PERANAN KANTOR PERTANAHAN KOTA MEDAN DALAM PELAYANAN PENDAFTARAN TANAH PERTAMA KALI BERDASARKAN PERATURAN KEPALA BPN NO. 1 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR PELAYANAN DAN PENGATURAN PERTANAHAN

(1)

i SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh : Nama : Cindy Ariestya NIM : 20120610184

Bagian : Hukum Administrasi Negara

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(2)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh : Nama : Cindy Ariestya NIM : 20120610184

Bagian : Hukum Administrasi Negara

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(3)

(4)

(Moh.Satria Mangkubumi)

“Lebih baik mencoba namun gagal, dari pada tidak sama sekali lalu menyessal” (Cindy Ariestya)

“Hiduplah seperti pohon kayu yang lebat buahnya, hidup ditepi jalan dan dilempari orang dengan batu, namun dibalas dengan buah”


(5)

Terimakasih untuk kedua oranng tua ku yang selalu memberikan semangat, kasih sayang serta dukungan moril maupun materil hingga saat ini.

Terimakasih untuk abangku dan kakak iparku yang mengajarkan ku untuk selalu berusaha dan pantang menyerah agar tercapai segala tujuan dan cita-citaku.

Dan terimkasih untuk adekku yang tersayang, yang selalu jadi teman berantam tapi selalu buat kangen.


(6)

dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “PERANAN KANTOR PERTANAHAN KOTA MEDAN DALAM

PELAYANAN PENDAFTARAN TANAH PERTAMA KALI

BERDASARKAN PERATURAN KEPALA BPN NO. 1 TAHUN 2010

TENTANG STANDAR PELAYANAN DAN PENGATURAN

PERTANAHAN” dengan baik dan lancar.

Penulisan skripsi yang sederhana dan jauh dari sempurna ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program strata satu (S1) pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penulisan skripsi ini tidak mungkin terselesaikan dengan baik tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Kedua Orangtuaku Yestri Nedi, S.E dan Hj. Mahrani Nasution atas Do’a, bimbingan, nasehat, serta dukungan moril dan materil yang tak henti-hentinya diberikan kepada penulis hingga dapat menyelesaikan studi S1. 2. Abangku Aulia Randy, S.T., kakakku Dwirizky Nureza Furqoni, A.md.,

dan adikku Triyana Salsabila. Serta seluruh keluarga besarku di Medan. Terima Kasih atas semangat, dorongan dan perhatian yang kalian berikan selama ini.


(7)

penulis selama menyelesaikan studi.

4. Dosen Pembimbing skripsi, Bpk Sunarno, S.H, M.Hum. dan Bpk. Nasrullah, S.H.,S.Ag.,MCL. yang dengan penuh kesabaran telah memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis selama proses penyelesaian skripsi ini.

5. Kantor Pertanahan Kota Medan, Kepala Urusan Umum dan Kepegawaian Ibu Inneke Tania Arsyad, S.H.,M.Kn dan masyarakat Kota Medan yang telah bekerjasama demi kelancaran penulisan hukum ini.

6. Seluruh teman-temanku di FH UMY angkatan 2012, teman-teman seperjuanganku di Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Avicenna dan Tunas Bangsa, teman-teman kost putri princess, dan teman-teman The Best Muslimah Model 2015.

7. Moh.Satria Mangkubumi, Terimakasih atas kebersamaannya selama saya kuliah di Yogyakarta.

8. Serta Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, yang telah memberikan dukungan, bantuan, kemudahan, dan semangat dalam proses penyelesaian skripsi ini.

Demikian penulis sampaikan, harapan penulis adalah agar apa yang penulis teliti ini bisa bermanfaat secara nyata, meskipun penulis sadari masih banyak kekurangan-kekurangan yang nampak terlihat dalam skripsi ini, maka dari


(8)

Yogyakarta, April 2016


(9)

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

KATA PENGANTAR ... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ... ix

ABSTRAK ………... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

A. Pengertian Perananan ... 9

B. Badan Pertanahan Nasional ... 10

C. Pendaftaran Tanah ... 13

1. Pengertian Pendaftaran Tanah ... 13

2. Azas-azas Pendaftaran Tanah di Indonesia ... 16

3. Tujuan Pendaftaran Tanah di Indonesia ... 19

4. Objek Pendaftaran Tanah ... 22

a. Sistem Pendaftaran Tanah ... 22

5. Tinjauan Umum tentang Pengaturan Kegiatan Pendaftaran Tanah ... 24

D. Peraturan Kepala BPN No. 1 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan dan Pengaturan Pertanahan ... 25


(10)

D. Narasumber ...30

E. Responden ... 31

F. Data Penelitian ... 31

G. Teknik Pengumpulan Data ... 32

H. Teknik Analisis Data ... 33

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 34

A. Gambaran Umum Kantor Pertanahan Kota Medan ... 34

1. Deskripsi Kota Medan ... 34

2. Kantor Pertanahan Kota Medan ... 34

a. Struktur Organisasi dan Tugas Kantor Pertanahan Kota Medan ... 38

b. Kepegawaian Kantor Pertanahan Kota Medan ... 42

B. Peranan Kantor Pertanahan Kota Medan dalam Pelayanan Pendaftaran Tanah Pertama Kali ... 45

1. Alur Melakukan Pendaftaran Tanah Pertama Kali di Kantor Pertanahan Kota Medan ... 45

2. Penerapan Standar Pelayanan dan pengaturan tanah di Kantor Pertanahan Kota Medan terkait Pelayanan pendaftaran tanah pertama kali ... 49

a. Kelompok dan Jenis Pelayanan ... 51

b. Persyaratan ... 51

c. Biaya ... 52

d. Waktu ... 54

e. Prosedur ... 55

f. Pelaporan ... 57

3. Penilaian Masyarakat Terkait Pelaksanaan Standar Pelayanan dalam Pendaftaran Tanah Pertama Kali di Kantor Pertanahan Kota Medan ...58

4. Peran Kantor Pertanahan Kota Medan dalam Pelayanan pendaftaran tanah pertama kali ... 61

C. Hambatan yang Terjadi dalam Pelayanan Pendaftaran Tanah Pertama Kali di Kantor Pertanahan Kota Medan ... 68

1. Lembaga ... 68


(11)

LAMPIRAN


(12)

2.2 Identifikasi pegawai Kantor Pertanahan Kota Medan

Berdasarkan golongannya ... 45

4.1 Jumlah serfikat pendaftaran tanah pertama kali yang masuk dan jumlah sertifikat yang keluar pada tahun 2015 ... 63

4.2 Konversi, Pengakuan dan Penegasan Hak ... 65

4.3 Pemberian Hak ...66

4.4 Wakaf Dari Tanah Belum Bersertifikasi ... 67

4.5 Wakaf Dari Tanah Negara ... 67


(13)

(14)

(15)

x

pertama kali. Maka dari itu pemerintah menyusun Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok Agraria. Salah satu tujuan Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) adalah untuk memberikan kepastian hukum berkenaan dengan hak-hak atas tanah yang dipegang oleh masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah menyelenggarakan pendaftaran tanah, dan secara tegas diatur dalam Pasal 19 ayat (1) UUPA yang menyatakan bahwa: Untuk menjamin kepastian hukum oleh Pemerintah diadakan pendaftaran tanah diseluruh wilayah Republik Indonesia menurut ketentuan-ketentuan yang diatur dengan Peraturan Pemerintah. Tanah hak milik ataupun tanah hak-hak lainnya wajib didaftarkan di kantor-kantor pertanahan (BPN) dan BPN wajib melayani masyarakat dengan sebaik mungkin sesuai dengan Peraturan Kepala BPN Nomor 1 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan dan Pengaturan Pertanahan. Berdasarkan hal tersebut maka penulis bertujuan untuk meneliti peranan Peranan Kantor Pertanahan Kota Medan dalam pelayanan pendaftaran tanah pertama kali berdasarkan Peraturan Kepala BPN RI No. 1 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan dan Pengaturan Pertanahan beserta hambatan dalam pelaksanaanya.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum empiris , adapun data diperoleh dari studi lapangan dan studi kepustakaan. Data primer maupun sekunder diolah terlebih dahulu kemudian disusun secara sistematis dan dianalisis secara deskriptif kualitatif .Penelitian ini dilaksanakan di Kantor Pertanahan Kota Medan.

Hasil Penelitian menunjukkan Kantor Pertanahan Kota Medan dalam peranannya telah mengikuti standar pelayanan berdasarkan Peraturan Kepala BPN RI No. 1 Tahun 2010 dalam hal pendaftaran tanah pertama kali, selain itu juga telah melakukan upaya sosialisasi kepada masyarakat Kota Medan tentang tata cara dan prosedur dalam melakukan pendaftaran tanah pertama kali meskipun diakui masih belum maksimal. Rendahnya ketaatan dan pemahaman masyarakat dalam mendaftarkan tanah dan juga minimnya saran yang diberikan masyarakat ditambah masih kurangnya personil Kantor Pertanahan Kota Medan yang tidak sebanding dengan jumlah pekerjaan. Serta mendahulukan Prona menyebabkan keterlambatan dalam penyelesaian pendaftaran tanah merupakan beberapa hambatan dalam pelaksanaan pendaftaran tanah pertama kali di Kantor Pertanahan Kota Medan.

Kata Kunci : Pendaftaran Tanah Pertama Kali, Kantor Pertanahan, Kota Medan


(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Tanah merupakan suatu faktor yang sangat penting bagi kehidupan manusia, karena manusia dan tanah memiliki hubungan yang sangat erat, terlebih lagi bagi masyarakat Indonesia yang masih menggantungkan hidupnya dari tanah. Tanah juga merupakan sumber penghidupan dan mata pencaharian, bahkan tanah dan manusia tidak dapat dipisahkan dari lahir hingga manusia meninggal dunia. Kebutuhan akan tanah semakin hari semakin meningkat, disebabkan oleh meningkatnya jumlah penduduk dan banyaknya kegiatan pembangunan disegala bidang. Semakin meningkatnya kebutuhan akan tanah tersebut, maka konsekuensinya juga semakin meningkat. Manusia melakukan segala aktivitasnya di atas tanah, oleh karena itu dalam penggunaan dan pemanfaatannya tidak boleh merugikan kepentingan umum, karena tanah memiliki fungsi sosial dan fungsi ekonomi.

Tanah merupakan bagian dari bumi yang sudah diatur dalam UUPA, yang dimaksud bukan mengatur tanah dalam semua aspek, tetapi hanya mengatur salah satu aspeknya, yaitu tanah dalam pengertian yuridis yang disebut hak-hak penguasaan atas tanah. Adapun pasal yang termasuk di dalam UUPA tersebut yaitu terdapat di dalam Pasal 4 Undang-undang No. 5 Tahun 1960, dan menegaskan lagi bahwasanya tanah merupakan bagian dari bumi


(17)

terdapat pada Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi: bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara untuk dipergunakan bagi sebesar-besar kemakmuran rakyat.1 Pengaturan hubungan-hubungan hukum dalam pemberian dan penetapan hak-hak atas tanah jelas telah merupakan wewenang Negara yang dilaksanakan oleh pemerintah dengan prosedur yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan.

Menurut ketentuan Undang-Undang Dasar 1945 tersebut maka disusunlah Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok Agraria. Salah satu tujuan Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) adalah untuk memberikan kepastian hukum berkenaan dengan hak-hak atas tanah yang dipegang oleh masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut, Pemerintah menyelenggarakan pendaftaran tanah, dan secara tegas diatur dalam Pasal 19 ayat (1) UUPA yang menyatakan bahwa: Untuk menjamin kepastian hukum oleh Pemerintah diadakan pendaftaran tanah diseluruh wilayah Republik Indonesia menurut ketentuan-ketentuan yang diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 19 ayat (1) UUPA tersebut merupakan keharusan dan kewajiban bagi pemerintah untuk mengatur dan menyelenggarakan gerakan pendaftaran tanah di seluruh wilayah Indonesia, yang kemudian diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah. Bagi pemegang hak, kewajiban pendaftaran tanah tersebut diatur dalam Pasal 23 UUPA (Hak milik), Pasal 32 UUPA (Hak Guna Usaha), Pasal 38 (Hak Guna Bangunan).


(18)

Untuk menjamin kepastian hukum oleh pemerintah diadakan pendaftaran tanah yang bersifat recht-kadaster artinya bertujuan menjamin kepastian hukum.2

Terjadinya reformasi politik di tahun 1998, membawa dampak kembali tentang tata kehidupan berbangsa dan bernegara termasuk didalamnya tentang pengaturan kebijakan hukum pertanahan. Khusus kepada kebijakan hukum pertanahan perlu dirancang untuk mendukung demokratisasi dan terbentuknya clean and good governance. Ditandai dengan adanya pemerintahan yang rasional, transparasi, dan memiliki sikap kompetisi antar departemen dalam memberikan pelayanan, mendorong tegaknya hukum serta bersedia memberikan pertanggungjawaban terhadap publik secara teratur. Kebijakan hukum pertanahan mencakup aspek yang mendasar yaitu prinsip pemenuhan hak-hak konstitusional rakyat dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan menghargai prinsip kesederajatan manusia.3

Hak atas tanah mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia, dengan adanya Undang-undang RI Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria di dalam Pasal 19 menyatakan: “untuk menjamin kepastian hukum oleh Pemerintah diadakan pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia menurut ketentuan-ketentuan yang diatur dengan Peraturan Pemerintah”. Peraturan Pemerintah yang dimaksud adalah PP No. 10 Tahun 1961 (tentang pendaftaran tanah) yang telah diubah menjadi PP No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah. Pendaftaran

2 Boedi Harsono, 2000, Hukum Agraria Indonesia, Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok Agraria, Isi dan Pelasanaannya, Jakarta: Penerbit Djambatan. Hlm 471-472


(19)

tanah yang bersifat rechts kadaster bertujuan untuk menjamin tertib hukum dan kepastian hak atas tanah. Pendaftaran tersebut meliputi:

1. Pengukuran, perpetaan dan pembukuan tanah

2. Pendaftaran hak-hak atas tanah dan peralihan hak-hak tersebut

3. Pemberian surat-surat tanda bukti hak, yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat

Pada prinsipnya kegiatan pendaftaran tanah meliputi kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali dan kegiatan pemeliharaan data yang tersedia.4 Pendaftaran tanah diselenggarakan dengan mengingat keadaan Negara dan masyarakat, karena tanah merupakan hajat hidup setiap orang. Setiap jengkal tanah di mata hukum keagrariaan harus jelas, status hak dan pemegang haknya. Siapa saja yang menguasai/memilikinya serta penggunaan tanahnya mempunyai kriteria yang berbeda. Tanah hak milik ataupun tanah hak-hak lainnya wajib didaftarkan di kantor-kantor pertanahan (BPN). Bukti bahwa tanah tersebut telah terdaftar adalah sertifikat tanah, yang sekaligus sebagai bukti penguasaan/pemilikan pemegangnya atas tanah tersebut.

Alasan mengapa pemerintah mengadakan pendaftaran tanah dan penerbitan sertifikat merupakan salah satu perwujudan dari tujuan pendaftaran tanah yang dimaksud UUPA Nomor 5 Tahun 1960 bahwa sertifikat hak atas tanah merupakan bukti yang kuat mengenai suatu penguasaan/pemilikan tanah. Begitupun dengan Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, melalui Pasal 3 menjelaskan tujuan dan kegunaan dari

4Ibid, hlm. 12.


(20)

pendaftaran tanah dan sertifikat hak atas tanah tersebut, “Untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada pemegang hak atas tanah, satuan rumah susun dan hak-hak lain yang terdaftar agar dengan mudah membuktikan dirinya sebagai pemegang hak yang bersangkutan”.

Peraturan Pemerintah telah mengatur biaya-biaya yang bersangkutan dengan pendaftaran tanah, dengan ketentuan bahwa rakyat yang tidak mampu dibebaskan dari biaya-biaya tersebut. Pendaftaran tanah dimaksudkan untuk mewujudkan tertib administrasi, tertib hukum dan memenuhi tuntutan masyarakat Indonesia. Penyelenggaraan pendaftaran tanah akan menghasilkan sertifikat yang digunakan sebagai tanda bukti kepemilikan hak atas tanah. Namun dalam pelaksanaannya pasti ada hambatan, baik berupa pelaksanaan administrasi maupun dari kesadaran masyarakat itu sendiri, terutama bagi masyarakat umum yang belum begitu mengerti pentingnya untuk melakukan pendaftaran tanah.

Masyarakat awam kurang memiliki pengetahuan mengenai pendaftaran tanah dan bagaimana cara memperoleh sertfikat, serta bagaimana BPN memproses permohonan sertifikat tanah tersebut bukan merupakan pengetahuan umum. Dalam sistem pemerintahan Republik Indonesia terdapat lembaga atau institusi yang diberikan kewenangan untuk mengemban amanah dalam mengelola bidang pertanahan yaitu Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia (BPN-RI). Peraturan Presiden No. 10 Tahun 2006 tentang Badan Pertanahan Nasional yang telah diubah menjadi Peraturan Presiden No. 20 Tahun 2015 tentang Badan Pertanahan Nasional, menyebutkan bahwasanya


(21)

Badan Pertanahan Nasional mempunyai tugas melaksanakan pemerintahan di bidang pertanahan secara nasional, regional, dan sektoral. Adapun fungsi dari Badan Pertanahan Nasional meliputi:

1. Merumuskan kebijakan dan perencanaan penguasaan dan penggunaan tanah.

2. Merumuskan kebijakan dan perencanaan pengaturan pemilikan tanah dengan prinsip-prinsip bahwa tanah mempunyai fungsi sosial sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Pokok Agraria.

3. Melaksanakan pengukuran dan pemetaan serta pendaftaran dalam upaya memberikan kepastian hak di bidang pertanahan.

4. Melaksanakan pengurusan hak-hak atas tanah dalam rangka memelihara tertib administrasi di bidang pertanahan.

5. Melaksanakan penelitian dan pengembangan dibidang pertanahan serta pendidikan dan latihan tenaga-tenaga yang diperlukan di bidang administrasi.

Menyangkut pada permasalahan pendaftaran tanah pertama kali, Badan Pertanahan Nasional sudah memiliki Standar Pelayanan untuk pendaftaran tanah pertama kali, yang tercantum di dalam Peraturan Kepala BPN No. 1 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan dan Pengaturan Pertanahan. Oleh karena itu penulis tertarik mengangkat permasalahan mengenai apakah standar pelayanan dalam pendaftaran tanah pertama kali sudah sesuai dengan peraturan Kepala BPN No. 1 Tahun 2010 tersebut. Untuk itu penulis bermaksud meneliti persoalan tersebut dengan mengambil judul: PERANAN KANTOR


(22)

PERTANAHAN KOTA MEDAN DALAM PELAYANAN

PENDAFTARAN TANAH PERTAMA KALI BERDASARKAN

PERATURAN KEPALA BPN NO. 1 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR PELAYANAN DAN PENGATURAN PERTANAHAN.

B.Rumusan Masalah

1. Bagaimana Peranan Kantor Pertanahan Kota Medan dalam pelayanan pendaftaran tanah pertama kali berdasarkan peraturan Kepala BPN RI No. 1 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan dan Pengaturan Pertanahan?

2. Apa saja hambatan Kantor Pertanahan Kota Medan dalam pelayanan pendaftaran tanah pertama kali berdasarkan peraturan Kepala BPN RI No. 1 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan dan Pengaturan Pertanahan?

C.Tujuan Penelitian

Maksud dan tujuan dari penelitian ini dibagi menjadi dua:

1. Untuk mengetahui dan mengkaji peranan Kantor Pertanahan Kota Medan dalam melayani pendaftaran tanah pertama kali berdasarkan Peraturan Kepala BPN No. 1 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan dan Pengaturan Pertanahan.

2. Untuk mengetahui dan mengkaji hambatan apa saja yang terjadi di Kantor Pertanahan Kota Medan dalam melayani pendaftaran tanah pertama kali berdasarkan Peraturan Kepala BPN No. 1 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan dan Pengaturan Pertanahan.


(23)

D.Manfaat Penelitian

Dalam penelitian diharapkan adanya suatu manfaat dan kegunaan yang dapat diambil dari penelitian tersebut, penelitian ini dibedakan antara manfaat teoritis dan manfaat praktis, yaitu:

1. Manfaat Teoritis:

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan ilmu pengetahuan di bidang hukum khususnya hukum agraria.

b. Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan terhadap kahian-kajian di bidang hukum yang sama.

2. Manfaat Praktis:

a. Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi khususnya bagi Kantor Pertanahan Kota Medan dalam menerapkan standar pelayanan pendaftaran hak atas tanah pertama kali.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan dan menambah ilmu pengetahuan para bagi pihak yang terkait.


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Pengertian Peranan

Pengertian peranan menurut Soerjono Soekanto adalah sebagai berikut:

Peranan merupakan aspek dinamisi kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia

menjalankan suatu peranan”. Berdasarkan uraian tersebut dapat diambil

pengertian bahwa peranan merupakan penilaian sejauh mana fungsi seseorang atau bagian dalam menunjang usaha pencapaian tujuan yang ditetapkan atau ukuran mengenai hubungan 2 (dua) variabel yang mempunyai sebab dan akibat. Sedangkan peran ideal, dapat diterjemahkan sebagai peran yang diharapkan dilakukan oleh pemegang peranan tersebut.

Peran merupakan aspek dinamis dari kedudukan (status) yang dimiliki oleh seseorang, sedangkan status merupakan sekumpulan hak dan kewajiban yang dimiliki seorang apabila seseorang melakukan hak-hak dan kewajiban-kewajiban sesuai dengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu fungsi.

Hakekatnya peran juga dapat dirumuskan sebagai suatu rangkaian perilaku tertentu yang ditimbulkan oleh suatu jabatan tertentu. Peran merupakan tindakan atau perilaku dilakukan oleh seseorang yang menempati suatu posisi di dalam status sosial, syarat peran mencakup 3 (tiga) hal, yaitu:1

1Miftah Thoha, 1997, Dimensi-Dimensi Prima Ilmu Administrasi Negara, Jakarta, PT. Raja Grafindo Perkasa, hlm. 98


(25)

1. Peran meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat dimana seseorang itu didalam masyarakat.

2. Peran adalah suatu konsep perilaku apa yang dapat dilaksanakan oleh individu-individu dalam masyarakat sebagai organisasi. Peran juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu, yang penting bagi struktur sosial masyarakat.

3. Peran adalah suatu yang ditimbulkan karena suatu jabatan. Peran merupakan suatu aspek yang dinamis dari kedudukan seseorang, apabila seseorang melaksanakan hak-hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka orang yang bersangkutan menjalankan suatu peranan tersebut.

Dari beberapa pengertian diatas, disimpulkan bahwa peran adalah suatu sikap atau perilaku yang diharapkan oleh banyak orang atau sekelompok orang terhadap seseoraang yang memiliki status atau kedudukan tertentu. Berdasarkan hal tersebut dapat diartikan bahwa apabila dihubungkan dengan lembaga pemerintahan, peran tidak berarti sebagai hak dan kewajiban individu, melainkan tugas dan wewenangnya sebagai lembaga pemerintahan.

B.Badan Pertanahan Nasional

Badan Pertanahan Nasional merupakan lembaga atau institusi yang diberikan kewenangan oleh Negara Kesatuan Republik Indonesia untuk mengemban amanah dalam mengelola bidang pertanahan. Badan Pertanahan Nasional adalah Lembaga Pemerintah Non Kementrian yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Presiden dan dipimpin oleh Kepala (Sesuai


(26)

dengan Perpres Pasal 1 ayat (1) dan (2) No. 20 Tahun 2015 tentang Badan Pertanahan Nasional). Badan Pertanahan Nasional merupakan ruang lingkup Kementrian Agraria dan Tata Ruang dan dipimpin oleh seorang menteri. Kementerian ini merupakan penggabungan dari dua lembaga yang sudah ada sebelumnya, yakni BPN dan Dirjen Tata Ruang. Badan Pertanahan Nasional merupakan sebuah Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK), sementara Dirjen Tata Ruang merupakan unit eselon I Kementerian Pekerjaan Umum.

Badan Pertanahan Nasional mempunyai tugas melaksanakan pemerintahan di bidang pertanahan secara nasional, regional dan sektoral sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.2 Adapun kedudukan, tugas dan fungsi dari Badan Pertanahan Nasional sebagai lembaga pemerintahan yang diatur dalam Peraturan Presiden, yaitu:

1. penyusunan dan penetapan kebijakan di bidang pertanahan;

2. perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang survei, pengukuran, dan pemetaan;

3. perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang penetapan hak tanah, pendaftaran tanah, dan pemberdayaan masyarakat;

4. perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengaturan, penataan dan pengendalian kebijakan pertanahan;

5. perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengadaan tanah;

2Kementrian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional, “Sekilas Badan Pertanahan Nasional”, http://www.bpn.go.id/Tentang-Kami/Sekilas , diakses pada 21 Oktober 2015 jam 09:50 WIB


(27)

6. perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengendalian dan penanganan sengketa dan perkara pertanahan;

7. pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan BPN;

8. pelaksanaan koordinasi tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unit organisasi di lingkungan BPN;

9. pelaksanaan pengelolaan data informasi lahan pertanian pangan berkelanjutan dan informasi di bidang pertanahan;

10. pelaksanaan penelitian dan pengembangan di bidang pertanahan; dan 11. pelaksanaan pengembangan sumber daya manusia di bidang pertanahan.3

Berdasarkan kedudukan, tugas dan fungsi dari Badan Pertanahan Nasional tersebut maka BPN harus mampu memegang kendali perumusan kebijakan nasional di bidang pertanahan, kebijakan teknis, perencanaan dan program penyelenggaraan pelayanan administrasi pertanahan. Dalam rangka menjamin kepastian hukum hak atas tanah, penatagunaan tanah, penguasaan dan pemilikan hak atas tanah, termasuk pemberdayaan masyarakat.

Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Badan Pertanahan Nasional dikoordinasikan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang agraria dan tata ruang. Dari kedudukan, tugas dan fungsi Badan Pertanahan Nasional diatas, salah satu tugas pokok dari Badan Pertanahan Nasional, yaitu mengenai pendaftaran tanah. Badan Pertanahan Nasional memiliki unit kerja di wilayah kabupaten atau kotamadya yang melakukan

3 Pasal 3 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2015 tentang Badan Pertanahan Nasional


(28)

pendaftaran hak atas tanah dan pemeliharaan daftar umum pendaftaran tanah yang diberi nama Kantor Pertanahan.

C.Pendaftaran Tanah

1. Pengertian Pendaftaran Tanah

Pendaftaran tanah menurut PP No. 24 Tahun 1997 adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah secara terus menerus, berkesinambungan dan teratur, meliputi pengumpulan, pengolahan, pembukuan, dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data yuridis, dalam bentuk peta dan daftar, mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun, termasuk pemberian surat tanda bukti haknya bagi bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya dan hak milik atas satuan rumah susun serta hak-hak tertentu yang membebaninya.

Menurut A.P. Parlindungan, pendaftaran tanah berasal dari Cadastre (Bahasa Belanda Kadaster) suatu istilah teknis untuk suatu rekaman, menunjukkan kepada luas, nilai, dan kepemilikan terhadap suatu bidang tanah. Kata ini berasal dari bahasa latin “Capistratum” yang berarti suatu register, capita atau unit yang dibuat untuk pajak tanah Romawi (Capotatio Terrens). Dalam arti tegas, Cadastre adalah record pada lahan-lahan, nilai daripada tanah dan pemegang haknya dan untuk kepentingan perpajakan. Dengan demikian, Cadastre merupakan alat yang tepat memberikan uraian


(29)

dan identifikasi serta sebagai Continious recording (rekaman yang berkesinambungan) dari hak atas tanah.4

Secara singkat, kadaster dapat dirumuskan sebagai pengukuran, pemetaan, dan pembukuan tanah, seperti dirumuskan dalam Pasal 19 ayat (2) sub a, Undang-Undang Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar-Dasar Pokok Agraria. Dapat disebut sebagai suatu kadaster, haruslah tanah yang memenuhi unsur-unsur:

a. Pendaftaran atau pembukuan bidang-bidang tanah yang terletak di suatu daerah/negara di dalam daftar-daftar.

b. Pengukuran atau pembukuan bidang-bidang tanah.

Pendaftaran atau pembukuan bidang-bidang tanah dalam daftar merupakan bagian Administrasi dari kadaster yang disebut pembukuan tanah. Sedangkan pengukuran dan pemetaan bidang-bidang tanah merupakan teknis dari kadaster.5

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah memberikan pengertian Pendaftaran Tanah sebagai rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah secara terus menerus, berkesinambungan dan teratur. Rangkaian tersebut meliputi pengumpulan, pengolahan, pembukuan, dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data yuridis dalam bentuk peta dan daftar, mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun, termasuk pemberian surat tanda bukti haknya bagi

4 A.P Parlindungan, 1999, Pendaftaran Tanah di Indonesia, Bandung, Mandar Maju, hlm.18-19

5 Ali Achmad Chomzah, 2004, Hukum Agraria (Pertanahan Indonesia), Jakarta, Prestasi Pustaka, hlm. 1


(30)

bidang-bidang tanah yang sudah haknya dan hak milik atas satuan rumah susun serta hak-hak tertentu yang membebaninya.6

Undang-Undang Pokok Agraria menyatakan, “untuk menjamin kepastian hukum, oleh pemerintah diadakan pendaftaran tanah, di seluruh wilayah Republik Indonesia, menurut ketentuan-ketentuan yang diatur

dengan Peraturan Pemerintah”.7 Untuk menjamin kepastian hukum tersebut,

Pasal 19 UUPA mempertegas lagi dengan menyatakan bahwa penyelenggaraan tanah itu dengan mengadakan:

a. Pengukuran, pemetaan, pembukuan tanah

b. Pendaftaran hak-hak atas tanah dan peralihan hak-hak tersebut

c. Pemberian surat-surat tanda bukti, yang berlakunya sebagai alat pembuktian yang kuat.8

Dengan demikian, jika dikaitkan dengan tujuan pendaftaran hak atas tanah sebagaimana disebutkan dalam Peraturan Pemerintah R.I. Nomor 24 Tahun 1997 tersebut, menurut A.P. Parlindungan telah memperkaya ketentuan Pasal 19 UUPA, karena:9

a. Dengan diterbitkannya sertipikat hak atas tanah, maka kepada pemiliknya diberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum; b. Dengan informasi pertanahan yang tersedia di Kantor Pertanahan, maka

Pemerintah akan mudah merencanakan pembangunan Negara yang

6 Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah 7 Pasal 19 ayat (1) UU No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria 8 Bachtiar Effendi, 1993, Pendaftaran Tanah di Indonesia dan Peraturan Pelaksanaannya, Bandung, Alumni, hlm. 31


(31)

menyangkut tanah, bahkan bagi rakyat sendiri lebih mengetahui mengenai peruntukan hak atas tanah dan kepemilikannya;

c. Dengan administrasi pertanahan yang baik akan terpelihara masa depan pertanahan yang terencana.

Hal ini sejalan dan selaras juga dengan catur tertib pertanahan, yaitu: a. Tertib hukum pertanahan, yakni terciptanya kondisi sadar hukum

dikalangan masyarakat mengenai hak dan kewajiban dalam penguasaan, kepemilikan dan penggunaan tanah serta terciptanya persepsi yang sama tentang hukum pertanahan, baik dikalangan aparatur pemerintah, penegak hukum maupun masyarakat;

b. Tertib administrasi pertanahan, yakni terselenggaranya sistem administrasi pertanahan yang lengkap dan rapi. Semua bidang tanah terdaftar, warkah-warkah mudah ditemukan, aman dan mudah terpantau. Penyalahgunaan surat bukti hak atas tanah dapat diminimalisir serta kemungkinan tumpang tindih dapat dihindari;

c. Tertib penggunaan tanah, yakni terselenggaranya proses penggunaan tanah berencana, sehingga setiap bidang tanah dapat memberikan manfaat yang optimal, lestari dan diusahakan secara efisien serta seimbang;


(32)

d. Tertib pemeliharaan tanah dan lingkungan hidup, yakni antara lain dengan cara melakukan pencegahan terhadap kerusakan tanah dan tetap memelihara kelestarian sumber daya alam dan lingkungan.10

2. Azas-azas Pendaftaran Tanah di Indonesia

Menurut Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997, Pendaftaran tanah dilaksanakan berdasarkan azas sederhana, aman, terjangkau, mutakhir dan terbuka. Adapun penjelasan mengenai azas-azas tersebut sebagai berikut:

a. Azas Sederhana

Maksud sederhana dalam pendaftaran tanah adalah agar ketentuan-ketentuan pokoknya maupun prosedurnya dengan mudah dipahami oleh pihak-pihak yang berkepentingan, terutama pada pemegang hak atas tanah.

b. Azas Aman

Azas aman adalah untuk menunjukkan bahwa pendaftaran tanah perlu diselenggarakan secara teliti dan cermat, sehingga hasilnya dapat memberi jaminan kepastian hukum, sesuai dengan tujuan pendaftaran tanah itu sendiri.

c. Azas Terjangkau

10A. Aswin, Gubernur, “Catur Tertib Pertanahan”, http://www. Catur Tertib Pertanahan. Com./detil, Google, diakses pada 15 Oktober 2015 jam 14.28 WIB


(33)

Azas terjangkau adalah keterjangkauan bagi pihak-pihak yang memerlukan, khususnya dengan memperhatikan kebutuhan dan kemampuan golongan ekonomi lemah.

d. Azas Mutakhir

Azas mutakhir dimaksudkan kelengkapan yang memadai dalam pelaksanaannya dan kesinambungan dalam pemeliharaan datanya. Data yang tersedia harus menunjukan keadaan yang mutakhir. Untuk itu diikuti kewajiban mendaftar dan pencatatan perubahan-perubahan yang terjadi di kemudian hari. Azas ini menuntut dipeliharanya data pendaftaran tanah secara terus-menerus dan berkesinambungan, sehingga data yang tersimpan di Kantor Pertanahan selalu sesuai dengan keadaan nyatanya di lapangan.

e. Azas Terbuka

Azas terbuka dimaksudkan agar masyarakat dapat mengetahui atau memperoleh keterangan mengenai data fisik dan data yuridis yang benar setiap saat di Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota.11

Menurut Soedikno Mertokusumo menyatakan bahwa dalam Pendaftaran Tanah dikenal 2 (dua) macam asas, yaitu:

a. Asas Specialiteit

11 Urip Santoso, 2010, Pendaftaran dan Peralihan Hak atas Tanah, Jakarta, Kencana, hlm. 17-18


(34)

Artinya pelaksanaan pendaftaran tanah itu diselenggarakan atas dasar peraturan perundang-undangan tertentu, yang secara teknis menyangkut masalah pengukuran, pemetaan, dan pendaftaran peralihannya. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan pendaftaran tanah dapat memberikan kepastian hukum terhadap hak atas tanah, yaitu memberikan data fisik yang jelas mengenai luas tanah, letak, dan batas-batas tanah.

b. Asas Openbaarheid (Asas Publisitas)

Asas ini memberikan data yuridis tentang siapa yang menjadi subjek haknya, apa nama hak atas tanah, serta bagaimana terjadinya peralihan dan pembebanannya. Data ini sifatnya terbuka untuk umum, artinya setiap orang dapat melihatnya.12

Adapun dokumen yang terkait dalam rangka pendaftaran tanah menurut Peraturan Pemerintah No.24 Tahun 1997, yaitu :

1) Daftar Tanah

Daftar Tanah adalah dokumen dalam bentuk daftar yang memuat identitas bidang tanah dengan suatu sistem penomoran.

2) Surat Ukur

Surat Ukur adalah dokumen yang memuat data fisik suatu bidang tanah dalam bentuk peta dan uraian.

3) Daftar Nama

Daftar Nama adalah dokumen dalam bentuk daftar yang memuat keterangan mengenai penguasaan fisik dengan suatu hak atas tanah, atau

12 Ibid. hlm. 16


(35)

hak pengelolaan dan mengenai pemilikan hak milik atas satuan rumah susun oleh orang perseorangan atau badan hukum tertentu.

4) Buku Tanah

Buku Tanah adalah dokumen dalam bentuk daftar yang memuat data yuridis dan data fisik suatu objek pendaftaran tanah yang sudah ada haknya.13

3. Tujuan Pendaftaran Tanah di Indonesia

Pasal 19 UUPA pendaftaran hak atas tanah memiliki tujuan semata-mata hanya untuk menjamin kepastian hukum. Pendaftaran hak atas tanah selain berfungsi melindungi pemilik hak atas tanah, juga berfungsi untuk mengetahui status dari bidang tanah tersebut, siapa pemiliknya, apa haknya, dan berapa luasnya, serta dipergunakan untuk apa dan sebagainya. Tujuan pendaftaran tanah dimuat dalam Pasal 3 Peraturan Pemerintahan No. 24 Tahun 1997, adalah:

a. Untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada pemegang hak atas suatu bidang tanah, satuan rumah susun dan hak-hak lain yang terdaftar agar dengan mudah dapat membuktikan dirinya sebagai pemegang hak yang bersangkutan.

b. Untuk menyediakan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan termasuk Pemerintah agar dengan mudah dapat memperoleh data yang

13 Ibid. hlm. 18


(36)

diperlukan dalam mengadakan perbuatan hukum mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun yang sudah terdaftar. c. Untuk terselenggaranya tertib administrasi pertahanan, di mana setiap

bidang tanah termasuk peralihan, pembebanan dan hapusnya hak atas tanah wajib didaftarkan.

Tujuan pendaftaran ini sangat berguna bagi masyarakat yang ingin mendaftarkan hak atas tanahnya, karena dengan begitu para pemegang hak dapat memiliki perlindungan hukum dengan adanya sertifikat hak atas tanah tersebut. Menurut Djoko Prakoso dan Budiman Adi Purwanto menyatakan bahwa tujuan pendaftaran tanah adalah:14

1) Memberikan kepastian objek kepastian mengenai bidang teknis, yaitu mengenai kepastian letak, batas-batas tanah yang bersangkutan dan luas tanah. Hal ini diperlukan untuk menghindari sengketa di kemudian hari, baik dengan pihak yang menyerahkan maupun dengan pihak yang mempunyai hak atas tanah berbatasan.

2) Memberikan kepastian hak ditinjau dari segi yuridis mengenai status haknya, siapa yang berhak, siapa yang mempunyai dan ada tidaknya hak-hak dan kepentingan pihak-hak lain atau pihak-hak ketiga. Kepastian mengenai status hukum dari hak atas tanah yang bersangkutan sangat diperlukan. 3) Memberikan kepastian subjek kepastian mengenai orang-orang yang

mempunyai hak-hak atas tanah, hal ini diperlukan untuk mengetahui

14 Djoko Prakoso, Budiman Adi Purwanto, 1985, Eksistensi Prona Sebagai Pelaksanaan Mekanisme Fungsi Agraria, Jakarta, Ghalia Indonesia, hlm. 13


(37)

dengan siapa kita harus berhubungan untuk dapat melakukan perbuatan hukum secara sah mengenai ada atau tidaknya hak-hak dan kepentingan pihak ke tiga, dan juga diperlukan untuk mengetahui perlu atau tidaknya diadakan tindakan-tindakan tertentu untuk menjamin penguasaan hak atas tanah yang bersangkutan secara efektif dan aman.

Oleh karena itu, dengan diadakannya pendaftaran hak atas tanah maka dapat menghasilkan:15

a) Peta-peta pendaftaran;

b) Surat-surat ukur, untuk kepastian tentang letak, batas dan luas tanah; c) Surat keterangan dari subjek yang bersangkutan (untuk kepastian siapa

yang berhak atas tanah yang bersangkutan); d) Keterangan atas status hak atas tanah;

e) Keterangan mengenai beban-beban yang berada di atas tanah hak tersebut;

f) Sertifikat sebagai alat pembuktian yang kuat.

4. Objek pendaftaran tanah

Menurut Pasal 9 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, objek pendaftaran tanah adalah sebagai berikut: (1) Objek pendaftaran tanah meliputi :

15 Sudargo Gautama, 1993, Tafsiran Undang-Undang Pokok Agraria, Bandung, Citra Aditya Bhakti, hlm. 42


(38)

a. Bidang-bidang tanah yang dipunyai dengan hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan dan hak pakai;

b. Tanah hak pengelolaan; c. Tanah wakaf;

d. Hak milik atas satuan rumah susun; e. Hak tanggungan;

f. Tanah Negara.

Telah dijelaskan juga di dalam Pasal 9 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 yaitu, dalam hal tanah Negara sebagai obyek pendaftaran tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f, pendaftarannya dilakukan dengan cara membukukan bidang tanah yang merupakan tanah Negara dalam daftar tanah.

a. Sistem Pendaftaran Tanah

Dalam hukum pertanahan dikenal dua sistem pendaftaran tanah, yaitu: 1) Registration of Titles (positif)

Registration of titles merupakan sistem pendaftaran hak. Dalam registration of titles, setiap pencatatan hak harus dibuktikan dengan suatu akta, tetapi dalam penyelenggaraan pendaftaran bukan aktanya yang didaftar, melainkan haknya yang diciptakan.

2) Registration of Deeds (negatif)

Regristration of deeds adalah sistem pendaftaran akta. Dalam system ini, akta merupakan data yuridis dan karenanya akta itulah


(39)

yang didaftar Pejabat Pendaftaran Tanah (PPT). Pejabat Pendaftar Tanah bersifat pasif dan tidak melakukan pengujian atas kebenaran data yang disebut dalam akta yang didaftar.

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, sistem pendaftaran tanah yang digunakan adalah sistem pendaftaran hak. Dalam sistem pendaftaran hak, orang yang tercatat dalam buku tanah merupakan pemegang hak atas tanah tersebut sampai dapat dibuktikan sebaliknya.

Sistem pendaftaran hak dapat diketahui dari adanya buku tanah sebagai dokumen yang memuat data yuridis dan data fisik yang dihimpun dan disajikan serta diterbitkannya sertifikat sebagai surat tanda bukti hak yang didaftar. Pembukuan dalam buku tanah serta pencatatannya pada surat ukur tersebut merupakan bukti bahwa hak yang bersangkutan beserta pemegang haknya dan bidang tanahnya yang diuraikan dalam surat ukur secara hukum telah didaftar.16

5. Tinjauan Umum Tentang Pengaturan Kegiatan Pendaftaran Tanah Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 menyebutkan bahwa, pelaksanaan pendaftaran tanah meliputi kegiatan pendaftaran tanah untuk

16 Boedi Harsono, Op.Cit., hlm 475


(40)

pertama kali dan pemeliharaan data pendaftaran tanah.17 Kegiatan pendaftaran tanah pertama kali meliputi:

a. Pengumpulan dan pengolahan data fisik; b. Pembuktian hak dan pembukuannya; c. Penerbitan sertifikat;

d. Penyajian data fisik dan data yuridis; e. Penyimpanan daftar umum dan dokumen.18

Adapun di dalam Peraturan Kepala BPN No. 1 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan dan Pengaturan Pertanahan, disebutkan beberapa kelompok pelayanan diantaranya yaitu:

a. Pelayanan pendaftaran tanah pertama kali; b. Pelayanan pemeliharaan pendaftaran tanah; c. Pelayanan pencatatan dan informasi pertanahan; d. Pelayanan pengukuran bidang tanah;

e. Pelayanan pengaturan dan penataan pertanahan; f. Pengelolaan pengaduan.19

D.Peraturan Kepala BPN No. 1 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan dan Pengaturan Pertanahan

Standar Pelayanan dan Pengaturan Pertanahan merupakan pedoman dalam pelaksanaan layanan pertanahan di lingkungan Badan Pertanahan Nasional

17 Pasal 11 Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah 18 Pasal 12 Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah

19 Pasal 5 ayat (1) Peraturan Kepala BPN No. 1 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan dan Pengaturan Pertanahan


(41)

Republik Indonesia.20 Tujuan peraturan Kepala BPN No. 1 Tahun 2010 ini untuk mewujudkan kepastian hukum, keterbukaan dan akuntabilitas pelayanan publik. Dalam standar pelayanan yang diatur oleh Kepala BPN No. 1 Tahun 2010 ini, disebutkan ruang lingkup pengaturan peraturan yang meliputi:

a. Kelompok dan jenis pelayanan; b. Persyaratan;

c. Biaya; d. Waktu

e. Prosedur; dan f. Pelaporan.21

Adanya ruang lingkup pengaturan tersebut membuat sistem kerja Kantor Pertanahan menjadi lebih teratur dan berjalan dengan lancar, dan sesuai dengan aturan yang ada dan sudah tertera.

1. Standar Pelayanan

Standar pelayanan merupakan suatu istilah dalam pelayanan publik yang menyangkut kualitas dan kuantitas pelayanan publik yang disediakan oleh pemerintah sebagai salah satu indikator kesejahteraan masyarakat. Menurut Oentarto menjelaskan bahwa : “standar pelayanan memiliki nilai

20 Pasal 1 ayat (1) Peraturan Kepala BPN No. 1 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan dan Pengaturan Pertanahan

21 Pasal 4 Peraturan Kepala BPN No. 1 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan dan Pengaturan Pertanahan


(42)

yang sangat strategis baik bagi pemerintah maupun bagi masyarakat”. Adapun nilai strategis tersebut yaitu:

Pertama, bagi pemerintah daerah, standar pelayanan dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam penentuan biaya yang diperlukan untuk membiayai penyediaan pelayanan.

Kedua, bagi masyarakat standar pelayanan dapat dijadikan sebagai acuan mengenai kualitas dan kuantitas suatu pelayanan publik yang disediakan oleh pemerintah. Dengan demikian pelayanan yang bermutu/berkualitas adalah pelayanan yang berbasis masyarakat, melibatkan masyarakat dan dapat diperbaiki secara terus menerus. Disisi lain, pemerintah dituntut untuk bekerja secara efisien dan efektif dalam hal pelayanan kepada masyarakat.Setiap penyelenggaraan pelayanan publik harus memiliki standar pelayanan, sebagai jaminan adanya kepastian bagi pemberi didalam pelaksanaan tugas dan fungsinya dan bagi penerima pelayanan dalam proses pengajuan permohonannya.

Standar pelayanan merupakan ukuran yang dibakukan dalam penyelenggaraan pelayanan publik sebagai pedoman yang wajib ditaati dan dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan. Menjadi pedoman bagi penerima pelayanan dalam proses pengajuan permohonan , serta sebagai alat kontrol masyarakat dan/atau penerima layanan atas kinerja penyelenggara pelayanan, oleh karena itu perlu disusun dan ditetapkan standar pelayanan sesuai dengan sifat, jenis dan karakteristik layanan yang diselenggarakan, serta memperhatikan kebutuhan dan kondisi lingkungan. Dalam proses


(43)

perumusan dan penyusunannya melibatkan masyarakat dan/atau stakeholder lainnya (termasuk aparat birokrasi) untuk mendapatkan saran dan masukan, membangun kepedulian dan komitmen meningkatkan kualitas pelayanan. Standar pelayanan publik menurut keputusan Menteri PAN (Pemberdayaan Aparatur Negara) Nomor 63/KEP/M.PAN/7/2003, sekurang-kurangnya meliputi:

a. Prosedur pelayanan b. Waktu penyelesaian c. Biaya pelayanan d. Produk pelayanan e. Sarana dan Prasarana

f. Kompetensi petugas pelayanan

Selanjutnya untuk melengkapi standar pelayanan tersebut diatas, ditambahkan materi muatan yang dikutip dari rancangan Undang-Undang tentang pelayanan publik, karena dianggap cukup realistis untuk menjadi materi muatan standar pelayanan publik, sehingga susunannya menjadi berikut:

a. Dasar hukum b. Persyaratan

c. Prosedur pelayanan d. Waktu penyelesaian e. Biaya pelayanan f. Produk pelayanan


(44)

g. Sarana dan prasarana

h. Kompetensi petugas pelayanan i. Pengawasan intern

j. Pengawasan extern

k. Penanganan pengaduan, saran dan masukan l. Jaminan pelayanan

Tambahan materi muatan standar pelayanan publik tersebut diatas dimaksudkan untuk melengkapi standar pelayanan publik menurut keputusan Menteri PAN, pertimbangannya cukup realistis dengan memasukan materi muatan dasar hukum dapat memberikan kepastian adanya jaminan hukum/legalitas standar pelayanan tersebut. Disamping itu, persyaratan, pengawasan, penanganan pengaduan, dan jaminan pelayanan bagi pelanggan perlu dijadikan materi muatan standar pelayanan publik.


(45)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah suatu cara yang akan digunakan untuk mendapatkan suatu data dari obyek penelitian, dan kemudian data tersebut diolah untuk mendapatkan data yang lengkap dan hasil penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.1 Untuk mendapatkan data dan

pengolahan yang diperlakukan dalam rangka penyusunan penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian hukum sebagai berikut:

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian hukum empiris (sosiologis), yaitu penelitian yang menggunakan fakta-fakta empiris yang diambil dari perilaku manusia,2 baik perilaku verbal yang didapat melalui wawancara maupun perilaku nyata yang dilakukan melalui pengamatan langsung. Selain itu, penelitian empiris juga digunakan untuk mengamati hasil dari perilaku manusia yang berupa peninggalan fisik maupun arsip.3

1 Sugiyono, 2004, Metode Penelitian Administrasi, Bandung, Alfabeta, hlm. 1 2 Soerjono Soekanto, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta, UI-Press, hlm. 7 3 Ibid. hlm.8


(46)

B. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan Kantor Pertanahan yang berada di Kota Medan yang bertepatan di JL. Abdul Haris Nasution, Pangkalan Masyhur, Medan, Sumatera Utara, Indonesia.

C. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini yaitu masyarakat Kota Medan, dan subpopulasinya adalah masyarakat Kota Medan yang ada kaitannya dengan pelaksanaan pendaftaran tanah pertama kali. Cara pengambilan sampel ini ditentukan dengan metode Non Random Sampling untuk pemilihan Narasumber, yaitu sampel dalam populasi kecil atau sedikit, bahwa setiap individu dalam sampel tidak mendapatkan kesempatan yang sama sebab tidak dilakukan secara acak, dan Random Sampling untuk pemilihan Responden, yaitu dilakukan apabila jumlah sampel dalam populasi besar atau banyak, dengan menentukan sampel secara acak.

D. Narasumber

Narasumber adalah seorang yang memberikan pendapat atas objek yang kita teliti, bukan bagian dari unit analisis, tetapi ditempatkan sebagai pengamat. Hubungan narasumber dengan objek yang diteliti disebabkan


(47)

karena kompetensi keilmuan yang dimiliki4, yaitu: Kepala Kantor Pertanahan Kota Medan dan jajarannya.

E. Responden

Responden adalah seseorang atau individu yang akan memberikan respons terhadap pertanyaan yang diajukan oleh peneliti. Responden ini merupakan orang atau individu yang terkait secara langsung dengan data yang dibutuhkan, yaitu: Masyarakat yang melakukan pendaftaran tanah pertama kali di Kantor Pertanahan Kota Medan

F. Data penelitian

Dalam setiap penelitian, selain menggunakan metode yang tepat juga diperlukan kemampuan memilih metode pengumpulan data yang relevan. Data merupakan faktor penting dalam penelitian. Data penelitian dan bahan hukum dalam penelitian ini akan dikumpulkan dengan cara:

1. Data primer, yaitu data yang diperoleh dari penelitian empiris, yaitu penelitian yang dilakukan langsung di dalam masyarakat. Data primer dalam penelitian hukum dapat dilihat sebagai data yang merupakan perilaku hukum dari warga masyarakat.5

2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari hasil penelaahan kepustakaan atau penelaahan terhadap berbagai literatur atau bahan

4 Mukti Fajar, Yulianto Achmad, 2010, Dualisme Penelitian Hukum Normatif & Empiris, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, hlm. 175


(48)

pustaka yang berkaitan dengan masalah atau materi penelitian yang sering disebut sebagai bahan hukum.6

G.Teknik pengumpulan data

1. Data primer

Sumber data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dengan penelitian melalui wawancara secara bebas, kuisioner, dan observasi yang dilakukan oleh peneliti. Namun data yang didapat tetap berpedoman pada daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan. Peneliti menggunakan metode sebagai berikut :

a. Observasi

Pengamatan yang dilakukan oleh peneliti dalam rangka pengumpulan data dengan cara mengamati fenomena suatu masyarakat tertentu dalam waktu tertentu pula.7

b. Wawancara

Wawancara adalah percakapan yang dilakukan oleh dua pihak. Yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan. Hasil wawancara digunakan peneliti sebagai sumber data utama dalam penelitian ini.

6 Ibid.


(49)

c. Kuisioner

Merupakan teknik pengumpulan data dengan cara menyebarkan atau membagikan daftar pertanyaan yang telah dibuat sebelumnya oleh peneliti kepada responden dan narasumber.

2. Data sekunder

Sumber sekunder adalah sumber data yang diperoleh dengan cara membaca, mempelajari, dan memahami melalui media lain yang bersumber dari literature. Data diambil dari beberapa pustakaan baik lokal maupun nasional, serta undang-undang yang terkait dengan objek penelitian.

H.Teknik Analisis Data

Data primer dan data sekunder yang diperoleh dalam penelitian ini akan disusun secara sistematis dan dianalisis. Dalam penelitian hukum empiris (sosiologis) dilakukan analisis secara deskriptif kualitatif, yaitu dengan memberikan pemaparan dan menjelaskan secara rinci dan mendalam untuk mengungkap apa yang terdapat dibalik dari peristiwa nyata dengan maksud mencari nillai-nilai di dalamnya.8

8 Ibid. hlm. 283


(50)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.Gambaran Umum Kantor Pertanahan Kota Medan 1. Deskripsi Kota Medan

Kota Medan secara geografis terletak di antara 2 27'-2 47' Lintang Utara dan 98 35'-98 44' Bujur Timur. Posisi Kota Medan ada di bagian Utara Propinsi Sumatera Utara dengan topografi miring ke arah Utara dan berada pada ketinggian tempat 2,5-37,5 m di atas permukaan laut. Luas wilayah Kota Medan adalah 265,10 km2 secara administratif terdiri dari 21 Kecamatan dan 151 Kelurahan. Sarana dan prasarana perhubungan di Kota Medan terdiri dari prasarana perhubungan darat, laut, udara. Transportasi lainnya adalah kereta api. Disamping itu juga telah tersedia prasarana listrik, gas, telekomunikasi, air bersih dan Kawasan Industri Medan (KIM) I. Sebagai daerah yang berada pada pinggiran jalur pelayaran Selat Malaka, Kota Medan sebagai ibukota Provinsi Sumatera Utara memiliki posisi strategis.1

2. Kantor Pertanahan Kota Medan

Kantor Pertanahan merupakan instansi vertikal Badan Pertanahan Nasional (BPN) di setiap daerah Kabupaten/Kota. Kantor Pertanahan sebagai bagian terdepan dari Badan Pertanahan Nasional, mempunyai peranan yang

1Akang Kasep, Info Kota Medan,


(51)

sangat strategis serta penting dalam memberikan pelayanan di bidang pertanahan secara langsung kepada masyarakat, sebab hal tersebut telah tertera di dalam Perpres No. 20 Tahun 2015 Bab 3 Pasal 7 ayat (1) dan (2) menyatakan bahwasanya, yaitu:

(1) untuk menyelenggarakan tugas dan fungsi BPN di daerah, dibentuk Kantor Wilayah BPN di provinsi dan Kantor Pertanahan di kabupaten/kota.

(2) Kantor Pertanahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dibentuk lebih dari 1 (satu) Kantor Pertanahan tiap kabupaten/kota.

Kantor Pertanahan Kota Medan sebagai instansi vertikal dari Badan Pertanahan Nasional Kota Medan memiliki visi dan misi serta fungsi yang sama dengan Badan Pertanahan Nasional di Indonesia, yang telah dijelaskan dalam Bab 3 Pasal 7 ayat (3), “Tugas, fungsi, susunan organisasi, dan tata kerja Kantor Wilayah BPN dan Kantor Pertanahan ditetapkan oleh Kepala setelah mendapat persetujuan dari menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang aparatur negara”.

Dalam menjalankan kewajiban dan kewenangannya, Badan Pertanahan Nasional Kota Medan berlandaskan pada visi dan misi Badan Pertanahan Nasional, namun disini penulis akan menuliskan visi dan misi yang ada di Kantor Pertanahan Kota Medan, yaitu:

VISI:

Terselenggaranya pengelolaan dan pelayanan pertanahan berkualitas yang mampu mendorong peran serta masyarakat.


(52)

MISI:

1. Meningkatkan fungsi dan kelembagaan dan profesionalisme aparatur Pertanahan.

2. Meningkatkan pelayanan dibidang pertanahan

3. Meningkatkan pengaturan, penguasaan, pemilikan, penggunaan, pemanfaatan serta pemeliharaan tanah dan lingkungan hidup

4. Meningkatkan pengelolaan Adminstrasi Pertanahan dengan mengikutsertakan peran aktif masyarakat

5. Meningkatkan upaya penyelesaian permasalahan pertanahan

MOTTO

1. Melayani setulus hati seakan untuk dirinya sendiri 2. Melayani pelanggan dengan senyum dan ramah 3. Mengutamakan kepuasan dan kenyamanan pelanggan

4. Memberikan infromasi persyaratan, waktu dan biaya dengan transparan 5. Mengoptimalkan pelayanan yang berkualitas dan tepat waktu

6. Mengutamakan penyelesaian massalah dengan solusi

Visi dan Misi serta Motto tersebut merupakan visi, misi dan motto yang terdapat di dalam Kantor Pertanahan Kota Medan. Berikut ini merupakan gambar mengenai visi dan misi dari Kantor Pertanahan Kota Medan.


(53)

gambar 1. Visi, Misi dan Motto

Tugas

Kantor Pertanahan Kota Medan mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pertanahan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Fungsi

Kantor Pertanahan Kota Medan dalam melaksanakan tugas BPN juga memiliki fungsinya, berikut adalah beberapa fungsi dari Badan Pertanahan Nasional:2

1) penyusunan dan penetapan kebijakan di bidang pertanahan


(54)

2) perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang survei, pengukuran, dan pemetaan;

3) perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang penetapan hak tanah, pendaftaran tanah, dan pemberdayaan masyarakat;

4) perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengaturan, penataan dan pengendalian kebijakan pertanahan;

5) perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengadaan tanah; 6) perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengendalian dan

penanganan sengketa dan perkara pertanahan;

7) pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan BPN;

8) pelaksanaan koordinasi tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unit organisasi di lingkungan BPN;

9) pelaksanaan pengelolaan data informasi lahan pertanian pangan berkelanjutan dan informasi di bidang pertanahan;

10) pelaksanaan penelitian dan pengembangan di bidang pertanahan; dan 11) pelaksanaan pengembangan sumber daya manusia di bidang pertanahan.

Tugas dan fungsi tersebut merupakan patokan bagi Kantor Pertanahan Kota Medan untuk menjalankan kewajibannya sebagai lembaga pemerintahan yang melayani setiap masyarakat sebagai pemohon di dalam Kantor Pertanahan Kota Medan.

a. Struktur Organisasi dan Tugas Kantor Pertanahan Kota Medan

Sebagai salah satu lembaga pemerintah, kantor pertanahan bertugas menangani masalah pertanahan yang berada di wilayah Kota Medan. Dalam menjalankan tugasnya serta fungsi dan visi misinya, sangatlah penting memiliki struktur organisasi yang memadai. Struktur oganisasi merupakan hal yang sangat penting dalam berjalannya atau terlaksananya kegiatan serta fungsi dan tugas dari kantor pertanahan. Salah satu hal penting dari struktur organisasi adalah penetapan seksi sesuai dengan tugasnya.


(55)

Struktur organisasi menggambarkan bagaimana seksi-seksi didalamnya dengan tanggung jawabnya masing-masing. Struktur organisasi hanya gambaran secara grafik struktur kerja dari suatu struktur organisasi, tanpa adanya struktur organisasi suatu lembaga pemerintah tidak dapat berjalan dengan lancar karena tidak adanya pembagian tugas di setiap masing-masing divisi. Struktur organisasi selalu ada di setiap lembaga pemerintah, oleh karena itu adapun struktur organisasi yang ada di Kantor Pertanahan Kota Medan dapat dilihat pada bagan berikut:

Bagan Struktur Organisasi Kantor Pertanahan Kota Medan


(56)

Setiap struktur organisasi memiliki tugas nya masing masing yang telah di tentukan, di dalam bagan struktur organisasi tersebut adapun


(57)

tugasnya yang telah dijelaskan di dalam Peraturan Presiden No. 10 Tahun 2006 tentang BPN sebagai berikut:

1) Subbagian Tata Usaha

Subbagian tata usaha mempunyai tugas memberikan pelayanan administaratif kepada semua satuan organisasi kantor pertanahan, serta menyiapkan bahan evaluasi kegiatan, penyusunan program, dan peraturan perundang-undangan.

2) Seksi Survei, Pengukuran, dan Pemetaan

Seksi survei, pengukuran, dan pemetaan mempunyai tugas melakukan survei, pengukuran dan pemetaan bidang tanah, ruang dan perairan; perapatan kerangka dasar, pengukuran batas kawasan/wilayah, pemetaan tematik dan survei potensi tanah, penyiapan pembiayaan surveyor berlisensi dan pejabat penilai tanah.

3) Seksi Pengaturan dan Penataan Pertanahan

Seksi pengaturan dan penataan pertanahan mempunyai tugas menyiapkan bahan dan melakukan penetapan hak dalam rangka pemberian, perpanjangan dan pembaruan hak tanah, pengadaan tanah, perijinan, pendataan dan penertiban bekas tanah hak; pendaftaran, peralihan, pembebanan hak atas tanah serta pembinaan pejabat pembuat akta tanah (PPAT).


(58)

Seksi pengendalian dan pemberdayaan mempunyai tugas menyiapkan bahan dan melakukan penatagunaan tanah, landreform, konsolidasi tanah, penataan pertanahan wilayah pesisir, pulau-pulau kecil, perbatasan dan wilayah tertentu lainnya.

5) Seksi Sengketa, Konflik, dan Perkara

Seksi sengketa, konflik, dan perkara mempunyai tugas menyiapkan bahan dan melakukan kegiatan pengendalian pertanahan, pengolahan tanah negara, tanah terlantar dan tanah kritis serta pemberdayaan masyarakat.

Penjelasan diatas telah memaparkan bagaimana tugas dari setiap masing-masing subbagian dan seksi-seksi yang ada di dalam struktur organisasi Kantor Pertanahan Kota Medan

b. Kepegawaian Kantor Pertanahan Kota Medan

Suatu struktur organisasi akan dapat berjalan dengan baik apabila didukung dengan adanya sumber daya manusia yang baik pula, dengan begitu tugas dan fungsinya berjalan sesuai dengan aturannya. Setelah penulis melakukan observasi di lapangan, kantor pertanahan Kota Medan memiliki 122 pegawai dengan golongan yang berbeda serta tugas dan jabatannya masing-masing. Berikut ini adalah hasil dari observasi oleh peneliti di lapangan mengenai identifikasi pegawai berdasarkan tingkat pendidikannya dan golongannya.


(59)

Tabel 2.1

Identifikasi Pegawai Kantor Pertanahan Kota Medan Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No. Pendidikan Jumlah Persentase

1. S2 5 4,10%

2. S1 36 29,50%

3. D IV 2 1,63%

4. AKD 3 2,50%

5. SMU 69 56,55%

6. SLTP 6 4,91%

7. SD 1 0,81%

Jumlah 122 100%

Sumber: Bagian Tata Usaha Kantor Pertanahan Kota Medan

Dari tabel 2.1 diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar pegawai Kantor Pertanahan Kota Medan memiliki tingkat pendidikan SMU yang bahkan tergolong cukup banyak mencapai 50% dari pegawai yang ada. Setelah pendidikan SMU, kemudian tingkat pendidikannya yang tergolong banyak adalah S1. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa Kantor Pertanahan Kota Medan memiliki sumber daya manusia yang cukup berpendidikan dan dapat menguasai akan tugasnya masing-masing. Untuk melihat masa kerja dan kualifikasi dari pegawai Kantor Pertanahan Kota Medan, penulis juga menuliskan identifikasi yang dapat dilihat


(60)

menurut golongannya. Berikut merupakan tabel identifikasi pegawai Kantor Pertanahan Kota Medan berdasarkan golongannya.

Tabel 2.2

Identifikasi Pegawai Kantor Pertanahan Kota Medan Berdasarkan Golongannya

No. Golongan Jumlah Persentase

1. IV 3 2,50%

2. III 74 60,64%

3. II 44 36,05%

4. I 1 0,81%

Jumlah 122 100%

Sumber: Bagian Tata Usaha Kantor Pertanahan Kota Medan

Tabel 2.2 diatas menunjukkan bahwa sebagian pegawai yang berada di Kantor Pertanahan Kota Medan memiliki jenjang pangkat atau golongan III, maka dari itu penulis dapat menyimpulkan bahwasanya pegawai Kantor Pertanahan Kota Medan telah memiliki cukup pengalaman di Kantor Pertanahan, sebab masa kerjanya yang tergolong sudah cukup lama.


(61)

B.Peranan Kantor Pertanahan Kota Medan dalam Pelayanan Pendaftaran Tanah Pertama Kali

1. Alur Melakukan Pendaftaran Tanah Pertama Kali di Kantor Pertanahan Kota Medan

Sebelum masuk ke dalam penelitian tentang sejauh mana peran Kantor Pertanahan Kota Medan dalam melakukan pelayanan pendaftaran pertama kali, ada baiknya penulis ingin memberikan penjelasan mengenai alur dalam melakukan pendaftaran tanah pertama kali. Sesuai dengan hasil yang telah diperoleh penulis, berikut merupakan penjelasan mengenai aturan-aturan dan bagaimana persyaratan, biaya, waktu, prosedur, dan pelaporan, saat para pemohon tersebut melakukan pendaftaran terutama bagi yang pertama kali. Terkadang masih ada saja yang kurang memahami, bagaimana cara dan tahapannya. Kantor Pertanahan Kota Medan telah memberikan tahapan-tahapan saat para pemohon memasuki kantor tersebut, dijelaskan sebagaimana kantor pertanahan memiliki 4 (empat) loket, yaitu:

a. Loket pertama merupakan loket informasi dan pengaduan

Di loket ini para pemohon dapat menanyakan informasi yang pemohon tidak ketahui mengenai pendaftaran ataupun pemohon dapat memberikan pengaduan mengenai proses dari pendaftaran teersebut. b. Loket kedua merupakan loket pelayanan yang terdiri dari:

1) Loket IIa

a) Permohonan pengukuran

b) Pengambilan produk peta bidang c) Permohonan hak


(62)

d) Pendaftaran surat keputusan e) Surat masuk

f) Penggabungan sertifikat g) Ijin penetapan lokasi

h) Ijin perubahan penggunaan tanah

2) Loket IIb

a) Peralihan hak waris/jual beli b) Hak tanggungan

c) Roya d) Cessi e) Imbreng f) Ganti nama

g) Perubahan hak GB jadi hak milik (tanpa ganti blanko) h) Pengecekan sertifikat

i) Pemecahan/ penggabungan/ pemisahan sertifikat

c. Loket ketiga merupakan loket bendahara

Loket ketiga merupakan loket dimana para pemohon melakukan pembayaran sesuai dengan tartif yang berlaku

d. Loket keempat merupakan loket pengambilan produk

Loket keempat merupakan loket dimana pemohon dapat mengambil berkasnya dengan membawa bukti tanda terima berkas atau apabila dikuasakan agar membawa surat kuasa.


(63)

Penjelasan mengenai dari setiap loket tersebut merupakan alur dari tahapan melakukan pendaftaran, dengan adanya alur tersebut masyarakat yang pertama kali melakukan pendaftaran tidak bingung harus melakukan pendaftarannya dimulai dari mana, dan apa aja yang harus dipersiapkan. Alur tersebut terdapat di gambar yang akan dilampirkan oleh penulis dalam lampiran. Berikut ini merupakan foto dari setiap loket yang ada di Kantor Pertanahan Kota Medan:

Gambar 2.


(64)

Gambar 3. Loket Pelayanan

Gambar 4.

Loket Bendahara dan Pengambilan Produk

Foto diatas di ambil saat dimulainya kegiatan Kantor Pertanahan, dapat dilihat beberapa loket para pegawai Kantor Pertanahan Kota Medan telah menjalankan tugasnya masing-masing, dan di loket bagian bendahara/kasir telah diberikan informasi di dalam banner mengenai biaya yang wajib para


(65)

pemohon bayarkan sesuai dengan berapa luas tanah yang ingin para pemohon miliki sertifikat hak miliknya.

2. Penerapan Standar Pelayanan dan Pengaturan Tanah di Kantor Pertanahan Kota Medan terkait Pelayanan Pendaftaran Tanah Pertama Kali

Aturan-aturan yang berlaku dalam standar pelayanan merupakan aturan yang sangat mempengaruhi proses berjalannya pelayanan pendaftaran tanah pertama kali, sebab aturan tersebut mengatur adanya kelompok dan jenis pelayanan yang merupakan pendaftaran tanah pertama kali, kemudian adanya persyaratan, biaya, waktu, prosedur dan pelaporan. Oleh karena itu aturan tersebut sangatlah penting dan berpengaruh agar peranan Kantor Pertanahan Kota Medan dalam pelayanan pendaftaran tanah pertama kali dapat berjalan dengan seharusnya.

Penulis berkesempatan mewawacarai Kepala Urusan Umum dan Kepegawaian Kantor Pertanahan Kota Medan, Inneke Tania Arsyad, S.H., M.Kn. Beliau menyatakan bahwa Kantor Pertanahan Kota Medan yang merupakan instansi vertikal dari Badan Pertanahan Nasional Kota Medan sampai dengan saat ini mengikuti standar pelayanan yang merujuk kepada peraturan Kepala BPN No. 1 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan dan Pengaturan Pertanahan. Dalam peraturan Kepala BPN tersebut mencakup semua aturan yang berlaku dalam standar pelayanan dan pengaturan tanah.


(66)

Aturan-aturan yang berlaku dalam standar pelayanan yang dimaksud disini tedapat dalam Pasal 4 Peraturan Kepala BPN No. 1 Tahu 2010, yaitu:

a. Kelompok dan jenis pelayanan b. Persyaratan

c. Biaya d. Waktu

e. Prosedur, dan f. Pelaporan.

Inneke Tania Arsyad menjelaskan lebih lanjut bahwa, aturan yang berlaku tersebut merupakan pedoman yang sangat penting bagi kantor pertanahan, sebab di dalamnya mencakup waktu, biaya, prosedurnya dan bagaimana pelaporannya. Peraturan ini juga menjadi tolak ukur Kantor Pertanahan Kota Medan dalam melakukan pelayanan pendaftaran tanah pertama kali. Maka dari itu, di Kantor Pertanahan Kota Medan wajib mengikuti aturan yang ada di dalam peraturan tersebut.3

Hasil wawancara yang dilakukan bersama Kepala Urusan Umum dan Kepegawaian Kantor Pertanahan Kota Medan telah menjelaskan bagaimana standar pelayanan yang ada di Kantor Pertanahan tersebut dan menjalankannya sesuai dengan aturan-aturan yang tercantum dalam Peraturan Kepala BPN No.1 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan dan Pengaturan Pertanahan dan juga bagaimana peraturan tersebut dilaksanakan

3 Hasil wawancara bersama Inneke Tania Arsyad (Kepala Urusan Umum dan Kepegawaian) pada hari Kamis, tanggal 5-11-2015 di Kantor Pertanahan Kota Medan


(67)

Kantor Pertanahan Kota Medan untuk mendapatkan standar pelayanan yang baik. Adapun penjelasan dari aturan-aturan tersebut dan hasil wawancara sebagai berikut:

a. Kelompok dan Jenis Pelayanan

Peraturan Kepala BPN No. 1 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan dan Pengaturan Pertanahan, pada Bab II Pasal 5 diatur mengenai Kelompok dan Jenis yang terdiri dari:

1) Pendaftaran Tanah Pertama Kali; 2) Pemeliharaan Data Pendaftaran Tanah; 3) Pencatatan dan Informasi Pertanahan; 4) Pengukuran Bidang Tanah;

5) Pengaturan dan Penataan Pertanahan; 6) Pengelolaan Pengaduan

Kelompok dan jenis pelayanan, di kantor pertanahan yang akan diteliti penulis adalah pendaftaran tanah pertama kali dan implementasinya di lapangan untuk mengetahui apakah cukup mentaati aturan-aturan yang berlaku, dalam melaksanakan pelayanan pendaftaran tanah pertama kali. a. Persyaratan

Peraturan mengenai Persyaratan tercantum dalam Bab III Pasal 6 Peraturan Kepala BPN Nomor 1 Tahun 2010 yaitu:


(68)

1) Persyaratan pelayanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf b adalah persyaratan yang harus dipenuhi oleh pemohon agar permohonannya dapat diproses lebih lanjut.

2) Persyaratan dimaksud pada ayat (1) adalah berupa dokumen pertanahan dan dokumen yang berkaitan dengan pertanahan

3) Apabila persyaratan dimaksud pada ayat (2) tidak lengkap maka Kantor Pertanahan, Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional menolak berkas permohonan.

4) Penolakan dimaksud pada ayat (3) dilaksanakan oleh Kepala Kantor Pertanahan, Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional atau petugas yang ditunjuk.

Persyaratan yang dilakukan Kantor Pertanahan Kota Medan untuk melakukan pendaftaran tanah pertama kali, yaitu:

1) Mengisi sebuah formulir yang telah ditandatangani oleh pemohon 2) Fotocopy identitas berupa KTP serta KK dari pemohon

3) Menyerahkan fotocopy PBB tahun berjalan yang telah di cocokkan dengan aslinya

4) Serta pemasukan uang ke kas negara apabila ada.

Menurut penulis, persyaratan tersebut sudah sesuai dengan yang ada di dalam lampiran Peraturan Kepala BPN No.1 Tahun 2010.

b. Biaya

Biaya, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 Peraturan Kepala BPN No. 1 Tahun 2010 adalah biaya pelayanan yang diwajibkan kepada


(69)

pemohon sesuai dengan peraturan perundang-undangan tentang jenis dan tarif atas jenis penerimaan negara bukan pajak yang berlaku pada Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia.

Kepala Urusan Umum dan Kepagawaian Kantor Pertanahan Kota Medan, Ibu Inneke Tania Arsyad, S.H., M.Kn. menyatakan bahwasanya biaya yang dikenakan dalam melakukan pendaftaran tanah pertama kali mengikuti aturan yang merujuk pada Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2010 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Badan Pertanahan Nasional. Berikut merupakan rumus rincian biaya yang harus dikeluarkan untuk melakukan pendaftaran tanah kali:

1) Non Pertanian

L x 20.000 + 350.000 500

2) Pertanian

L x 10.000 + 350.000 500

Untuk luas tanah kurang dari 10 hektar, maka akan dihitung dengan rumus: luas tanah dibagi 500 dikali dengan Harga Satuan Biaya Khusus Pengukuran (HSBKu), HSBKu untuk Non pertanian sebesar Rp. 20.000,


(70)

dan HSBKu untuk tanah pertanian sebesar Rp. 10.000. lalu ditambahkan dengan Rp. 350.000

d. Waktu

Waktu sebagaimana diatur dalam dalam Pasal 8 Peraturan Kepala BPN No. 1 Tahun 2010 adalah jangka waktu penyelesaian pelayanan pertanahan terhitung sejak penerimaan berkas lengkap dan telah lunas pembayaran biaya yang ditetapkan yang dihitung berdasar hari kerja. Untuk pelaksanaan pelayanan lebih dari satu jenis pelayanan, jangka waktu adalah penjumlahan secara kumulatif waktu yang diperlukan untuk masing-masing jenis pelayanan. Jangka waktu tidak berlaku bagi permohonan pelayanan pertanahan yang di dalam prosesnya diketahui terdapat sengketa, konflik, perkara, atau masalah hukum lainnya dan berkasnya dapat dikembalikan kepada pemohon.

Waktu yang dibutuhkan dalam melakukan pendaftaran tanah pertama kali sesuai dengan peraturan yang ada di dalam lampiran peraturan Kepala BPN No.1 Tahun 2010 tersebut. Waktu yang dibutuhkan berbeda-beda tergantung pendaftaran tanah pertama kali yang mana akan didaftarkan. Rata-rata apabila dimulai dari awal pendaftaran hingga pengambilan produk, waktu yang dibutuhkan + 3 bulan, dan apabila hanya melakukan pendaftaran saja waktu yang dibutuhkan 14 hari masa kerja. Semakin luas dan semakin banyak unit yang akan diproses semakin lama waktu yang dibutuhkan.


(71)

e. Prosedur

Prosedur, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 Peraturan Kepala BPN No. 1 Tahun 2010 adalah tahapan proses pelayanan untuk masing-masing jenis kegiatan. Prosedur yang dilakukan dalam melakukan pendaftaran tanah pertama kali sebagai berikut:

1) Pemohon memasukkan berkas permohonan ke Loket Pelayanan, disana petugas akan memeriksa kelengkapan berkas permohonan tersebut antara lain seperti KTP Pemohon, Kartu Keluarga, SPPT PBB Tahun Berjalan, asli Alas Hak secara berurut.

2) Apabila berkas tersebut telah dinyatakan lengkap, maka pemohon akan diberikan tanda terima berkas dan surat perintah setor (SPS);

3) Pemohon membawa surat perintah setor (SPS) tersebut ke Loket Pembayaran dan melakukan pembayaran yang meliputi biaya pengukuran, pemeriksaan tanah dan pendaftaran. Tarif masing masing biaya tersebut diatur sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2010 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada Badan Pertanahan Nasional.

4) Setelah itu berkas permohonan tersebut diproses, Proses dimulai dari pengukuran ke lapangan yang dilakukan oleh petugas di Seksi Survei, Pengukuran dan Pemetaan. Hasil dari pengukuran tersebut di tuangkan di dalam Peta Bidang Tanah/Surat Ukur.

5) Setelah pengukuran selesai, berkas permohonan dan Peta Bidang Tanah tersebut diserahkan ke Seksi Penetapan Hak Atas Tanah;


(72)

6) Di seksi ini dibentuk Panitia Pemeriksaan Tanah yang selanjutnya disebut “Panitia A”. Panitia “A” sesuai dengan Peraturan Kepala BPN Nomor 7 Tahun 2007 tentang Panitia Pemeriksaan Tanah adalah panitia yang bertugas melaksanakan pemeriksaan, penelitian dan pengkajian data fisik maupun data yuridis baik di lapangan maupun di kantor dalam rangka penyelesaian permohonan pemberian Hak Milik, Hak Guna Bangunan, Hak Pakai atas tanah Negara, Hak Pengelolaan dan permohonan pengakuan hak atas tanah

7) Panitia “A” terdiri dari Ketua merangkap Anggota, Wakil Ketua merangkap Anggota, Anggota, dan Sekretaris bukan Anggota yang ditetapkan oleh Kepala Kantor Pertanahan, dalam hal ini Kepala Desa/Lurah merupakan anggota dari Panitia “A” tersebut;

8) Hasil dari pemeriksaan tanah tersebut dituangkan di dalam Risalah Panitia “A” yang ditandatangani oleh masing masing anggotanya. Setelah Risalah Panitia” A” selesai ditandatangani, maka dilanjutkan ke pembuatan Surat Keputusan Pemberian Hak.

9) Surat Keputusan Pemberian Hak tersebut ditandatangani oleh Kepala Kantor Pertanahan. Surat Keputusan Pemberian Hak merupakan dasar dari penerbitan Sertipikat Hak;

10) Surat Keputusan Pemberian Hak tersebut didaftarkan dengan melampirkan Surat Keputusan pemberian Hak, bukti alas-alas hak yang asli, dan bukti pembayaran BPHTB dan PPH.


(73)

Prosedur dalam melakukan Pendaftaran Tanah pertama kali di Kantor Pertanahan Kota Medan tersebut sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 jo. Peraturan Menteri Negara Agraria Nomor 3 Tahun 1997 dan Peraturan Kepala BPN Nomor 1 Tahun 2010, prosedur diatas tersebut merupakan penjelasan dari Ibu Inneke Tania Arsyad, S.H., M.Kn. selaku Kepala Urusan Umum dan Kepagawaian Kantor Pertanahan Kota Medan.

f. Pelaporan

Diatur dalam Pasal 10 Peraturan Kepala BPN No. 1 Tahun 2010 yaitu: 1) Kepala Kantor Pertanahan setiap bulan melaporkan hasil pelaksanaan

pelayanan kepada Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional. 2) Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional setiap bulan melaporkan hasil pelaksanaan pelayanan yang menjadi tugasnya dan pelaksanaan pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia.

Seperti yang diungkapkan oleh Kepala Urusan Umum dan Kepegawaian Ibu Inneke Tania Arsyad, S.H., M.Kn., Pelaporan yang dilakukan oleh Kantor Pertanahan Kota Medan sudah sangat maju, sebab setiap harinya laporan yang diberikan Kantor Pertanahan mengenai pelayanan yang dilakukan dapat dilaporkan langsung ke bagian pusat di


(74)

Jakarta. Hal tersebut dapat dilakukan karena adanya sistem online yang ada di kantor tersebut.4

Penjelasan diatas mengenai aturan-aturan yang berada di dalam standar pelayanan yang ada dalam peraturan Kepala BPN No.1 Tahun 2010 tersebut telah diterapkan oleh Kantor Pertanahan Kota Medan sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis saat berada di lapangan.

3. Penilaian Masyarakat terkait Pelaksanaan Standar Pelayanan dalam Pendaftaran Tanah Pertama Kali di Kantor Pertanahan Kota Medan

Penilaian masyarakat mengenai standar pelayanan di Kantor Pertanahan Kota Medan, diperoleh penulis dengan cara melakukan wawancara dan kuisioner kepada masyarakat Kota Medan yang melakukan pendaftaran tanah di Kantor Pertanahan Kota Medan. Maksud dan tujuannya untuk mengetahui sejauh mana implementasi standar pelayanan yang dijalankan, apakah sudah sesuai dengan Peraturan Kepala BPN Nomor 1 Tahun 2010 atau belum sesuai. Adapun tanggapan yang diberikan oleh responden beberapa diantaranya, telah mengetahui adanya standar pelayanan dalam melakukan pendaftaran tanah pertama kali sebagai patokan bagi Kantor Pertanahan Kota Medan untuk melaksanakan kegaiatan pendaftaran tanah pertama kali.

4 Hasil wawancara bersama Inneke Tania Arsyad (Kepala Urusan Umum dan Kepegawaian) pada hari Kamis, tanggal 5-11-2015 di Kantor Pertanahan Kota Medan


(75)

Pendaftaran tanah pertama kali memiliki azas yang tercantum di dalam pasal 2 Peraturan Pemerintah No 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah. Azas yang dimaksud yaitu, azas sederhana, azas aman, azas terjangkau, azas mutakhir dan azas terbuka, azas-azas tersebut telah dijelaskan oleh penulis pada bab tinjauan pustaka mengenai asas dan tujuan pendaftaran tanah di Indonesia.

Pelayanan yang diberikan oleh Kantor Pertanahan Kota Medan sebagian telah mengikuti peraturan Kepala BPN No. 1 Tahun 2010 sampai dengan saat ini. Pelayanan yang diberikan dimulai dari persyaratan, biaya, waktu, prosedur, dan pelaporan. Berikut merupakan tanggapan dari salah satu responden. Bapak Sardi Siburian, S.H., M.Kn., MH. Selaku pemohon yang berada di lapangan menyatakan “terkadang pelayanan waktu yang dibutuhkan saat melakukan pendaftaran tanah pertama kali di Kantor Pertanahan ini cukup lama, waktu itu proses yang dibutuhkan hingga selesai pernah mencapai 2 tahun, tidak tahu apakah itu banyaknya sertifikat yang harus dikerjakan atau memang prosesnya yang lama”.5

Pendapat yang serupa juga disampaikan oleh saudari Miftah Hul Jannah sebagai salah satu pemohon yang melakukan pendaftaran tanah pertama kali, menyatakan bahwa: “sudah melakukan beberapa kali proses pendaftaran tanah pertama kali, dengan berbeda jenis pelayanan yang saya lakukan. Tapi,

5 Hasil wawancara bersama responden Sardi Siburian pada hari Jumat, tanggal 6-11-2015 di Kantor Pertanahan Kota Medan


(76)

pernah waktu itu sekitar hampir 1 tahun kurang lebih, baru selesai. Selebihnya hanya telat beberapa hari dan terkadang lebih cepat dari yang seharusnya”.6

. Berikut ini merupakan tanggapan yang disampaikan oleh salah satu responden yang dipilih secara acak oleh penulis, Bapak Sardi Siburian, S.H., M.Kn., MH. Beliau menyatakan bahwa:

“Kantor Pertanahan Kota Medan pernah melakukan sosialisasi secara rutin, adapun sosialisasi yang diberikan Kantor Pertanahan Kota Medan yaitu mengenai Prona, PPAN, dan masih banyak lagi yang berhubungan dengan serifikat yang dibiayai oleh pemerintah, agar masyarakat yang memiiki ekonomi golongan rendah dapat mengetahui dan dapat mengurus hak tanahnya juga”.7

Tanggapan yang disampaikan oleh Bapak Sardi tersebut menjelaskan bahwasanya Kantor Pertanahan juga memberikan berbagai pelayanan untuk menunjang kebutuhan masyarakat yang lebih baik, agar setiap masyarakat Kota Medan dapat mengerti dan memahami bagaimana cara untuk melakukan pendaftaran tanah pertama kali walaupun belum pernah melakukan kegiatan pendaftaran tanah pertama kali tersebut. Satu tahun terakhir, di akhir tahun 2015 Kantor Pertanahan Kota Medan telah menyelesaikan permohonan pendaftaran tanah pertama kali yang dilakukan masyarakat sebanyak 6.754 permohonan. Dengan jumlah pendaftaran yang terhitung cukup banyak, Kantor Pertanahan Kota Medan mampu menyelesaikan tugasnya dalam

6 Hasil wawancara bersama responden Miftah Hul Jannah pada hari Jumat, tanggal 6-11-2015 di Kantor Pertanahan Kota Medan

7 Hasil wawancara bersama responden Sardi Siburian pada hari Jumat, tanggal 6-11-2015 di Kantor Pertanahan Kota Medan


(77)

melayani masyarakat yang melakukan permohonan pendaftaran tanah pertama kali.

4. Peran Kantor Pertanahan Kota Medan dalam Pelayanan Pendaftaran Tanah Pertama Kali

Peranan merupakan sesuatu hal yang sangat penting didalam suatu pekerjaan, sebab dimana seseorang tersebut melakukan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka dia telah menjalankan suatu peranan. Di dalam penelitian ini yang menjalankan suatu peranan adalah Kantor Pertanahan Kota Medan. Kantor Pertanahan Kota Medan memiliki peran dalam menangani berbagai permasalahan, khususnya masalah yang menyangkut soal tanah di Indonesia. Untuk menyelesaikannya dilakukan pendaftaran tanah pertama kali. Peranan Kantor Pertanahan Kota Medan dalam pelayanan pendaftaran tanah pertama kali, bukan hanya memberikan hak atas tanah saja. Di dalam kelompok pelayanan pendaftaran tanah pertama kali menurut peraturan kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan dan Pengaturan Pertanahan dalam lampirannya dibagi dalam beberapa jenis pelayanan, yaitu:

a. Konversi, pengakuan, dan penegasan hak b. Pemberian hak

1) Hak milik

2) Hak guna bangunan 3) Hak pakai


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)