunaan tombol-tombol itu. Tentu saja, mahasiswa yang memakai indeks ini perlu melihat monitor komputer dan membaca keterangan yang ada di monitor itu. 5. Pertanyaan: Bagaimana dengan tata letak atau layout layar indeks ini?

Jawab : Tata letaknya sudah baik. Tidak ada layar monitor yang mubazir dan objek-objek program ini terlihat tertata sesuai fungsinya.

6. Pertanyaan: Perlukah jenis atau ukuran huruf yang dipakai pada indeks ini diubah?

Jawab : Jenis huruf yang Adik gunakan ini sudah bagus dan lazim dipakai untuk tampilan di layar monitor. Begitu pula ukurannya, sudah benar.

C. Efisiensi dan Efektivitas Waktu Penggunaan Aplikasi Indeks Surat

Kabar

1. Pertanyaan: Apakah Anda merasa pengoperasian indeks ini menghabiskan waktu?

Jawab : Tentu saja tidak, walaupun pekerjaan kita bertambah karena kita tidak langsung mencari artikel surat kabar ke klipingnya, tetapi banyak hal yang membuat pencarian kita menjadi lebih cepat. Indeks ini memberikan informasi tentang artikel dan yang paling penting itu adalah informasi tentang nama dan tanggal surat kabarnya, sehingga pencarian artikelnya di dalam klliping menjadi lebih mudah dan cepat.

2. Pertanyaan: Lamakah Anda menunggu jawaban komputer ketika sebuah tombol Anda klik?


(3)

91 Lampiran 5

Transkrip Wawancara dengan Informan III Nama Informan : M. Fikri

Pekerjaan : Mahasiswa Pascasarjana (S2) UNP Program Studi : Pendidikan Olahraga

Tempat : Ruang perpustakaan PPs UNP Tanggal Wawancara : Rabu, 15 April 2015

Pukul : 14.00 WIB

A. Manfaat Aplikasi Indeks Surat Kabar

1. Pertanyaan: Apakah aplikasi indeks surat kabar berbasis Visual Basic ini dapat membantu Anda dalam mencari artikel surat kabar? Jawab : Saya merasa indeks ini sangat membantu.

2. Pertanyaan: Bagaimana pendapat Anda tentang adanya isi ringkas atau anotasi artikel surat kabar di layar komputer?

Jawab : Menurut saya anotasi bisa memberikan isi ringkas artikel surat kabar itu, sehingga kadang-kadang kita tidak harus membaca artikel surat kabarnya.

B. Kemudahan Penggunaan Aplikasi Indeks Surat Kabar

1. Pertanyaan: Apakah Anda merasa lebih mudah menemukan artikel surat kabar dengan menggunakan Aplikasi Indeks Surat Kabar ini? Jawab : Mudah bila dibandingkan dengan cara mencari artikel ke

kliping.

2. Pertanyaan: Apakah Anda merasa sulit menggunakan indeks ini? Jawab : Tidak, untuk memakai indeks ini cukup mudah.

3. Pertanyaan: Cukup jelaskah pengertian kata-kata atau kalimat yang digunakan di dalam indeks?

Jawab : Jelas, tidak berbelit-belit.

4. Pertanyaan: Waktu pertama kali memakai indeks ini, apakah Anda merasa perlu petunjuk atau bantuan dari pustakawan?


(4)

92

5. Pertanyaan: Bagaimana dengan tata letak atau layout layar indeks ini? Jawab : Bagus, terkelompok dan tidak berserak-serak.

6. Pertanyaan: Perlukah jenis atau ukuran huruf yang dipakai pada indeks ini diubah?

Jawab : Jenis dan ukuran huruf yang ini sudah bagus, tidak perlu diubah lagi.

C. Efisiensi dan Efektivitas Waktu Penggunaan Aplikasi Indeks Surat

Kabar

1. Pertanyaan: Apakah Anda merasa pengoperasian indeks ini menghabiskan waktu?

Jawab : Malah menghemat waktu.

2. Pertanyaan: Lamakah Anda menunggu jawaban komputer ketika sebuah tombol Anda klik?


(5)

93 Lampiran 6

Transkrip Wawancara dengan Informan IV Nama Informan : Weli Yuniarti

Pekerjaan : Mahasiswa Pascasarjana (S2) UNP Program Studi : Teknologi Pendidikan

Tempat : Ruang perpustakaan PPs UNP Tanggal Wawancara : Rabu, 15 April 2015

Pukul : 15.15 WIB

A. Manfaat Aplikasi Indeks Surat Kabar

1. Pertanyaan: Apakah aplikasi indeks surat kabar berbasis Visual Basic ini dapat membantu Anda dalam mencari artikel surat kabar? Jawab : Selama ini saya kesulitan dalam memanfaatkan artikel surat

kabar yang ada di dalam kliping itu karena harus mencari satu per satu dari awal padahal saya tidak mengetahui tanggal berapa surat kabarnya. Dengan indeks ini saya bisa mencari artikel langsung ke artikel yang saya perlukan misalnya dengan meng-klik tombol subjek dan saya akan mendapatkan artikel tentang subjek itu dengan cepat.

2. Pertanyaan: Bagaimana pendapat Anda tentang adanya isi ringkas atau anotasi artikel surat kabar di layar komputer?

Jawab : Saya suka dengan anotasi itu sebab saya bisa mengetahui isi artikel walaupun singkat tetapi bisa memberi gambaran apakah artikel itu yang saya cari.

B. Kemudahan Penggunaan Aplikasi Indeks Surat Kabar

1. Pertanyaan: Apakah Anda merasa lebih mudah menemukan artikel surat kabar dengan menggunakan Aplikasi Indeks Surat Kabar ini? Jawab : Tentu saja lebih mudah. Hanya dengan meng-klik saja lalu

mengetikkan apa yang ingin saya cari. Lalu di layar terlihat data indeks dan isi ringkasnya. Kalau saya merasa artikel yang saya cari cocok, barulah saya mengambil kliping dan dengan cepat saya bisa mengambil artikel aslinya karena di komputer terlihat tanggal surat kabar dan data lain.

2. Pertanyaan: Apakah Anda merasa sulit menggunakan indeks ini?

Jawab : Tentu saja tidak. Saya hanya menekan tombol dan mengetik saja lalu saya bisa memperoleh informasi tentang artikel surat


(6)

94

kabar di mana dimuat dan tanggal berapa, apa isinya, dan lain-lain. Saya juga bisa mengganti pilihan saya dengan mencari melalui judul, atau nama surat kabarnya. Jadi tidak harus melalui subjek saja.

3. Pertanyaan: Cukup jelaskah pengertian kata-kata atau kalimat yang digunakan di dalam indeks?

Jawab : Rasanya cukup jelas. Apalagi kata-kata dan kalimat itu kan tidak banyak dan tidak panjang-panjang. Saya tidak perlu pula berpikir tentang arti kalimat itu, ya, langsung saja.

4. Pertanyaan: Waktu pertama kali memakai indeks ini, apakah Anda merasa perlu petunjuk atau bantuan dari pustakawan?

Jawab : Kan programnya berbahasa Indonesia dan tidak banyak tombol-tombol atau pilihan, jadi saya langsung bisa memakainya tanpa petunjuk pustakawan. Saya tinggal membaca apa yang tertulis di layar komputer saja.

5. Pertanyaan: Bagaimana dengan tata letak atau layout layar indeks ini?

Jawab : Tidak masalah. Saya tidak susah mencari cara menggunakannya. Tombol-tombolnya kan tidak banyak.

6. Pertanyaan: Perlukah jenis atau ukuran huruf yang dipakai pada indeks ini diubah?

Jawab : Tidak. Ini sudah cukup, sedanglah. Nanti kalau diganti dengan huruf yang lain yang indah-indah itu jadinya malah tidak mudah dibaca. Ukurannya pun sudah pas menurut saya.

C. Efisiensi dan Efektivitas Waktu Penggunaan Aplikasi Indeks Surat

Kabar

1. Pertanyaan: Apakah Anda merasa pengoperasian indeks ini menghabiskan waktu?

Jawab : Tidak. Malah jauh lebih cepat daripada saya harus mencari di kliping dengan langsung, harus cari satu per satu. Kalau ini tidak, sudah ada tanggal surat kabarnya jadi saya mudah mencari artikel aslinya di kliping itu.

2. Pertanyaan: Lamakah Anda menunggu jawaban komputer ketika sebuah tombol Anda klik?