ANALISIS PREFERENSI PETANI DALAM MENGGUNAKAN PRODUK PEMBIAYAAN SEKTOR PERTANIAN DI LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH (Studi Kasus Pada Petani Padi Kecamatan Bantul, Kabupaten Bantul)

(1)

i

PRODUK PEMBIAYAAN SEKTOR PERTANIAN DI LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH

(Studi Kasus Pada Petani Padi Kecamatan Bantul, Kabupaten Bantul)

SKRIPSI Oleh : Anggit Sadewa NPM : 20120730199

FAKULTAS AGAMA ISLAM PRODI MUAMALAT

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(2)

ii

(Studi Kasus Pada Petani Padi Kecamatan Bantul, Kabupaten Bantul)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Islam (S.E.I) Strata Satu

pada Prodi Muamalat Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh : Anggit Sadewa NPM : 20120730199 FAKULTAS AGAMA ISLAM

PRODI MUAMALAT

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(3)

iii Hal : Persetujuan

Kepada Yth.

Dekan Fakultas Agama Islam

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Assalamu’alaikum wr.wb.

Setelah menerima dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka saya berpendapat bahwa skripsi saudara:

Nama : Anggit Sadewa NIM : 20120730199

Judul : Analisis Preferensi Petani Dalam Menggunakan Produk Pembiayaan Sektor Pertanian Di Lembaga Keuangan Syariah (Studi Kasus Pada Petani Padi Kecamatan Bantul, Kabupaten Bantul)

Telah memenuhi syarat untuk diajukan pada ujian akhir tingkat Sarjana pada Fakultas Agama Islam Prodi Ekonomi dan Perbankan Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Bersama ini saya sampaikan naskah skripsi tersebut, dengan harapan dapat di terima dan segera dimunaqasyahkan.

Atas perhatiannya diucapkan terimakasih. Wassalamu’alaikum wr. wb.

Pembimbing


(4)

iv

PRODUK PEMBIAYAAN SEKTOR PERTANIAN DI LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH

(Studi Kasus Pada Petani Padi Kecamatan Bantul, Kabupaten Bantul)

Yang dipersiapkan dan disusun oleh:

Nama Mahasiswa : Anggit Sadewa

NPM : 20120730199

Telah dimunaqasyahkan di depan Sidang Munaqasah Prodi Muamalat Konsentrasi Ekonomi dan Perbankan Islam pada tanggal 24 Agustus 2016 dan dinyatakan memenuhi syarat untuk diterima :

Sidang Dewan Munaqasah

Ketua Sidang : Dyah Pikanti Dwiwanti, S.E, MM (...) Pembimbing : M.Sobar, S.EI, M.Sc (...) Penguji : Satria Utama, S.E.I., M.E.I (...)

Yogyakarta, 24 Agustus 2016 Fakultas Agama Islam

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Dekan


(5)

v Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama Mahasiswa : Anggit Sadewa Nomor Mahasiswa : 20120730199

Program Studi : Ekonomi dan Perbankan Islam

Judul Skripsi : Analisis Preferensi Petani Dalam Menggunakan Produk Pembiayaan Sektor Pertanian Di Lembaga Keuangan Syariah (Studi Kasus Pada Petani Padi Kecamatan Bantul, Kabupaten Bantul)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini merupakan karya saya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Yogyakarta, 24 Agustus 2016

(Anggit Sadewa) NPM : 20120730199


(6)

vi

Tak akan sempurna (akal) seorang laki-laki, kecuali dengan empat hal; beragama,

, p

p

,

.”

(Imam

Sy ’ )

Sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.

Kuatkanlah dirimu menghadapi cobaan-cobaan hidup

And remember that , You”ll Never Walk Alone!


(7)

vii

Puji Syukur Alhamdulillah kepada Sang Maha Segalanya ALLAH SWT yang telah memberikan kerahmatan dan kenikmatan yang tak berkesudahan.

Skripsi ini ku persembahkan untuk Orangtuaku

Kakakku

Saudara - saudara & keluarga besar Sahabat dan teman teman semua Serta Almamaterku


(8)

viii

Alhamdulillah dengan mengucapkan rasa syukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang selalu memberikan rahmat, hidayah, dan nikmat-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul: ANALISIS PREFERENSI PETANI DALAM MENGGUNAKAN PRODUK PEMBIAYAAN SEKTOR PERTANIAN DI LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH (Studi Kasus Pada Petani Padi Kecamatan Bantul, Kabupaten Bantul) yang disusun sebagai syarat akademis dalam menyelesaikan studi program Sarjana (S1) Jurusan Ekonomi dan Perbankan Islam pada Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Shalawat serta salam selalu tertuju kepada Nabi Muhammad SAW yang telah diutus oleh Allah sebagai contoh terladan bagi umatnya.

Peneliti menyadari bahwa terselesaikannya penyusunan skripsi ini diikuti dengan kerja keras dan tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dukungan, do’a, serta saran dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati peneliti hendak menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Bambang Cipto M.A selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Dr. Mahli Zainudin, M.Si. selaku Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.


(9)

ix

bimbingannya selama ini, serta memberikan berbagai ilmu, nasihat dan pengalamannya yang sangat berharga.

5. Seluruh Dosen Fakultas Agama Islam yang sudah mentransformasi ilmu, kesabaran dan keteladanan dengan penuh keikhlasan kepada penulis.

6. Kepada orang tua Bapak Tuhu Prasetyo Ginyono dan Ibu Sri Harni Hartuti Setyaningsih yang telah memberikan doa yang tidak pernah putus serta telah menjadi inspirasi dalam setiap langkah hidup yang saya ambil.

7. Kakaku Sandra Mela Kistanti dan Seluruh Keluarga Besarku yang selalu mendukung dan memberi semangat dalam menyelesaikan skripsi ini

8. Sahabat - sahabat (Fina M Noor Alfiany, Nela Amalia, Intari Endah Setyowati, Agita Kurnia Dewi, Femi Fahria Mufida, Nurul Irfany, Pahmi Adiyatama, Julio Basuki Herlangga, Dio Fattah Saputra, Muhammad Zamakhsyari Syihab) senang bertemu dengan kalian. Semoga kelak kita dipertemukan lagi. See you on top!

9. Teman – teman satu hobi Ari, Julio, Khoiri, Faisal, Maulida, Rifki, Anif, Edi (Sanksekerta) yang telah menjadi kawan dalam menikmati alam. Semoga kita bisa melanjutkan pendakian ke seluruh wilayah Indonesia.

10.Keluarga besar EPI 2012 terkhusus EPI D yang telah menjadi keluarga selama 4 tahun selama proses perkuliahan. Sukses untuk kalian semua.


(10)

x

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan guna perbaikan di masa yang akan datang dan penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Wassalamu‟alaikum. Wr. Wb.

Yogyakarta, 24 Agustus 2016 Penulis


(11)

xi

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

NOTA DINAS ... iii

HALAMAN PENGESAHAN... iv

HALAMAN PERNYATAAN ... v

HALAMAN MOTTO ... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii

HALAMAN KATA PENGANTAR ... viii

HALAMAN DAFTAR ISI ... xi

HALAMAN DAFTAR GAMBAR ... xiv

HALAMAN DAFTAR TABEL ... xvii

ABSTRAK ... xviii

ABSTRACT ... xix

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB ... xx

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Manfaat Penelitian ... 10


(12)

xii

2. Pembiayaan dan Penyaluran Dana ... 20

3. Preferensi ... 26

4. Karakteristik Nasabah Lembaga Keuangan ... 28

5. Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen... 30

6. Perilaku Konsumen Pada Perbankan ... 31

7. Proses Pengambilan Keputusan ... 33

G. Kerangka Berfikir Penelitian ... 36

BAB II METODE PENELITIAN ... 37

A. Metode Penelitian ... 37

1. Jenis Penelitian ... 37

B. Lokasi/Objek Penelitian ... 37

C. Populasi dan Sampel ... 38

1. Populasi ... 38

2. Sampel ... 38

D. Sumber dan Jenis Data ... 39

1. Data Primer ... 39

2. Data Sekunder ... 39

E. Teknik Pengumpulan Data ... 39

1. Wawancara ... 39

2. Kuisoner ... 40

F. Variabel Penelitian ... 40

G. Metode Analisis Data ... 42

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ... 43

A. Gambaran Objek / Subjek Penelitian ... 43

1. Gambaran Kondisi Geografis Kecamatan Bantul... 43

2. Kondisi Demografi... 45

3. Sektor Pertanian ... 47

B. Karakteristik Responden ... 48


(13)

xiii

B. Saran ... 92 DAFTAR PUSTAKA ... 93 LAMPIRAN ... 95


(14)

xiv

Gambar 1.1 Kerangka Berfikir Penelitian ... 36 Gambar 3.1 Lembaga Keuangan Syariah Adalah Lembaga

Keuangan Yang Berlandaskan Hukum-Hukum Islam ... 55 Gambar 3.2 Lembaga Kuangan Syariah Merupakan Lembaga

Keuangan Yang Memiliki Sistem Bagi Hasil ... 56 Gambar 3.3 Lembaga Keuangan Syariah Merupakan Lembaga

Keuangan Yang Dilandasi Nilai Keadilan, Kemanfaatan, Keseimbangan Dan Keuniversalan ... 57 Gambar 3.4 Lembaga Keuangan Syariah Merupakan Lembaga

Keuangan Yang Terbebas Dari Praktik Riba /Bunga ... 58 Gambar 3.5 Lembaga Keuangan Syariah Merupakan Lembaga

Keuangan Untuk Orang Islam ... 59 Gambar 3.6 Lembaga Keuangan Syariah Berbeda Dengan

Lembaga Keuangan Konvensional ... 60 Gambar 3.7 Kemudahan Akses Dalam Memperoleh Pembiayaan

Di Lembaga Keuangan Syariah ... 61 Gambar 3.8 Kemudahan Prosedur Dan Persyaratan Yang Diajukan


(15)

xv

Gambar 3.10 Realisasi Pembiayaan Pada Lembaga Keuangan Syariah

Mudah Dan Cepat ... 64 Gambar 3.11 Produk Pembiayaan Lembaga Keuangan Syariah Aman

Dan Nyaman Digunakan ... 65 Gambar 3.12 Produk Pembiayaan Lembaga Keuangan Syariah Dapat

Memberikan Manfaat Untuk Memenuhi Kebutuhan ... 66 Gambar 3.13 Produk Pembiayaan Lembaga Keuangan Syariah

Memiliki Keunggulan Dan Inovatif Dibandingkan

Lembaga Keuangan Konvensional ... 67 Gambar 3.14 Lembaga Keuangan Syariah Memiliki Pelayanan

Yang Profesional ... 68 Gambar 3.15 Petani Memilih Menggunakan Produk Pembiayaan

Lembaga Keuangan Syariah Ketika Telah Memperoleh Informasi / Pengetahuan Tentang Lembaga Keuangan

Syariah Yang Cukup ... 69 Gambar 3.16 Petani Memilih Menggunakan Produk Pembiayaan

Lembaga Keuangan Syariah Ketika Telah Percaya


(16)

xvi

Kemudahanya ... 71 Gambar 3.18 Petani Memilih Menggunakan Produk Pembiayaan Lembaga

Keuangan Syarriah Setelah Memperoleh Informasi

Yang Cukup, Percaya Dan Mengetahui Kemudahanya ... 72 Gambar 3.19 Ketertarikan Petani Dalam Menggunakan Produk

Pembiayaan Lembaga Keuangan Syariah ... 73 Gambar 3.20 Petani Akan Menggunakan Produk Pembiayaan

Lembaga Keuangan Syariah Dalam Waktu Dekat ... 74 Gambar 3.21 Kesimpulan ... 91


(17)

xvii

Halaman Tabel 1.1 Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut

Lapangan Pekerjaan Utama 2014 ... 2

Tabel 1.2 Pembiayaan- Bank Perkreditan Rakyat Syariah berdasarkan Sektor Ekonomi tahun 2015... 4

Tabel 1.3 Pembiayaan - Bank UmumSyariahdan Unit Usaha Syariah Berdasarkan Sektor Ekonomi tahun 2015 ... 4

Tabel 1.4 Penelitian Terdahulu ... . 15

Tabel 3.1 Statistik Geografi dan Iklim KecamatanBantul 2014. ... . 41

Tabel 3.2 Jumlah Penduduk menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Kecamatan Bantul 2014 ... 43

Tabel 3.3 Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 46

Tabel 3.4 Data Responden Berdasarkan Umur/Usia ... 47

Tabel 3.5 Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 48

Tabel 3.6 Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga ... 49

Tabel 3.7 Responden Berdasarkan Skala Usaha ... 50


(18)

Lamp. : 3 eks. Skripsi Hal : Persetuj uan

Assalamu 'alaikum wr. wb.

NOTADINAS

Y ogyakarta, 24 Agustus 2016

Kepada Yth.

Dekan Fakultas Agama Islam

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Setelah menerima dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka saya berpendapat bahwa skripsi saudara:

Nama : Anggit Sadewa

,t(t,,,u:

NlM :20120730199

Judul : Analisis Preferensi Petani Dalam Menggunakan Produk Pembiayaan Sektor Pertanian Di Lembaga Keuangan Syariah (Studi Kasus Pada Petani Padi Kecamatan Bantul, Kabupaten Bantul)

Telah memenuhi syarat untuk diajukan pada ujian akhir tingkat Sarjana pada Fakultas Agama Islam Prodi Ekonomi dan Perbankan Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Bersama ini saya sampaikan naskah skripsi tersebut, dengan harapan dapat di terima dan segera dimunaqasyahkan.

Atas perhatiannya diucapkan terimakasih.

Wassalamu 'alaikum wr. wb.

Pembimbing

-iii

r

,[\\

r \

... Mセᄋ@

•.


(19)

PROD UK PEMBIA Y AAN SEKTOR PERTANIAN DI LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH

(Studi .Kasus Pada Petani P adi K ecamatan Bantul, .Kabupaten Bantul)

Yang dipersiapkan dan disusun oleh:

Nama Mahasiswa Anggit Sadewa

NPM 201 20730199

Telah dimunaqasyahkan di depao Sidang Munaqasah Prodi Muamalat Konsentrasi E konorni dan Perbankan Islam_pada tanggal 24 Agustus 20 16 dan dinyatakan

-Ketua Sidang Pembimbing Penguji

Siaang d・ キセ ョ@ セ オョ。ア。ウ 。 ィ@ Dyah Pikanti Dwiwanti, S.E, ·MM M.Sobar, S.E I, M.Sc

Satria lJtama, S.E.I., M.E.I

Yogyakarta, 24 Agustus 20 I 6 Fakultas Agama Islam

Zainudip,t;f\J.Si : .. :·;;,(': .,


(20)

Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama Mahasiswa

Nomor Mahasiswa Program Studi Judul Skripsi

: Anggit Sadewa : 20120730199

: Ekonomi dan Perbankan Islam

: Analisis Preferensi Petani Dalam Menggunakan Produk Pembiayaan Sektor Pertanian Di Lembaga Keuangan Syariah (Studi Kasus Pada Petani Padi Kecamatan Bantul, Kabupaten Bantul)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini merupakan karya saya sendiri dan belum pemah oiajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya dalam skripsi ini tidak terdapaf karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

セ@

YA

Yogyakarta, 24 Agustus 2016 (Anggit Sadewa)

NPM : 20120730199


(21)

xviii

DI LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH

(Studi Kasus Pada Petani Padi Kecamatan Bantul, Kabupaten Bantul)

Oleh : Anggit Sadewa NIM : 20120730199

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui preferensi petani Kecamatan Bantul dalam menggunakan produk pembiayaan sektor pertanian di Lembaga Keuangan Syariah dengan indikator pengetahuan dan kepercayaan sebagai pembentuk preferensi dan sikap petani. Pentingnya penelitian ini dikarenakan keterbatasan modal masih menjadi permasalahan yang dihadapi oleh petani dan kebutuhan modal usaha tani akan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya harga input pertanian seperti teknologi, benih, pupuk, dan obat-obatan. Sumber modal untuk usaha petani terdiri atas modal sendiri dan modal dari luar. Namun kredit atau modal dari luar yang selama ini diberikan oleh Pemerintah maupun Lembaga Keuangan Konvensional ternyata tidak membawa perubahan bagi peningkatan kesejahteraan petani. Salah satu solusi bagi permasalahan sistem pembiayaan tersebut adalah sistem pembiayaan syariah. Untuk itu diperlukan penelitian mengenai bagaimana preferensi petani dalam menggunakan produk pembiayaan sektor pertanian di Lembaga Keuangan Syariah. Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis deskriptif, dengan pengambilan sampel menggunakan kuota sampling sebanyak 60 responden. Data dikumpulkan dengan angket kuisoner dan wawancara kemudian hasil data tersebut di deskripsikan dan ditarik kesimpulan. Hasilnya menunjukan bahwa pengetahuan dan kepercayaan menjadi pembentuk preferensi dan sikap petani Kecamatan Bantul dalam menggunakan produk pembiayaan di Lembaga Keuangan Syariah, sebanyak 83% responden memilih akan menggunakan produk pembiayaan di LKS dan didukung dan didukung dengan ketertarikan petani akan menggunakan produk pembiayaan di LKS sebanyak 67% setelah mengetahui informasi produk pembiayaan sektor pertanian tersebut.

Kata Kunci : Preferensi, Produk Pembiayaan Sektor Pertanian, Pengetahuan, Kepercayaan


(22)

xix

INSTITUTIONS SYARIAH

(Case Study the Farmers Rice Kecamatan Bantul Kabupaten Bantul)

By : Anggit Sadewa Student No : 20120730199

This study aims to determine the preferences of farmers in the District of Bantul in using agricultural sector financing products in Islamic Financial Institutions with the knowledge and confidence indicators as the forming preferences and attitudes of farmers. The importance of this study is due to the lack of capital which remains a problem faced by farmers and agricultural business capital needs will increase along with rising prices of agricultural inputs such as technology, seeds, fertilizers and drugs. The sources of capital for inputs consisted of farmers own capital and the external capital. However the credit or external capital that have been gived by the Government and Conventional Financial Institutions did not bring changes for improving the welfare of farmers. One solution to the problem of the financing in Islamic Financial institusions. This research used descriptive analysis approach, by sampling technique using quota sampling with 60 respondents. Data were collected by questionnaire and interview then the result are described and the conclutions are drawn.the result show that the knowledge and confidence become the forming preferences and attitudes of farmers in the districtof Bantul in using financial products in Sharia Financing Institution. As much as 83% of respondents chose to use the financing product in Sharia Financing Institution and supported by the interest, farmers will use the financing products in Sharia Financing Institutionas mani 67% after knowing the information about agricultural sector financing products.

Keywors : Preferences, Agricultural Financing Products, Knowledge, Trust


(23)

1

BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian nasional. Peran strategis pertanian tersebut digambarkan melalui kontribusi yang nyata pada penyediaan bahan pangan, bahan baku industri, pakan dan bioenergi, penyerap tenaga kerja, sumber devisa negara, sumber pendapatan, serta pelestarian lingkungan melalui praktek usahatani yang ramah lingkungan. (Kementrian Pertanian, 2009).

Luasnya lahan pertanian Indonesia menjadikan sebagian besar masyarakat terutama di daerah pedesaan mengandalkan pertanian sebagai usaha utama pemenuhan kebutuhan hidup. Berdasarkan data BPS Agustus 2014 menunjukan sebanyak 39,9 juta orang Indonesia bekerja sebagai petani dari total penduduk yang bekerja sebanyak 116,3 juta orang, disusul Sektor Perdagangan sebesar 25,3 juta orang dan Sektor Jasa Kemasyarakatan sebesar 18,4 juta orang. Adapun keadaan angkatan kerja Indonesia tiga tahun terakhir ditunjukkan pada tabel berikut :


(24)

Tabel 1.1 Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama, 2014 (juta orang)

S

Sumber : Badan Pusat Statistik 2014

Dari data di atas menunjukkan bahwa sektor pertanian paling dominan dan sektor ekonomi yang paling banyak menyerap tenaga kerja dari tahun 2014.

Dengan melihat luasnya lahan pertanian di Indonesia dan banyaknya tenaga kerja yang bekerja sebagai petani, disisi lain munculah masalah dalam sektor permodalan petani. Untuk meningkatkan hasil poduksi, petani membutuhkan modal yang besar supaya dapat menggunakan teknologi usaha tani yang optimal. Namun teknologi yang memerlukan biaya relatif mahal sehingga petani tidak mampu untuk membiayai teknologi tersebut. Akibatnya dengan pemanfaatan teknologi yang sangat rendah mempengaruhi produktifitas petani itu sendiri.

No. Lapangan Pekerjaan Utama 2014

Februari Agustus

1 Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan

40 833 052 38 973 033 2 Pertambangan dan Penggalian 1 623 109 1 436 370

3 Industri 15 390 188 15 254

674

4 Listrik, Gas dan Air 308 588 289 193

5 Konstruksi 7 211 967 7 280 086

6 Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi

25 809 269 24 829 734 7 Transportasi, Pergudangan dan

Komunikasi

5 324 105 5 113 188 8 Lembaga Keuangan, Real Estate, Usaha

Persewaan dan Jasa Perusahaan

3 193 357 3 031 038 9 Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan

Perorangan

18 476 287 18 420 710

10 Lainnya - -

Total 118 169

922

114 628 026


(25)

Modal merupakan salah satu faktor poduksi yang sangat penting keberadaanya dalam usahatani padi. Keterbatasan modal masih menjadi permasalahan yang sering dihadapi oleh rumah tangga petani dan kebutuhan modal usaha tani akan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya harga input pertanian seperti teknologi, benih, pupuk, dan obat-obatan. Sumber modal untuk usaha petani terdiri atas modal sendiri dan modal dari luar (kredit). Kredit yang selama ini diberikan oleh pemerintah maupun lembaga keuangan konvensional seperti Kredit Usahatani (KUT), Kredit Usaha Rakyat (KUR), Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E), Kredit Usaha Mikro dan Kecil (KUMK), Program Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL) dan sebagainya ternyata tidak membawa perubahan bagi peningkatan kesejahteraan petani. Hal ini ditunjukkan dengan masih banyaknya petani yang tidak dapat melunasi kredit tersebut akibat penerapan bunga yang tinggi dan lemahnya akses permodalan petani (Anonim 2005).

Berbagai kelemahan dalam sistem kredit yang telah dilakukan oleh pemerintah maupun lembaga keuangan selama ini seharusnya dapat dievaluasi dan dicari alternatif pembiayaan lain yang lebih sesuai untuk digunakan pada sektor pertanian. Sistem kredit atau pembiayaan yang ditawarkan oleh lembaga keuangan maupun pemerintah harus disesuaikan dengan karakteristik khas yang dimiliki oleh sektor pertanian.


(26)

Salah satu solusi bagi permasalahan sistem pembiayaan tersebut adalah sistem pembiayaan syariah. Konsep pembiayaan syariah yang fleksibel terutama pada pembagian keuntungan maupun kerugian (profit and loss sharing) dalam berusaha (Sutawi 2008). Selain itu praktik bagi hasil sebenarnya sudah sejak lama diterapkan oleh para petaniseperti sistem paron. Hal ini menjadikan penerapan prinsip pembiayaan syariah pada sektor pertanian nampaknya bukanlah menjadi hal yang menyulitkan petani, Namun memberikan keuntungan yang lebih besar bagi mereka dan keadilan yang lebih merata bagi semua pihak yang terlibat. Menurut data Bank Indonesia 2014 :

Tabel 1.2 Pembiayaan- Bank Perkreditan Rakyat Syariah berdasarkan Sektor Ekonomi tahun 2009-2015 (Juta Rupiah)

SEKTOR EKONOMI

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

Pertanian, kehutanan dan sarana pertanian

54.486 107.129 223.986 351.191 389.336 326.330 369.249

Sumber: Bank Indonesia 2015

Tabel 1.3 Pembiayaan - Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah berdasarkan Sektor Ekonomitahun 2009-2015 (Miliyar Rupiah)

Sumber: Bank Indonesia 2015

SEKTOR EKONOMI

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Pertanian,

kehutanan dan sarana pertanian


(27)

Dari tabel 1.2 dan 1.3 diatas menunjukan bahwa perkembangan pembiayaan yang diberikan oleh BUS, UUS dan BPRS terhadapberbagai sektor ekonomi di Indonesia. Jumlah pembiayaan yangdisalurkan BUS, UUS dan BPRS semakin meningkat dari tahun 2009 sampai tahun 2015. Pembiayaan yang diberikan BUS dan UUS pada petani akhir tahun 2009 berjumlah Rp 1.331 M dan pada tahun 2015 telah menjadi Rp 7.728 M sedangkan pembiayaan yang dibeikan BPRS pada tahun 2009 Rp 54.486 juta dan pada tahun 2015 telah mencapai Rp 369.249 juta.

Akan tetapi pembiayaan BUS, UUS dan BPRS di sektor pertanian memiliki presentase relatif kecil dari total pembiayaan yang diberikan. Padahal lembaga keuangan syariah seharusnya ikut bertanggung jawab dalam mensejahterakan petani dengan menyalurkan dana melalui pembiayaan atau kredit.

Preferensi menurut KBBI adalah pengutamaan, lebih disukai, selera atau pilihan-pilihan diantara banyak pilihan alternatif. Dengan kata lain preferensi dapat diartikan sebagai pilihan-pilihan yang dibuat seseorang atas produk atau layanan jasa yang digunakan. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005: 894). Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Wibisana dkk (1999) di Jawa Timur secara sederhana memberikan gambaran tentang perilaku dan preferensi masyarakat terhadap bank syariah. Terdapat keberagaman preferensi masyarakat terhadap bank syariah dan dapat diketahui bahwa ada indikasi bahwa masyarakat belum memahami keberadaan bank syariah.


(28)

Penelitian tentang Potensi, Preferensi, dan Perilaku Masyarakat terhadap Bank Syariah tahun 2000 lalu mengungkapkan banyak hal, penelitian yang dilakukan oleh Bank Indonesia berkerja sama dengan beberapa Lembaga Penelitian Universitas Negeri di Pulau Jawa menunjukan bahwa kualitas pelayanan dan kedekatan lokasi bank dari pusat kegiatan merupakan faktor dominan yang mempengaruhi preferensi masyarakat Jawa Timur untuk menggunakan jasa bank syariah. Untuk mengetahui suatu produk maka idealnya seseorang akan memperhitungkan alasan menggunakan suatu produk atau layanan jasa tersebut. Preferensi petani dalam menggunakan produk pembiayaan Lembaga Keuangan Syariah dapat diukur dari beberapa indikator, diantaranya adalah faktor pengetahuan, faktor kepercayaan.

Pengetahuan berhubungan erat dengan keputusan penerimaan produk perbankan syariah. Dalam tahap ini biasanya seseorang akan mencari informasi dan membandingkan suatu produk. Keyakinan terhadap sesuatu mendorong seseorang untuk mencoba produk tersebut. Proses ini sangat penting karena menentukan seseorang menerima atau menolak produk itu. Kepercayaan merupakan salah satu dimensi dari reationship marketing untuk menentukan sejauh mana yang dirasakan suatu pihak mengenai integritas dan janji yang ditawarkan pihak lain. Kepercayaan terhadap merk produk atau layanan terbentuk dari pengalaman masa lalu dan interaksi sebelumnya. Suatu pengalaman konsumsi dapat didefinisikan


(29)

sebagai kesadaran dan perasaan yang dialami konsumen selama pemakaian produk dan jasa (Sunarto, 2006: 236)

Menurut Badan Pusat Statistik pada tahun 2014 luas lahan pertanian sawah di Daerah Istimewa Yogyakarta adalah 56.327 Hektar. Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki 5 kabupaten dengan luas lahan pertanian sawah yang berbeda-beda Kulonprogo 10.297 Hektar, Bantul 15.471 Hektar, Gunungkidul 7.865 Hektar, Sleman 22.623 Hektar, dan Yogyakarta 71 Hektar. Kecamatan Bantul, merupakan bagian dari wilayah teritorial Kabupaten Bantul dan sekaligus menjadi wilayah Ibu Kota Kabupaten Bantul. Kecamatan ini memiliki luas wilayah 2.251,5400 Ha dan dihuni oleh ± 13.987 KK, yang terdiri dari 5 desa yaitu Desa Bantul, Trirenggo, Palbapang, Sabdodadi, dan Desa Ringinharjo (Bantulkab.go.id, 2014)

Kecamatan Bantul memiliki lahan pertanian mencapai 1051 Hektar. Sebagian besar masyarakat Kecamatan Bantul berkerja sebagai petani dan pengembangan potensi pertanian di Kecamatan Bantul memerlukan permodalan yang cukup besar.Kecamatan Bantul terdapat 9 lembaga keuangan syariah, terdiri dari 4 BMT yaitu BMT Projo Arta Sejahtera, BMT Tamziz, BMT Al-Iklhas, BMT Mitra Lohjinawi. Selain itu ada 5 Bank Syariah yaitu Bank BRI Syariah, Bank Syariah Mandiri, Bank Perkreditan Rakyat Syariah BDW, Bank Muamalat, dan Bank BNI Syariah.

Dengan kehadiran lembaga keuangan syariah di Kecamatan Bantul diharapkan mampu menanggulangi masalah pemodalan yang dialami oleh petani di Kecamatan Bantul karena konsep pembiayaan syariah yang


(30)

fleksibel terutama pada pembagian keuntungan maupun kerugian (profit and loss sharing) dalam berusaha. Selain itu praktik bagi hasil sebenarnya sudah sejak lama diterapkan oleh para petani Kecamatan Bantul seperti sistem paron. Hal ini menjadikan penerapan prinsip pembiayaan syariah pada sektor pertanian nampaknya bukanlah menjadi hal yang menyulitkan petani. Selain itu dengan adanya BMT yang merupakan lembaga keuangan mikro syariah yang fokus terhadap pengembangan usaha mikro sehingga sesuai dengan karakteristik usaha di sektor pertanian bisa menjadi salah satu solusi permasalahan tersebut.

Namun perkembangan LKS di Kecamatan Bantul tersebut tidak diikuti dengan peningkatan pembiayaan ke sektor pertanian. Pembiayaan yang dapat dijangkau oleh petani tersebut masih sangat sedikit. Padahal dengan melihat kondisi tersebut seharusnya LKS dapat memanfaatkan potensi pembiayaan dan petani pun seharusnya bisa memenjangkau pembiayaan tersebut. Sehingga hal tersebut perlu dikaji secara mendalam karena peneliti ingin mengetahui lebih dalam bagaimana pengetahuan, preferensi dan minat petani padi terhadap lembaga keuangan syariah di Kecamatan Bantul. Dari permasalahan diatas, penulis tertarik untuk menulis

judul “ANALISIS PREFERENSI PETANI DALAM MENGGUNAKAN

PRODUK PEMBIAYAAN SEKTOR PERTANIAN DI LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH (Studi Kasus Pada Petani Padi Kecamatan Bantul, Kabupaten Bantul)”


(31)

B. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Batasan Masalah

Dari uraian yang dipaparkan di atas melihat luasnya ruang lingkup pertanian, maka perlu adanya batasan masalah agar lebih terarah dan tidak terlalu meluas. Penulis memfokuskan penelitian pada aspekanalisis faktor-faktor yang mempengaruhi preferensipetani padi dalam menggunakan produk pembiayaan sektor pertanian pada lembaga keuangan syariahdi Kecamatan Bantul.

2. Rumusan Masalah :

a. Bagaimana pengetahuan petani tentang lembaga keuangan syariah di Kecamatan Bantul?

b. Bagaimana preferensi petani dalam menggunkan produk pembiayaan sektor perrtanian pada lembaga keuangan syariah di Kecamatan Bantul?

c. Bagaimana ketertarikan petani setelah mengetahui informasi tentang produk pembiayaan sektor pertanian pada lembaga keuagan syariah di Kecamatan Bantul ?


(32)

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan petani terhadap lembaga keuangan syariah di Kecamatan Bantul

2. Untuk mengetahui peferensi petani dalam menggunakan produk pembiayaan sektor pertanian pada lembaga keuangan syariah di Kecamatan Bantul.

3. Untuk mengetahui ketertarikan petani setelah mengetahui informasi tentang produk pembiayaan sektor pertanian pada lembaga keuangan syariah di Kecamatan Bantul

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis yaitu menambah wawasan tentang preferensi dan minat petani padi lembaga keuangan syariah, yang mana dapat digunakan sebagai rujukan dalam mengerjakan tugas atau skripsi lain.

2. Manfaat akademis, memberikan masukan kepada akademisi untuk pengembangan pola pikir terhadap kegiatan ekonomi pertanian secara Islami.

3. Manfaat praktis, memberi masukan dan informasi kepada pihak lembaga keuangan syariah untuk meningkatkan strategi khususnya pembiayaan pada sektor petanian/produktif yang


(33)

dilakukan lembaga keuangan syariah agar masyarakat lebih mengenal dan menggunakan jasa lembaga keuangan syariah.

4. Manfaat bagi penulis, menambah pengetahuan, pengalaman di lapangan dan pembelajaran pengembangan diri dan untuk memenuhi tugas akhir kuliah.

E. Tinjauan Pustaka

Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang terkait dengan “ sikap dan preferensi petani padi dalam menggunakan produk pembiayaan pada lembaga keuangan syariah di Kecamatan Bantul”, di antaranya adalah:

1. Penelitian Dewi Andriani dan Azuar Juliandi (2008) yang berjudul “Preferensi Masyarakat Kota Medan Terhadap Bank Syariah”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan masyarakat Medan terhadap bank syariah, mengetahui sikap masyarakat Medan terhadap perbankan syariah, menganalisis hubungan pengetahuan dengan keputusan penerimaan terhadap perbankan syariah, menganalisis hubungan sikap dengan keputusan penerimaan terhadap bank syariah, menganalisis hubungan pengetahuan dan sikap dengan keputusan penerimaan terhadap bank syariah. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif deskriptif yakni menggunakan korelasi sederhana dan berganda. Data yang diperoleh dengan menggunakan kuisoner dan wawancara terstruktur.


(34)

Hasil penelitian ini adalah pengetehuan masyarakat medan terhadap perbankan syarriah cukup baik, dengan nilai rata-rata 62,60 persen untuk jawaban ya, dan 37,40 persen untuk jawaban tidak. Sikap masyarakat Medan terhadap perbankan syariah cukup baik, dengan nilai rata-rata 70,14 persen untuk jawaban ya, dan 29,86 persen untuk jawaban tidak. Ada hubungan positif dan signifikan pengetahuan dengan keputusan penerimaan terhadap perbankan syariah, dengan nilai korelasi (r) 0,314, koefisien determinasi (r2)

0,099; dan probabilitas (sig) 0,01<0,05. Ada hubungan positif dan signifikan sikap dengan keputusan penerimaan terhadap perbankan syariah, dengan nilai korelasi (r) 0,450, koefisien determinasi (r2)

0,203; dan probabilitas (sig) 0,00<0,05. Ada hubungan positif dan signifikan pengetahuan dan sikap dengan keputusan penerimaan terhadap perbankan syariah, dengan nilai korelasi (r) 0,457; koefisien determinasi (r2) 0,209; dan probabilitas (sig) 0,00<0,05.

2. Penelitian Ajen Mukarom (2009) Insititut Pertanian Bogor meneliti tentang “Analisis Persepsi Petani Terhadap Lembaga Keuangan Syariah (Studi Kasus di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor)“. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis sumber-sumber pembiayaan yang selama ini dimanfaatkan petani dalam subsistem onfarm di Kecamatan Dramaga, menganalisis pengetahuan petani subsistem onfarm terhadap LKS, menganalisis persespsi masyarakat pertanian subsistem onfarm terhadap LKS. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Data yang dianalisis


(35)

berasal observasi, wawancara, dan dokumentasi. Kesimpulan dari penelitian ini adalah petani yang pernah mengajukan permohonan pembiayaan, terdiri atas lembaga keuangan non formal dan lembaga keuangan formal akan tetapi tidak ada satupun petani yang pernah mengakses ke lembaga keuangan syariah. Persepsi petani terhadap LKS beragam. Persepsi petani terhadap lembaga keuangan syariah mayoritas menilai kurang baik karena kurangnya pemahaman dan sosialisasi yang dilakuakan LKS.

3. Pada jurnal penelitian yang ditulis oleh Tito Rahmawati, Sutarto dan Arip Wijianto (2011) UNS yang berjudul “Sikap Petani Terhadap Lembaga Keuangan Syariah Sebagai Sumber Modal Pada Kegiatan Usahatani di Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo” Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis sikap petani, faktor-faktor pembentuk sikap, dan hubungan anatara faktor-faktor pembentuk sikap dengan sikap petani terhadap Lembaga Keuangan Syariah di Kecamatan Sukoharjo. Metode penelitian ini adalah kuantitatif deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan non formal (0,591), kedekatan lokasi (0,434), pendapatan (-0,4360), dan persepsi terhadap bunga (0,572) dengan sikap petani terhadap Lembaga Keuangan Syariah. Tidak ada hubungan signifikan antara umur, pendidikan formal, pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting,


(36)

dan media massa dengan sikap petani terhadap lembaga keuangan syariah.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Finna Putri Barna (2010) dengan judul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Preferensi Nasabah Bank Syariah(Studi Kasus pada Bank Mega Syariah KCP Panglima Polim)”. Penelitian ini ditebitkan oleh Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat tujuh faktor yang mempengaruhi preferensi nasabah untuk menggunakan produk dan jasa bank syariah. Ketujuh faktor tersebut adalah : faktor SDM, faktor syariah, faktor lokasi, faktor sikap terhadap fatwa, faktor sosial, faktor produk dan fasilitas dan faktor merek. Dari tujuh faktor tersebut, faktor SDM lebih dominan berpengaruh terhadap preferensi nasabah untuk menggunakan produk jasa bank syariah, faktor ini terdiri dari 5 indikator/variabel, yaitu : pelayanan pegawai bank yang cepat, pelayanan pegawai yang tanggap dan memuaskan, adanya kesabaran yang tinggi dari pegawai bank saat melayanani nasabah, dan Bank Mega Syariah merupakan kelompok perusahan PARA Group yang reputasinya cukup baik. 5. Penelitian yang dilakukan Dieshera Rama Putri (2015) yang berjudul

“Analisis Pengaruh Kepercayaan, Persepsi Kemudahan, Risiko

Terhadap Minat Nasabah Dalam Menggunakan Layanan e-banking” (Studi Kasus Pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Yogyakarta). Hasil Penelitian Ini menunjukan bahwa kepercayaan berpengaruh


(37)

positif signifikan terhadap minat nasabah Bank Mandiri Syariah Cabang Yogyakarta dalam menggunakan layanan e-banking, kemudahan berpengaruh positif signifikan terhadap minat nasabah Bank Syariah Mandiri Cabang Yogyakarta dalam menggunakan layanan e-banking, risiko berpengaruh negatif signifikan terhadap minat nasabah Bank Syariah Mandiri Cabang Yogyakarta dalam menggunakan layanane-banking.

Tabel 1.4 Penelitian Terdahulu

No Peneliti dan Judul

Kesimpulan

1 Dieshera Rama Putri (2015) yang berjudul “Analisis Pengaruh Kepercayaan, Persepsi Kemudahan, Risiko Terhadap Minat Nasabah Dalam Menggunakan

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Data yang dianalisis berasal observasi,wawancara.Hasil Penelitian Ini menunjukan kepercayaan berpengaruh positif signifikan terhadap minat nasabah Bank Mandiri Syariah Cabang Yogyakarta dalam menggunakan layanan e-banking, kemudahan berpengaruh positif signifikan terhadap minat nasabah Bank Syariah Mandiri Cabang Yogyakarta dalam menggunakan layanan e-banking, risiko berpengaruh negatif


(38)

Layanan e-banking

Syariah Mandiri Cabang Yogyakarta dalam menggunakanlayanan e-banking.

2 Tito Rahmawati, Sutarto dan Arip Wijianto (2011) UNS yang berjudul “Sikap Petani Terhadap Lembaga Keuangan Syariah Sebagai Sumber Modal Pada Kegiatan Usahatani di Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo

Penelitian ini menggunakan metode

kuantitataif deskriptif. Data yang dianalisis berasal observasi,wawancara .Terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan non formal (0,591), kedekatan lokasi (0,434), pendapatan (-0,4360, dan persepsi terhadap bunga (0,572) dengan sikap petani terhadap Lembaga Keuangan Syariah. Tidak ada hubungan signifikan antara umur, pendidikan formal, pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting, dan media massa dengan sikap petani terhadap lembaga

keuangan syariah

3 Finna Putri Barna (2010) dengan judul “Preferensi Nasabah Bank

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Data yang dianalisis berasal observasi, wawancara, dan dokumentasi Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat tujuh faktor yang mempengaruhi


(39)

Syariah (Studi Kasus pada Bank Mega Syariah KCP Panglima Polim)”.

preferensi nasabah untuk menggunakan produk dan jasa bank syariah. Ketujuh faktor tersebut adalah : faktor SDM, faktor syariah, faktor lokasi, faktor sikap terhadap fatwa, faktor sosial, faktor produk dan fasilitas dan faktor merek. Dari tujuh faktor tersebut, faktor SDM lebih dominan berpengaruh terhadap preferensi nasabah untuk menggunakan produk jasa bank syariah 4 Ajen Mukarom

(2009) ITB meneliti tentang “Analisis Persepsi Petani Terhadap Lembaga Keuangan Syariah (Studi Kasus di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor)

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Data yang dianalisis berasal observasi, wawancara, dan dokumentasi. Petani yang pernah mengajukan permohonan pembiayaan, terdiri atas lembaga keuangan non formal dan lembaga keuangan formal akan tetapi tidak ada satupun petani yang pernah mengakses ke lembaga keuangan syariah. Persepsi petani terhadap LKS beragam. Persepsi petani terhadap lembaga keuangan syariah mayoritas menilai kurang baik karena kurangnya pemahaman dan sosialisasi yang dilakuakn LKS


(40)

P

Penelitian yang akan dilakukan penulis ini berbeda dengan penelitian sebelumnya. Dalam penelitian ini akan digunakan metode deskriptif kualitatif dengan objek dan subjek yang berbeda dari penelitian sebelumnya. Dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman, preferensi petani dalam menggunakan pembiayaan di LKS. Keunggulan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah

5 Penelitian Dewi Andriani dan Azuar Juliandi (2008) yang berjudul “Preferensi Masyarakat Kota Medan Terhadap Bank Syariah”.

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif deskriptif yakni menggunakan korelasi sederhana dan berganda. Data yang diperoleh dengan menggunakan kuisoner dan wawancara terstruktur.

Hasil penelitian ini adalah pengetehuan masyarakat medan terhadap perbankan syarriah cukup baik, Sikap masyarakat Medan terhadap perbankan syariah cukup baik. Ada hubungan positif dan signifikan pengetahuan dengan keputusan penerimaan terhadap perbankan syariah, Ada hubungan positif dan signifikan sikap dengan keputusan penerimaan terhadap perbankan syariah, Ada hubungan positif dan signifikan pengetahuan dan sikap dengan keputusan penerimaan terhadap perbankan syariah.


(41)

penelitian ini tidak hanya bertujuan untuk mengetahui preferensi petani dalam menggunakan produk pembiayaan sektor pertanian di LKS namun penelitian ini juga akan mengungkapkan sejauh mana pengetahuan petani dan ketertarikan petani terhadap produk pembiayaan di LKS.

F. Kerangka Teori

1. Lembaga Keuangan Syariah

a. Struktur sistem Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia terdiri atas Bank Umun Syariah, Unit Usaha Syariah, Bank Pembiayaan Rakyat Syariah, dan BMT. Penjelasannya adalah sebagai berikut :

1) Bank Umum Syariah (BUS) adalah bank syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

2) Unit Usaha Syariah (UUS) adalah unit kerja dari kantor pusat bank umum konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor atau unit yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah. UUS berada satu tingkat di bawah direksi bank umum konvensional =yang bersangkutan.

3) Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) adalah bank syariah yang dalam aktivitas operasionalnya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.


(42)

4) Baitul maal wattamwil (BMT). Baitul maal lebih mengarah pada usaha-usaha pengumpulan dana dan penyaluran dana yang non profit, seperti : zakat, infaq dan shodaqoh. Sedangkan baitul tamwil sebagai usaha pengumpulan dan penyaluran dana komersial (profit). (Suharsono, 2004:96)

2. Pembiayaan atau Penyaluran Dana a. Pengertian

Berdasarkan PBI No. 13/13/PBI/2011 tentang Penilaian Kualitas Aktiva bagi Bank Umum syariah dan Unit Usaha Syariah, pembiayaan adalah salah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa:

1) Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah

2) Transaksi sewa menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah mutahiya bittamlik.

3) Transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam dan istisna

4) Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qard 5) Transaksi sewa menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk


(43)

Allah berfirman :

ْاوقتا ًةفعاضمًافاعض ابرلااولكأتااونم ني لاا ي اي

ْ وحلفت كلعل للا

.

ْنيرفاكللتدعأيتلا انلااوقتا

Artinya :

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan. Peliharalah dirimu dari api neraka, yang disediakan untuk orang-orang yang kafir.” (Qs. Ali Imron [3]: 130)

Selain itu Syafi’i Antonio (2001:160) mengemukakan menurut sifat penggunaanya, pembiayaan dapat dibagi menjadi dua hal berikut:

a) Pembiayaan produktif, yaitu pembiayaan yang ditunjukan untuk memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan usaha baik usaha produksi, perdagangan maupun investasi.

b) Pembiayaan Konsumtif, yaitu pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, yang akan habis digunakan untuk memenuhi kebutuhan.

b. Jenis Pembiayaaan

1) Pembiayaan Bagi Hasil

a) Pembiayaan Mudharabah, adalah pembiayaan seluruh kebutuhan modal pada suatu usaha untuk jangka waktu terbatas sesuai kesepakatan. Hasil usaha ini dibagi antara


(44)

pemilik dana (shahibul maal) dengan pengelola usaha (mudharib) sesuai kesepakatan.Mudahrabah mutlaqah untuk kegiatan usaha yang cakupanya tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu dan dareah bisnis sesuai permintaan pemilik dana. Sedangkan mudharabah muqayyadah adalah untuk kegiatan usaha yang cakupanya dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu dan daerah bisnis sesuai permintaan pemilik dana.(Wangsawidjaja, 2012: 192)

b) Pembiayaan Musyarakah, adalah kerjasama di antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu yang masing-masing pihak memberikan porsi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan akan dibagi sesuai dengan kesepakatan, dan kerugian ditanggung sesuai dengan porsi dana masing-masing. Pembiayaan ini nasabah betindak sebagai pengelola usaha dan bank sebagai mitra usaha dapat ikut serta dalam pengelolaan usaha.(Wirdyaningsih, 2005: 119)

c) Al Muzara’ah, adalah kerjasama pengelolahan pertanian antara pemilik lahan penggarap, dimana pemilik lahan memberikan lahan pertanian kepada si penggarrap untuk ditanami dan dipelihara dengan imbalan bagian tertentu (presentase) dari hasil panen. Al muzara’ah seringkali


(45)

diidentikan dengan mukhabarah. Diantara keduanya terdapat sedikit perbedaan sebagai berikut.

(1) Muzara’ah : benih dari pemilik lahan (2) Mukhabarah : benih daru penggarap (Antonio, 2001: 99)

d) Al-Musaqah, adalah bentuk lebih sederhana dari muzara’ah si penggarap hanya bertanggung jawab atas penyiraman dan pemeliharaan. Sebagai imbalan, si penggarap berhak atas nisbah tertentu dari hasil panen.(Antonio, 2001: 100)

c. Prinsip Jual Beli

1) Pembiayaan Murabahah, adalah pembiayaan berupa talangan dana yang dibutuhkan nasabah untuk membeli suatu barang dengan kewajiban mengembalikan talangan tersebut seluruhnya ditambah margin keuntungan bank pada waktu jatuh tempo. Bank memperoleh margin keuntungan berupa selisih harga beli dari pemasok dengan harga jual bank kepada nasabah.

2) Pembiayaan Bai’ as-Salam, adalah akad pesanan barang yang disebutkan sifat-sifatnya yang dalam majelis itu pemesan barang menyerahkan uang seharga barang pesanan tersebut menjadi tanggungan penerima pesanan.(Sudarsono, 2004: 63)


(46)

3) Pembiayaan Bai, al-Istishna, adalah pembiayaan berupa talangan dana yang dibutuhkan nasabah untuk membeli sesuatu barang atau jasa dengan pembayaran dimuka, dicicil atau ditangguhkan. Nasabah wajib mengembalikan talangan dana tersebut ditambah margin keuntungan bank secara mencicil sampai lunas dalam jangka waktu tertentu atau tunai sesuai dengan kesepakatan.

d. Prinsip Sewa Menyewa

1) Pembiayaan Ijarah, adalah akad pemindahan hak guna atas barang dan jasa melalui pembayaran upah sewa tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri. Dalam konteks perbankan syariah, ijarah adalah lease contract dimana suatu bank atau lembaga keuangan syariah menyewakan peralatan kepada salah satu nasabahnya berdasarkan pembebanan biaya yang sudah ditentukan secara pasti sebelumnya.

2) Pembiayaan Ijarah Mutahiya Biittamlik, adalah transaksi sewa-menyewa antara pemilik objek sewa dan penyewa untuk mendapatkan imbalan atas objek sewa yang disewakanya dengan opsi perpindahan hak milik objek sewa.(Wangsawidjaja, 2012: 215)


(47)

e. Akad Pelengkap

1) Al Hiwalah, adalah memindahkan hutang dari tanggungan orang yang berhutang (muhil) menjadi tanggungan orang yang berkewajiban membayar hutang (muhal alaih)

2) Ar- Rahn, adalah menahan salah satu harta milik peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Barang yang ditahan tersebut memiliki nilai ekonomis. Dengan demikian, pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk dapat mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya. 3) Al-Qardh, adalah pemberian harta kepada orang lain yang

dapat ditagiih atau diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan.

4) Al-Wakalah, adalah pelimpahan kekuasaan oleh seorang sebagai pihak pertama kepada orang lain sebagai pihak kedua dalam hal-hal yang diwakilkan.

5) Al-Kafalah, adalah jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung. Dalam pengertian lain, kafalah juga berarti mengalihkan tanggung jawab seseoang yang dijamin dengan berpegang pada tanggung jawab orang lain sebagai jaminan.(Sudarsono, 2004: 71-77)


(48)

3. Preferensi

Preferensi konsumen didefinisikan sebagai selera subyektif (individu). Yang diukur dengan utilitas, dari bundel berbagai barang. Konsumen dipersilahkan untuk melakukan rangking terhadap bundel barang sesuai dengan tingkat utilitas yang mereka berikan kepada konsumen.

Menurut Kotler dalam Simamora (2004: 87) konsumen memproses informasi tentang produk didasarkan pada pilihan merek untuk membuat keputusan terakhir. Timbulnya pembelian suatu produk terlihat dimana konsumen mempunyai kebutuhan yang ingin dipuaskan. Konsumen akan mencari informasi tentang manfaat produk dan selnjutnya mengevaluasi atribut produk-produk tersebut. Konsumen akan memberikan bobot yang berbeda untuk setiap atribut produk sesuai dengan kepentingannya, dari sini akan menimbulkan preferensi konsumen terhadap merek yang ada. Menurut Lilien dan Kotler dalam bukunya Simamora (2004: 88) ada beberapa langkah yang harus dilalui sampai konsumen membentuk preferensi.

Pertama, diasumsikan bahwa konsumen melihat produk sebagai sekumpulan atribut. Sebagai contoh, sekaleng susu instan merupakan sekumpuan atribut yang terdiri dari rasa, kandungan gizi, harga, ukuran, dan reputasi. Konsumen yang berbeda memiliki persepsi yang berbeda tentang atribut apa yang relevan.

Kedua, tingkat kepentingan atribut berbeda beda sesuai dengan kebutuhan dan keinginan masing-masing, konsumen memiliki penekanan yang berbeda-beda dalam menilai atribut apa yang paling penting. Konsumen yang daya belinya terbatas, kemungkinan besar akan memperhitungkan atribut harga sebagai yang utama.


(49)

Ketiga, konsumen mengembangkan sejumlah kepercayaan tentang letak produk pada setiap atribut. Sejumlah kepercayaan mengenai merek tertentu disebut kesan merek.

Keempat, tingkat kepuasan konsumen terhadap produk akan beragam sesuai dengan perbedaan atribut. Misalnya, seseorang menginginkan besarnya gambar televisi. Maka kepuasan tertinggi akan diperoleh dari televisi paling besar dan kepuasan terendah dari televisi paling kecil. Dengan kata lain, semakin besar ukuran televisi, maka kepuasan juga semakin besar.

Kelima, konsumen akan sampai pada sikap terhadap merek yang berbeda melalui prosedur evaluasi. Proses evaluasi yang dimaksud adalah aturan kompensasi dan bukan kompensasi.

Preferensi konsumen berhubungan erat dengan permasalahan penetapan pilihan sikap dasar yang digunakan untuk menerangkan pilihan, menentukan tingkah laku individu dalam masalah penetapan pilihan. Hubungan preferensi seperti dikutip Adiwarman Karim (2003) menyatakan pilihan rasional biasanya diasumsikan memiliki tiga sifat dasar yang mengasumsikan tiap orang dapat membuat atau menyusun semua rangking, kondisi atau situasi mulai dari yang paling disukai hingga yang paling tidak disukai, yaitu:

a. Kelengkapan (completeness)

Jika A dan B adalah dua kondisi, maka tiap orang harus bisa menspesifikasikan; A lebih disukai daripada B, atau sebaliknya, atau sama-sama disukai.

b. Transitivitas (transivity)

Jika seseorang mengatakan bahwa dia lebih suka A daripada B, dan B lebih disukai daripada C, maka dia harus menyukai A daripada C.

c. Kontinutias (continuity)

Jika seseorang mengatakan A lebih disukai daripada B, maka situasi yang mirip dengan A harus lebih disukai daripada B.


(50)

Masing-masing kondisi atau situasi tersebut memberikan pengaruh yang berbeda-beda kepada seorang dalam mengonsumsi produk. Setelah mengenal seseorang mulai menimbang baik buruk untung rugi melakukan sesuatu atau memanfaatkan produk. Dalam tahap ini biasanya seseorang akan mencari informasi dan membandingkan suatu produk. Keyakinan terhadap sesuatu mendorong seseorang untuk mencoba produk tersebut. Proses ini sangat penting karena menentukan seseorang menerima atau menolak produk itu.

4. Karakteristik Nasabah Lembaga Keuangan / Perbankan

Woodruff (1997) mendefinisikan nilai pelanggan sebagai preferensi dan evaluasi nasabah terhadap atribut produk, kinerja atribut, dan konsekuensi yang didapatkan dari pemakaian produk yang mefasilitasi atau menghambat pencapaian tujuan dan sasaran nasabah dalam situasi pemakaian. Oleh karena itu nilai pelanggan merupakan sebuah rasio dari manfaat yang didapat oleh nasabah dengan melakukan pengorbanan. Perwujudan pengorbanan yang dilakukan oleh pelanggan sejalan dengan proses pertukaran adalah biaya transaksi, dan resiko untuk mendapatkan produk perbankan yang ditawarkan. Nilai pelanggan merupakan salah satu konsep pemasaran dalam membantu suatu produk untuk selangkah lebih maju dibanding dengan pesaing. Oleh karena itu perusahaan diharapkan dapat mempelajari nilai pelanggan untuk memahami penyebab dan akibat dari nilai pelanggan, yang pada akhirnya akan menjadi hal yang


(51)

penting bagi perusahaan untuk selalu mendeteksi serta memperbaiki kesalahan dengan cepat (Simamora, 2007). Perusahaan perbankan diharapkan menanamkan nilai-nilai kepercayaan nasabah sehingga nasabah memiliki cara pandang dan persepsi positif terhadap perusahaan. Namun persepsi itu sendiri dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dimiliki oleh nasabah.

Butz & Goodstein (1996) menegaskan bahwa nilai pelanggan adalah ikatan emosional yang terjalin antara nasabah dan perusahaan setelah nasabah menggunakan produk barang atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan perbankan tersebut dan mendapati bahwa produk tersebut memberikan nilai tambah. Woodall (2003) menjelaskan bahwa nilai untuk Pelanggan atau 5 Value for the Customer mencerminkan customer value itu sendiri, dimana menjelaskan mengenai apa yang diterima oleh konsumen dan juga apa yang dapat diberikan oleh konsumen. Selain itu diijelaskan pula hubungan antara kualitas, Value for the Customer (Nilai Pelanggan), kepuasan konsumen, dan pembelian ulang. Kualitas yang dirasakan konsumen akan suatu produk atau jasa akan berdampak pada pencapaian value for the customer atau acquire value for customer. Pencapaian value for the customer (VC) akan berdampak positif terhadap kepuasan konsumen, yang kemudian memberi dampak juga pada pembelian ulang dan loyalitas konsumen.


(52)

5. Faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen a. Kebudayaan

Kebudayaan merupakan faktor penentu yang paling dasar dari keinginan dan perilaku seseorang. Bila makhluk-makhluk lainnya bertindak berdasarkan naluri, maka perilaku manusia umumnya dipelajari. Seorang anak yang sedang tumbuh mendapatkan seperangkat nilai, persepsi, preferensi dan perilaku melalui suatu proses sosialisasi yang melibatkan keluarga, dan lembaga-lembaga sosial penting lainnya.(Setiadi, 2003: 11)

b. Faktor sosial

Perilaku konsumen juga dipengaruhi oleh faktor sosial seperti kelompok kecil, keluarga, peran dan status sosial dari konsumen. Faktor-faktor ini sangat mempengaruhi tanggapan konsumen, oleh karena itu pemasar harus benar-benar memperhitungkan untuk menyusun strategi pemasaran. (Simamora, 2004: 8)

c. Faktor Pribadi

Keputusan seseorang pembeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi seperti umur dan tahap daur hidup pembeli, jabatan, keadaan ekonomi, gaya hidup, kepribadian dan konsep diri pembeli yang bersangkutan. (Simamora, 2004: 10)


(53)

d. Faktor Psikologis

Pada suatu saat tertentu seseorang mempunyai banyak kebutuhan baik yang bersifat biogenik maupun biologis. Kebutuhan ini timbul dari suatu keadaan fisiologis tertentu seperti rasa lapar, haus, dan sebagainya. Sedangkan kebutuhan yang bersifat psikologis adalah kebutuhan yang timbul dari keadaan fisiologis tertentu seperti kebutuhan untuk diketahui, harga diri, atau kebutuhan untuk diterima oleh lingkungan.

Pilihan pembeli seseorang juga dipengaruhi oleh faktor psikologis yang utama, yaitu motivasi, persepsi, proses belajar, serta kepercayaan dan sikap. (Simamora, 2004: 11)

6. Perilaku Konsumen Pada Perbankan

Pengertian perilaku konsumen menurut Shiffman dan Kanuk (2000) adalah perilaku yang diperhatikan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan mengabaikan produk, jasa, atau ide yang diharapkan dapat memuaskan konsumen untuk dapat memuaskan kebutuhannya dengan mengkonsumsi produk atau jasa yang ditawarkan

Menurut Wilkie (1990), tipe perilaku konsumen dalam melakukan pembelian dikelompokkan menjadi empat berdasarkan tingkat keterlibatan pembeli dan tingkat keterlibatan diferensiasi merek, yang dijelaskan sebagai berikut :


(54)

a. Budget Allocation (Pengalokasian budget)

Pilihan konsumen terhadap suatu barang dipengaruhi oleh cara bagaimana membelanjakan atau menyimpan dana yang tersedia, kapan waktu yang tepat untuk membelanjakan uang dan apakah perlu melakukan pinjaman untuk melakukan pembelian.

b. Product Purchase or Not (Membeli produk atau tidak)

Perilaku pembelian yang menggambarkan pilihan yang dibuat oleh konsumen, berkenaan dengan tiap kategori produk atau jasa itu sendiri.

c. Store Patronage (Pemilihan tempat untuk mendapatkan produk)

Perilaku pembelian berdasarkan pilihan konsumen,

berdasarkan tempat atau di mana konsumen akan melaksanakan pembelian produk atau jasa tersebut. Misalnya, apakah lokasi bakery menjadi salah satu faktor yang menentukan konsumen dalam melakukan proses pembelian.

d. Brand and Style Decision (Keputusan atas merek dan gaya)

Pilihan konsumen untuk memutuskan secara terperinci mengenai produk apa yang sebenarnya ingin dibeli.


(55)

7. Proses Pengambilan Keputusan

Proses yang digunakan konsumen untuk mengambil keputusan membeli terdiri atas delapan tahap (Setiadi. 2003: 16) yaitu:

a. Pengenalan masalah

Proses pembelian diawali saat pembeli menyadari adanya masalah kebutuhan. Pembeli menyadari terdapat perbedaan antara kondisi sesungguhnya dengan kondisi yang diinginkannya.

b. Pencarian informasi

Seorang konsumen yang mulai timbul minatnya akan terdorong untuk mencari informasi lebih banyak. Kita dapat membedakan dua tingkat yaitu keadaan tingkat pencarian informasi yang sedang-sedang saja yang disebut perhatian yang meningkat. Proses mencari informasi secara aktif dimana ia mencari bahan-bahan bacaan, menelepon teman-temannya, dan melakukan kegiatan-kegiatan mencari untuk mempelajari lainnya. c. Evaluasi alternatif

Ada beberapa proses evaluasi keputusan. Kebanyakan model dari proses evaluasi konsumen sekarang bersifat kognitif, yaitu mereka memandang konsumen sebagai pembentuk penilaian terhadap produk terutama berdasarkan pada pertimbangan yang sadar dan rasional.


(56)

Konsumen mungkin mengembangkan seperangkat kepercayaan merek tentang dimana setiap merek berbeda pada ciri masing-masing. Kepercayaan merek menimbulkan citra merek. d. Keputusan membeli

Pada tahap evaluasi, konsumen membentuk preferensi terhadap merek-merek yang terdapat pada perangkat pilihan. Konsumen mungkin juga membentuk tujuan pembelian untuk merek yang disukai. Walaupun demikian dua faktor yang dapat mempengaruhi tujuan membali dan keputusan membeli yaitu faktor sikap orang lain dan keadaan.

e. Perilaku sesudah pembelian

Sesudah pembelian terhadap suatu produk yang dilakukan konsumen akan mengalami beberapa tingkat kepuasan atau ketidakpuasan. Konsumen tersebut juga akan terlibat dalam tindakan-tindakan sesudah pembelian dan penggunaan produk yang akan menarik minat pemasar.

f. Kepuasan sesudah pembelian

Setelah membeli suatu produk, seseorang konsumen mungkin mendeteksi adanya suatu cacat. Beberapa pembeli tidak akan menginginkan produk cacat tersebut, yang lainnya akan bersifat netral dan beberapa bahkan mungkin melihat cacat itu sebagai sesuatu yang meningkatkan nilai produk.


(57)

g. Tindakan-tidakan sesudah pembelian

Kepuasan dan ketidakpuasan pada suatu produk akan mempengaruhi tingkah laku berikutnya. Jika konsumen merasa puas, maka ia akan memperlihatkan kemungkinan yang lebih tinggi untuk membeli produk itu lagi. Konsumen yang tidak puas tersebut akan berusaha mengurangi ketidakpuasannya, karena dengan kodrat manusia “untuk menciptakan keserasian, konsistensi, dan keselarasan diantara pendapat, pengetahuan dan nilai-nilai di dalam dirinya”.

Menurut Kotler (2002), keputusan pembelian adalah tindakan dari konsumen untuk mau membeli atau tidak terhadap produk. Dari berbagai faktor yang mempengaruhi konsumen dalam melakukan pembelian suatu produk atau jasa, biasanya konsumen selalu mempertimbangkan kualitas, harga dan produk yang sudah dikenali oleh masyarakat. Sebelum konsumen memutuskan untuk membeli biasanya konsumen melalui beberapa tahap terlebih dahulu yaitu:

1) Pengenalan masalah, 2) pencarian informasi, 3) eveluasi alternatif, 4) keputusan membeli atau tidak, 5) perilaku pasca pembelian.


(58)

Preferensi Petani G. Kerangka Berfikir

Kerangka pemikiran merupakan sintesa dari serangkaian teori yang tertuang dalam tinjauan pustaka, yang pada dasarnya merupakan gambaran sistematis dari kinerja teori dalam memberikan solusi atau alternatif solusi dari serangkaian masalah yang ditetapkan (Hamid, 2007:26)

Untuk mengetahui preferensi petani dalam menggunakan produk pembiayaan di lembaga keuangan syariah penulis menggunakan 2 faktor yaitu faktor pengetahuan, faktor kepercayaan. Faktor tersebut berdasarkan pada penelitian sebelumya.

Gambar 1.1 Kerangka Berfikir Penelitian Pengetahuan:

pengetahuan bagi hasil, pengetahuan bunga, pengetahuan syariah dan pengetahuan produk, kemudahan akses, kemudahan prosedur dan persyaratan, kemudahan jaminan dan kemudahan realisasi

Produk Pembiayaan Sektor Pertanian

Kepercayaan:

kepercayaan keamanan produk, kepercayaan pelayanan, kepercayaan keunggulan dan


(59)

37

BAB II

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian lapangan (field research) dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Pendekatan kualitatif yaitu penilaian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang yang mempunyai informasi yang sesuai dengan penelitian (Moleong, et.al. 1996 : 6 dalam Adhe Negara, 2011 : 31). Pada pendekatan ini peneliti menekankan sifat realitas yang terbangun secara sosial, hubungan erat antara peneliti dan subjek yang diteliti.Selain itu penelitan ini termasuk penelitian kualitatif deskriptif yaitu peneliti berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi saat sekarang (Noor,2012:34-35).

B. Lokasi/Objek Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini di Kecamatan Bantul dengan mengambil dua tempat yaitu Desa Palbapang dan Desa Trirenggo. Alasan pemilihan dua desa tersebut berdasarkan pada jumlah petani padi lebih banyak dibandingkan dengan desa yang lain dan lokasi berdekatan dengan lembaga keuangan syariah.


(60)

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Adapun dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh petani padi Kecamatan Bantul yang belum menggunakan pembiayaan di lembaga keuangan syariah.Dengan memperhatikan keterbatasan yang dimiliki dalam penelitian ini terkait dengan waktu, pendanaan dan tenaga, maka dianggap perlu untuk mengambil sampel yang merupakan representasi dari populasi.

2. Sampel

Pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik kuota sampling, yaitu teknik menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan (Sugiyono, 2010: 122). Menurut (Sugiyono, 2010: 129) ukuran sampel yang layak untuk penelitian adalah antara 30 sampai dengan 500. Dalam penelitian ini mengacu pada pendapat Sugiyono agar dikatakan layak maka jumlah sampel yang diambil adalah sebanyak 60 dua kali lipat dari angka minimum yaitu 30. Sampel dalam penelitian ini adalah 60 petani padi di Desa Sabdodadi dan Desa Trirenggo yang memiliki lahan pertanian sendiri atau bukan petani gurem.


(61)

D. Sumber dan Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan dua jenis data yaitu:

1. Data Primer

Data primer merupakan data yang didapat secara langsung dari responden. Dalam penelitian ini data primer didapatkan dengan observasi lapangan, interview atau wawancara terstruktur dengan menggunakan kuisoner dan wawancara langsung kepada petani. 2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang didapat tidak secara langsung. Data ini diperoleh daridata yang diberikan oleh instansi, literatur-literatur atau bacaan relevan, jurnal, Badan Pusat Statistik, Laporan Kantor Kecamatan Bantul dan instansi-instansi terkait yang dapat mendukung penelitian

E. Teknik Pengumpulan Data 1. Wawancara

Wawancara yaitu teknik pengumpulan data dengan cara langsung dan bersifat lisan kepada responden dengan melakukan tanya jawab. Wawancara ditujukan kepada pihak yang bersangkutan yaitu manager, karyawan serta staf yang terkait.Tujuan yang dilakukan dengan wawancara agar memperoleh informasi yang faktual dan jelas seputar kasus yang ada pada objek dan subjek penelitian. Wawancara akan


(62)

dilakukan dengan bentuk pertanyaan-pertanyaan yang tertulis (terstruktur). Wawancara dilakukan kepada pihak petani dan pihak lembaga keuangan syariah. Wanancara mendalam dilakukan kepada beberapa ketua kelompok tani di Kecamatan Bantul agar dapat terlihat sejauh mana pengetahuan, preferensi dan ketertarikan petani dalam menggunakan produk pembiayaan sektor pertanian di LKS.

2. Kuisioner

Kuisioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan caramemberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada para responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2010: 199). Peneliti menyebarkan kuisoner yang telah dipersiapkan secara langsung kepada responden petani padi wawancara. Hal ini dimaksudkan agar dapat terlihat sejauh mana pengetahuan, preferensi dan ketertarikan petani padi dalam menggunakan produk pembiayaan pada lembaga keuangan syariah tersebut.

F. Variabel Penelitian

Sugiyono, (2010: 58) mendefinisikan variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.


(63)

Dalam penelitian ini digunakan variabel yaitu :

1. Preferensi : yang dimaksud preferensi dalam penelitian ini adalah perkiraan ketertarikan petani padi dalam menggunakan produk pembiayaan sektor pertanian di lembaga keuangan syariah. Indikator yang digunakan dalam pengukuran ada 2, yaitu :

a) Faktor Pengetahuan : Lembaga keuangan syariah berlandaskan hukum-hukum Islam, lembaga keuangan syariah mempunyai sistem bagi hasil, lembaga keuangan syariah dilandasi oleh prinsip keadilan, lembaga keuangan syariah terhindar dari unsur riba (bunga), kemudahan dalam mengakses produk pembiayaan di lembaga keuangan syariah, kemudahan dalam prosedur dan persyaratan yang diajukan, kemudahan dalam penyediaan jaminan, kemudahan dalam realisasi pembiayaan b) Faktor Kepercayaan : kepercayaan petani terhadap keamanan

produk pembiayaan yang digunakan, kepercayaan petani terhadap produk pembiayaaandapat memberikan manfaat untuk memenuhi kebutuhan, kepercayaan petani bahwa produk pembiayaan lembaga keuangan syariah memiliki keunggulan dibandingkan lembaga keuangan konvensional, kepercayaan petani terhadap lembaga keuangan syariah memiliki pelayanan yang profesional.


(64)

G. Metode Analisis Data

Analisis dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif menggunakan model Miles dan Huberman yang dilakukan selama di lapangan. Aktivitas dalam analisis data yaitu (Sugiyono, 2010: 430) : 1. Reduksi data/ Data Reduction

Reduksi data berarti merangkum, memilih hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting dengan mencari tema dan polanya.

2. Penyajian data/ data display

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dilakukan setelah data direduksi, kemudian disajikan baik bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Sehingga dengan adanya penyajian tersebut dapat dipahami apa yang terjadi dan apa yang harus dilakukan.

3. Penarikan kesimpulan / conclusion drawing

Pada tahap ini, kesimpulan yang ditarik bersifat sementara, dan akan berubah lagi apabila ditemukan bukti-bukti yang kuat mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.


(65)

43

A. Gambaran Objek/ Subjek Penelitian 1. Keadaan Geogafis Kecamatan Bantul

Kecamatan Bantul merupakan salah satu diantara 17 kecamatan yang terletak di Kabupaten Bantul, Provinsi Yogyakarta.Kecamatan Bantul berada di pusat pemerintahan Kabupaten Bantul sekaligus sebagai ibukota Kabupaten Bantul. Secara administratif, Kecamatan Bantul terdiri dari 5 desa, 50 pedukuhan, dan 364 RT (Rukun Tetangga) dengan luas wilayah sebesar 21,96 km². Kecamatan ini memiliki luas wilayah 2.251,5400 Ha dan dihuni oleh ± 13.987 KK, yang terdiri dari 5 desa yaitu Desa Bantul, Trirenggo, Palbapang, Sabdodadi, dan Desa Ringinharjo. Luas masing-masing desa yaitu Palbapang 5,53 km², Ringinharjo 2,77 km², Bantul 5,24 km², Trirenggo 6,10 km², Sabdodadi 2,32 km². Sentra industri kerajinan kulit Manding merupakan salah satu unggulan dari Kabupaten Bantul.Daya tarik Wisata Belanja ini terletak di Desa Sabdodadi Bantul. Banyak perajin yang meningkatkan kemampuanya dengan berbagai macam, bentuk dan inovasinya sehingga tidak mau kalah dengan industri kerajinan kulit dari wilayah lain. Bahkan, ada sebagian perajin yang telah memanfaatkan teknologi informasi untuk memasarkan produknya.

Kecamatan Bantul meupakan bagian integral dari wilayah Kabupaten Bantul. Berdasarkan posisi geogrrafisnya, Kecamatan Bantul terletak di bagian tengah (pusat) wilayah Kabupaten Bantul. Batas wilayah sebelah


(1)

Wawancara 3 (Petani)

Hari/Tannggal = Sabtu, 25 Juni 2016 Nama = Bapak Tukiman

Alamat = Serut Palbapang Bantul

Pewawancara = eee jadi pak, ee sejak kapan bapak menjadi petani? Informan = saya menjadi petani pertama sejak setelah gempa tahun 2007

Pewawancara = Trus pak kalo mau itu modal untuk bibit, pupuk, teknologi niku bapak pake modal sendiri atau pijem orang lain?

Informan = kalo pupuk sebagian bikin sendiri trus sebagian kecil 30% beli dari pabrik yang 70% nya bikin sendiri, kalo bibit saya masih 50 50 kalau musimnya musim kemarau saya pake bibit sendiri tapi kalo musim penghujan saya mesti bibitnya beli di toko musim penghujan itu

Pewawancara = berarti sejak 2007 niku belum pernah minjem uang ke siapa itu pak, ke bank atau mana?

Informan = kebetulan saya mengikuti petani sejak tahun itu ee jadi anu belum pernah minjem ke bank Pewawancara = menurut bapak lembaga keuangan syariah kayak BMT, Bank syariah itu gimana pak? Informan = aku yo cukup anu sedang berkembang yo dalam arti mendapat respon rakyat sebagian besar yo terutama masyarakat yang berpenghasilan rendah itu saya sangat mendukung itu program syariah yang diadakan sekarang ini lebih baik dari pada bank bank lainya. Yang dipentingkan bank itu kan bunganya lebih rendah begitu

Pewawancara = trus pak berarti dapet informasi tentang lembaga keuangan syariah, bank syariah dari mana pak?

Informan = saya informasinya hanya dari koran -koran, informasi dari kawan-kawan kalo malam ronda -ronda atau pertemuan -pertemuan kalo secara serius dari bank syariah saya belum pernah mendapat

Pewawancara = Jadi belum pernah datang kesini? Informan = iya iya belum belum

Pewawancara = Trus bapak itu sebenernya tertarik nggak sih pak sama produk-produk di lembaga keuangan syariah?

Informan = ee kalo produknya tertarik, kalo mengikuti dari keadaan bank syariah belum tertarik Pewawancara = nah ini misalnya pak, bapak dihadapkan 3 pilihan ada bank syariah, bank

konvensional, trus yang ketiga ee minjem ke kyak rintenir bapak lebih condong milih yang mana pak? Informan = saya lebih condong memilih konvensional yang sudah biasa, pemerintah punya. BRI, BNI itu yang lebih condong kesana.

Pewawancara = Alasanya pak?

Informan = itu apa ketepatan waktu itu bisa terjangkau, layananya juga lebih cepet, prospek untuk masa depan itu kalo ada eror itu lebih menjamin bank pemerintah


(2)

Pewawancara = berarti pak tahu nggak perbedaan bank syariah dan bank konvensional?

Informan = ooo belum belum tadi kan sudah bilang belum pernah dijelaskan bagaimana untungnya bagaimana anu

Pewawancara =Jadi belum tertarik menggunakan produk bank syariah pak? Tapi kan pak ketertarikan itu mucul apabila bapak udah tahu, percaya, tahu kemudahanya kan pak?

Informan = belum, nahh iya betul betul setuju letaknya disitu seperti sepakbola kalo sudah bermain agak biasa kemudian akan mengikuti tapi kalo belum bermain biasa yo belum tertarik.

Pewawancara = mungkin segitu dulu aja pak, makasih

Wawancara 4 (Petani)

Hari/Tannggal = Senin, 1 Juli 2016 Nama = Bari

Alamat = Sumber Batikan Trirenggo Bantul

Pewawancara = eee bapak bari sejak kapan menjadi petani? Informan =ee kurang lebih kira-kira sekitar 15 tahun

Pewawancara = eee kalo dalam menyediakan modal untuk bibit, pupuk dan tekonologi itu dari mana pak?

Informan = anu dari ee modal sendiri dan bikin sendiri, koyo pupuk kui kan iso gawe dewe le sebagian. Kalo bibit beli, kalo teknologi koyo traktor nyewo le.

Pewawancara = jadi belum nate ee pinjem ke bank pak?

Informan = belum, sejak tahun itu belum pernah minjem ke bank. wedi nek raiso baleke hahaha Pewawancara = Pak bari tahu lembaga keuangan syariah? kayak misale BMT, Bank Syariah? Informan = ya tahu, tapi tidak eee sampai mendetail

Pewawancara = Seking pundi pak angsal informasine?

Informan =eeeeyaa seko moco- moco koran, tv dan dari keluarga le Pewawancara = dereng enten pihak bank syariah e sek mriki nggeh pak?

Informan = durung, durung ono le seharuse nek menurutku seko pihak bank syariah memberikan informasi ee kyo sosialisasi neng ndeso ndeso ngeneki. Soale iseh okeh petani neng kene sek rodo kesusahan. Opo meneh neng kecamatan bantul kene sawah ki iseh jembar. Berarti petani kan yo okeh sek mbutuhke. Iki menurutku karo sakngertiku lho le.

Pewawancara = Tapi bapak percaya dengan produk lembaga kuangan syariah aman ee digunake ngeten niku?


(3)

Pewawancara = nah niki pak misale njenengan dihadapke pilihan bank syariah dan bank konvensional, ee milih pundi?

Informan = ee nek aku podo wae le, sek penting aku ngerti sek ndi sikek kui sek tak pilih. tapi iki masale

Pewawancara = nah berarti sebelum memilih menggunakan, pak bari kudu ngertos riyin, percaya dan ngertos kemudahan dan manfaat?

Informan = ya kui maksutku le. Bener bener

Pewawancara = tapi njenengan tertarik mboten kalih produk eee pembiayaan di lembaga keuangan syariah?

Informan = Eee sebenere tertarik le, soale iki mulai berkembang kyane saiki bank syariah Pewawancara = eee jadi dalam waktu dekat mau menggunakan mboten pak?

Informan = Wah yo kui durung le, ngerti wae ora kok anu opo sek neng bank syariah kok arep nganggo

Pewawancara = nggih pun pak matur nuwun

Wawancara 5 (Petani)

Hari/Tanggal = Selasa, 2 Juli 2016 Nama Informan = Sarjiyo

Alamat = Sumber Batikan Trirenggo Bantul

Pewawancara = pak sarjiyo njenengan sejak kapan menjadi petani? Informan = kurang lebih eee sekitar 20 tahun mas, sejak tahun 90an

Pewawancara =eee pak modal untuk bibit, pupuk dan tekonologi itu dari mana pak? Informan = ya dari ee modal sendiri dan bikin sendiri, kalo pupuk bikin sendiri bisa mas. Pewawancara = jadi belum pernah pinjem ke bank pak?

Informan = belum mas, belum ribet soalnya kalo berurusan sama bank. Repot nyediakae persyaratane mas

Pewawancara = Tahu lembaga keuangan syariah? kayak misalnya BMT, Bank Syariah pak? Informan = iya tahu cuma sekilas

Pewawancara = eee dari mana pak kok bisa tahu?

Informan = Dari keluarga, eee dari baca koran juga mas

Pewawancara = dereng enten pihak bank syariah e sek mriki nggeh pak?

Informan = belum, emang seharuse anu mas le masarke ki kudu istilahe rutin ngono mas ben soyo okeh sek ngerti anu bank syariah ngono kui


(4)

Pewawancara = bapak tahu perbedaan lembaga keuangan syariah dan lembaga keuangan konvensional?

Informan = nggak tahu mas, mungkin ee sesuai syariah karo ora wis ngono wae

Pewawancara = Tapi bapak percaya dengan produk yang ditawakan lembaga keuangan syariah? Informan = eee ya percaya, masalahnya kan syariah bab agama juga kan mas jadi mesti aman karo profesional

Pewawancara = Apakah njenengan tertarik pak dengan produk di bank syariah, tertarik menggunakan?

Informan = ya anu mas tertarik soale orang islam kan seharuse menggunkan produk syariah, tapi saat ini belum tahu prosedur dan syarat, ee kemudahane makanya saya belum anu opo menggunakan Pewawancara = ee berarti kesimpulanei ketertarikan itu mucul apabila bapak udah tahu, percaya, tahu kemudahanya kan pak?

Informan =ya emang kudu ngono kui mas Pewawancara = sampun pak, suwun

Wawancara 6

Hari/ Tanggal = Kamis, 16 Juni 2016

Nama = Bapak Andi Maryanto, S.E

Jabatan = Direktur BMT Projo Artha Sejahtera

Pewawancara = Sejak kapan pak BMT Pas berdiri?

Informan = Tahun 2006 trus kemudian karena gempa trus fakum, mulai operasi lagi oktober 2006, 11 tahun sampai 2016 ini sesuai badan hukumnya kita badan hukumnya koperasi geraknya ya simpan pinjam pola pola syariah. Jadi itu grand besarnya itu fatwa yang kita gunakan fatwa DSN Dewan Syariah Nasional. Aset kami ada sekitar 14 Milyar

Pewawancara =ee gini pak mungkin langsung aja ke topik utamanya, jadi disini itu perkembangan pembiayaan di sektor pertanian di BMT pas itu bagaimana pak?

Informan = Kalo sektor pertanian kita nggak banyak menggarap mas, toh pun ada itu di daerah selatan itu mas ari itu petani brambang itu lebih kepada kami memfasilitasi pembiayaan pengadaan pupuknya, bibitnya bahkan ada yang beli mesin traktornya dulu pernah ada itu. Kami lebih

menggarap pertanian hanya seputaran disitu sehingga merujuk ke fatwa Dewan Syariah kita mengunakan akadnya ya murabahah jual beli pengadaan bibit, pupuk dan mesin traktornya.


(5)

Pewawancara = Bagaimana prosedur dan regristasi dalam pembiayaan sektor pertanian?

Informan = ya kalo prosedur dan regristasi yang jelas syarat pengajuanya fotocopy ktp & KK, Akte/Surat nikah, dan jaminan

Pewawancara = Jadi disini di BMT Pas ini pernah menyampaikan akad akad atau pembiayaan bahwa sini tu bisa pembiayaan sektor pertanian gitu pak?

Informan = yaaa kalo di forum- forum umum ketika kami sosialisasi itu makanya jargon kami kan semua bisa artinya ketika apapun yang menjadi kebutuhan masyarakat sepanjang itu tidak melanggar dari syariat itu kita bisa biayai intinya itu. Kalo digatuke sama penelitian njenengan bukan sektor usaha pertanianya yang banyak kita biayai tapi mungkin latar belakang pekerjaanya, kalo dari latar belakanganya mungkin 30% mitra yang kita biayai itu backgroundnya petani. Tapi kalo dari sektor usaha pertanianya tidak. Yang saya sebutkan tadi tidak lebih dari 10% yang untuk pengadaan bibit, pupuk dan sebagainya itu.

Pewawancara = Jadi pak petani yang kesini untuk pembiayaan ke sektor pertanianya itu masih jarang nggeh pak?

Informan = Jarang

Pewawancara = Trus pak menurut bapak apa yang menjadi kendala itu apa to pak kok perkembangan pembiayaan sektor petanian ini kayaknya kan terutama di Kecamatan Bantul ini mayoritas kan bisa dibilang sektor pertanian itu kan yang paling tinggi kan pak otomatis kan kalo kaya gitu

membutuhkan modal yang banyak?

Informan = Gini mas kendalanya adalah mereka yang melakukan pekerjaan dibidang pertanian kebanyakan bukan lahan mereka sendiri haa jadi mereka contoh ada 900an kepala dusun di

kabupaten bantul setiap kepala dusun kurang lebih mempunyai lahan bangkoknya 1 hektar, dan tidak semua pak dukuh tidak menggarap lahanya sendiri. Jadi resikonya tinggi mas karna tidak mempunyai jaminan. Trus yang kedua yang menjadi kendala adalah peran pemerintah sudah terlalu banyak masuk juga gitu lho. Trus yang kedua selain itu tadi mas yang menjadi kendala adalah kemampuan bayar petani itu tidak bisa dipaksa bulanan mereka bisanya yarnen bayar pas penen itu pun kalo panen ketika tidak panen gimana jadi resiko pembiayaan. Sebenernya kami lebih luwes jadi membikinkan SOP bayar setiap panen tu disini masih bisa.

Pewawancara = Trus pak menurut bapak prospek eee dalam sektor perrtanian ini gmana pak?

Informan = Ya kalo digarap betul sesuai dengan background mereka pertanian sebetulnya apa namanya potensi ya cuma memang e karna meraka digapoktan itu meraka ee punya kelompok kita mau masuk dibidang pupuk dan bibit misalnya sudah ada bantuan. Jadi kami masih bingung mau


(6)

masuk dibidang mananya. Teknologi mereka memilih nyewa seperti traktor. Bahkan kita sudah membikinkan brosur malahan salah satu bentuk komitmen kami masuk bidang pertanian misalnya traktor, genset. Memang butuh edukasi yaa karna kepake tidak tiap hari.

Pewawancara = Jadi pake murabahah ya pak?

Informan = ya karna pengadaan barang maka murabahah, kalo mau diii sesuai dengan fatwa yang dicontohkan istishna itu pemesanan.

Pewawancara =Jadi pak ee apakah yang perlu dievaluasi dan diperbaiki dari produk pembiayaan di BMT Pas supaya berekembang dengan baik?

Informan = sebenernya gini mas kalo kami berbicara ke pertanian itu pernah kita buatkan anu kita sendiri tidak secara mendetail meneliti apa saja yang dibutuhkan petani ini. Jadi dengan masnya meneliti ini kami bisa numpang kepentingan tuh apa saja yang dibutuhkan petani. Jadi dari hulu ke hilirnya masih belum tahu apa yang dibutuhkan mereka. Nah ya yang harus dievaluasi itu cara masuknya. Harusnya emang ke gapoktan – gapoktan kaena jumlahnya ee juga banyak. Ya itu tadi mas kalo mau ke sektor pertanian harus punya kesiapan secara data dan materi yang kami siapkan itu udah ada. Yang pertama kita harus siap dengan sistem yarnen bayar nek wis panen dan yang kedua siap tanpa agunan salah satunya tanggung renteng. Nah itu yang harus kita pecahkan.