Analisis Pendapatan Petani Padi Organik (Studi Kasus: Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang)

(1)

ANALISIS PENDAPATAN USAHA TANI PADI ORGANIK

(Studi Kasus : Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang,

Provinsi Sumatera Utara)

SKRIPSI

Oleh:

SATRIA MARGANDA TUA SIMAMORA

090304035

AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

ANALISIS PENDAPATAN USAHA TANI PADI ORGANIK

(Studi Kasus :Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang,

Provinsi Sumatera Utara)

SKRIPSI

Oleh:

SATRIA MARGANDA TUA SIMAMORA

090304035

AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara Medan

Disetujui oleh : Komisi Pembimbing

Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing

(H.M. Mozart B. Darus, MSc.) (Emalisa, SP. Msi)

NIP : 196210051987031005 NIP : 197211181998022001

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

ABSTRAK

SATRIA MARGANDA TUA SIMAMORA (090304035) dengan judul skripsi

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI ORGANIK (Studi Kasus : Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara).

Penelitian ini dibimbing oleh Bapak H.M. Mozart B. Darus, Msc. dan Ibu

Emalisa, SP.MSi.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) Untuk mengetahui gambaran umum usahatani padi organik di daerah penelitian.,(2) Untuk mengetahui produktivitas padi petani organik di daerah penelitian.,(3) Untuk mengetahui pendapatan petani padi organik di daerah penelitian., (4) Untuk menganalisis usahatani padi organik di daerah penelitian.

Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive dengan jumlah sampel 25 petani yang dihitung menggunakan metode sensus. Pengujian hipotesis menggunakan metode (1) metode deskriptif, (2) rumus produktivitas, (3) teori pendapatan , (4) Return to cost(R/C), Break event point (BEP).

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa (1) Luas lahan di Kecamatan beringin adalah 13,56 Ha. Adapun jumlah petani padi organik adalah 25 orang . Dengan produksi dalam sekali musim tanam sebesar 97.048 Kg.(2)Di kecamatan Beringin , desa Sidodadi R. merupakan desa dengan produktivitas tertinggi yaitu 7591 Kg. Sedangkan desa Karang Anyar merupakan desa dengan produktivitas terendah yaitu desa 6250 Kg. (3) Pendapatan Desa Sidodadi R. adalah yang tertinggi yaitu Rp 194.982.400 dan desa Karang Anyar Rp 154.724.200. Dalam konversi ke hektar pendapatan desa Sidodadi R. tertinggi yaitu Rp 422.628.375 dan pendapatan desa Karang Anyar adalah yang terkecil yaitu Rp 227.028.275.(4)Nilai R/C yang diperoleh 5,54> 1 serta nilai BEP produksi 17.837 kg dan BEP harga Rp 793 maka usahatani padi organik di daerah penelitian layak untuk diusahakan.


(4)

RIWAYAT HIDUP

SATRIA MARGANDA TUA SIMAMORA lahir di Perbaungan pada tanggal 07 November 1991, anak kedua dari empat bersaudara, seorang putra dari Ayahanda M.Simamora, SP. dan Ibunda N.Manurung, Spd..

Pendidikan formal yang telah ditempuh penulis adalah sebagai berikut : 1) Pada tahun 2003 lulus dari Sekolah Dasar Negeri 108293 Perbaungan.

2) Pada tahun 2006 lulus dari Sekolah Menengah Pertama Swasta RK Serdang Murni Lubuk Pakam.

3) Pada tahun 2009 lulus dari Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Perbaungan. 4) Pada tahun 2009 diterima di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara.

Kegiatan yang pernah diikuti penulis adalah sebagai berikut:

1) Menjadi anggota Departemen Pengkaderan pada Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara (IMASEP FP-USU) periode 2012-2013.

2) Bulan Juli-Agustus 2013, penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Sei. Buluh, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai. 3) Bulan Mei 2014 penulis melaksanakan penelitian skripsi di Kecamatan


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Adapun judul skripsi ini adalah “Analisis Pendapatan Petani Padi Organik (Studi Kasus: Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang)”. Skripsi ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi sebagian dari syarat – syarat guna menyelesaikan strata satu dan memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1) Bapak H.M.Mozart B. Darus,MSc. selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Ibu Emalisa,SP.Msi. selaku anggota Komisi Pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing dan memotivasi penulis dalam penyelesaian skripsi ini,

2) Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS. selaku Ketua Program Studi Agribisnis FP- USU dan Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec selaku Sekretaris Program Stuudi Agribisnis FP-USU yang telah memberikan kemudahan dalam hal perkuliahan dan kegiatan di kampus,

3) Seluruh dosen Program Studi Agribisnis FP-USU, yang telah membekali ilmu pengetahuan kepada penulis selama masa perkuliahan,

4) Seluruh pegawai Program Studi Agribisnis FP-USU khususnya Kak Lisbet, Kak Runi, Kak Yani dan Kak Nita yang telah membantu penulis dalam administrasi kampus,


(6)

5) Penulis juga menyampaikan terima kasih secara khusus kepada Ayahanda Manukkun Simamora, SP. dan Ibunda Nurmina Manurung , Spd, Kakak Penulis Lamsihar Oktaria Simamora,SP, adik-adik penulis Sri Rezeki Simamora dan Anugerah Simamora serta keluarga besar penulis yang telah memberi doa, dukungan, motivasi dan kasih sayang kepada penulis,

6) Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada sahabat-sahabat Murni Artha Tampubolon Sp, Apriyani Barus S.P,., Friska Panjaitan S.P, Maysalina S.P, Michaela Glady Sinambela SP, Juniati Bakkara SP, Juara Sinaga, Wellman Simamora S.P, Theodoric Sigalingging S.P, , Rafael Pandiangan S.P, Firmansyah S.P, , Guruh Julio S.P, Lisda Lubis S.P. yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, juga teman-teman stambuk 2009 di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara khususnya Agribisnis yang tidak dapat disebut satu persatu yang telah banyak membantu dalam pengerjaan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca untuk perbaikan skripsi ini dikemudian hari. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, September 2014


(7)

DAFTAR ISI

Hal

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Kegunaan Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Tinjauan Pustaka ... 7

2.1.1 Usahatani Padi Organik ... 8

2.1.2 Penanaman padi secara Organik ... 10

2.2 Landasan Teori ... 13

2.3 Kerangka Pemikiran ... 17

2.4 Hipotesis Penelitian ... 18

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 19

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 19

3.2 Metode Penentuan Sampel ... 19


(8)

3.4 Metode Analisis Data ... 20

3.5 Definisi dan Batasan Operasional ... 22

3.5.1 Definisi ... 22

3.5.2 Batasan Operasional ... 23

BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN ... 24

4.1 Letak dan Geografis Kecamatan ... 24

4.2 Keadaan Penduduk ... 24

4.3 Sarana dan Prasarana ... 25

4.4 Karakteristik Sampel ... 27

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 29

5.1 Gambaran Umum Usahatani Padi Organik ... 29

5.2 Produksi Usahatani Padi Organik ... 31

5.3 Pendapatan Usahatani Padi Organik ... 34

5.4 Analisis Pendapatan Usahatani Padi Organik ... 39

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 41

6.1 Kesimpulan ... 41

6.2 Saran ... 42

DAFTAR PUSTAKA


(9)

DAFTAR TABEL

No Judul Hal

1. Data Luas Tanam dan Produksi Padi Organik Perkecamatan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013

4

2. Jenis Data yang Dikumpulkan 20

3. Distribusi Penduduk Kecamatan Beringin Berdasarkan Agama 25 4. Sarana dan Prasarana di Kecamatan Beringin 26 5. Karakteristi Petani Padi Organik Sampel Kecamatan Beringin 27 6. Luas Lahan, Produksi dan Produktivitas Padi Organik di

Kecamatan Beringin Tahun 2014

33

7. Penggunaan Bibit, Pupuk dan Pestisida (Urin dan Thricoderma) di Kecamatan Beringin Tahun 2014

34

8. Biaya Bibit dan Pupuk Di Kecamatan Beringin Tahun 2014 35 9. Biaya Tenaga Kerja Usahatani Padi Organik Di Kecamatan

Beringin tahun 2014

37

10. Total Biaya, Penerimaan, Dan Pendapatan Padi Oganik di Kecamatan Beringin tahun 2014

38


(10)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Hal


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul

1. Karakteristik Petani Sampel

2. Biaya Bibit Petani Padi Organik di Kec. Beringin Tahun2014

3. Biaya Pupuk kandang Petani Padi Organik di Kec. Beringin Tahun 2014 4. Biaya Pestisida Petani Padi Organik di Kec. Beringin Tahun 2014

5. Biaya Sarana Produksi Per Petani Padi Organik di Kec. Beringin Tahun 2014 6. Biaya Tenaga Kerja Per Petani Padi Organik di Kec. Beringin Tahun 2014 7. Biaya Penyusutan Peralatan Per Petani Padi Organik Kec. Beringin Tahun 2014 8. Biaya Produksi Per Petani Padi Organik di Kec. Beringin Tahun 2014

9. Pendapatan Per Petani Padi Organik Dalam Satu Kali Musim Tanam Tahun 2014 10. Produktivitas Per Petani Padi Organik di Kec. Beringin Tahun 2014


(12)

ABSTRAK

SATRIA MARGANDA TUA SIMAMORA (090304035) dengan judul skripsi

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI ORGANIK (Studi Kasus : Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara).

Penelitian ini dibimbing oleh Bapak H.M. Mozart B. Darus, Msc. dan Ibu

Emalisa, SP.MSi.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) Untuk mengetahui gambaran umum usahatani padi organik di daerah penelitian.,(2) Untuk mengetahui produktivitas padi petani organik di daerah penelitian.,(3) Untuk mengetahui pendapatan petani padi organik di daerah penelitian., (4) Untuk menganalisis usahatani padi organik di daerah penelitian.

Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive dengan jumlah sampel 25 petani yang dihitung menggunakan metode sensus. Pengujian hipotesis menggunakan metode (1) metode deskriptif, (2) rumus produktivitas, (3) teori pendapatan , (4) Return to cost(R/C), Break event point (BEP).

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa (1) Luas lahan di Kecamatan beringin adalah 13,56 Ha. Adapun jumlah petani padi organik adalah 25 orang . Dengan produksi dalam sekali musim tanam sebesar 97.048 Kg.(2)Di kecamatan Beringin , desa Sidodadi R. merupakan desa dengan produktivitas tertinggi yaitu 7591 Kg. Sedangkan desa Karang Anyar merupakan desa dengan produktivitas terendah yaitu desa 6250 Kg. (3) Pendapatan Desa Sidodadi R. adalah yang tertinggi yaitu Rp 194.982.400 dan desa Karang Anyar Rp 154.724.200. Dalam konversi ke hektar pendapatan desa Sidodadi R. tertinggi yaitu Rp 422.628.375 dan pendapatan desa Karang Anyar adalah yang terkecil yaitu Rp 227.028.275.(4)Nilai R/C yang diperoleh 5,54> 1 serta nilai BEP produksi 17.837 kg dan BEP harga Rp 793 maka usahatani padi organik di daerah penelitian layak untuk diusahakan.


(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Pertanian organik merupakan kegiatan bercocok tanam yang akrab dengan lingkungan. Pertanian organik berusaha meminimalkan dampak negatif bagi alam sekitar. Ciri utama pertanian organik adalah penggunaan varietas lokal yang relatif masih alami, diikuti dengan penggunaan pupuk organik dan pestisida organik. Pertanian organik merupakan tuntutan zaman, bahkan bagi pertanian masa depan. Akhir-akhir ini kesadaran manusia untuk menjaga kelestarian lingkungan semakin meningkat (Hernanto, 1993).

Pertanian organik merupakan sistem pertanian yang menjaga keselarasan kegiatan pertanian dengan pemanfaatan proses alami secara maksimal, tidak menggunakan pupuk buatan dan pestisida kimia tetapi sedapat mungkin memanfaatkan limbah organik yang dihasilkan oleh kegiatan pertanian itu sendiri.

Di Indonesia pertanian organik baru dikenal awal tahun 1990-an. Padahal sebenarnya pertanian organik Indonesia bukan lagi hal baru. Sudah sejak lama para leluhur kita bercocok tanam alami tanpa menggunakan pupuk buatan pabrik atau pestisida kimia (Mulyawan, 2011).

Belajar dari dampak negatif penggunaan pestisida kimia dan pupuk buatan pabrik saat munculnya revolusi hijau, manusia pun kemudian berusaha mencari teknik bertanam secara aman, baik untuk lingkungan maupun manusia. Inilah yang kemudian melahirkan teknik bertanam secara organik ataupun pertanian organik.


(14)

Gerakan kembali ke alam yang dilandasi kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan tubuh dan kelestarian lingkungan hidup merupakan angin segar bagi semua komditas pertanian yang diproduksi secara organik. Kehadiran beras organik disambut gembira masyarakat yang sangat memperhatikan kesehatan dan kelestarian lingkunagn. Mereka mulai sadar bahwa selama ini makanan yang dikonsumsi mengandung pupuk dan pestisida kimia yang berbahaya bagi kesehatan. Itulah sebabnya mereka mulai mencari bahan makanan yang diproduksi secara organik sehingga aman dikonsumsi dan sekaligus ramah lingkungan (Soemartono.1997).

Pertanian organik berkembang secara cepat terutama di negara-negara Eropa, Amerika dan Asia Timur. Di Asia terutama di daratan Cina, pertanian organik dilaksanakan sebelum pupuk kimia diperkenalkan secara meluas pada tahun 1960. Cara bertanam padi organik pada dasarnya tidak berbeda dengan bertanam padi secara konvensional. Perbedaannya hanyalah pemilihan varietas dan penggunaan pupuk dasar.

Di Indonesia beras bukan hanya sekedar komoditas pangan tetapi juga merupakan komoditas strategis yang memiliki sensifitas politik, ekonomi dan kerawanan sosial yang tinggi. Demikian tergantungnya penduduk Indonesia pada beras maka sedikit saja terjadi gangguan produksi beras, pasokan menjadi terganggu dan harga jual meningkat (Andoko,2002).

Pertanian organik akan banyak memberikan keuntungan, baik kesuburan tanah dan peningkatan produksi tanaman maupun ternak. Di samping itu nilai ekonomi akan lebih menghemat devisa negara untuk mengimpor pupuk dan bahan kimia


(15)

pertanian serta member banyak kesempatan lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan petani (Susanto, 2001).

Kebutuhan padi sebagai bahan makanan pokok di negara kita selalu mengalami kenaikan. Produksi yang dihasilkan dari hasil tanaman dalam negeri masih belum memenuhi kebutuhan. Beras organik merupakan beras yang berasal dari padi yang dibudidayakan secara organik atau tanpa pengaplikasian pupuk kimia dan pestisida kimia. Oleh karena tanpa bahan kimia dan pestisida kimia , beras organik tersebut pun bebas dari residu pupuk kimia dan pestisida kimia yang sangat berbahaya bagi manusia(Soekartawi. 2002).

Pertanian organik merupakan teknik budidaya pertanian yang menggunakan bahan – bahan alami. Tujuan pertanian organik adalah menyediakan produk – produk pertanian , bahan pangan yang aman bagi kesehatan produsen dan konsumen. Gaya hidup sehat demikian telah melembaga secara internasional yang mensyaratkan jaminan bahwa produk pertanian harus aman dikonsumsi, kandungan nutrisi tinggi dan ramah lingkungan. Di masa mendatang prospek bisnis pertanian organik semakin cerah dengan munculnya kecenderungan masyarakat mengonsumsi produk-produk pertanian yang ditanam secara organik Hal ini menyebabkan permintaan produk pertanian organik dunia meningkat pesat(Susanto, 2001).


(16)

Berikut adalah data luas tanam dan produksi padi organik perkecamatan di kabupaten Deli Serdang.

Tabel 1. Data Luas Tanam dan Produksi Padi Organik Perkecamatan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013

No Kecamatan Luas Tanam (Ha) Produksi (Ton)

1 Gunung Meriah - -

2 STM Hulu - -

3 Sibolangit - -

4 Kutalimabru - -

5 Pancur Batu - -

6 Namorambe - -

7 Biru – Biru - -

8 STM Hilir - -

9 Bangun Purba - -

10 Galang 1 5,8

11 Tanjung

Morawa

5 30,5

12 Patumbak - -

13 Deli Tua - -

14 Sunggal - -

15 Hamparan Perak - -

16 Labuhan Deli - -

17 Percut S Tuan 5 29

18 Batang Kuis -

19 Pantai labu 5 30,5

20 Beringin 22 134,2

21 Lubuk Pakam 2 12,2

22 Pagar Merbau 3 18,3

JUMLAH 43 260,5

Sumber : Dinas Pertanian Kab. Deli Serdang

Kabupaten Deli Serdang menjadi salah satu kabupaten penghasil beras organik di Sumatera Utara. Kecamatan Beringin menjadi kecamatan dengan luas tanam dan produksi terbesar di kabupaten Deli serdang. Sehingga kecamatan ini menjadi tempat penelitian.

Kecamatan Beringin adalah kecamatan yang potensial untuk memproduksi padi organik . Petani padi organik di kecamatan Beringin adalah petani yang sudah


(17)

mendapatkan informasi dan pelatihan dari PPL (Petugas Penyuluh Lapangan ) melalui SLPHT ( Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu). Kecamatan Beringin adalah kecamatan PHT (Pengendalian Hama Terpadu) terbaik, berarti kecamatan ini menjadi kecamatan terbaik dalam bidang pengendalian hama terpadu.

Di kecamatan Beringin ada empat orang petani padi organik yang sudah mendapat sertifikat secara nasional tetapi jumlah petani di desa tersebut sedikit. Luas lahan padi organik bertambah begitu juga produksi padi organik di kecamatan Beringin meningkat. Biaya produksi padi organik yang tinggi serta luas lahan petani yang sempit menjadi hambatan bagi petani konvensional yang ingin bertanam organik. Pendapatan petani padi organik belum tentu lebih tinggi dibanding petani padi konvensional walaupun harga beras organik melambung tinggi.

Perubahan pola konsumsi masyarakat terhadap produk makanan yang aman inilah, menjadi peluang pasar yang potensial dengan mengembangkan budidaya tanaman padi organik. Dari segi harga, biaya produk organik menerima harga yang lebih tinggi.

Usahatani padi organik sendiri masih sangat diminati baru berkembang di Indonesia. Luas tanam dan produksinya masih sangat sedikit. Dengan demikian, permintaan beras organik di dalam dan luar negeri belum dapat terpenuhi. Walaupun luas lahan sedikit, namun setiap tahun semakin bertambah seiring dengan meningkatnya permintaan terhadap beras organik.


(18)

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Gambaran umum usaha tani padi organik?

2. Bagaimana produktivitas padi organik di daerah penelitian? 3. Bagaimana pendapatan petani padi organik di daerah penelitian? 4. Analisis pendapatan usaha tani padi organik di daerah penelitian?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui gambaran usaha tani padi organik di daerah penelitian 2. Untuk mengetahui produktivitas padi petani organik di daerah penelitian. 3. Untuk mengetahui pendapatan petani padi organik di daerah penelitian 4. Untuk menganalisis usahatani padi organik di daerah penelitian.

1.4 Kegunaan Penelitian

1. Sebagai bahan informasi bagi petani padi organik dalam mengembangkan usahataninya.

2. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah untuk menerapkan kebijakan dalam upaya pengembangan usahatani padi organik di daerah penelitian.

3. Sebagai bahan informasi bagi peneliti selanjutnya yang berhubungan dengan penelitian ini.


(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Usahatani Padi Organik

Padi organik adalah padi yang disahkan oleh sebuah badan independen, untuk ditanam dan diolah menurut standar organic yang ditetapkan. Walau ada satu definisi pun untuk organik, kebanyakan definisi memiliki elemen umum. Misalnya, organiksebagaimana digunakan pada tanaman sawah, pada umumnya berarti:

1. Tidak ada pestisida dan pupuk dari bahan kimia sintetis atau buatan yang telah digunakan.

2. Kesuburan tanah dipelihara melalui proses “alami” seperti penanaman tumbuhan penutup dan/atau penggunaan pupuk kandang yang dikomposkan dan limbah tumbuhan.

3. Tanaman dirotasikan di sawah untuk menghindari penanaman tanaman yang sama dari tahun ke tahun di sawah yang sama.

4. Pergantian bentuk-bentuk bukan-kimia, misalnya pengendalian hama dan gulma digunakan serangga yang bermanfaat untuk memangsa hama serta daun jerami setengah busuk untuk menekan gulma, juga organisme lain untuk menekan serangan penyakit. (Anonimous. 2008).


(20)

Ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien untuk memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dengan demikian, harus dimulai dengan merencanakan untuk menentukan dan mengkoordinasikan penggunaan faktor-faktor produksi pada waktu yang akan datang secara efisien sehingga dapat diperoleh pendapatan yang maksimal.

Usaha tani dapat berupa usaha bercocok tanam atau memelihara ternak. Usaha tani yang baik adalah bersifat produktif dan efisien yaitu memiliki produktivitas atau produksi per satuan lahan yang tinggi (Soekartawi,1995)

Usahatani Padi organik adalah usaha penerapan budidaya Padi secara organik dengan pengkoordinasian faktor-faktor produksi dan sumber daya yang dimiliki petani Padi organik untuk mencapai hasil produksi dan keuntungan maksimal. Usahatani Padi organik dan anorganik pada saat ini memiliki sifat sama, yaitu mengarah kepada commercial farming, dimana keuntungan menjadi orientasinya (Swandi, 2005).

Menurut Soedarsono Hadisaputro pada umumnya usahatani Padi akan berhasil apabila memiliki beberapa syarat seperti usahatani dapat menghasilkan pendapatan yang cukup untuk membayar semua pengeluaran, suatu usahatani harus dapat menghasilkan pendapatan yang dipergunakan membayar bunga modal usahatani baik modal sendiri maupun modal pinjaman, dan suatu usahatani harus dapat membayar upah tenaga petani dengan keluarganya yang dipergunakan untuk usahatani yang layak (Soedarsono, 1975 dalam Santoso dkk, 2005).


(21)

2.1.2 Penanaman Padi Secara Organik

Bertanam padi secara organik pada dasarnya tidak berbeda dengan bertanam padi pada pelaksanaan intensifikasi yang dilakukan petani. Perbedaannya hanya pada pemilihan varietas, penggunaan pupuk dan pestisida.

1. Pemilihan Varietas

Pertanian organik biasanya diawali dengan pemilihan benih tanaman non-hibrida. Selain untuk mempertahankan keanekaragaman hayati, bibit non-hibrida sendiri secara teknis memang memungkinkan untuk ditanam secara organik.

Varietas padi yang cocok ditanam secara organic hanya jenis atau varietas alami. Padi yang dapat ditanami antara laian adalah Rojolele, Mentik, Pandan dan Lestari. Di Indonesia padi Rejolele merupakan padi berkualitas terbaik untuk dikonsumsi sehingga harganya pun palaing mahal (Rp. 20.000 – Rp 25.000/kg).

2. Penyiapan Lahan

Penyiapan lahan pada dasarnya adalah pengolahan tanah sawah hingga siap untuk ditanami. Prinsip pengolahan tanah adalah pemecahan bongkahan-bongkahan tanah sawah sedemikian rupa hingga menjadi lunak dan sangat halus. Selain kehalusan tanah, ketersediaan air yang cukup harus diperhatikan. Bila air dalam areal penanaman cukup banyak maka akan makin banyak unsure hara dalam kaloid yang dapat larut. Keadaan ini akan berakibat makin banyak unsure hara yang dapat diserap akar tanaman.

3. Penanaman

Bila lahan sudah siap ditanami dan bibit dipesemaian sudah memenuhi syarat, maka penanaman dapat segera dilakukan. Syarat bibit yang baik untuk


(22)

dipindahkan kelahan penanaman adalah tinggi sekitar 25 cm, memiliki 5-6 helai daun, batang bawah besar dan keras, bebas dari hama penyakit, serta jenisnya seragam. Jarak tanam dilahan pun mempengaruhi tinggi rendahnya produktivitas padi. Penentuan jarak tanam sendiri dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu sifat varietas dan kesuburan tanah. Bila varietasnya memiliki sifat merumpun tinggi maka jarak tanamnya harus lebih lebar dari padi yang memiliki sifat merumpun rendah. Sementara bila tanah sawah lebih subur, jarak tanam harus lebih lebar dibanding tanah kurang subur. Jarak tanam yang paling banyak digunakan petani adalah 25 x 25 cm dan 30 x 30 cm.

4. Pemupukan a. Pupuk Dasar

Pupuk organik yang digunakan berupa pupuk kandang atau kompos matang sebanyak 5 ton/ha. Pemberian dilakukan saat membajak sawah kedua dengan cara disebar merata keseluruh permukaan sawah. Pemberian pupuk bokashi lebih hemat dibanding pupuk kandang atau kompos, cukup 1,5 – 2 ton/ha

b. Pemupukan Susulan

* Susulan Pertama saat tanaman sekitar 15 hari. Pupuk yang diberikan berupa pupuk kandang sebanyak 1 ton/ha atau 0,5 ton/ha kompos fermentasi.

* Susulan Kedua pada saat tanaman berumur 25 – 60 hari dengan frekuensi seminggu sekali. Pupuk yang diberikan berupa pupuk organic cair buatan sendiri yang kandungan N-nya tinggi. Dosis sebanyak 1 liter pupuk yang dilarutkan dalam 17 liter air. Cara pemberian dengan disemprot pada daun tanaman.

* Susulan Ketiga dilakukan saat tanaman memasuki fase generatif atau pembentukan buah, yaitu setelah tanaman berumur 60 hari. Pupuk yang


(23)

digunakan mengandung unsure P dan K tinggi. Dosis 2-3 sendok makan pupuk P yang dicampur dalam 15 liter atau satu tangki kecil pupuk.

* Pupuk disemprot ketanaman dengan frekwensi seminggu sekali. Pemberian pupuk tersebut dapat dihentikan bila sebagian besar bulir padi sudah tampak menguning.

5. Penyiangan

Penyiangan dilakukan dengan cara pencabutan gulma. Gulma yang sudah dicabut dapat dibuang keluar areal sawah atau dipendam dalam lumpur sawah sedalam-dalamnya. Dalam satu musim tanam, dilakukan tiga kali penyiangan. Penyiangan pertama dilakukan saat tanaman berumur sekitar 3 minggu, kedua umur 35 hari dan ketiga umur 55 hari.

6. Pengairan

Meskipun secara umum air yang tergenang dibutuhkan padi sawah, namun ada saatnya sawah harus dikeringkan agar pertumbuhan dan produktivitas tanaman menjadi baik. Itulah sebabnya pemasukan dan pengeluaran air harus dilakukan:

a. Penggenangan air

Agar produktivitas dan pertumbuhan tanaman menjadi baik, penggenangan bukan dilakukan secara sembarangan. Ketinggian air genangan perlu disesuaikan dengan fase perrtumbuhan tanaman.

- Awal pertumbuhan, petakan sawah harus digenangi air setinggi 2 – 5 cm dari permukaan tanah selama 15 hari atau saat tanaman mulai membentuk anakan. - Pembentukan anakan, ketinggian air perlu ditingkatkan dan dipertahankan antara 3 – 5 cm, hingga tanaman terlihat bunting. Bila ketinggian air lebih dari 5 cm,


(24)

pembentukan anakan atau tunas akan terhambat. Sebaliknya, bila ketinggian airnya kurang dari 3 cm, gulma akan mudah tumbuh.

- Masa bunting, air dibutuhkan dalam jumlah cukup banyak. Ketinggian air sekitar 10 cm. Kekurangan air pada fase ini harus dihindari karena dapat berakibat matinya primordia. Kalau primordia tidak mati, bakal butir gabah akan kekurangan makanan sehingga banyak terbentuk butir gabah hampa.

- Pembungaan, ketinggian air dipertahankan antara 5 – 10 cm. Kebutuhan air pada fase ini cukup banyak. Namun bila mulai tampak keluar bunga maka sawah perlu dikeringkan selama 4 – 7 hari. Ini dilakukan agar pembungaan terjadi atau berlangsung secara serentak. Pada saat bunga muncul serentak, air segera dimasukan kembali agar makanan dan air dapat terserap sebanyak-banyaknya oleh akar tanaman. Ketinggian air tetap 5 – 10 cm.

b. Pengeringan Sawah.

Pengeringan tidak dilakukan pada semua fase pertumbuhan tanaman, tetapi hanya pada fase sebelum bunting dan fase pemasakan biji. Tujuan utama pengeringan sawah adalah untuk memperbaiki aerasi tanah, memacu pertumbuhan anakan, meningkatkan suhu dalam tanah, meningkatkan perombakan bahan organik oleh jasad renik, mencegah terjadinya busuk akar, serta mengurangi populasi berbagai hama.

Selain itu, untuk fase-fase tertentu, tujuan pengeringannya berbeda sehingga perlu diulakukan secara tepat pada fase trersebut. Cara pengeluaran air adalah dengan membuka saluran pembuangan dipinggir lahan sehingga air keluar melalui alur yang sudah dibuat ditengah-tengah lahan.


(25)

- Menjelang bunting, bertujuan untuk menghentikan pembentukan anakan atau tunas karena pada saat ini tanaman mulai memasuki fase pertumbuhan generatif. Lama pengeringan lahan 4 – 5 hari. Keadaan seperti ini akan merangsang pertumbuhan generatif sehingga tanaman akan berbunga serentak.

- Pemasakan biji, adalah untuk menyeragamkan biji dan mempercepat pemasakan biji. Patokan pengeringan adalah saat seluruh bulir padi mulai menguning. Pengeringan jangan dilakukan sebelum semua bulir tampak menguning karena dapat berakibat malai padi menjadi kosong. Pengeringan ini dilakukan hingga saat padi dipanen.

5. Pemberantasan Hama dan Penyakit

Pemberantasan hama dan penyakit padi organik perlu dilakukan secara terpadu antara budidaya, biologi, fisik (perangkap atau umpan), dan pestisida organik.

2.2 Landasan teori Pendapatan Usahatani

Selisih antara pendapatan kotor usahatani dengan pengeluaran total usahatani disebut pendapatan bersih usahatani. Pendapatan bersih usahatani mengukur imbalan yang diperoleh keluarga petani dari penggunaan faktor-faktor produksi kerja, pengelolaan dan modal milik sendiri atau modal pinjaman yang diinvestasikan ke dalam usahatani, oleh karena itu pendapatan bersih merupakan ukuran keuntungan usahatani yang dapat digunakan untuk membandingkan beberapa penampilan usahatani. Petani dalam memperoleh pendapatan bersih yang tinggi maka petani harus mengupayakan penerimaan yang tinggi dan biaya produksi yang rendah, menggunakan teknologi yang baik, mengupayakan harga


(26)

input yang rendah, dan mengatur skala produksi yang efisien. Pendapatan bersih diperoleh dengan mengurangi keseluruhan penerimaan dengan total biaya, dengan rumus:

Pd = TR – TC

Dimana:

Pd = Pendapatan bersih usahatani TR = Total penerimaan

TC = Total biaya

Total pendapatan merupakan seluruh sumber pendapatan yang diperoleh dari hasil usahatani padi sawah semi organik, usahatani diluar padi semi organik dan usaha diluar usahatani (Soekartawi. 1998)

Penerimaan Usahatani

Penerimaan usahatani didefinisikan sebagai nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual. Jangka waktu pembukuan umumnya satu tahun dan mencakup semua produk yang dijual, dikonsumsi rumah tangga petani, digunakan dalam usahatani untuk bibit atau makanan ternak, digunakan untuk pembayaran, disimpan atau digudangkan (Soekartawi, dkk., 1984).

Tujuan akhir dari pengelolaan usahatani adalah memperoleh penerimaan. Penerimaan usahatani diperoleh dengan mengalikan total produksi dengan harga jual petani atau dituliskan sebagai berikut:


(27)

Dimana:

TR = Total penerimaan

Y = Produksi yang diperoleh dari usahatani Py = Harga produksi

R/C ratio

Pada dasarnya, sebuah usaha dikatakan layak apabila nilai R / C lebih besar daripada 1 dikarenakan hal ini menggambarkan semakin tinggi nilai R / C nya maka tingkat keuntungan suatu usaha juga akan semakin tinggi.

Rumus : R / C = (��.�) (��+��)

Break Event Point ( BEP )

Dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui berapa batas nilai produksi atau besarnya volume produksi sebuah usaha tani untuk mencapai titik tidak untung maupun tidak rugi (impas ). Pada dasarnya, sebuah usaha dinyatakan layak apabila nilai BEP produksi lebih besar daripada jumlah unit yang sedang diproduksi saat itu atau BEP harganya lebih kecil daripada harga yang sedang berlaku saat itu

Rumus : BEP produksi = �� � Keterangan:

P : Harga jual per unit


(28)

Biaya Tetap dan Biaya Variabel

Biaya tetap adalah jenis biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi, misalnya sewa atau bunga tanah yang berupa uang. Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya tergantung pada besar kecilnya produksi, misalnya bibit, persiapan dan pengolahan tanah, dan lain- lain .

Penyusutan Peralatan Usahatani

Punyusutan peralatan merupakan penurunan nilai inventaris yang disebabkan oleh pemakaian selama satu tahun pembukuan. Penyusutan merupakan nilai yang harus dibayar oleh petani dikarenakan berkurangnya nilai dari barang yang dimiliki oleh petani tersebut. Dapat dikatakan bahwa nilai penyusutan tersebut merupakan nilai pembelian dikurangi nilai residu yang hasil pengurangan tersebut dibagi dengan umur ekonomis (Soekartawi, dkk., 1984).

Penyusutan peralatan dapat dihitung dengan rumus : Penyusutan Peralatan = Nilai awal−Nilai akhir

umur ekonomis

Keterangan:

Nilai awal : Harga beli peralatan usahatani

Nilai akhir : Harga peralatan usahatani saat ini setelah dipakai Umur ekonomis : Umur tahan pakai peralatan usahatani.


(29)

2.3 Kerangka pemikiran

Keterangan :

:menyatakan hubungan : menyatakan pengaruh

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Petani

Usahatani

Produksi

Penerimaan

Pendapatan Produktivitas

Harga jual


(30)

2.4 Hipotesis Penelitian

1. Produktivitas padi organik di daerah penelitian tinggi

2. Pendapatan petani padi organik di daerah penelitian sangat tinggi. 3. Usahatani padi organik di daerah penelitian layak untuk di usahakan.


(31)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan daerah

Daerah penelitian ini ditentukan secara purposive dilakukan di Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara. Pemilihan daerah tersebut dikarenakan daerah ini merupakan salah satu sentra produksi padi organik.

3.2 Metode Penentuan Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang akan dijadikan objek dalam melakukan penelitian dan pengujian data. Metode yang digunakan dalam penarikan sampel ini adalah sampling jenuh atau sensus. Pengertian dari sampling jenuh atau sensus menurut Sugiyono (2008:122) adalah“Sampling jenuh atau sensus adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel.” Berdasarkan dari pengertian tersebut, maka dapat diketahui bahwa sampling jenuh atau sensus teknik penentuan sampel dengan menggunakan semua anggota populasi. Dalam penelitian ini karena jumlah populasinya sedikit (terbatas) sehingga tidak memungkinkan untuk menggunakan sampel, sehingga peneliti mengambil jumlah sampel sama dengan jumlah populasi atau disebut dengan sensus yaitu petani padi organik sebanyak 25 orang.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh secara langsung melalui wawancara secara langsung kepada responden dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner)


(32)

yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Data sekunder diperoleh dari lembaga atau instansi dan dinas yang terkait dengan penelitian ini.

3.3.1 Jenis Data yang dikumpulkan Tabel 2. Jenis Data yang Dikumpulkan

No Tujuan Penelitian Data yang Dikumpulkan Sumber Data

1 Gambaran Umum Usaha Tani Organik

Primer Petani

2 Produktivitas Usahatani Padi Organik

Primer Petani

3 Pendapatan Para Petani Padi Organik

Primer Petani

4 Analisis Pendapatan Primer Petani

3.4 Metode Analisis Data

Untuk tujuan 1 menggunakan metode deskriptif , yaitu dengan menggunakan kuisioner untuk memperoleh data kendala – kendala apa saja yang dihadapi dalam usaha tani padi organik.

Untuk hipotesis 2 dianalisis dengan menggunakan metode sebagai berikut : Untuk menghitung besarnya produktivitas dari usahatani padi di daerah penelitian, dihitung dengan menggunakan rumus

Produktivitas

=

������ �����

Untuk tujuan 3 dianalisis dengan menggunakan metode sebagai berikut :

Untuk menghitung besarnya pendapatan dari usahatani padi organik di daerah penelitian, dihitung dengan menggunakan rumus :


(33)

Π = TR – TC Keterangan :

TR = Pendapatan Kotor (Penerimaan) / Total Revenue (Rp) TC = Jumlah Biaya produksi / Total Cost (Rp)

П = Pendapatan Bersih (Rp)

Apabila TR > TC maka petani memperoleh keuntungan dalam kegiatan usahataninya. Apabila TR = TC maka petani tidak untung dan tidak rugi dalam kegiatan usahataninya. Apabila TR < TC maka petani mengalami kerugian dalam kegiatan usahataninya.

Untuk tujuan 4 dianalisis dengan menggunakan metode sebagai berikut :

Untuk menganalisis pendapatan usahatani padi organik di daerah penelitian, dihitung dengan menggunakan rumus :

R / C = (��.�) (��+��)

Dimana:

Y = Produksi yang diperoleh dari usahatani Py = Harga produksi

FC = Fixed Cost VC = Variabel Cost

BEP Harga = �� ����� ��������

BEP produksi = �� �


(34)

Keterangan:

TC : Total Biaya

P : Harga jual per kg

3.5 Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kekeliruan dan kesalahpahaman atas pengertian dan penafsiran penelitian ini maka digunakan defenisi dan batasan operasional sebagai berikut :

3.5.1 Definisi

1.Usahatani Organik adalah usahatani petani padi organik mengalokasikan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien untuk memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu.

2. Produktivitas adalah hasi dari perbandingan produksi dengan input.

3. Pendapatan usaha tani adalah selisih antara pendapatan kotor usahatani dengan pengeluaran total usahatani

4.Biaya produksi merupakan nilai dari semua faktor produksi yang digunakan baik dalam bentuk benda maupun jasa selama proses produksi berlangsung.

5. BEP adalah besarnya volume produksi sebuah usaha tani untuk mencapai titik tidak untung maupun tidak rugi (impas ).


(35)

3.5.2 Batasan Operasional

1. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Beringin Kabupaten Deli serdang.

2. Petani sampel dalam penelitian ini adalah petani pemilik lahan padi Organik di Kecamatan Beringin Kabupaten Deli serdang.Penelitian dilakukan pada tahun 2014.


(36)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

4.1. Letak dan Geografis Kecamatan

Kecamatan Beringin luasnya 52,69 Km2 atau 5.269 Ha yang terdiri dari 11 desa dan 89 dusun dengan ibukota kecamatan terletak di Karang Anyar dengan koordinat bumi 03,608620 LU dan 098,889370BT.

Daerah Kecamatan Beringin dengan ketinggian 1 s/d 8 meter diatas permukaan laut. Kecamatan Beringin beriklim sedang dengan dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Kedua musim ini dipengaruhi oleh dua angin yang terdiri dari angin gunung yang membawa hujan dan angin laut yang membawa udara panas dan lembab. Curah hujan yang menonjol pada bulan November s/d Juni sedangkan musim kemarau pada bulan Juni s/d Oktober.

Adapun batas – batas dari Kecamatan Beringin adalah sebagai berikut : • Sebelah Utara : Kecamatan Pantai Labu

• Sebelah Timur : Kecamatan Pagar Merbau dan Kab. Serdang Bedagai • Sebelah Barat : Kecamatan Tanjung Morawa dan Batang Kuis • Sebelah Selatan : Kecamatan Lubuk Pakam

4.2 Keadaan Penduduk

Penduduk Kecamatan Beringin saat ini berjumlah 54.078 jiwa yang mendiami 12.664 rumah tangga yang terdiri dari berbagai macam suku bangsa dan agama, dimana satu sama lainnya hidup harmonis serta mampu memelihara adat istiadat masing – masing. Penduduk Kecamatan beringin ini terdiri dari berbagai agama seperti disajikan pada Tabel 3.


(37)

Tabel 3. Distribusi Penduduk Kecamatan Beringin Berdasarkan Agama

Agama Jumlah penduduk (jiwa) Persentase (%)

Islam 46.048 85,15

Protestan 6.365 11,77

Katolik 663 1,226

Budha 1.002 1,85

Jumlah 54.078 100,00

Sumber:Kecamatan Beringin Dalam Angka 2013

Dari tabel 3 yang disajikan, penduduk Kecamatan Beringin terdiri dari berbagai agama. Mayoritas penduduk kecamatan ini menganut agama Islam ( 85,15 %), kemudian diikuti agama Protestan ( 11,77%), Katolik (1,22%), dan Budha (1,85%).

Komposisi mata pencaharian penduduk Kecamatan Beringin di bidang pertanian. Secara umum dapat dilihat bahwa penduduk Kecamatan Beringin mempunyai mata pencaharian terdiri atas Pertanian, Buruh/Karyawan, Perdagangan, Nelayan,PNS/TNI/POLRI, dan Industri.

4.3 Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang terdapat di suatu daerah akan mempengaruhi perkembangan dan kemajuan masyarakat yang tinggal di daerah tersebut. Semakin baik sarana dan prasarana, maka akan mempercepat laju perkembangan daerah tersebut.

Sarana dan prasarana yang terdapat di Kecamatan Beringin dapat dilihat pada Tabel 4.


(38)

Tabel 4. Sarana dan Prasarana di Kecamatan Beringin 2013

No Sarana dan Prasarana Jumlah (unit)

1

2

Sarana Pendidikan - TK

- SD Negeri - SD Swasta - SLTP Negeri - SLTP Swasta - SMU/SMK Negeri Sarana Kesehatan - RS - Puskesmas - Puspem - BPU - BKIA - Posyandu 12 25 4 1 9 1 1 2 6 3 10 46

Sumber : Kecamatan Beringin Dalam Angka 2013

Tabel 4 menunjukkan bahwa sarana dan prasarana di Kecamatan Beringin yang dibutuhkan oleh masyarakat sudah dapat terpenuhi baik dibidang pendidikan, kesehatan. Sarana perekonomian seperti koperasi unit desa, pasar tempat memasarkan produk hasil, pertanian belum semua tersedia di setiap desa di Kecamatan Beringin. Walaupun sebagian besar petani mengaku tidak terkendala dalam hal permodalan namun bagaimanapun dengan adanya Koperasi Unit Desa (KUD) atau lembaga pembiayaan usaha tani lainnya. Pasti memberikan kontribusi dalam pengembangan agribisnis di desa tersebut terutama agribisnis padi organik. Dalam hal penjualan hasil produksinya, petani telah memiliki agen – agen atau pedagang pengumpul yang datang ker desa tersebut untuk melakukan pembelian langsung ke petani.


(39)

4.4 Karakteristi Sampel

Karakteristik sampel dalam penelitian ini meliputi luas lahan usahatani, tingkat pendidikan, umur, jumlah tanggungan dan pengalaman bertani. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Karakteristi Petani Padi Organik Sampel Kecamatan Beringin

No. Uraian Satuan Rataan Rentang

1 Umur Tahun 47 32-63

2 Tingkat Pendidikan Tahun 11 6-16

3 Lama Bertani Tahun 5,4 1-18

4 Luas Lahan Ha 0,54 0,18-2

5 Jumlah Tanggungan Jiwa 3 1-6

Sumber : Data diolah dari lampiran 1

Tabel 5 menunjukkan umur rata – rata petani sampel adalah 47 tahun dengan rentang 32-63 tahun. Hal ini berarti bahwa secara umum petani berada pada usia produkstif dalam usahatani. Tingkat pendidikan yang ditempuh petani pada umumnya adalah 11 tahun pendidikan formal dengan rentang 6-16 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa petani pada daerah penelitian ini masih memiliki tingkat pendidikan yang setara dengan SMA/SMK.

Pengalaman bertani petani Kecamatan Beringin yaitu rata – rata 5,4 tahun dengan rentang 1-18 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa pengalaman bertani petani merupakan tingkat pemula.

Jumlah tanggungan setiap petani pada daerah ini adalah 3 jiwa dalam rentang 1-6 jiwa. Jumlah tanggungan keluarga akan berpengaruh terhadap pendapatan keluarga dan ketersedian lapangan kerja. Rata – rata luas lahan usaha tani padi organik petani sampel 0,54 Ha dengan rentang 0,18-2 Ha.


(40)

Hal ini menunjukkan bahwa petani sampel termasuk petani yang memiliki lahan cukup kecil untuk mengusahakan padi organik.


(41)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Gambaran Umum Usahatani Padi Organik

Pertanian organik merupakan kegiatan bercocok tanam yang akrab dengan lingkungan. Pertanian organik berusaha meminimalkan dampak negatif bagi alam sekitar. Ciri utama pertanian organik adalah penggunaan varietas lokal yang relatif masih alami, diikuti dengan penggunaaan pupuk organik dan pestisida organik. Pertanian organik merupakan tuntutan zaman, bahkan sebagai pertanian masa depan. Akhir-akhir ini kesadaran manusia untuk menjaga kelestarian semakin meningkat. Oleh karena dibudidayakan tanpa penggunaan pupuk kimia dan pestisida kimia maka produk pertanian organik ini pun terbebas dari risidu zat berbahaya. Manusia sebagai konsumen akhir produk pertanian akan merasa aman dan terjaga kesehatannya (Andoko, 2002).

Pertanian organik diperkenalkan di kecamatan Beringin oleh Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) pada saat Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT). Penyuluhan yang rutin mengenai pertanian organik mengarahkan petani untuk mencoba berpindah menuju pertanian organik. Para penyuluh memberi informasi mengenai padi organik secara rutin agar para petani mampu membudidayakan salah satu produk pertanian organik ini.

Petani organik di kecamatan Beringin berjumlah 25 orang. Awalnya petani padi organik merupakan petani padi non organik. Para petani ini mulai mencoba untuk berpindah ke pertanian organik didasari atas dasar kesadaran akan pentingnya pertanian organik bagi lingkungan. Faktor ekonomi juga menjadi alasan,karena


(42)

harga gabah dan beras organik lebih tinggi dari padi non organik. Luas lahan para petani bervariataif, namun yang paling luas hanya 2 ha. Status lahan para petani merupakan lahan milik sendiri . Sebagian petani juga berminat berpindah ke budidaya padi organik karena penyuluhan mengenai padi organik. Awalnya cukup sulit untuk berpindah ke budidaya padi organik karena membutuhkan biaya yang cukup besar. Ada petani yang hampir berpindah kembali ke padi non organik karena masih terbiasa dengan pupuk dan pestisida kimia.

Budidaya padi organik di Kecamatan Beringin memegang penuh prinsip pertanian organik. Pupuk yang digunakan adalah pupuk organik yang berasal dari kotoran ternak. Petani tidak menggunakan pestisida karena memulai budidaya ini dengan dasar yang benar. Air yang digunakan pun melalui penyaringan yang selektif. Pengolahan tanah yang diterapkan sangat baik sehingga tanah sangat gembur.Bibit yang digunakan merupakan bibit yang dibeli . Namun para petani mulai mencoba memproduksi bibit sendiri. Pengendalian gulma dilakukan dengan secara berkala agar pertumbuhan tanaman tidak terganggu. Apabila hama dan penyakit sudah menyerang maka pestisida yang digunakan adalah pestisida organik yaitu urin sapi dan thricoderma.

Tenaga kerja yang dipakai oleh para petani adalah tenaga kerja borongan. Tenaga kerja borongan merupakan tenaga kerja yang disewa dalam jumlah besar. Tenaga kerja tersebut berkelamin laki – laki dan perempuan. Tenaga kerja ini dipakai didalam budidaya padi organik, meliputi pengolahan tanah, penanaman, pemupukan, perawatan dan panen. Biaya tenaga kerja cukup besar, namun hari kerja mereka harus sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan petani. Biasanya jam kerja mereka 6 – 8 jam perhari.


(43)

Biaya yang dikeluarkan dalam usahatani padi organik tidak terlalu besar. Karena pupuk yang digunakan bersifat kompos,maka pupuk ini dapat diproduksi sendiri ataupun dibeli. Harga kompos dan pupuk kandang tidak terlalu mahal, berkisar antara 800/Kg – 4000/Kg. Bibit yang digunakan 1 kg -2 Kg/Rante. Harga bibit bervariatif mulai Rp 3000 - Rp10000/Kg. Biaya tenaga kerja tergantung harga yang disepakati. Dan itu tergantung pada jumlah dan jenis pekerjaan.

5.2. Produksi dan Produktivitas Padi Organik

Pengolahan tanah padi organik dimulai dengann memperbaiki pematang sawah . Perbaikan pematang sawah dengan cara ditinggikan . Lahan penananaman harus tergenang air selama seminggu sebelum pengolahan tanah . Setelah direndam selama seminggu, biasanya tanah sudah lunak dan pembajakan dapat dilakukan. Pembajakan sawah dapat menggunakan traktor ataupun tradisional.

Setelah dibajak, tanah sawah kembali dibiarkan selama seminggu dalam keadaan tergenang air. Penggenangan air ini dilakukan agar proses pelunakan tanah berlangsung sempurna. Seminggu kemudian pembajakan kedua dapat dilakukan pencangkulan. Pada pembajakan kedua ini, pemberian pupuk dasar dapat diberikan. Pupuk dasar yang diberikan adalah pupuk kandang sebanyak 5 ton/ha. Pemberian pupuk pupuk kandang dilakukan dengan cara ditebar merata ke seluruh permukaan lahan lalu dibiarkan selama empat hari. Kemudian tanah dibajak sehingga pupuk dapat bercampur sempurna dengan tanah.

Lahan yang sudah diolah sempurna memang tampak sudah bersih dari berbagai benih tanaman pengganggu atau gulma. Namun, kenyataannya masih sajatumbuh tanaman liar atau tanaman pengganggu seiring dengan tumbuhnya tanaman padi.


(44)

Dalam pertanian konvensional gulma biasanya dapat diatasi dengan penggunaan herbisida kimia. Namun , karena pertanian organik tidak menggunakan herbisida kimia maka satu – satunya penyiangan dilakukan dengan mengatasi gulma.

Penyiangan dilakukan dengan cara pencabutan gulma. Gulma yang sudah dicabut dibuang keluar areal sawah atau dipendam dalam lumpur sedalam – dalamnya. Dalam satu musim tanam dilakukan tiga kali penyiangan. Penyiangan pertama pada saat tanaman berumur sekitar empat minggu. Kedua umur 35 hari, dan ketiga berumur 55 hari.

Penyiangan di daerah penelitian dilakukan dengan manual. Maksudnya, penyiangan dilakukan dengan pencabutan gulma. Perawatan yang dianjurkan (andoko ,2002 ) sesuai dengan yang diterapkan di daerah penelitian. Sehingga pertumbumbuhan gulma dapat diatasi dengan baik dan tanaman padi dapat tumbuh dengan baik.

Pada dasarnya pemanenan padi organik tidak berbeda dengan padi non organik. Padi organik panen setelah berumur 3 bulan. Sekitar sepuluh hari sebelum panen , sawah harus dikeringkan agar masaknya padi berlangsung serentak. Selain itu, keringnya sawah akan lebih memudahkan pemanenan.

Agar panen dapat berlangsung cepat, alat yang digunakan adalah sabit. Dikatakan cepat karena hanya dengan empat tenaga kerja luas areal padi yang dapat dipanen mencapai 2.500 m2 untuk waktu setengah hari. Panen dengan sabit ini hanya disisakan batang setinggi 20 cm dari permukaan tanah. Setelah panen, gabah harus segera dirontokkan dari malainya. Tempat perontokan dapat langsung


(45)

dilakukan di lahan atau di halaman rumah Perontokkan dapat dilakukan dengan perontok mesin atau dengan tenaga manusia.

Pemanenan di daerah penelitian seusuai dengan yang dianjurkan (andoko,2002) dengan mengeringkan lahan dan menggunakan sabit. Namun, tenaga kerja yang digunakan di daerah penellitian lebih banayak yaitu 10 – 20 orang. Hal ini berbeda dengan yang dianjurkan. Karena dilihat dari efisiensi dengan jumlah yang lebih banyak maka kegiatan lebih cepat dikerjakan. Perontokkan langsung dilakukan di lahan dengan mesin perontok. Gabah langsung diangkut oleh agen yang sudah memesan gabah terlebih dahulu. Untuk mengetahui produksi padi organik dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Luas Lahan, Produksi dan Produktivitas Padi Organik di Kecamatan Beringin Tahun 2014

Desa

Luas

Lahan Produksi Produktivitas Rata – rata

(Ha) (Kg) (Kg)

Produktivitas (Kg)

Sidodadi 7,38 56023 7591 474

Karang

Anyar 6,18 41025 6638 737

Sumber :lampiran 10

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa desa Sidodadi R. merupakan desa dengan produktivitas tertinggi yaitu 7591 Kg. Sedangkan desa Beringin merupakan desa dengan produktivitas terendah yaitu desa 6638 Kg. Rata – rata petani organik di daerah penelitian memberikan pupuk 2.2 Ton/Ha. Ini berbeda dengan pengunaan pupuk yang dianjurkan yaitu 5 Ton/Ha. Perbedaan ini dikarenakan daya beli petani terhadap pupuk . Di mana pupuk kandang yang cukup mahal sedangkan kebutuhan pupuk per hektar sangat besar. Disamping itu luas lahan yang berbeda


(46)

membuat jumlah pupuk yang dibutuhkan berbeda. Karena luas lahan di daerah penelitian sempit. Kekurangan pupuk kandang mengakibatkan makanan tanaman tidak terpenuhi dan produksi sedikit.

5.3 Pendapatan Usahatani Padi Organik Sarana Produksi

Padi organik tidak seperti padi non organik yang mendapat banyak perlakuan serta menggunakan bahan kimia yang tinggi. Sarana produksi padi organik di daearah penelitian meliputi bibit dan pupuk kandang. Penggunaan sarana produksi pada usaha tani padi organik di Kecamatan Beringin tahun 2014.

Tabel 7. Penggunaan Bibit, Pupuk dan Pestisida (Urin dan Thricoderma) di Kec. Beringin

Uraian

Sidodadi R Karang Anyar Total Rata-rata

Per Petani Per Ha Per Petani Per Ha Per

Petani Per Ha Per

Petani Per Ha

Bibit (Kg) 141 281,5 172,5 284,5 313,5 566 12,54 22,64 Pupuk (Kg) 17800 41406 9847,5 15750 27647,5 57156 1105,9 2286,24 Urine (Lt) 140 384 90 204 230 588 9,2 23,52 Thricoderma

(Lt) 45 168,5 27 61 72 229,5 2,88 9,18

Sumber:lampiran 4

Padi organik tidak seperti padi non organik yang mendapat banyak perlakuan serta menggunakan bahan kimia yang tinggi. Sarana produksi padi organik di daerah penelitian meliputi bibit dan pupuk kandang.

Di daerah penelitian setiap petani membutuhkan bibit yang sesuai dengan luas lahan. Hanya satu petani organik yang memproduksi bibit sendiri. Total penggunaan bibit terbesar terdapat di desa Karang anyar yaitu 172,5 Kg.


(47)

Sedangkan penggunaan bibit terkecil terdapat di desa Sidodadi 141 kg/petani. Jika dikonversikan dalam hektar penggunaan terbesar terdapat di desa Sidodadi R yaitu 284,5 Kg. Sedangkan penggunaan bibit terkecil terdapat di desa Karang Anyar yaitu 281,5 Kg .

Padi organik sangat membutuhkan pupuk organik. Di daerah penelitian pupuk organik dapat digunakan berupa pupuk kandang. Pupuk kandang dapat menyuburkan tanaman. Total penggunaan pupuk kandang di desa Sidodadi R adalah yang tertinggi dengan 17.800 Kg dan yang terkecil terdapat di Desa Karang Anyar 9.847,5 Kg .Jika dikonversikan dalam hektar, penggunaan terbesar terdapat di desa Karang Anyar yaitu 41.406 Kg dan yang terkecil terdapat desa Karang Anyar 15.750 Kg.

Total penggunaan pestisida urin terbesar terdapat di desa Sidodadi R yaitu 140 L dan penggunaan terkecil 90 L. Jika dikonversikan dalam hektar penggunaan urin terbesar terdapat di desa Sidodadi R yaitu 384 L dan yang terkecil 204 L. Total penggunaan thricoderma terbesar terdapat didesa Sidodadi R yaitu 45 L dan terkecil terdapat di desa Karang Anyar yaitu 27 L. Jika dikonversikan dalam hektar penggunaan terbesar terbesar yaitu 168,5 L dan terkecil 61 L.

Tabel 8. Biaya Bibit dan Pupuk Di Kecamatan Beringin Tahun 2014

Desa Biaya Bibit Biaya Pupuk Biaya Pestisida

Per petani (Rp) Per ha (Rp) Per petani (Rp) Per ha (Rp) Per petani (Rp) Per ha (Rp)

Sidodadi R 1215000 2519683 18655000 42062500 1125000 3061475 Karang

Anyar 1131000 2300800 10076000 18100000 1081000 2991625

Total 2346000 4820483 28731000 60162500 2206000 6053100

Rata-rata 93840 192819,3 1149240 2406500 88240 242124


(48)

Harga bibit padi organik di daerah penelitian berbeda – beda dimana tergantung pada jenis bibit padi oganik. Harga bibit padi organik berkisar antara Rp 3.000 – Rp 11.000. Bibit padi organik yang paling banyak digunakan yang harganya Rp 10.000. Biaya bibit yang paling tinggi adalah Desa sidodadi Rp 1.215.000 dan yang terkecil terdapat di desa Karang Anyar adalah desa dengan biaya bibit terendah yaitu Rp 1.131.000. Jika dikonversikan dalam hektar biaya terbesar terdapat di desa Sidodadi R Rp 2.519.683 dan terkecil di desa Karang Anyar yaitu Rp 2.300.800.

Di daearah penelitian semua petani organik menggunakan pupuk kandang. Karena pupuk kandang memiliki kualitas lebih baik dari pada pupuk kompos. Pupuk kandang biasanya dibeli dari peternak kambing , sapi atau diperoleh dari agen pupuk kandang. Harga pupuk kandang berkisar antara Rp 640 – Rp 2.000/Kg. Karena padi organik tidak membutuhkan pupuk kimia, maka kebutuhan akan pupuk kandang akan sangat besar.. Desa Sidodadi R adalah desa dengan biaya pupuk kandang tertinggi yaitu Rp 18.655.000 dan yang terkecil terdapat di desa Karang Anyar yaitu Rp 10.076.000. Jika dikonversikan dalam hektar Desa Sidodadi R. adalah yang terbesar yaitu Rp 42.062.500 dan yang terkecil terdapat di desa Karang Anyar Rp 18.100.000.

Penggunaan pestisida di daerah penelitian tergantung pada kebutuhan. Jika tanaman terserang hama dan penyakit maka penggunaan pestisida sangat penting. Penggunaan pestisida terbesar di daerah penelitian yaitu desa Beringin Rp 1.125.000 dan terkecil di desa Karang Anyar Rp 1.080.000. Jika dikonversikan dalam hektar total biaya terbesar terdapat di desa Sidodadi R. dengan Rp 3.061.475 dan terkecil desa Karang Anyar Rp 2.991.265.


(49)

Tenaga Kerja

Penggunaan tenaga kerja dalam usahatani sama dengan usahatani non organik. Petani padi organik organik di daerah penelitian menggunakan tenaga kerja borongan. Berikut adalah biaya tenaga kerja di daerah penelitian yang dapat dilihat dari Tabel 9.

Tabel 9. Biaya Tenaga Kerja Usahatani Padi Organik Di Kecamatan Beringin tahun 2014

Desa Biaya Tenaga Kerja

Per petani (Rp) Per ha (Rp)

Sidodadi R 21.242.500 45.802.435

Karang

Anyar 17.887.500 25.852.123

Total 39.130.000 71.654.558

Rata - rata 1.565.200 2.866.182

Sumber:lampiran 6

Semua petani menggunakan tenaga kerja borongan dalam usaha taninya. Pekerjaan yang dilakukan meliputi menyemai sekaligus menanam, memupuk, merawat,dan memanen. Setiap pekerjaan menggunakan jumlah tenaga kerja dan upah yang berbeda – beda . Sehingga biaya yang dikeluarkan para petani organik cukup besar untuk tenaga kerja. Biaya tenaga kerja terbesar terdapat di desa Sidodadi R. yaitu Rp 21.242.500 dan terkecil terdapat di desa Karang Anyar Rp 17.887.500. Jika dikonversikan dalam hektar, biaya tenaga kerja terbesar terdapat di desa Sidodadi R. yaitu Rp 45.802.435 dan yang terkecil terdapat di desa Karang Anyar Rp 25.852.123.


(50)

Penerimaan Dan Pendapatan

Penerimaan usaha tani padi organik di daerah penelitian tergantung pada total biaya yang dikeluarkan petani. Selain harga dan total biaya ,Jumlah produksi juga berpengaruh terhadap peneriman dan pendapatan. Untuk mengetahui Total Biaya , Penerimaan dan Pendapatan dari usahatani padi organik dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Total Biaya, Penerimaan, Dan Pendapatan Padi Organik di Kecamatan Beringin tahun 2014

Desa Total Biaya Penerimaan Pendapatan

Per petani

(Rp) Per ha (Rp)

Per petani (Rp) Per ha (Rp) Per petani (Rp) Per ha (Rp) Sidodadi R 45.019.20

0 99.692.025 240.001.600 522324200

194.982.40 0 422.628.37 5 Karang Anyar 31.965.80

0 53.210.400 186.690.000

278.240.00 0 154.724.20 0 227.028.27 5 Total 76.985.00

0 152.902.425 426.691.600

800.564.20 0 349.706.60 0 649.656.65 0 Rata -

rata 3.079.400 6.116.097

17.067.664,

00 32.022.568 13.988.264 25.986.266

Sumber:lampiran 9

Di daerah penelitian harga gabah berkisar antara Rp3.700 – Rp 4.200/Kg. Harga gabah padi organik lebih tinggi dibandingkan padi non organik . Gabah tersebut biasanya dijual petani kepada agen. Penerimaan petani di daerah penelitian kecil karena lahan padi organik yang minim.Penerimaan di desa Sidodadi R. adalah yang tertinggi yaitu Rp 240.001.600 dan terkecil Karang Anyar Rp 186.690.000. Jika dikonversikan dalam hektar penerimaan tertinggi adalah di desa Sidodadi R. yaitu Rp 422.628.375 dan Desa Karang Anyar Rp 227.028.275.

Pendapatan merupakan hasil pengurangan penerimaan dengan total biaya yang dikeluarkan oleh petani. Desa Sidodadi R. adalah yang tertinggi yaitu Rp 194.982.400 dan desa Karang Anyar Rp 154.724.200. Jika dikonversikan dal


(51)

hektar desa Sidodadi R adalah yang terbesar yaitu Rp 422.628.375 dan yang terkecil terdapat di desa Karang Anyar Rp 227.028.275. Pendapatan yang diperoleh kedua desa dalam satu kali musim tanam ini sudah cukup baik mengingat rata – rata lahan di daerah penelitian sempit.

5.4 Analisis Pendapatan Usaha Tani Analisis R/C, Break Event Point (BEP)

R/C adalah singakatan dari return cost ratio atau dikenal dengan istilah perbandingan antara penerimaan dan biaya yang dikeluarkan selama produksi . Suatu usaha tani dikatakan menguntungkan apabila niali R/C > 1.

Break event point adalah titik impas dimana keadaan jumlah pendapatan dan biaya sama atau seimbang sehingga tidak terdapat keuntungan ataupun kerugian. Break event point ini digunakan untuk menganalisis proyeksi sejauh mana banyaknya jumlah unit yang diproduksi atau sebanyak apa uang yang harus diterima untuk mendapatkan titik impas atau kembali modal.

Tabel 10. Analisis R/C dan BEP usahatani padi organik

No. Uraian Satuan Nilai

1 Total Biaya Rp 76985000

2 Total produksi Kg 97048

3 Harga Jual Rp/Kg 4316

4 Total Penerimaan Rp 426691600

5 R/C 5,54

6 BEP Produksi Kg 17837

7 BEP Harga Rp/Kg 793


(52)

Dari tabel 10 diketahui R/C usahatani padi organikadalah 5,54 yang artinya setiap Rp1,00 biaya yang dikeluarkan petani akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp 5,54. Nilai R/C sebesar 5,54 >1 dapat disimpulkan bahwa usahatani padi organikdi daerah penelitian layak untuk diusahakan atau dengan kata lain menguntungkan.

Nilai BEP volume adalah 17.837 Kg dan total produksi 97.048 Kg yang artinya jumlah produksi sebesar 97.048 Kg telah berada diatas BEP produksi dengan kata lain usahatani padi organik menguntungkan. Dengan demikian dapat disimpulkan usahatani padi organik layak untuk diusahakan.

Nilai BEP harga adalah Rp 793 dan harga jual rata – rata petani sebesar Rp 4.316 yang artinya harga jual rata-rata petani sebesar Rp 4.316 telah berada di atas BEP harga , dengan kata lain usaha tani padi organik berada pada posisi yang menguntungkan. Dengan demikia n dapat disimpulkan bahwa usahatani padi organik di daerah penelitian layak untuk diusahakan.


(53)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1) Luas lahan di Kecamatan beringin adalah 13,56 Ha. Adapun jumlah petani

padi organik adalah 25 orang . Dengan produksi dalam sekali musim tanam sebesar 97.048 Kg.

2) Di kecamatan Beringin , desa Sidodadi R. merupakan desa dengan produktivitas tertinggi yaitu 7591 Kg. Sedangkan desa Karang Anyar merupakan desa dengan produktivitas terendah yaitu desa 6250 Kg.

3) Pendapatan Desa Sidodadi R. adalah yang tertinggi yaitu Rp 194.982.400 dan desa Karang Anyar Rp 154.724.200. Dalam konversi ke hektar pendapatan desa Sidodadi R. tertinggi yaitu Rp 422.628.375 dan pendapatan desa Karang Anyar adalah yang terkecil yaitu Rp 227.028.275. 4) Nilai R/C yang diperoleh 5,54> 1 serta nilai BEP produksi 17.837 kg dan

BEP harga Rp 793 maka usahatani padi organik di daerah penelitian layak untuk diusahakan.


(54)

6.2 Saran

1) Kepada petani padi organik tetap mempertahankan budidaya padi organik dan rutin mengikuti penyuluhan yang diselenggarakan PPL agar informasi tentang pertanian orgaik semakin luas.

2) Kepada pemerintah hendaknya memperhatikan harga jual gabah padi organik agar meningkatkan kesejahteraan petani karet serta memperhatikan dan mengawasi kinerja penyuluh di daerah penelitian agar kegiatan produksi sesuai dengan teknik budidaya yang seharusnya.

3) Untuk peneliti selanjutnya agar meneliti tentang permintaan dan penawaran beras organik.


(55)

DAFTAR PUSTAKA

Andoko, A., 2002. Budi Daya Padi Secara Organik . Penebar Swadaya, Jakarta Anonimous.2008. Sukses Bertanam Padi Organik.

Anonimous.2008. Bertanam Padi Organi

Diakses 2 Februari 2014

Gujarati, D., 1998. EkonometrikaDasar. Erlangga. Jakarta. Hernanto, F., 1993. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta

Mulyawan, B., 2011. Beras Organik. Bumi Ganesa,Bandung.

Parnata,A.S., 2010. Meningkatkan Hasil Panen dengan Pupuk Organik. Agro Media, Jakarta Selatan.

Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani. UI Press, Jakarta.

Soemartono.1997. Tanaman Pangan. Penebar Swadaya. Jakarta.

Soekartawi. 2002.Budidaya Padi Organik. Raja Grafindo Persada. Jakarta

Soekartawi. 1998. Agribisnis dan Teknik Aplikasi. Raja Grafindo Persada. Jakarta Soekartawi. 1998. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian. UI Press, Jakarta.

Susanto, R.2001. Padi Organik. Penebar Swadaya. Jakarta


(56)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Karakteristik Petani Padi Organik di Kec. Beringin Tahun 2014

Sampel Umur Tingkat Jumlah Pengalaman Luas Sampel Pendidikan Tanggungan Bertani Lahan

(tahun) (Orang) (Tahun) (Ha)

1 48 SMA 4 14 0,5

2 43 SMA 3 10 0,56

3 41 SARJANA 4 2 0,32

4 48 SMA 4 3 0,24

5 49 SMA 3 5 0,6

6 63 SMA 3 1 0,4

7 60 SMP 1 8 0,2

8 38 SARJANA 3 2 0,4

9 43 DIPLOMA 4 3 0,16

10 45 SMA 3 5 1

11 34 SMA 3 2 0,4

12 63 SMA 1 6 0,48

13 32 SMA 3 3 0,68

14 47 SARJANA 6 6 0,6

15 36 SARJANA 3 4 0,4

16 39 SMA 3 2 0,44

17 55 SMP 3 15 0,28

18 54 SD 4 1 0,18

19 44 SMP 1 3 0,6

20 50 SMP 4 18 2

21 54 SD 4 9 1

22 38 SMA 3 3 0,32

23 62 SD 2 2 0,48

24 48 SMA 4 3 0,6


(57)

Lampiran 2. Biaya Bibit Per Petani di Kec. Beringin Tahun 2014

Sampel

Kebutuhan Harga Biaya bibit bibit Bibit Per (Kg)/Petani Rp/Kg Petani

1 3,5 10000 35000

2 5 10000 50000

3 5 11000 55000

4 4 10000 40000

5 10 10000 100000

6 20 10000 200000

7 2 10000 20000

8 5 11000 55000

9 2 10000 20000

10 25 11000 275000

11 10 10000 100000

12 2,5 10000 25000

13 34 5000 170000

14 6 0 0

15 3 10000 30000

16 4 10000 40000

17 7 10000 70000

18 15 10000 150000

19 15 8000 120000

20 60 5000 300000

21 10 3000 30000

22 4 11000 44000

23 12 10000 120000

24 22,5 6000 135000

25 27 6000 162000

Total 313,5 217000 2346000 Rata-rata 12,54 8680 93840


(58)

Lampiran 3. Biaya Pupuk Per Petani di Kec. Beringin Tahun 2014

Sampel

Kebutuhan Harga Biaya Pupuk Kandang Pupuk Kandang Pupuk Kandang (Kg) (Rp/Kg) (Rp/Petani)

1 625 800 500000

2 350 800 280000

3 200 4000 800000

4 150 500 75000

5 750 800 600000

6 500 800 400000

7 750 800 600000

8 1500 800 1200000

9 100 4000 400000

10 625 4000 2500000

11 4000 800 3200000

12 1875 1600 3000000

13 850 800 680000

14 1875 800 1500000

15 2000 800 1600000

16 1650 800 1320000

17 210 1600 336000

18 112,5 1600 180000

19 1875 800 1500000

20 1250 640 800000

21 1250 800 1000000

22 200 4000 800000

23 2400 900 2160000

24 750 2000 1500000

25 1800 1000 1800000

Total 27647,5 36240 28731000 Rata-rata 1106 1450 1149240


(59)

Sampel

Pestisida Harga Biaya Pestisida Harga Biaya Total Biaya

Total Biaya

Urin Thricoderma

(Liter) (Rp/Liter) (Rp) (Liter) (Rp/Liter) (Rp) (Rp/Petani) (Rp/Ha)

1 10 3000 30000 3 25000 75000 105000 210000

2 10 3000 30000 3 25000 75000 105000 187500

3 3 3000 9000 2 25000 50000 59000 328125

4 3 3000 9000 2 25000 50000 59000 437500

5 12 3000 36000 3 25000 75000 111000 175000

6 5 3000 15000 3 25000 75000 90000 262500

7 2 3000 6000 2 25000 50000 56000 525000

8 5 3000 15000 2 25000 50000 65000 262500

9 2 3000 6000 2 25000 50000 56000 656250

10 20 3000 60000 5 25000 125000 185000 105000

11 5 3000 15000 2 25000 50000 65000 262500

12 10 3000 30000 2 25000 50000 80000 218750

13 15 3000 45000 3 25000 75000 120000 150000

14 0 0 0 0 0 0 0 0

15 0 0 0 2 25000 50000 50000 187500

16 10 3000 30000 2 25000 50000 80000 238000

17 5 3000 15000 2 25000 50000 65000 375000

18 3 3000 9000 2 25000 50000 59000 583000

19 14 3000 42000 3 25000 75000 117000 175000

20 40 3000 120000 8 25000 200000 320000 52500

21 20 3000 60000 5 25000 125000 185000 105000

22 4 3000 12000 2 25000 50000 62000 328125

23 6 3000 18000 4 25000 100000 118000 218750

24 12 3000 36000 4 25000 100000 136000 175000


(60)

Sampel

Luas Biaya Biaya Biaya Total Biaya Lahan Bibit Pupuk Pestisida Biaya Saprodi (Ha) (Rp/Petani) (Rp/Petani) (Rp/Petani) (Rp/Petani)

1 0,5 35000 500000 75000 610000

2 0,56 50000 280000 75000 405000

3 0,32 55000 800000 75000 930000

4 0,24 40000 75000 75000 190000

5 0,6 100000 600000 75000 775000

6 0,4 200000 400000 75000 675000

7 0,2 20000 600000 75000 695000

8 0,4 55000 1200000 75000 1330000

9 0,16 20000 400000 75000 495000

10 1 275000 2500000 75000 2850000

11 0,4 100000 3200000 75000 3375000 12 0,48 25000 3000000 75000 3100000

13 0,68 170000 680000 75000 925000

14 0,6 0 1500000 0 1500000

15 0,4 30000 1600000 75000 1705000

16 0,44 40000 1320000 75000 1435000

17 0,28 70000 336000 75000 481000

18 0,18 150000 180000 75000 405000

19 0,6 120000 1500000 75000 1695000

20 2 300000 800000 75000 1175000

21 1 30000 1000000 75000 1105000

22 0,32 44000 800000 75000 919000

23 0,48 120000 2160000 75000 2355000 24 0,6 135000 1500000 75000 1710000 25 0,72 162000 1800000 75000 2037000 Total 13,56 2346000 28731000 1800000 32877000 Rata-rata 0,54 93840 1149240 72000 1315080


(61)

Sampel Pengolahan Tanah Penanaman Penyiangan Pemupukan Pemberantasan Panen

Biaya Tenaga

Kerja Jumlah Upah Jumlah Upah Jumlah Upah Jumlah Upah Jumlah Upah Jumlah Upah

(HKP) (Rp) (HKP) (Rp) (HKP) (Rp) (HKP) (Rp) (HKP) (Rp) (HKP) (Rp) (Rp/petani)

1 2 90000 3 437500 3 120000 2 90000 2 90000 10 750000 1577500

2 2 90000 3 490000 2 80000 2 90000 2 90000 11 840000 1680000

3 2 90000 2 280000 1 0 1 0 1 0 6 480000 850000

4 2 90000 2 210000 1 0 1 0 1 0 5 360000 660000

5 2 90000 3 525000 2 80000 2 90000 1 0 12 900000 1685000

6 2 90000 2 350000 1 0 1 0 2 90000 8 600000 1130000

7 2 90000 2 175000 1 0 1 0 1 0 4 300000 565000

8 2 90000 2 350000 1 0 1 0 1 0 8 600000 1040000

9 2 90000 2 140000 1 0 1 0 1 0 3 240000 470000

10 2 90000 5 875000 2 80000 4 180000 4 180000 20 1500000 2905000

11 2 90000 2 350000 1 0 1 0 2 90000 8 600000 1130000

12 2 90000 2 420000 1 0 2 90000 2 90000 9 720000 1410000

13 2 90000 3 595000 2 80000 3 135000 2 90000 13 1020000 2010000

14 2 90000 3 525000 2 80000 2 90000 1 0 12 900000 1685000

15 2 90000 2 350000 1 0 1 0 2 90000 8 600000 1130000

16 2 90000 2 385000 1 0 2 90000 2 90000 9 660000 1315000

17 2 90000 2 245000 1 0 1 0 1 0 5 420000 755000

18 2 90000 2 157500 1 0 1 0 1 0 4 270000 517500

19 2 90000 3 525000 2 80000 2 90000 2 90000 12 900000 1775000

20 2 90000 10 1750000 4 160000 8 360000 8 360000 40 3000000 5720000

21 2 90000 5 875000 3 120000 4 180000 4 180000 20 1500000 2945000

22 2 90000 2 280000 1 0 1 0 1 0 6 480000 850000

23 2 90000 2 420000 2 80000 2 90000 1 0 9 720000 1400000

24 2 90000 3 525000 2 80000 2 90000 2 90000 12 900000 1775000


(62)

Sampel Jumlah Harga Umur Biaya Jumlah Harga Umur Biaya Jumlah Harga Umur Biaya Total Cangkul Pakai Penyusutan Beko Pakai Penyusutan semprot Pakai Penyusutan Biaya (unit) (Rp) (bulan) (Rp) (unit) (Rp) (Bulan) (Rp) (Unit) (RP) (Bulan) (RP) (Rp/petani)

1 2 100000 4 6600 1 250000 4 8300 1 250000 4 17000 31900

2 2 100000 4 6600 1 250000 4 8300 1 250000 4 17000 31900

3 1 50000 4 3300 1 250000 4 8300 1 250000 4 17000 28600

4 1 50000 4 3300 1 250000 4 8300 1 250000 4 17000 28600

5 2 100000 4 6600 1 250000 4 8300 1 250000 4 17000 31900

6 2 100000 4 6600 1 250000 4 8300 1 250000 4 17000 31900

7 1 50000 4 3300 1 250000 4 8300 1 250000 4 17000 28600

8 1 50000 4 3300 1 250000 4 8300 1 250000 4 17000 28600

9 1 50000 4 3300 1 250000 4 8300 1 250000 4 17000 28600

10 2 100000 4 6600 1 250000 4 8300 1 250000 4 17000 31900

11 2 100000 4 6600 1 250000 4 8300 1 250000 4 17000 31900

12 2 100000 4 6600 1 250000 4 8300 1 250000 4 17000 31900

13 2 100000 4 6600 1 250000 4 8300 1 250000 4 17000 31900

14 2 100000 4 6600 1 250000 4 8300 1 250000 4 17000 31900

15 2 100000 4 6600 1 250000 4 8300 1 250000 4 17000 31900

16 2 100000 4 6600 1 250000 4 8300 1 250000 4 17000 31900

17 1 50000 4 3300 1 250000 4 8300 1 250000 4 17000 28600

18 1 50000 4 3300 1 250000 4 8300 1 250000 4 17000 28600

19 2 100000 4 6600 1 250000 4 8300 1 250000 4 17000 31900

20 2 100000 4 6600 1 250000 4 8300 1 250000 4 17000 31900

21 2 100000 4 6600 1 250000 4 8300 1 250000 4 17000 31900

22 2 100000 4 6600 1 250000 4 8300 1 250000 4 17000 31900

23 2 100000 4 6600 1 250000 4 8300 1 250000 4 17000 31900

24 2 100000 4 6600 1 250000 4 8300 1 250000 4 17000 31900

25 2 100000 4 6600 1 250000 4 8300 1 250000 4 17000 31900

Total 43 2150000 100 141900 25 6250000 100 207500 25 6250000 100 425000 774400


(63)

Sampel

Biaya Variabel Biaya tetap Total

B. Saprodi

B. Tenaga

Kerja B. Penyusutan B.PBB P3A

Biaya Produksi

(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)

1 610000 1577500 31900 50000 105000 2374400 2 405000 1680000 31900 56000 117600 2290500

3 930000 850000 28600 32000 67200 1907800

4 190000 660000 28600 24000 50400 953000

5 775000 1685000 31900 60000 126000 2677900 6 675000 1130000 31900 40000 84000 1960900

7 695000 565000 28600 20000 42000 1350600

8 1330000 1040000 28600 40000 84000 2522600

9 495000 470000 28600 16000 33600 1043200

10 2850000 2905000 31900 100000 210000 6096900 11 3375000 1130000 31900 40000 84000 4660900 12 3100000 1410000 31900 48000 100800 4690700 13 925000 2010000 31900 68000 142800 3177700 14 1500000 1685000 31900 60000 126000 3402900 15 1705000 1130000 31900 40000 84000 2990900 16 1435000 1315000 31900 44000 92400 2918300 17 481000 755000 28600 28000 58800 1351400 18 405000 517500 28600 18000 37800 1006900 19 1695000 1775000 31900 60000 126000 3687900 20 1175000 5720000 31900 200000 420000 7546900 21 1105000 2945000 31900 100000 210000 4391900 22 919000 850000 31900 32000 67200 1900100 23 2355000 1400000 31900 48000 100800 3935700 24 1710000 1775000 31900 60000 126000 3702900 25 2037000 2150000 31900 72000 151200 4442100 Total 32877000 39130000 774400 1356000 2847600 76985000 Rata-rata 1315080 1565200 30976 54240 113904 3079400


(64)

Sampel

Total

Harga Jual

Biaya

Total Penerimaan Pendapatan Produksi Kering Per petani Petani Petani

(Kg) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)

1 4113 4200 2374400 17274600 14900200 2 4900 4200 2290500 20580000 18289500 3 2400 4200 1907800 10080000 8172200

4 2100 4200 953000 8820000 7867000

5 3750 4200 2677900 15750000 13072100 6 3000 4200 1960900 12600000 10639100

7 1200 4200 1350600 5040000 3689400

8 3000 4200 2522600 12600000 10077400

9 1400 4200 1043200 7560000 6516800

10 8750 5400 6096900 36750000 30653100

11 2100 4200 4660900 8820000 4159100

12 3960 4200 4690700 16632000 11941300 13 5100 4200 3177700 21420000 18242300 14 4500 4200 3402900 18900000 15497100 15 3000 4200 2990900 12600000 9609100 16 2750 4200 2918300 14575000 11656700

17 1750 5300 1351400 7350000 5998600

18 1125 4200 1006900 4725000 3718100

19 3750 4200 3687900 20250000 16562100 20 9200 5400 7546900 49680000 42133100 21 8750 4000 4391900 36750000 32358100 22 2800 4200 1900100 11760000 9859900 23 4200 4200 3935700 15540000 11604300 24 4050 3700 3702900 17415000 13712100 25 5400 4300 4442100 23220000 18777900 Total 97048 107900 76985000 426691600 349706600 Rata-rata 3881,92 4316 3079400 17067664 13988264


(1)

Lampiran 7. Biaya Penyusutan Per Petani di Kec. Beringin Tahun 2014

Sampel Jumlah Harga Umur Biaya Jumlah Harga Umur Biaya Jumlah Harga Umur Biaya Total Cangkul Pakai Penyusutan Beko Pakai Penyusutan semprot Pakai Penyusutan Biaya (unit) (Rp) (bulan) (Rp) (unit) (Rp) (Bulan) (Rp) (Unit) (RP) (Bulan) (RP) (Rp/petani)

1 2 100000 4 6600 1 250000 4 8300 1 250000 4 17000 31900

2 2 100000 4 6600 1 250000 4 8300 1 250000 4 17000 31900

3 1 50000 4 3300 1 250000 4 8300 1 250000 4 17000 28600

4 1 50000 4 3300 1 250000 4 8300 1 250000 4 17000 28600

5 2 100000 4 6600 1 250000 4 8300 1 250000 4 17000 31900

6 2 100000 4 6600 1 250000 4 8300 1 250000 4 17000 31900

7 1 50000 4 3300 1 250000 4 8300 1 250000 4 17000 28600

8 1 50000 4 3300 1 250000 4 8300 1 250000 4 17000 28600

9 1 50000 4 3300 1 250000 4 8300 1 250000 4 17000 28600

10 2 100000 4 6600 1 250000 4 8300 1 250000 4 17000 31900

11 2 100000 4 6600 1 250000 4 8300 1 250000 4 17000 31900

12 2 100000 4 6600 1 250000 4 8300 1 250000 4 17000 31900

13 2 100000 4 6600 1 250000 4 8300 1 250000 4 17000 31900

14 2 100000 4 6600 1 250000 4 8300 1 250000 4 17000 31900

15 2 100000 4 6600 1 250000 4 8300 1 250000 4 17000 31900

16 2 100000 4 6600 1 250000 4 8300 1 250000 4 17000 31900

17 1 50000 4 3300 1 250000 4 8300 1 250000 4 17000 28600

18 1 50000 4 3300 1 250000 4 8300 1 250000 4 17000 28600

19 2 100000 4 6600 1 250000 4 8300 1 250000 4 17000 31900

20 2 100000 4 6600 1 250000 4 8300 1 250000 4 17000 31900

21 2 100000 4 6600 1 250000 4 8300 1 250000 4 17000 31900

22 2 100000 4 6600 1 250000 4 8300 1 250000 4 17000 31900

23 2 100000 4 6600 1 250000 4 8300 1 250000 4 17000 31900

24 2 100000 4 6600 1 250000 4 8300 1 250000 4 17000 31900

25 2 100000 4 6600 1 250000 4 8300 1 250000 4 17000 31900

Total 43 2150000 100 141900 25 6250000 100 207500 25 6250000 100 425000 774400


(2)

Lampiran 8. Biaya Produksi Per Petani di Kec. Beringin Tahun 2014

Sampel

Biaya Variabel Biaya tetap Total

B. Saprodi

B. Tenaga

Kerja B. Penyusutan B.PBB P3A

Biaya Produksi

(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)

1 610000 1577500 31900 50000 105000 2374400

2 405000 1680000 31900 56000 117600 2290500

3 930000 850000 28600 32000 67200 1907800

4 190000 660000 28600 24000 50400 953000

5 775000 1685000 31900 60000 126000 2677900

6 675000 1130000 31900 40000 84000 1960900

7 695000 565000 28600 20000 42000 1350600

8 1330000 1040000 28600 40000 84000 2522600

9 495000 470000 28600 16000 33600 1043200

10 2850000 2905000 31900 100000 210000 6096900

11 3375000 1130000 31900 40000 84000 4660900

12 3100000 1410000 31900 48000 100800 4690700

13 925000 2010000 31900 68000 142800 3177700

14 1500000 1685000 31900 60000 126000 3402900

15 1705000 1130000 31900 40000 84000 2990900

16 1435000 1315000 31900 44000 92400 2918300

17 481000 755000 28600 28000 58800 1351400

18 405000 517500 28600 18000 37800 1006900

19 1695000 1775000 31900 60000 126000 3687900 20 1175000 5720000 31900 200000 420000 7546900 21 1105000 2945000 31900 100000 210000 4391900

22 919000 850000 31900 32000 67200 1900100

23 2355000 1400000 31900 48000 100800 3935700 24 1710000 1775000 31900 60000 126000 3702900 25 2037000 2150000 31900 72000 151200 4442100 Total 32877000 39130000 774400 1356000 2847600 76985000 Rata-rata 1315080 1565200 30976 54240 113904 3079400


(3)

Lampiran 9. Pendapatan Per Petani di Kec. Beringin Tahun 2014 Sampel

Total

Harga Jual

Biaya

Total Penerimaan Pendapatan Produksi Kering Per petani Petani Petani

(Kg) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)

1 4113 4200 2374400 17274600 14900200

2 4900 4200 2290500 20580000 18289500

3 2400 4200 1907800 10080000 8172200

4 2100 4200 953000 8820000 7867000

5 3750 4200 2677900 15750000 13072100

6 3000 4200 1960900 12600000 10639100

7 1200 4200 1350600 5040000 3689400

8 3000 4200 2522600 12600000 10077400

9 1400 4200 1043200 7560000 6516800

10 8750 5400 6096900 36750000 30653100

11 2100 4200 4660900 8820000 4159100

12 3960 4200 4690700 16632000 11941300

13 5100 4200 3177700 21420000 18242300

14 4500 4200 3402900 18900000 15497100

15 3000 4200 2990900 12600000 9609100

16 2750 4200 2918300 14575000 11656700

17 1750 5300 1351400 7350000 5998600

18 1125 4200 1006900 4725000 3718100

19 3750 4200 3687900 20250000 16562100

20 9200 5400 7546900 49680000 42133100

21 8750 4000 4391900 36750000 32358100

22 2800 4200 1900100 11760000 9859900

23 4200 4200 3935700 15540000 11604300

24 4050 3700 3702900 17415000 13712100

25 5400 4300 4442100 23220000 18777900

Total 97048 107900 76985000 426691600 349706600 Rata-rata 3881,92 4316 3079400 17067664 13988264


(4)

Lampiran 10. Produktivitas Per Petani Padi Organik di Kec. Beringin Tahun 2014 Sampel Total Luas Produktivitas

Produksi Lahan

(Kg) (ha) (Kg/ha)

1 4113 0,5 8226

2 4900 0,56 8750

3 2400 0,32 7500

4 2100 0,24 8750

5 3750 0,6 6250

6 3000 0,4 7500

7 1200 0,2 6000

8 3000 0,4 7500

9 1400 0,16 8750

10 8750 1 8750

11 2100 0,4 5250

12 3960 0,48 8250

13 5100 0,68 7500

14 4500 0,6 7500

15 3000 0,4 7500

16 2750 0,44 6250

17 1750 0,28 6250

18 1125 0,18 6250

19 3750 0,6 6250

20 9200 2 4600

21 8750 1 8750

22 2800 0,32 8750

23 4200 0,48 8750

24 4050 0,6 6750

25 5400 0,72 7500

Total 97048 13,56 184076


(5)

Lampiran 11. R/C Per Petani Padi Organik di Kec. Beringin Tahun 2014

Penerimaan

Biaya

Produksi Pendapatan R/C

(Rp) (Rp) (Rp) Nilai interpretasi

17274600 2374400 14900200 7 Layak 20580000 2290500 18289500 8 Layak 10080000 1907800 8172200 9 Layak 8820000 953000 7867000 5 Layak 15750000 2677900 13072100 6 Layak 12600000 1960900 10639100 3 Layak 5040000 1350600 3689400 4 Layak 12600000 2522600 10077400 7 Layak 7560000 1043200 6516800 6 Layak 36750000 6096900 30653100 3 Layak 8820000 4660900 4159100 2 Layak 16632000 4690700 11941300 3 Layak 21420000 3177700 18242300 6 Layak 18900000 3402900 15497100 5 Layak 12600000 2990900 9609100 4 Layak 14575000 2918300 11656700 4 Layak 7350000 1351400 5998600 5 Layak 4725000 1006900 3718100 4 Layak 20250000 3687900 16562100 5 Layak 49680000 7546900 42133100 6 Layak 36750000 4391900 32358100 8 Layak 11760000 1900100 9859900 6 Layak 15540000 3935700 11604300 3 Layak 17415000 3702900 13712100 4 Layak 23220000 4442100 18777900 5 Layak


(6)

Lampiran 12. BEP Per Petani padi Organik Di Kec. Beringin Tahun 2014 Biaya

Total

Harga

Jual BEP

Per petani Kering Per petani (Rp) (Rp)

2374400 4200 563

2290500 4200 543

1907800 4200 454

953000 4200 226

2677900 4200 637

1960900 4200 466

1350600 4200 321

2522600 4200 600

1043200 4200 248

6096900 5400 1129

4660900 4200 1109

4690700 4200 1116

3177700 4200 756

3402900 4200 810

2990900 4200 712

2918300 4200 694

1351400 5300 254

1006900 4200 239

3687900 4200 878

7546900 5400 1397

4391900 4000 1097

1900100 4200 452

3935700 4200 937

3702900 4000 925